Hubungan Karakteristik Individu dan Perilaku Komunikasi dengan

advertisement
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh petani ikan jaring apung di Blok
Jangari Waduk Cirata Kabupaten Cianjur, yang terdiri dari 50 orang petani ikan
jaring apung (Balai Pengelola Waduk Cirata – Perusahaan Listrik Negara Unit
Pelaksana Cirata, 2004). Penelitian ini tidak mengambil sampel, seluruh populasi
dilibatkan secara sensus sebagai responden, mengingat jumlah petani di Blok
Jangari Waduk Cirata Cianjur hingga penelitian ini dilakukan sebanyak 50 orang.
Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional. Peubah yang diteliti terdiri
dari: 1). Karakteristik individu petani ikan jaring apung meliputi: umur,
pendidikan, skala usaha, lama usaha. 2). Perilaku komunikasi meliputi: partisipasi
sosial, komunikasi interpersonal dengan agen pembaharu, dan keterdedahan
terhadap media massa. 3). Tingkat adopsi teknik pencegahan kematian ikan
meliputi: tingkat pemahaman, dan tingkat penerapan.
Data dan Instrumentasi
Data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer data yang dikumpulkan langsung dari responden dengan cara observasi
dan melakukan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang telah
disiapkan serta wawancara lepas dengan informan terkait. Sedang data sekunder
diperoleh dari dinas perikanan dan instansi lain yang terkait.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner yang
terdiri dari empat bagian. Bagian pertama digunakan untuk mengumpulkan data
21
yang berkaitan dengan identitas responden. Kedua berkaitan dengan karaktreristik
individu. Ketiga berkaitan dengan perilaku komunikasi. dan bagian keempat
berkaitan dengan tingkat adopsi teknik pencegahan kematian ikan.
A. Definisi Operasional
Definisi operasional peubah penelitian adalah sebagai berikut:
Karakteristik Individu
Individu dimaksudkan adalah petani pemilik usaha jaring apung yang
mengelola sendiri tanpa bantuan pekerja ataupun dengan mempekerjakan orang
lain sebagai pekerjanya, dan atau manager yang bertugas mengelola jaring apung
milik orang lain atau perusahaan dengan mendapatkan gaji setiap bulan sebagai
imbalannya. Karakteristik individu petani ataupun manajer ini dilihat dari:
1. Umur, adalah usia responden yang dinyatakan dalam satuan tahun, dihitung
dari tanggal kelahiran hingga penelitian ini dilaksanakan, dan dibulatkan ke
ulang tahun terdekat dan diukur dengan skala ordinal. Umur dikatagorikan
menjadi: muda (17–30 tahun), dewasa (31–40 tahun), tua (41–60 tahun), dan
lanjut usia (61 tahun keatas). Menurut
Undang Undang Nomor 14 tahun
1969 tentang Ketenagakerjaan.
2. Pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas: pendidikan
dasar, menengah, dan tinggi yang telah
ditamatkan oleh responden pada saat penelitian. Pendidikan formal diukur
dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: dasar/rendah (tamat SD tamat SLTP), menengah/sedang (tamat SLTA), tinggi (tamat Diploma,
Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doctor). Menurut Undang Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
22
3. Skala usaha adalah banyaknya petak jaring apung yang dikelola/dimiliki. Skala
usaha/pemilikan jaring apung diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan
menjadi: pemilikan skala kecil (= 12 petak), sedang (13-40 petak), besar (41100 petak), dan sangat besar (=101 petak). Menurut Dinas Perikanan dan
Peternakan Kabupaten Cianjur. (2003).
4. Lama usaha adalah pengalaman waktu pengusahaan ikan pada jaring apung
secara terus menerus. Lama usaha diukur dengan skala ordinal dan
dikatagorikan menjadi: pemula/belum berpengalaman (=12 bulan), cukup
berpengalaman (13-36 bulan), berpengalaman (37-60 bulan), berpengalaman
sekali (> 61 bulan). Menurut Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten
Cianjur. (2003).
Perilaku Komunikasi
Adalah aktivitas responden dalam melakukan partisipasi sosial, kontak/
komunikasi interpersonal dengan petani dan agen pembaharu, serta mencari atau
menerima informasi melalui media cetak dan media elektronik. Dalam penelitian
ini, perilaku komunikasi meliputi:
1. Partisipasi sosial adalah aktivitas responden berhubungan dengan masyarakat
petani ikan jaring apung di tempat mereka berusaha, maupun di tempat tinggal
mereka bersama keluarganya. Aktivitas ini dimaksudkan adalah kegiatan
perkumpulan di dalam masyarakat seperti arisan, pengajian, dan gotong
royong yang dalam perbincangan menyinggung masalah kasus kematian ikan
karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. Partisipasi sosial
diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: tidak pernah
melakukan (0 kali dalam sebulan), rendah (1-2 kali dalam sebulan),
23
sedang (3-4 kali dalam sebulan), sering (5-6 kali dalam sebulan), amat sering
(> 6 kali dalam sebulan).
2. Komunikasi interpersonal dengan agen pembaharu adalah perbincangan tatap
muka langsung responden dengan seseorang yang memberikan masukan
pemahaman yang pembicaraannya berkaitan dengan kasus kematian ikan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud agen pembaharu adalah: petugas
penyuluh, petugas dinas dan instansi terkait, pedagang bibit/pakan, pembeli
ikan hasil panenan dari jaring apung, dan petani ikan jaring apung yang
berpengalaman.
2.1. Penyuluh adalah seseorang pegawai pemerintah yang profesinya
memberikan masukan dan pembinaan kepada para petani binaan di
wilayah kerjanya.
2.2. Petugas dinas adalah seseorang pegawai pemerintah yang diberi beban
pekerjaan oleh instansinya dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.
2.3. Pedagang bibit/pakan ikan adalah seseorang atau badan usaha yang
menjual bibit atau pakan ikan untuk keperluan jaring apung.
2.4. Pembeli ikan hasil panenan dari jaring apung adalah seseorang atau
badan usaha yang me nerima produk ikan hasil panenan dari jaring
apung dan membayarnya dengan uang yang nilainya telah disepakati
bersama.
2.5.
Petani ikan jaring apung yang berpengalaman adalah seseorang yang
mengusahakan ikan dengan alat jaring apung yang diusahakan di dalam
waduk secara terus menerus dalam waktu paling sedikit 61 bulan dan
selama mengusahakan banyak menemui kasus kematian ikan, namun
24
tetap berhasil dalam mengendalikan kasus kematian ikan yang
menyerangnya.
Katagori komunikasi interpersonal dengan agen pembaharu diukur dengan
skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: tidak pernah (0 kali dalam sebulan),
rendah (1-2 kali dalam sebulan), sedang (3-4 kali dalam sebulan), sering (5-6
kali dalam sebulan), dan amat sering (> 6 kali dalam sebulan).
3. Keterdedahan terhadap media adalah seberapa jauh responden memanfaatkan
media cetak (koran, majalah) dan elektronik (radio, dan televisi) yang isinya
berkaitan dengan kasus kematian ikan karena booming plankton, arus balik,
dan penyakit herpes.
3.1. Keterdedahan terhadap media cetak adalah seberapa jauh responden
memanfaatkan koran, majalah, folder yang isinya memuat kasus
kematian ikan karena: booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
3.2. Keterdedahan media elektronik radio adalah seberapa jauh responden
memanfaatkan radio yang isinya memuat kasus kematian ikan karena:
booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
3.3. Keterdedahan media elektronik televisi adalah seberapa jauh responden
memanfaatkan televisi yang isinya memuat kasus kematian ikan karena:
booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
Katagori keterdedahan terhadap media cetak dan elektronik, diukur dengan
skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: tidak pernah (0 jam/bulan), rendah
(1-15 jam/bulan), sedang (16-30 jam/bulan), tinggi (31-45 jam/bulan), dan
amat tinggi (>46 jam/bulan).
25
Tingkat Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan
Peubah pada tingkat adopsi yang akan diteliti adalah tingkat pemahaman
dan tingkat penerapan responden dalam mengadopsi suatu inovasi.
1. Tingkat pemahaman adalah kemamp uan responden untuk menjelaskan:
1.1. Penyebab terjadinya kasus-kasus kematian ikan di jaring apung karena
booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
1.2. Bagaimana cara mengatasi kasus-kasus kematian ikan di jaring apung
karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
1.3. Jenis ikan apa yang harus diusahakan agar tidak terserang kasus kematian
ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
Pengukuran dengan skala nominal, dengan katagori jawaban adalah: tidak
memahami atau jawaban salah, dan memahami atau jawaban benar.
2. Tingkat penerapan adalah kemampuan responden menggunakan teknologi dari
pengalaman orang lain atau hasil penelitian/uji coba instansi terkait sehingga
dalam pengusahaan ikan pada jaring apung tidak terkena kasus kematian ikan
karena kasus booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
Pengukuran dengan skala nominal, dengan katagori jawaban adalah: belum
menerapkan, dan telah menerapkan.
B. Validitas dan Realibilitas Instrumen
Validitas Instrumen
Menurut (Kartono, 1990), alat ukur dikatakan valid jika ia mampu
memberikan reading (score, biji) yang akurat-teliti: yaitu mampu secara cermat
menunjukkan ukuran besar kecilnya dan gradasi suatu gejala. Sehingga pada
validitas terdapat dua unsur yaitu ketepatan dan ketelitian. Sedangkan Rakhmat
26
(1998), mendefinisikan validitas sebagai kesucian alat ukur dengan apa yang
hendak kita ukur. Apabila daftar pertanyaan/kuesioner digunakan sebagai
instrumen pengukuran maka kuesioner tersebut harus mengukur apa yang ingin
diukur.
Penelitian ini menggunakan jenis validitas isi (content validity), yaitu suatu
alat ukur yang ditentukan dengan memasukkan semua aspek yang dianggap
sebagai aspek kerangka konsep yang akan diukur. Untuk memperoleh daftar
pertanyaan/kuesioner dengan tingkat validitas tinggi, maka kuesioner penelitian
ini diupayakan dengan cara: 1). Mempertimbangkan teori. 2). Memperhatikan
masukan para ahli dan pihak yang dianggap menguasai daftar pertanyaan yang
digunakan. 3). Berkonsultasi dengan dosen komisi pembimbing.
Reliabilitas Instrumen
Suatu alat ukur dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi atau dapat
dipercaya, jika alat tersebut mantap dan stabil, dapat diandalkan (dependability)
dan dapat diramalkan (predictability), serta digunakan berkali-kali akan
memberikan hasil yang tidak bervariasi (Neuman, 2000). Sedangkan Rakhmat
(1998), mengartikan reliabilitas sebagai memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat
ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh
peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama.
Reliabilitas instrumen dilakukan melalui uji coba kuesioner pada responden
yang memiliki karakteristik relatif sama dengan calon responden. Teknik yang
digunakan untuk mengukur indeks reliabilitas dalam penelitian ini akan
menggunakan teknik Reliabilitas Belah Dua (Split Half Reliability Test), yaitu
dengan mengkorelasikan jawaban pada item- item pertanyaan nomor ganjil dan
27
genap. Skor total kedua bela han dikorelasikan dengan teknik korelasi product
moment dengan rumus sebagai berikut:
r = _____N(SXY)-(S XSY)_____
v[NS X2 -(SX)2 ][( NS Y2 )-( S Y)2 ]
Keterangan :
r
N
X
Y
XY
SX
SY
: koefisien korelasi
: jumlah responden
: skor pertanyaan bernomor ganjil
: skor pertanyaan bernomor genap
: skor pertanyaan ganjil dikalikan skor pertanyaan bernomor genap
: jumlah skor total pertanyaan bernomor ganjil untuk seluruh responden
: jumlah skor total pertanyaan bernomor genap untuk seluruh responden
Nilai korelasi yang diperoleh dikoreksi kembali untuk mencari nilai korelasi
keseluruhan dengan rumus sebagai berikut:
2(r.tt)
rtot =
1+r.tt
Keterangan:
r.tot
r.tt
: angka reliabilitas keseluruhan item
: angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Dari hasil uji coba kuesioner yang dilakukan di Blok Nyelempet Waduk
Cirata Cianjur didapatkan hasil uji reliabilitas adala h sebagai berikut: 1). Variabel
karakteristik individu, untuk kuesioner belahan pertama dengan alpha 0,5771 dan
kuesioner belahan kedua dengan alpha 0,5575. 2). Variabel perilaku komunikasi,
untuk kuesioner belahan pertama dengan alpha 0,5827 dan kuesioner belahan
kedua dengan alpha 0,5404. 3). Variabel efektivitas adopsi teknik pencegahan
kematian ikan, untuk kuesioner belahan pertama dengan alpha 0,7191, dan
kuesioner belahan kedua dengan alpha 0,6801. Hasil pengujian ini menunjukan
28
adanya korelasi yang sangat kuat karena nilai tersebut jauh lebih besar dari r tabel
(α=0,01) yaitu 0,606 dan (α=0,05) yaitu 0,482. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai keterandalan
yang tinggi. Uji Reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada bulan Maret sampai
dengan April 2006. Lokasi penelitian adalah di Blok Jangari, Waduk Cirata,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Adapun pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
secara khusus dengan pertimbangan bahwa Blok Jangari adalah merupakan blok
pengusahaan ikan jaring apung pada Waduk Cirata yang rentan terhadap kasuskasus kematian ikan karena adanya booming plankton, arus balik, dan penyakit
herpes. Sedangkan Blok lainnya dapat dikatagorikan relativ aman dari kasus
kematian ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.
Analisis Data
Analisis dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan analisis hubungan.
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan data secara umum dengan
menggunakan persentase. Analisa hubungan (korelasi), yaitu untuk mengetahui
hubungan antar variabel. Hubungan antar variabel dianalisa dengan menggunakan
uji korelasi Rank Spearman (Siegel, 1990). Dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
29
N
S di
2
6
i=1
rs = 1N3 – N
Dimana :
rs
di
N
: Koefsien korelasi Rank Spearman
: Perbedaan antara rangking
: Banyaknya sample
Pengolahan data untuk uji hubungan antar variable dilakukan melalui
komputer dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi
10 untuk menjamin tingkat akurasi perhitungan.
Pengukuran hubungan berpedoman pada kategori sebagai berikut :
a)
Bila koefisien korelasi pada rank : 0,00 – 0,199, hubungan tidak berarti.
b)
Bila koefisien korela si pada rank : 0,20 – 0,399, hubungan rendah
a)
Bila koefisien korelasi pada rank : 0,40 – 0,599, hubungan sedang.
b)
Bila koefisien korelasi pada rank : 0,60 – 0,799, hubungan kuat.
c)
Bila koefisien korelasi pada rank : 0,80 – 1,000, hubungan sangat kuat.
Pengambilan keputusan dilakukan sebagai berikut :
a). Terima hipotesis, bila signifikansi koefisien korelasi berada di antara taraf
signifikan 0,00 – 0,05
b). Tolak hipotesis, bila signifikansi koefisien korelasi lebih besar dari taraf
signifikan 0,05
30
Download