POTENSI WILAYAH PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DAN

advertisement
POTENSI WILAYAH PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DAN PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT DI KABUPATEN ROKAN HULU
Latifa Siswati
Staf pengajar Faperta Univ. Lancang Kuning
ABSTRAK. Penelitian ini adalah untuk mencari Potensi wilayah pengembangan ternak sapi dan
perkebunan sawit,upaya pengembangan ini tidak terlepas dari ketersediaan sumberdaya
yang ada di daerah pengembangan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1.untuk mengetahui
daya dukung sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk pengembangan ternak
sapi di Kabupaten Rokan Hulu.2. Menentukan pusat-pusat wilayah ( Kecamatan) yang
berpotensi untuk pengembangan ternak sapi. Metode penelitian adalah survey,
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk
menganalisis keadaan wilayah apakah suatu wilayah merupakan basis dalam populasi
ternak sapi mengunakan metode LQ. Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16 Kecamatan
merupakan daerah basis ternak sapi karena hasil perhitungan Location Quation (LQ) .
Karakteristik petani , usia petani 30 sampai 50 tahun, tingkat pendidikan umumnya
sekolah dasar. ada4 memiliki nilai LQ lebih dari satu.yaitu; kecamatan Pandalian IV
koto, Rambah Samo,Ramabah Hilir,Bagan Purba. Nilai total Kapasitas penambahan
populasi ternak Ruminansia (KPPTR) kabupaten Rokan Hulu 1.188.293,18 ST keadaan
menunjukan bahwa KabupatenRokan Hulu masihcukup potensial dengan pengembangan
wilayah yang berpotensi .
Pendapatan rata –rata pertani Rp3.067.409,5 per bulan .
Kata Kunci : potensi , perkebunan.
ABSTRACT. This research is looking for defeloping area livestock and , plantation of palm ,
this effort developing have not aviability source there was developing area.the experiment to
goal: the analize was capacity natural source and human source for expanded livestock 2.the
definited districk center was potensial for expanded livestock on Rokan Hulu region.3. the
potential in Rokan Hulu region as effort developing
livestock tomorrow. The metode
experiment were survey and observation experiment location with quisioner , and primer and
secondary data. For analysis region it basis withLocation Quation (LQ).
The result how that the farming system by rural society Rokan Hulu . characteristic farmer 30 –
50 years. The education level average elementary school. The potential in Rokan Hulu districk
omong others, livestick population that indication the farming system that 4 districk ; Pandalian
IV koto, Rambah Samo,Ramabah Hilir,Bagan Purba.the other cosiderance to developing
livestock in Rokan Hulu was carrying capacity to Ruminant was possible for carry out that is
1.188.293,18 ST .the general Rokan Hulu stil potential for developing livestock by developing
districk potenti.
The a farmer income average to Rp. 3.067.409,5,per month.
Key word; potention, plantation.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Rokan Hulu merupakan Kabupaten yang mempunyai populasi ternak sapi yang cukup
banyak 24.483 ekor (Dinas peternakan Provinsi Riau,2008). Luas wilayah 7.449,85 km2 atau 7,88
% dari Luas wilayah Propinsi Riau (94.541,60 km2).Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16
Kecamatan ,Ketinggian beberapa daerah / kota di Kabupaten Rokan Hulu dari permukaan laut
berkisar antara 10 -164 meter. Daerah tertinggi adalah daerah Samo yaitu 164 meter di atas
permukaan laut dan terendah adalah Bonai Darussalam yaitu 10 meter di atas permukaan laut.
Masyarakat di Kabupaten Rokan Hulu sudah sekitar empat tahun terakhir Pemerintah
Daerah Propinsi Riau telah melaksanakan program pengentasan kemiskinan di Riau dengan
Program K2I (Kemiskinan, Kebodohan dan Infrastuktur). Salah satu program yang dilaksanakan
adalah bantuan berupa Sapi kepada masyarakat. Dari program ini, diharapkan terjadi
peningkatan pendapatan masyarakat. Di Propinsi Riau umumnya dan khususnya di Kabupaten
Rokan Hulu, lahan telah banyak dikonversi menjadi areal perkebunan, khususnya adalah kelapa
sawit. Dari sudut pandang Departemen Pertanian, kebun-kebun ini potensial sebagai “Padang
Penggembalaan” ternak sapi.
Program bantuan K2I berupa sapi ini terhadap masyarakat pemilik perkebunan, meski
pun sudah berjalan sekitar empat tahun belum memperoleh hasil yang signifikan terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat. Kebun kelapa sawit yang mereka miliki sebelumnya juga
berskala kecil. Sebenarnya program bantuan sapi ini diharapkan terjadi integrasi atau
diversifikasi usaha pertanian pada masyarakat. Dengan dilakukan diversifikasi ini, agar ekonomi
masyarakat petani terutama di Propinsi Riau pada sektor perkebunan dapat meningkat.
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari menghitung
potensi pengembangan ternak sapid an perkebunan kelapa sawit di kabupaten Rokan Hulu.
Perumusan Masalah
Upaya meningkatkan taraf hidup petani peternak di Kabupaten Rokan Hulu , dapat
melalui pengelolaan sumberdaya fisik dan non fisik yang ada pada petani. Tujuan ini tercapai
dengan usaha – usaha meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya yang dimiliki dalam
proses produksi. Menurut Mubyarto (1979) faktor produksi yang terlihat dalam proses produksi
meliputi lahan,tenaga kerja, modal dan manajemen. Faktor produksi manajemen berfungsi
mengkoordinasikan ketiga faktor produksi lainnya, sehingga menghasilkan produk yang optimal.
Atas dasar di atas maka peternak dituntut untuk memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin agar hasil guna yang lebih tinggi, masalah lain adalah pemilikan lahan yang terpencarpencar sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efisien ,keterbatasan lahan menyebabkan pola
usahatani harus mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di identifikasi masalah ,yaitu ;
1. Sumberdaya apa saja yang dimiliki masing- masing wilayah di Kabupaten Rokan Hulu,untuk
pengembangan ternak sapi sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal.
2. Wilayah mana saja yang dapat berperan sebagai pusat pengembangan ternak sapi
berdasarkan sumberdaya yang dimiliki.
3. Bagaimana potensi masing –masing wilayah potensi wilayah Kabupaten Rokan Hulu sebagai
wilayah pengembangan ternak sapi dimasa mendatang.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1. Menganalisis daya dukung sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk
pengembangan ternak sapi di Kabupaten Rokan Hulu.
2. Menentukan pusat- pusat wilayah (kecamatan) yang berpotensi untuk pengembangan
ternak sapi di Kabupaten Rokan Hulu.
Kontribusi penelitian
Kontribusi penelitian adalah;
1. Memberikan informasi tentang potensi masing –masing wilayah Kabupaten Rokan Hulu
sebagai wilayah pengembangan ternak sapi potong dimasa yang akan dating.
2. Sebagai bahan bagi pengambil keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan kondisi di
masing- masing wilayah Kabupaten Rokan Hulu,Riau.
METODE PENELITIAN
Penelitian atau kajian ini menggunakan metode survey. Unit analisis dalam kajian ini
adalah keluarga petani peternak yang melakukan usaha tani berupa perkebunan kelapa sawit,
dan peternakan sapi. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder ,data primer diperoleh langsung dengan cara penyebaran kuisioner pada responden
melalui wawancara. Data primer digunakan untuk mengetahui pendapatan petani . data sekunder
diperoleh dari instansi terkait yaitu ; dinas peternakan, biro pusat statistic, dinas perkebunan ,dan
lain-lain.
Responden pada penelitian ini diambil dari kelompok peternak sapi yang mendapat
bantuan dari pemerintah dengan metode purposive sampling .
Analisis data secara deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengambarkan
kondisi peternakan sapi yang ada di wilayah Kabupaten Rokan Hulu terutama segi sumberdaya
manusia peternak ; tingkat pendidikan, lama beternak,kondisi sumber daya alam.
Metode Location Question (LQ)
Metode ini digunakan untuk menganalisis keadaan wilayah , apakah suatu wilayah merupakan
basis atau non basis khususnya dalam populasi ternak sapi. Metode LQ di rumuskan sebagai
berikut:
LQ = SI/ NI
Dimana :
SI
= Perbandingan antara jumlah populasi jenis ternak sapi potong (ST) wilayah
tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah yang sama.
NI = Perbandingan antara jumlah populasi sapi di kabupaten dengan jumlah
penduduk di kabupaten yang sama.

Metode Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)
Metode ini merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974), total produk hijauan
makanan ternak (HMT) dirumuskan sebagai berikut :
[ 3,75 x Total luas lahan + luas panen x koefisien produk HMT]
Daya tampung wilayah dirumuskan sebagai berikut :
[ Total Produksi HMT / 2,3]
Nilai KPPTR dirumuskan sebagai berikut :
[ Daya tampung wilayah – populasi riel ternak ]
Dimana ; kebutuhan berat kering untuk satu ekor ternak adalah 2,3 ton /tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Petani Responden
A. Umur Petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani berkisar antara 30 tahun sampai 60
tahun yang merupakan usia produktif. Umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan fisik
dalam melakukan pekerjaan ,umumnya umur yang lebih muda akan memiliki kemampuan lebih
baik dalam melakukan usahataninya yang akan menghasilkan produksi lebih banyak serta lebih
giat dan aktif memelihara sapi.Petani yang lebih muda akan lebih cepat menerima dan menyerap
inovasi baru, gambaran umur petani dapat dilihat pada tabel 1
Table 1. Umur Petani
no
Umur (tahun)
Jumlah
Persentase (%)
1
20 – 30
3
5,17
2
31 – 40
20
34,48
3
41- 50
18
31,03
 51
4
Jumlah
17
29,32
58
100,00
suu
Sumber ; data diolah
uuumu
Umur petani 34,48 % adalah 31 – 40 tahun ,umur 41 – 50 tahun sebanyak 31,48 % dan
diatas umur 51 tahun sebanyak 29,32% masih sangat produktif , hal ini akan membuat
integrasi sapi dengan kebun kelapa sawit akan lebih baik pada umumnya masih mudah
menerima inovasi kebanyakan petani yang berumur masih muda karena meraka pada
umumnya sudah mulai menyadari mengkombinasikan atau diversifikasi usahatani akan
membuat pendapatan petani akan lebih baik.Faktor umur biasanya lebih diidentikan dengan
peroduktivitas kerja,jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecendrungan
produktivitasnya juga tinggi .Chamdi (2003) ,semakin muda usia peternak (usia produktif
20 – 45 tahun) umumnya rasa keingintahuan tarhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap
introduksi teknologi semakin tinggi.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan pola petani terutama dalam menerima inovasi baru dan
dalam pembagian waktu bekerja.Tingkat pendidikan petani dapat dilihat pada tabel 2
Tabel.2. Tingkat Pendidikan Petani
NO
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
SD
36
62,07
2
SLTP
18
31,04
3
SLTA
4
6,89
Jumlah
58
100.00
Sumber : Diolah dari data primer
Hasil penelitian dapat diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani adalah Sekolah
dasar (62,07%) ,SLTP (31,04%) ,SLTA (6,89%) , dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup
dapat diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan. Di Kab.Rokan
Hulu lebih dari separoh adalah pendidikan SD yang akan mempengaruhi menerapkan inovasi
baru dalam melakukan perkebunan dan peternakan.
Menurut Syafaat, dkk (1995) bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya
manusia ,yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya.
Pekerjaan semua responden adalah petani kebu n kelapa sawit, karet, coklat yang mana
penerimaan dari coklat lebih tinggi dari kelapa sawit.
.KAPASITAS TAMPUNG
Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16 Kecamatan merupakan daerah basis ternak sapi karena
hasil perhitungan Location Quation (LQ) ada4 memiliki nilai lebih dari satu.yaitu; kecamatan
pandalian IV koto, Rambah Samo,Ramabah Hilir,Bagan Purba.
Table 3. Wilayah Basis Ternak Sapi di Kabupaten rokan hulu
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
KECAMATAN
ROKAN IV KOTO
PANDALIAN IV KOTO
TANDUN
KABUN
UJUNG BATU
RAMBAH SAMO
RAMBAH HILIR
BAGAN PURBA
TAMBUSAI
TAMBUSAI UTARA
KEPENUHAN
KEPENUHAN HULU
KUNTO DARUSALAM
PAGARAN TAPAH
BONAI DARUSALAM
NILAI LQ
0,5644
1,2505
0,2887
0,2421
0,1649
3,6674
1,7868
2,8575
0,8220
0,2027
0,4463
0,4763
0,4776
0,8969
0,3625
Kapasitas tampung sangat dipengaruhi oleh luas kebun kelapa sawit,luas panen
Dan populasi ternak sapi . Nilai total Kapasitas penambahan populasi ternak
Ruminansia (KPPTR) kabupatenRokan Hulu adalah 1.188.293,18 ST
keadaan menunjukan bahwa secara teori KabupatenRokan Hulu
Masih dapat menyediakan pakan ternak berupa rumput dan daun ,pelepah sawit
Untuk makanan ternak sapi.
Nilai KPPTR terbesar terdapat di kecamatan Tambusai Utara yaitu 64224,94
Dan terendah di Kecamatan Bonai Darusalam
Table 4. KPPTR Masing – masing Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu
No
KECAMATAN
NILAI KPPTR (ST)
1
ROKAN IV KOTO
10039,32
2
PENDALIAN IV KOTO
9497,76
3
TANDUN
23211,6
4
KABUN
9138,99
5
UJUNG BATU
2289,99
6
RAMBAH SAMO
32644,94
7
RAMBAH HILIR
957668
8
BAGAN PURBA
12456,96
9
TAMBUSAI
31499,11
10
TAMBUSAI UTARA
64224,94
11
KEPENUHAN
11923,94
12
KEPENUHAN HULU
11972,37
13
KUNTO DARUSALAM
21725,72
14
PAGARAN TAPAH
8840,79
15
BONAI DARUSALAM
695,83
Sumber : Hasil pengolahan data
Berdasarkan nilai KPPTR yang dimiliki maka Kecamatan – kecamatan di atas
merupakan kecamatan potensial untuk pengembangan ternak sapi
diintegrasikan dengan kelapa sawit.
Produktivitas Ternak sapi yang diintegrasikan dengan Perkebunan Kelapa Sawit.
Integrasi sapi dengan perkebunan kelapa sawit relative mudah dilaksanakan ,
Bila kedua usaha dikendalikan dan dikelola dalam satu wadah.
Sapi yang diintroduksi adalah sapi Bali terutama sapi betina . sapi Bali ada lah
Jenis sapi yang sudah adaptasi baik di daerah Kab.Pelalawan dan merupakan
Jenis ternak yang umum dipelihara penduduk setempat serta daya berkembang
Biaknya tinggi. Dipilih sapi betina terutama usaha meningkatkan populasi
Sehingga cepat tersedia sapi untuk membantu tenaga panen maupun mempro
Duksi bakalan .
Pemeliharaan sapi peternak dilakukan dengan pengangonan dan di kanDangkan , malam sampai pagi sapi dikandangkan siang diikatkan di pinggiran
Kebun kelapa sawit. Sapi pada malam dan pagi hari diberi rumput alam yang
Tersedia di sekitar rumah dan kebun kelapa sawit, sudah ada mesin untuk
Membantu pemotongan pelepah sawit tetapi belum dapat dipakai karena
Bahan bakar sulit di dapat dan menambah biaya pakan.
Setiap peternak mempunyai kandang tersendiri yang dilengakapi tempat
Pakan dan penampungan kotoran . kanadang dibangun dekat rumah petani
Agar mudah melakukan pengawasan,perawatan dan pengumpulan pakan.
Kandang yang dibuat berisi 3 sampai 4 ekor sapi.
Produktivitas Perkebunan kelapa sawit yang mendukung pengembangan
Ternak sapi
Pelepah kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak sapi
Sebagai sumber penganti hijauan atau dalam bentuk silase yang dikombinasikan
Bahan lain atau kosentrat sebagai campuran.
Daun kelapa sawit juga dapat digunakan sebagi pakan ternak sapi , rumput yang
Tumbuh di bawah pohon kelapa sawit juga dapat dijadikan sumber pakan
Termasuk leguminosa yang banyak tumbuh saat kelapa sawit umur masih muda.
Efisiensi Tenaga Kerja dengan Pemenfaatan Ternak Sapi sebagai Alat angkut di
lahan Perkebunan Kelapa sawit
Efisiensi dalam memanfaatkan tenaga kerja sebagai alat angkut di lahan kelapa
Sawit di Kabupaten Rokan Hulu. setelah dipanen buah sawit harus segera dikirim
Ke tempat penampungan , sehingga diperlukan cara transportasi yang praktis
Dan murah.penggunaan alat transportasi besar (truk) akan membutuh
Investasi pembuatan jalan dan pengadaan kendaraan dalam jumlah yang cukup
Besar karena luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Rokan hulu cukup luas
Apabila ketersediaan sarana transportasi dalam kebun terbatas akan mengHambat kelancaran pengangkutan hasil panen maupun pengangkutan pupuk.
Untuk membantu pengangutan hasil panen dan pupuk maka ternak sapi dapat
Dijadikan alat transportasi yang murah.
Potensi hasil samping dan limbah Perkebunan Kelapa sawit dalam
Pemenuhan kebutuhan pakan ternak sapi
Selain menghasilkan CPO sebagai komoditas utama , industry kelapa sawit
Juga menhasilkan beberapa jenis hasil samping yang potensial untuk digunakan
Bahan pakan ternak yaitu; serabut mesokkarp (palm press fiber /PPF) ,lumpur
Sawit (palm oil slude/POS) ,dan bungkil inti sawit (palm kernel cake/PKC) yang
Diperoleh dari pabrik pengolahan kelapa sawit, serta pelepah sawit (oil palm
Frond /OPF) dan batang pohon sawit (oil palm trunk /OPT) yang diperoleh
Dari kebun kelapa sawit .
Hasil samping dan limbah perkebunan kelapa sawit ini cukup banyak di Kab.
Rokan Hulu karena luas kebun kelapa sawit disini cukup luas 184.489,22 ha.
Yang tersebar di setiap kecamatan .
Lumpur sawit diketahui merupakan hasil ikutan proses ekstraksi minyak
Sawit yang mengandung air cukup tinggi. Produk samping ini diketahui menimBulkan masalah lingkungan sehingga upaya untuk mengatsinya telah dilakukan
Dengan mengurangi kandungan air lumpur sawit untuk selanjutnya dapat diguna
Kan sebagai bahan pakan ternak, khususnya sapi. Produk hasil pemisahan
Lumpur sawit dari sebagian besar kandungan airnya dikenal dengan solid.
Solid diketahui mngandung protein kasar sejumlah 14% (dasar bahan kering).
Usaha untuk meningkatkan kandungan nutrien solid telah pula dengan
Pendekatan fermentasi secara aerobik dan hasilnya dilaporkan meningkatkan
Kandungan protein kasar menjadi 43,4% dan energi menjadi 2,34 kkal EM/g
(dikutip oleh YEONG et, al, 1983). Hasil fermentasi dengan menggunakan
Aspergillus niger, telah pula dilakukan oleh para peneliti Balai Penelitian
Ternak, Ciawi-Bogor, dan dilaporkan laporan bahwa kandungan protein kasar
Hasil fermentasi tersebut dapat meningkatkan kandungan protein kasar dari
12,21 menjadi 24,5% (dasar bahan kering), sementara kandungan energi
Termetabolis meningkat dari 1,6 kkal/g menjadi 1,7 kkal/g (SINURAT et, al,
1998) selanjutnya dikatakan, teknologi fermentasi tersebut masih
Membutuhkan penyempurnaan untuk terus dapat meningkatkan nilai nutrein
Hasil produk hasil fermentasi. Bungkil kelapa sawit merupakan produk samping
Yang mengandung nutrien dan nilai biologis yang tinggi. Oleh karena itu,
Pemanfaatannya tidak diragukan. Tandan kosong dan serat perasan merupakan
Produk samping yang berpotensi, meskipun belum banyak dimanfaatkan. Hal
Ini disebabkan kedua produk samping tanaman kelapa sawit mengandung serat
Kasar yang cukup tinggi .
Tingkat Pendapatan dan kesejahteraan pekebun atau peternak
Tabel 5. Rata – rata Penerimaan dan Pendapatan Petani
No
Uraian
Penerimaan(Rp)
Biaya (Rp)
Pendapatan
(Rp)
1
Kelapa Sawit
2
Ternak Sapi
Jumlah
5.549.180
606229,5
6.155.409,5
2.600.000
.2.949.180
488.000
3.088.000
118229,5
3.067.409,5
Sumber hasil pengolahan data
Pendapatan petani di Kabupaten Rokan Hulu Rp 3.067.409,5 cukup tinggi di banding
Rp 925.000,-UMR Riau, memang dengan adanya perkebunan kelapa sawit pendapatan
Petani lebih tinggi, tetapi dari peternakan sapi pendapatan masih rendah
Hal ini disebabkan sapi sudah ada yang di jual juga ada pemanfaatan pupuk
Kandang sebagai pupuk kelapa sawit. (Hutabarat ,2002) adanya kotoran sapi
dapat mengurangi biaya pengadaan pupuk yang dapat mengurangi biaya
Produksi di samping menjaga kelestarian bahan organik tanah khususnya
Wilayah perkebunan berlereng. Sedangkan Ginting (1991) melaporkan bahwa
Ternak dapat berperan sebagai industri bioligis sekaligus mampu meningkatkan
Produksi daging dan penyedia kompos.
Adanya integrasi kelapa sawit petani semakin sejahtera karena telah ada peningkatan
Penadapatan jika harga sawit menurun petani masih punya penghasilan lain
Yaitu dari ternak sapi yang setiap tahun dapat menghasilkan anak.
Di Kabupaten Rokan Hulu petani memelihara sapi setiap orang
Mendapat sapi bantuan dua ekor sapi dan satu kelompok terdiri
Dari 10 orang dan 12 orang , juga sudah ada anak sapi yang lahir
Sapi dikandangkan siang diikatkan di dekat kebun kelapa sawit malam
Diberi makan yang diambil disekitar kebun terdiri dari rumput alam, rumput
Unggul yang tumbuh di pinggir sungai.
Untuk dapat memperoleh pendapatan maksimal Rp 8.295449,- maka masih dapat
Table 6. solusi optimal pendapatan petani
No
Cabang Usaha Tani
Solusi
Optimal
Biaya Opportunity
Koefisien Tujuan
Minimum
Current
Maksimum
1
Kelapa Sawit
1.092884
0
2833273
5549180
M
2
Ternak Sapi
1.451538
0
-M
1536880
3010097
Nilai Fungsi Tujuan Maksimal (Maximized OBJ) = 8.295.449
Di Desa Rambah Baru-Kec. Rambah Samo-Kab Rohul (sekitar 20 menit dari Kantor Dinas
Perikanan dan Peternakan Rohul) terdapat Kawasan Produksi Peternakan Sapi. Di kawasan ini
terdapat kelompok peternak: 1). Bali Sejati (telah berjalan 8 tahun dengan anggota 30 orang dan
telah memelihara jenis sapi Bali, PO, Madura, ataupun Brahman); 2). Bali Jaya (Baru berdiri
tahun 2008 dengan anggota 10 orang); dan. 3).Ongole (Berdiri sejak 1982). Rataan pemilikan
sapi 100 ekor per kelompok. Pemda menunjuk seorang dokter hewan untuk membina kelompok
peternak ini, dan di lokasi ini disediakan Poskeswan.
Rumput yang biasa ditanam rumput Gajah dan Setaria. Sistem gaduhan adalah sistem yang
diminati peternak dengan sapi dara sebagai sapi bakalan gaduhan. Skala penggemukan yang
terbukti berhasil di lokasi ini adalag antara 5 hingga 10 sapi. Sapi dibeli beberapa orang Toke
(Bandar) dengan rataan 2 ekor sapi per Toke. Daya arit rumput per petani = 1 ikat ( sekitar 40
kg)/jam untuk 2 hingga 3 ekor sapi. Ada budaya sewa kendaraan (mobil) bersama untuk
mengarit rumput.
.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan:
1.
Kabupaten Rokan Hulu secara umum masih memiliki berbagai sumber daya yang dapat
menunjang pengembangan ternak sapi baik dari sumberdaya ternak ,sumberdaya alam dan
fasilitas pendukung.
2. Daerah basis ternak sapi karena hasil perhitungan Location Quation (LQ) ada4 memiliki
nilai lebih dari satu.yaitu; kecamatan pandalian IV koto, Rambah Samo,Ramabah
Hilir,Bagan Purba.
Juga terdapat kecamatan yang memiliki nilai KPPTR yang cukup besar sehingga secara
umum Kabupaten Rokan Hulu masih dapat menampung ternak sapi karena pakan masih
tersedia. Total kapsitas tampung 1188293,18 ST
Saran/Rekomendasi
Pengembangan usaha ternak sapi dilakukan pada wilayah potensial seperti; kecamatan Pandalian
IV Koto, Ramabah Samo,Rambah Hilir, Bagan Purba.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2009. Kajian Pengembangan Sistem
Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Peternakan Sapi di Provinsi Riau.
Chamdi ,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan
Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor
29 -31 September 2003. Bogor ; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315.
Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung
Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU .Badan Litbang Pertanian.
Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan Kawasan Pembangunan Peternakan . Direktorat Jendral
Bina Produksi Peternakan,Departemen Pertanian, Jakarta..
Siswati.L, Noverdiman. 2000. Modernisasi Petani Peternak Sapi yang Melakukan Pola
Diversifikasi Usahatani yang Optimal di Pinggiran Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian
Dosen Univ.Jambi.
------------.2008. Analisis Potensi Wilayah Penggembangan Ternak Sapi Potong di Kab. INHU di
Sekitar Hutan Prop.Riau. Jurnal Angsana Fak. Peternakan Univ. Jambi.
-----------.2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Sekitar Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh.Jurnal Wanaforesta ,Fahutan Unilak. Pekanbaru
Umiyasih , U, dan Y.N. Anggraeny. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan dengan
Ternak: Tinjauan Tentang Ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan
Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit –
Sapi.Bengkulu , 9-10 September 2003.
Download