65 KOMUNIKASI POLITIK DAN DEMOKRASI DI - E

advertisement
KOMUNIKASI POLITIK DAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Anisti
Program Studi Penyiaran Akademi Komunikasi BSI Jakarta
Jl. Kayu Jati V No. 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta-Timur
[email protected]
Abstract
This paper examines democracy in Indonesia using literature. The goal is to create descriptions and
provide information about democracy based on various sources . Political freedom was born right after the
Suharto regime fell and was replaced by a transitional government of Habibie . Precisely at the beginning
of Habibie leadership has to provide fresh air to the world of politics and the media , because the birth of a
freedom of expression that is no longer apparent . In this context of a free press in conveying information , including criticizing the government and also free in the sense of mass media without having to set up controlled
by the government . It provides the space for freedom of the press as a public space to participate in the nation
and state . The mass media during the ‘orde baru’ in silence , and often haunted by the banning by the government , has now given the breadth of expression to reveal the facts and as befits a citizen who has the right to
express opinions in public , as set out in the 1945 Act indicator freedom this is also interpreted by the public
as a democracy .
Keywords : politic, communication, democracy
Abstraksi
Tulisan ini fokus mengkaji tentang demokrasi di Indonesia berdasarkan berbagai sumber. Kebebasan
berpolitik lahir tepatnya setelah rezim Soeharto turun dan kemudian digantikan oleh pemerintah transisi
Habibie. Tepatnya pada awal kepemimpinan Habibie telah memberikan angin segar kepada dunia perpolitikan
dan media massa, karena lahirnya sebuah kebebasan mengemukakan pendapat yang tidak lagi semu. Dalam
konteks ini pers bebas dalam menyampaikan informasi termasuk mengkritik pemerintah dan juga bebas dalam arti mendirikan media massa tanpa harus dikontrol oleh pemerintah. Diberikannya ruang kebebasan pers
sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan. Media massa yang selama Orde
Baru di bungkam, bahkan seringkali dihantui oleh pembredelan oleh pemerintah, kini diberi keluasan untuk
mengungkapkan fakta dan berekspresi sebagaimana layaknya warga Negara yang berhak untuk menyatakan
pendapat di depan umum, seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang 1945. Indikator kebebasan ini pula
yang dimaknai oleh masyarakat sebagai demokrasi.
Kata kunci : politik, komunikasi, demokrasi,
I. PENDAHULUAN
Tidak semua masyarakat memiliki minat pada
politik, bahkan ada sebahagian dari mereka “apatis” mendengar istilah politik. Kalimat pembuka ini
merupakan salah satu alasan yang seringkali muncul menanggapi fenomena rendahnya minat pendidikan politik di sekitar kita. Selain karena dipengaruhi oleh perilaku individu dalam menjalankan
sistem politik sehingga komunikasi politik yang diterima oleh masyarakat kurang dinilai efektif. Gambaran tentang fenomena politik, juga terjadi pada
lingkungan pendidikan formal seperti dunia kampus.
Studi komunikasi politik yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu. Pada kenyataannya,
studi tentang komunikasi politik lebih mendapat perhatian oleh calon sarjana ilmu politik dibandingkan
dengan calon sarjana ilmu komunikasi. Hal senada
juga diungkapkan Cangara dalam bukunya “Komunikasi Politik” bahwa di Indonesia pada mulanya
ketertarikan terhadap komunikasi politik justru bermunculan, tumbuh dan berkembang di kalangan
para sarjana ilmu politik daripada sarjana ilmu komunikasi. Cangara (2009:34). Meskipun demikian
65
ilmu komunikasi sudah banyak mengajarkan tentang politik walaupun belum fokus. Mark Roelofs
mengatakan bahwa politik adalah pembicaraan atau
lebih tepat, kegiatan politik (berpolitik) adalah berbicara. Roelofs dalam Rakhmat, (1993:8). Sejalan dengan perkembangannya, para ilmuan berusaha untuk
memberikan definisi tentang komunikasi politik. Setiap ilmuan dalam mengkaji dan menjelaskan tentang
studi komunikasi politik mempunyai pandangan yang
berbeda-beda. Soesanto (1980:2). mendefinisikan komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan
kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa,
sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan
komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya
melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh
lembaga-lembaga politik.
Berdasarkan pemaparan mengenai bahasan
komunikasi politik, jelas bahwa politik sangat erat
kaitannya dengan komunikasi. Politik sebagai bagian
dari kajian ilmu komunikasi. All political action is
a reaction to communication one of kind or another.
There are, however, different levels and types of communication. Face-to- face communication is the most
basic. Roskin, (1997:166).
II. PEMBAHASAN
2.1.Sistem Komunikasi dan Sistem Politik Indonesia
Dalam hidup berbangsa dan bernegara tentu saja kita diatur oleh sistem baik yang sifatnya
mengikat atau tidak mengikat. Sistem ini bertujuan
untuk mengarahkan serta mengatur kehidupan agar
berjalan sesuai dengan ketentuan. Jangankan sebuah
negara seperti Indonesia yang begitu besar dan jumlah penduduk 5 terbesar di dunia, di dalam keluarga
pun kita terkait dalam sebuah sistem yakni sistem
keluarga. Di dalamnya terdapat orang-orang seperti
ayah, ibu anak dan lainnya. Satu sama lainnya memiliki peran dan tanggung jawab, seperti ayah berperang
sebagai kepala keluarga dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarganya. Pada
pelaksanaan peran dan tanggung jawab tersebut
diperlukan aturan-aturan dalam keluarga atau disebut
sistem keluarga. Sistem inilah yang akan mengarahkan atau menghubungkan satu sama lainnya antar
anggota keluarga. Demkian pula negara Indonesia.
Wilayah yang begitu luas dengan jumlah penduduk
yang banyak, maka diperlukan sistem, salah satunya
Sistem Komunikasi Indonesia atau (SKI). Bahkan di
beberapa perguruan tinggi SKI ini dijadikan bagian
66
dari kurikulum agar mahasiswa paham terhadap cara
pengelolaan dan pengaturan yang ada di Indonesia
ini.
Menurut Awad dalam Amirin, (1992:1) sistem
dipahami sebagai suatu hubungan yang berlangsung
diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Sedangkan Hamalik (1993:19) mendefinisikan
sistem adalah keseluruhan atau totalitas yang terdiri
dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dan dengan keseluruhan itu berusaha mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. A system is composed of interacting
part that operate together to achieve some objective
or purposes. Gordon B. Davis dalam Effendi (1984:
48).
Beberapa pengertian dari sistem di atas menekankan bahwa sistem sebagai aturan yang dibangun
untuk tujuan bersama, memudahkan interaksi sehingga pencapaian tujuan dapat dilakukan sesuai dengan
target orang-orang yang terlibat dalam sistem tersebut. Karena itu, begitu pentingnya dalam kehidupan
ini memahami sistem, termasuk memahami sistem
pernapasan dan sistem kehidupan manusia, agar kita
senantiasa dapat mensyukuri nikmat Allah SWT.
Sistem komunikasi yang baik seyogyanya
memiliki ciri atau dimensi dari sistem yang dianut
seperti interrelated dan interdependent atau saling
terkait, ketergantungan satu samalainnya. Sistem
harus terintegrasi tidak terpisah atau bercerai berai.
Disamping itu, sistem juga harus utuh atau menjaga
atau wholeness. Sistem dibangun atas dasar untuk
kepentingan bersama bukan untuk kepentingan individu atau kelompok. Hal ini yang mendasari sistem
itu akan terbangun kokoh. Selain itu, sistem pula semestinya dapat menjaga keseimbangan hingga tanpa
batas. Sistem yang sehat juga mencerminkan keterbukaan, sistem saling berhubungan dengan sistem lain
dan sistem yang melingkupinya. Antar hubungan,
bahwa antar bagian/ subsistem harus merupakan hal
yang saling cocok satu sama lain. Mekanisme kontrol, harus ada suatu kekuatan yang mempersatukan
dan mempertahankan sistem tersebut.
2.2. Unsur Komunikasi Politik
Sebagai suatu bentuk kajian yang berhubungan dengan kegiatan berkomunikasi, beberapa ahli
juga menjelaskan beberapa unsur-unsur komunikasi politik melalui beberapa sudut pandang yang
berbeda-beda. Cangara dalam bukunya menyebutkan unsur komunikasi politik meliputi: (a) Komunikator politik yang dipahami sebagai semua pihak
yang ikut terlibat dalam proses penyampaian pesan.
Pihak-pihak ini dapat berbentuk individu, kelompok,
organisasi, lembaga, ataupun pemerintah. (b) Pesan
Politik merupakan pernyataan yang disampaikan
baik itu tertulis maupun tidak, dalam bentuk simbol
atau verbal yang mengandung unsur politik misalkan
pidato politik, Undang-Undang dan lainnya.(c) Saluran atau Media Politik dalam perkembengan sekarang
ini, media massa dianggap sebagai saluran yang paling tepat untuk melakukan proses komunikasi politik.
(d) Penerima Pesan Politik, semua lapisan masyarakat
yang diharapkan memberikan respon terhadap pesan
komunikasi politik. Misalnya dengan memberikan
suara pada pemilihan umum. (e) Efek atau Pengaruh.
Efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan politik dapat diterima dan dipahami (2009:37).
Sumarno (1989: 16) membagi unsur-unsur
komunikasi politik kedalam suprastruktur dan infrastruktur politik. Unsur-unsur pada supra struktur
terdiri dari tiga kelompok yaitu yang berada pada
lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sedangkan unsur-unsur infrastruktur meliputi: partai politik,
kelompok kepentingan, kelompok penekan, media
komunikasi politik, kelompok wartawan, kelompok
mahasiswa, dan para tokoh politik. Komunikan dan
komunikator merupakan unsur yang paling penting
dalam dan menentukan dalam setiap bentuk komunikasi.
2.2. Efek Komunikasi Politik
Efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan politik dapat diterima dan dipahami. Efek terjadi
setelah proses komunikasi selesai. Efek terdiri dari (a)
kognitif, yaitu efek komunikasi politik yang berlangsung pada tingkat pemikiran. (b) Afektif yaitu efek
komunikasi pada tingkat emosional atau perasaan
atau sikap. (c) Efek perilaku yaitu efek komunikasi
politik pada tingkat perilaku. Setelah mengkaji berbagai aspek dalam komunikasi politik kita dapat mengatakan secara sederhana bahwa dalam perkembangannya studi ini berusaha untuk menjelaskan tentang
subyek pokok kajian komunikasi politik yang interdisipliner dan membedakan dengan kajian ilmu lain.
Komunikasi politik juga dapat dikatan sebagai sebuah
proses dimana menyetujui keberadaan lembaga-lembaga politik dan merupakan fungsi dari sistem politik.
Pada sistem politik melibatkan suatu tata
cara untuk mengatur atau mengolah bagaimana
memperoleh suatu kekuasaan di dalam negara,
mengatur hubungan pemerintah dan rakyat atau sebaliknya, pengaturan negara dengan negara, atau
negara dengan rakyatnya. Sistem politik juga bisa dipahami sebagai pola yang tetap dari hubungan antara
manusia serta melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang kekuasaan, aturan-aturan dan kewenangan. Pada pemahaman yang lain sistem politik adalah interaksi yang diabstraksikan dari seluruh tingkah
laku sosial sehingga nilai-nilai disosialisasikan secara
otoritatif kepada masyarakat.
Sejak awal merdeka hingga hari ini, dinamika
sistem politik telah menjadi sejarah tersendiri tentang
proses demokrasi. Jatuh bangun masyarakat Indonesia disuguhi oleh fenomena politik yang seringkali
menjadi bahan topik perbincangan yang menarik bagi
sekelompok orang. Adanya proses politik yang cukup
panjang mengawal negeri ini, mendorong lahirnya
berbagai analisis dari berbagai aspek. Walaupun dapat
dilakukan dengan analisis satu segi pandangan namun
analisis sistem tidak boleh melihat secara sekilas terhadap proyeksi sejarah. Pendekatan integratif berupa
pendekatan sistem, pelaku-sasaran dan pengambilan
keputusan diperlukan dalam analisis sistem. Proses
politik juga harus memiliki kapabilitas sistem.
Dalam perkembangannya eriodisasi proses
politik di Indonesia dapat dikategorikan sebagai
berikut; masa prakolonia-lisasi, masa kolonial, masa
demokrasi liberal, masa demokrasi terpimpin, masa
demokrasi Pancasila, dan masa reformasi. Periode
tersebut kemudian dianalisis berdasarkan beberapa
aspek penting sebagai berikut: penyaluran tuntutan,
pemeliharaan nilai, kapailitas, integrasi vertikal dan
horizontal, gaya politik, kepemimpinan, partisipasi
massa, keterlibatan militer, aparat negara, dan stabilitas pada perjalanan sejarah sistem politik Indonesia
tentu saja diwarnai oleh sistem kekuasaan pada saat
itu. Misalnya, masa kerajaan (prakolinial). Pada
masa prakolonial penyaluran tuntutan relatif rendah
dan terpenuhi. Pemeliharaan nilai yang hidup dan
berkembang sesuai penguasa saat itu. Kapabilitas
sumber daya alam memenuhi, Integrasi vertikal dari
atas ke bawah, sedangkan integrasi horizontal hanya
terjadi di level antar penguasa saja. Gaya politik tentu
saja kerajaan sesuai betuk negaranya. Karena bentuk
negara adalah kerajaan maka kepemimpinan negara
berada di tangan raja, pangeran, atau silsilah keluarga
kerajaan. Sedangkan untuk keterlibatan militer tentu
saja sangat kuat karena pada masa itu adalah masa
peperangan. Analisis terhadap stabilitas, ada saatnya
stabil (saat tidak ada perang) dan tidak stabil (saat
berperang). Semua aparat negara pada masa ini sangat loyal kepada kerajaan.
Pada masa kolonial penyaluran tuntutan relatif
rendah namun tidak terpenuhi. Pemeliharaan nilai
tidak berjalan baik dan sering dilanggar. Kapabilitas
banyak namun diambil oleh penjajah, Integrasi vertikal dari atas ke bawah tidak harmonis, sedangkan
67
integrasi horizontal harmonis sesama penjajah atau
elit pribumi. Gaya politik devide at impera atau memecah belah. Kepemimpinan pada saat itu, elit pribumi diperalat dan partisipasi rakyat hapir tidak ada
disebabkan rasa takut. Sedangkan untuk keterlibatan
militer tentu saja sangat kuat. Analisis terhadap stabilitas, mudah sekali dikacaukan. Semua aparat negara pada masa ini sangat loyal kepada penjajah.
Pada masa demokrasi liberal penyaluran tuntutan tinggi namun karena ini adalah awal berdirinya
Indonesia wadah untuk menampung belum tersedia.
Pemeliharaan nilai sangat tinggi. Kapabilitas banyak
potensi namun baru sedikit digali, Integrasi vertikal
dua arah, sedangkan integrasi horizontal timbul disintegrasi. Gaya politik ideologi. Kepemimpinan generasi pemuda 1928 (sumpah pemuda). Sedangkan
untuk keterlibatan militer dikuasai sipil. Analisis terhadap stabilitas, instabil karena baru saja berdiri. Semua aparat negara pada masa ini sangat loyal kepada
golongan atau partai.
Pada masa demokrasi terpimpin penyaluran
tuntutan tidak tersalurkan. Pemeliharaan nilai rendah.
Kapabilitas banyak potensi namun baru sedikit digali, Integrasi vertikal dua arah, sedangkan integrasi
horizontal timbul disintegrasi. Gaya politik ideologi.
Kepemimpinan generasi pemuda 1928 (sumpah pemuda). Sedangkan untuk keterlibatan militer dikuasai sipil. Analisis terhadap stabilitas, instabil karena
baru saja berdiri. Semua aparat negara pada masa ini
sangat loyal kepada golongan atau partai.
Pada masa demokrasi Pancasila penyaluran
tuntutan awalnya seimbang namun kemudian tidak terpenuhi karena fusi. Pemeliharaan nilai terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) namun ada pengakuan
HAM. Kapabilitas sistem terbuka, Integrasi vertikal
atas bawah, sedangkan integrasi horizontal terlihat.
Gaya politik intelek-pragmatik-dan konsep pembangunan. Kepemimpinan teknokrat dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Sedangkan untuk keterlibatan militer sangat besar dengan dwifungsi
ABRI. Stabilitas stabil. Semua aparat negara pada
masa ini sangat loyal kepada pemerintah dalam hal
ini partai Golkar.
Masa Reformasi. Pada masa reformasi
pe-nyaluran tuntutan tinggi dan terpenuhi. Pemeliharaan nilai penghormatan HAM tinggi. Kapabilitas sistem disesuaikan dengan otonomi daerah,
Integrasi vertikal dua arah, sedangkan integrasi
horizontal muncul kebebasan. Gaya politik pragmatis. Kepemimpinan sipil-purnawirawan-politisi.
Sedangkan untuk keterlibatan militer dibatasi dan
justru partisipasi massa tinggi. Semua aparat negara pada masa ini sangat loyal kepada pemerintah.
68
Berangkat dari titik awal sekaligus semangat demokrasi tepatnya pada moment reformasi tahun 1998. Berawal dari krisis moneter di wilayah
asia timur seperti Korea Selatan dan Asia Tenggara,
seperti Thailand, Malaysia sehingga berdampak pula
pada kondisi sosial-ekonomi dan politik Indonesia. Gerakan massa atau yang dikenal dengan istilah
people power yang dimotori oleh mahasiswa turun ke
jalan. Semangat bersama untuk mengusung satu harapan besar yaitu adanya prosesi suksesi kepemimpinan
atau pergantian penguasa yang telah bercokol selama
kurang lebih 32 tahun lamanya. Mahasiswa pada saat
itu beranggapan harapan itu penting demi membuka
peluang perbaikan hidup berbangsa dan bernegara.
Pada akhirnya harapan itu pun terwujud ketika ditandai oleh perubahan struktur kepemimpinan nasional, atau turunnya Presiden Soeharto dari
jabatannya sebagai Presiden, tepatnya pada tanggal
21 Mei 1998. Kepemimpinan Soeharto akhirnya beralih pada presiden Habibie. Namun, Indonesia di
bawah pimpinan presiden Habibie pun hanya seumur ja-gung. Meskipun demikian, disinilah awal lahirnya kedemokrasian Indonesia. Pada masa presiden
Habibie yang relatif singkat ini, tapi telah melahirkan
cikal-bakal semangat demokrasi. Indikatornya adalah, (1) diberikannya ruang kebebasan pers sebagai
ruang publik atau public sphere untuk berpartisipasi
dalam kebangsaan dan kenegaraan. Media massa
yang selama orde baru di bungkam, bahkan seringkali dihantui oleh pembredelan oleh pemerintah, kini
diberi keluasan untuk mengungkapkan fakta dan berekspresi sebagaimana layaknya warga Negara yang
berhak untuk menyatakan pendapat di depan umum,
seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang
1945. (2) yaitu diberlakukannya sistem multipartai
dalam pemilu tahun 1999. Presiden Habibie pada saat
itu membuka kesempatan pada rakyat Indonesia untuk berserikat dan berkumpul sesuai dengan ideology dan aspirasi politiknya. Sistem multi partai di era
reformasi ini merupakan antithesis dari sistem politik
orde baru yang cenderung terhegemoni oleh kekuatan Golkar sebagai partai pemerintah. (3) Dalam
ukuran-ukuran tertentu, masyarakat Indonesia deberi
kebebasan untuk mengekspresikan aspirasi-nya kepada publik atau pemerintah. Termasuk dalam bentuk
demonstrasi. Budaya partisipasi politik seperti ini,
sangat jarang dimiliki oleh bangsa Indonesia di era
orde baru. Inilah beberapa indikator politik demokrasi
yang berkembang di zaman transisi bangsa Indonesia.
Pemahaman kita tentang indikator demokrasi tersebut di atas dipertanyakan. sebenarnya ide demokrasi
bukanlah hal yang baru dan asing, karena secara yuridis formal telah lama mengisyaratkan pentingnya
demokrasi dan demokratisasi sebagai sebuah ideologi perbaikan dan perubahan sosial di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA
Hal ini pernah diungkapkan oleh founding fathers
Indonesia, Seokarno Hatta. Sebagai tokoh prokla- Cangara, H. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
motor mereka berdua sangat menginspirasi tentang
demokrasi dijadikan sebagai sistem politik Indo- Darmawan, Cecep. 2009. Memahami Demokrasi Perspektif Teoritis dan Empiris. Bandung: Pustaka
nesia. Kondisi yang berusaha diciptakan oleh para
Aulia Press.
proklamator tersebut juga tidak jauh berbeda dengan sekelumit cerita yang pernah disampaikan oleh Klinger, Oliver. 1958. Problem Solving Our American Democarcy. American: Book Bompany.
Hall dan Klinger dalam Darmawan (2009:31) yang
menyatakan bahwa kita hidup di alam demokra- Negrine, 2007. The Political Comunication Reader .
London: Routledge.
si, namun boleh jadi kita sendiri tidak memahmi
demokrasi itu sendiri. Di Amerika Serikat sendiri, Purwasito. 2011. Pengantar Studi Politik. Surakarta:
UNS Press.
menurut Hall dan Klinger tiap tahun ribuan pelajar
mencoba untuk menjelaskan tentang makna demokrasi. Rakhmat, J. 1993. Komunikasi Politik: Komunikator.
Pesan. Media.Bandung: Remaja Rosdakarya
Kata demokrasi merupakan sebuah konsep
Offest.
yang familiar di lisan dan telinga, terlebih pasca reformasi. Bahkan seperti layaknya pembicaraan “la- Roskin, M. 1977. Political Science An Introduction.
Sixt Edition. New Jersey. Prentice - Hall.
tah” mulai masyarakat pedesaan hingga perkotaan
disulap “seakan” paham tentang makna demokrasi. Sumarno. 1989. Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik. Bandung: PT Citra Ditya Bakti.
Padahal sebenarnya, hanya mereka yang seringkali
diterpa oleh media massa, tingkat pendidikan yang
cukup, dapat dikatakan “lebih” paham demokrasi.
Akan tetapi, fenomena tersebut terkadang terbantahkan oleh fenomena ternyata orang perkotaan “
tidak jauh” lebih paham tentang demokrasi. Misalnya, masih ada saja kasus pemaksaan hak berpolitik, penindasan, membatasi hak politik hingga kecurangan-kecurangan yang tidak mencerminkan jiwa
demokrasi. Makna demokrasi sulit untuk digambarkan sebagai amanat para pendiri bangsa karena adanya kesalahan dalam memaknai reformasi yang tidak
sejalan dengan semangat demokrasi yang sebenarnya.
III. PENUTUP
Demokrasi saat ini memang sudah menjadi
sistem politik Indonesia. Tidak terbantahkan bahwa
indikator-indikator demokrasi memang hadir ditengah-tengah rakyat Indonesia. Namun sayangnya, jiwa
demokrasi tidak semurni dengan apa yang dipahami
serta realita yang ada. Secara intelektual, bisa jadi bukan masalah karena saat ini banyak lahir intelektual
muda seiring dengan kebebasan untuk mendapatkan
pendidikan. Namun pada pelaksanaanya butuh semangat dan kehendak politik, baik dari masyarakat
secara keseluruhan maupun pemegang tampuk pemerintahan pada khususnya.
69
Download