laporan - EDUCATIONS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Indonesia telah mengenal laut sebagai
sarana transportasi pelayaran, selain itu Indonesia juga kaya akan sumber daya
daratan maupun lautan. Indonesia memiliki potensi kelautan yang sangat besar
dan beragam, yakni memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000
km dan 5,8 juta km2 laut atau sebesar 70 persen dari luas total Indonesia. Potensi
tersebut tercermin dengan besarnya keanekaragaman hayati, potensi budidaya
perikanan pantai dan laut serta wisata bahari.
Sumberdaya ikan yang begitu bayak di perairan Indonesia merupakan modal
dasar pembangunan nasional yang sangat penting artinya. Dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional berdasarkan wawasan nusantara itu maka bidang
perikanan harus mampu ikut serta mewujudkan kekuatan ekonomi sebagai upaya
meningkatkan ketahanan nasional.
Dengan tersedianya potensi sumber daya perikanan di laut, maka dalam
pengeksploitasiannya diperlukan berbagai cara yang akan berbeda sesuai dengan
tujuan usahanya. Hal ini berhubungan erat sekali dengan pengetahuan dan
keterampilan manusia terhadap alat-alat dan perlengkapan penangkapan
( Ayodhyoa,1975).
Negara Indonesia memiliki banyak alat tangkap baik untuk ikan, udang
maupun biota laut lainya. Untuk mengekploitasi sumber daya perikanan
digunakan bermacam-macam alat tangkap yang besifat tradisional oleh nelayan
Indonesia, juga alat tangkap modern yang merupakan alat tangkap lebih produktif
dan efisien.
Dari sekian banyak alat tangkap di Indonesia, alat tangkap purse seine
merupakan alat tangkap yang sangat dikenal di kalangan nelayan Indonesia karena
pengoperasianya sangat mudah dan hasil tangkapannya banyak terutama untuk
menangkap ikan-ikan pelagic (Farid A,1989). Adapun cara penangkapan ikan
1
dengan menggunakan alat penangkapan ikan pukat cincin (purse seine) yang
dilakukan oleh nelayan indonesia masih tergolong sederhana dan belum didukung
oleh alat-alat penangkapan yang memadai sehingga demi mengantisipasi tuntutan
ketersediaan tenaga kerja yang berkopetensi dan berprofesional khususnya
dibidang kelautan (penangkapan ikan) agar pemanfaatan sumber daya perikanan
(ikan) bisa lebih optimal, lulusan yang berdaya saing tinggi merupakan suatu
tuntutan dunia profesi yang tidak dapat dihindari karena kompetensi tenaga kerja
selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi
secara global. Salah satu strategi yang dilaksanakan oleh akademik bagi setiap
mahasiswa
Diploma
4
Agribisnis
Pertanian
Kerjasama
antara
Pusat
Pengembangan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK)
Pertanian Cianjur dengan Politeknik Negeri Jember melaksanakan magang di
Industri (kegiatan praktek melaut), merupakan salah satu cara demi memenuhi
kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan permintaan kebutuhan tenaga kerja
yang berprofesional.
B. Tujuan
Magang di industri adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
professional yang memadukan secara sistematis dan sinkron antara program
kampus dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kerja langsung di dunia
kerja, untuk mencapai keahlian yang professional. Pada dasarnya, tujuan magang
industri adalah sebagai berikut :
1. Dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjadi tenaga
kerja yang terampil, produktif dan berstandar mutu Internasional sesuai
dengan tuntutan dunia kerja.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh
selama kuliah di tahun pertama.
3. Dapat mengetahui metode dan teknik pengoperasian alat tangkap Purse
seine atau pukat cicin.
4. Dapat mengetahui jenis-jenis ikan yang ditangkap pada alat tangkap purse
seine dan juga cara-cara penanganan ikan di atas kapal dengan baik.
5. Memperoleh pengalaman yang riil di lapangan industri.
2
6. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu
tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos
kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
C. Sasaran
Adapun sasaran yang didapatkan dalam melaksanakan magang industri ini
adalah :
1. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh selama kuliah pada tahun pertama.
2. Meningkatkan efesiensi profesi pendidikan dan penelitian tenaga kerja
yang berkualitas dan professional.
3. Meningkatkan status dan kepribadian mahasiswa, sehingga mampu
berorientasi, serta memiliki rasa tanggung jawab serta disiplin yang tinggi.
4. Mempunyai pengalaman dalam kegiatan produksi di industri yang relevan.
5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjadi tenaga kerja
yang terampil dan produktif sesuai dengan ketentuan dunia kerja.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Unit Penangkapan
1. Kapal Penagkapan Ikan
Semua kegiatan yang berhubungan dengan perairan apalagi jika
berbicara tentang penangkapan ikan pastilah sangat membutuhkan alat
transportasi dan alat penampung hasil penangkapan. Oleh karena itu semenjak
zaman dahulu melalui proses perkembangan yang sangat panjang terciptalah
alat transportasi yang kita kenal sekarang yaitu Kapal. Kapal adalah setiap
jenis kendaraan air, termasuk berat kapal tanpa berat benam ( berat tanpa
muatan/ berat bersih) dan pesawat terbang laut yang digunakan sebagai sarana
pengangkutan di air. (P2TL,1972).
Kapal pukat cincin (purse seine) biasanya di sebut purse seiner. Pukat
cincin dapat dioperasikan dengan satu kapal atau dua kapal. Salah satu kapal
harus mempunyai olah gerak yang baik dan cepat, karena kecepatan kapal
melingkarkan jaring pada gerombolan ikan sangat menentukan keberhasilan
penangkapan ikan.
Kapal juga harus dilengkapi dengan palkah yang
mempunyai kapasitas yang cukup untuk menyimpan hasil tangkapan selama
operasi penangkapan berlangsung. Kapal pukat cincin harus mampu bergerak
cepat terutama pada saat mengejar gerombolan ikan dan pada saat proses
pelingkaran jaring, untuk itu mesin penggeraknya harus mempunyai daya atau
tenaga dorong yang kuat. Selain itu stabilitas kapal pukat cincin harus mantap
karena pada saat operasi berlangsung kapal akan menerima beban ke samping
yang menyebabkan kapal miring dan keadaan itu sangat berbahaya apabila laut
berombak besar. Untuk mendapatkan stabilitas kapal yang cukup baik pada
kapal pukat cincin, perlu diperhatikan lebar kapal yang cukup besar dan tinggi
kapal yang tidak terlalu tinggi.(Ditjen Perikanan,1992).
4
2. Alat Tangkap Purse Seine
Purse seine dalam statistic perikanan Indonesia disebut dengan pukat
cincin. Disebut pukat cincin karena pada bagian bawah dipasangi cincin (ring)
yang berguna untuk mengerutkan bagian bawah jaring sehingga terbentuk
kantong.
Ada pula yang menyebutkan purse seine dengan sebutan jaring
kantong. Alat ini di operasikan dengan cara melingkari kawanan ikan, sehingga
disebut dengan jaring lingkar. Alat ini digunakan untuk menangkap ikan
pelagis, baik pelagis kecil maupun pelagis yang besar.
Prinsip penangkapan purse seine adalah dengan cara melingkari
gerombolan ikan hingga terkurung oleh lingkaran dinding jaring. Agar ikan
yang telah terkurung tidak lolos dari perangkap pukat, maka tali ris bawah
(yang dilengkapi dengan sejumlah cincin) dikuncupkan dengan tali kerut (purse
line), sehingga purse seine membentuk seperti tangguk. Kemudian ikan yang
telah tertangkap dinaikkan ke atas kapal sebagai ikan hasil tangkapan.
Subani dan H.R Barus (1989), mengatakan purse seine pertama kali
diperkenalkan di Indonesia oleh Balai Penelitian Perikanan Laut pada tahun
1970, yaitu dengan cara melakukan kerja sama dengan pengusaha di Batang
Jawa Tengah yang selanjutnya diaplikasikan di Muncar Jawa Timur pada tahun
1973 dan 1974. Kalangan masyarakat nelayan tradisional di Indonesia telah
lama mengenal purse seine atau sejenisnya (bentuk dan pengoprasiannya)
dengan nama berbeda-beda seperti pukat langga (di wilayah Nanggroe Aceh
Darussalam), Pukat langgar (di Sumatra Utara), Goma giob (di Sulawesi Utara
dan Maluku), dan Gae (di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan).
Keberhasilan operasi penangkan ikan dengan pukat cincin ditentukan
oleh desain alat tangkapnya. Berdasarkan prisip alat tangkap ikan purse seine,
maka pembuatan jaring harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang dijadikan
dasar pembuatan desain, antara lain sebagai berikut :
a. Jaring harus cukup panjang sehingga mampu melingkari gerombolan ikan/
sasaran penangkapan. Panjang jaring haruslah lebih dari 15 kali panjang
kapal dan panjang kantong jaring minimal sama panjang dengan panjang
kapal.
5
b. Jaring harus mempunyai kedalaman yang cukup besar agar ikan/ sasaran
yang meloloskan diri secara vertical ke bawah dapat terhambat oleh
jaring.
c. Mata jaring harus cukup lebar untuk mengurangi berat tahan jaring tetapi
juga cukup sempit agar ikan terjerat/ terpuntal pada jaring. Pada bagian
kantong mempunyai ukuran lebih kecil dari pada bagian jaring lainnya.
d. Jaring dilengkapi dengan pelampung yang cukup untuk mendukung
berat jaring, termasuk berat ikan yang tertangkap pada bagian kantong.
Tetapi jumlah pemberat harus sesedikit mungkin dan cukup untuk
menciptakan kecepatan tenggelam.
Pemberat purse seine rata-rata 0,8
kg/meter dan daya apung minimal 2x jumlah pemberat (termasuk daya
tenggelam bagian lainya).
Ayodhyoa (1985), mengatakan bahwa ikan-ikan pelagis umumnya
membentuk gerombolan (schoal) serta berada dekat permukaan air. Ikan-ikan
tertangkap purse seine karena gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring
sehingga pergerakanya terhalang oleh jaring dari dua arah, baik pergerakan ke
samping (horizontal) maupun ke arah vertical.
Purse seine merupakan alat tangkap berbentuk jaring yang dilingkari
dengan kapal yang berkecapatan tinggi.
Di bagian bawah jaring terdapat
beberapa cincin untuk lintasan tali kerut. Tali kerut ditarik agar terbentuk
kantong di tengah atau disalah satu ujung jaring. Pada umumnya jaring terdiri
dari tiga bagian : sayap, badan, kantong.
Nasution (1978), mengatakan purse seine termasuk alat tangkap yang
khusus untuk menangkap ikan-ikan pelagis baik yang hidup di perairan pantai
maupun lepas pantai. Purse seine dapat menangkap ikan dengan segala ukuran,
mulai dari ikan-ikan kecil sampai ikan-ikan besar tergantung pada mata jaring
yang digunakan.
Semakin kecil ukuran mata jaring yang digunakan maka
semakin kecil ikan yang tertangkap.
Nasution (1995), mengatakan bahwa bagian-bagian utama dari purse
seine adalah sebagai berikut :
6
1) Jaring utama
Ukuran mata jaring pada tiap-tiap bagian purse seine berbedabeda, dan ada pula yang sama. Bagian yang mempunyai ukuran yang
sama terdapat pada bagian sayap dengan ukuran mata jaring yang besar.
Sementara itu pada bagian kantong ukuran matanya kecil, karena pada
bagian ini merupakan tempat berkumpulnya ikan yang tertangkap
sebelum ikan diangkat ke permukaan. Pada umumnya ukuran benang
yang digunakan adalah kebalikan dari mata jaring. Semakin kecil
ukuran mata jaring maka ukuran benangnya
semakin besar, begitu
sebaliknya.
2) Selvedge
Pada tali ris atas maupun tali ris bawah, selvedge merupakan
mata jaring penguat yang dipasang untuk melindungi bagian pinggir
dari jaring utama agar tidak mudah robek pada saat operasi
penangkapan berlangsung. Pada umumnya ukuran mata jaring pada
selvedge dua kali lebih besar dibandingkan pada jaring utama.
Sedangkan untuk ukuran mata benangnya tiga sampai empat kali lebih
besar dari ukuran mata jaring utama. Bahan yang digunakan adalah
Poly Ethylene (PE) atau nylon (PA).
3) Tali Ris
Tali ris terdiri dari ris atas dan ris bawah. Tali ris atas untuk
pelampung dan tali ris bawah untuk pemberat. Tali ris atas maupun
bawah menggunakan tali yang arah pintalnya berlawanan yaitu pintalan
kiri dan pintalan kanan. Hal ini gunanya untuk mencegah agar jaring
tidak mudah terbelit atau melintir.
4) Pelampung
Pelampung berguna untuk memberi daya apung pada alat tangkap
agar alat tangkap tersebut dapat berdiri tegak waktu dioperasikan di
dalam air. Pelampung terbuat dari bahan sintetis yang mempunyai berat
jenis lebih kecil dari berat jenis air laut. Pelampung dipasang dengan
menggunakan tali yang bahan maupun ukurannya disesuaikan dengan
tali risnya.
7
5) Pemberat
Pemberat berguna untuk memberikan daya tenggelam pada alat
tangkap dan agar jaring dapat terbentang sempurna. Pemberat dipasang
dengan mengguanakan tali pemberat. Pemberat ini dibuat dari bahan
yang tidak mudah berkarat, murah dan bahannya mudah didapat,
misalnya timah hitam.
6) Cincin
Cincin terbuat dari kuningan atau besi yang anti karat. Alat ini
berguna untuk jalanya tali kolor waktu ditarik sehingga jaring
membentuk kantong. Untuk memasang ring diperlukan tali ring.
7) Tali ring
Tali ring adalah tali penghubung antara cincin dengan tali ris
bawah. Tali ring terbuat dari bahan yang sama dengan tali ris atas dan
tali ris bawah.
8) Tali kerut/ Tali kolor
Untuk menutup bagian bawah jaring pada waktu dioperasikan
digunakan tali kerut/ tali kolor untuk dilewatkan pada lobang cincin.
Dengan ditariknya tali kerut ini maka ring akan berkumpul sehingga
akan membentuk sebuah kantong. Bahan tali kerut biasanya dipilih tali
yang permukaannya licin, kaku dan tinggi kekuatannya.
3. Alat bantu penangkapan ikan pada kapal purse seine
Dalam pelaksanaan magang operasi penangkapan ikan diperlukan alat
bantu penangkapan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya operasi
penangkapan ikan. Adapun alat bantu penangkapan yang dimaksud sebagai
berikut:
a. Rumpon
Rumpon adalah alat bantu penangkapan yang fungsinya untuk
mengumpulkan ikan pada suatu tempat. Dengan berkumpulnya ikan pada
rumpon tersebut memudahkan nelayan untuk melakukan penangkapan dan
8
kemungkinan keberhasilan suatu operasi akan semakin besar (Subani dan
Barus,1988).
Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada disekitar
rumpon :
1) Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil
lainnya sehingga memudahkan ikan-ikan yang lebih besar untuk
tujuan mencari makan.
2) Merupakan salah satu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk
berkelompok di sekitar kayu terapung (jenis ikan tongkol
ikan cakalang).
dan
Dengan demikian tingkah laku ikan ini
dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan.
Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon dapat diketahui oleh
nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul
di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan
atau banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak disekitar rumpon
(Monitja,1993).
b. Fish Finder
Fish finder adalah alat untuk mengetahui kedalaman perairan,
mengetahui gerombolan ikan, mengetahui bentuk dan kondisi di dasar
perairan. Dengan diketahuinya kedalaman perairan maka dapat ditentukan
warp yang harus dikeluarkan dari winch purse seine (area), dan dapat
melihat topografi dasar perairan diantaranya : berlumpur, berpasir, berbatu
keras, dasar terdapat banyak sea weed, bergunung-gunung karang atau
dasar rata berkarang keras.
Fish finder merupakan salah satu alat bantu penangkapan yang
sangat dibutuhkan pada saat survey pada rumpon dan selama operasi
penangkapan. Hal ini disebabkan karena fish finder dapat memberikan
informasi pada nahkoda antara lain mengenai keberadaan ikan yang
menjadi tujuan penangkapan, plankton dan kedalaman perairan di daerah
tersebut.
9
c. Global Position System (GPS)
GPS adalah alat untuk menentukan posisi kapal di laut dan
merupakan hasil perhitungan satelit. Alat ini juga sangat membantu dalam
operasional di atas kapal terutama ketika kapal sedang mengadakan
operasi penangkapan jauh dari pantai atau pulau.
d. Purse Line Winch/ Tali Kolor
Purse Line Winch atau tali kolor ini digunakan untuk menarik tali
kerut dan menggulungnya pada purse line drum.
Ukuran kecepatan
menggulungnya dan kekuatan tarik purse line winch harus sesuai dengan
bentuk dan besarnya winch roller terhadap purse line yang umumnya
berkapasitas 6 ton dan digerakkan dengan hidrolik.
Tali kolor harus
terbuat dari bahan yang tahan gesekan dan memiliki breaking strength
yang baik.
e. Power Block
Fungsi Power Block adalah alat untuk menarik jaring purse seine
dari dalam air ke atas kapal. Dengan adanya power block maka tubuh
jaring yang ada di atasnya terus terbawa sehingga jaring berada di atas air
terangkat naik ke permukaan dan dapat diturunkan tepat di atas buritan
sehingga anak buah kapal hanya bertugas untuk mengatur alat tangkap
tersebut. Keuntungan menggunakan power block adalah dapat menekan
dan meringankan penggunaan tenaga manusia secara berlebihan.
B. Metode dan Teknik Penangkapan (Purse Seine)
Metode penangkapan dengan alat tangkap purse seine adalah dengan cara
melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu bagian bawah jaring
dikerutkan sehingga ikan-ikan akan berkumpul di bagian bawah kantong. Dalam
hal ini dengan mempersempit ruang lingkup gerak ikan, maka ikan-ikan tidak
dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Mata jaring dan lembaran jaring
berfungsi sebagai penghadang ikan dan bukan sebagai penjerat ikan yang akan di
tangkap (Ayodhyoa,1981).
10
ISSCFG (Internasiaonal Standart Statistical Classification On Fishing
Gear) di dalam Nedelec (1991), mengatakan pukat cincin merupakan salah satu
alat penangkap ikan pelagis yang hidup bergerombol dalam bentuk kelompok
renang (antara lain : cakalang, tongkol, layang, kembung). Ikan terkurung oleh
lingkaran dinding jaring. Agar ikan yang terkurung tersebut tidak dapat lolos dari
penangkap pukat, maka tali ris bawah (yang dilengkapi dengan sejumlah cincin)
dikuncupkan oleh tali kerut (purse line) sehingga pukat cincin membentuk seperti
tangguk. Selanjutnya ikan yang telah ditangkap dipindahkan ke atas kapal sebagai
ikan hasil tangkapan.
Sadhori (1985), mengatakan bahwa arah pelingkaran jaring pada saat
melingkari gerombolan ikan dilakukan berdasarkan arah putaran baling-baling dan
letak penempatan posisi jaring pada lambung kapal. Apabila kapal mempunyai
arah baling-baling kanan maka pada saat melingkari gerombolan ikan kapal
berbelok ke arah kanan akan lebih mudah. Sedangkan penempatan posisi alat
tangkap di tempatkan pada lambung sebelah kanan. Hal ini untuk menghidari
jaring dari putaran baling-baling pada saat kapal melakukan pelingkaran jaring.
Dan apabila
kapal mempunyai arah putaran baling-baling kiri, maka arah
pelingkaran akan lebih mudah dilakukan jika berbelok arah kiri dan penempatan
jaring disebelah kiri. Hal ini dilakukan untuk mempermudah operasi penangkapan
ikan.
Sebelum dilakukan penurunan alat, pertama-tama yang perlu dilakukan
adalah menemukan gerombolan ikan atau berusaha untuk menarik gerombolan
ikan supaya berkumpul dengan menggunakan alat bantu berupa rumpon dan
cahaya lampu. Selain itu, pada saat pelingkaran jaring perlu diperhatikan
kedudukan gerombolan ikan dan jaring terhadap arah datangnya angin yaitu harus
di atas angin. Kedudukan kapal terhadap arah pergerakan gerombolan ikan harus
berada di belakang. Sedangkan kedudukan jaring harus menghadang arah
pergerakan ikan. Bila operasi ikan dilakukan pada siang hari, maka kedudukan
jaring dan gerombolan ikan harus ditempatkan ke arah datangnya matahari,
sedangkan kedudukan kapal bertentangan dengan arah datangnya sinar matahari
(Sadhori,1985).
11
C. Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu penangkapan,
penentuan akan suatu daerah penangkapan sangat penting.
Yang dimaksud
dengan fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah dimana terdapat
berkumpul gerombolan ikan yang menjadi sasaran tangkap, alat tangkap dapat di
operasikan dengan baik, dan biaya operasi tidak terlalu tinggi. Penangkapan dapat
dilakukan secara ekonomis dan sedapat mungkin dekat dengan daerah pemasaran
(E.W.Jatikusumo,1977).
Ayodhyoa (1981), mengatakan bahwa ikan yang menjadi tujuan
penangkapan dengan purse seine ini adalah ikan-ikan pelagic schoaling species.
Artinya ikan tersebut haruslah ikan yang membentuk suatu gerombolan (Schoal)
dan berada dekat dengan permukaan air (Sea surface). Sangat diharapkan pula
agar densitas schoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan ikan lainya
harus sedekat mungkin.
D. Hasil tangkapan
Subani dan HR.Barus,1988/1989, mengatakan bahwa hasil tangkapan
purse seine terutama untuk di pulau jawa dan sekitarnya adalah ikan layang,
bentong, kembung, lemuru, dan lain-lain.
Ayodhyoa (1981), mengatakan pukat cincin pada umumnya digunakan
untuk menangkap ikan-ikan yang lingkungan hidupnya atau daerah geraknya
dekat dengan permukaan air. Jenis-jenis ikan tersebut pada umumnya disebut
dengan ikan pelagis yang hidupnya selalu berkelompok. Oleh karena itu, pukat
cincin mempunyai dimensi yang besar baik panjang maupun dalam (Brand,1992
dan Nasution,1995), agar mampu melingkari dan mengurung ikan tersebut secara
mendatar dan tegak.
E. Penanganan Hasil Tangkap (di atas kapal)
Setelah ikan ditangkap, hal yang tidak kalah pentingnya adalah
penanganan ikan selama berada di atas kapal. Dengan kandungan protein dan
kadar air yang cukup tinggi, ikan merupakan komoditi yang mudah mengalami
pembusukan (higly perishable).
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan
12
konsumen yang selalu mengharapkan ikan segar, penaganan ikan perlu dilakukan
agar bisa sampai ke tangan konsumen atau pabrik pengolahan dalam keadaan
segar atau mendekati segar (Afrianto.E,dan Liviawaty.E,1989).
1. Penggunaan Suhu Rendah (Es Batu)
Afrianto.E,dan Liviawaty.E (1989), mengatakan bahwa es batu
merupakan medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan
medium pendingin lain karena es batu dapat menurunkan suhu tubuh ikan
dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan juga
relative lebih murah. Oleh karena itu, ikan yang belum mengalami proses
apapun (kecuali hanya diberi proses pendingin) masih dapat dianggap sebagai
ikan segar. Dengan demikian harga jual ikan ini relatif akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ikan yang kurang segar. Proses pendinginan ikan lebih
efektif bila dilaksanakan sebelum fase rigomortis berakhir. Apabila dilakukan
setelah fase autolisis, biasanya proses pendingin tidak bermanfaat. Oleh karena
itu sebaiknya proses pendinginan ikan dilakukan secepat mungkin.
2. Penggunaan Garam (Penggaraman)
Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan
diberbagai negara termasuk Indonesia. Proses ini menggunakan garam sebagai
media pengawet.
Ikan yang telah mengalami proses penggaraman, sesuai
dengan prinsip yang berlaku, akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena
garam dapat berfungsi menghambat atau menghentikan reaksi autolysis dan
membunuh bakteri yang terdapat di dalam tubuh ikan (Afrianto.E,dan
Liviawaty.E,1989).
13
BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL
Magang industri dilaksanankan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi
(ASSA), Sibolga – Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, tepatnya di Pondok Batu
Sarudik. Jumlah armada 26 (dua puluh enam) , dengan nama kapal KM. Semangat
Jaya sebagai tempat pelaksanaan kegiatan praktek lapangan dengan nakhoda
Yulizar.
Pelaksaan Magang Industri berlangsung selama 6 (enam), pelaksaan
magang industri dimulai sejak tanggal 15 September 2008 sampai dengan 13
Februari 2009. Penulis mulai melaksanakan praktek/turun laut pada tanggal 17
September 2008. Adapun jadwal kegiatan PKL akan dilihat pada tabel 1 berikut :
NO
1
Kegiatan
Tahun
Bulan
Pelaporan ke industri,
Persiapan berlayar
2
Berlayar trip 1
3
Bongkar muat + persiapan
trip 2 + berlayar trip 2
Bongkar muat + persiapan
trip 3 + berlayar trip 3
Bongkar muat +
pengumpulan data di
pelabuhan dan syahbandar
Pengumpulan data
perusahaan dan pelaporan
4
5
6
9
Waktu Pelaksanaan PKL
2008
2009
10
11
12
1
2
Tabel 1. Waktu pelaksanaan PKL
14
B. Metode
Metode yang diambil selama penulis melaksaan magang di industri akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Orientasi
Orientasi adalah pengenalan awal bagi mahasiswa yang baru mengenal
situasi dan kondisi suatu daerah atau lokasi PKL. Mahasiswa dikumpulkan di
rumah pembimbing untuk mendapatkan pengarahan mengenai :
a. Peraturan-peraturan kehidupan bermasyarakat di desa Pondok Batu
Sarudik.
b. Pendekatan diri dengan masyarakat setempat.
c. Berbagai jenis kapal penangkapan yang ada di PT. Agung Sumatera
Samudera Abadi.
d. Penjelasan secara garis besar bagai mana kegiatan-kegiatan di Pelabuhan
Perikanan Perusahaan.
e. Memberitahukan di mana rumah para Nakhoda kapal yang ada di Sibolga.
f. Menjelaskan struktur organisasi Perusahaan.
g. Menjelaskan secara umum sejak kapal berangkat ke laut sampai kapal
pulang dan bagai mana cara penanganan hasil tangkapan setelah sampai di
pelabuhan.
2. Observasi
Observasi adalah kegiatan dimana seorang mahasiswa datang dan
melihat langsung segala kegiatan di lapangan atau lokasi PKL.
Mengadakan
pengamatan langsung ke kapal-kapal purse seine dan kapal-kapal penangkapan
ikan lainnya yang ada di pelabuhan perusahaan PT. Agung Sumatera Samudera
Abadi (ASSA).
3. Adaptasi
Praktik kerja lapangan merupakan perbandingan antara teori yang
didapat dengan kenyatan yang riil di lapangan serta bagaimana seorang
mahasiswa menyesuikan diri dengan keadaan lapangan. Pada saat kita naik ke
15
atas kapal (awal praktek) sebelum kapal berangkat kita diharuskan untuk
mengenal satu sama lainya dikarenakan kerja di atas kapal merupakan keluarga
besar yang membutuhkan kekompakan dan kerja sama yang tinggi. Resiko
yang dihadapi sangatlah besar, seperti satu orang membuat kerusakan atau
kesalahan, maka semua akan menanggung akibatnya. Sehingga kerja di atas
kapal selama operasi penangkapan ikan selalu bergotong royong.
4. Pelaksanan Praktik Kerja Lapang
Sebelum kapal berangkat menuju fishing Ground, semua kebutuhankebutuhan yang dibutuhkan selama operasi penangkapan harus dipersiapkan
terlebih dahulu.
Persiapan-persiapan itu meliputi persiapan di darat dan
persiapan di laut. Persiapan- persiapan itu sebagai berikut :
a. Persiapan di darat.
b. Persiapan di Laut.
c. Mencari Fishing Ground.
d. Pelaksanaan Operasi Penangkapan.
e. Pengangkatan Alat Tangkap dan Pengambilan Ikan.
f. Penanganan Hasil Tangkapan.
16
BAB IV
HASIL PKL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan berdiri pada tanggal 23 Desember 2003, perusahaan membeli
kapal pertama kali dengan jumlah enam armada 6 dari Tanjung Balai, Sumatera
Utara. Sejak tahun 2003 kapal mulai didaftarkan di Pelabuhan Sibolga dengan
nama kapal KM. Semangat Jaya atas nama perusahaan Muktar Edy, perusahaan
ini bergerak dibidang penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap purse
seine dan mendapat izin usaha penangkapan ikan. KM. Semangat Jaya biasa
beroprasi di perairan Pulau Banyak, perairan Sinabang, perairan Labuhan Haji,
perairan Aceh Jaya dan perairan Sabang.
B. Hasil Kegiatan PKL
1. Kapal Penangkapan
Kapal di mana penulis melakukan peraktik adalah KM. SEMANGAT
JAYA dengan data kapal sebagai berikut :
a. Data Kapal
1)
Nama Kapal
: KM. Semangat Jaya
2)
Tanda Panggilan
:-
3)
Tempat Pendaftaran
: Sibolga
4)
Pemilik
: Muktar Edy
5)
Tempat Pembuatan
: Sibolga
6)
Tanda Selar
: GT.72 NO.1309/SSd
7)
Bentuk Badan Kapal
: Ruond Bottom
8)
Alat Tangkap
: Purse seine
9)
Material Kapal
: Kayu
10) Pelabuhan Pangkalan
: PT. Agung Sumatera Samudera
Abadi, Sibolga.
17
b. Ukuran Pokok Kapal
1) Panjang (LOA)
: 23,40 meter
2) Dalam (depth)
: 2,10 meter
3)
: 7,42 meter
Lebar
4) Isi Bersih (net tonage)
: 43 NT
5) Isi Kotor (gross tonage) : 72 GT
c. Spesifikasi Mesin Kapal
1)
Jumlah Mesin Induk
: 1 Buah
2)
Jenis Mesin
: Motor Disel
3)
Merk Mesin
: MITSUBISHI
4)
Nomor mesin
: 8DC.DA NO.214145
5)
Kekuatan kapal
: 290 PK
6)
Gen Set Fuso
: 6 Silinder 80 PK
7)
Jet pump
: 2 Buah
8)
Merk
: Dompeng 20 Pk
d. Alat Navigasi
1)
GPS
: Merk Foruno
2)
Fish Finder
: Merk Foruno
3)
Kompas Basah
e. Alat Komunikasi
1)
Radio Telekomunikasi
f. Alat Penolong
1)
Baju penolong (Life Jacket)
2)
Pelampung Penolong Biasa
3)
Life Buoy
: 30 buah
g. Surat-Surat Kapal
1)
Surat Izin Penangkapan Ikan NO: 26.07.0028.24.17750.
2)
Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan kapal Penangkapan Ikan NO:
PK.650.b/15/4/Ad-Sbg.08
3)
Surat Laik Operasi No: 10479
18
4)
Pas Tahunan NO: PK.674.a/15/4/ Ad-Sbg.08
5)
Surat Izin Berlayar NO: 406/16.x/B/2008.
6)
Surat Izin Usaha Perikanan NO: 02.04.02.0292.4747
7)
Daftar Anak Buah Kapal.
2. Alat Tangkap Purse Seine
KM. Semangat Jaya merupakan purse seiner yaitu kapal penangkapan
ikan yang menggunakan alat tangkap purse seine atau pukat cincin, yang
memiliki data seperti pada table 2 berikut ini :
No
Uraian
Keterangan
a
Mesh Size Kantong
50 milimeter
b
Float rope
480 meter
c
Sinker Line
560 meter
d
Purse Line
700 meter
e
Jumlah Float
1760 buah
f
Jumlah Ring
85 buah
g
Dalam Jaring
100 meter
Tabel 2. Alat Tangkap Purse Seine
19
3. Alat Bantu Penangkapan Ikan
Alat bantu penangkapan yang digunakan KM. Semangat Jaya antara
lain akan dijelaskan pada tabel 3 berikut ini :
a. Alat Bantu Penangkapan Ikan
No
Uraian
Keterangan
1)
Gardan
2 buah
2)
Power Blok
2 buah
3)
Ligh Fishing
54 buah
4)
Fish Finder
1 buah
5)
Cargo Boom
1 buah
6)
Sekop
2 buah
7)
Ban
2 buah
8)
Gancu
2 buah
9)
Tali
2 paket
10)
Ember Karet
6 buah
11)
Rumpon
2 buah
12)
Basket
4 buah
13) Caduk
2 buah
Tabel 3. Alat Bantu Penangkapan Ikan
b. Alat Bantu Penangkapan di Luar Kapal
1) Rumpon
Rumpon merupakan alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk
mengumpulkan ikan-ikan kecil (plankton) sehingga memikat ikan yang
besar berkumpul dan memangsa ikan-ikan kecil sehingga memudahkan
untuk ditangkap. Komponen pokok dari rumpon adalah sebagai berikut :
a)
Pelampung
: Plastik
b)
Pemikat Ikan
: Daun Kelapa
20
c)
Pemberat
: Batu
d)
Tali
: Nylon
e)
Rumpon Utama
: 30 meter
f)
Rumpon Kecil
: 15 meter
2) Lampu Hologen Kecil (Bangkrak)
Lampu hologen kecil yang digunakan oleh KM. Semangat Jaya
berjumlah satu buah yang dilengkapi dengan lampu halogen berjumlah
sepuluh buah, masing-masing 60 watt dan berkekuatan 12 volt. Lampu
halogen ini dibangkitkan dengan accu berjumlah 2 buah, yang
berkekuatan 120 ampere.
4. Perbekalan
Perbekalan sebelum keberangkatan di KM.Semangat Jaya biasanya
antara lain :
a. Beras dengan jumlah 13 kwintal dengan penggunaan setiap harinya
sebanyak 20 kg jadi dapat diperkirakan beras akan habis selama 65 hari.
b. Es balok dengan jumlah kurang lebih 6 ton (@
20 plat). Jumlah
keseluruhan sebanyak 120 plat.
c. Solar sebanyak 30 drum ( @ 200 liter) dengan jumlah keseluruhan adalah
6.000 liter.
d. Minyak tanah sebanyak 2 drum ( @ 200 liter) dengan jumlah
keseluruhanya 1000 liter.
e. Minyak goreng 120 kg
f. Sayur mayur.
g. Bumbu masak antara lain :
1)
Asam
: 10 kg
2)
Bawang merah
: 20 kg
3)
Bawang putih
: 4 kg
4)
Cabe merah
: 10 kg
5)
Cabe rawit
: 15 kg
6)
Ketumbar
: 0,5 kg
7)
Kemiri
: 6 kg
21
8)
Merica
: 1 kg
9)
Terasi
: 2 kg
10) Teh
: 5 pak
11) Kopi
: 3 kg
12) Korek Api
: 3 pak
h. Bahan makanan lain :
1)
Sarimi
: 10 dus
2)
Kacang asin
: 3 pak
3)
Kacang atom
: 3 pak
4)
Gula
: 50 kg
5)
Roti
: 5 pak
6)
Makanan ringan
: 5 kaleng
i. Perbekalan untuk perbaikan jaring, antara lain :
1)
Benang putih D18
: 3 pak
2)
Benang D9
: 1 pak
3)
Benang D12
: 1 pak
4)
Benang kret
: 1 pak
5)
Bego kret
: 1 pis
6)
Sikon kecil
: 1 pak
7)
Sikon besar
: 1 pak
5. Daerah Penangkapan
KM. Semangat Jaya merupakan salah satu purse seiner. Pelabuhan
pangkalan kapal ini adalah pelabuhan perikanan PT. Agung Sumatera
Samudera Abadi (ASSA) di Sibolga, Provinsi Sumatera Utara. Daerah
penangkapan ikan (fishing ground) yang sering dituju KM. Semangat Jaya
adalah perairan Pulau Banyak (Aceh Singkil), Perairan Sinabang (Simeulue),
Perairan Labuhan Haji (Aceh Selatan), Perairan Calang (Aceh Jaya), perairan
Pulau Breueh (Sabang). Daerah ini merupakan daerah yang banyak terdapat
gerombolan ikan. Daerah ini berkisar antara lintang 030 45’011’’LS – 030 53’
18’’ LS dan bujur 1450 02’ 555’’ BT – 1720 52’ 602’ BT. Dalam hal ini untuk
22
mencapai hasil yang maksimal dalam suatu operasi penangkapan ikan, salah
satu hal yang menentukan adalah penentuan daerah penangkapan.
6. Hasil Tangkapan
Adapun jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh alat tangkap purse seine
selama pengoprasian di KM. Semangat Jaya antara lain seperti tertera pada
table berikut :
No
Nama Ikan
Nama Inggris
Nama Latin (Ilmiah)
a
Tongkol
Frigate
Auxis Thazard
b
Cakalang
Skipjack
Katsuwonus pelamis
c
Tuna Sirip Kuning
Yellow Fin Tuna
Tabel 4. Hasil Tangkapan
7. Penanganan Hasil Tangkapan di Atas Kapal
Untuk menjaga agar ikan tetap dalam kesegarannya maka perlu adanya
penangan ikan secara cepat, langsung dan tepat di atas deck kapal. Penanganan
hasil tangkapan di KM. Semangat Jaya menggunakan satu cara, yaitu :
a.
Ikan disimpan dengan menggunakan es batu (peng-esan), yaitu
mencampur ikan yang sudah dipilah atau yang sudah disortir dengan es
yang udah dihancurkan. Kemudian ikan dimasukkan ke dalam palka
dengan penyusunannya didulukan es pada dasar palka dan kemudian diisi
sampai penuh. Pada bagian atas juga diakhiri dengan es agar kesegaran
ikan tetap terjaga.
Adapun penanganan selanjutnya yaitu memperhatikan palkah-palkah yang
telah penuh terisi oleh ikan yang menggunakan es. Apabila dalam palkah ikan
terdapat air, maka air itu harus cepat dibuang karena air dapat membantu
mempercepat proses pembusukan ikan.
Sedangkan untuk ikan yang
penanganannya menggunakan es, apabila ikannya sudah terkuras maka harus
ditambah lagi dengan es yang baru agar kesegaran ikan tetap terjaga.
23
C. Pembahasan
1. Kapal Penangkapan
Kapal penangkapan ikan adalah setiap kapal yang digunakan atau di
maksudkan untuk untuk pemanfaatan sumber daya hayati laut berupa ikan,
termasuk kapal induk dan kapal lain yang secara langsung ikut terlibat di dalam
operasi penangkapan ikan. Dalam suatu operasi penangkapan ikan, kapal
penangkap ikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh besar
dalam menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan. Sebelum menuju
ke fishing ground atau daerah penangkapan, kapal haruslah dalam keadaan baik
dan tidak mengalami gangguan atau kerusakan.
Kerusakan pada kapal
penangkapan dapat menggangu jalannya operasi penagkapan ikan.
Kondisi kapal penangkap ikan merupakan faktor yang sangat penting
dalam menentukan operasi penangkapan ikan, baik mengenai kontruksi yang
sesuai dengan jenis alat tangkap ataupun letak dan penataan tata ruangan yang
sempurna sehingga tidak mengganggu stabilitas kapal dan kelancaran ruang
gerak anak buah kapal pada saat operasi penangkapan berlangsung.
Kapal purse seine atau pukat cincin, harus mempunyai kecepatan,
kemampuan olah gerak yang cukup tinggi dan stabilitas kapal yang baik,
sehingga pada pelingkaran jaring saat mengelilingi gerombolan ikan dapat
dengan sesegera mungkin. Kontruksi dek kapal haruslah dekat dengan garis air
agar mudah menaikan alat tangkap dan hasil tangkapan. Pada pengoperasian
purse seine atau pukat cincin anak buah kapal berada pada salah satu lambung
sisi kapal pada saat setting dan hauling.
24
Gambar 1. KM. Semangat Jaya
Pengoperasian kapal purse seine atau pukat cincin dilakukan di daerah
perairan pantai sampai perairan oceanic. Tujuan utama penangkapan kapal
purse seinie atau pukat cincin ini adalah untuk penangkapan cakalang dan ikan
tongkol.
Kapal purse seine ditinjau dari segi pengoperasian ada yang
pengoprasiannya dengan satu kapal dan ada yang menggunakan dua buah
kapal.
Pengoperasianya dengan menggunakan satu buah kapal yang
mempunyai ukuran kapal bervariasi dari yang kecil 5 GT sampai yang besar
1000 GT. Kapal purse seine yang berukuran menengah dan besar dilengkapi
dengan peralatan bantu seperti power blok, purse line, dan peralatan elektronika
penangkapan.
Dalam setiap kapal penangkapan ikan sangat diperlukan adanya alat
navigasi. Navigasi mempunyai arti cara membawa kapal dari satu tempat ke
tempat lain dengan keadaan aman (selamat), tepat waktu dan efesien. Dengan
kata lain navigasi adalah alat membantu kelancaran dalam berlayar.
Alat
navigasi yang digunakan di KM. Semangat Jaya antara lain GPS, fish finder
dan kompas basah.
25
Gambar 2. GPS (Global Positioning System)
GPS (Global Positioning Sistem) berfungsi sebagai alat untuk
menentukan posisi kapal (lintang, bujur, dan tinggi di atas permukaan laut).
Selain itu GPS dapat digunakan untuk mengetahui jarak tempuh dan haluan
yang digunakan apa bila ingin menuju suatu tempat, sehingga dapat diketahui
waktu yang dibutuhkan dalam menempuh tempat atau posisi tersebut dengan
kecepatan yang telah ditentukan.
Gambar 3. Fish finder
26
Fish finder adalah alat bantu elektronik untuk mendeteksi gerombolan
ikan yang ada di dalam perairan di sekitar rumpon. Fish finder merupakan
salah satu alat bantu penangkapan yang sangat dibutuhkan pada saat survey
pada rumpon dan selama pengoprasian penangkapan ikan berlangsung. Alat ini
merupakan ekoustik yang bekerja berdasarkan gema.
Gema tersebut
dikirimkan oleh alat fish finder sebagai sumber gema dan diteruskan oleh
oscillator ke dalam air. Gema yang dikirimkan menembus air akan membentur
pada benda-benda yang dilewati dan berakhir pada dasar laut. Gema tersebut
apabila membentur benda akan memantulkan kembali dan diterima oleh
transducer. Apabila gema tersebut kembali dan membentur gerombolan ikan,
maka pada monitor fish finder akan muncul goresan-goresan yang merupakan
gambar dari gerombolan ikan.
Kompas basah berfungsi untuk membantu jurumudi saat mengemudikan
kapal untuk menentukan haluan kapal dan arah utara, barat, selatan dan timur.
Sebelum ada GPS para nelayan dahulunya menggunakan kompas basah dan
fungsinya hampir sama dengan GPS.
Gambar 4. Kompas Basah
Selain alat navigasi, diperlukan juga adanya alat penolong. Adapun
syarat-syarat yang harus dimiliki oleh setiap alat penolong yang ada di atas
kapal antara lain :
a.
Alat penolong harus dibuat dari bahan yang tepat oleh orang yang ahli.
b.
Alat penolong harus tahan pada suhu -30 0C s/d + 65 0C.
27
c.
Alat penolong harus diberi warna yang mencolok (warna yang cerah).
d.
Alat penolong harus dilengkapi dengan bahan yang dapat memantulkan
cahaya.
e. Alat penolong harus dioperasikan dengan mudah dalam segala kondisi laut.
f.
Dan alat penolong harus diberi tanda masa berlakunya dengan jelas.
2. Alat Tangkap
Pada KM. Semangat Jaya jenis alat tangkap ikan yang digunakan adalah
Purse Seine. Tipe purse seine yang digunakan adalah tipe Thailand yang segi
pengoperasian menggunakan satu kapal dengan kantong di tengah, dengan
bahan jaring (webbing) terbuat dari bahan PA (Poly Amide). Adapun bagianbagian dari jaring purse seine adalah :
a. Kantong (Bunt)
Kantong merupakan bagian terpenting dari jaring. Dibagian inilah
saat operasi penangkapan tempat bertumpuhnya kekuatan jaring yang juga
sebagai tempat mengumpulnya ikan. Untuk itu diperlukan ukuran benang
jaring yang lebih besar khususnya bagian atas jaring. Pada KM. Semangat
Jaya menggunakan webbing ¾ inchi dengan no benang d.12. Untuk bagian
atas sebagai penguat bagian bawah menggunakan benang nomor d.9.
b.
Badan (Body)
Karena purse seine yang digunakan adalah purse seine dengan
kantong di tengah, maka bagian badan ini ada dua , yaitu kanan dan kiri,
dimana bagian kanan mempunyai ukuran yang simetris dengan yang kiri.
Mesh Size yang digunakan adalah 2 inchi dengan nomor benang d.8.
Untuk memperkuat bagian atas dan bagian bawah digunakan benang
nomor d.9.
c.
Sayap (Wing)
Bagian sayap ini pun ada dua, yaitu kanan dan kiri. Mesh Size yang
digunakan adalah 1 inchi dengan nomor benang nomor d.6. dan untuk
memperkuat bagian atas dan bagian bawah digunakan benang nomor d.9.
28
d.
Serampat (Selvage)
Bagian jaring ini merupakan bagian penguat atau bingkai yang
fungsinya untuk mencegah/melindungi dari kerusakan saat pengoperasian,
sehingga diperlukan bahan jaring dengan ukuran yang lebih besar dan
lebih kuat. Pada KM.Semangat Jaya bahan yang digunakan untuk selvage
adalah PE (Poly Ethylene) dengan ukuran benang d.15. mesh size 11/4
inchi.
e.
Pelampung
Gambar 5. Pelampung pada jaring
Pelampung yang digunakan adalah jenis oval, terbuat dari bahan
PVC, pada bagian kantong biasanya lebih rapat dibandingkan dengan
bagian badan dan sayap karena memerlukan daya apung lebih besar dari
pada bagian badan dan sayap.
f.
Pemberat
Pada KM. Semangat Jaya menggunakan pemberat dari bahan Pb
(timah) dengan ukuran berat @ 200 gr, bentuk silinder oval, panjang 5 cm,
Ø tengah 3 cm dan Ø samping 2 cm.
3. Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu penangkapan yang digunakan di KM. Semangat Jaya
gunanya sebagai penunjang kelancaran dan keberhasilan operasi penangkapan
29
ikan, terdiri dari dua kelompok yaitu alat bantu kelancaran operasi
penangkapan ikan dan alat bantu pengumpul ikan.
a.
Alat Bantu Kelancaaran Operasi Penangkapan Ikan
1)
Purse Winch (Gardan)
Purse Winch yang terdapat pada KM. Semangat Jaya yaitu
berupa kapstan yang dihubungkan langsung dengan sebuah gardan.
Gardan ini digerakkan secara mekanis langsung dari putaran mesin
induk kapal dengan menggunakan sistim sambungan kopling. Purse
Winch pada kapal berfungsi untuk menarik tali kolor, menggulung
tali jangkar dan menarik tali takal untuk mengangkat caduk pada saat
pemindahan ikan dari jaring ke palkah kapal.
Gambar 6. Purse winch (Gardan)
2) Cargo Boom/ Power Block
Fungsi dari alat ini adalah untuk menahan jaring ketika jaring
hampir semuanya dinaikkan pada saat operasi penangkapan. Cara ini
dimaksudkan agar jaring tidak tumpah karena terlalu berat menahan
ikan.
30
Gambar 7. Cargo Boom/ Power Block
3) Caduk
Caduk adalah alat yang berbentuk kantong yang terbuat dari
bahan jaring, dengan kerangka besi berbentuk lingkaran sebagai
pembuka mulutnya. Untuk menaikkan alat ini digunakan takal yang
ditarik menggunakan purse winch.
b.
Alat Bantu Pengumpul Ikan
1)
Lampu Galaxi/Halogen
Salah satu sifat ikan adalah phototaxsis positif yaitu ikan
menyukai atau terpengaruh oleh cahaya baik cahaya alami maupun
buatan. Oleh karena itu nelayan-nelayan menggunakan lampu untuk
menarik perhatian ikan agar berkumpul pada satu tempat.
Pada
dasarnya, fungsi utama pada lampu adalah mengumpulkan kawanan
ikan pada suatu penangkapan yang kemudian dilakukan operasi
penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap.
Lampu dihidupkan jika hari sudah mulai gelap dan fungsi dari
alat ini adalah untuk menarik perhatian gerombolan ikan pada malam
hari agar ikan-ikan bisa mendekat dan mengumpul di sekitar kapal.
Pada KM. Semangat Jaya, lampu-lampu dipasang pada pinggiran
31
kapal, dengan sorot lampu diarahkan ke permukaan air laut mengitari
kapal.
Nelayan tradisional di Indonesia sudah sejak lama mengenal
lampu sebagai alat bantu penangkapan dan sampai sekarang masih
digunakan.
Jenis lampu yang digunakan nelayan dalam operasi
penangkapan berdasarkan bentuk dan systemnya bermacam-macam
seperti lampu listrik, ancor, dan petromak (stronking). KM. Semangat
Jaya menggunakan lampu listrik di atas air dengan jumlah 54 unit
lampu masing-masing mempunyai kapasitas 400 watt yang dipasang
pada haluan kapal sebanyak 8 buah, di buritan 4 buah dan 42 buah di
samping kanan dan kiri kapal.
2)
Rumpon
Rumpon yang digunakan pada KM. Semangat Jaya terdiri
dari dua jenis yaitu yang dipasang dengan cara diikatkan pada bagian
haluan dan lambung kiri kapal.
Bahan yang digunakan untuk
pembuatan rumpon ini adalah pelepah/daun kelapa yang diikatkan
pada sebuah tali dan diberi pemberat agar tidak mudah terbawa arus.
Rumpon haluan bagian atasnya diberi pelampung, yang dimaksudkan
agar rumpon tidak tenggelam ketika ikatan rumpon dilepas dari ikatan
kapal.
Fungsi rumpon pada operasi penangkapan adalah untuk
menarik gerombolan ikan agar mau mendekat dan mengumpul di
sekitar rumpon. Alasan kenapa ikan-ikan mau mengumpul disekitar
rumpon antara lain, sebagai tempat berteduhnya ikan dari sengatan
matahari, sebagai tempat berlindung dari serangan ikan-ikan buas dan
sebagai tempat sumber plankton/sumber makanan. Jika pelepah/daun
kelapa sudah mulai membusuk maka akan diganti dengan
pelepah/daun kelapa yang baru yang dibawah dari darat atau dibeli
dari pulau-pulau terdekat.
32
Gambar 8. Rumpon
3)
Lampu Rakit
Lampu yang digunakan pada rakitan ini lampu yang memiliki
intensitas cahaya yang lemah agar setelah lampu galaxy/halogen di
matikan. Ikan akan tertuju pada satu titik (rakit lampu) dan
membentuk gerombolan ikan yang lebih padat.
Hal ini akan
memudahkan pelingkaran jaring dan ikan mudah tertangkap. Lampu
halogen berjumlah sepuluh buah, masing-masing 60 watt, dengan
kekuatan 12 volt dan dibangkitkan dengan accu berjumlah 2 buah
dengan kekuatan 120 ampere.
Gambar 9. Lampu rakit
33
4. Operasi Penangkapan
a. Persiapan Operasi Penangkapan
Persiapan operasai penangkapan merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan. Hal ini bertujuan
agar kebutuhan operasional kapal dan awak kapal dapat terpenuhi sehingga
dapat membantu kelancaran operasi penangkapan di kapal. Sebelum kapal
berangkat meninggalkan pelabuhan menuju daerah yang ditentukan
sebagai daerah penangkapan (fishing ground), persiapan-persiapan yang
harus dilengkapi meliputi persiapan di darat dan persiapan di laut.
1)
Persiapan di Darat
Adapun persiapan-persiapan yang harus diperhatikan yaitu :
a) Perbekalan
Sebelum kapal menuju fishing ground, kapal harus terlebih
dahulu mengisi perbekalan yang dibutuhkan selama operasi
penangkapan berlangsung. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengisi air tawar, bahan makanan, bahan bakar, suku cadang
mesin dan alat tangkap beserta perlengkapan lainnya.
b) Perlengkapan Dokumen Kapal
Persiapan perlengkapan dokumen kapal berupa pengurusan
perlengkapan surat-surat atau dokumen-dokumen kapal oleh
nahkoda seperti Surat Izin Berlayar (SIB), Surat Izin Penangkapan
Ikan (SIPI), Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Sijil Awak Kapal
dan surat-surat lainnya.
c) Pemeriksaan atau Pengecekan
Pengecekan lainya sebelum kapal berlayar yaitu nahkoda
mengadakan pemeriksaan peralatan navigasi, alat-alat komunikasi,
alat-alat keselamatan, dan keadaan seluruh serta semua perbekalan
yang telah disiapkan dirinci kembali kelengkapannya termasuk
awak kapal,`memeriksa keadaan alat tangkap beserta suku
cadangnya dan`mengecek peta penangkapan (fishing ground).
Kepala mesin juga memeriksa mesin dan melengkapi segala
34
kekurangan yang ada, menyiapkan segala cadangan dan kuncikunci yang diperlukan. Setelah yakin semua lengkap, nahkoda
menyatakan bahwa kapal siap untuk berangkat.
2)
Persiapan di Laut
Persiapan di laut merupakan pemasangan dan pemeriksaan
kembali yang dilakukan oleh awak kapal, persiapan alat tangkap
purse seine dan alat bantu penangkapan lainnya.
Alat-alat bantu
penangkapan yang tak layak lagi dipakai segera diganti dengan yang
baru. Hal ini bertujuan agar dalam operasi penangkapan nanti tidak
menggangu/menghambat kelancaran selama operasi penangkapan
berlangsung. Persiapan ini biasanya dilakukan setelah kapal berada
di daerah fishing ground yang sudah ditentukan.
b. Pelaksanaan Operasi Penangkapan
1)
Pencarian Daerah Operasi Penangkapan (Fishing ground)
Sebelum melaksanakan operasi penangkapan harus dicari
fishing ground atau daerah penangkapan terlebih dahulu dan daerah
ini harus memiliki banyak gerombolan ikan. Beberapa persyaratan
daerah penangkapan yang dianggap baik untuk alat tangkap purse
seine adalah :
a) Perairannya terdapat kawanan ikan yang hidupnya bergerombol.
b) Jenis ikan-ikan tersebut memiliki sifat peka terhadap cahaya.
c) Jenis
ikan-ikan
tersebut
dapat
dikumpulkan
dengan
alat
pengumpul (lampu atau rumpon).
d) Kedalaman perairan lebih dalam dari pada alat penangkap ikan
yang akan digunakan.
Adapun cara untuk mencari gerombolan ikan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(1) Adanya buih-buih di permukaan laut akibat udara yang
dikeluarkan oleh ikan-ikan.
35
(2) Lompatan ikan-ikan ke permukaan laut.
(3) Perubahan warna air laut, dikarenakan gerombolan ikan
sedang berenang dekat permukaan air laut.
(4) Riak-riak kecil di atas permukaan air laut, hal ini
disebabkan gerombolan ikan tadi memakan ikan-ikan kecil
yang ada di permukaan air.
(5) Burung-burung yang bergerombol menukik menyambar
ikan-ikan yang ada di permukaan air laut.
(6) Dan memperhatikan fish finder.
Kegitan tersebut terjadi pada saat dini hari sebelum matahari terbit
dan pada senja hari setelah matahari terbenam karena pada saat itu ikan
sedang mencari-cari makanan dan naik kepermukaan air.
Untuk menentukan daerah fishing ground maka yang dilakukan
oleh nakhoda KM. Semangat Jaya adalah mencari informasi dari kapal
yang sudah melaut terlebih dahulu. Jadi para pelaut yang telah melaut
lebih dahulu menginformasikan situasi dan kondisi laut pada nahkoda yang
akan melaut.
Informasi yang di berikan meliputi;
keadaan ombak,
keadaan angin, arus dan di mana tempat (fishing ground)
mereka
menangkap ikan yang hasilnya paling banyak.
2)
Daerah Penangkapan
Dalam menentukan daerah penagkapan ikan demi mencapai
hasil yang maksimal dalam suatu operasi penangkapan ikan, salah
satu hal yang menentukan adalah penentuan daerah penangkapan.
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) KM. Semangat Jaya di
antarannya :
a)
Perairan Pulau Banyak – Aceh Singkil
b)
Perairan Sinabang - Simeulue
c)
Perairan Labuhan Haji – Aceh Selatan
d)
Perairan Calang – Aceh Jaya
e)
Perairan Sabang
36
Daerah ini merupakan daerah dimana banyak terdapat
gerombolan ikan yang merupakan sasaran penangkapan. Daerah ini
berkisar antara :
(1)
Lintang 030 45’011’’LS – 030 53’ 18’’ LS
(2)
Bujur 1450 02’ 555’’ BT – 1720 52’ 602’ BT.
Di daerah-daerah penangkapan (fishing ground) ini banyak
terdapat berbagai macam ikan, seperti pada tabel berikut :
No
Nama Ikan
Nama Inggris
Nama Latin (Ilmiah)
1
Tongkol
Frigate
Auxis Thazard
2
Cakalang
Skipjack
Katsuwonus pelamis
3
Tuna Sirip Kuning
Yellow Fin Tuna
Tabel. 5. Jenis ikan-ikan yang ditangkap
Ikan-ikan tersebut merupakan jenis ikan pelagis yang senang
hidup berkumpul dan bergerombol dalam jumlah yang cukup besar di
permukaan air laut.
3)
Teknik Operasi Penangkapan
a)
Persiapan
Setelah merasa yakin dengan posisi yang dituju
merupakan daerah operasi penangkapan, kapal menurunkan
jangkar dilanjutkan dengan menurunkan rumpon depan dan
rumpon belakang. Setelah hari menjadi gelap atau malam hari
lampu galaxi dinyalakan. Untuk menentukan setting ada dua hal
yang harus diperhatikan yaitu :
(1) Pencahayaan Bulan
Jika terjadi pencahayaan bulan yang kuat (bulan purnama),
maka operasi penangkapan tidak dapat dilaksanakan karena
37
pengaruh cahaya bulan dapat mengakibatkan ikan tersebar
merata dan ikan tidak bergerombol.
(2) Arus
Keadaan arus yang dilihat yaitu arus bawah dan arus atas
harus searah dan pergerakanya harus sedang/ tidak terlalu
kuat. Jika diantara arus atas dan arus bawah tidak searah
dan memiliki pergerakan/tekanan yang sangat kuat, maka
kalau
kita
menurunkan
jaring
akan
ada
beberapa
kemungkinan yaitu :
(a) Ikan tidak tertangkap.
(b) Jaring tidak dapat melingkar dengan sempurna dan
jaring bisa menjadi kusut.
(c) Jaring masuk ke dalam propeller/baling-baling kapal.
(d) Jaring sobek dan biasa hilang.
Demi keberhasilan operasi penangkapan, maka keadaan alam
juga sangat berpengaruh. Jika cahaya bulan tidak terlalu kuat/tidak
terjadi penyinaran sama sekali, dan arus stabil barulah pengoprasian
bias berlangsung.
c. Setting
Setelah keadaan alam diperkirakan sesuai dengan apa yang kita
harapkan, maka operasi bisa dilakukan, dan setting segera dimulai:
1) Lampu galaxy/ halogen depan dimatikan.
2) Rumpon lambung kapal dinaikkan.
3) Lampu galaxy/ halogen dimatikan secara berurutan dari depan ke
belakang, kecuali lampu galaxy yang mengarah ke arah rumpon
belakang.
4) Rakit lampu diturunkan ke laut dengan didampingi oleh dua orang
ABK. Setelah diikat dengan tali rumpon belakang, rakit lampu
dinyalakan dan lampu galaxy dimatikan semua.
5) Sambil menunggu ikan membentuk gerombolan pada rakit lampu/
rumpon, jangkar segera ditarik (kapal meninggalkan lampu/ rumpon).
38
6) Kapal mengitari rakit lampu yang diikatkan pada rumpon buritan yang
dilepas. Di usahakan ikan masih mengumpul di rumpon dengan cara
menjaga
cahaya
lampu pada
rumpon.
Nahkoda bersiap-siap
memberikan instruksi dimulainya setting.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan
setting yaitu dengan mengikuti pola:
a) Arah Angin
Pada saat akan melakukan setting hal yang harus selalu
diperhatikan adalah arah angin. Pada saat cuaca baik jaring
diturunkan di bawah angin dan kapal berada diatas angin,
sehingga pada saat jaring selesai diturunkan kapal akan melintang
angin, dan jaring akan terdorong oleh arus. Hal ini dimaksudkan
agar pada waktu proses penarikan tali kolor berlangsung dimana
kapal (mesin) dalam keadaan berhenti, kapal tidak masuk dalam
lingkaran jaring yang bisa mengakibatkan jaring membelit balingbaling kapal.
b) Arus
Selain arah angin, arus merupakan hal yang tidak boleh
kita abaikan pada saat melakukan setting.
Arah arus yang
mendorong jaring diupayakan tidak membuat posisi jaring
menjadi semakin mendekati dan menyelimuti kapal atau
menghindari kondisi dimana akibat dorongan arus menyebabkan
posisi kapal semakin mendekati dan masuk ke dalam lingkaran
jaring yang bisa mengakibatkan jaring membelit baling-baling
kapal.
c) Panjang jaring
Seorang Nakhoda harus mengetahui dengan pasti berapa
panjang jaring yang akan dioperasikannya. Hal ini dimaksudkan
untuk menentukan keliling lingkaran jaring serta jari-jari lingkaran
atau merupakan jarak antara rumpon/rakit lampu kapal sehingga
39
bentuk lingkaran jaring bisa tepat dan sudut kemudipun dapat
diperhatikan.
Setting diawali dengan diturunkannya tali selambar depan
yang dibawa oleh seorang ABK. Kapal maju dan mengkitari rakit
lampu/rumpon dengan kecepatan penuh sambil menurunkan
jaring. Kapal mengurangi kecepatanya setelah jaring hampir
senuanya berhasil diturunkan dan bertemu dengan ABK yang
membawa tali selembar ditarik keatas untuk melepaskan tali kolor
yang sebelumnya telah diikatkan pada tali selembar depan.
Kemudian tali kolor (purse seine) segera diberikan kepada petugas
yang berada dibagian purse winch.
d. Hauling
Hauling diawali dengan menarik tali kolor dengan menggunakan
purse winch, kecepatan penarikan sesuai dengan keadaan angin, arus, dan
ombak. Apa bila arus sangat kuat maka jangan menarik tali kolor terlalu
kuat karena bisa mengakibatkan putusnya tali kolor. Jika kedalaman laut
lebih dangkal dari tinggi jaring maka penarikan tali kolor segera dilakukan
untuk menghindari agar jaring dan pemberat tidak menyentuh dasar
perairan. Namun jika penangkapan dilakukan di laut dalam, penarikan tali
kolor tidak perlu tergesah-gesah dilakukan dan sebaiknya menunggu
sampai pemberat jaring turun semua. Hal ini dapat diketehui dengan tanda
yaitu pelampung telah rata-rata mengapung, barulah dilakukan penarikan
tali kolor.
Penarikan tali kolor dilakukan dengan menggunakan purse
winch. Sedangkan badan jaring, tali ris atas dan pelampung ditarik dengan
tenaga manusia sampai jaring membentuk kantong di bagian sisi sebelah
kanan kapal. Setelah hampir seluruh jaring dinaikkan, pelampung diikat
dengan menggunakan boom/ganco atau menggunakan tali pada boom dan
ikan di naikkan menggunakan caduk dan segera dimasukan ke dalam palka
kapal.
Apabila ikan hasil tangkapan telah dimasukkan seluruhnya ke
dalam palka, ikatan pelampung pada boom dilepas. Jaring yang masih ada
di air dinaikkan kemudian diperiksa apabila ada yang sobek dan langsung
40
ditambal. Ikan yang masih tersangkut di jaring dikeluarkan karena dapat
merusak jaring. Apa bila sudah selesai melakukan penambalan kegiatan
selanjutnya adalah penyusunan jaring pada lambung kanan kapal dengan
cara jaring ditarik bersama-sama oleh semua awak kapal lalu disusun.
Gambar 9. Susunan Jaring Lambung kanan kapal
Semua peralatan kerja (alat bantu penangkapan da alat kerja
lainnya) di rapikan disimpan di tempatnya semula, kemudian di lakukan
pembersian dek kapal.
e. Penaganan Ikan Pasca Hasil Tangkap
Setelah ikan tertangkap, hal yang sangat penting dilakukan adalah
penanganan ikan hasil tangkapan.
Ikan adalah komoditi yang mudah
mengalami pembusukan, maka jika tidak segera ditangani dengan cepat
dan tepat ikan-ikan tersebut akan busuk atau rusak dan apa yang telah kita
lakukan akan menjadi sia-sia. Penanganan yang di lakukan pada KM.
Semangat Jaya adalah dengan satu macam cara, yaitu :
41
Ikan yang telah tertangkap dimasukkan ke dalam palka ikan dengan
menggunakan caduk. Dasar palka sebelumnya telah diberi pecahan es
setebal ±15cm. Pada waktu memasukan ikan ke dalam palka, diharapkan
ikan dan es bisa bercampur dengan merata. Setelah itu di atas ikan diberi
pecahan es lagi, begitu seterusnya (Es→Ikan→Es).
Karena ikan yang tertangkap rata-rata adalah ikan kecil, maka pada
saat memasukan ikan ke dalam palka tidak bisa satu persatu. Oleh karena
itu untuk menyiasati agar ikan tetap segar dan es tidak meleleh, maka KM.
Semangat Jaya tidak menggunakan es curah, tetapi menggunakan es batu
yang telah dihancurkan dengan martil kayu besar dan es dimasukan ke
dalam tenpayan yang terbuat dari karet/ban mobil. Tujuannya agar es tadi
tidak mudah meleleh sehingga ikan masih dalam keadaan segar dan dingin.
Untuk menjaga kualitas ikan, khususnya untuk waktu yang agak lama
maka ikan dicampur dengan sedikit garam. Keadaan palka harus selalu
diperhatikan. Jika air yang disebabkan oleh pencairan es di dalam palka
sudah banyak maka harus segera dikeluarkan dengan menggunakan pompa
air.
g. Bongkar dan Lelang
Setelah kapal sampai di pelabuhan, nahkoda segera melapor ke
syahbandar dan perusahaan memberitahukan kapal telah masuk ke
pelabuhan. Pembongkaran dilakukan tergantung dari kapal itu sendiri.
Kegiatan bongkar dilakukan oleh Buruh bongkar kapal di pelabuhan.
Adapun cara pembongkaran di kapal KM. Semangat Jaya dengan dua cara
yaitu, Ikan yang di awetkan dengan media es ini biasanya masih dalam
keadaan segar dan dapat disebut ikan segar. Ikan dikeluarkan dari palka
oleh 3-4 orang anak buah kapal dengan menggunakan caduk kecil dan
salah satu anak buah kapal menyiram ikan dengan air bersih supaya
kotoran yang menempel pada tubuh ikan bisa hilang.
42
Gambar 9. Pembongkaran ikan
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman yang telah dialami selama penulis melaksaakan
praktek di industri yaitu berlayar serta ditambah dengan keterangan yang
diberikan oleh Nakhoda dan ABK, Dalam operasi penangkapan ikan dengan
menggunakan alat tangkap Purse Seine penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Nelayan Sibolga – Sumatra Utara menggunakan alat tangkap ikan purse seine
yang semi modern. Hal ini dikarenakan para nelayan memang sudah
menggunakan mesin bantu penangkapan dan juga masih menggunakan cara
manual
yaitu pengandalan tenaga manusia lebih khusus disaat penarikan
jaring.
2. Masih banyak kapal-kapal nelayan purse seine di Sibolga yang perlengkapan
alat-alat keselamatannya yang masih belum memadai (terbatas).
3. Tujuan penangkapan ikan dengan alat tangkap ini adalah ikan-ikan pelagis
yang membentuk gerombolan ikan (Schooling pelagis). Tidak menutup
kemungkinan ikan-ikan demersal juga dapat tertangkap atau jenis-jenis ikan
lainya seperti cakalang, dikarenakan ikan –ikan ini juga mencari makan ikanikan kecil yang berada di sekitar rumpon.
4. Metode penangkapan yang digunakan adalah dengan menggunakan lampu
halogen atau galaxi (cahaya) untuk mengumpulkan ikan.
Operasi
penangkapan dilakukan pada malam hari. Teknik operasi penangkapan yang
digunakan adalah mengikuti polah arah angin, arah arus, serta sesuai dengan
panjang jaring atau alat tangkap ikan (purse seine) itu sendiri.
5. Cara penanganan ikan baik di kapal maupun di perusahaan sangat sederhana,
karena hanya menggunakan es untuk menjaga kesegeran ikan.
Dan
penanganan yang kurang baik, sehingga mutu ikan belum mencapai tahap
yang baik juga. Karena mutu ikan yang menentukan nilai harga ikan di
pasaran.
44
B. Saran
Adapun saran-saran yang ingin penulis samapaikan yang berhubungan
dengan pelaksanaan magang di industri antara lain :
1. Bagi Industri
Untuk mencapai keberhasilan suatu operasi penangkapan maka para
nakhoda kapal purse seine di Sibolga – Sumatra Utara haruslah betul-betul
memahami beberapa factor yang menentukan keberhasilan suatu operasi
penangkapan di antaranya adalah pemahaman dan penguasaan Fishing Ground
atau daerah penangkapan yang baik untuk dijadikan target penangkapan.
Agar hasil tangkapan ikan tidak mudah rusak atau bertahan lama dan
mutu ikan tetap terjaga sampai di pelelangan atau pemasaran, maka penanganan
ikan haruslah diperhatikan lebih sehingga sebaiknya kapal purse seine di
Sibolga – Sumatra Utara haruslah dilengkapi dengan mesin pendingin atau
Freezer.
2. Bagi Pemerintah
Pada kapal-kapal purse seine di Sibolga – Sumatra Utara masih banyak
kapal yang belum melengkapi armadanya dengan alat-alat keselamatan seperti
baju renang, alat pemadam kebakaran, rakit penolong dan sebagainya. Untuk
pemerintah harus lebih pro aktif mensosialisasikan pengumuman tentang
penting adanya alat-alat penolong di atas kapal guna keselamatan kerja dan
kenyamanan kerja di laut.
Demi kelestarian dan kelangsungan biota laut, khususnya ikan-ikan
ekonomis penting, seharusnya pemerintah membatasi waktu penangkapan
misalnya dimana pada saat musim ikan melakukan pemijahan sampai ikan siap
ditangkap, karena masih banyak para nelayan melakukan penangkapan disaat
ikan
masih melakukan pemijahan. Tanpa disadari hal ini yang akan
mengurangi bahkan menghilangkan penghasilan para nelayan dimasa-masa
yang akan datang.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebelum mahasiswa melaksanakan kegiatan magang industri, perlunya
diadakan peninjauan langsung terlebih dahulu ke tempat magang/industri yang
akan ditentukan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa,(1988/1989). Fishing Methode. Diktat Kuliah Teknik Penangkapan
Ikan. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi.
Institut Pertanian Bogor.
Afrianto.E, Liviawaty.E.(1989). Pengawetan dan Pengelolahan Ikan. KANISIUS.
Barus, H.R dan C.Nasution.(1982).Purse Seine Sebagai Alat Tangkap Ikan
Lemuru (Sardinella Longicep) di selat Bali. Procceding Seminar Ikan
Lemuru di Banyuwangi.
Farid,A., Fauzi.,N.Bandung,Fachrudin,Sugino.(1988).Teknologi Penangkapan
Ikan. Jaringan Informasi Perikanan I Indonesia (Indonesia Fisheries
Information System). Direktorat Jendral Perikanan Bekerja Sama
dengan International Development Research Centre. INFIS Manual Seri
N0. 5. Jakarta.
Monitja, D.R.(1993).Study on The Development of Rumpon As Fish Aggregation
devicein Indonesia. Bulletin.ITK.Maritek. Special Issue.Volume 3 No 2
Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor.
Naryo Sadhori S.(1985). Bahan Alat Penangkapan Ikan. CV. Yasaguna Jakarta.
Subani. W,HR Barus.(1988/1989). Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan
Pengembangan. Pertanian Depertemen Pertanian Jakarta.
Standar Statistik Perikanan.(1975). Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta.
Direktorat Jendral Perikanan (BPPI).(1988). Pengenalan Bentuk Kapal
Perikanan. Bagian Proyek Pengembagan Teknik Penangkapan
Ikan. Semarang.
46
Download