EC XLIV (X8).cdr

advertisement
HAPPY graduation
Wisuda Pascasarjana Periode Januari
Triana, S.E.,MBA.,CFP (Magister Manajemen)
Titien, M.Psi.,Psikolog (Psikologi)
Vincent Eddy K H, M.Psi.,Psikolog (Magister Psikologi Profesi)
Wisuda D3/S1 Periode Februari
Alfredo Joseph, S.T. (S1 Teknik Sipil 2012)
Dominic Henrimam Suwito, S.Fil (S1 Filsafat 2012)
Gladys Gautama, S.E. (S1 Akuntansi 2013)
Silvina, S.E. (S1 Akuntansi 2013)
Ng Ya Xin, S.KG (S1 Pend Dokter Gigi 2013)
Ng Pui Yen, S.KG (S1 Pend Dokter Gigi 2012)
Virya Adi Tama, S.T. (S1 Teknik Sipil 2013)
Wisuda Pascasarjana Periode April
Lea Sutrisna, Sp.A (MS-PPDS Ilmu Kesehatan Anak)
Pelantikan Profesi Apoteker
Juliany, S.Farm., Apt.
Henry Harto, S.Farm., Apt.
Wisuda D3/S1 Periode Mei
Bhagya Rexy R, S.Si (S1 Kimia 2012)
Michael Tan, S.Farm (S1 Farmasi 2013)
Edward Laurent O, S.Farm (S1 Farmasi 2013)
Kimelvina, S.Farm (S1 Farmasi 2013)
Suyudi Khomarudin, S.H. (S1 Ilmu Hukum 2013)
Christine, S.Ked (S1 Pend Dokter 2013)
Intan Hartandy, S.Ked (S1 Pend Dokter 2013)
Lily Chandra, S.Ked (S1 Pend Dokter 2013)
Natalia Christina A, S.Ked (S1 Pend Dokter 2013)
Susanti Mareta A, S.Ked (S1 Pend Dokter 2013)
Toni Febriyanto, S.Ked (S1 Pend Dokter 2013)
Yoko Chairio, S.Ked (S1 Pend Dokter 2013)
Tang Sze Mun, S.KG (S1 Pend Dokter Gigi 2013)
Sandra Irna, S.KG (S1 Pend Dokter Gigi 2013)
Ivan Reinaldo T, S.Psi (S1 Psikologi 2013)
Salam Redaksi
Namo Buddhaya,
Belakangan ini, khususnya di Indonesia banyak terjadi
permasalahan-permasalahan yang terjadi dikarenakan masalah
toleransi. Baik toleransi mengenai agama, etnis, jenis kelamin, dan
sebagainya. Pada Eka-citta edisi XLIV ini kami membawakan topik
Toleransi sebagai bentuk kepedulian kami terhadap isu-isu yang
banyak terjadi sekarang ini. Toleransi yang dimaksud disini adalah
sikap menghargai pendapat maupun pengertian orang lain meskipun
berbeda dari pendapat ataupun pengertian sendiri secara bijaksana.
Kita tentu tahu bangsa Indonesia ini terkenal akan banyaknya
perbedaan suku, budaya, dan juga agama. Tetapi perbedaan yang
seharusnya menjadi keindahan dari bangsa ini terkadang
disalahgunakan menjadi sumber pertikaian. Disini, kami tim Eka-citta
ingin mengingatkan bahwa agama seharusnya dijadikan sebagai
penuntun kehidupan kita agar lebih baik. Bukannya memunculkan
lobha, dosa, dan moha pada diri sendiri dan juga makhluk lain.
Seringkali kita menganggap bahwa ajaran Buddha adalah yang paling
benar dan paling hebat yang malah justru membuat pemikiran kita
menjadi sempit dan tidak bijak dalam menggunakan ajaran Buddha.
Dalam Eka-citta kali ini, kami menghadirkan berbagai
pemahaman akan toleransi yang semoga dengan hasil karya kami ini
teman-teman pembaca mendapatkan manfaat yang baik dan semakin
bijaksana dalam menyikapi perbedaan. Kami mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam pembuatan Eka-citta edisi XLIV ini. Akhir kata semoga semua
makhluk hidup berbahagia. Saddhu.. Saddhu.. Saddhu..
Salam hangat,
Redaksi
TOLERANSI
1
Daftar Isi
Salam Redaksi
Daftar Isi
Cover Issue
Untaian Dhamma
Hiburan :
teka-teki silang
Galeri
pelatihan design
Info :
Guan Yu: Bodhisattva Sangharama
Dhammapada Atthakatha
Profil dewan pengurus kamadhis ugm
wawacara
resensi
komik dhamma
pojok kampus
kontak dhamma
PonoKamad
Pelindung
Pembina
1
2
3
12
16
20
21
23
28
30
32
35
37
38
39
40
: Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng
: Dr. Dr. Ir. Effendie Tanumihardja, S.U., MM
Dr. Endang Soelistiyowati, S.Pd., M.Pd
Penanggung Jawab
: Sukhemadewi
Pimpinan Umum
: Joanna Gautami Djuasa
Redaksi
: Hery Ciaputra; Laura Haryo; Novie Chiuman; Ricky
Setiawan
Penyunting dan Tata letak : Michael Tanoto; Cindy Pricillia; Faustine Kachina;
Sherly Shenjaya; Vicken
Iklan dan Pemasaran
: Tiandi Widayat; Juson; Marcel Wirabrata
Kami dari tim Eka-citta memohon maaf atas segala kesalahan dalam
penulisan maupun informasi pada Eka-citta. Kami menerima kritik dan
saran yang dapat disampaikan via email: [email protected]
2
TOLERANSI
Cover Issue
Mari Berbenah! Menghadapi Situasi Darurat Toleransi
oleh:Ricky Setiawan
Toleransi (bahasa Inggris:
tolerance) awalnya berasal dari
sebuah kata dalam bahasa Latin
yaitu tolero yang berarti
menahan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, toleransi
didefinisikan sebagai sifat atau
sikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan).
Dalam Eka-citta edisi ini,
'toleransi' yang akan dibahas
lebih merujuk ke toleransi antar
umat beragama, dimana kita
sebagai umat agama Buddha
menghargai umat agama lain.
Toleransi adalah suatu
p e r b u a t a n y a n g m e l a ra n g
terjadinya diskriminasi sekalipun
banyak terdapat kelompok atau
golongan yang berbeda dalam
masyarakat. Toleransi ini bisa
terlihat jelas pada agama,
toleransi agama sering kita
jumpai di masyarakat. Adanya
toleransi agama menimbulkan
s i ka p s a l i n g m e n g h o r m a t i
masing-masing pemeluk agama.
Pen ger t ia n to lera n s i
antarumat beragama yaitu
meyakini bahwa agamaku adalah
agamaku dan agamamu adalah
agamamu. Dengan kata lain
toleransi beragama adalah saling
menghargai agama orang lain
dan tidak boleh memaksakan
orang lain untuk menganut
agama kita. Serta kita tidak
diperbolehkan untuk mengejek
ataupun mencela agama orang
lain dengan alasan apapun
karena sejatinya kita adalah
sama yaitu manusia.
Sebagai manusia, kita
telah memiliki rasa persaudaraan
di dalam diri kita masing-masing
sejak lahir. Akan tetapi, rasa
persaudaraan tersebut terkikis
seiring waktu, mungkin karena
TOLERANSI
3
perbedaan etnis/ras, perbedaan
agama, perbedaan tempat
tinggal, dan lain-lain. Hal ini
membuat kita mengembangkan
rasa curiga ataupun rasa tidak
suka terhadap orang yang kita
anggap berbeda dengan kita.
L a l u , b a ga i m a n a ca ra k i ta
mengembangkan kembali rasa
persaudaraan yang pada awalnya
telah kita miliki sejak lahir? Kami
akan mengutip sedikit paper
berjudul “Menghindarkan Diri
dari Konflik, Mengembangkan
Rasa Persaudaraan dengan
Praktik Mettā Bhāvanā” yang
ditulis oleh Bhikkhu
Sakhadhammo. Menurut
Bhikkhu Sakhadhammo, untuk
mengembangkan kembali
rasa persaudaraan
tersebut, kita harus
mengembangkan
p i k i ra n
cinta
kasih
atau
4
TOLERANSI
mettā. Setiap orang pastinya
memiliki rasa cinta kasih, baik
terhadap keluarga, teman,
maupun kerabat. Rasa cinta kasih
yang telah kita miliki ini
hendaknya kita kembangkan
menjadi rasa cinta kasih
terhadap seluruh umat manusia
tanpa membeda-bedakan etnis
atau ras, agama, dan lain-lain.
“Barangsiapa menghormati
agamanya sendiri dan
mencela agama lain, sematamata terdorong oleh rasa
bakti kepada agamanya
sendiri dengan pikiran
‘Bagaimana aku dapat
memuliakan agamaku sendiri',
justru ia akan merugikan
agamanya sendiri. Karena itu
kerukunan dianjurkan dengan
pengertian biarlah semua
orang mendengar dan
menghormati ajaran yang
dianut orang lain.”
~ Piagam Asoka ~
Di dalam Majjhima
Nikaya 22, Sang Buddha
bersabda,
“Di sini, para bhikkhu, beberapa
orang sesat mempelajari
D h a m m a — k h o t b a h , s y a i r,
penjelasan, bait-bait, ungkapan
kegembiraan, sabda-sabda,
kisah-kisah kelahiran, keajaibankeajaiban, dan jawaban-jawaban
a t a s p e r t a n y a a n pertanyaan—tetapi setelah
mempelajari Dhamma, mereka
tidak memeriksa makna dari
ajaran-ajaran itu dengan
kebijaksanaan. Tanpa memeriksa
makna-makna dari ajaran-ajaran
i t u d e n ga n ke b i j a ks a n a a n ,
mereka tid ak memp eroleh
penerimaan mendalam akan
ajaran-ajaran itu. Sebaliknya
mereka mempelajari Dhamma
hanya demi untuk mengkritik
orang lain dan untuk
memenangkan perdebatan, dan
mereka tidak mengalami
kebaikan yang karenanya mereka
mempelajari Dhamma. Ajaranajaran itu, karena secara keliru
dipahami oleh mereka, akan
mengakibatkan bencana dan
penderitaan untuk waktu yang
lama. Mengapa? Karena
menggenggam secara keliru
pada ajaran-ajaran itu.”
Akhir-akhir ini banyak
diadakan dialog lintas agama
maupun debat antar agama dan
tidak dapat dipungkiri, umat
Buddha pun juga mengikutinya.
Yang harus kita sadari adalah
terkadang kita terjebak dalam
pemikiran yang sempit dan kita
terlalu merasa hebat dalam
debat teoretis namun kurang
bijak dalam penerapannya dalam
kehidupan kita sendiri. Agama
yang seharusnya menjadi
t u nt u n a n k i ta d a l a m
menjalani kehidupan
yang berguna
bagi diri
sendiri dan
orang lain
j u g a
dapat
TOLERANSI
5
disalahgunakan sebagai
p e m e c a h ke r u k u n a n k i t a .
Tidakkah lebih baik kita tetap
menjaga toleransi kita antar
umat beragama yaitu agamaku
adalah agamaku dan agamamu
adalah agamamu dan tidak
merendahkan kepercayaan
orang lain baik di hadapannya
maupun di belakang meskipun
dengan orang-orang dari agama
sendiri.
Di dunia ini kita mengenal
berbagai agama dari agama yang
masih primitif
(animisme dan
dinamisme) sampai
dengan agamaagama besar dunia.
Di antara agamaa g a m a
tersebut,
agama
Buddha
adalah
salah
satuny
a. Oleh
6
TOLERANSI
s e b a b i t u , a ga m a B u d d h a
menyadari keberadaan
keyakinan dan agama lain serta
berusaha hidup rukun, damai,
dan harmonis dengan keyakinan
lain tersebut melalui
toleransinya yang besar
terhadap ajaran lain tersebut.
Hal ini sudah terjadi sejak zaman
Buddha Gautama hidup dulu di
India sampai saat ini di mana
agama Buddha menyebar ke
berbagai penjuru dunia.
Buddha mengajar bukan
untuk mendapatkan pengikut
ataupun mengubah keyakinan
atau cara hidup seseorang,
melainkan untuk menunjukkan
jalan melenyapkan
permasalahan kehidupan (dalam
istilah Buddhis disebut
penderitaan atau dukkha) tanpa
seseorang harus terikat dengan
m e n ga n u t a ga m a B u d d h a .
Contohnya, ajaran Buddha
tentang meditasi ketenangan
batin dapat dijalankan oleh siapa
saja, dari agama manapun dan
bangsa manapun, tanpa perlu
menjadi umat Buddha (telah
terdapat banyak bukti bahwa
meditasi bisa meningkatkan
ku a l i ta s h i d u p s e s e o ra n g ,
terutama dalam hal kesehatan)
B u d d h a
j u g a
mengajarkan agar para pengikutNya tidak terbawa emosi positif
atau negatif saat seseorang
memuji ataupun merendahkan
ajaran Beliau, melainkan
menjelaskan mana yang benar
dan mana yang tidak benar atas
pandangan terhadap ajaran
Buddha tersebut sehingga dapat
membebaskan agama Buddha
dari pandangan salah orangorang yang tidak tahu atas
ajarannya.
Mempraktikkan Toleransi antar
Aliran Buddhis
Setiap aliran Buddhis,
baik Theravada, Mahayana,
maupun Vajrayana semuanya
meyakini Tiratana (Buddha,
Dhamma, dan Sangha) dan
memiliki pokok ajaran yang
sama, yakni: empat kebenaran
mulia (Cattāri Ariyasaccāni),
hukum sebab-musabab yang
saling berhubungan
(Paticcasamuppāda), hukum
kamma dan tumimbal lahir
(Punabhava), dan tiga corak
u m u m ( T i l a k k h a n a ) . Ya n g
membedakan mereka adalah
tata cara, upacara, dan meditasi
permulaan. Bahkan ketiganya
menjalani meditasi tingkat lanjut
yang sama. Selain itu, renungilah
bahkan sesama umat Buddha
dengan aliran yang sama juga
memiliki keyakinan yang tidak
sama persis.
Setiap orang diberi
ke b e b a s a n u n t u k m e m i l i h
alirannya masing-masing.
Perbedaan aliran bukannya
menghambat persatuan,
melainkan memberi lebih
beraneka ragam pilihan cara
untuk mempelajari Buddhisme,
tanpa harus terpaksa menyerah
karena cara pendekatan yang
kurang sesuai. Bagaikan suatu
TOLERANSI
7
ruangan besar dengan banyak
p i n t u , s e t i a p o ra n g b o l e h
memilih pintu masuk dan
ke l u a r nya m a s i n g - m a s i n g .
Tetaplah bersahabat mereka
yang berbeda. Meskipun ada
yang membenci, hadapilah
dengan tanpa kebencian (dosa).
“Sungguh bahagia jika kita
hidup tanpa membenci
di antara orang-orang yang
membenci;
di antara orang-orang yang
membenci;
kita hidup tanpa membenci.”
(Dhammapada XV: 197)
Rasisme dan Penyebab
Keberadaannya
Pada beberapa dekade
akhir, seringkali kita mendengar
kabar di berbagai media
mengenai kasus rasisme.
Mungkin tidak hanya
mendengar, bahkan kita melihat
secara langsung kasus rasisme
tersebut. Tindakan rasisme
tersebut didasari oleh beberapa
8
TOLERANSI
faktor yang salah satunya adalah
perbedaan suku, agama, ras dan
antargolongan (SARA).
Kasus rasisme paling
populer sepanjang masa terjadi
pada tahun 1930-an di negara
sub-Sahara, yaitu Afrika. Pada
saat itu, masyarakat Afrika yang
b e r ku l i t h i ta m m e n ga l a m i
diskriminasi pada bidang sosial,
e ko n o m i m a u p u n p o l i t i k .
Tepatnya di Afrika Selatan,
dimana segala aspek kehidupan
diatur oleh pemisahan ras.
Sistem pemisahan ras ini
d in a m a ka n s eb a ga i s istem
Apartheid. Sistem ini
berlangsung hingga tahun 1990
sampai akhirnya Nelson Mandela
memimpin gerakan AntiApartheid, kemudian sistem itu
dicabut pada tahun 1994 dan
akhirnya rakyat Afrika Selatan
memiliki kebebasan dan hak
yang sama.
Berdasarkan Oxford
Dictionaries, racism sendiri
berarti prasangka, diskriminasi,
atau kebencian secara langsung
terhadap seseorang dengan ras
yang berbeda dan merasa bahwa
kepercayaannya sendiri yang
paling benar (superior).
Pertanyaan besar
melintas di benak banyak orang
selama ini. Apakah rasisme itu
secara natural ada dalam diri
manusia? Pertanyaan ini dijawab
oleh Robert Wright
pada artikelnya. Ia
menuliskan bahwa, tidak ada
alasan yang tepat untuk
mempercayai bahwa manusia
terlahir rasis secara natural. Di
lain sisi, ada beberapa peneliti
ya n g j u ga m e n e nta n g d a n
mengatakan bahwa rasisme
merupakan hal yang natural
serta menunjukkan beberapa
bukti, seperti contohnya
beberapa studi menemukan
bahwa ketika kulit putih bertemu
kulit hitam, terjadi penambahan
aktivitas pada bagian otak yang
bernama Amygdala, struktur
otak yang berkaitan dengan
emosi dan deteksi akan
ancaman.
Penelitian yang baru
mengenai amygdala juga
diterbitkan di Journal of
Cognitive Neuroscience, Eva
Tezler dari UCLA dan 3 peneliti
lain melaporkan bahwa mereka
telah melakukan penelitian pada
seorang anak dan orang dewasa.
Terdapat sesuatu yang menarik
dari penelitian ini, sensitivitas
rasial dari Amygdala tidak
berfungsi lagi hingga umur 14.
Muncul lagi pernyataan
dukungan untuk penelitian ini
yang dimana kalaupun amygdala
ini berefek, efek yang dirasakan
tiap orang tidak akan sama.
Semakin berbeda secara rasial
kelompok bermain anda, efek
dari amygdala akan semakin
TOLERANSI
9
melemah.
Menurut Robert Wright,
sebenarnya manusia tidak secara
natural rasis, tapi manusia secara
natural suka mengelompokkan
(groupist). Efek dari evolusi juga
membuat manusia mudah sekali
menganggap bahwa kelompok
l u a r m e r u p a ka n a n ca m a n .
Sebenarnya ras merupakan
suatu sususan sosial, bukan
merupakan kategori yang
selamanya berkaitan dengan
pola ketakutan, kebencian atau
p e m i k i ra n . J a d i i t u d a l a m
kekuasaan kita untuk
membangun sebuah masyarakat
di mana ras bukan sebuah
susunan yang berarti. (Wright,
2012)
Semua dari kita pastinya
percaya bahwa ras yang dimiliki
tiap orang di dunia itu memiliki
strata yang sama atau sejajar.
Kemudian yang menarik adalah:
“Mengapa orang di luar sana
masih saja membandingbandingkan atau menjelek-
10
TOLERANSI
j e l e k ka n ra s o ra n g l a i n ? ”.
Terdapat beberapa faktor yang
menjadi penyebab dari eksistensi
kasus-kasus rasisme yang terjadi.
Faktor-faktor itu merupakan
sebagai berikut:
1. Kita terbiasa mengadopsi
pendapat dan perilaku orang
lain
2 . Kita cen d eru n g b ergau l
dengan orang yang memiliki
kriteria yang sama dengan
kita
3. Kita cenderung terlalu cepat
menilai orang lain
4. Kita cenderung menyalahkan
orang lain atas apa yang
terjadi ke kita
Jadi sebenarnya, rasisme itu
tidak secara alamiah tumbuh
dalam diri manusia, melainkan
terdapat faktor-faktor tertentu,
seperti lingkungan tempat
bersosialisasi, pola pikir yang
dibentuk dan perilaku
antarkelompok. Hanya saja yang
cukup mengkhawatirkan saat ini
adalah manusia cenderung suka
mengelompokkan. Ditambah
lagi, akhir-akhir ini permasalahan
rasisme ini berada dimana-mana.
Hal ini lah yang kemudian harus
menjadi perhatian pusat
masyarakat luas. Karena
kemudian, hal-hal kecil inilah
yang membuat permasalahan
besar di kemudian hari. Kita
sebagai mahasiswa dengan
pendidikan yang tinggi,
seharusnya dapat ikut andil
d a l a m m e n g u ra n g i t i n g kat
rasisme yang ada di tempat
kita berada.
“No one is born hating
another person because the
color of his skin, or his
background, or his religion.
People must learn to hate, and
if they can learn to hate, they
can be taught to love, for love
comes more naturally to the
human heart than it's opposite”
Nelson Mandela (AntiApartheid Revolutionary)
Daftar Pustaka:
Anonymous. 2015. Pengertian Toleransi.
Diakses dari http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian
toleransi/, pada tanggal 1 Mei 2017
Anonymous. 2015. Toleransi dalam Agama Buddha.
Diakses dari http://www.kompasiana.com/mr_ded/toleransi-dalam
agama-buddha_54ff6eefa33311804c510162, pada tanggal 1 Mei 2017
Farid, Y. 2010. Apartheid di Afrika Selatan-Dunia-Hitam-Putih. DW.
Diakses dari http://www.dw.com/id/apartheid-di-afrika-selatan-duniahitam-putih/a-5239303, pada tanggal 14 April 2017.
Wright, R. 2012. New Evidence That Racism isn't 'Natural'. The Atlantic.
Diakses dari https://www.theatlantic.com/health/archive/2012/10/new
-evidence-that-racism-isnt-natural/263785/, pada tanggal 14 April 2017.
Bhikku Sakhadhammo, 2010, Menghindarkan Diri dari Konflik, Mengembangkan
Rasa Persaudaraan dengan Praktik Mettā Bhāvanā, STAB: Kertarajasa
Pannavaro, Sri. 2013. Dharma – Bagian 1.
Diakses dari http://segenggamdaun.com/2013/11/kumpulan-ceramah
bhante-pannavaro-bag-1/, pada tanggal 7 Maret 2017.
TOLERANSI
11
Untaian Dhamma
Menyampaikan Pendapat Berbeda
oleh:Laura Haryo
Adanya perbedaan
pendapat merupakan hal wajar
yang dialami antar-sesama yang
belum mencapai penerangan
sempurna (nibbana). Pendapat
bisa berbeda dari segi proses
pengerjaan, kebenaran, atau
bahkan kedua-duanya. Perlu
direnungkan kembali bahwa
kebenaran mutlak hanyalah satu,
yaitu kebenaran yang sesuai
dengan ajaran Buddha
(Buddhadhamma). Benar bahwa
kita harus meluruskan pendapat
kebenaran orang lain yang salah.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam berucap
telah diuraikan dalam Anguttara
Nikaya V: 198, yaitu: apakah
sudah tepat waktu, apakah
sudah benar, apakah sudah
disampaikan dengan sopan,
apakah bermanfaat, dan apakah
disampaikan dengan kehendak
12
TOLERANSI
baik. Dengan kata lain, ada halh a l l a i n s e l a i n ke b e n a ra n
pendapat yang perlu
diperhatikan sebelum
disampaikan.
Terkadang, ada orang yang
menyampaikan pendapat orang
lain yang ia yakin tidak benar,
berharap dengan demikian, ia
b i s a m e n g h i n d a r i ko n f l i k .
Mungkin ia berhasil menghindari
konflik dengan orang lain, namun
konflik dalam dirinya sendiri
akhirnya menyebabkan
hilangnya jati diri dan kurangnya
ke m a m p u a n u n t u k
mengungkapkan pendapat diri
s e n d i r i b i s a m e n i m b u l ka n
frustasi karena orang lain secara
tidak langsung telah mengontrol
dirinya. Padahal, hal ini juga
disebabkan oleh diri sendiri yang
belum sanggup mengontrol diri
sendiri dengan baik, membiarkan
orang lain berusaha
m e n go nt ro l nya .
“Oleh diri sendiri kejahatan
dilakukan, oleh diri sendiri
seseorang menjadi suci. Suci
atau tidak suci tergantung pada
diri sendiri. Tak seseorang pun
yang dapat mensucikan
orang lain.”
(Dhammapada XII: 165)
Seperti halnya kesucian,
tidak ada seorang pun yang bisa
menyampaikan pendapat orang
lain. Maksudnya, bisa saja
seseorang menyampaikan
pendapat orang lain dengan inti
dan kata-kata yang sama, namun
tetap ada perbedaan proses
pemikiran setiap orang yang
menimbulkan perbedaan
penyampaian makna pendapat
yang lebih mendalam. Apabila
kita menyampaikan pendapat
orang lain yang sangat berbeda
dengan pendapat pribadi dan
yang bertentangan dengan
Buddhadhamma, hal itu berarti
kita telah menyampaikan kata-
kata yang tidak benar. Padahal
sebelumnya, telah dijelaskan
bahwa kita perlu memerhatikan
kebenaran pendapat sebelum
disampaikan. Dan, hal ini juga
bertentangan dengan salah satu
tekad yang wajib ditanam dalam
batin, yang telah diuraikan dalam
Pancasilasikkha, yaitu tekad
untuk menghindari kata-kata
yang tidak benar: Musavada
veramani sikkhapadam
samadiyami. Melakukan hal yang
bertentangan dengan kebaikan
itulah sumber timbulnya frustasi.
“Di dunia ini ia bersedih hati. Di
dunia sana ia bersedih hati.
Pelaku kejahatan akan bersedih
hati, di kedua dunia itu. Ia
bersedih hati dan meratap,
karena melihat perbuatannya
sendiri, yang tidak bersih.”
(Dhammapada I: 15)
Pemakaian kata-kata sopan dan
m e m p e r h at i ka n ke te p ata n
waktu merupakan kunci
penyampaian pendapat yang
sudah benar, sudah bertujuan
TOLERANSI
13
baik, dan ada manfaatnya.
Meskipun bisa saja penyampaian
pendapat berbeda menimbulkan
konflik dengan orang lain, bisa
juga hal itu sebaliknya dihargai
orang bijaksana. Dengan
bantuannya, orang bijaksana
yang memahami kesalahannya
bisa menjadi orang yang lebih
baik dan mengurangi timbulnya
kamma buruk yang berakar dari
ketidaktahuan (moha).
“Jangan karena demi
kesejahteraan orang lain lalu
seseorang melalaikan
kesejahteraan sendiri. Setelah
memahami tujuan akhir bagi
diri sendiri, hendaklah ia teguh
melaksanakan tugas
kewajibannya.”
(Dhammapada XII: 166)
Rintangan-rintangan dicaci-maki, dijauhi, dipukul, dll bisa tetap ada meskipun kita
telah menyampaikan pendapat
d e n ga n t e p a t . R i n t a n ga n rintangan tersebut biasanya
merupakan kamma buruk
14
TOLERANSI
lampau yang akhirnya berbuah.
Buah dari kamma lampau yang
tidak bisa dihindari.
“Tidak di langit, di tengah
lautan, di celah-celah gunung
atau di manapun juga,
dapat ditemukan suatu
tempat bagi seseorang untuk
dapat menyembunyikan diri
dari akibat perbuatan
jahatnya.”
(Dhammapada IX: 128)
Hadapi dan sadari
rintangan-rintangan yang sudah
timbul. Biarkan segala rintanganrintangan itu berlalu karena
suatu saat, mereka akan lenyap
setelah habis masanya.
Bersyukur karena timbulnya
rintangan-rintangan itu berarti
sebagian buah kamma buruk
sebelumnya telah berlalu dan
menjadi pembelajaran baru.
Menyampaikan pendapat yang
benar merupakan salah satu
wujud rasa peduli (karuna), ingin
memperbaiki pandangan salah
orang lain. Tidak menerima hasil
menimbulkan kamma buruk
yang baru. Jangan ikuti pendapat
salah, tetap yakini pendapat
benar. Jangan paksakan orang
untuk berpendapat sama, beri
ruang atas perbedaan tanpa
mengikuti kesalahan.
Wajar apabila ada timbul
perbedaan pendapat. Selain
pendapatnya sudah benar, perlu
ada pertimbangkan sebelum
disampaikan, apakah waktu
penyampaiannya sudah tepat,
apakah itu bermanfaat, apakah
tu sopan, dan apakah tujuannya
untuk kebaikan. Pendapat yang
sudah tepat patut disampaikan,
pendapat salah tidak sepatutnya
disampaikan. Rintanganrintangan tetap bisa muncul
meskipun pendapat benar sudah
disampaikan dengan tepat
karena adanya buah kamma
buruk yang lampau. Hadapi dan
sadari munculnya semua
rintangan. Tidak memaksa orang
lain untuk berpendapat sama
bukan karena tidak peduli, tetapi
bertujuan untuk memberi ruang
atas perbedaan sebagai wujud
toleransi antar-sesama yang
sedang mencari jalan yang benar.
Daftar Pustaka:
Carvalho, L.. n.d.. Speaking Your Mind Without Being Hurtful.
Diakses dari
http://tinybuddha.com/blog/speakingyour-mind-without
being-hurtful/, pada tanggal 16 April 2017.
Hidalgo, C.. n. d.. How to Speak Your Mind Without Making Someone
Else Wrong.
Diakses dari
http://tinybuddha.com/blog/how-to-speak-your-mindwithout-making-someone-else-wrong/,
pada tanggal 14 April 2017.
Samaggi Phala, n. d.. Dhammapada.
Diakses dari https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/
dhammapada/, pada tanggal 16 April 2017.
TOLERANSI
15
Hiburan
Peraturan TTS:
1. Isilah TTS yang disediakan dan kirimkan foto hasil isian TTS ke timeline LINE
kamu dengan hashtag #TTSEc44
2. Sertakan nama, alamat, dan nomor HP yang bisa dihubungi
3. Bagi 5 pengirim pertama yang menjawab dengan benar akan mendapatkan
hadiah dari tim Eka-citta.
*hanya berlaku bagi yang berdomisili di Yogyakarta
*batas pengiriman jawaban sampai 30 Agustus 2017
16
TOLERANSI
Jl. Monjali 40A (50 meter Utara PDAM), Yogyakarta
Telp : (0274) 5305688 / 5305788 / 5306288 / 624942 / 08112645689 / 085104547270
Hot Line 5305599
Email : [email protected]
KAMI MENYEDIAKAN BERBAGAI MACAM NETWORKING DIBAWAH INI:
Anumodana,
Tim Eka-citta Kamadhis UGM mengucapkan
terima kasih kepada donatur,
Semoga jasa-jasa kebajikan atas
dana yang dipersembahkan dapat
menyokong pembabaran Dhamma serta
pematangan parami yang dipupuk dalam kehidupan.
Pelatihan Design Kamadhis UGM 2017
oleh:Faustine Kachina
Pelatihan Design
Kamadhis UGM 2017
adalah program kerja
sama dari Eka-citta dan
Bidang Dhamma dan
Pendidikan Kamadhis
U G M . Pe l a t i h a n i n i
dilaksanakan di Ruang Sidang III
Gelang gang Mahasiswa UGM
dengan pemateri saudara Ryan
Kurnia dan saudara Kwan, William
Kurniawan. Para peserta diajarkan
mengenai penggunaan software
desain dari dasar secara singkat dan
diakhiri dengan mendesain sebuah
poster. Pelatihan Design Tahun ini
mengusung judul “Creativity is All
We Need”. Harapannya, di pelatihan
ini para peserta dapat menuangkan
kreatifitasnya pada aplikasi-aplikasi
grafis yaitu Adobe Photoshop dan
CorelDRAW.
Acara diawali dengan
pelatihan CorelDRAW oleh pemateri
saudara Ryan Kurnia. Saudara Ryan
memulainya dengan materi dasar
desain grafis dan CorelDRAW. Lalu
dilanjutkan dengan meminta para
peserta untuk membuat duplikat
dari gambar-gambar yang telah
disiapkan untuk Pelatihan Design
ini. Setelah materi untuk
CorelDRAW selesai, para
peserta diberikan waktu
istirahat untuk
menikmati konsumsi
yang telah disediakan.
Usai istirahat, Pelatihan
Design dilanjutkan oleh
pemateri kedua yaitu saudara Kwan,
William Kurniawan. Saudara Kwan
mengawalinya dengan membagikan
sampel foto yang diambil oleh
saudara Kwan sendiri sebagai bahan
materinya. Lalu, para peserta
diajarkan mengenai fungsi dari alatalat sederhana pada Adobe
Photoshop dan diaplikasikan pada
foto yang telah dibagikan.
Dikarenakan waktu yang terbatas,
untuk materi Adobe Photoshop
tidak dapat diajarkan lebih lanjut
lagi karena memang Adobe
Photoshop memiliki banyak fungsifungsi yang tidak dapat diajarkan
hanya dalam 1 pertemuan.
Pemberian materi pun
selesai dalam menyampaikan
pelatihan dan dilanjutkan sesi
lomba. Selanjutnya para peserta
diberikan file bahan-bahan untuk
lomba dan mendesain sedemikian
rupa dengan sekreatif masingmasing peserta sehingga
TOLERANSI
21
menghasilkan sebuah info grafis.
Para peserta mengikuti lomba
dengan antusias karena
setelahnya akan dinilai oleh para
juri. Dari hasil lomba ini pun
a k h i r ny a d i d a p a t ka n j u a ra
pertama yaitu saudari Julie Vidalia
dan juara kedua yaitu saudara
Anathapindika Kamandjaja.
Secara keseluruhan acara ini telah
22
TOLERANSI
membawa banyak manfaat untuk
para peserta dimana kemampuan
untuk mendesain pada zaman
sekarang ini banyak dibutuhkan,
apakah itu dalam hal kepanitiaan,
CV, dan sebagainya.
Sabbe satta bhavantu sukkhitatta.
Saddhu . . . Saddhu . . . Saddhu . . .
Info
Guan Yu: Bodhisattva Sangharama
oleh:Hery Ciaputra
Sejarah Singkat Guan Yu
Sebagian besar orang
bisa saja tidak mengenal nama
Bodhisattva Sangharama, tetapi
begitu melihat citra rupang
seorang jendral gagah perkasa
dengan jenggot panjang indah
bergemulai dan paras muka
merah lebam berkilau, maka
mereka pasti akan langsung tahu.
Ya, Bodhisattva Sangharama
adalah Guan Yu alias Guan Gong
(Kwan Kong).
Siapa tidak tahu Guan Yu?
Banyak orang mengetahuinya
dari cerita Sam Kok (Kisah Tiga
Negara) dan game Dynasty
Warrior. Namun, tahukah kita
bagaimana latar belakang Guan
Yu hingga dinobatkan sebagai
Dharmapala (Pelindung
Dharma) dalam tradisi
Mahayana Tiongkok?
S e j a k ke c i l G u a n Yu
dididik dalam bidang
kesusastraan dan sejarah. Salah
satu watak istimewa yang dimiliki
Guan Yu adalah jiwa setia dan
ksatria, beliau berani membela
yang lemah dan tertindas. Tahun
184, Guan Yu melarikan diri dari
kampung halamannya setelah
membunuh orang demi
membela kaum lemah. Beliau
menuju wilayah Zuo, kemudian
berkenalan dengan Liu Bei (劉備)
dan Zhang Fei (張 飛). Karena
memiliki cita-cita yang sama,
maka mereka bertiga menjalin
tali persaudaraan yang dikenal
dengan sebutan Tiga Pertalian
Setia di Taman Bunga Persik dan
berkomitmen sehidup semati
m e m p e r j u a n g ka n c i ta - c i ta
penegakan hukum demi
membersihkan Kerajaan Han dari
gerogotan korupsi dan
pengkhianatan.
TOLERANSI
23
Namun Kerajaan Han
yang telah berdiri kokoh selama
400 tahun itu akhirnya terpecah
menjadi 3 kerajaan, yang mana
Liu Bei sebagai salah satu
ang gota keluarga kerajaan
menyatakan diri sebagai penerus
Dinasti Han. Era inilah yang
kemudian terkenal dengan
sebutan San Guo (Sam Kok - Tiga
Negara). Perjuangan keras tiga
bersaudara Taman Bunga Persik
untuk mempersatukan Tiongkok
tidak berhasil. Begitulah hingga
usia 60 tahun, Guan Yu bersama
putranya, Guan Ping, akhirnya
gugur dalam pertempuran.
Awal Mula Sebagai Pelindung
Dharma (Dharmapala)
Kisah berikut ini terjadi
beberapa ratus tahun setelah
gugurnya Guan Yu. Berdasarkan
catatan sejarah Buddhis - Fozhu
To n g j i ( 佛 祖 統 紀 - Ta i s h o
Tripitaka 2053), pada awal bulan
12 Imlek tahun 592 M, (Dinasti
Sui, era Kai Huang ke12), Pendiri
24
TOLERANSI
Aliran Tian Tai Tiongkok – Master
Zhi Yi (智顗), tiba di sekitar
Gunung Yuquan di Dangyang,
Jingzhou dan bermaksud
membangun sebuah vihara
untuk membabarkan Dharma di
tempat itu. Di situ ada sebuah
telaga besar, dari telaga itu
terpisah seratus langkah lebih
ada sebuah pohon besar yang
sangat rindang, Zhi Yi kemudian
bermeditasi di bawah pohon itu.
Pada suatu hari, langit tiba-tiba
menjadi gelap, cuaca berubah, di
empat penjuru tertampak para
makhluk gaib. Saat itulah muncul
seekor ular raksasa ganas yang
panjangnya sepuluh zhang lebih
(1 zhang sekitar 3,33 meter).
Tertampak berbagai wujud hantu
dan siluman dengan bermacam
senjata seperti golok, pedang
dan panah yang jatuh dari langit
bagaikan air hujan.
Penampakan ini
berlangsung terus selama 7 hari,
namun Zhi Yi tidak tergoyahkan.
Selepas hari ke-7, Zhi Yi berucap,
“Yang kalian lakukan ini adalah
karma buruk yang menyeret
pada proses kelahiran dan
kematian. Serakah pada buah
karma baik duniawi yang tersisa,
pun tidak menyesali apa yang
kalian perbuat.” Begitu ucapan
ini berakhir, segala penampakan
menyeramkan itu hilang lenyap.
Cuaca kembali menjadi cerah,
bulan terlihat jelas sekali dan
muncul dua orang lelaki yang
tampak berwibawa. Yang lebih
tua berjanggut lebat, sedang
yang lebih muda mengenakan
topi dan berwajah rupawan.
Lelaki yang lebih tua maju ke
hadapan Zhi Yi dan menjelaskan
bahwa ia adalah Guan Yu dan
menanyakan apa tujuan Zhi Yi di
sana.
Guan Yu pun meminta
maaf dan membantu
membuatkan sebuah vihara
untuk Master Zhi Yi. Master Zhi Yi
kemudian kembali bermeditasi, 7
hari kemudian menuju ke tempat
ya n g d i s e b u t ka n G u a n Yu .
Te r n y a t a t e m p a t y a n g
sebelumnya merupakan telaga
yang sangat dalam telah menjadi
rata dan terlihat sebuah vihara
yang megah dan menawan.
Vihara itu kemudian diberi nama
Vihara Yuquan (玉泉寺).
Selain kisah di atas, ada
satu versi lain tentang kisah
bagaimana Guan Yu menjadi
s e o ra n g p e l i n d u n g a ga m a
Buddha. Dikatakan bahwa pada
suatu malam Guan Yu menemui
Biksu Zhi Kai (智 鎧), murid dari
Tiantai Master Zhi Yi, dan
menerima Trisarana dari Biksu
Zhi Kai. Kemudian Biksu Zhi Kai
melaporkan perjumpaan dengan
Guan Yu tersebut kepada Yang
Guang, Pangeran Jin (yang kelak
akan dikenal sebagai Kaisar Sui
Yang Di - 隋煬帝). Pangeran Yang
Guang memberikan Guan Yu
gelar “Bodhisattva Sangharama”.
Itulah asal muasal dari mana
gelar Sangharama diberikan
kepada Guan Yu.
TOLERANSI
25
Sifat Keteladanan Guan Yu
Meskipun pemujaan
Guan Yu tersebar di berbagai
kalangan, seperti lingkungan
ibadah, kepolisian, bahkan
hingga kalangan mafia yang
konon dikatakan meneladani
sikap kesetiakawanan Guan Yu,
namun tidak berarti aspek
negatif dari dunia mafia lalu
dikaitkan dengan sosok Guan Yu.
Ini hanyalah cermin kebebasan
orang dalam memilih tokoh
pemujaan. Terlepas dari hal ini,
ada baiknya kita melihat sifat
mulia yang tercermin dari sosok
Guan Yu, yang bisa menjadi
teladan bagi kita semua.
1. Patriotisme
2. Menjaga norma susila
3. Tidak tergiur akan
kesenangan/kenikmatan
4. Tidak silau akan nama dan
harta
5. Tidak mengharap yang baru
dan membuang yang lama
6. Tidak melupakan kesetiaan
persaudaraan
26
TOLERANSI
7. Berjiwa altruis
(mementingkan orang lain)
Guan Yu bukan saja telah
menjadi sosok yang identik
dengan pemujaan spiritual, pun
adalah penyatu kultur
masyarakat Tiongkok di
manapun berada dan menjadi
sebuah maskot tentang
semangat pengabdian, kesetiaan
dan sikap lurus.
Sebagai penutup, kita
kutip sebuah sajak yang
dilantunkan sebagai apresiasi
t e r h a d a p G u a n Yu d a l a m
Penuntun Kebaktian Sore
kalangan Mahayana Tiongkok:
“Pemimpin Sangharama, yang
mempunyai wibawa dan
keagungan menata seluruh
vihara. Dengan penuh sujud dan
kesetiaan menjalankan Buddha
Dharma. Selalu melindungi dan
mengayomi Dharma Raja Graha.
Te m p at S u c i s e l a l u d a m a i
tenteram selamanya. Namo
Dharmapala Garbha
Bodhisattva Mahasattva
Mahaprajnaparamita.”
Daftar Pustaka:
Hendrick Tanuwidjaja, Tjahyono Wijaya, dan Tan Tiong Bing. 2010.
Bodhisattva Sangharama (Guan Yu dalam Agama Buddha). Surabaya:
Buddhist Education Center Surabaya
Thangka Tibetan Guan Di dengan 3 Lama
Gelug, Zhou Cang, dan Guan Ping
TOLERANSI
27
Dhammapada Atthakatha
DHAMMAPADA ATTHAKATHA XCV:
KISAH BHIKKHU SARIPUTTA THERA
Pada suatu akhir masa Vassa, Bhikkhu Sariputta Thera berangkat
untuk suatu perjalanan bersama beberapa pengikutnya. Seorang
bhikkhu muda pengikut, yang memiliki dendam terhadap Bhikkhu
Sariputta, mendekati Buddha dan memfitnah beliau, mengatakan
bahwa Bhikkhu Sariputta telah mencaci dan memukulnya.
Buddha memanggil Bhikkhu Sariputta dan bertanya
kepadanya, apakah ia melakukan demikian. Bhikkhu Sariputta
menjawab, “Bhante, bagaimanakah seorang bhikkhu, yang dengan
tenang menjaga pikirannya, yang berangkat untuk suatu perjalanan
tanpa kesalahan, melakukan kejahatan terhadap bhikkhu pengikutnya
sendiri? Saya bagaikan tanah yang tidak marah ketika sampah dan
kotoran dibuang di atasnya. Saya bagaikan keset, pengemis, ataupun
kerbau jantan dengan tanduk yang patah. Saya juga merasa enggan
terhadap kekotoran tubuh dan tidak lagi terikat olehnya.”
Ketika Bhikkhu Sariputta berbicara, bhikkhu muda itu merasa
s a n gat te r te ka n d a n m e n d e r i ta . A k h i r nya , i a m e n ga ku
kebohongannya. Kemudian, Buddha menyarankan Bhikkhu Sariputta
untuk menerima permohonan maaf bhikkhu muda itu. Apabila tidak
dimaafkan, akibat buruk yang berat akan menimpanya. Bhikkhu muda
itu mengakui kesalahannya dan memohon maaf dengan hormat.
Bhikkhu Sariputta memaafkan bhikkhu muda itu dan juga memohon
maaf apabila ia telah berbuat kesalahan.
Semua yang hadir memuji Bhikkhu Sariputta. Buddha berkata:
“Para bhikkhu, seorang Arahat seperti Sariputta tidak memiliki
kemarahan ataupun keinginan jahat. Bagaikan tanah dan tugu kota, ia
28
TOLERANSI
toleran, teguh; bagaikan danau yang tidak berlumpur, ia tenang dan
bersih.”
Lalu, Buddha membabarkan syair 95 berikut ini:
“Bagaikan tanah, demikian pula orang suci.
Tidak pernah marah,
Teguh pikirannya bagaikan tugu kota (indakhila),
Bersih tingkah lakunya bagaikan kolam tak berlumpur.
Bagi orang suci seperti ini, tidak ada lagi siklus kehidupan.”
Tim Eka-citta Kamadhis UGM
mengucapkan
Terim Kasih
kepada
TOKO MAS
TUGU MAS
JL. KETANDAN NO.16
TELP. (0274) 515449 YOGYAKARTA
TOLERANSI
29
profil dewan pengurus
Nama
Tempat, tanggal lahir
Program Studi
Jabatan
Moto
: Sukhemadewi
: Jakarta, 16 Januari 1998
: Legal Science (International
Undergraduate Program)
: Ketua Umum
: Happiness is here and now,
I have dropped my worries
(Plum Village)
Kesan dan Pesan:
Bergabung bersama Kamadhis UGM adalah salah satu impian saya sejak saya masih
duduk di bangku SMA. Tekad saya adalah bergabung dengan Kamadhis dimanapun
saya berkuliah, untuk belajar mengaktualisasikan diri ke arah yang benar dan
berorganisasi. Ternyata apa yang saya dapatkan dari Kamadhis UGM lebih dari apa
yang saya harapkan. Keluarga yang hangat, keceriaan, kerja sama dan bonding dalam
Dhamma adalah hal yang membuat saya merasa harus memberikan sesuatu atas
apa yang Kamadhis UGM telah berikan kepada saya. Cara terbaik menurut saya
adalah dengan tumbuh dan berkembang bersama teman-teman dewan pengurus,
pengurus harian dan Eka-citta. Dalam dhamma saya percaya bahwa “Menuntun diri
yang benar adalah berkah utama”. Bergabung dengan Kamadhis UGM adalah salah
satu cara untuk membawa diri ke arah yang lebih baik dan mulia dengan
mewujudkan visi misi Kamadhis UGM. Semoga dalam kepengurusan saya dan
teman-teman board bisa membawa Kamadhis UGM kearah yang lebih baik dan
maju. Semoga Kamadhis UGM selalu dilindungi Tiratana. Saddhu, saddhu, saddhu.
Nama
Tempat, tanggal lahir
: Yensita
: Pekanbaru, 24 September
1997
Program Studi
: Teknologi Pangan dan
Hasil Pertanian
Jabatan
: Sekretaris Umum
Moto
: Always be grateful, be honest, be
respectful and be positive
Kesan dan Pesan:
Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Gadjah Mada (Kamadhis UGM), disinilah
saya benar-benar merasakan apa yang dimaksud keluarga dalam suatu organisasi,
yang akan berbagi suka duka bersama. Sebuah karma baik, saya dapat mengenal dan
belajar banyak di dalam Kamadhis UGM. Banyak pelajaran berharga yang akan anda
30
TOLERANSI
dapatkan dalam Kamadhis UGM, tidak hanya dalam dhamma, namun juga softskills
yang akan membuat diri Anda semakin berkembang. Saya berharap generasi
selanjutnya dapat lebih peka, saling menghormati, menghargai, peduli terhadap
sekitarnya, juga aktif berkontribusi dalam setiap kegiatan. Anda tidak akan pernah
menyesal telah menjadi salah satu anggota dalam keluarga ini. Semoga Kamadhis
UGM semakin jaya, viva Kamadhis!
Nama
Tempat, tanggal lahir
Program Studi
Jabatan
Moto
: Willy Sandi Lious
: Medan, 20 Januari 1997
: Teknik Sipil dan Lingkungan
: Bendahara Umum
: Try to be a rainbow in someone's
cloud
Kesan dan Pesan:
Pertama kali saya mengenal Kamadhis UGM, saya tidak pernah menyangka bisa jadi
pengurus Kamadhis UGM. Bukan hanya masalah menjadi pengurus, yang lebih
berharga bagi saya adalah ketika saya bisa diterima sebagai anggota keluarga baru di
Kamadhis UGM. Saat itu saya hanya berpikir bahwa menjadi pengurus hanyalah
untuk mengisi kekosongan di sela-sela kuliah, mungkin sama seperti teman-teman
yang lain juga. Menikmati setiap proses pembelajaran di Kamadhis UGM adalah
tujuan saya dan tidak pernah menjadikannya beban adalah prinsipku. Saya sangat
berterima kasih kepada Kamadhis UGM yang telah mengajari saya banyak hal dan
sekarang saatnya untuk saya memberi apa yang saya dapatkan untuk Kamadhis UGM
kedepannya.
Nama
Tempat, tanggal lahir
Program Studi
Jabatan
Moto
: Suryanto
: Pekanbaru, 25 Mei 1998
: Teknik Mesin
: Ketua Bidang Dhamma dan
Pendidikan
: Never Give Up
Kesan dan Pesan:
Kamadhis UGM merupakan organisasi yang membuat saya belajar banyak mengenai
organisasi dan bagaimana berhubungan dengan masyarakat. Selama saya menjadi
pengurus harian, saya mendapat cerita-cerita yang lucu dan menarik bersama
teman-teman Kamadhis UGM baik yang seangkatan maupun yang berbeda angkatan
TOLERANSI
31
karena di Kamadhis UGM, angkatan bukanlah menjadi suatu permasalahan dalam
pergaulan. Semua terbuka untuk bercerita dan berbagi pengalaman serta berbagi
canda tawa dengan cara-cara yang baik dan tetap menjunjung moralitas. Sebagai
penutup, ada sebuah kalimat indah yang selalu saya ingat, “masalah ada untuk
diselesaikan bukan untuk dipusingkan” terima kasih.
Nama
Tempat, tanggal lahir
Program Studi
: Graciella Alva Cristian
: Jakarta, 9 Desember 1998
: Teknologi Pangan dan Hasil
Pertanian
Jabatan
: Ketua Bidang Sosial dan
Pengabdian Masyarakat
Moto
: Try, experience, and never
regret, no matter what the
outcome
will be
Kesan dan Pesan:
Awalnya ikut acara-acara Kamadhis UGM hanya untuk ngisi waktu kosong, tapi gak
nyangka lama kelamaan Kamadhis UGM bisa menjadi sesuatu yang sangat berarti
bagiku. Mulai dari iseng daftar pengurus harian, sampai sekarang menjabat sebagai
Dewan Pengurus, tidak pernah terpikir dulunya. Satu tahun pertama ikut
kepanitiaan, bikin capek tapi ngangenin, ketemu orang-orang luar biasa yang aku
yakin tidak bisa didapatkan dari tempat lain selain Kamadhis UGM, satu kata untuk
Kamadhis UGM, “unforgettable!” Harapanku utuk Kamadhis UGM kedepannya bisa
semakin jaya, anggotanya juga semakin kompak. Viva Kamadhis!
Nama
Tempat, tanggal lahir
Program Studi
Jabatan
Moto
: Joanna Gautami Djuasa
: Padang, 10 Maret 1999
: Psikologi
: Pimpinan Umum Eka-citta
: Be good, be brave, be strong
Kesan dan Pesan:
Tidak pernah terpikir oleh saya sebelumnya untuk bisa aktif di organisasi kerohanian.
Tetapi, saya merasa Kamadhis UGM merupakan organisasi yang berbeda dengan
organisasi lain. Di Kamadhis UGM saya benar-benar belajar mengenai banyak hal
yang mungkin tidak didapatkan di tempat lain. Menjadi Pimpinan Umum Eka-citta
merupakan suatu tanggung jawab yang tidak mudah. Namun, saya bersyukur dapat
dipercaya dalam mengemban tugas ini dan semoga saya dapat memberikan
kemajuan untuk Eka-citta dan Kamadhis UGM kedepannya.
32
TOLERANSI
Wawancara
Nama lahir
Tempat/tanggal lahir
Nama penahbisan
Tanggal penahbisan
Pendidikan
: Ronald Satya Surya
: Samarinda/30 Nov 1988
: Bhikkhu Ratanadhiro
: 28 Februari 2016
: S1 Teknik Mesin UGM
S2 Marine Science Xiamen University
Apa cerita di balik keputusan Bhante dari mengenal agama Buddha
sampai menjadi seorang Bhikkhu?
Sedari kecil, saya dibesarkan dalam keluarga buddhis yang selalu
menanamkan nilai-nilai ajaran agama Buddha. Meskipun demikian,
tidaklah mudah melepaskan ikatan duniawi yang begitu kuat. Menjadi
seorang Bhikkhu adalah keputusan terberat sekaligus terbaik yang
pernah saya ambil sampai saat ini.
Bagaimana pandangan Bhante mengenai isu toleransi yang ada di
Indonesia ini?
Indonesia merupakan negara majemuk, kaya akan budaya, tradisi,
suku, bahasa, termasuk agama. Secara konstitusional, ada 6 agama
yang diakui di Indonesia. Selain itu juga ada ratusan kepercayaan
lainnya. Perbedaan ini semestinya diterima dan dihargai oleh semua
lapisan masyarakat. Namun apa yang terjadi belakangan ini malah
menjurus kepada intoleransi. Banyak konflik, perselisihan, bahkan
peperangan yang muncul karena perbedaan agama, menganggap
bahwa agama sendiri yang paling benar sedangkan agama lainnya
salah.
TOLERANSI
33
Apakah Bhante pernah terlibat dialog toleransi beragama dan apa
saja pertanyaan-pertanyaan yang membekas pada Bhante?
Saya belum pernah terlibat dalam dialog lintas agama secara formal.
Namun saya beberapa kali menerima kunjungan dari umat beragama
lain untuk berdialog secara terbuka, mulai dari akademisi, ormas,
sampai pemuka agama. Semuanya mengharapkan kerukunan
beragama selalu terjalin di bumi nusantara.
34
Bagaimana menghadapi pandangan perbedaan aliran dalam agama
Buddha?
Segala macam perbedaan seharusnya semakin
merekatkan bukan malah menjauhkan, menyatukan
bukannya memisahkan. Sebagaimana telapak tangan
yang terdiri dari 5 jari yang berbeda bentuk dan
fungsi, tidak banyak hal yang dapat diperbuat
oleh 1 jari, tetapi ketika semuanya bergabung
maka apapun dapat dilakukan. Begitu pula
banyaknya aliran yang ada justru terlihat indah
apabila bersatu dalam Dhamma. Seorang pujangga
buddhis telah merumuskan sebuah slogan
sederhana tetapi sarat makna, "Bhinneka Tunggal
Ika", walaupun terdapat banyak perbedaan tetapi
sesungguhnya adalah satu.
Apa sebenarnya batas toleran itu? Contoh kasus
dimana seorang wanita beragama Buddha yang
menikah dengan seorang pria dari agama lain dan
sang wanita berpindah agama mengikuti sang pria
namun tetap menjaga silanya. Apakah hal tersebut
dapat disebut toleran dalam hal kepercayaan?
T
TOLERANSI
Toleransi berarti menerima perbedaan dengan bijaksana, bukan
menerima segala sesuatu secara membuta. Toleran terhadap
kepercayaan lain diwujudkan dari hidup berdampingan tanpa harus
mengikuti kepercayaan tersebut. Walaupun demikian, apabila wanita
itu tidak lagi beragama Buddha, tetapi hidup sesuai dengan ajaranajaran yang membawakan kebaikan, dia juga dapat merasakan
kebahagiaan. Akan tetapi, cepat atau lambat pasti muncul sejumlah
masalah di kemudian hari terkait perbedaan ajaran yang diyakini.
Bersiaplah menghadapi berbagai tantangan kehidupan berumah
tangga akibat konsekuensi dari pilihannya.
Diwawancarai oleh: Tim Eka-citta
Anumodana,
Tim Eka-citta mengucapkan
terima kasih kepada donatur,
Anonim
Semoga jasa-jasa kebajikan atas dana yang dipersembahkan
dapat menyokong pembabaran Dhamma serta
pematangan parami yang dipupuk dalam kehidupan.
Laporan Keuangan Eka-citta edisi 43/XLIII
Saldo Awal
Rp
2.732.290,10
Surplus biaya operasional Eka-Citta edisi XL
Sponsor Predator
Donasi a.n. Maria Yosefa Deni
Subtotal Pendapatan
Rp
Rp
Rp
Rp
17.500,00
300.000,00
250.000,00
567.500,00
Pengiriman Eka-citta edisi XLII
Cetak proposal (1xlembar A3, 2 muka)
Cetak Draft
Cetak cover (2 muka, 75 lbr, @3600)
Cetak isi (150 eks,@2100)
Subtotal Pengeluaran
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
29.000,00
7.200,00
2.000,00
270.000,00
315.000,00
623.200.00
Saldo Akhir
Rp
2.676.590,10
TOLERANSI
35
resensi
THE MONK WHO SOLD HIS FERRARI: A FABLE ABOUT FULFILLING
YOUR DREAMS AND REACHING YOUR DESTINY
oleh: Novie Chiuman
Judul buku
:The Monk Who Sold His Ferrari: A
Fable AboutFulfilling Your Dreams
and Reaching Your Destiny
Pengarang
:Robin S. Sharma
Penerbit
:Harper One
Tahun Terbit :Cetakan pertama,1996
Cetakan kedua, 1999
Tebal buku
:208 halaman
The Monk Who Sold His Ferrari: A Fable About Fulfilling Your
Dreams and Reaching Your Destiny merupakan sebuah kisah yang
menceritakan tentang seorang pengacara kaya raya dan terkenal
bernama Julian Mantle yang telah kehilangan tujuan hidupnya dan
memutuskan untuk meninggalkan dunia kerjanya yang tidak
seimbang. Suatu hari, Julian mendapat serangan jantung di
ruangsidang saat menangani kasus pembunuhan yang kemudian
membuatnya harus mengikuti masa pemulihan yang begitu lama.
Ketika masa pemulihan itulah Julian merasa bahwa ia perlu merubah
gaya hidupnya.
Buku ini ditulis menurut sudut pandang John, teman baik
sekaligus kolega Julian, yang menyaksikan langsung perjalanan
spiritual Julian. John mendeskripsikan Julian sebelum memulai
perjalanan spiritualnya sebagai lelaki umur 53 yang tampak seperti
berumur 70, mengidap penyakit obesitas, senang berfoya-foya, dan
tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah ia capai.
Pernikahannya gagal, hubungannya dengan ayah kandungnya retak,
dan meskipun ia memiliki harta dan kekayaan yang hampir tiada
habisnya – jet pribadi, rumah besar bak istana, dan sebuah mobil
Ferrari merah – ia tak pernah menemukan apa yang selama ini ia cari,
sampai akhirnya ia menjual semua yang ia miliki dan melakukan
perjalanan spiritual ke pegunungan Himalaya di India.
Perjalanan spiritual Julian sangat menarik untuk disimak.
Terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil dari buku fiksi karya
Robin S. Sharma ini, antara lain mengembangkan pikiran yang bahagia,
mencari makna dan tujuan hidup, menghargai waktu, serta menjalani
kehidupan yang sederhana dan bahagia.
36
TOLERANSI
Komik Dhamma
TOLERANSI
37
pojok kampus
Cultural Festival 6
oleh:Novie Chiuman
Sesuai dengan tema Eka-citta pada edisi kali ini,
Pojok Kampus kembali hadir dengan acara di
Kampus UGM yang mengusung tema toleransi,
yaitu Cultural Festival. Cultural Festival
merupakan acara tahunan yang
diselenggarakan oleh UGM Residences dan
pada tahun keenam ini, Cultural Festival
mengangkat tema “Harmoni Budaya Menuju
Kejayaan Nusantara”. Kegiatan ini pada awalnya diciptakan sebagai
wadah untuk bersatunya berbagai macam karya seni dari berbagai
macam budaya yang beraneka di Indonesia, dimana masing-masing
budaya tersebut melambangkan moto Negara Indonesia: Bhinneka
Tunggal Ika. Tujuan dari acara ini adalah untuk mengharmonisasikan
budaya demi menggapai Nusantara yang semakin jaya.
Cultural Festival tahun ini akan diadakan pada Minggu, 30 April
2017 di Lantai 2 Grha Sabha Pramana (GSP) UGM. Rangkaian acara
tahun ini mencakup pawai dan pameran budaya, pasar kuliner, serta
penampilan seni dan budaya. Untuk para pengunjung, tersedia
puluhan stand ORMADA UGM dan UKM UGM yang dapat dikunjungi.
Para pengunjung juga dapat mengunjungi stand makanan daerah
untuk mencicipi cita rasa khas Nusantara, atau menikmati permainan
khas Nusantara di arena permainan daerah. Selain itu, tersedia
doorprize bagi pengunjung yang beruntung. Semua ini dapat dilakukan
oleh pengunjung tanpa harus mengeluarkan sepersen pun, alias free
entry.
Pada tahun ini, kegiatan akan dimeriahkan oleh Sastromoeni,
Dimas Diajeng Jogja, Koko Cici Jogja, dan masih banyak lagi. Untuk
informasi lebih lanjut, dapat dihubungi kontak di bawah ini:
38
TOLERANSI
kontak dhamma
Rubrik ini diasuh oleh Romo Effendie Tanumihardja. Bila pembaca ingin mengirim
pertanyaan dapat dikirim ke e-mail Eka-citta: [email protected].
Pertanyaan terpilih akan dijawab dari hasil diskusi dengan Romo Effendie.
1. Apakah perkawinan beda agama di dalam agama Buddha itu diperboleh? lalu
ketika dalam proses perceraian dalam agama Buddha atas harta itu nanti
bagaimana?
Jika mengacu kepada nasihat Buddha:
1) Jangan menikah dengan kelompok pemuja api.
2) Jangan menikah dengan kelompok petapa telanjang
3) Sang Buddha mengingatkan untuk tidak menikah dengan penganut
kepercayaan lain karena menimbang dampaknya terhadap setiap keputusan
bersama apapun yang akan diambil.
Misal keputusan untuk:
a. menentukan tujuan travelling wisata religi yang berbeda.
b. menentukan penataan rumah yang berdasar kepercayaan yang berbeda
c. menentukan cara mendidik anak ikut kepercayaan siapa
d. dan lain-lain yang berdasar pada beda kepercayaan.
Maka perkawinan beda agama tidak diperbolehkan kecuali menjadikan
pasangan yang berbeda agama menjadi buddhis.
Agama Buddha tidak menganjurkan perceraian maupun poligami/poliandri
berdasar pada dampak negatif yang akan terjadi.
Proses pernikahan dan perceraian serta pembagian harta, agama Buddha
menyerahkan kepada aturan hukum yang berlaku di negara / daerah masingmasing.
2. Saya pernah mendengar bahwa pembunuhan mau bagaimanapun tidak dapat
dibenarkan. Tetapi bagaimana bila contoh kasusnya adalah anjing peliharaan
yang sudah berpenyakit dan biasanya pemiliknya memilih agar anjingnya
disuntik mati daripada merasakan penderitaan?
Pembunuhan tetap tidak boleh. Walau dengan cetana karuna dan metta
tetap akan memberi akusalakammaphala tetapi mungkin kecil sekali. Manusia
maupun binatang menderita sakit separah apapun, sebenarnya sedang memetik
kammaphala nya sendiri (jangan kalau memperoleh senang/untung saja
mengatakan inilah buah karma ku). Manusia diberi kesadaran untuk menentukan
apa dan mana yang terbaik atau yang paling minimal memberikan
akusalakamma. Eutanasia baik untuk manusia maupun untuk binatang harus
dipertimbangkan dengan matang kebaikan dan kerugiannya.
Andaikata sangat amat terpaksa dilakukan, maka melakukannya harus
dengan tanpa cetana (sesuai dengan sabda Buddha bahwa: "Cetana itulah yang
kumaksud dengan kamma"). Pertanyaannya: mampukah manusia berbuat tanpa
didahului cetana? Kalau Arahat iya pasti bisa.
Tetapi ingat bahwa penderitaan sebagai akusalakammaphala belum
selesai (lunas), akan tersambung di kehidupan yang akan datang. Bisa dilemahkan
bahkan sampai terhapus kalau di kehidupan yang akan datang membuat
garukakusalakamma.
Semoga jawaban ini makin membingungkan. Makin bingung seseorang
akan menyebabkan orang makin mencari informasi melalui membaca dan
mendalami melalui pendalaman intuisi lewat latihan-latihan bhavana. Sadhu..
Sadhu.. Sadhu..
TOLERANSI
39
Ponokamad
40
TOLERANSI
Waroeng SS Perjuangan
Jl. Kaliurang KM 3 Barat Grha Sabha Pramana UGM, Mlati
Waroeng SS Babarsari 1
Timur Pertigaan babarsari, Depok
Waroeng SS Condong Catur Barat
Timur Perempatan Ringroad Utara Condong Catur, Depok
Waroeng SS Pandega
Jl. Pandega Marta, Mlati
Waroeng SS Besi
Jl. Pandega Marta, Mlati
Waroeng SS Monjali
Jl. Monjali, Mlati
Waroeng SS Godean Timur
Jl. Godean Km 5, Godean
Waroeng SS Condong Catur Timur
Jl. Ringroad Utara, Depok
Waroeng SS Godean Barat
Jl. Godean KM 5,5, Godean
Waroeng SS Babarsari 2
Jl. Babarsari (Samping SMA Babarsari). Depok
Kamadhis UGM
@uhp2234o
kamadhis_ugm
@KamadhisUGM
kamadhis.ukm.ugm.ac.id
[email protected]
Download