PENGEMBANGAN PAKET DAN STRATEGI

advertisement
Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah
Rawan Bencana
PENGEMBANGAN PAKET DAN STRATEGI PEMBELAJARAN IPA MELALUI
PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK SISWA KELAS 3 SD
DI DAERAH RAWAN BENCANA
Studi Kasus di SD Puncak Manis, Kecamatan Kadudampit, Sukabumi
(DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING PACKAGE AND STRATEGY THROUGH
TRADITIONAL GAME FOR THIRD GRADE STUDENTS IN DISASTER PRONE AREA
Case Study at Puncak Manis Primary School, Kadudampit District, Sukabumi)
Sri Tatminingsih dan Sudarwo
Universitas Terbuka, Jl. Raya Pondok Cabe, Tangerang Selatan
e-mail: [email protected]
Diterima tanggal: 15/10/2012, Dikembalikan untuk revisi: 3/11/2012, Disetujui tanggal: 20/12/2012
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permainan tradisional, karakteristik,
dan mengembangkan ujicoba paket dan strategi pembelajaran kelas 3 SD di wilayah rawan
bencana di Propinsi Jawa Barat. Sampel penelitian terdiri atas siswa dan guru kelas 3 di SDN
Puncak Manis dan Pemuka masyarakat di Kecamatan Kedungpi, Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hampir semua siswa tidak mengenal permainan tradisional di wilayahnya, namun terdapat
beberapa permainan tradisional yang masih dikenal oleh masyarakat di Kecamatan Kadudampit,
di antaranya Oray-orayan, Cing Ciripit, Pacici Putri, Sonda dan Egrang. Karakterisitik siswa SD
di daerah rawan bencana umumnya pasif dan kurang kreatif, bergantung pada guru. Paket
pembelajaran yang sesuai siswa kelas 3 SD di wilayah rawan bencana berupa bahan ajar
cetak, buku bergambar, dan video. Hasil ujicoba menunjukkan adanya peningkatan pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran IPA untuk materi banjir sebesar 0,58 dan untuk materi
gempa bumi sebesar 0,76. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan paket pembelajaran yang
berupa booklet dan buku siswa tentang materi mitigasi dan sanitasi terkait dengan bencana
banjir
dan gempa bumi yang disampaikan melalui permainan tradisional membantu siswa
dalam memahami materi tersebut.
Kata kunci: paket dan strategi pembelajaran IPA, permainan tradisional, daerah rawan
bencana, dan sekolah dasar
Abstract: This research aims to identify traditional games and the characteristics of third
grade elementary school students, as well as to develop packages and learning strategies that
are appropriate for third grade elementary school students in the disaster-prone area in West
Java Province. This study employed research and development as the research design by using
third grade students and teachers in elementary school Puncak Manis as well as the community
of district Kadudampit, Sukabumi in West Java as the samples. Interviews and observation
were used as data collection techniques. The results showed that almost all students are not
familiar with the games, but there are some traditional games that are still known by the
community of district Kadudampit such as Oray-orayan, Cing Ciripit, Pacici Putri, Sonda and
Egrang. The characteristics of elementary school students in the area of disaster-prone are
generally passive, dependent on teachers and less creative. Learning packages in a form of
printed or picture books and videos that are appropriate for the third grade elementary school
students in disaster-prone areas were delivered through traditional games as the strategy. The
try out results showed an increase in students’ understanding of science teaching materials
especially for the topics of “flood” that is 0.58 and for “earthquake” that is 0.76. This suggests
that the use of the learning package in the form of booklets and books students on material
427
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
related to disaster mitigation and sanitation floods and earthquakes which are delivered through
traditional games (like Oray-orayan, Ciripit and Cing Pacici-cici Putri) assisted students in
understanding the material about mitigation and sanitation related floods and earthquakes.
Keywords: packages and learning strategies for science, traditional games, disaster-prone
area, dan elementary school
Pendahuluan
kebutuhan mahluk hidup, penggolongan makhluk
Pada saat ini, teknologi canggih sudah merambah
hi dup, benda d an sifa tnya dan kesehat an
hampir seluruh wilayah tanah air seperti televisi,
lingkungan, gerak benda dan energi, penerapan
komputer dan internet mulai masuk ke rumah-
energi, permukaan bumi, cuaca dan sumber daya
rumah dan semakin menyempitnya lahan untuk
ala m da n li ngkungannya (Rositaw aty
arena bermain anak membuat
dan
kegiatan bermain
Muharam, 2008). Dalam materi sumber daya alam
anak-anak semakin berkurang. Anak lebih suka
dan lingkungan disi nggung sedik it t enta ng
duduk diam di depan televisi untuk menonton
bencana alam namun hanya jenis-jenisnya saja.
ataupun bermain game atau permainan di dalam
Padahal, bencana alam merupakan materi yang
rumah lainnya yang bersifat individu. Hal ini
sifatnya nyata dan kemungkinan terjadi di negara
banyak terjadi di daerah perkotaan. Sekarang ini
kita sangat besar.
jarang sekali kita melihat anak-anak di daerah
Indonesia merupakan negara yang rentan
perkotaan yang bermain–main bersama dengan
terhadap bencana alam, sehingga berada di
teman–temannya, berlari-lari ataupun bersenang-
urutan atas ranking bencana dunia. Bencana yang
senang berkelompok. Mereka umumnya sudah
sering terjadi di Negara Indonesia di antaranya
terlalu sibuk dengan kegiatannya masing-masing
adalah gempa bumi, letusan gunung berapi,
seperti sekolah, kursus piano, musik, les bahasa
tsunami, badai, banjir, kekeringan, tanah longsor,
Ing gris, le s ma tema tika , te nnis, be rena ng
gel omba ng p anas dan penyaki t ep idem ik.
ataupun kegiatan lainnya yang membuat anak
Minimnya infrastruktur ditambah kepadatan
tidak sempat menikmati indahnya dunia anak–
berlebihan dalam suatu area dengan risiko tinggi
anak melalui bermain dengan teman sebayanya.
seperti dataran rawan banjir, muara sungai, lereng
(Tatminingsih, 2009).
terjal dan tanah reklamasi menjadi penyebab
Pesatnya perkembangan teknologi informasi
tertinggi terjadinya bencana. Selain itu, tingkat
(TI) ini secara langsung maupun tidak langsung
kesadaran penduduk terhadap kondisi lingkungan
me njad i sa lah satu pe nyeb ab t ergusurnya
se kita r juga m endukung se baga i pe nyeb ab
berbagai permainan tradisional yang dimiliki oleh
terjadinya bencana alam. Indonesia sebagai
bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
Negara yang rentan dengan bencana alam, setiap
banyaknya anak-anak yang lebih banyak, bahkan
warganegaranya seharusnya memiliki penge-
cenderung lebih menyukai permainan berbasis TI.
tahuan yang memadai tentang bencana alam ini,
Permainan tradisional pun kini sudah ditinggalkan,
termasuk anak-anak.
bahkan hampir dilupakan. Kenyataan ini dapat
Untuk wilayah Jawa Barat, pada saat terjadi
dib uktika n dengan ja waban anak- anak saat
ge mpa besa r ya ng t erj adi pada tanggal 2
ditanyakan apakah mereka mengetahui aneka
September 2009 dengan pusat sumber gempa di
permainan tradisional. Banyak anak yang tidak
Tasikmalaya, berdasarkan data Satkorlak Jawa
tahu beragam permainan tradisional yang dulu
Bar at, tercatat jum lah sekolah yang rusak
diwariskan turun temurun.
sebanyak 1.314 sekolah. Dari jumlah tersebut, 32
Pembelajaran IPA merupakan salah satu
sekolah di antaranya hancur, 674 sekolah lainnya
mata pelajaran yang sudah mulai dikenalkan sejak
rusak berat, dan 608 bangunan sekolah rusak
anak duduk di kelas 3 sekolah dasar (SD). Mata
ringan dan sedang (Kompas, 12 September 2009
pelajaran ini diberikan dengan bobot 2 jam per
(dalam Rahayu, dkk. 2010a). Dengan kondisi yang
minggu. Materi yang diajarkan meliputi beberapa
demikian, maka tidak dapat dihindari bahwa
hal di antaranya adalah tentang ciri-ciri dan
terpaksa kegiatan belajar menjadi terhambat.
428
Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah
Rawan Bencana
Tid ak m enut up k emungkinan sekol ah a tau
Kajian Literatur
ke giat an
Bencana Alam (Gempa Bumi dan Banjir)
p embe laja ran
ter paksa
be rhenti
sementara (Rahayu, dkk. 2010a).
Be rdasarka n
la tar
bela kang
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi
ter sebut,
dalam kehidupan masyarakat. Tergantung pada
te rdap at b eber apa masa lah yang dap at d i-
cakupannya, bencana ini bisa mengubah pola
identifikasi terkait dengan pembelajaran di daerah
kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat
ra wan bencana, per mainan t radi sional d an
yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta
strategi pembelajaran pada anak-anak SD yang
benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial
sekolah atau wilayahnya terkena bencana alam.
masyara kat,
Permasalahan yang muncul dirumuskan sebagai
kebutuhan dasar (Yayasan IDEP, 2007a). Bencana
berikut.
alam di antaranya adalah gempa bumi dan banjir.
ser ta
m enim bulk an
l onja kan
Per masa laha n ya ng d irum uska n da lam
Gemp a bumi terjadi karena pergesekan
penelitian ini, yaitu: 1) Apa saja permainan
antara lempeng-lempeng tektonik yang berada
tradisional yang terdapat di Propinsi Jawa Barat?;
jauh di bawah permukaan bumi. Pergesekan ini
2) Bagaimana
karakteristik siswa SD kelas 3 di
me ngel uark an e nerg i y ang luar bia sa d an
wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat?;
menimbulkan goncangan di permukaan. Indonesia
3) Bagaimana paket pembelajaran IPA yang
sangat rawa n ge mpa kare na b erad a de kat
sesuai untuk siswa SD kelas 3 di wilayah rawan
dengan lempeng-lempeng yang aktif dan saling
bencana di Propinsi Jawa Barat?; 4) Bagaimana
berhubungan satu sama lain, serta karena adanya
st rate gi p embe laja ran berb asis per mainan
gunung-gunung berapi yang juga aktif. Gempa
tradisional bagi siswa SD kelas 3 di wilayah rawan
bumi dapat menyebabkan kerusakan sarana
bencana di Propinsi Jawa Barat?; dan 5) Bagai-
seperti bangunan dan jalan-jalan yang hebat dan
mana hasil ujicoba strategi pembelajaran berbasis
luas. Gempa juga dapat diikuti bencana alam
permainan tradisional terhadap siswa SD kelas 3
berbahaya seperti tanah longsor dan tsunami.
di wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat?
Korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk:
bagian-bagian bangunan yang roboh atau objek
1) mengidentifikasi permainan trasisional yang
berat yang lain seperti pohon dan tiang listrik.
ter dapa t di Propinsi Ja wa Barat ; 2) meng-
Or ang
identifikasi karakteristik siswa SD kelas 3 di
bangunan yang runtuh. Gempa bumi sering diikuti
wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat;
oleh gempa susulan dalam beberapa jam atau hari
3) mengidentifikasi paket pembelajaran yang
atau bahkan minggu setelah yang pertama,
sesuai untuk siswa SD kelas 3 di wilayah rawan
walaupun sering tidak sekuat yang pertama.
bencana di Propinsi Jawa Barat; 4) mengem-
Bahaya gempa susulan adalah penghancuran
bangkan
banguna n ya ng t elah goy ah a kiba t ge mpa
str ateg i
pe mbel ajar an
b erba sis
permainan tradisional bagi siswa SD kelas 3 di
bany ak
y ang
terp erangkap
dal am
pertama (Yayasan IDEP, 2007a).
wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat;
Banjir merupakan bencana alam yang paling
da n 5) menguji coba str ateg i pe mbel ajar an
sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik
berbasis permainan tradisional bagi siswa SD kelas
dalam segi kemanusiaan maupun ekonomi. Sekitar
3 di wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat.
90% dari kejadian bencana alam (tidak termasuk
Artikel ilmiah ini merupakan bagian dari laporan
be ncana ke keri ngan), berhubungan deng an
penelitian Strategis Nasional yang dilakukan oleh
banjir. Banjir dapat disebabkan antara lain
Ucu
Rahayu,
Sri
Tat mini ngsi h,
oleh
M esti ka
hujan dalam jangka waktu yang panjang atau
Sekarwinahyu dan Amalia Sapriati dengan judul
hujan deras selama berhari-hari, erosi tanah atau
Pengembangan Paket Pembelajaran untuk Siswa
buruknya penanganan sampah yang menyebab-
Sekolah Dasar di Daerah Rawan Bencana tahun
kan air dari sungai dan saluran-saluran meluap
2010.
dan membanjiri daerah sekitarnya, pembangunan
dan perkembangan tempat permukiman, di mana
tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat
parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap
429
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
air hujan, bendungan dan saluran air yang rusak,
bent uk per mainannya sendiri ya ng ber beda
tertutupnya tanah oleh semen, paving atau aspal
dengan daerah lainnya. Walaupun
sehingga sama sekali tidak menyerap air (Yayasan
ada beberapa permainan tradisional suatu daerah
IDEP, 2007b).
mempunyai kemiripan dengan permainan daerah
mungkin saja
Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002)
yang lainnya. Misalnya Sonda (Betawi), Engklek
secara umum penyebab terjadinya banjir dapat
(Jawa Tengah), Ultop (Sumatra Utara) dan Dor
diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang
Pletok (Jawa Tengah).
disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir
Permainan tradisional/rakyat merupakan
yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Hal-hal
salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia,
yang termasuk sebab-sebab alami di antaranya
maka tugas kitala h untuk melest arikannya.
curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan sedi-
Mengingat saat ini berbagai macam permainan
mentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase
tradisional tampaknya banyak yang mulai tergusur
yang tid ak me madai , pe ngaruh air pasa ng.
dengan hadirnya permainan-permainan impor
Sementara itu, yang termasuk sebab-sebab banjir
yang lebih modern serta semakin menyempitnya
karena tindakan manusia adalah perubahan
lahan untuk berm ain dita mbah lagi dengan
Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan kumuh,
enggannya orangtua jika melihat anaknya bermain
sampah, drainase lahan, bendung dan bangunan
dengan sesuatu yang kotor dan tampak
‘jorok’.
air, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan
Permainan tradisonal merupakan simbolisasi
perencanaan sistem pengendalian banjir yang
da ri p enge tahuan y ang tur un t emur un d an
tidak tepat.
mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan
Di daerah yang gersang di dunia, tanahnya
di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan
mempunyai daya serapan air yang buruk, atau
anak tetap merupakan permainan anak. Dengan
jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah
demikian bentuk atau wujudnya tetap menye-
untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang
nangkan dan menggem birakan anak karena
kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang
tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas
diakibatkan terisinya saluran air kering dengan
permainan yang dapat mengembangkan aspek-
air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang.
aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana
Banjir tidak dapat sepenuhnya dihindari, namun
belajar sebagai persiapan menuju dunia orang
masyarakat dapat mengurangi kemungkinan
dewasa (Tatminingsih, 2009).
terjadinya banjir dan mengurangi dampaknya
dengan melakukan tindakan-tindakan
gahan atau
pence-
mitigasi.
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-
Mitigasi yaitu mengurangi kerugian yang akan
kanak akhir yang berlangsung dari usia enam
ditimbulkan oleh bencana. Usaha mitigasi adalah
tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau
meningkatkan ketahanan dan kesiapsiagaan
dua belas tahun. Karakteristik utama siswa
masyarakat dalam menghadapi bencana alam
se kola h da sar adal ah mere ka m enam pilk an
sehingga resiko bencana alam dapat dikurangi.
perbedaan-perbedaan individual dalam banyak
Kearifan lokal sangat membantu kesuksesan
segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam
mit igasi (Ri dwan, 2 008) . K egi atan mi tiga si
intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan
bencana hendaknya merupakan kegiatan yang
bahasa, perkembangan kepribadian dan per-
bersifat rutin dan berkelanjutan.
kembangan fisik anak.
Permainan Tradisional
perkembangan kognitif seseorang, yaitu 1) ke-
Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan
matangan, sebagai hasil perkembangan susunan
pulau, budaya dan berbagai suku bangsa yang
syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal
berbeda antara satu dengan lainnya memiliki
balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) inte-
ba nyak
sek ali perm aina n tr adisiona l at au
raksi sosial, yaitu p engaruh-pengar uh yang
permainan rakyat. Kekayaan ini dimungkinkan
diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan
karena setiap daerah biasanya memiliki ciri dan
social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemam-
Menurut Piaget, ada empat aspek dalam
430
Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah
Rawan Bencana
puan atau sistem mengatur dalam diri organisme
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
aga r di a se lalu mem pau memp erta hank an
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
yai tu:
lingkungannya (dalam Utomo, 2011).
berorientasi atau berpusat pada siswa (student
1)
p ende kata n pe mbel ajar an
y ang
Piaget (dalam Utomo, 2011) mengiden-
centered approach) dan 2) pendekatan pem-
tifikasikan tahapan perkembangan intelektual
belajaran yang berorientasi atau berpusat pada
yang dilalui anak, yaitu: a) tahap sensorik motor
guru (teacher centered approach) (Samsyudin, 2003
usia 0-2 tahun; b) tahap operasional usia 2-6
dalam Rahayu, dkk.2010a). Dari pendekatan
tahun; c) tahap operasional kongkrit usia 7-11
pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
atau 12 tahun; d) tahap operasional formal usia
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
11 atau 12 tahun ke atas. Berdasarkan hal
Newman dan Logan (dalam Rahayu, 2010a)
tersebut, siswa sekolah dasar berada pada tahap
merumuskan: 1) Menetapkan spesifikasi dan
ope rasi onal kongkri t, p ada taha p ini anak
kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
mengembangkan pemikiran logis, masih sangat
profil peri laku dan pri badi peserta did ik;
terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak
2) Memp erti mbangkan dan mem ilih sistem
mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada
pendekatan pembelajaran yang dipandang paling
objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan
efektif; 3) Mempertimbangkan dan menetapkan
konservasi
langkah-langkah atau prosedur, metode dan
Menurut Darmodjo (dalam Rahayu, dkk.
teknik pembelajaran; dan 4) Menetapkan norma-
2010a) anak usia sekolah dasar adalah anak yang
norma dan batas minimum ukuran keberhasilan
sed ang meng alam i pe rtum buha n ba ik p er-
atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
tum buha n
maupun
Sementara itu, Kemp (dalam Senjaya, 2008)
pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan
intele ktua l,
e mosi onal
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
pertumbuhan anak pada masing-masing aspek
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pem-
variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek
belajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran David
adanya perbedaan individual pada anak-anak
(dalam Senjaya, 2008) menyebutkan bahwa
sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang
dalam strategi pembelajaran terkandung makna
sama. Dengan karakteristik siswa tersebut, guru
per enca naan. Ar tiny a, b ahwa str ateg i pa da
dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan
dasarnya masih bersifat konseptual tentang
pengalaman belajar yang akan diberikan kepada
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam
siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang
suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan
hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari
ke dalam dua bagian pula, yaitu: 1) exposition-
tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.
discovery learning dan 2) group-individual learning
Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan
(Rowntree dalam Senjaya, 2008). Ditinjau dari
untuk pro aktif dan mendapatkan pengalaman
cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi
langsung baik secara individual maupun dalam
pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
kelompok.
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
Strategi Pembelajaran
Pe ndek atan
pem bela jar an d apat
dia rtik an
Metodologi Penelitian
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
Desain penelitian yang digunakan termasuk
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
Penelitian dan Pengembangan (R&D). Menurut De
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
Villiers (dalam Rahayu, dkk. 2010a) penelitian ini
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
memfokuskan pada: 1) pengembangan cara-cara
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
pra ktis
melatari metode pembelajaran dengan cakupan
permasalahan nyata
dan
inovati f
untuk
meme cahk an
dan 2) pengajuan prinsip-
431
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
prinsip rancangan umum untuk menginformasikan
karakteristik siswa, dan bahan kepustakaan
keputusan di masa yang akan datang. Dalam hal
lainnya; 3) Kuesioner, untuk mengetahui kondisi
ini, peneliti mencoba mengembangkan cara-cara
sebelum dan setelah dilaksanakannya uji coba.
praktis dan inovatif dalam memecahkan masalah
Kuesioner diberikan kepada guru dan siswa kelas
yang terjadi dalam kegiatan belajar pada anak-
3 yang menjadi sampel dalam penelitian; 4) Pre-
anak SD di daerah rawan bencana. Penelitian
tes dan postes, dilakukan untuk mengetahui ada
dilakukan dalam periode waktu dari April 2010
atau tidak adanya peningkatan kemampuan
sa mpai dengan Dese mbe r 20 10. Pene liti an
belajar siswa; dan 5) Observasi, dilakukan untuk
dilakukan di SD Puncak Manis, Desa Puncak Manis,
mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan
Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi
menggunakan permainan tradisional. Tahapan
dengan siswa dan guru kelas 3 SD Puncak Manis,
Penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Desa Puncak Manis, Kecamatan Kadudampit,
Sukabumi Jawa Barat sebagai responden. Populasi
Teknik Pengolahan Data
penelitian ini mencakup siswa dan guru kelas 3
Data mengenai penggunaan buku siswa dan
dan kelas 5 di wilayah Jawa Barat. Sampel
petunjuk guru yang terkumpul dianalisis secara
penelitian terdiri atas siswa dan guru SD kelas 3
kualitatif
dan kelas 5 di Cirebon (SDN Kebon Baru 4) yang
dan data hasil belajar siswa yang berupa pretes
mewakili wilayah rawan bencana tsunami dan
dan postes dianalisis secara kuantitatif dengan
banjir, lalu di Sukabumi (SDN Puncak Manis dan
menggunakan t-tes untuk mengetahui ada tidak
SDN Cibunar 2) yang mewakili wilayah rawan
adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap
gunung meletus dan tanah longsor serta di
materi yang disampaikan (Rahayu, dkk. 2010a).
Studi
Pendahuluan:
Identifikasi
kearifan lokal
dan
karakteristik
siswa.
Pengembangan
Paket dan
strategi
Pembelajaran
untuk siswa SD
di wilayah
rawan bencana
Berbasis
permainan
tradisional.
Uji Coba
penerapan
strategi
pembelajaran
dengan
menggunaka
n permainan
tradisional.
prosentase dengan analisis deskriptif,
Uji Coba
Penerapan
Paket dan
strategi
Pembelajaran
untuk siswa SD
di wilayah
rawan bencana
Berbasis
permainan
tradisional.
Analisis dan
Interpretasi
Data.
Penyusunan
Laporan
Gambar 1. Tahapan Penelitian (Rahayu, dkk.2010a)
Pengalengan (SDN Pengalengan 4 dan 8) yang
Hasil Penelitian dan Pembahasan
mewakili wilayah rawan longsor, gempa bumi dan
Identifikasi Permainan Tradisional
banjir.
Mengenai permainan tradisional, melalui salah
satu pertanyaan dalam kuesioner terhadap siswa,
Teknik Pengumpulan Data
menunjukkan bahwa sebag ian besa r si swa
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menjawab tidak tahu dan tidak mengenal budaya
berbagai macam teknik, yaitu: 1) Wawancara,
di daerahnya. Sedangkan berdasarkan hasil
dilakukan untuk mend apatkan data tentang
wawancara dengan pemuka masyarakat, 4 orang
ker akte rist ik b elaj ar siswa dan per mainan
guru SD di Kecamatan Kadudampit (SD Cibunar 2
tradisional anak yang dilakukan terhadap guru,
dan SD Puncak Manis), diidentifikasikan bahwa
siswa dan pemuka adat setempat; 2) Studi
kaulinan barudak (permainan anak) tradisional di
dokumentasi, dilakukan untuk mengumpulkan
Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi
da ta t enta ng p erma inan tra disi onal ana k,
Jawa Barat, yaitu Bancakan, Perepet Jengkol, Oray-
432
Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah
Rawan Bencana
orayan, Loncat Tinggi, Sonda, Egrang, Cing Ciripit
para guru yang akan menerapkan permainan ini
dan Pacici Putri. Setelah dianalisis lebih lanjut maka
menyatakan bahwa mereka mengenal dan tahu
pe rmai nan trad isional yang mungkin unt uk
tentang
diterapkan yaitu Oray-orayan, Cing Ciripit dan Pacici
demikian, para guru akan dapat mengajarkan
Putri.
permainan ini pada anak-anak didiknya.
Dari permainan yang teridentifikasi tersebut,
dipilih permainan Oray-orayan, Cing Ciripit dan
memainkan permainan ini. Dengan
Ketiga permainan tersebut dijabarkan pada
Tabel 1.
Pacici Putri. Ketiga permainan ini dipilih, karena
Tabel 1. Jenis Permainan Tradisional
Oray-orayan
Cara bermain (asli)
Permainan ini seperti permainan
ular naga, anak yang berada paling
akhir kemudian ditangkap dan
ditanya mau pilih bulan atau
bintang (2 pilihan yang lain juga
bisa) kalau anak yang ditangkap
tersebut pilih bintang misalnya,
maka anak tersebut harus ikut di
belakang orang yang punya pilihan
bintang.
Lagu pengiring (Bahasa Sunda)
Oray-orayan luar leor mapay
sawah
Entong ka sawah parena keur
sedeng beukah
Oray-orayan luar leor mapay
sawah,
Entong ka sawah parena keur
sedeng beukah,
Mending ge teuleum,
Di leuwi loba nu mandi,
Saha nu mandi,
Anu mandina pandeuri……….
Kok…kok…kok….
Pacici-cici Putri
Cing Ciripit
Permainan ini melibatkan 3
anak atau lebih. Satu orang
berperan sebagai pemimpin.
Anak-anak yang lain
menelungkupkan kedua
telapak tangannya, dan anak
yang jadi pemimpin menekan
punggung tangan anak
buahnya memakai telunjuk
sambil “kawih” ketika di akhir
lagu “ kalau mau kembang
apa” anak yang tangannya
terakhir ditunjuk harus
menjawab… setelah menjawab
tangan yang ditunjuk harus
disimpan di pundaknya (kalau
tangan kanan disimpan di
pundak kiri, kalau tangan kiri
disimpan di pundak kanan)
Permainan ini melibatkan 3
anak atau lebih. Satu orang
menelentangkan telapak
tangan kirinya, anak-anak
yang lain menekan telapak
tangan anak tersebut
dengan telunjuk mereka
sambil menyanyika lagu.
Ketika di akhir lagu : “mawa
wayang jrekjreknong”
telapak tangan tersebut
mencoba untuk menangkap
telunjuk yang menempel di
tangannya
“Pacici-cici putri térélék
kembang celempung ada nona
ada tuan kalau mau kembang
apa........?"
"Hayang kembang naon?" cék
Inah nanya ka Titi bari nyekel
kana leungeun katuhu Titi.
"Hayang kembang
sebé........!" témbal Titi.
"Heeh........kabogohna ka
anak Mang Lebé ... !"
Cingciripit tulang bajing
kacapit
Kacapit ku bulu pare
Bulu pare seuseukeutna
Jol Pa Dalang Mawa
wayang, jrekjreknong!
433
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
Cara bermain (dalam penerapan pembelajaran)
Sebelum permainan ini dimulai,
Sebelum permainan ini
Sebelum permainan ini
tentukan dua anak yang akan
dimulai, tentukan satu anak
dimulai, tentukan satu
menjadi penjaga. Permainan
yang akan menjadi pemimpin
anak yang akan menjadi
dilakukan seperti permainan
permainan. Di akhir lagu, anak pemimpin permainan. Di
aslinya.
yang tangannya ditunjuk
akhir lagu, pemimpin
harus menjawab pertanyaan
permainan akan menangkap
Anak yang berada di paling
dari kartu pertanyaan yang
telunjuk salah satu peserta
belakang akan ditangkap oleh dua
dipilih. Bila anak menjawab
permainan, dan anak
penjaga. Anak yang tertangkap
benar, maka dia akan masuk
tersebut harus menjawab
tersebut akan diberikan pertanyaan kelompok “Pemenang”, bila
pertanyaan dari kartu
sesuai dengan kartu yang
anak tersebut menjawab salah pertanyaan yang dipilih.
dipilihnya yang dipegang oleh salah maka dia akan masuk
Bila anak menjawab benar,
satu dari anak yang menjadi
kelompok “Kalah”. Permainan
maka dia akan masuk
penjaga. Bila anak yang tertangkap ini berakhir jika semua anak
kelompok “Pemenang”. Bila
menjawab benar, maka dia akan
sudah masuk menjadi anggota anak tersebut menjawab
masuk kelompok “Pemenang”, bila
kelompok.
salah, maka dia akan masuk
anak tersebut menjawab salah
kelompok “Kalah”.
maka dia akan masuk kelompok
Bagi anak-anak yang masuk
Permainan ini berakhir jika
“Kalah”.
kelompok “kalah” maka ia
semua anak sudah masuk
akan mendapat hukuman,
menjadi anggota kelompok.
Permainan ini berakhir jika semua
yaitu menirukan salah satu
anak sudah tertangkap dan masuk
gerakan penyelamatan diri
Bagi anak-anak yang masuk
menjadi anggota kelompok. Bagi
saat terjadi bencana gempa
kelompok “kalah” maka ia
anak-anak yang masuk kelompok
bumi dan banjir.
akan mendapat hukuman,
“kalah” maka ia akan mendapat
yaitu menirukan salah satu
hukuman, yaitu menirukan salah
gerakan penyelamatan diri
satu gerakan penyelamatan diri
saat terjadi bencana gempa
saat terjadi bencana gempa bumi
bumi dan banjir.
dan banjir.
Setelah kegiatan permainan selesai, guru akan mengulas kembali jawaban-jawaban siswa dalam
kegiatan permainan tersebut.
Sumber: Rahayu, dkk. 2010b)
Identifikasi Karateristik dan Gaya Belajar
maksud dari pertanyaan tersebut. Pada saat
Siswa SD Kelas 3
menjawab, guru dan peneliti tidak melakukan
Untuk mengidentifikasi karakteristik dan gaya
intervensi sama sekali terhadap jawaban yang
belajar siswa SD kelas 3, digunakan kuesioner
dituliskan siswa.
yang sifatntya terbuka dan tertutup. Terbuka
Be rdasarka n kuesioner
yang me ngga li
arinya pertanyaan yang diajukan dapat dijawab
pendapat siswa tentang karakteristik dan gaya
siswa secar a be bas sesuai d enga n pe ma-
belajar mereka, yang disebar kepada 28 siswa
hamannya sendiri. Tartutup artinya pertanyaan
kelas 3 SD Puncak Manis Kabupaten Sukabumi
dalam kuesioner dapat dijawab siswa dengan
diperoleh hasil sebagai berikut. Sebanyak
memilih salah satu atau lebih jawaban yang sudah
siswa dapat menerima pembelajaran dengan
disediakan dalam kuesioner tersebut. Kuesioner
cepat dan 10% menerima pembelajaran dengan
tentang karakteristik dan gaya belajar siswa
lambat dan 70% menyatakan antara cepat dan
diberikan kepada siswa kelas 3 SD.
lambat.
Untuk mengisi kuesioner tersebut, siswa
Ketika ditanyakan
20%
apakah mereka pernah
dibantu oleh guru. Caranya, yaitu dengan mem-
meminta bantuan guru untuk menje lasakan
bacakan tiap pertanyaan lalu guru menjelaskan
materi pembelajaran yang disampaikan, sebagian
434
Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah
Rawan Bencana
besar 70% menyatakan tidak pernah bertanya
alat peraga, dan 36% siswa menyatakan bahawa
at au m eminta b antuan guru. Al asan siswa
guru tidak pernah menggunakan alat peraga.
bertanya atau meminta bantuan kepada guru
92% siswa menyatakan bahwa mereka mem-
adalah 48% siswa menginginkan pengulangan
perhatikan penjelasan yang disampaikan guru
penjelasan, 26% siswa mengharapkan klarifikasi
pada saat guru menggunakan alat peraga dan
dari yang dijelaskan guru, dan 20% meng-
8% lainnya tidak memperhatikannya.
harapkan diberikan contoh atau pendalaman atau
pengayaan.
Media yang paling disukai untuk digunakan
dalam pembelajaran oleh 26% siswa adalah
Data tentang lamanya siswa dapat ber-
gambar, 21% siswa menyukai buku, 17% siswa
konsentrasi pada pelajaran menunjukan bahwa
menyukai benda sebenarnya, 13% siswa menyu-
50% siswa menyatakan dapat berkonsentrasi
kai film, 8% siswa menyukai benda tiruan (model),
sampai dengan pelajaran selesai. Selama guru
8% siswa menyukai benda yang mengandung
menjelaskan pelajaran di kelas 100% siswa
unsur seni, dan 7% siswa menyukai media audio/
memperhatikan
penjelasan guru dan mencatat.
radio. Berdasarkan data tersebut, maka paket
Selain itu, 90% siswa menyatakan bahwa orang
pe mbel ajar an y ang dap at d igunakan dal am
tuanya membiasakan mereka untuk belajar pada
penelitian ini antara lain berupa bahan ajar cetak
jam tertentu. Tindakan orang tua apabila anak
(buku yang dilengkapi gambar), audio (kaset atau
tidak belajar setiap hari: 30% menasehati dan
compact disk) dan video
menemani 30% memarahi dengan kata-kata, 20%
mendiamka n saj a, dan sisinya (2 0%) ti dak
Pengembangan Paket dan Strategi
me njaw ab. Wakt u ya ng disukai anak unt uk
Pembelajaran
belajar: 70% pada malam hari. Alasannya adalah
Da lam pene liti an i ni, dike mbangkan pak et
karena pada malam hari waktunya lebih panjang,
pembelajaran adalah materi yang terkait dengan
tidak panas dan bisa belajar sambil bertanya pada
materi pelajaran IPA SD yang dikaitkan dengan
orang tua/orang lain. Lama belajar pada waktu
bencana ala m. Paket pem bela jara n da lam
yang disukai adalah 30% siswa belajar selama
penelitian yang dikembangkan dijabarkan sebagai
30 menit - 1 jam, 50% siswa belajar selama 1-2
berikut: 1) Buku petunjuk guru yang di dalamnya
jam dan 30% siswa belajar lebih dari 3 jam. Hasil
me muat
tersebut menunjukkan bahwa siswa SD di daerah
Pembelajaran (strategi) dengan model PAKEM; 2)
tersebut memiliki karakteristik antara cepat dan
Buku siswa yang memuat materi dan petunjuk
lambat dan dapat berkonsetrasi dalam menerima
kerja bagi siswa yang dikaitkan dengan permainan
pel ajar an y ang d isam paik an. Adapun untuk
anak dengan lagu pengiring berbahasa Sunda;
belajar di rumah, mereka hanya akan belajar jika
3) Booklet seri bencana yang terdiri atas 5 booklet.
ada PR atau tugas dari sekolah. Mereka juga lebih
yaitu Bencana Gempa Bumi, Bencana Banjir,
nyaman belajar pada malam hari antara 30 menit
Bencana Longsor, Bencana Gunung Meletus, dan
hingga 2 jam. Orang tua tidak memaksa anaknya
Bencana Tsunami. Booklet ini dirancang bergambar
untuk belajar, namun hanya mengarahkan saja.
dan berwarna, serta menggunakan bahasa yang
Selain itu, bila anak mereka tidak belajar orang
komunikatif. Dalam artikel ini booklet yang
tua akan menasehati dan menemani hingga
digunakan hanya booklet yang diterapkan di SDN
memarahi anak mereka.
Puncak Manis, yaitu
tentang
Rancang an
Pelak sana an
booklet tentang Bencana
Gempa Bumi, Bencana Banjir; 4) Program video
Identifikasi Paket Pembelajaran yang Sesuai
yang menggambarkan/mencontohkan permainan
untuk Siswa SD Kelas 3
anak yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran
Identifikasi paket pembelajaran yang sesuai untuk
yang aktif kreatif dan menyenangkan terkait
siswa SD kelas 3 didapat dari hasil kuesioner yang
dengan topik bencana; 5) Perangkat kartu soal
diberikan kepada siswa SD kelas 3 dengan sampel
untuk materi bencana: gempa bumi dan banjir.
yang sama. 26% siswa menyatakan bahwa guru
Pertanyaan yang ada
sering menggunakan alat peraga, 38% siswa
materi bencana itu sendiri, mitigasi dan sanitasi.
menyatakan bahawa guru jarang menggunakan
Kartu soal memuat pertanyaan dan jawaban.
pada kartu soal
meliputi
435
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
Kartu soal dibuat dengan menggunakan kertas
memahami materi. Untuk materi mitigasi dan
warna agar menarik bagi siswa (Rahayu, dkk.
sanitasi terkait bencana banjir, penguasaan dan
2010a).
pemahaman siswa kelas 3 SDN Puncak Manis
Selain Paket Pembelajaran, dikembangkan
mengalami peningkatan sebesar 0,58%. Hal ini
pula strat egi dala m me mbel ajar kan mate ri
menunjukkan bahwa isi materi booklet mitigasi dan
tersebut dengan mengintegrasikan permainan
sanitasi terkait bencana banjir sesuai untuk siswa
tradisional anak. Strategi pembelajaran digam-
kelas 3 SD dan penggunaan permainan tradisional
barkan pada Gambar 2.
(Oray-orayan, Cing Ciripit dan Pacici-cici Putri) dapat
membantu siswa memahami materi tersebut.
 Pretest
 Kuesioner
siswa awal
Menjelaskan
 Tujuan
 Topik
 Manfaat
 Membagi
dan belajar
booklet
 Nonton DVD
Mengondisikan
kelas


 Posttest
 Kuesioner
siswa akhir
Bermain:
 Orayorayan
 Pacici Putri
 Cing caripit
 Mengulas
kembali
materi
 Melengkapi
buku siswa

Menegaskan
cara bermain
Membagi siswa
menjadi 3
kelompok
Mengisi buku
siswa
Gambar 2. Alur Strategi Pembelajaran
Uji Coba Penerapan Pembelajaran Melalui
Kegiatan Permainan Tradisional bagi Siswa
Kelas 3 SD
Hasil Pretest dan posttest
Nilai
Materi Gempa
Bumi
Pretes
3,15
Rata-Rata
Peningkatan
dalam%
Materi Banjir
Postes
Pretes
Postes
3,95
2,89
3,47
0,79
Dari data tersebut tampak bahwa untuk
Keterangan
0.58
Hasil kuesioner siswa sebelum ujicoba
materi mitigasi dan sanitasi terkait bencana gempa
penerapan pembelajaran melalui permainan
bumi, rata-rata pemahaman siswa kelas 3 SDN
tradisional
Puncak Manis Sukabumi mengalami peningkatan
Sebelum strategi pembelajaran diterapkan, siswa
sebesar 0,79%. Hal ini menunjukkan bahwa
diberikan kuesioner dengan pertanyaan terbuka.
penggunaan paket pembelajaran yang berupa
Be rikut ad alah rangkuman jawa ban sisw a.
booklet dan buku siswa tentang materi mitigasi
Sebagian besar siswa menyatakan menyukai
dan sanitasi terkait bencana gempa bumi yang
pelajaran IPA, dengan alasan pelajaran IPA
disampa ikan
pe rmai nan
sangat menarik, menyenangkan, asyik dan tidak
tradisional seperti Oray-orayan, Cing Ciripit dan
membosankan. Hanya 10% siswa yang tidak
Pacici-cici Putri, dapat lebih membatu siswa
menyukai pelajaran IPA dengan alasan pelajaran
436
mel alui
keg iata n
Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah
Rawan Bencana
IPA sulit dipelajari. Sebagian besar siswa (95%)
Menurut pendapat guru, penerapan pem-
juga menyatakan kesulitan dalam mempelajari
belajaran IPA dengan fokus materi Banjir dan
IPA, karena mata pelajaran tersebut memang sulit
Gempa bumi untuk siswa kelas 3 SD adalah sangat
dan tidak mudah dimengerti.
baik dan sangat membantu guru dalam menyampai kan mate ri p embe laja ran. Str ateg i ya ng
Hasil kuesioner siswa dan guru setelah
di kemb angk an
ujicoba penerapan paket pembelajaran
diterapkan dan tidak membutuhkan pelatihan
j uga
sang at
m udah
unt uk
melalui permainan tradisional
yang panjang. Namun, untuk menerapkannya
Setelah selesai penerapan pembelajaran melalui
diperlukan perangkat multi media, seperti video
permainan tradisional, siswa
diberikan kuesioner
pl ayer aga r ke seluruha n ma teri dan pak et
untuk mengetahui pendapat mereka terhadap
pembelajaran yang disediakan dapat diman-
pelaksanaan pembelajaran melalui permainan
faatkan lebih optimal. Namun, dengan bahan ajar
tradisional. Berikut adalah rangkuman jawaban
cetak yang tersedia ( booklet, buku siswa dan buku
siswa. Sebanyak 26% siswa menyatakan tidak
petunjuk guru serta kartu soal) materi tersebut
menyukai pelajaran IPA melalui permainan,
da pat tersampa ikan de ngan bai k. Apala gi
karena menurut mereka, belajar IPA seharusnya
diterapkannya melalui permainan tradisional yang
tidak sambil bermain karena akan mengganggu
membuat kegiatan pembelajaran menjadi menarik
konsentrasi dan 74% siswa yang menyatakan
dan menyenangkan. Dengan cara ini juga, anak-
senang atau suka jika pelajaran IPA dilakukan
anak dapat lebih kreatif dan semangat mengikuti
melalui permainan dengan bernyanyi dan bermain
pembelajaran.
karena akan semakin menyenangkan.
Selain itu, sebanyak 65% siswa menyatakan
mer eka tida k
Kondisi Sekolah
me ngal ami kesulita n da lam
Puncak Manis t erle tak di D esa Suka Manis
mempelajari pelajaran IPA dengan alasan ada
Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi.
buku bergambar yang membantu mereka belajar,
Lokasi sekolah ini terletak di puncak bukit di kaki
dilakukan dengan permainan sehingga perasaan
Gunung Gede. Kelas-kelas terdapat dalam dua
mereka senang dan gembira, serta belajarnya di
lokasi yang berbeda. Kelas 1, 2, 3, 6
dalam d an di luar kel as. Ketika dit anyakan
bagian atas dan terlihat bagus dengan bangunan
tentang pe rasaan mereka saat p elaksanaan
tembok yang permanen. Meskipun di beberapa
pembelajaran melalui permainan, sebagian besar
tempat terdapat retakan yang menurut guru dan
siswa (85%) menyatakan sangat menyukai dan
siswa adalah akibat gempa yang terjadi padqa
menyenanginya karena pelajaran IPA menjadi
tanggal 2 September 2009 (yang berpusat di
tidak sulit, tidak menegangkan, menyenangkan,
Tasikmalaya). Dua kelas lainnya terletak di bagian
gembira dan bisa lebih bebas bermain. Ada 15%
bawah. Antara kelas bagian atas dan kelas bagian
siswa yang tetap menyatakan bosan, alasan
bawah di hubungkan dengan anak tangga yang
me reka ada lah deng an b elaj ar I PA m elal ui
terbuat dari adukan semen. Kemiringan letak
permainan tradisional, menjadi tidak serius, tidak
antara kelas di atas dan di bawah adalah sekitar
bi sa k onse ntra si d an k egia tannya m enja di
90
membosankan dan membuat mereka berpikir
ruang kelas yang terdapat pada bagian bawah
terus.
merupakan dua ruangan yang terpisah. Salah
Hasil
satunya berukuran kurang lebih 6X6 meter dan
menggunakan permainan tradisional dengan cara
yang satunya lagi berukuran 4 X 5 meter. Dinding
yang menyenangkan dalam pembelajaran IPA di
di kedua ruangan itu cukup memprihatinkan.
SD
Bagian temboknya sudah berlubang dan ditutupi
me mbua t
b ahwa
dan berjarak kurang lebih 50 meter. Kondisi
dengan
aka n
i ni m enunjukk an
0
terletak di
se bagi an
b esar
siswa
menyukai pelajaran IPA ini. Selain itu, penggunaan
papan triplek.
Di antara kelas yang terletak di
paket berupa booklet berupa buku bergambar
atas dan kelas yang di bawah, pada bagian
akan membuat siswa semakin tertarik untuk
tengah terdapat kamar mandi yang terdiri dari 2
mempelajari dan memahami materi pelajaran IPA.
kamar mandi. Meski kondisinya kurang bagus,
namun kamar mandi ini tampak bersih dengan
437
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
sumber air yang jernih dan mengalir lancar. SD N
hasil belajar siswa. Menurut guru, strategi ini
Puncak Manis memiliki 177 murid yang terdiri dari
mudah diterapkan, hanya kendalanya adalah
kelas 1 hingga kelas 6 masing-masing yang
tidak adanya perangkat untuk memutar video
tergabung dalam
yang terdapat dalam paket pembelajaran ini.
satu rombongan belajar.
Kelima, hasil uji coba penerapan pembelajaran
Simpulan dan Saran
melalui permainan tradisional ini menunjukkan
Simpulan
adanya peningkatan pemahaman siswa kelas 3
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
SDN Puncak manis terhadap materi yang di-
dengan populasi siswa SD kelas 3 SDN Puncak
sampaikan, yaitu untuk materi gempa bumi terjadi
Ma nis
Suk abum i,
peningkatan sebesar 0,79 dan untuk materi banjir
diperoleh hasil yang disimpulkan sebagai berikut.
Keca mata n
Ka duda mpit
terjadi peningkatan sebesar 0,58 dengan rentang
Pertama, permainan tradisional anak-anak
nilai 0-10. Skor tertinggi yang diperoleh siswa
( Kaulinan Barudak) termasuk budaya yang hampir
adalah 8 (dari sepuluh soal yang diberikan)
dilupakan oleh sebagian masyarakat Jawa Barat,
khususnya anak-anak sebagai generasi penerus
Saran
bangsa. Hampir seluruh siswa kelas 3 di SDN
Ber dasar kan simpul an ya ng te lah d iurai kan
Puncak Manis t idak me nget ahui per mainan
tersebut, rekomendasi yang dapat disampaikan
tra disi onal yang ad a di dae rahnya. Kedua,
adalah sebagai berikut.
karakteristik siswa di SDN Puncak Manis Keca-
Pertama, sebaiknya kearifan lokal diinte-
matan Kadudampit-Sukabumi yang dapat ter-
grasikan dalam kegiatan pembelajaran, khusus-
identifikasi adalah bahwa sebagian besar siswa
nya permainan trasisional anak. Selain untuk
merasakan trauma terhadap bencana, khususnya
melestarikan kearifan masing-masing daerah juga
gempa bumi dan banjir. Selain itu, siswa di daerah
unt uk m engenalka n dan menanamk an p ada
sampel memiliki ketergantungan yang cukup tinggi
si swa tent ang buda ya l okal yang di mili ki
dengan guru, kurang kreatif, kurang memiliki
daerahnya masing-masing. Pengintegraian ini juga
keb eranian untuk ber tany a da n me njaw ab
da pat digunaka n untuk mem buat pel ajar an
pertanyaan. Selain itu, kemampuan membacanya
menjadi lebih bervariasi, menarik dan menye-
masih belum mahir dan kemampuan memahami
nangkan. Kedua, karakteristik siswa di tiap wilayah
materi masih cukup terbatas sehingga materi yang
berbeda-beda. Sebaiknya dalam menyampaikan
akan disampaikan harus jelas dan rinci serta
pelajaran, mengembangkan suatu model atau
menarik. Ketiga, berdasarkan hasil identifikasi
paket pembelajaran pengembang perlu mem-
karakteristik siswa dan permainan tradisional di
perhatikan karakteristik yang dimiliki oleh siswa
wilayah sampel, maka paket pembelajaran yang
yang akan menggunakannya. Ketiga, sebaiknya
paling sesuai untuk siswa kelas 3 SDN Puncak
dikembangkan paket pembelajaran yang bisa
Manis adalah paket dengan multi media, yaitu
mengoptimalkan belajar anak yang meliputi
berupa bahan ajar cetak yang juga dilengkapi
bahan ajar cetak, video dan audio sehingga
dengan media video. Paket pembelajaran yang
kemampuan belajar siswa yang berupa auditif,
dikembangkan meliputi materi pembelajaran IPA
visual dan audio visual dan reading, writing dapat
dengan fokus pada bencana gempa bumi dan
terakomodasi dengan baik. Keempat, meskipun
banjir yang dirancang dalam bentuk buku siswa
strategi pembelajaran ini dapat meningkatkan
dan buku petunjuk guru serta booklet bergambar
kreativitas, keaktifan dan hasil belajar siswa
yang diintegrasikan dengan permainan trasisional
namun peran guru/pendamping tetap tidak dapat
anak (Oray-orayan, Cing Ciripit dan Pacici Putri) yang
dig anti kan deng an m edia . Ke lima , St rate gi
dikemas dalam bentuk video sehingga menarik
pembelajaran ini masih jauh dari sempurna,
dan menyenangkan. Keempat, hasil penerapan
semoga ada pihak lain yang merasa berkepen-
st rate gi p embe laja ran berb asis per mainan
tingan yang akan melakukan penelitian dan
tradisional ini cukup memuaskan. Hal ini dapat
pengemb anga n la njuta n se hing ga hasil ny a
dilihat dari hasil kuseioner untuk siswa dan guru
semakin sempurna dan apat diterapkan pada
diperoleh hasil bahwa paket pembelajaran ini
siswa SD kelas 3.
dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas dan
438
Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah
Rawan Bencana
Pustaka Acuan
Kodoatie Robert J. dan Sugiyanto. 2002. Banjir Berberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya
dalam Perspektif Lingkungan, Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Rahayu. U, Sekarwinahyu, M., Tatminingsih, S. 2010a. Pengembangan Paket Pembelajaran untuk Siswa
Sekolah Dasar di Daerah Rawan Bencana, Laporan Penelitian Strategis Nasional, Jakarta:
Kemendiknas.
Rahayu. U, Sekarwinahyu, M., Tatminingsih, S. 2010b. Paket Pembelajaran di Daerah Rawan Bencana
(Petunjuk Guru). Bagian dari Laporan Penelitian Strategis Nasional, Jakarta: Kemendiknas.
Ridwan N. A. 2008. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal, Diambil 9 Pebruari 2009 dari http://
ibda.files.wordpress.com/2008/04/2-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf
Rositawaty dan Muharam, Anis. 2008.
Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 3 (untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah KelasIII). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tatminingsih, Sri. 2009. Membisikan Pesan-Permainan Sederhana Berguna Luar Biasa: Modifikasi
Permainan Tradisional Sebagai Sarana Pengembangan Kemampuan Anak. Jurnal Online
Jendela. Jakarta: Pusat Studi Psikologi dan Pendidikan Anak.
Utomo, Pristiadi. 2011. Ilmuwan Muda, Piaget dan Teorinya.
Diunduh pada 15 Desember, 2011 pkl
15.33. http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya.
Yayasan IDEP. 2007a. Gempa Bumi! Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa Saat Menghadapi Bencana
Gempa. Bali: Yayasan IDEP.
Yayasan IDEP. 2007b. Banjir! Cerita tentang Peran Masyarakat Saat Terjadi Banjir. Bali: Yayasan IDEP.
439
Download