291 hubungan kesiapan individu dan kesiapan organisasi dalam

advertisement
291
HUBUNGAN KESIAPAN INDIVIDU DAN KESIAPAN ORGANISASI DALAM PELAKSANAAN SJSN DI RSUD
BHAKTI DHARMA HUSADA KOTA SURABAYA
THE CORRELATION OF INDIVIDUAL AND ORGANIZATIONAL READINESS FOR SJSN IMPLEMENTATION
IN BHAKTI DHARMA HUSADA GENERAL HOSPITAL SURABAYA
Ella Faiqotus Sholviah, Nyoman Anita Damayanti
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
E-mail:[email protected]
ABSTRACT
National Social Security System (SJSN) is a method of social insurance implementation. In order to face
SJSN implementation, hospital must prepare for credentialing with insurance provider (BPJS Kesehatan). This
study aimed analyze the correlation of individual andorganizational readiness for SJSN implementation inBhakti
Dharma Husada (BDH)General Hospital Surabaya.This research was analytical-observational researchwith cross
sectional design. Sample was taken by proportional stratified random sampling. There were 72 person (10
doctors, 56 nurses, 6 midwifes) as respondent. Data was collected usingquestionnaires.Test showed that there
was no correlation of individual and organizational readiness for SJSN implementation (p = 1; α = 0,1; phi = 0,096).This research concluded that individual readiness did not correlatewith organizational readiness for SJSN
implementation.
Keywords:
change,individual, organizational, readiness, SJSN
PENDAHULUAN
kesiapan rumah sakit dalam pelaksanaan SJSN.Jika
Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN)
merupakan
suatu
tata
cara
penyelenggaraan
ditinjau dari ketiga aspek yang perlu dipersiapkan
rumah
sakit
dalam
pelaksanaan
SJSN,
maka
program jaminan sosial bagi seluruh penduduk
indikator yang telah dipenuhi oleh RSUD BDH Kota
Indonesia dan akan mulai dilaksanakan 1 Januari
Surabaya masih 75%. Penelitian ini bertujuan untuk
2014. Guna menghadapi pelaksanaan SJSN, maka
menganalisis
rumah sakit sebagai salah satu fasilitas kesehatan
kesiapan organisasi RSUD BDH Kota Surabaya
perlu mempersiapkan diri agar dapat bekerjasama
dalam pelaksanaan SJSN.
dengan
BPJS
Kesehatan
dalam
hubungan
kesiapan
individu
dan
memberikan
pelayanan kepada pasien SJSN. Berdasarkan UU
PUSTAKA
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan Peraturan
Manajemen Perubahan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Varkey dan Antonio (2010) berpendapat
Kesehatan, setidaknya terdapat tiga aspek yang
bahwa manajemen perubahan adalah istilah yang
harus
dapat
digunakan untuk menjelaskan berbagai tindakan
BPJS
dalam
yang dilakukan agar peralihan proses bisnis dari
kesehatan
untuk
kondisi saat ini pada kondisi yang diharapkan terjadi
peserta Jaminan Kesehatan Nasional. Ketiga aspek
pada masa depan dapat berjalan lancar baik pada
tersebut adalah aspek legalitas, kendali mutu dan
level individu maupun tim. Kotter (2011) menyatakan
kendali biaya dimana pada setiap aspek terdapat
bahwa manajemen perubahan adalah istilah yang
indikator yang dapat diukur untuk menggambarkan
seringkali digunakan untuk menjelaskan satu set alat
dipenuhi
oleh
bekerjasama
menyelenggarakan
rumah
dengan
pelayanan
sakit
agar
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
292
dasar atau struktur agar setiap upaya perubahan
berubah
sebagai
kesiapan
untuk
berubah
dapat dikendalikan. Oleh karena itu manajemen
menunjukkan sejauh mana individu secara kognitif
perubahan mengacu pendekatan yang digunakan
dan emosi cenderung menerima dan mengadopsi
dalam peralihan individu, tim, dan organisasi untuk
rencana tertentu yang bertujuan untuk mengubah
mencapai tujuan yang diharapkan pada masa depan.
status quo.
Tahap manajemen perubahan menurut Varkey dan
Menurut Holt et al. (2010) kesiapan
Antonio (2010) dimulai dari assess readiness for
individu untuk berubah terdiri dari faktor struktural
change
dan faktor psikologis. Rafferty et al. (2012) juga
(mengukur
kesiapan
untuk
berubah),
establish a sense of urgency (membangun rasa
menjelaskan bahwa
bahwa perubahan yang akan dilakukan penting),
mengukur kesiapan untuk berubah, aspek kognitif
assemble steering team (membentuk tim pengarah),
dan afektif dari subyek pengukuran perlu dibedakan.
develop
Untuk mempermudah pemahaman, maka peneliti
implementation
plan
(mengembangkan
rencana implementasi), implement and evaluate pilot
menggunakan
(melaksanakan
menjelaskan
rencana
pada
percontohan),
dalam mendefinisikan dan
istilah
kondisi
faktor
individu
kognitif
sebagai
untuk
seorang
disseminate change (menyebarkan perubahan), dan
individu dalam memulai upaya perubahan dan faktor
yang terkahir anchor change, create culture shift
afektif untuk menjelaskan sikap, keyakinan dan niat
(menjaga perubahan di semua bagian organisasi).
individu sebagai seorang individu. Menurut Holt et al.
Kesiapan Individu Untuk Berubah
(2010) structural factors (faktor kognitif) kesiapan
Hal pertama yang harus dilakukan dalam
individu untuk berubah terdiri dari knowledge, skills,
manajemen perubahan adalah mengukur kesiapan
and ability alignment (pengetahuan, kompetensi dan
untuk berubah. Kesiapan untuk berubah dapat diukur
kemampuan individu yang berkaitan dengan esensi
dari level individu maupun organisasi. Menurut Eby
perubahan), yaitu extent to which the organizational
et al. (2000) kesiapan individu untuk berubah adalah
member's knowledge, skills, and abilities align with
kesiapan yang mengacu pada persepsi individu
the change (sejauh mana pengetahuan, kompetensi
terhadap
dan
segi
tertentu
lingkungan
kerjanya,
kemampuan
individu
sesuai
dengan
mengenai sejauh apa organisasi dirasa siap untuk
pengetahuan, kompetensi dan kemampuan yang
berubah. Sedangkan Cunningham et al. (2002)
dibutuhkan dalam perubahan). Sedangkan faktor
berpendapat bahwa kesiapan individu untuk berubah
afektif kesiapan individu untuk berubah terdiri dari
adalah kesiapan yang melibatkan kebutuhan untuk
appropriateness
menunjukkan perubahan, dimana seseorang merasa
keyakinan individu bahwa perubahan yang akan
mampu mencapai perubahan (self-efficacy) dan
dilakukan sesuai dengan tuntutan situasi pada masa
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam
yang akan datang, management support (dukungan
proses perubahan. Lain halnya dengan Holt et al.
manajemen)
(2007) yang mendefinisikan kesiapan individu untuk
pemimpin organisasi memiliki komitmen yang serius
(kesesuaian
yaitu
keyakinan
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
perubahan)
individu
yaitu
bahwa
293
untuk
mensukseskan
efficacy
Change commitment dan change efficacy
(kepercayaan terhadap kemampuan pribadi)yaitu
secara kontekstual saling terkait dan dipengaruhi
keyakinan
mampu
oleh change valence (manfaat perubahan bagi
beradaptasi untuk mendukung perubahan dalam
organisasi) yaitusekumpulan penilaian dari anggota
organisasi
organisasi
individu
secara
perubahan,
bahwa
self
individu
keseluruhan,
dan
personally
mengenai
manfaat
perubahan
bagi
beneficial (manfaat perubahan bagi individu)yaitu
organisasi, informational assessment (pengukuran
keyakinan
akan
informasi) yaitusejauh mana anggota organisasi
kepada
mampu mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi
individu
memberikan
bahwa
manfaat
perubahan
secara
pribadi
individu).
organisasi saat ini dan kondisi yang diharapkan saat
Kesiapan Organisasi Untuk Berubah
perubahan dilaksanakan dalam tiga dimensi yaitu
Menurut
Weiner
kesiapan
kebutuhan tugas, persepsi terhadap sumber daya
organisasi untuk berubah mengacu pada komitmen
organisasi dan faktor situasional, serta possible
anggota organisasi untuk berubah dan kepercayaan
contextual
dirinya untuk melaksanakan perubahan organisasi.
memungkinkan) yang terdiri dari organizational
Sedangkan menurut Rafferty et al. (2012) kesiapan
culture (budaya organisasi), politics and procedures
kelompok kerja dan organisasi terhadap perubahan
(kebijakan
merupakan
(pengalaman
kesamaan
(2009)
rasa
individu
dalam
factors
dan
(faktor
kontekstual
prosedur),
masa
past
lampau),
yang
experience
organizational
organisasi karena adanya proses interaksi sosial
resources (kesiapan sumber daya organisasi), dan
yang menciptakan kesatuan pemikiran sehingga
organizational structure (struktur organisasi). Kelima
berdampak pada fenomena kolektif di tingkat yang
faktor
lebih
organisasi untuk berubah melalui change valence
tinggi.
organisasi
Menurut Weiner
untuk
berubah
(2009)
terdiri
kesiapan
dari
change
tersebut
dapat
mempengaruhi
kesiapan
dan informational assessment.
commitment (komitmen untuk berubah) dan change
Weiner
(2009)
menyebutkan
bahwa
efficacy (kepercayaan terhadap kemampuan untuk
menurut teori sosial kognitif, jika tingkat kesiapan
berubah).
organisasi untuk berubah tinggi maka anggota
Change
commitment
merupakan
keyakinan bersama individu dalam organisasi untuk
organisasi
melakukan perubahan karena adanya kesadaran
melaksanakan
bahwa
akan
demikian anggota organisasi dengan sendirinya
bermanfaat baik bagi individu secara pribadi maupun
mampu menginisiasi dirinya untuk melaksanakan
bagi
efficacy
perubahan (initiation), gigih dalam melaksanakan
dalam
perubahan (persistence) dan menunjukkan sikap
perubahan
organisasi.
merupakan
yang
akan
Sedangkan
keyakinan
bersama
dilakukan
change
individu
akan
pada
dengan
perubahan
setiap
mudah
bersedia
tersebut.
Dengan
organisasi bahwa secara kolektif individu dalam
kooperatif
upaya
pelaksanaan
organisasi mampu melakukan perubahan.
perubahan (cooperative behavior). Namun hal ini
belum cukup untuk mensukseskan perubahan tanpa
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
294
adanya
pelaksanaan
perubahan
yang
efektif
kelompok dapat terwakili dan hasil penelitian dapat
(implementation effectiveness).
digeneralisir pada populasi. Selain itu ada pula
METODE
pengelompokan
Penelitian dilakukan di RSUD BDH Kota
karakteristik
responden
yang
bertujuan untuk menfilter responden agar bias
Surabaya pada Juli tahun 2013. Penelitian ini
pemahaman
termasuk dalam penelitian analitik observasional
dikurangi.Terdapat lima karakteristik yang dijadikan
dengan
dalam
dasar pengelompokan yaitu jenis kelamin, profesi,
penelitian ini adalah dokter, perawat, dan bidan
tempat bertugas, kepemilikan informasi tentang
RSUD BDH Kota Surabaya yang berjumlah 254
SJSN, dan pengalaman diundang dalam sosialisasi
orang (35 dokter, 199 perawat, 20 bidan)pada tahun
SJSN. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
2012.
seluruh kelompok karakteristik berdasarkan jenis
desain
cross-sectional.Populasi
Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah proportional stratified random
sampling(CI
dapat
kelamin, profesi dan tempat bertugas telah terwakili
sebagai sampel dalam penelitian ini.
jumlah sampel yang dibutuhkan untuk setiap strata
kepemilikan informasi tentang SJSN bertujuan untuk
adalah
6bidan.
menfilter responden yang akan mengisi kuesioner
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari
agar bias pemahaman responden tentang SJSN
populasiberdasarkan
berkurang. Selain itu dengan mengelompokkan
dokter,
Umum
56perawat
data
dan
Secara
SJSN
Pengelompokan berdasarkan karakteristik
Bagian
α=0,1).
tentang
proporsional
10
10%,
responden
yang
dan
diperoleh
Kepegawaian
serta
dari
Seksi
responden
berdasarkan
karakteristik
ini
dapat
Keperawatan RSUD BDH Kota Surabaya. Data
diketahui pula seberapa besar karyawan yang
dikumpulkan menggunakan kuesionerdari Holt et al.
pernah
(2007) yang telah dimodifikasi dan diuji validitas dan
Berdasarkan
reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan
sebagian
untuk menguji hubungan variabel kesiapan individu
Surabaya (61%) tidak pernah mendengar tentang
dan kesiapan organisasi dalam pelaksanaan SJSN
SJSN.
adalah uji chi-square.
perubahan merupakan salah satu hal penting dalam
mendengar
hasil
besar
informasi
penelitian
karyawan
Kepemilikan
tentang
SJSN.
diketahui
bahwa
RSUD
informasi
BDH
mengenai
Kota
isu
manajemen perubahan karena dapat berpengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada
Karakteristik Responden
perubahan. Menurut Varkey dan Antonio (2010:2)
Tujuan dari pengelompokan karakteristik
responden
dalam
penelitian
ini
adalah
untuk
kepedulian
karyawan
akan
kebutuhan
salah satu indikasi dari kesiapan untuk berubah
adalah adanya ketertarikan karyawan mengenai isu
menunjukkan keseimbangan proporsi responden
perubahan.
Dengan
adanya
yang diambil sebagai sampel penelitian berdasarkan
karyawan akan peduli pada rencana perubahan yang
proporsi kelompok pada populasi. Sehingga seluruh
akan dilakukan. Namun jika karyawan belum tahu
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
ketertarikan
maka
295
mengenai isu perubahan maka dapat dipastikan
RSUD BDH Kota Surabaya. Sebagaimana yang
bahwa karyawan belum memiliki bayangan akan
dijelaskan oleh Varkey dan Antonio (2010:2) bahwa
seperti apa perubahan yang terjadi sehingga tidak
salah satu tahapan dalam manajemen perubahan
dapat menentukan sikap mengenai ketertarikannya
adalah membangun rasa bahwa perubahan yang
maupun sikap yang lain mengenai isu perubahan
akan dilakukan penting. Meskipun tahapan ini
yang dalam hal ini adalah SJSN.
dilakukan
setelah
organisasi
dipastikan
Sumber informasi tentang SJSN dapat
memberikan
gambaran
mengenai
metode
kesiapan
siap
seluruh
dalam
elemen
melakukan
perubahan yang dalam hal ini adalah pelaksanaan
penyebaran informasi yang telah dilakukan untuk
SJSN,
namun
mengenalkan isu perubahan. Dari hasil penelitian
manajemen kepada karyawan secara menyeluruh
didapatkan informasi bahwa media yang paling
maka SJSN tidak akan dirasa penting oleh karyawan
sering menjadi sumber informasi tentang SJSN
RSUD BDH Kota Surabaya dan secara otomatis
adalah media elektronik seperti televisi, radio, dan
kesiapan
internet. Pada urutan kedua terbanyak media yang
pelaksanaan SJSN bisa jadi juga akan menjadi
paling sering menjadi sumber informasi tentang
kurang.
SJSN adalah forum resmi baik dalam bentuk rapat,
Kesiapan Individu RSUD BDH Kota Surabaya
seminar, sosialisasi, maupun pelatihan. Media cetak
dalam Pelaksanaan SJSN
seperti koran, majalah, spanduk, baliho, atau brosur
tanpa
RSUD
adanya
BDH
Sebagai
Kota
bagian
sosialisasi
Surabaya
dari
dari
dalam
rumah
sakit,
menempati urutan ketiga media yang menjadi
karyawan RSUD BDH Kota Surabaya sebagai
sumber informasi tentang SJSN. Urutan terakhir
individu
sumber informasi tentang SJSN adalah rekan kerja.
menghadapi pelaksanaan SJSN. Hal ini dikarenakan
juga
perlu
mempersiapkan
diri
untuk
Relatif sedikitnya jumlah karyawan RSUD
yang akan memberikan pelayanan secara langsung
BDH Kota Surabaya yang pernah mendengar
kepada pasien SJSN nantinya tidak lain adalah
tentang SJSN mengindikasikan bahwa manajemen
karyawan RSUD BDH Kota Surabaya, khususnya
RSUD BDH Kota Surabaya belum melakukan
tenaga
sosialisasi
perawat, dan bidan. Menurut Holt et al. (2010:51)
tentang
karyawannya.
Hal
SJSN
ini
kepada
dibuktikan
seluruh
dengan
hasil
medis
dan
keperawatan
yaitu
dokter,
kesiapan individu untuk berubah yang dalam hal ini
penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar
adalah
karyawan (88%) tidak pernah diundang dalam
Surabaya dalam pelaksanaan SJSN terdiri dari faktor
sosialisasi SJSN. Dari karyawan yang pernah
struktural dan faktor psikologis, atau bisa juga
diundang dalam sosialisasi SJSN, paling sering
disebut sebagai faktor kognitif dan faktor afektif.
diundang
oleh
manajemen
RSUD
BDH
Kota
kesiapan
karyawan
RSUD
BDH
Kota
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
Surabaya. Namun ada juga beberapa karyawan
informasi
bahwa
karyawan
yang diundang oleh instansi di luar manajemen
Surabaya yang pernah mendengar tentang SJSN
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
RSUD
BDH
Kota
296
sebagian besar (64%) memiliki tingkat pengetahuan
dengan kondisi yang diharapkan pada awal tahun
tentang peraturan SJSN yang tinggi. Demikian pula
2014 karena masih belum rapinya sistem yang
dengan tingkat pengetahuan tentang kendali mutu
dibangun untuk melaksanakan SJSN.
dan kendali biaya dalam SJSN dimana relatif
sebagian
besar
Kota
Surabaya yang pernah mendengar tetang SJSN
Surabaya yang pernah mendengar tentang SJSN
(54%) memiliki tingkat keyakinan yang sedang atas
memiliki
RSUD
BDH
tingkat
pengetahuan
tinggi.
Dengan
dukungan manajemen dalam pelaksanaan SJSN.
dapat
disimpulkan
bahwa
tingkat
Hal ini bisa jadi dikarenakan masih belum meratanya
sekaligus
tingkat
sosialisasi tentang SJSN yang diberikan RSUD BDH
Kota
Kota Surabaya kepada karyawannya. Selain itu
demikian
pengetahuan
kesiapan
karyawan
Kebanyakan karyawan RSUD BDH Kota
terkait
kognitif
SJSN
karyawan
RSUD
BDH
Surabaya yang pernah mendengar tentang SJSN
kurangnya
dukungan
manajemen
juga
bisa
sebagian besar tinggi.
disebabkan karena masih adanya ketidakpastian
Selain faktor kognitif, kesiapan individu
pelaksanaan SJSN pada 1 Januari 2014 melihat dari
untuk berubah juga diukur dari faktor afektif. Menurut
kurangnya kesiapan pemerintah dalam mengatur
Holt et al.(2010:52) faktor afektif kesiapan individu
persiapan teknis terkait pelaksanaan SJSN. Namun
untuk
meskipun demikian manajemen RSUD BDH Kota
berubah
(kesesuaian
terdiri
appropriateness
support
Surabaya tetap perlu mewacanakan pelaksanaan
(dukungan manajemen), self efficacy (kepercayaan
SJSN kepada seluruh karyawan baik dalam bentuk
terhadap
personally
kegiatan seperti sosialisasi maupun publikasi seperti
individu).
pemasangan spanduk atau baliho yang berisi
beneficial
perubahan),
dari
kemampuan
(manfaat
Berdasarkan
hasil
management
pribadi),
perubahan
penelitian
dan
bagi
sebagian
besar
informasi tentang SJSN.
karyawan RSUD BDH Kota Surabaya yang pernah
Selain
itu
sebagian
besar
karyawan
mendengar tentang SJSN (71%) memiliki tingkat
RSUD BDH Kota Surabaya yang pernah mendengar
keyakinan yang sedang atas kesesuaian perubahan
tentang SJSN (79%) juga memiliki tingkat keyakinan
yang dalam hal ini adalah pelaksanaan SJSN.
yang
Peneliti
dikarenakan
melaksanakan SJSN. Hal ini bisa jadi dikarenakan
selama
ini
SJSN tidak jauh berbeda dengan program jaminan
disebarluaskan hanya sebatas gambaran umum
kesehatan yang sebelumnya ada sehingga karyawan
saja. Selain itu berbagai peraturan teknis yang
RSUD BDH Kota Surabaya cukup percaya diri untuk
mengatur tentang pelaksanaan SJSN juga masih
bisa beradaptasi dengan mudah dalam pelaksanaan
banyak yang belum dirampungkan oleh Pemerintah
SJSN. Namun meskipun demikian masih ada
Indonesia. Hal ini menyebabkan masih adanya
beberapa hal yang perlu ditingkatkan guna menjamin
karyawan RSUD BDH Kota Surabaya yang tidak
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan RSUD
terlalu yakin jika pelaksanaan SJSN akan sesuai
BDH Kota Surabaya.
informasi
mengasumsikan
mengenai
hal
SJSN
ini
yang
sedang
atas
kemampuannya
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
dalam
297
Sedangkan
perubahan
bagi
hasil
individu
pengukuranmanfaat
dalam
pelaksanaan
SJSN
juga
perlu
bahwa
diimbangi dengan pengukuran kesiapan kognitif
karyawan RSUD BDH Kota Surabaya yang pernah
individu dalam pelaksanaan SJSN yang bisa lebih
mendengar
obyektif dalam mengukur kesiapan individu.
tentang
menunjukkan
individu
SJSNdan
memiliki
tingkat
keyakinan yang sedang dan tinggi atas manfaat
Jika dilihat dari segi kesiapan individu
pelaksanaan SJSN secara pribadi hampir seimbang
secara keseluruhan yang meliputi kesiapan kognitif
(sedang = 54% dan tinggi = 46%). Hal ini
dan afektif individu, maka dari hasil penelitian
mengindikasikan adanya harapan karyawan yang
diketahui bahwa sebagian besar karyawan RSUD
cukup tinggi atas manfaat yang dapat diperoleh
BDH Kota Surabaya yang pernah mendengar
secara pribadi dalam pelaksanaan SJSN. Secara
tentang SJSN (93%) siap dalam pelaksanaan SJSN.
positif harapan ini dapat menjadi pemicu semangat
Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa RSUD
karyawan RSUD BDH Kota Surabaya dalam upaya
BDH Kota Surabaya tidak akan mengalami kendala
persiapan pelaksanaan SJSN. Namun harapan ini
yang berarti dalam upaya persiapan pelaksanaan
juga dapat menurunkan kepercayaan karyawan
SJSN. Namun perlu digarisbawahi bahwa masih
RSUD BDH Kota Surabaya terhadap SJSN jika
banyak (61%) dari karyawan RSUD BDH Kota
ternyata dalam pelaksanaannya karyawan tidak
Surabaya yang belum pernah mendengar tentang
mendapatkan
SJSN. Oleh karena itu perlu adanya perhatian
manfaat
seperti
yang
telah
diharapkan.
khusus dari manajemen RSUD BDH Kota Surabaya
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
terkait upaya sosialisasi SJSN kepada seluruh
bahwa sebagian besar karyawan RSUD BDH Kota
karyawannya. Sehingga dapat dipastikan bahwa
Surabaya yang pernah mendengar tentang SJSN
tidak hanya sebagian kecil karyawan saja yang
(79%) memiliki tingkat kesiapan afektif yang sedang.
secara individu siap dalam pelaksanaan SJSN tetapi
Sehingga dapat diketahui bahwa karyawan RSUD
sebagian
BDH Kota Surabaya yang pernah mendengar
Surabaya.
tentang SJSN cukup siap secara afektif dalam
Kesiapan Organisasi RSUD BDH Kota Surabaya
pelaksanaan SJSN. Hal ini bisa jadi dikarenakan
dalam Pelaksanaan SJSN
SJSN tidak jauh berbeda dengan jaminan kesehatan
besar
karyawan
Kesiapan
RSUD
organisasi
BDH
untuk
Kota
berubah
yang sebelumnya ada sehingga kesiapan afektif
mengacu pada komitmen anggota organisasi untuk
individu yang diukur dari tingkat keyakinan atas
berubah
kesesuaian
manajemen,
melaksanakan perubahan organisasi (Weiner, 2009).
kemampuan individu, dan manfaat perubahan bagi
Dengan demikian kesiapan organisasi untuk berubah
individu
Pengukuran
terdiri dari change commitment (komitmen untuk
hasil
berubah)
keyakinan
perubahan,
hasilnya
dukungan
cukup
cenderung
tinggi.
memberikan
yang
subyektif oleh karena itu pengukuran kesiapan afektif
dan
dan
kepercayaan
change
efficacy
dirinya
untuk
(kepercayaan
terhadap kemampuan untuk berubah). Sebagian
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
298
besar karyawan RSUD BDH Kota Surabaya yang
pelaksanaan SJSN. Hal ini menunjukkan bahwa
pernah mendengar tentang SJSN (86%) memiliki
kesiapan organisasi RSUD BDH Kota Surabaya
tingkat keyakinan yang sedang atas komitmen
dalam pelaksanaan SJSN sudah baik. Namun perlu
bersama untuk berubah. Hal ini mengindikasikan
digarisbawahi bahwa hasil penelitian ini terbatas
bahwa karyawan RSUD BDH Kota Surabaya yang
hanya menggambarkan kesiapan dari karyawan
pernah mendengar tentang SJSN merasa bahwa
yang pernah mendengar tentang SJSN. Dan masih
karyawan RSUD BDH Kota Surabaya secara kolektif
banyak karyawan RSUD BDH Kota Surabaya (61%)
mendukung dan berkomitmen dalam pelaksanaan
yang masih tidak pernah mendengar tentang SJSN.
SJSN. Dengan adanya komitmen bersama dalam
Selain itu gambaran dari kesiapan organisasi RSUD
pelaksanaan SJSN maka akan lebih mudah bagi
BDH Kota Surabaya dalam pelaksanaan SJSN ini
RSUD
juga hanya sebatas pada pengukuran kesiapan
BDH
Kota
Surabaya
untuk
melakukan
langkah selanjutnya dalam manajemen perubahan.
secara subyektif dari karyawan RSUD BDH Kota
Selain komitmen bersama untuk berubah,
Surabaya yang pernah mendengar tentang SJSN.
indikator
lain
berubah
adalah
pada
kesiapan
organisasi
untuk
Pengukuran kesiapan organisasi secara obyektif
kemampuan
bersama
untuk
tidak dapat dilakukan karena masih terbatasnya
berubah. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
peraturan mengenai syarat rumah sakit yang dapat
besar karyawan RSUD BDH Kota Surabaya yang
bekerjasama
pernah mendengar tentang SJSN (79%) memiliki
memberikan pelayanan kepada pasien SJSN. Selain
tingkat keyakinan yang sedang atas kemampuan
itu
bersama untuk berubah. Sehingga RSUD BDH Kota
dikemukakan oleh Weiner (2009) juga tidak terdapat
Surabaya memiliki kemampuan yang cukup untuk
indikator yang dapat diukur secara obyektif. Hal ini
melaksanakan
mengasumsikan
dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya
bahwa hal ini bisa jadi dikarenakan RSUD BDH Kota
yang juga akan mengukur kesiapan organisasi untuk
Surabaya
berubah. Bagi RSUD BDH Kota Surabaya hal ini
SJSN.
sudah
Peneliti
memiliki
pengalaman
dalam
dalam
melayani pasien dari program jaminan kesehatan
juga
yang
motivasi
sebelumnya
ada.
Sehingga
pengalaman
dapat
dengan
teori
Kesehatan
kesiapan
menjadi
sebagai
BPJS
gambaran
bekal
untuk
organisasi
dalam
yang
awal sekaligus
mempersiapkan
tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi RSUD
organisasi RSUD BDH Kota Surabaya agar lebih
BDH Kota Surabaya dalam memberikan pelayanan
matang dalam pelaksanaan SJSN.
kesehatan bagi pasien SJSN kelak.
Hubungan
Jika dilihat secara keseluruhan maka
sebagian
besar
karyawan
RSUD
BDH
Kesiapan
Individu
dan
Kesiapan
Organisasi dalam Pelaksanaan SJSN
Kota
Kesiapan kelompok kerja dan organisasi
Surabaya yang pernah mendengar tentang SJSN
terhadap perubahan merupakan kesamaan rasa
(89%) yakin bahwa organisasinya yang dalam hal ini
individu dalam organisasi karena adanya proses
adalah RSUD BDH Kota Surabaya siap dalam
interaksi
sosial
yang
menciptakan
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
kesatuan
299
pemikiran sehingga berdampak pada fenomena
kesiapan organisasi RSUD BDH Kota Surabaya
kolektif di tingkat yang lebih tinggi (Rafferty, 2012).
dalam pelaksanaan SJSN. Namun berdasarkan hasil
Berdasarkan pendapat Rafferty et al. tersebut maka
penelitian yang dilakukan di RSUD BDH Kota
dapat diketahui bahwa kesiapan organisasi erat
Surabaya diketahui bahwa ada individu yang siap
kaitannya
dalam
dengan
kesiapan
individu.
Kesiapan
pelaksanaan
SJSN
menilai
bahwa
organisasi terbentuk dari kesiapan individu yang
organisasinya tidak siap dalam pelaksanaan SJSN.
berkolaborasi melalui kontak sosial antarindividu
Menurut asumsi peneliti dapat dikarenakan individu
sehingga menghasilkan pola sikap yang mendorong
yang
timbulnya perilaku positif dalam upaya perubahan.
memahami dan peduli terhadap berbagai hal yang
siap
dalam
pelaksanaan
SJSN
lebih
Menurut Weiner (2009) terdapat dua
kemungkinan terjadi dalam pelaksanaan SJSN
faktor yang terkait dengan kesiapan organisasi
sehingga lebih kritis saat menentukan kesiapan
secara langsung, yaitu change valence (manfaat
organisasinya dalam pelaksanaan SJSN.
perubahan
bagi
organisasi)
informational
Selain itu juga diketahui bahwa karyawan
assessment (pengukuran informasi). Kedua faktor ini
RSUD BDH Kota Surabaya yang pernah mendengar
juga terkait denganpossible contextual factors (faktor
tentang SJSN baik yang siap maupun yang tidak
kontekstual
Sehingga
siap dalam pelaksanaan SJSN memiliki keyakinan
possible contextual factors (faktor kontekstual yang
yang relatif sama atas kesiapan organisasi RSUD
memungkinkan)
BDH Kota Surabaya dalam pelaksanaan SJSN.
yang
dan
memungkinkan).
secara
tidak
langsung
terkait
dengan kesiapan organisasi untuk berubah. Salah
Dengan
satu bagian dari possible contextual factors (faktor
berhubungan dengan kesiapan organisasi. Hal ini
kontekstual
adalah
dikarenakan kesiapan individu untuk berubah bukan
organizational resources (kesiapan sumber daya
faktor yang secara langsung terkait dengan kesiapan
organisasi) dimana salah satunya adalah kesiapan
organisasi
sumber
dalam
sebagian kecil faktor yang secara tidak langsung
organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan
terkait dengan kesiapan organisasi untuk berubah.
bahwa
Sehingga beberapa faktor lain yang belum diteliti dan
yang
daya
memungkinkan)
manusia
kesiapan
atau
individu
individu
terkait
secara
tidak
langsung terhadap kesiapan organisasi.
demikian
untuk
kesiapan
berubah,
individu
melainkan
tidak
hanya
secara langsung terkait dengan kesiapan organisasi
Karyawan RSUD BDH Kota Surabaya
untuk berubah menurut teori Weiner (2009) tidak
merupakan bagian dari organisasi RSUD BDH Kota
dapat diabaikan begitu saja. Selain itu kesiapan
Surabaya. Kesiapan organisasi RSUD BDH Kota
organisasi dalam penelitian ini juga masih bersifat
Surabaya tentu juga ditentukan oleh kesiapan
subyektif karena
karyawannya dalam pelaksanaan SJSN. Kesiapan
sehingga menyebabkan persepsi yang relatif sama
karyawan
dalam
antarindividu. Hal ini bisa menjadi masukan bagi
dari
RSUD BDH Kota Surabaya dan juga peneliti lain
RSUD
pelaksanaan
BDH
SJSN
Kota
merupakan
Surabaya
cerminan
diukur
dari
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
persepsi
individu
300
agar mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait
dengan kesiapan organisasi untuk berubah dan cara
pengukuran kesiapan organisasi yang lebih obyektif
dalam penelitian selanjutnya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
kesiapan individu dan kesiapan organisasi RSUD
BDH Kota Surabaya dalam pelaksanaan SJSN maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapan individu
tidak berhubungan dengan kesiapan organisasi
dalam pelaksanaan SJSN. Hal ini dikarenakan
kesiapan individu merupakan bagian kecil dari faktor
yang secara tidak langsung terkait dengan kesiapan
organisasi untuk berubah dan subyektivitas individu
http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2806
967. Sitasi 14 Mei 2013.
Kotter, J. 2011. Change Management vs. Change
Leadership-What’s
The
Difference?.
http://www.forbes.com/sites/johnkotter/2011/0
7/12/change-management-vs-changeleadership-whats-the-difference/. Sitasi 26
Mei 2013.
Rafferty, A. E., Jimmieson, N. L., et al. 2012. Change
Readiness: A Multilevel Review. Journal of
Management
2013,
39:
110-135.
http://jom.sagepub.com/content/39/1/110.
Sitasi 6 Mei 2013.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
http://www.taspen.com/files/humas/SJSN%20
no%2040%20th%202004.pdf.
Sitasi
15
Desember 2012.
Varkey, P. dan Kayla Antonio. 2010. Change
Management
for
Effective
Quality
Improvement: A Primer. American Journal of
Medical
Quality,
XX(X):
1-6.
http://ajm.sagepub.com/content/early/2010/04
/30/1062860610361625. Sitasi 20 Mei 2013.
Weiner, Bryan J. 2009. A Theory of Organization
Readiness for Change.
dalam menilai kesiapan organisasi. Oleh karena itu
disarankan bagi RSUD BDH Kota Surabaya dan juga
peneliti lain agar mempertimbangkan berbagai faktor
yang terkait dengan kesiapan organisasi untuk
berubah dan cara pengukuran kesiapan organisasi
yang lebih obyektif dalam penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, C. E., Woodward, et al. 2002.
Readines for Organizational Change: A
Longitudinal
Study
of
Workplace,
Psychological and Behavioral Correlates.
Journal of Occupational and Organization
Psychology, 75: 377-392.
Eby, L. T., Adams, D., et al. 2000. Perceptions of
Organizational Readiness for Change: Factor
Related to Employees Reaction to The
Implementation of Team-Based Selling.
Human Relation, 53: 419-442.
Holt, D. T., Armenakis, A. A., et al. 2007. Readiness
for Organizational Change: The Systematic
Development of a Scale. Journal of Apllied
Behavioral
Science,
43:
232-255.
http://jab.sagepub.com/content/43/2/232.
Sitasi 14 Mei 2013.
Holt, D. T., Helfrich, C. D., et al. 2010. Are You
Ready? How Health Professionals Can
Comprehensively Conceptualize Readiness
for Change. Journal of J Gen Intern Med, 25
(Suppl
1):
50-55.
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
Download