peningkatan costumer value melalui inovasi komoditas kacang

advertisement
Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat
ISSN 1410 - 5675
Vol. 5, No. 1, Mei 2016: 47 - 55
PENINGKATAN COSTUMER VALUE MELALUI INOVASI KOMODITAS KACANG TANAH
SEBAGAI ALTERNATIF PRODUK OLAHAN PANGAN LOKAL (ONCOM PASIREUNGIT)
DI KECAMATAN PASEH, SUMEDANG
Saidah, Z.,1 Djuwendah, E.2 dan Utami, H.U.3
Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
E-mail: [email protected]., [email protected]., [email protected]
1,2,3
ABSTRAK
Produk oncom pasireungit merupakan salah satu
produk unggulan Kabupaten Sumedang yang merupakan produk makanan alternatif yang merupakan
hasil fermentasi kacang tanah yang akhirnya menjadi
salah satu produk makanan yang cukup terkenal
di Jawa Barat. Mitra IbM pada kegiatan ini adalah
usaha rumah tangga penghasil oncom Ika Jaya (Hendi
Suhendi) dan usaha peng-olahan oncom Al-Bany (Siti
Nurfaida).
Produk oncom Pasierungit sangat potensial untuk
dikembangkan karena produk yang dihasilkan oleh
masing-masing jenis pelaku usaha tidak menghasilkan
sisa produk yang terbuang dan hampir semua
komponen hasil produk dapat digunakan untuk
berbagai jenis produk olahan oncom. Namun demikian
dalam menjalankan usahanya para pelaku usaha masih
mengalami beberapa kendala diantaranya kendala
pemasaran produk terutama yang terkait dengan
pengembangan atribut produk untuk pengembangan
usaha-nya di masa yang akan datang. Tujuan kegiatan
ini adalah untuk meningkatkan potensi pasar produk
mitra melalui perbaikan dan edukasi peningkatan
pengetahuan dan keterampilan manajemen bisnis
melalui inovasi atribut produk yaitu kemasan, label,
dan jaminan produk seperti sertifikat P-IRT dan halal
dalam upaya meningkatkan customer value. Aktivitas
pengabdian masyarakat yang dilakukan meliputi
pemberian bantuan peralatan dan perlengkapan usaha
untuk kelengkapan usaha, pendampingan manajemen
proses produksi, pengemasan, pelabelan, pemasaran,
dan disertai pencatatan keuangan usaha sederhana.
Metode yang digunakan adalah pemberdayaan
partisipatif, yang meliputi pelatihan, mentoring, monitoring dan evaluasi. Hasil yang telah diperoleh mitra
melalui rangkaian kegiatan ini adalah: 1) perbaikan
kebersihan dan higienitas lokasi usaha; 2) peralatan dan
perlengkapan produksi yang lebih lengkap; 3) perolehan
label jaminan produk melalui P-IRT dan sertifikasi
halal; 4) peningkatan kemampuan membuat pencatatan
pembukuan usaha; dan 5) diperolehnya kualitas dan
atribut produk yang lebih baik.
Kata kunci: Oncom Pasireungit, Customer Value, Inovasi
Produk
ABSTRACT
Program Ipteks bagi masyarakat (IbM) was done in
Pasireungit village, Sumedang District. The distance of
Partner’s location from Unpad Jatinangor is around 32
km. This IbM partnered with industry small business
Ika Jaya (Bpk. Hendi Suhendi) and Al-Bany (ibu Siti
Nurfaida) who produce oncom. Oncom pasireungit is
a kind of alternative food commodities that fermented
peanut become one of local products are known in
West Java. Generally, Pasireungit oncom is managed
by household and become a family business that has
been passed down from generation to generation.
Oncom Pasireungit potential to be developed because
oncom pasireungit doesn’t leaving waste and almost all
production components can be reused. Unfortunately,
industry small business is still experiencing obstacles in
their business activities. The most important constraints
is a weakness in the marketing of products, especially
those related to the development of products attributes to
promoting the product so the business can be developing
in the future. IbM goal is to increase partner’s market
through increasing knowledge and skills in business
management, innovation of atribut product to improve
customer value by training to get P-IRT sertificate and
halal sertificate. IbM activities are includes capital
assistance, processing, packaging, marketing, and simple
accounting. The method that used is a participatory
empowerment, which includes training, mentoring,
monitoring and evaluation. Results achieved by partners:
1) place for the production is clean and hygienic; 2)
production equipment more complate; 3) marketing
broader with P-IRT certificate and halal certificate; 4)
Able to perform simple accounting; 5) a better product
quality and attributes product.
Key words: Oncom Pasireungit, Customer Value, Product
Innovation
PENDAHULUAN
Potensi pangan lokal dari jenis kacang-kacangan
merupakan salah satu alternatif sumber protein nabati
dengan harga yang cukup murah dan dapat terjangkau
oleh masyarakat luas. Namun demikian, potensi
keanekaragaman jenis kacang-kacangan yang ada saat
ini masih belum dimanfaatkan secara optimal.
48
Peningkatan Costumer Value melalui Inovasi Komoditas Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogeal L.) merupakan
salah satu jenis kacang-kacangan yang cukup popular
bagi masyarakat. Kacang tanah memiliki sumber protein
yang saling melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras
dan gandum. Selain itu, komoditi ini potensial sebagai
sumberr mineral, vitamin B, karbohidrat kompleks dan
serat makanan.
Berbagai macam olahan dapat dibuat dari kacang
tanah, baik sebagai camilan maupun sebagai campuran
dalam berbagai olahan masakan. Salah satu olahan
kacang tanah yang saat ini cukup popular di Jawa
Barat adalah oncom yang berasal dari desa Pasireungit.
Oncom Pasireungit merupakan produk olahan kacang
tanah yang berasal dari hasil fermentasi yang dilakukan
oleh beberapa jenis kapang.
Produk oncom dari kacang tanah ini merupakan
salah satu alternatif olahan pangan yang belum banyak
dikembangkan, karena pada umumnya produk oncom
dibuat dari kedelai. Hal ini tentunya peluang bagi
pengusaha oncom dari Desa Pasireungit untuk menjadikan produk oncom kacang tanah ini sebagai salah satu
produk unggulan daerah.
Saat ini, terdapat dua jenis oncom yang beredar di
masyarakat yaitu oncom merah dan oncom hitam. Oncom
merah pada umumnya dibuat dari bungkil tahu yang
berasal dari kedelai yang telah diambil proteinnya dalam
pembuatan tahu dan didegradasi oleh kapang oncom
Neurospora sitophila atau N. intermedia. Sedangkan
oncom hitam merupakan oncom yang berbahan baku dari
kacang tanah dan didegradasi oleh Rhizopus oligosporus
dan/atau jenis-jenis Mucor.
(a) Oncom Merah
(b) Oncom Hitam
Gambar 1. Oncom Merah dan Oncom Hitam
Oncom yang berasal dari desa Pasireungit merupakan salah satu daerah penghasil oncom hitam yang
cukup di kenal di Jawa Barat. Oncom Pasireungit di
kenal karena campuran kacang tanahnya yang lebih
dominan disbanding bahan lainnya. Hal ini tentu saja
akan mempengaruhi rasa oncom yang dibuat karena
oncom dari bungkil kacang tanah memiliki kandungan
karbohidrat dan protein yang dapat tercerna cukup tinggi
di dalam tubuh. Keunggulan kualitas oncom inilah yang
membuat Pasireungit dikenal sebagai sentra produksi
oncom.
Melihat hal ini maka tim pelaksana IbM mencoba
untuk membantu mengembangkan usaha oncom yang
ada dengan menjalin kemitraan dengan perajin oncom
Ika Jaya (Bpk. Hendi Suhendi) serta perajin oncom AlBany (Ibu Siti Nurfaidah). Mitra Ika Jaya memproduksi
oncom mentah sedangkan mitra Al-Bany memproduksi
oncom olahan menjadi keripik dan abon oncom. Kedua
mitra ini berlokasi di desa Pasireungit, Kecamatan Paseh
Kabupaten Sumedang yang berjarak lebih kurang 32 km
dari kampus Unpad.
Bpk Hendi Suhendi pemilik usaha oncom Ika Jaya
telah memulai usahanya sejak tahun 1999 (15 tahun)
sedangkan ibu Siti Nurfaidah pemilik oncom Al-Bany
memulai usaha oncom sejak tahun 2011 Kedua mitra
merupakan perajin oncom dengan skala industry rumah
tangga, dimana Bpk. Hendi Suhendi berniat untuk
mengembangkan pasarnya dengan merambah menjadi
pengolah oncom sedangkan ibu Siti Nurfaidah juga
ingin mengembangkan pasar melalui perbaikan produk
yang sudah ada.
Usaha yang dijalankan oleh kedua mitra bukan saja
sekedar sebagai matapencaharian untuk mendapatkan
pendapatan namun tidak terlepas dari keinginan
untuk turut membantu membuka peluang kerja bagi
masyarakat yang ada di sekitar desa. Kedua mitra
sendiri sebenarnya tanpa disadari saling terkait karena
beberapa pengolah oncom yang ada di desa Pasireungit
mengandalkan bahan baku oncom dari perajin oncom
mentah seperti pak Hendi.
Upaya untuk dapat memperluas jaringan pasar tentu
saja tidak terlepas dari keinginan mitra untuk mau
memperbaiki diri melalui pelatihan, pembimbingan
(mentoring), pendampingan maupun evaluasi dari
usaha yang telah dijalankan selama ini. Untuk itu maka
tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat mencoba
membantu permasalahan mitra melalui program IbM
ini.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang analisis situasi mitra,
berikut beberapa permasalahan yang dihadapi mitra :
1. produk oncom yang dihasilkan masih kurang
berkualitas dan higienis sebagai akibat rendahnya
pengetahuan akan sanitasi produk,
2. atribut oncom masih sangat sederhana dan kurang
menarik di mata konsumen,
3. pasar yang terbatas karena belum adanya sertifikat
P-IRT dan Halal,
4. pendapatan cenderung tetap bahkan terkadang
menurun karena keterbatasan modal, peralatan
yang konvensional, serta pasar yang terbatas.
Adapun tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
Saidah, Z., Djuwendah, E. dan Utami, H.U.
1. m eningkatkan pengetahuan mitra dalam hal kebersihan produksi dan higienitas produk yang di
hasilkan,
2. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mitra untuk pengembangan atribut produk,
3. ,endampingi mitra dalam pelatihan P-IRT dan halal
yang di selenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan
Dinas Kesehatan Kab. Sumedang,
4. membagi ilmu dalam hal akuntansi sederhana
untuk membuat pembukan laba dan rugi usaha
Manfaat Kegiatan
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini diharapkan:
1. mitra menerapkan kebersihan tempat produksi
dan menjaga higienitas produk,
2. mitra mampu memanfaatkan hasil perbaikan
atribut produk untuk memperluas pemasaran,
3. mitra mampu membuat dan menerapkan pembukuan
sederhana dalam kegiatan usahanya
Kajian Literatur Dan Pegembangan Hipotesis
Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan upaya
yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah
pengangguran dan kemiskinan. Menurut Rudjito
(2003) usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan
dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati
miskin.
Pengembangan usaha kecil dan menengah (UMKM)
perajin oncom di Desa Pasireungit juga perlu dilakukan.
Dimana oncom merupakan salah satu produk yang
merupakan hasil fermentasi. Saat ini, pembuatan oncom
masih menggunakan cara tradisional yang tidak memiliki
standar operasional produk sehingga rasa dan kualitas
oncom tidak terjamin. Salah satu faktor untuk membuat
oncom yang baik adalah kualitas raginya, yaitu kapang
Neurospora sp. (James M. Jay, 2000). Oncom hasil
fermentasi dinyatakan siap diperdagangkan setelah
kapang menghasilkan spora, sementara pada tempe hasil
olahan diperdagangkan sebelum kapang menghasilkan
spora (baru dalam tahap hifa).
Oncom yang di produksi oleh perajin di desa
Pasireungit adalah oncom yang berasal dari kacang tanah
dimana kacang tanah merupakan jenis kacang-kacangan
yang mengandung protein tinggi. Penggunaan protein
nabati dari kacang-kacangan (seperti tahu, tempe, dan
oncom) telah terbukti ampuh untuk mengatasi masalah
kekurangan gizi dan protein tersebut (Siswono, 2002).
Saat ini di masyarakat dikenal dua jenis oncom,
yaitu oncom merah dan oncom hitam.Oncom merah
didegradasi oleh kapang oncom Neurospora sitophila
49
atau N. intermedia yang berasal dari ampas tahu dan
mempunyai strain jingga, merah, merah muda, dan
warna peach. (Siswono 2002). Sedangkan oncom hitam
didegradasi oleh kapang tempe Rhizopus oligosporus
dengan bahan baku berupa bungkil kacang tanah atau
kulit kacang kedelai yang di campur dengan onggok
(ampas tepung tapioka).
Perbedaan warna pada oncom ditentukan oleh
warna pigmen yang dihasilkan oleh kapang yang
digunakan dalam proses fermentasi. Menurut Winarno
(1984) warna yang terbentuk pada oncom adalah warna
dari spora kapang oncom. warna merah atau hitam pada
oncom ditentukan oleh warna pigmen yang dihasilkan
oleh kapang yang digunakan dalam proses fermentasi.
Saat ini pengolahan oncom di masyarakat sudah
cukup beragam. Oncom di jual dalam bentuk mentah
maupun olahan. Namun pemanfaan oncom masih kurang
meskipun sebenarnya nilai proteinnya jauh lebih besar
daripada tempe. Hal ini dikarenakan harganya yang lebih
murah daripada tempe. Untuk itu perlu adanya upaya
untuk meningkatkan harga jual oncom, baik melalui
perbaikan kualitas produk, inovasi produk maupun
inovasi atribut yang melekat pada oncom itu sendiri.
Inovasi produk sangat diperlukan untuk meningkatkan
nilai pelanggan. Nilai pelanggan atau nilai customer
atau customer value adalah selisih antara manfaat yang
diperoleh customer dari suatu produk atau jasa dengan
upaya dan pengorbanan yang dilakukannya untuk
mendapatkan dan menggunakan produk itu. Menurut
Tjiptono (2005) nilai pelanggan merupakan ikatan
emosional yang terjalin antara pelanggan dan produsen
setelah pelanggan menggunakan produk dan jasa dari perusahaan dan mendapati bahwa produk atau jasa tersebut
memberi nilai tambah.
Menurut Kotler (2008) cara lain untuk menambah
nilai pelanggan adalah melalui desain atau rancangan
produk yang berbeda dari yang lain. Suatu produk atau
jasa yang dibeli customer dari perusahaan semakin
memuaskan jika customer itu mendapatkan nilai (value)
yang tinggi.
Suatu produk memiliki kualitas yang baik bila
produk tersebut telah menjalankan fungsi-fungsinya.
Salah satu untuk meningkatkan kualitas produk melalui
inovasi atribut. Grifin and Hauser (1993) menyatakan
bahwa atribut suatu produk merupakan salah satu
pertimbangan pelanggan dalam menilai kepuasannya
setelah mengkonsumsi suatu produk, maka sangatlah
penting untuk mengetahui penilaian pelanggan terhadap
atribut produk yang dihasilkan perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anderson et
al. (1994), dinyatakan bahwa atribut dari sebuah produk
sangat erat kaitannya dengan customer satisfaction
50
Peningkatan Costumer Value melalui Inovasi Komoditas Kacang Tanah
karena semakin tinggi penilaian pelanggan mengenai
atribut produk maka akan semakin tinggi kepuasan
pelanggan yang dirasakan.
METODE
Kegiatan IbM ini di laksanakan pada bulan MeiNovember 2014. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu
mitra memperbaiki manajemen usahanya dengan cara:
1). memperbaiki manajemen produksi dan higienitas
produk, 2) meningkatkan kualitas produk dengan cara
melakukan inovasi produk (mendapatkan sertifikat P-IRT
dan Halal), 3) meningkatkan produksi dengan bantuan
peralatan produksi, 4) membantu membuat akuntansi
sederhana serta 5) memperluas pemasaran.
Melalui kegiatan tersebut, maka metode yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan
beberapa metode pendekatan antara lain:
1. metode pemberdayaan partisipatif yang meliputi
penyuluhan, pelatiha dan pendampingan. Pendekatan
ini dilakukan untuk menggali potensi yang dimiliki
oleh mitra dalam meminimalisir permasalahan yang
dihadapi oleh mitra. Dalam hal ini mitra dilibatkan langsung dan ikut berperan dalam kegiatan
pengabdian mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
evaluasi. Kegiatan ini dilakukan melalui teknik FGD
(Focus Group Discussion). Melalui metode ini tim
pelaksana bersama-sama dengan mitra berperan aktif
mempraktekkan materi yang telah disampaikan,
2. metode Monitoring dan evaluasi internal (monevin)
yang dipersiapkan sesuai dengan program dan di desain
agar mudah dilakukan sesuai dengan kaedah plan –
do – check - action. Dimana penggunaan metode ini
bertujuan agar seluruh kegiatan yang telah disepakati
dapat dilaksanakan secara bersama-sama dengan
harapan sesuai dengan keadaan faktual di lapangan,
3. metode pendampingan yang sangat diperlukan dalam
rangka mengontrol keberhasilan program kegiatan dan
juga proses keberlanjutan program sehingga mampu
berkembang dan menguntungkan para pengrain
oncom. pendampingan terhadap para mitra sasaran
berkaitan dengan aplikasi teknologi dan keterampilan
pengelolaan produk oleh para tim pelaksana bersamasama dengan para pakar yang memang ahli di
bidangnya.
Kerangka pemecahan masalah yang akan dilakukan pada kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. melakukan pelatihan intensif mengenai:
• pengetahuan mengenai bahan baku oncom
(komditas kacang tanah) dan pengembangan
produk oncom kacang tanah.
• pengetahuan mengenai atribut produk yang
terkait dengan kemasan dan label produk untuk
snack yang baik dan menarik bagi konsumen,
• pengetahuan mengenai perencanaan bauran
pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi, dan
promosi yang baik dan tepat bagi jenis usaha
makanan berskala usaha home industry dan
usaha kecil,
• pengetahuan mengenai sanitasi dan higienitas
dalam bisnis makanan.
2. penerapan dan aplikasi semua hal yang telah
dipelajari dalam bentuk pelatihan pada masingmasing mitra sesuai jenis usahanya yang disertai
dengan pendampingan dan supervisi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan didesa Pasireungit yang terletak di wilayah
Kabupaten Sumedang, tepatnya di Kecamatan Paseh.
Secara geogarfis, desa Pasireungit berbatasan di sebelah
Utara dengan desa Paseh Kidul, sebelah Selatan dengan
desa Cijambe, sebelah Timur dengan desa Padanaan,
dan di sebelah Barat dengan desa Paseh Kidul.
Pada umumnya mata pencaharian penduduk desa
sebagai petani, peternak maupun perajin. Desa Pasireungit terkenal sebagai penghasil berbagai produk kerajinan dan berbagai macam hasil usatani. Namun bagi
masyarakat luar Pasireungit lebih dikenal karena produk
oncom buatannya.
Pada umumnya oncom Pasireungit masih di produksi dalam skala rumah tangga. Oncom Pasireungit
ini merupakan oncom kacang tanah yang dikenal
karena rasanya yang enak dan gurih. Namun sayang,
pengembangan usaha oncom Pasireungit ini masih sangat
kurang baik dari segi atribut produk yang ditawarkan
maupun inovasi dari berbagai macam olahan oncom. Oleh
sebab itu maka, tim pelaksana mencoba untuk membantu
perajin oncom (mitra) untuk dapat lebih mengembangkan
usahanya melalui Program Ipteks bagi Masyrakat (IbM).
Pelaksanaan kegiatan Ipteks bagi Masyarakat
(IbM) ini secara teknis dilaksanakan melalui tiga
tahapan kegiatan yaitu persiapan awal, pelaksanaan
kegiatan dan pelaporan dan evaluasi kegiatan.
Pelaksanaan awal kegiatan IbM ini dimulai dengan
kegiatan program sosialisasi kepada aparat desa dan
juga mitra. Dalam Pelaksanaan awal ini bersama-sama
dengan aparat desa beserta mitra dilakukan identifikasi
lanjut mengenai permasalahan yang terjadi. Dari
analisa masalah, maka tim berusaha untuk menyusun
alur kegiatan pelaksanaan yang disesuaikan dengan
kebutuhan mitra.
51
Saidah, Z., Djuwendah, E. dan Utami, H.U.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, tim membagi lagi
atas beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain:
(a) Ika Jaya (Bpk. Hendi
Suhendi)
(b) Al-Bany (Ibu Siti Nurfaidah)
Gambar 1 . Kunjungan Tim IbM ke Rumah Mitra
a. melakukan penyuluhan tentang Kebersihan
produksi dan higienistas produk.
Dari hasil kunjungan pertama ke tempat produksi
mitra, tim pelaksana IbM menemukan bahwa tempat dan
juga pelaksanaan kegiatan produksi oncom Ika Jaya masih
dalam kedaan tidak bersih dan kurang higienis. Oleh
karena itu maka kegiatan selanjutnya diarahkan untuk
membantu dan meng-edukasi mitra akan pentingnya kehigienis-an produk oncom yang dihasilkannya.
Kebersihan lingkungan produk pangan serta kebersihan
peralatan dan juga bahan baku yang digunakan untuk
menghasilkan oncom sangat penting dilakukan. Mengingat
bahwa produk pangan rentan terhadap pencemaran baik
pencemaran fisik, kimia maupun mikrobiologis. Selain
itu, dilihat dari pentingnya sanitasi produk oncom menjadi
syarat mutlak bagi berdirinya industri pangan.
Sanitasi juga menjadi tolak ukur kelayakan suatu
produk pangan.
Berikut disajikan gambaran kegiatan kebersihan
tempat produksi mitra sebelum dan sesudah adanya
edukasi dari tim pelaksana IbM.
(a) Sebelum di Edukasi
(b) Setelah di Edukasi
Gambar 2. Kondisi Kebersihan Tempat Produksi Oncom
Mitra Ika Jaya Sebelum dan Setelah diberikan
Edukasi
Kebersihan terhadap lingkungan produksi secara
tidak langsung akan empengaruhi kebersihan proses
produksi dan juga kualitas produk yang dihasilkan.
Kebersihan lingkungan dan proses produksi ini juga
dipantau oleh tim pelaksana. Penerapan kebersihan
lingkungan produksi ini diharapkan mampu dilakukan
secara continue dan menyeluruh oleh mitra agar
kualitas produk akhir tetap terjaga. Berikut gambaran
pendampingan yang dilakukan oleh tim pelaksana.
Penerapan kebersihan lingkungan produksi ini
diharapkan mampu dilakukan secara continue dan
menyeluruh oleh mitra agar kualitas produk akhir tetap
terjaga. Berikut gambaran pendampingan yang dilakukan
oleh tim pelaksana.
b. memberikan bantuan modal dan peralatan
produksi
Untuk itu tim IbM berusaha memotivasi dan mengedukasi mitra tentang pentingnya kebersihan tempat
produksi. Tim IbM juga memberikan bantuan berupa
peralatan yang dapat digunakan oleh mitra untuk membantu
dalam kerapian dan kebersihan tempat produksi.
(a) Ika Jaya
(b) Al-Bany
Gambar 3. Bantuan Modal dan Peralatan Produksi
untuk Mitra
Peralatan yang diberikan dapat digunakan mitra
agara peralatan pengolahan, wadah atau peralatan
lain yang kontak langsung dengan makanan yang bisa
menjadi sumber pencemaran dapat di minimalisir. Selain
itu peralatan yang diberikan juga bisa di pergunakan
sebagai tempat penyimpanan bahan pangan (bungkil)
sebelum di produksi lebih lanjut.
c. Meningkatkan Pengetahuan tentang Atribut
Produk Oncom
Persaingan dalam pemasaran produk pangan lokal
saat ini sudah memasuki babak baru. Dimana konsumen
semakin selektif dalam memilih produk pangan yang
akan dikonsumsinya dengan memperhatikan unsurunsur produk baik isi produk, kualitas produk, harga
maupun atribut produk.
Menyadari akan pentingnya pelayanan bagi konsumen, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi produsen
agar mampu menghasilkan produk yang memang
dicari dan diinginkan oleh konsumen. Menyadari akan
pentingnya meraih peluang pasar melalui pendekatan
keinginan konsumen, maka perlu segara dilakukannya
inovasi produk untuk meningkatkan daya saing. Salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh produsen adalah
dengan melakukan inovasi terhadap atribut produk yang
telah dimiliki.
52
Peningkatan Costumer Value melalui Inovasi Komoditas Kacang Tanah
Dalam penyampaian informasi dan/atau transfer
teknologi kepada mitra (sebagai UKM) perlu dilakukan
untuk memberikan pengetahuan dasar kepada mitra akan
pentingnya inovasi produk. Cara ini dapat dilakukan
melalu sosialisasi dan sharing pengetahuan yang dimulai
dengan mengidentifikasi atribut produk yang saat ini telah
dilakukan mitra dalam menjalankan usahanya. Berikut
ditampilkan data tentang pengetahuan mitra tentang
atribut produk.
Tabel 1. Pengetahuan Mitra tentang Atribut Produk
Persentase
Pengetahuan
No
Indikator
1.
Pengetahuan produsen
tentang pengertian
atribut produk
13%
Mitra tdk tau
arti atribut
2.
Pengetahuan tentang
komponen atribut
produk
11%
Pengetahuan
masih lemah
3.
Pengetahuan tentang
merek produk
14%
Pengetahuan
merrek cukup
baik
4.
Pengetahun tentang
label produk
19 %
Pengetahuan
label cukup
baik
5.
Pengetahuan tentang
keterkaitan kemasan
produk dengan
peluang pasar
24%
Mitra
mengetahui
arti
pentingnya
kemasan
6.
Pengetahuan tentang
pilihan konsumen
berdasarkan atribut
produk yang dimiliki
10%
Pengetahuan
masih lemah
7.
Pengetahuan
tentang pentingnya
atribut produk bagi
konsumen
9%
Mitra tdk
mengetahui
pentingnya
atribut
kemasan
Keterangan
d. melakukan pelatihan akuntansi sederhana
Membuat laporan keuangan dalam bentuk akuntansi
sederhana bagi para pelaku usaha kecil dan menengah
(UKM) sebenarnya sangatlah penting. UKM yang
belum memahami pentingnya dan untungnya memiliki
pembukuan, tentunya akan sulit untuk menerapkannya.
Untuk membuat pembukuan sederhana saja, yang
utama diperlukan adalah catatan semua pengeluaran dan
semua pemasukan.
Padahal dengan adanya pembukuan, mitra dapat
mengetahui keefektifan dan keefisienan usaha yang
dijalankan. Selain itu, dengan pembukuan yang baik
akan mendorong kepercayaan pihak pemberi pinjaman
dana perbankkan untuk mendapatkan kredit.
Meskipun para pengusaha kecil merasa tidak
terlalu penting untuk mempelajari akuntansi, namun
pastinya akan jauh lebih baik jika mitra menerapkan
akuntansi dalam pengelolaannya. Dalam hal ini mitra
berkeinginan untuk membuat akuntansi usahanya agar
nanti kedepannya bias dimanfaatkan untuk memperoleh
kredit.
e. melakukan inovasi produk
Atribut produk merupakan sesuatu yang melekat
pada suatu produk dan memberikan gambaran yang jelas
tentang produk itu sendiri. Atribut produk memegang
peran yang sangat penting karena atribut produk
merupakan salah satu faktor yang dijadikan dasar
pengambilan keputusan oleh konsumen ketika akan
membeli sebuah produk. Atribut-atribut yang menyertai
suatu produk dapat digunakan sebagai suatu ciri atau
penanda yang dapat membedakan produk sejenis antara
produsen satu dengan lainnya.
Transfer teknologi berupa inovasi pada produk
oncom Pasireungit ini dapat dilakukan melalui 3 unsur
penting yaitu kualitas produk (product quality), dan
desain produk (product desain) dan harga produk
(product value).
1. kualitas produk (product quality)
Salah satu cara untuk menambah nilai pelanggan
(customer value) adalah dengan memberikan produk
yang berkualitas. Kualitas produk merupakan salah
satu alat penting dalam meraih peluang pasar karena
produk yang berkualitas tentunya akan sangat terkait
dengan harga yang akan ditawarkan.
Berdasarkan kualitas dari oncom Pasireungit yang
dihasilkan oleh mitra kondisinya sudah cukup baik
dan bahkan sudah di kenal konsumen karena kelezatan
rasanya yang di dominasi oleh banyaknya kacang tanah
yang terkandung di dalam oncom. Berikut ini merupakan
gambar tentang produk oncom yang di hasilkan mitra.
Gambar 4. Produk Oncom Pasireungit
2. desain produk (product desain)
Desain kemasan menjadi salah satu faktor
penentu keberhasilan sebuah produk di pasaran. Bila
kemasan produk yang digunakan cukup menarik, ada
kemungkinan konsumen akan melirik produk tersebut
dan memutuskan untuk membelinya.
Desain kemasan menjadi penting dalam meningkatkan
customer value karena melalui desain kemasan yang khas
dan menarik (eye chaching) tentunya akan membuat ke
cendrungan konsumen untuk memilih produk tersebut.
Dengan tampilan kemasan produk yang menarik disertai
dengan keterangan label yang lengkap tentunya akan
meningkatkan daya saing produk di pasar.
53
Saidah, Z., Djuwendah, E. dan Utami, H.U.
(a) Desain Kemasan Lama
(b) Desain Kemasan Baru
Gambar 5. Desain Kemasan Produk Olahan Oncom Pasir
eungit Mitra I (Al-Bany) sebelum dan Sesudah
diberikan Pelatihan dan Pendampingan
Sebelum dilakukannya program pengabdian masyarakat ini mitra I (Al-Bany) hanya mengandalkan desain
sederhana untuk pemberian label pada kemasan oncom
yang dipasarakan. Pada kondisi ini label yang dibuat
oleh mitra hanya di fotocopy di atas kertas warna,
kemudian di potong-potong serta di selipkan di dalam
kemasan plastik yang akan di jual.
Label yang dibaut oleh mitra juga tidak menujukan
informasi tentang jenis produk yang ditawarkan apakah
produk keripik oncom atau abon oncom. Nama produk pada
label kemasan ini bertuliskan “keripik dan abon oncom Asli
Pasireungit Paseh Sumedang”, sedangkan logonya tidak
ada. Disudut kiri label mitra menuliskan “makanan ringan”
serta di sebelah kanan atas rasa “pedas dan gurih”.
Kata-kata yang digunakan mitra pada label
kemasannya belum menggambarkan tentang produk
oncomnya itu sendiri. Dan dari label yang dibuat
oleh mitra masih belum sepenuhnya memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh konsumen.Melihat
kondisi kemasan ini maka, mitra mengharapkan
adanya perubahan kemasan yang lebih menarik karena
persaingan dengan sesama oncom semakin sengit.
Untuk itu maka tim pelaksana pengabdian kepada
masyarakat berusaha untuk membuat desain kemasan
yang dianggap sesuai serta yang terpenting tetap harga
dari pembuatan label dan kemasan masih dapat di
jangkau oleh mitra ketika program ini berakhir.
Desain label yang di rancang untuk produk oncom
Al-Bany adalah desain label yang tidak meninggalkan
ciri khas dan unsur-unsur produk yang akan di pasarkan.
Label ini bukan saja sebagai pelengkap kemasan namun
juga berfungsi sebagai sumber informasi bagi sebuah
produk.
Berikut ini merupakan desain kemasan yang dibuat
oleh tim IbM beserta saran untuk penggunaan kemasan
yang lebih menarik guna meraih peluang pasar.
Label kemasan pada gambar tersebut diberikan
warna yang cerah yang disertai dengan logo produk
yang bertuliskan “Snack Oncom Endes Begendes” yang
berarti snack oncom enak sekali. Logo ini berfungsi untuk
mengkomunikasikan produk oncom kepada konsumen.
a. Desain Kemasan Lama
(b) Desain Kemasan Baru
Gambar 6. Kemasan Produk Olahan Oncom Pasireungit Mitra I
(Al-Bany); Sebelum & Sesudah diberikan Pelatihan
dan Pendampingan
Label dan desain kemasan akan mempengaruhi pembeli
untuk menetapkan pilihan pada produk yang akan
dibelinya. Jika disandingkan dua buah produk baru sejenis
dengan dua kemasan yang berbeda tentunya konsumen
akan lebih memilih produk dengan desain kemasan yang
baik dan lengkap.
3. nilai produk (product value)
Nilai produk dapat berupa pembanding antara
produk yang satu dengan produk lain yang sejenis
yang ditawarkan kepada konsumen. Dimana nilai
produk yang terkandung dalam suatu produk akan
sangat berpengaruh terhadap nilai jual di pasaran.
Jika konsumen ingin membeli sebuah produk
tentunya konsumen tersebut membutuhkan sesuatu
yang dapat menyakinkannya bahwa barang atau produk
tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Nilai
pelanggan bukan hanya perhitungan angka akan tetapi
juga berupa tatapan pertama konsumen terhadap suatu
produk. Nilai produk menjadi ciri khas yang mampu
membedakan produk kita dengan produk kompetitor.
Salah satu bagian yang dapat meningatkan nilai
produk yang bisa diparktekkan langsung oleh mitra adalah
dengan memberikan tampilan produk yang berbeda,
baik dari segi rasa, bentuk, ukurandan sebagainya yang
juga di dukung dengan pelayanan yang baik dengan
pelanggannya. Dengan meningkatnya nilai produk maka
akan terkait dengan harga produk yang ditawarkan yang
tentunya juga tidak terlepas dari kualitas produk itu
sendiri.
f. perluasan pasar
Perluasan atau pengembangan pasar mulai dilakukan
ketika perusahaan mulai mencari saluran baru atau
wilayah baru untuk bagi pasar produknya. Salah satu
syarat untuk memasuki pasar adalah produsen harus
sudah memiliki izin pangan.
Izin P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga)
merupakan izin resmi sebagai bentuk jaminan bahwa
54
Peningkatan Costumer Value melalui Inovasi Komoditas Kacang Tanah
usaha makanan rumahan yang dihasilkan memenuhi
standar keamanan makanan. Karena usaha oncom
Pasireungit dilakukan dalam skala Rumah tangga maka
perlu dilakukan pendaftaran P-IRT ke Departemen
kesehatan Sumedang.
Nomor P-IRT ini bagi mitra dapat berguna
dipergunakan untuk memasuki pasar baru. Dalam
kegiatan pengabdian masyarakat ini mitra Ika Jaya
belum memiliki izin ini sedangkan mitra Al-Bany telah
memiliki no P-IRT.
Bagi mitra Ika Jaya langkah yang harus di capai
selain kebersihan dan santasi produk adalah dengan cara
mendapatkan no Sertiikat P-IRT dari Dinas Kesehatan
Kab. Sumedang. Mitra Al-Bany karena telah memiliki
no P-IRT maka langkah selanjutnya yang dilakukan
untuk mendapatkan sertifikat halal.
Sertifikat halal merupakan suatu fatwa yang tertulis
dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan
tentang kehalalan suatu produk yang sesuai dengan
syari’at Islam. Suatu produk makanan atau minuman
di nyatakan halal bila sudah mendapatkan izin untuk
pencantuman “Label Halal” pada kemasan poduk dari
instansi yang berwenang.
Pengadaan Sertifikasi Halal pada produk pangan,
obat-obat, kosmetika dan produk lainnya sebenarnya
bertujuan untuk memberikan kepastian status kehalalan
suatu produk, sehingga dapat menentramkan batin
konsumen muslim. Selain itu juga sertifikat halal ini
merupakan sertifikat yang berguna bagi produsen
untuk dapat berkompetisi dalam pasar yang mayoritas
konsumennya adalah umat muslim.
terhadap kegiatan makadiharapkan akan menjadi
masukan bagi perbaikan program berikutnya.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan ditemukan
faktor pendorong dan faktor penghambat. Adapun faktor
pendorongnya antara lain:
1. penerimaan dari aparat desa Pasireungit yang bersedia membantu untuk mensosialisasikan kegiatan
ini kepada mitra,
2. mitra sangat antusias menerima adanya program
kegiatan ini,
3. dana yang diberikan dalam kegiatan penelitian ini
cukup membantu kedua mitra dan juga tim pelaksana
dalam melakukan kegiatan transfer teknologi.
Kedua mitra merupakan perajin oncom mentah
dan juga pengolah oncom yang saling membutuhkan.
Selain itu juga kedua mitra menjadi pendorong adanya
penyerapan tenaga kerja yang ada di desa Pasireungit.
Sedangkan faktor penghambatnya antara lain:
1. jalan raya Bandung-Sumedang yang cukup buruk
sangat menghambat perjalanan tim pelaksana
kegiatan karena memakan waktu yang cukup lama
untuk dapat sampai di daerah pengabdian,
2. salah seorang mitra harus terus didorong dan
dimotivasi untuk melakukan perubahan terhadap
perbaikan dan kebersihan tempat produksi,
sanitasi produk hingga inovasi produk.
Waktu pelaksanaan kegiatan yang berbarengan
dengan masa perkuliahan, membuat tim pelaksana
harus mampu meluangkan dan membagi waktu
dengan baik agar program kegiatan ini dapat
terlaksana dengan baik.
SIMPULAN
(a) Sertifikat PIRT Ika Jaya
(b) Undangan Pelatihan Halal
Gambar 7. Sertifikat P-IRT yang di dapatkan oleh Mitra Ika
Jaya serta; Proses Kegiatan Pelatihan Halal yang
dilakukan oleh Mitra Al-Bany
3. pelaporan dan evaluasi kegiatan
Setelah semua kegiatan selesai dilakukan maka
tahap selanjutnya adalah evaluasi hasil kegiatan serta
penyusunan laporan akhir kegiatan. Evaluasi merupakan
proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan,
kebijakan, atau program. Dengan melakukan evaluasi
program pendampingan ini telah dilaksanakan dengan
baik dan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana
kegiatan yang telah disusun. Kegiatan ini mendapat
sambutan baik dari aparat desa dan mitra yang terbukti
turut mendukung kegiatan ini dengan aktif serta
mengikuti petunjuk dari tim pendamping. Berdasarkan
hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. terjadinya peningkatan pengetahuan dan pemahaman
mitra tentang pentingnya sanitasi lingkungan produksi yang terkait dengan kualitas produk pangan
yang dihasilkan,
2. mitra juga memahami arti pentingnya penggunaan atau
inovasi pada atribut produk untuk meningkatkan daya
saiang produk sejenis serta memperluas pemasaran,
Saidah, Z., Djuwendah, E. dan Utami, H.U.
3. mitra mendapatkan pelatihan langsung dari Dinas
Perindustrian dan Dinas kesehatan Sumedang untuk
mengikuti pelatihan guna mendapatkan izin P-IRT
dan Halal.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dit.
Litabmas - Ditjen Dikti yang telah mendukung dana
kegiatan melalui Hibah mono tahun Program Ipteks
bagi Masyarakat (IbM) tahun anggaran 2014 dan
tidak lupa juga disampaikan terima kasih kepada
mitra atas kerjasamanya yang di dukung dengan
adanya pengawasan dari aparat desa Pasireungit.
REFERENSI
Anderson, E.W; Fornell, C and Lehmann, D.R, 1994.
Customer Satisfaction, Market Share, and
Profitability: Findings From Sweden. Journal
of Marketing, Vol.5, p.53-66
Grifin and Hauser. 1993. The Voice of the Customer.
Marketing Science. 12. 1-2.
Jay, James M. 2000. Modern Food Microbiology, 6th
ed., Aspen Publisher Inc., Maryland, pp 595600.
Jacques-Francois Thisse. 1992. Discrete Choice
Theory of Product. MIT Press
Kotler, Philip. 2008. Principles of Marketing.12
Edition. Prentice-Hall, Englewood Cliff, NJ.
55
Rudjito, 2003. Strategi Pengembangan UMKM Berbasis
Sinergi Bisnis. Makalah disampaikan pada
seminar Peran Perbankan dalam Memperkokoh
Ketahanan Nasional. Kerjasama Lemhanas RI
dengan BRI.
Sastraatmadja DD, Tomita F, Kasai T. 2002. Production
of high-quality oncom, a traditional Indonesian
fermented food, by the inoculation with selected
mold strains in the form of pure culture and solid
inoculum. J. Grad. Sch. Agr. Hokkaido Univ
70:111-127.
Sarwono, B., “Membuat Tempe dan Oncom”, Penebar
Swadaya, Jakarta, 2005.
Simon P. Anderson Andre De Palma William J.
Stanton, Michael J. Etzel. Bruce J. Walker.
1994. Fundamentals of marketing. McGrawHill.
Siswono. 2002. Oncom Menutup Kekurangan Energi
dan Protein. Gizi net.com [20 Mei 2013].
Tjiptono, Fandy dan Chandra. 2005. Service Quality
Satisfaction. Yogyakarta : Andi off set.
Unpad. 2012. Rencana Induk Penelitian Universitas
Padjadjaran 2012-2016. Lembaga Penelitian
& Pengabdian Kepada Masyarakat
Winarno. 1984. Bahan Pangan Terfermentasi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan.
Institut Pertanian Bogor.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Download