g. bromo, jawa timur - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

advertisement
G. BROMO, JAWA TIMUR
G. Bromo dilihat dari Pos PGA di Desa Ngadisari
KETERANGAN UMUM
Nama
: G. Bromo
Nama Lain
: Brama
Nama Kawah
:-
Lokasi
: a. Geografi : 7° 56' 30" LS dan 112° 57' BT. (Atlas Trop. Nederl.
1938, lembar 22).
b.
Administrasi : Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kec. Sukapura,
Kabupaten Probolinggo, Prop. Jawa Timur.
Ketinggian
: a.
dari muka air laut :2.329 m dml.
b. dari dasar kaldera : 200 m (ketinggian dasar kaldera ± 2.100 m
dml dan dikenal sebagai daerah lautan pasir)
Kota Terdekat
: Probolinggo
Tipe Gunungapi
: Kerucut sinder dalam kaldera
Nama
Pengamatan
Gunungapi
Pos :
Geografi : 7° 55' 40,18" LS dan 112° 58' 07,56“ BT Elevasi : 2275
dpl
Administrasi : Pos PGA G. Bromo terletak di Cemoro Lawang, Desa
Ngadisari, Kec. Sukapura, Kab. Probolinggo, Propinsi Jawa Timur.
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :
1. Lintasan Probolinggo – Sukapura – Ngadisari sampai ke Cemoro Lawang yang
merupakan dinding Kaldera Lautan Pasir dapat dilakukan dengan kendaraan bermotor.
Kemudian dilanjutkan dengan lintasan melewati lautan pasir. Pendakian ke puncak dan
pematang kawah dapat dilakukan dengan mudah melalui tangga tembok.
2. Lintasan Pasuruan – Tosari – Jurang Munggal – Lautan Pasir - Bromo.
Peta Rute di Kawasan G. Bromo/Kaldera Tengger, Jawa Timur
Demografi
Data Penduduk di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur.
Tabel Demografi Kependudukan Kec. Sukapura, Kab. Probolinggo
No
Nama Desa/Kelurahan
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Jumlah
KK
Perempuan
1
Sukapura
1755
1852
702
2
Sapikerep
1285
1317
414
3
Ngadirejo
807
819
432
4
Wonokerto
680
697
404
5
Ngadas
338
379
198
6
Jetak
287
308
152
7
Wonotoro
351
352
169
8
Ngadisari
734
819
325
9
Sariwani
702
341
343
10
Pakel
859
873
387
11
Kedasih
783
930
430
12
Ngepung
716
761
292
Wisata
Komplek Bromo Tengger
Kaldera Tengger
Daya tarik utama TN-BTS adalah gejala alam yang unik dan spektakuler yang
dapat dinikmati dan didekati dengan mudah. Kaldera Tengger dengan 5 (lima) buah
gunung yang berada didalamnya merupakan daya tarik tersendiri, termasuk kisah geologi
terbentuknya gunung-gunung tersebut.
Gunung Bromo
Gunung Bromo merupakan salah satu gunung dari lima gunung yang terdapat di
komplek Pegunungan Tengger di laut pasir. Daya tarik gunung ini adalah merupakan
gunung yang masih aktif dan dapat dengan mudah didaki/dikunjungi. Obyek wisata
Gunung Bromo ini merupakan fenomena dan atraksi alami yang merupakan salah satu
daya tarik pengunjung. Kekhasan gejala alam yang tidak ditemukan di tempat lain adalah
adanya kawah di tengah kawah (creater in the creater) dengan hamparan laut pasir yang
mengelilinginya.
Bila kita sampai di puncak maka tampak kawah Bromo yang menganga lebar
dengan kepulan asap yang keluar dari dasarnya yang menandakan gunung ini masih aktif.
Dari puncak inilah pengunjung dapat menikmati/menyaksikan kawah Bromo dengan
kepulan-kepulan asapnya yang relatif tipis, serta ke arah belakang dapat menyaksikan
keindahan panorama hamparan laut pasir dengan siluet alamnya yang mempesonakan.
Daya tarik lainnya, adalah bahwa gunung ini merupakan tempat bagi berlangsungnya
acara puncak upacara ritual masyarakat Tengger (Kasada) yakni berupa pelemparan hasil
bumi sebagai persembahan ke kawah Gunung Bromo. Upacara inilah yang menarik
wisatawan untuk menyaksikan acara yang hanya berlangsung satu tahun sekali, pada
tanggal 14 bulan ke sepuluh, Kalender Jawa melakukan upacara adat/keagamaan umat
Hindu Tengger atau disebut juga Upacara Kesodo, upacara ini berpusat di sekeliling
kawah Gunungapi Bromo.
Gua/Gunung Widodaren
Gunung/Gua Widodaren ini letaknya di sebelah Gunung Batok dan merupakan
potensi obyek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri. Salah satu daya tarik obyek
ini adalah bahwa lokasi ini merupakan tempat keramat berupa gua dan sumber air suci.
Gunung Batok
Gunung Batok terletak di sebelah Gn. Bromo dan menjadi pemandangan yang
menyatu dengan Gn. Bromo. Daya tarik utama adalah gunung ini merupakan habitat
edelwis.
Gunung Pananjakan
Puncak G. Pananjakan merupakan tempat yang tertinggi bila dibandingkan dengan
tempat-tempat lainnya di Komplek Pegunungan Tengger. Oleh karenanya di kawasan ini
kita dapat menyaksikan keindahan alam di bagian bawah seperti panorama laut pasir
dengan komplek Gunung Bromo Dsk. yang dilatarbelakangi G. Semeru dengan kepulan
asapnya yang tebal. Dari puncak Pananjakan ini dapat disaksikan/dinikmati pula indahnya
matahari terbit di ufuk timur berwarna kekuning-kuningan muncul dari balik perbukitan.
Kita dapat menikmati suasana tersebut di atas dalam suasana hening dan tenteram tanpa
kebisingan dan kegaduhan.
Fasilitas yang tersedia, antara lain :
1.
Sarana jalan
2.
Transportasi (kendaraan roda empat dan kuda)
3.
Penginapan/pemondokan
4.
Restoran/rumah makan
5.
Bumi perkemahan
6.
Fasilatas rekreasi lainnya
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mencatat, pada 1996, jumlah
wisatawan 177.570 orang. Pada 1997 sebanyak 196.165, tahun 1998 sebanyak 136.966
orang, 1999 sebanyak 133.759. Untuk tahun 2000 sebanyak 148.474, tahun 2001
sebanyak 118.359 orang, tahun 2002 sebanyak 155.846 orang, tahun 2003 sebanyak
111.761 orang, dan 2004 sebanyak 91.705 orang.
Tahun 2005 sebanyak 90.922 dan hingga 2006, jumlah wisatawan hanya tidak sampai 80
ribu.
SEJARAH LETUSAN
Berdasarkan catatan sejarah, letusan atau peningkatan kegiatan vulkanik
Gunungapi Bromo mulai tercatat sejak tahun 1804, erupsinya dapat berlangsung pendek
yaitu beberapa hari saja (contoh : 12 – 14 Juni 1860) tetapi dapat pula berlangsung satu
bulan atau lebih secara terus menerus.
Daur erupsi Gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang
dari
satu tahun sedangkan
masa
istirahat
terpanjang
16
tahun.
Peningkatan
kegiatan/letusan yang tercatat dalam sejarah aktifitas vulkanik Gunungapi Bromo sejak
lebih kurang 200 tahun yang lalu dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel Sejarah letusan menurut Neumann van Padang (1951, p. 146 – 147)
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
URUTAN LETUSAN
1804
1815
1820
1822 - 1823
1825
1829
1830
1835
1842
1843
1844
1856
1857
1858
1859
1860
1865
1866
1867
1868
1877
1885
1886
1887
1888
1890
1893
1896
1906
1907
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
1908
1909
1910
1915
1916
1921
1922
1928
1929
1930
1930
1935
1940
1948
1949
1950
1956
1972
KETERANGAN
Bulan September
28 Desember - Januari
5 – 8 Nopember
5 – 11 Nopember
3 Maret dan 15 – 16 Desember
24 Januari – Juni
Januari
9 Nopember
4 Maret dan 18 Oktober
12 – 14 Juni
April, Mei, dan 1 – 18 Desember
Juli
13 Desember
12 Januari
14 April
Juni ?, 31 Oktober – 30 Desember
1 – 10 Januari; 15 – 26 April, 11 Nopember dan 31 Desember
9 – 25 Januari
27 Pebruari
Mei – September
Januari – 27 Maret
25 September – 26 Desember
11 – 15 Januari, 19 Maret, 18 Mei,
28 Agustus, 14 – 26 Desember
12 Pebruari
12 – 14 Januari
18 – 21 Januari
Nopember dan Desember
Januari – Juni
Juni – 17 Oktober
5 – 17 Pebruari; 14 April, 10 – 20 Juni
April – Juli; 16 Desember
7 Agustus – 8 September
30 Mei – 25 Juni
29 Juni – Juli
Juli
25 April – 2 Mei, 3 Juli
15 Pebruari – 25 April
Diragukan
27 – 29 Mei
?
26 Januari, diawali dengan terdengarnya suara gemuruh dari
49.
1980
50.
1984
51.
1995
52
2000
53.
2004
dalam bumi, kemudian disusul oleh munculnya tiang asap
yang warnanya agak gelap. Hujan terus menerus dari 26
Januari – 13 Pebruari, selanjutnya hujan abu turun kadangkadang saja.
Hembusan asap selama 1 – 2 hari saja, kemudian diikuti oleh
suara dentuman dan lemparan material gunungapi pijar ke
udara. Kegiatan terus meningkat sampai pada tanggal 21 Juni
1980 yang merupakan puncak kegiatan berupa letusan-letusan
kecil terus berlangsung, setiap menit terjadi 2 – 3 kali letusan.
Letusan besar terjadi pada selang waktu setiap 2 – 3 menit
yang menyemburkan abu, pasir dan bongkah lava bergaris
tengah 1 – 1,7 meter, tersebar di sekitar bibir kawah bagian
luar. Penyebaran abu ke arah Barat laut sejauh lebih kurang 5
kilometer di daerah kampung Tosari. Lemparan material
bergaris tengah 10 – 25 cm mencapai jarak lebih kurang 1.700
meter di kaki G. Batok.
Pada tanggal 11 – 14 Juli terjadi peningkatan lagi berupa
semburan asap berwarna hitam setinggi lebih kurang 800 –
1.500 meter di atas kawah. Hujan abu terjadi di daerah
Ngadisari yang berjarak lebih kurang 5 kilometer dari kawah.
Pada tanggal 24 Juli terlihat pertumbuhan sumbat lava di
dasar kawah.
12 – 31 Mei, terjadi peningkatan kegiatan G. Bromo berupa
letusan disertai suara dentuman. Asap putih tebal keabuabuan setinggi lebih kurang 500 – 1.000 meter di atas puncak
G. Bromo. Titik letusan diperkirakan di dasar kawah bagian
Utara dengan lobang letusan berdiameter lebih kurang 7
meter.
9 Maret, terjadi letusan asap disertai hujan abu dengan
ketinggian asap berkisar 80 – 250 meter di atas puncak.
Penyebaran abu halus mencapai jarak lebih kurang 20
kilometer terutama ke arah tenggara sesuai dengan arah angin
mengakibatkan lebih kurang 1.000 hektar perkebunan rusak,
kegiatan ini masih berlangsung sampai pada bulan Mei.
Setelah beristirahat lebih kurang 3,5 bulan, pada tanggal 9
September, G. Bromo kembali menunjukkan peningkatan
kegiatan berupa hembusan asap disertai abu setinggi lebih
kurang 70 meter. Kegiatan hembusan ini makin meningkat dan
mencapai puncaknya pada tanggal 25 September dengan
ketinggian asap mencapai 700 meter di atas puncak. Gempa
hembusan terjadi terus menerus dan diselingi oleh gempa
letusan dengan amplitudo maksimum mencapai 51 mm.
Kegiatan ini berangsur-angsur menurun dan berakhir pada
bulan Desember.
29 November terjadi erupsi abu berlangsung menerus hingga
bulan Januari 2001. Ketinggian abu mencapai 800 meter dari
K. Bromo mengarah ke utara.
Letusan terjadi tanggal 8 juni 2004 pukul 15.26 WIB, dimana
terjadi letusan freatik secara tiba-tiba tanpa diawali
kemunculan gempa vulkanik A dengan jumlah yang signifikan.
Material letusan berupa lontaran abu dan batu dengan
ketinggian tiang letusan mencapai 3000 m dari bibir kawah.
Lontaran batu berjatuhan disekitar bibir kawah dengan radius
kurang dair 300 m. Letusan berlangsung singkat selama 20
menit. Pukul 16.05 WIB secara visual tanpak asap putih
kelabu tekanan lemah. Dengan ketinggian kolom asap berkisar
antara 10 hingga 25 m dari bibir kawah. Tanggal 9 juni 2004
pukul 02.00 – 05.00 WIB peralatan seismograf masih mencatat
gempa-gempa hembusan dengan amplituda semakin
melemah dan berada di sekitar 3 mm. Akibat letusan ini 2
orang meninggal dunia dan 5 orang luka-luka.
54
2010
Tanggal 8 November sekitar pukul 2 siang, teramati perubahan
asap G. Bromo dari yang sebelumnya berwarna putih tebal
menjadi abu-abu. Satu jam berselang terekam gempa-gempa
vulkanik yang semakin meningkat jumlahnya.
Gempa Vulkanik Dalam (A) hingga tanggal 20 November
terekam sebanyak 76 kejadian sedangkan gempa Vulkanik
Tanggal 20 November pukul 05 pagi terjadi letusan eksplosif
dari kawah G. Bromo berwarna coklat dengan ketinggian 200250 meter dari bibir kawah berlangsung sekitar 30 menit.
Tanggal 23 November pukul 05 pagi, kembali letusan terjadi
dari kawah G. Bromo dengan tinggi mencapai 400 meter. Pada
pukul 8 08:00, status G. Bromo dinaikkan ke Siaga/level III.
Tremor vulkanik semakin membesar hingga mencapai 30 mm
dan sore hari sekitar pukul 2 siang letusan lebih besar terjadi
dengan ketinggian asap sekitar 400-800 meter, kemudian
pada pukul 15:30 aktivitas vulkanik G. Bromo sehingga status
dinaikkan menjadi Awas/level IV. Tanggal 25-29 November
letusan menerus dengan tinggi asap 400-800 dan berwarna
kelabu coklat. Berarah barat-barat daya
Tanggal 6 Desember pukul 12:45, status Awas diturunkan
menjadi Siaga setelah dilakukan evaluasi aktivitas vulkanik G.
Bromo yang memperlihatkan intensitas letusan menerus yang
mulai menurun.
Tanggal 13 Desember, erupsi abu kembali meningkat kembali.
Amplituda maksimum tremor meningkat dari rata-rata 5 mm
menjadi 15 mm.. Tanggal 19 Desember, erupsi diiringi dengan
2 kali sura dentuman terjadi pada pukul 10:17 dan 11:27.
Erupsi terus berlangsung hingga saat ini (April 2011)
Karakter Letusan
Sepanjang sejarah, karakter erupsi bersifat efusif dan eksplosif dari kawah pusat,
setiap kali erupsi menyemburkan abu, pasir, lapilli, dan kadang-kadang melontarkan
bongkah lava dan bom vulkanik, kecuali pada kegiatan 1980, pada dasar kawah terbentuk
sumbat lava.
Kegiatan G. Bromo pada saat ini umumnya berupa hembusan asap putih tipis
hingga putih tebal dengan ketinggian sekitar 50 m hingga 100 m dari bibir kawah dengan
arah hembusan umumnya berarah
Barat dan Baratlaut. Kondisi hembusan asap G.
Bromo biasanya meningkat ketika terjadi curah hujan yang tinggi. Hal ini juga
berhubungan dengan karakteristik letusannya yang berupa letusan freatik yang
merupakan hasil kontak antara magma dengan sistem hidrothermal di tempat tersebut.
Periode erupsi dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (12 – 14 Juni
1860), tetapi dapat pula berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus. Interval
erupsi gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu
tahun sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun.
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
18
0
18 4
2
18 0
2
18 3
29
18
3
18 5
4
18 3
5
18 6
58
18
6
18 0
6
18 6
6
18 8
8
18 5
8
18 7
9
18 0
9
19 6
0
19 7
0
19 9
1
19 5
2
19 1
28
19
3
19 0
4
19 0
4
19 9
5
19 6
8
20 0
00
Interval Tahun
Interval Letusan G. Bromo
Tahun Terjadi Letusan
Selama 2 dekade terakhir ini G. Bromo telah meletus sebanyak 3 kali, yaitu tahun
1995, 2000, dan 2004. Interval letusan berkisar pada 4 – 5 tahun. Letusan terakhir G.
Bromo ini umumnya berupa letusan abu dengan tinggi berkisar 300 – 3000 m yang
berlangsung singkat atau terkadang berlangsung beberapa hari dengan lemparan material
bisa mencapai radius 300 – 600 m dari pusat kawah. Letusan G. Bromo ini umumnya
menyebabkan terjadinya hujan abu di daerah sekitar G. Bromo.
Letusan G. Bromo 8 Juni 2004
Peningkatan kegiatan G. Bromo terakhir terjadi pada bulan September 2006,
dimana terekam Gempa Tremor secara terus menerus pada tanggal 25 Agustus – 7
September 2006. Amplituda maksimum Gempa Tremor telah mencapai 30 mm dan asap
kawah teramati berwarna kelabu tebal dengan tinggi berkisar 60 -100 m. Peningkatan
kegiatan ini tidak disertai terjadinya letusan.
GEOLOGI
Sejarah Pembentukan Gunungapi Bromo :
Pegunungan Tengger mempunyai sejarah gunungapi yang panjang, dimulai dari
1,4 juta tahun yang lalu (Mulyadi, 1992). Para ahli gunungapi menamakan pegunungan ini
dengan Komplek Bromo – Tengger, terdiri dari beberapa tubuh gunungapi dengan pusat
erupsi utamanya membentuk busur. Pada masa pertumbuhannya kegiatan eksplosif dan
efusif telah membentuk kerucut Nongkojajar (1,4 ± 0,2 juta tahun yang lalu), Kerucut
Ngadisari (822 ± 90 ribu tahun yang lalu), Kerucut Tengger Tua (265 ± 40 ribu tahun yang
lalu), Kerucut Keciri (tidak diketahui umurnya) dan Kerucut Cemoro Lawang (144 - 135 ±
30 ribu tahun yang lalu).
Pada kegiatan eksplosif yang besar, kerucut-kerucut tersebut sebahagian
terhancurkan dan terbentuklah kaldera dengan urutan tertua ke muda sebagai berikut :
1. Kaldera Nongkojajar
2. Kaldera Ngadisari
3. Kaldera Keciri, dan
4. Kaldera Lautan Pasir
Kerucut Gunungapi Bromo merupakan satu-satunya pusat kegiatan post-kaldera
Lautan Pasir yang masih menunjukkan aktifitas vulkanik sampai sekarang. Beberapa
kerucut yang berada di dalam kaldera Lautan Pasir namun sudah tidak aktif lagi.
Peta Geologi G. Bromo
GEOFISIKA
Seismik
Pengamatan kegempaan G. Bromo dilakukan secara terus menerus sejak awal
1989 dengan mempergunakan seismograf mekanik hingga bulan Juli 1991. Selanjutnya
pada bulan Juli 1991 sampai dengan bulan Mei 1995 digunakan seismograf Teledyne
Geotech satu komponen sitem kabel dan pada saat ada peningkatan kegiatan letusan G.
Bromo pada bulan Maret 1995 maka dipasang Seimograf PS-2 sistem pancar (radio) satu
komponen sampai sekarang. Sedangkan Seismograf Teledyne Geotech sistem kabel
tidak dipergunakan lagi sejak bulan Mei 1995.
Seismometer ditempatkan di lereng Utara G. Bromo, pada 07°56’15.0” LS dan
112°57’43.7”BT, dengan ketinggian 2175 meter dpl.
Data kegempaan G. Bromo dipancarkan (ditransmit) lewat radio dan kemudian
diterima oleh seperangkat alat penerima (receiver) yang ditempatkan di Pos Pengamatan
Gunungapi Bromo yang berada di Cemoro Lawang (lebih kurang 2.200 meter dpl.), Desa
Ngadisari, kecamatan Sukasari, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Jenis Gempa yang terekam dari statiun seismik G. Bromo
umumnya berupa
Gempa Tektonik Jauh, Gempa Tektonik Lokal, Gempa Vulkanik-Dalam, Gempa VulkanikDangkal, Gempa Hembusan dan Gempa Tremor. Pada kondisi normal jumlah gempa
yang terekam umumnya didominasi oleh Gempa Tektonik Jauh.
Peta lokasi stasiun seismik G. Bromo
Gempa Vulkanik Dalam G. Bromo tanggal 22 Oktober 2008 Pukul 05:04 WIB
Gempa Vulkanik Dangkal G. Bromo tanggal 22 Oktober 2008 Pukul 17:47 WIB
Sebelum melakukan analisa terhadap data kegempaan G. Bromo, terlebih dahulu
dilakukan verifikasi hasil rekaman mengingat selain kegempaan yang berasal dari aktivitas
G. Bromo, rekaman seismogram juga merekam Gempa Letusan G. Semeru. Hal ini
disebabkan lokasi pusat kegiatan G. Bromo dan G. Semeru yang berada dalam satu
kawasan yang berdekatan. Dengan membandingkan seismogram G. Bromo dengan
seismogram G. Semeru pada waktu yang sama dketahui karakteristik Gempa Letusan G.
Semeru yang terekam pada seismogram G. Bromo lebih bersifat frekuensi rendah dengan
durasi lebih dari 45 detik dengan amplituda maksimum sekitar 1 – 2 mm.
Posisi epicenter Gempa Vulkanik G. Bromo (lingkaran biru)
Penampang hipocenter Gempa Vulkanik-Dangkal G. Bromo
Penampang Utara – Selatan hipocenter G. Bromo
Penampang Barat – Timur hipocenter G. Bromo
DEFORMASI
Global Positioning System (GPS)
Pengukuran GPS di G. Bromo menggunakan metoda episodik sejak tahun 1998
dilakukan terhadap 9 titik GPS yang diletakan disekitar tubuh gunungapi dan 1 titik kontrol
yang diletakan di Pos Pengamatan Gunung Bromo.
Sebaran titik pengukuran GPS G.Bromo, Oktober 2008.
Survey terakhir dilaksanakan pada Oktober 2008 dengan menggunakan 5 receiver
GPS tipe geodetik dual frekuensi, yaitu Leica System GX1220 dengan tipe antena AX1202
dan Leica System 500 dengan tipe antena AT502. Lama pengamatan pada tiap titik
berkisar dari 8 hingga 17 jam, dengan interval data pengamatan tiap 15 detik.
Metoda yang digunakan adalah survey statik, yaitu survey penentuan posisi yang
bertumpu pada metode penentuan posisi statik secara diferensial dengan menggunakan
data fase. Titik referensi yang digunakan adalah titik POST. Hasil pengukuran pada
Oktober 2008 ini kemudian akan dibandingkan dengan hasil pengukuran pada Pebruari
2007 untuk mengetahui ada tidaknya perubahan, baik berupa pengangkatan (inflasi)
maupun penurunan (deflasi) yang terjadi pada permukaan tubuh G.Bromo.
9123500
POST
Skala Vektor
9123000
Selatan-Utara (meter)
0
9122500
BTOK
1 cm
PURA
9122000
TNGA
9121500
BRMO
WIDO
KRSI
9121000
WATU
9120500
WEDI
9120000
713000
714000
715000
716000
717000
718000
719000
720000
Barat-Timur (meter)
Arah dan besar vektor pergeseran G. Bromo hasil pengukuran Oktober 2008 dibandingkan terhadap hasil
pengukuran Pebruari 2007.
Elektronic Distance measurement (EDM)
Survey EDM G. Bromo dilakukan dari satu stasiun tetap (POST) sebagai titik berdiri
alat yang berlokasi di sekitar Pos PGA, sedangkan sebagai titik pantau ditempatkan
disekitar lereng sebelah utara dari kawah G. Bromo sebanyak tiga titik yaitu BTOK, BRMO
dan KRSI dan dari hasi pengukuran EDM dalam jangka waktu 2000 - 2008 terlihat
kecenderungan terjadinya deflasi.
Hasil pengukuran EDM di G. Bromo 2000 - 2008
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Hasil analisis kimia terhadap batuan lava dan batuan intrusi di daerah Pananjakan
adalah sebagai berikut :
Tabel Hasil analisa kimia batuan daerah Pananjakan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Komposisi
Kimia
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K2O
MnO
TiO2
P2O5
H2O
HD
Lokasi
Lava-1
52,16
16,20
10,59
11,31
3,75
2,74
0,95
0,19
1,15
0,34
0,16
0,17
Lava-2
51,06
16,16
11,16
11,08
4,37
3,17
0,60
0,18
1,26
0,30
0,16
0,20
Lava-3
50,91
16,63
11,64
10,31
4,93
2,95
0,54
0,21
1,02
0,50
0,18
0,60
Dike
51,75
16,74
12,06
10,32
4,84
2,97
0,63
0,19
1,03
0,43
0,09
0,39
Kimia Air
Pengukuran kandungan unsur kimia dari mata air Widodaren G. Bromo. Mata air
dingin ini berada di sebelah Barat dari kawah G. Bromo.
Tabel Perbandingan hasil analisa air dari sumber mata air Widodaren
Parameter
pH Lab.
DHL
Natrium (Na)
Kalium (K)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Besi (Fe)
Aluminium (Al)
Arsen (As)
Amonia (NH3)
Boron (B)
Flour (F)
Klorida (Cl)
Sulfat (SO4)
Bikarbonat (HCO3)
Silika (SiO2)
Unit
Μmhos/cm
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
7 Maret 2007
6.46
29.09
8.40
31.63
8.93
0.00
0.04
0.00
0.00
1.58
65.32
67.00
33.39
33.67
25 Oktober 2008
6.72
399.00
18.38
5.62
38.74
8.26
0.00
1.18
0.83
0.59
72.91
62.16
16.42
68.00
Kimia Gas
Pengukuran kandungan SO2 dari asap kawah G. Bromo dilakukan dengan dua
metode, yaitu secara langsung dari bibir kawah dengan menggunakan alat Drager X-am
7000 dan secara tidak langsung dengan menggunakan alat DOAS.
Hasil Pengukuran Emisi SO2 G. Bromo
400
Ton/Day
350
300
250
MIN
200
MAX
150
AVERAGE
100
50
10/25/2008
10/24/2008
10/23/2008
10/22/2008
10/21/2008
10/20/2008
10/19/2008
10/18/2008
0
Tanggal
Grafik Hasil pengukuran kandungan SO2 Oktober 2008
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Pengamatan visual dan kegempaan G. Bromo dilakukan secara menerus dari Pos
PGA Cemoro Lawang (± 2.275 m dpl.), di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukasari,
Kabupaten Probolinggo. Pos PGA yang terletak ± 700 m di sebelah Timur Hotel “Bromo
Permai” ini dibangun pada tahun 1985.
Seismik
Dalam bulan Oktober 1988 dipasang sebuah seismograf satu komponen dengan
menggunakan sistem kabel bawah tanah sepanjang ± 1 km. Sedangkan alat sensor
penangkap gempa (tranducer) untuk sementara diletakan di lereng G. Bromo sejauh ± 600
m dari pusat kegiatan (kawah). Perbesaran seismograf ini, yaitu 2.000 kali. Unit
seismograf tersebut menggunakan sistem rekaman dengan jelaga, terdiri dari Recorder
mekanik, amplifier, pen Galvanometer Hosaka HG-1, tranducer Hosaka MTDV-IC, serta
crystal clock Seiko.
Hasil pengamatan menggunakan seismograf ini hingga akhir Desember 1988,
rekaman didominasi oleh gempa letusan G. Semeru. Berbeda dengan rekaman gempa
yang sama di lereng Timur G. Semeru, rekaman gempa di G. Bromo mempunyai gerakan
awal yang jelas.
Pengamatan kegempaan sejak Juli 1991 menggunakan seismograf Teledyne
Geotech (Portacorder/RV-320 B) satu komponen, masih menggunakan sistem kabel.
Seismometer (alat penangkap gempa) di tempatkan di lereng Timur G. Bromo (± 2.150 m
dpl.) yang dihubungkan dengan kabel ke alat perekam gempa (recorder) yang dipasang di
Pos PGA Cemoro Lawang.
Sejak Mei 1995 seismograf Teledyne Geotech sistem kabel tidak dioperasikan lagi,
untuk menyempurnakan sistem pengamatan kegempaan yang telah ada pada tanggal 7
Juli 1995 dilakukan uji coba pengoperasian seperangkat sistem seismograf telemetri radio
satu komponen tegak (vertical) kinemetrics yang memiliki perbesaran alat lebih besar dari
seismograf sebelumnya. Sistem seismograf telemetri radio ini terdiri dari : seismometer
Ranger SS-1, sub sistem TH 13, radio VHF dan recorder PS-2 kinemetrics. Sub sistem
pancar (transmitter) di pasang di lereng Utara G. Bromo, dan sub sistem trima (receiver)
dipasang di Pos PGA Cemoro Lawang. Kedua sub sistem dicatu oleh batere 12 V/70 Ah
yang diback up oleh panel surya untuk menjamim kontinuitas beroperasinya peralatan
tersebut. Perbesaran alat seismograf sistem ini adalah 26 x 103 kali.
Umumnya jenis gempa yang terekam pada seismograf di G. Bromo terdiri dari
gempa vulkanik-dalam (VA), vulkanik-dangkal (VB), Tektonik-jauh (TJ), tektonik-lokal (TL),
hembusan/letusan, dan gempa-gempa yang bersumber dari letusan G. Semeru.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Kawasan Rawan Bencana II
Ancaman bahaya di Kawasan Rawan Bencana II ini lebih tinggi daripada pada
Kawasan Rawan Bencana I, yaitu berupa lontaran batu (pijar), aliran lava dan gas
beracun. Kawasan ini meliputi seluruh dasar tebing Kaldera Tengger dengan luas 50 kmý
dan radis 2 - 5,5 km berpusat di kawah G. Bromo. Sehingga kawasan rawan bencana II ini
juga meliputi G. Batok, G. Segorowedi, G. Kursi dan G. Widodaren. Apabila terjadi
peningkatan kegiatan/letusan G. Bromo maka penduduk dan wisatawan dilarang turun ke
dasar kaldera apalagi mendekati G. Bromo dan gunungapi-gunungapi lain disekitarnya.
Bagi mereka yang telanjur sudah berada di puncak G. Bromo dan dasar kaldera harus
segera naik sesuai arah/jalur penyelamatan diri yang tertera di dalam Peta Kawasan
Rawan Bencana G. Bromo ini. Mereka yang turun ke dasar kaldera dan ke puncak G.
Bromo juga
diharuskan melingkapi
diri
dengan
helm
penyelamat
kepala
dari
benturan/lontaran krikil dan batu, serta masker gas/debu.
Ada tiga jalur/arah penyelamatan diri untuk menjauhi G. Bromo-Kaldera Lautan
Pasir, yaitu :
1. Jalur Cemorolawang - Ngadisari - Sukapura,
2. Jalur penanjakan - Wonokitri - Tosari, dan
3. Jalur Rujak - Njemplang - Ngadas atau Ranu Pani.
Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan ini berpotensi terlanda hujan abu lebat dan kemungkinan lontaran batu
(pijar) terutama apabila tingkat letusan G. Bromo membesar atau mencapai puncaknya.
Kawasan ini meliputi daerah mulai dari pematang Kaldera Lautan Pasir hingga jari-jari 6
km berpusat di kawah g. Bromo. Luas Kawasan Rawan Bencana I ini adalah 63 kmý
dengan penduduk berjumlah 4.626 jiwa (Data sensus 1994). Selain komplek pariwisata
Bromo-Tengger di Cemorolawang, maka desa-desa yang termasuk di dalam Kawasan
Rawan Bencana I adalah Ngadisari, Jetak, Ngadas, Wonotoro dan Wonokerto.
Apabila terjadi peningkatan kegiatan/letusan G. Bromo maka penduduk, wisatawan dan
para pengelola pariwisata di Kawasan Rawan Bencana I ini harus meningkatkan
kewaspadaan dengan memperhatikan dan mematuhi perintah dari pihat berwenang.
dengan memperhatikan dan mematuhi perintah dari pihat berwenang.
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Bromo
DAFTAR PUSTAKA
Basuki A., 2008. Laporan Peringatan Dini Bahaya Gunungapi Bromo Jawa
Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Doko, I.N., 1995. Laporan uji coba peralatan seismik telemetri PS-2 di G. Bromo,
Jawa Timur, Arsip Direktorat Vulkanologi - Bandung.
G. Bromo, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, No. 127, 1990.
Kusumadinata, 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi,
Bandung.
S.R. Witiri, 2007. Gunungapi Indonesia, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi.
Sumber 1990. Laporan Pengumpulan Data Daerah G. Bromo/Kaldera Tengger,
Tanggal 17 Mei s/d 3 Juni 1990, Seksi Penyuluhan Gunungapi Sub
Direktorat Penyuluhan dan Dokumentasi, Direktorat Vulkanologi, .
Zaenuddin & Rahmanto, 1998. Pengamatan visual & Kegempaan komplek G.
Bromo, Jawa Timur, Arsip Direktorat Vulkanologi - Bandung.
Download