Document

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat
wilayah Indonesia (5,8 juta km2) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500
pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km yang mengandung sumberdaya
alam melimpah (Dahuri, 2003). Indonesia juga terkenal sebagai negara bahari
dan kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati laut terbesar
atau mega marine biodiversity. (Polunin dalam Dahuri, 2003).
Sumberdaya pesisir dan lautan merupakan salah satu aset bangsa yang
strategis
untuk
dikembangkan
dengan
basis
kegiatan
ekonomi
pada
pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan.
Dengan melihat potensi yang dimiliki, sumberdaya pesisir dan lautan dapat
dijadikan sebagai sumber pertumbuhan baru dan sumberdaya utama bagi
daerah untuk masa yang akan datang. Salah satu pertumbuhan baru
perekonomian tersebut adalah sektor perikanan, mengingat prospek pasar baik
dalam negeri maupun internasional cukup cerah. Permintaan komoditas
perikanan dalam negeri semakin meningkat disebabkan karena meningkatnya
jumlah penduduk, membaiknya kondisi perekonomian dan semakin tingginya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi bagi pertumbuhan.
Menurut Martasuganda et al. (2004), pembangunan perikanan dimasa
mendatang harus diwujudkan secara terpadu antara instansi terkait dalam bentuk
1)
meningkatkan
taraf
hidup
dan
tingkat
kesejahteraan
masyarakat,
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia perikanan dan pendapatan nelayan
melalui upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan lingkungan dan
penambahan nilai tambah hasil perikanan dengan meningkatkan kegiatan
agribisnis perikanan dan agroindustri; 2) meningkatkan penyediaan dan distribusi
bahan
pangan
komoditas
perikanan
dalam
rangka
meningkatkan
gizi
masyarakat; 3) meningkatkan dan mendorong lapangan kerja dan kesempatan
berusaha yang produktif terutama di kawasan potensial.
Pembangunan
di
sektor
perikanan
masih
dititik
beratkan
pada
pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang mampu mengangkat tingkat
kesejahteraan rakyat dan sekaligus memberikan sumbangan positif terhadap
pembangunan. Pembangunan dan pengembangan perikanan di laut dan
perairan umum baru sebatas pada usaha perikanan tangkap. Kegiatan perikanan
laut yang meliputi kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan budidaya
memberikan kontribusi cukup besar terhadap perikanan nasional. Kontribusi
perikanan laut terhadap produksi perikanan nasional mencapai 80,21 persen
dimana sebagian besar merupakan hasil perikanan tangkap, sedangkan dari
hasil perikanan budidaya laut masih relatif terbatas (Martasuganda et al, 2004).
Perikanan modern pada dasarnya merupakan suatu pembangunan
perikanan yang berorientasi agribisnis. Strategi pembangunan yang berwawasan
agribisnis
bertujuan
untuk
menarik
dan
mendorong
sektor
perikanan,
menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel. Selain
itu dapat menciptakan nilai tambah, meningkatkan penerimaan devisa,
menciptakan lapangan kerja dan memperbaiki pembagian pendapatan.
Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Sumatera Barat yang memiliki perairan laut terluas yaitu 86.654 km 2. Kabupaten
Pesisir Selatan memiliki garis pantai sepanjang 218 km, 5 teluk dan 26 pulau
serta 20 muara sungai besar dan kecil. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
perairan pesisir pantai dan pulau-pulau kecil serta perairan laut Kabupaten
Pesisir Selatan relatif kaya akan berbagai jenis komoditi perikanan dan kelautan
yang sangat potensial untuk dikelola secara optimal, berkelanjutan dan
terkendali.
Berdasarkan hasil survei potensial sumberdaya hayati perikanan laut di
perairan Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) oleh Direktorat Jenderal
Perikanan diperoleh informasi bahwa potensi lestari sumberdaya perikanan laut
untuk Kabupaten Pesisir Selatan ± 95.000 ton/tahun, terdiri dari ikan pelagis kecil
± 19.550,91 ton, ikan pelagis besar ± 14.457,09 ton, ikan demersal atau karang ±
60.453,73 ton (Bappeda, 2001). Namun hingga saat ini, tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan tersebut belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
produksinya dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor perikanan tersebut
terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pesisir
Selatan.
Perkembangan produki perikanan tangkap setiap tahunnya tidak tetap,
terkadang jumlah produksi mengalami peningkatan dan pada tahun tertentu
terjadi penurunan. Penurunan produksi terjadi diasumsikan karena selain
disebabkan oleh faktor alam, juga dikarenakan keterbatasan modal, rendahnya
kualitas SDM nelayan serta masih tradisionalnya sarana penangkapan yang
digunakan. Jika dilihat dari total jumlah produksi ikan tahun 2000-2003,
pertumbuhan produksi ikan setiap tahun mengalami peningkatan, dimana tingkat
pertumbuhannya sebesar 24,7 persen. Pertumbuhan produksi ikan di setiap
kecamatan positif, dimana pertumbuhan produksi ikan tertinggi di Kecamatan IV
Jurai (81,1 persen) dan terendah di Kecamatan Bayang (0,06 persen). Dari total
jumlah produksi yang dihasilkan pada tahun 2003 (24.655,7 ton) dapat diketahui
bahwa sumberdaya ikan laut yang baru termanfaatkan sebesar 25,95 persen.
Untuk lebih jelasnya perkembangan produksi perikanan tangkap tahun 20002003 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 1999-2003
No
Kecamatan
Produksi Perikanan Tangkap (Ton)
2000
2001
1.
Koto XI Tarusan
2237,8
2.
Bayang
1242,3
3.
IV Jurai
1630,6
4.
Batang Kapas
1066
5.
Sutera
6.
Lengayang
7.
Ranah Pesisir
8.
Linggo Sari Baganti
9.
2002
(%)
2003
2942,2
4029,48
991,97
967,31
1360,58
6,0
3142,57
8890,11
6039,25
81,1
1637,43
969,73
1372,74
18,1
2335,2
3424,05
2321,25
3619,7
23,4
1270,8
2640,73
2220,85
3329,21
47,3
600,2
1848,1
1339,84
1394,85
61,5
2180,4
2940,05
2612,89
2215,85
2,8
Pancung Soal
841,5
883,66
789,12
1294,04
50,2
10.
Basa IV Balai
-
-
-
-
11.
Lunang Silaut
-
-
-
-
13404,8
21339,6
23053,3
24655,7
Jumlah
3831,04
Pertumb.
28,3
24,7
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan, 2003
Secara sektoral kontribusi terbesar dalam PDRB berasal dari sektor
pertanian yaitu 29,99 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran 20,64 persen, sektor jasa-jasa 19,00 persen dan industri
pengolahan 15,89 persen. Sedangkan sektor lainnya seperti pertambangan dan
listrik, gas, air bersih; bangunan; pengangkutan dan komunikasi; keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan masih memberikan kontribusi rata-rata di
bawah 5 persen terhadap total PDRB. Dalam sektor pertanian terdapat lima
subsektor yang memberikan kontribusi, diantaranya pertanian tanaman pangan
dan holtikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Dari kelima
subsektor tersebut, yang memberikan kontribusi terbesar adalah pertanian
tanaman pangan dan holtikultura yaitu 16,87 persen dan kemudian diikuti oleh
perikanan sebesar 6,01 persen (BPS, 2003). Kontribusi yang diberikan oleh
subsektor perikanan masih tergolong rendah, hal ini disebabkan karena potensi
perikanan tersebut belum termanfaatkan secara optimal sehingga tingkat
produktivitasnya rendah.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya ikan laut dan
menjadikannya sebagai penggerak utama (prime mover) pembangunan ekonomi
daerah maka Dinas Kelautan dan Perikanan telah menjalankan beberapa strategi
yang terkait dengan perikanan tangkap. Implikasi dari strategi tersebut
dituangkan dalam bentuk program-program dan kegiatan pembangunan yaitu (1)
program pemberdayaan ekonomi rakyat subsektor perikanan melalui penyertaan
modal Pemda di bank; (2) program pengembangan sarana prasarana perikanan;
(3) program pemberdayaan kelembagaan dan peningkatan SDM perikanan atau
alih teknologi; (4) program rehabilitasi dan konservasi sumberdaya perikanan.
Berdasarkan laporan akuntabilitas kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2004, dapat diketahui bahwa program-pragram
strategi yang telah dilaksanakan menunjukkan hasil yang cukup baik walaupun
belum optimal. Keberhasilan pelaksanaan strategi yang telah dicapai oleh Dinas
Kelautan
dan
Perikanan,
belum
mampu
memberikan
peluang
bagi
pengembangan perikanan yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat nelayan karena strategi yang diterapkan kurang optimal dan belum
sepenuhnya berpijak pada wawasan sistem agribisnis yang baik dan benar
sehingga masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan
usaha perikanan tangkap di Kabupaten Pesisir Selatan.
Adapun permasalahan yang dihadapi antara lain masih terbatasnya
kepemilikan modal usaha sehingga nelayan memiliki keterbatasan dalam
pengadaan sarana penangkapan dan pengolahan yang lebih maju. Hal ini
menyebabkan teknologi penangkapan dan pengolahan ikan yang digunakan
nelayan masih bersifat tradisional dan kualitas produk ikan yang dihasilkan
rendah sehingga tidak mampu bersaing dipasaran dalam dan luar negeri.
Disamping itu, permasalahan lain yang dihadapi dalam pengembangan
perikanan tangkap adalah masih rendahnya kualitas SDM aparat dan nelayan,
lemahnya sistem pemasaran, kualitas dan kuantitas sarana prasarana
pendukung perikanan tangkap kurang memadai, kondisi sosial budaya
masyarakat yang kurang mendukung pengembangan kegiatan usaha perikanan
tangkap serta masih terjadinya pelanggaran penangkapan ikan. Hal ini
menyebabkan potensi perikanan laut yang dimiliki belum dapat dimanfaatkan
secara optimal.
Oleh karena itu untuk pembangunan sektor perikanan tangkap Kabupaten
Pesisir Selatan di masa yang akan datang, perlu dikembangkan beberapa
strategi yang berwawasan agribisnis. Dengan adanya strategi pengembangan
agribisnis perikanan tangkap diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan nelayan, pemanfaatan sumberdaya ikan laut yang optimal,
penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan
daerah. Pembangunan perikanan semacam ini adalah salah satu usaha untuk
mengatasi kemiskinan dan pengembangan wilayah pesisir dengan pemanfaatan
berbagai sumberdaya yang tersedia melalui peningkatan produktivitas perikanan
serta nilai tambah dengan orientasi agribisnis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka diperlukan
adanya strategi pengembangan agribisnis perikanan tangkap yang tepat. Akan
tetapi
dalam
menetapkan
strategi
agribisnis
tersebut
ada
beberapa
permasalahan terkait yang perlu dikaji. Permasalahan yang ada dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor strategis eksternal dan internal apa yang berpengaruh dalam
pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Alternatif strategi apa yang sebaiknya perlu dikembangkan dan ditingkatkan
dalam pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kabupaten Pesisir
Selatan.
3. Bagaimana strategi prioritas untuk pengembangan agribisnis perikanan
tangkap di Kabupaten Pesisir Selatan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisa faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi
pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Mengembangkan alternatif strategi yang dapat diambil oleh Pemda
Kabupaten
Pesisir
Selatan
(Dinas
Kelautan
dan
Perikanan)
dalam
pengembangan agribisnis perikanan tangkap dengan mempertimbangkan
kondisi lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhinya.
3. Menentukan strategi prioritas untuk pengembangan agribisnis perikanan
tangkap di Kabupaten Pesisir Selatan.
Download