1 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASSED LEARNING UNTUK

advertisement
1
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASSED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS SISWA KELAS VIII MTs
NURUL ISLAM GANTI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Baiq Rias Anistiarini1 , Sukainil Ahzan2 , Baiq Azmi Sukroyanti3
Program Study Pendidikan Fisika IKIP Mataram
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui model Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan aktivitas siswa kelas VIIIbMTs Nurul Islam
Ganti Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan
kelas yang dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi, evaluasi dan refleksi. Data penelitian berupa keterampilan berpikir kritis siswa
diambil menggunakan LKS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria keterampilan
berpikir kritis siswa pada siklus I kurang kritisdengan rata–rata nilai 47,08 dan pada siklus ke
II keterampilan berpikir kritis siswa kriterianyaKritis dengan rata–rata 62,92 dengan
demikian model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
aktivitas siswa kelas VIIIb MTs Nurul Islam GantiTahun Pelajaran 2013/2014.
Kata kunci : Problem Based Learning, Keterampilan Berpikir Kritis Dan Aktivitas
ABSTRACT
The research aimed to find out implementation of problem based Learning Model to Increase
Students’ Critical thinking and activities at VIIIb class of MTs. Nurul Islam Ganti in
academic years 2013/2014. The research used classroom action research with two cycles.
Each cycle consist of planning, acting, observing and reflecting. The subject of the research
was students VIIIb class with total subject 28 students. The data gathering by using students
work seat (LKS). Based on the data analysis was gotten that there were increasing students
achievement from first cycle to the second cycle with the average score 47,08 to 62,92.
Therefore, it took conclusion that the implementation of Problem based Learning Model can
increase students’ Critical thinking and activities at VIIIb class of MTs. Nurul Islam Ganti in
academic years 2013/2014.
Key Words: Problem based Learning Model, Students’ Critical Thinking and Activitie
Pendahuluan
Ilmu yang mempelajari tentang alam semesta disebut ilmu pengetahuan alam (IPA),
yang termasuk di dalamnya adalah ilmu fisika. Ilmu fisika mempunyai peranan yang sangat
penting dalam perkembangan sains dan tekhnologi, sehingga siswa yang mempelajari fisika
dituntut menguasai materi secara tuntas, melalui suatu proses belajar mengajar yang dapat
menumbuhkan kreatifitas siswa dan mendorong mereka berfikir secara sistematis, teoritis,
logis, dan kreatif .
Namun pada kenyataanya banyak orang yang memandang bahwa fisika adalah mata
pelajaran yang sulit, sehingga menimbulkan dampak hasil belajar yang rendah. Sebagaimana
hal tersebut dapat kita lihat dan amati dari sedikitnya minat siswa dalam mempelajari fisika
dan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika.
2
Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan semester ganjil mata pelajaran
Siswa kelas
Nilai rata-rata
Persentas kentutasan
VIII A
43,54
28,13%
VIII B
VII C
59,97
64,77
41,59%
53,47%
Sumber: Arsip guru Fisika Kelas Vะจ Tahun Pelajaran 2012/2013.
Dari data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan semester mata pelajaran fisika
masih rendah. Oleh karena itu diperlukan metode baru dalam pembelajaran. Metode
pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah metode problem Based
Learning.
Berdasarkan hasil observasi di atas dapat dijadikan suatu landasan untuk
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas. Adapun, “penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Masalah yang juga sering muncul dalam proses pembelajaran Fisika adalah tingkat
pemahaman siswa dalam suatu permasalahan. Hal ini berdampak pada rasa kurang percaya
diri siswa, dan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang dipelajarinya dengan
bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Dalam hal ini, akan menuntut guru lebih
kreatif dalam memilih model belajar yang tepat dalam proses belajar mengajar. Sehingga dari
data observasi awal yang telah dilakukan model pembelajaran yang tepat digunakan adalah
model pembelajaran berbasis masalah.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model problem based
learning. Model problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menuntut
peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, belaja r secara mandiri, dan
menuntut keterampilan berpartisipasi dalam tim (Ryanto, 2012). Pembelajaran seperti ini
berbeda dengan sebelumnya yang lebih didominasi oleh guru. Model pembelajaran ini
menitikberatkan pembelajaran pada keaktifan siswa bukan lagi pada guru. Siswa berusaha
memecahkan masalah yang disajikan oleh guru. Proses pemecahan masalah dilakukan secara
kolaborasi dan disesuaikan dengan kehidupan nyata. Dalam hal ini siswa terlibat dalam
penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan konsep dan
berbagai isi materi pelajaran. Ciri dari model ini adalah siswa menyelidiki masalah yang
disajikan oleh guru dengan berkolaborasi dengan siswa lainnya. Ciri ini tentunya dapat
diterapkan pada siswa yang senang berdiskusi. Selain itu PBL mengharuskan adanya
penerapan materi dalam kehidupan nyata secara langsung. Hal ini sesuai dengan materi suhu
dan kalor yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari- hari. Sehingga dengan
penerapan model PBL dalam pembelajaran dan memperhatikan karakteristik dari siswa serta
materi, diharapkan aktivitas siswa bisa meningkat yang kemudian akan berdampak pula pada
peningkatan hasil belajar yang diraih siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan menerapkan model Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas sisw MTs Nurul
3
IslamGanti tahun pelajaran 2013/2014. Tujuan dalam penelitian ini adalah ”Mengetahui
bagaimanakah model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir
kritis dan aktivitas siswa MTs Nurul Islam Ganti Tahun Pelajaran 2013/2014’’.
Kajian Literatur
Pembelajaran adalah suatu proses yang menunjukan bahwa lingkungan seseorang
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus, menurut corey dalam (Putra, 2013).
Selanjutnya Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid, Sagala, (2012).
Selanjutnya, pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif,
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar, Sagala, (2012).
Model PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran
Nurhadi (2004) dalam mrsigitblog.wordpress.com dalam Putra, (2013). Sedangkan menurut
Rosalin dalam Apryani, (2013), model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan siswa untuk merangsang kemampuan berpikir. Kemudian Arends dalam Abbas
dalam Putra, (2013) mengemukakan model problem based learning adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga ia bisa
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi
dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL menekankan pada
keaktifan siswa. Dalam model ini, siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu masalah. Inti
model PBL itu adalah masalah (problem). Model tersebut bercirikan penggunaan masalah
kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah, serta mendapatkan
pengetahuan konsep-konsep penting.
Tabel 2. Prosedur Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Langkah-Langkah
No
1
2
Orientasi masalah
Kegiatan Guru
Menginformasikan tujuan pembelajaran
Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya
pertukaran ide yang terbuka
Mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah
3
Mendorong siswa mengespresikan ide-ide secara terbuka
4
4
1
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Membantu
menyelidiki secara
mandiri atau
kelompok
2
3
1
2
3
4
5
6
Mengembangkan
dan menyajikan
hasil kerja
Menganalisis dan
mengevaluasi hasil
pemecahan masalah
1
Membantu siswa dalam menentukan konsep berdasarkan
masalah
Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi, dan cara
belajara siswa yang aktif
Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan
Memberikan
kemudahan
pengerjaan
siswa
dalam
mengerjakan/menyelesaikan masa-lah
Mendorong kerja sama dan penyelesaian tugas-tugas
Mendorong dialog dan diskusi dengan teman
Membantu siswa mengidentifikasikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah
Membantu siswa merumuskan hipotesis
Membantu siswa dalam memberikan solusi
Membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kegiatan
siswa (LKS)
2
Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kerja
1
Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah
2
Memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah
3
Mengevaluasi materi
Sumber : akhmad sudrajat (2013)
Menurut Schafersman (1991) dalam diwayanti berpikir kritis adalah berpikir secara
nalar, reflektif, bertanggung jawab dan mahir yang difokuskan untuk menentukan apa yang
diyakini dan dilakukan. Siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya dengan
baik tanpa berlatih enggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi. Dengan demikian
pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran IPA tidak dapat dilakukan
dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi dengan mengintegrasikan,
mengaplikasikan dan mengkomunikasikan.
Selanjutnya Jhonson (2002) memberikan penjelasan berpikir kritis, adalah
kemampuan untuk mengatakan suatu dengan penuh percaya diri. Berpikir kritis
memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjir kejadian dan informasi
yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis adalah sebuah proes sistematis yang
memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakian dan pendapat mereka
sendiri.
Ennis (1985) dalam Restiani mengklasifikasikan keterampilan berpikikritis menjadi 5
kelompok konsep-konsep yang telah dimiliki, yaitu:1. Memberikan penjelasan sederhana,
meliputi memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.2.Membangun keterampilan dasar,
meliputi mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya/tidak, mengamati dan
mempertimbangkan suatu penjelasan atau tantangan.3. Menyimpulkan, meliputi mendeduksi
dan mempertimbangkan hasil deduksi,4.Memberikan penjelasan lanjut, meliputi
mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi dan mengidentifikasi
asumsi.5.Mengatur strategi dan taktik, meliputi menentukan suatu tindakan dan berinteraksi
5
dengan orang lain menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dan membuat dan
menentukan nilai pertimbangan.
Dalam mengkaji gagasan maupun pemecahan masalah, maka diperlukan proses
berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi yang salah satunya adalah proses berpikir kritis
IPA. Sejalan dengan pendapat Mc Murarry, et al (Muhfahroyin, 2009:2) dalam Restiani
menyampaikan bahwa berpikir kritis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
dikembangkan di sekolah, guru diharapkan mampu merealisasikan pembelajaran yang
mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik.
Kemampuan berpikir kritis
Berpikir baru dikatakan kritis manakala si pemikir berusaha menganalisis argumentasi
secara cermat, mencari bukti yang sah, dan menghasilkan kesimpulan yang mantap untuk
mempercayai dan melakukan sesuatu .Sanjaya(2002). Seseorang pemikir kritis mempunyai
kecenderungan batin untuk:Mencari kejelasan tesis atau masalah; Mencari alasan; Berusaha
mendapatkan informasi sebanyak mungkinMenggunakan dan menyebutkan sumber yang
handalMemperhatikan situasi keseluruhan Berusaha konsisten dengan pokok permasalahan
Berperan teguh akan dasar permasalahan Mencari alternatifBerpikiran terbukaMengambil
atau berganti posisi karena bukti dan alasan yang cukupMencari ketepatan secermat
mungkinMemecahkan persoalan secara teratur pada bagian-bagian keseluruhanMenggunakan
keterampilan berpikir kritis; Sensitif terhadap perasaan, tahap pengetahuan dan derajat
kecanggihan pihak lain.(Marzano,1988).
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah
siswa kelas VIII- B.MTs Nurul Islam Ganti Tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari dua
siklus, di mana setiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut : perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ada tiga yaitu: (1) Dokumentasi,
dilakukan untuk memperoleh daftar nama siswa; (2) Observasi, dilakukan untuk mengamati
aktivitas belajar siswa; (3) Tes, dignakan untuk menguji hasil belajar kognitif siswa.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi: tes tertulis berupa LKS dan
lembar observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru.
Data aktivitas belajar siswa akan dianalisis berdasarkan skor yang diperoleh pada
lembar observasi dan dihitung dengan rumus berikut :
Kemudian hasil belajar siswa ditentukan dengan cara berikut (Prayogi, 2013) :
Nilai =
๐‘ ๐‘˜๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘œ๐‘™๐‘’ โ„Ž
๐‘ ๐‘˜๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘š๐‘Ž๐‘˜๐‘ ๐‘–๐‘š๐‘ข๐‘š
× 100
Tabel 3. Instrumen penilian berpikir kritir (Prayogi, 2013)
Indikator
skor
4
Deskriptor
Mengidentifikasi dan menjelaskan
konsep-konsep yang mendasari
Ceck
liist
6
3
1. Kemampuan mengenal
masalah
2
1
4
2.Menyusun hipotesis
3
2
1
4
3
3. Kemampuan membuat
interffrensi
2
1
secra sistemtis, akurat, dan
mendalam.
Mengidentifikasi dan menjelaskn
konsep-konsep yang mendasari
secara sistematis
Mengidentifiasi dan menjelaskan
konsep-konsep yang mendasar
secara sistematis.
Tidak mampu mengidenifikasi dan
menjelaskan konsep yan mendasari
permasalahn.
Merumuskan beberapa alternatif
pemecahan masalah secara logis,
berdasarkan konsep, dan secara
tepat.
Merumuskan beberapa alternatif
pemecahan masalah secara logis
dan berdasarkan konsep.
Merumuskan beberapa alternatif
pemecahan masalah secara logis.
Tidak memiliki sejumlah alternatif
pemecahan masalah.
Menarik kesimpulan berupa solusi
pemecahan masalah yang relevan,
berdasarkan argumen yang rasional,
kreatif, dan tepat.
Menarik kesimpulan berupa solusi
pemecahan masalah yang relevan,
belandasakan argumen yang
rasional dan kreatif
Menarik kesimpulan berupa solusi
pemecahan masalah yang relevan,
berlandaskan argumen yang
rasional.
Tidak mampu menarik kesimpulan
dan menghasilkan solusi yang
relevan.
Kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam mengidentifkasi masalah, membuat hipotesis, dan
kemampuanmembuat interfrensi. Dengan keriteria kempuan berfikir kritis sebagai berikut:
7
Tabel 4. Krite ria kemampuan be rfikir kritis (Prayogi, 2013)
Skala perolehan
Kategori
81,25-100
Sangat kritis
62,50-81,25
Kritis
43,75-62,50
Kurang kritis
25,00-43,75
Sanagt kurang kritis
Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh pada setiap siklus adalah sebagai berikut:
Hasil tahapan perencanaan dapat dinyatakan:
a. Siklus 1 meliputi: RPP untuk materi bunyi, LKS,dan lembar observasi.
b. Siklus 2 meliputi: RPP untuk materi bunyi, LKS,dan lembar observasi.
Ringkasan hasil penelitian tiap siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II
Siklus
I
Jumlah Siswa
yang Ikut
20
Nilai Rata-Rata
Kriteria
46,50
Kurang
kritis
-
II
17
68,50
Kritis
-
Keterangan
Sangat kritis, jika
81,25 < x ≤ 100
Kritis, jika
62,50 < x ≤ 81,25
Kurang kritis, jika
43,75 < x ≤ 62,50
Sangat Kurang Kritis, jika
25,00 < x ≤ 43,75
Pembahasan
Pada siklus 1, guru memberikan penjelasan mengenai jalannya proses pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah. Pelaksanaan pembelajaran ditunjang dengan
RPP dan LKS yang telah disesuaikan dengan model pembelajaran. Pada awal pembelajaran,
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyuruh siswa berkelompok sesuai dengan
kelompok yang telah ditentukan. Guru memberikan penjelasan agar pertanyaan dalam LKS
dikerjakan secara urut, sehingga diperoleh jawaban yang benar. Proses pembelajaran pada
siklus I berjalan kurang baik karena masih belum terbiasa dengan model pembelajarannya
sehingga terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan pada siklus 1 yaitu: (1) Manajemen
waktu yang masih kurang baik sehingga ada beberapa langkah pembelajaran yang tidak
dilaksanakan; (2) Kegiatan diskusi kurang efektif karena kerjasama siswa dalam kelompok
8
masih rendah dan belum bisa membagi tugas dalam menyelesaikan LKS, sehingga ada
beberapa siswa yang hanya melihat saja temannya bekerj; (3) Masih banyak siswa yang ribut
dalam pelaksanaan diskusi; (4) Siswa malu mempresentasikan hasil dari diskusi kelompoknya
di depan kelas; (5) Siswa masih jarang memperhatikan temannya yang presentasi di depan
kelas. Selain itu, sebagian siswa tidak disiplin dalam pembelajaran. Siswa terlambat masuk
ruang kelas dan membuat gaduh di kelas dengan mengganggu temannya. Oleh karena itu,
guru memberikan penjelasan dan arahan dalam proses penyelidikan dan cara berdiskusi.
Kemudian pada akhir siklus diadakan tes hasil belajar kognitif.
Pada siklus II, guru melakukan beberapa langkah perbaikan berdasarkan kekurangankekurangan yang ada pada siklus I. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II antara lain: (1)
guru lebih tegas dalam manajemen waktu, bersikap konsisten terhadap RPP yang sudah dibuat
sehingga tidak ada lagi langkah pembelajaran yang tidak dilaksanakan; (2) guru mengganti
anggota kelompoknya berdasarkan hasil evaluasi dan keaktifan siswa selama pembelajaran
pada siklus 1 serta guru memberikan pengarahan manfaat kerjasama dan pembagian tugas
dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam LKS; (3) guru
bersikap lebih tegas kepada siswa yang ribut sehingga tidak mengganggu teman yang sedang
berdiskusi; (4) guru mengarahkan siswa tersebut dan membimbingnya agar lebih percaya diri
untuk mempresentasikan hasil diskusinya; (5) menginstruksikan siswa untuk memperhatikan
temannya yang presentasi di depan kelas. Perbaikan-perbaikan tersebut berpengaruh pada
meningkatnya skor aktivitas belajar siswa dimana pada siklus II skor aktivitas belajar siswa
berkategori sangat tinggi. Ringkasan hasil penelitian tiap siklus dapat dilihat pada tabel 5.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Penerapan Model problem based learnig untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII MTs Nurul Islam Ganti pada
materi pokok bunyi tahun pelajaran 2013/214.” dapat diperoleh bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa dapat di tumbuhkan pada siklus I sebesar 47,08dengan kategori kurang kritis,
selanjutnya kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat pada siklus II sebesar 62,92
dengan kategori kritis. Sedangkan skor kegiatan siswa pada siklus I sebesar 10,67 dengan
kategori sedang, selanjutnya skor kegiatan siswa pada siklus II sebesar 13,63 dengan kategori
tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model problem based learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII MTs Nurul Islam Ganti pada
materi pokok bunyi tahun pelajaran 2013/2014
Referensi
Nurkancana, W. 1990. Evaluasi Hasil belajar. Surabaya: Usaha nasional.
Putra, Sitiatava R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA
Press
Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
9
Dwiyanti Gebyi,dkk. 2001. Keterampilan Berpikir Siswa SMA Kelas X dan XI Pada
Pembelajaran Kimia Menggunakan metode Pratikum. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan. 2(1), 42-59. http://ejurnal.unp.ac.id
Setyorini U, dkk.2011.Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.Jurnal Pendidikan Indonesia. 7, 52-56.
http://journal.unnes.ac.id
Prayogi S, dkk. 2013. Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.J urnal Prisma
sains. 1, 79-87 ISSN 2338-4530
Download