41 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian dan analisa

advertisement
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data penelitian dan analisa hasil penelitian maka dilakukan
pembahasan secara mendalam mengenai hasil penelitian. Pembahasan di fokuskan
untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu adakah pengaruh akupresur pada
titik pericardium 6 terhadap morning sickness pada ibu hamil trimester I di
Puskesmas Kertek I Wonosobo.
1. Skor Morning Sickness Sebelum Akupresur pada Ibu Hamil Trimester I
Berdasarkan tabel 4.6, rata-rata skor pretest kelompok eksperimen sebesar 9,80
dan pada kelompok kontrol sebesar 9,60. Berdasarkan uji homogenitas,
responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang homogen dan hasil
rerata yang sama, karena nilai signifikansi p>0,05. Skor morning sickness pada
responden dapat dipengaruhi oleh perubahan hormon yang terjadi pada
kehamilan, faktor psikologis maupun karakteristik, seperti usia, status gravida,
pendidikan dan pekerjaan responden.
Berdasarkan tabel 4.1, dari 30 ibu hamil trimester I yang mengalami
morning sickness di wilayah Puskesmas Kertek I Wonosobo didapatkan hasil
bahwa responden berumur 18-33 tahun yaitu 21 responden (70%) berada pada
rentang usia 20-35 tahun dan 9 responden (30%) berumur <20 tahun. Umur
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya morning
sickness pada trimester pertama kehamilan, karena umur ibu saat hamil dapat
memengaruhi kondisi kesehatan ibu hamil maupun janin. Usia yang termasuk
41
42
dalam kehamilan berisiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35
tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena
organ-organ reproduksi belum sempurna sehingga dapat menimbulkan mual
dan muntah. Mual dan muntah terjadi pada umur dibawah 20 tahun disebabkan
karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon
ibu. Hal ini terjadi pada penelitian yang ditunjukkan dengan seluruh responden
yang berusia <20 tahun memiliki skor morning sickness cukup tinggi yaitu >8.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mariantari (2014) yang
berjudul “Hubungan Dukungan Suami, Usia Ibu, dan Gravida terhadap
Kejadian Emesis Gravidarum” umur reproduksi yang sehat dan aman adalah
umur 20-35 tahun. Kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan mual muntah hingga hiperemesis karena pada kehamilan diusia
kurang 20 secara biologis memiliki emosi yang belum optimal dan cenderung
labil, serta mental yang belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya, sedangkan pada usia 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa di usia ini.
Morning sickness dalam penelitian ini paling banyak dialami oleh ibu
hamil primigravida (66,67%). Primigravida adalah seorang wanita yang sedang
hamil untuk pertama kali, sedangkan multigravida adalah wanita yang sudah
hamil, 2 kali atau lebih (Varney, 2007). Kejadian mual muntah lebih sering
dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan
43
tingkat stres dan usia ibu saat mengalami kehamilan pertama, serta
berhubungan dengan pengalaman hamil ibu. Ketika ibu baru hamil pertama
kali, ibu masih sulit untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang
terjadi saat kehamilan, sedangkan untuk ibu yang pernah hamil, perubahanperubahan tersebut dapat lebih dikelola dengan baik oleh diri sendiri.
Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen
dan korionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini membuat kadar asam
lambung meningkat, hingga munculah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya
muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi
peningkatan asam lambung (Wiknjosastro, 2007).
Berdasarkan tabel 4.3, mayoritas pendidikan terakhir responden adalah
sekolah dasar (33,33%). Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ibu yang
mengalami morning sickness paling banyak adalah ibu yang memiliki tingkat
pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan,
karena dengan pendidikan seseorang akan lebih mudah menerima info yang
lebih banyak dan beragam, selain itu juga dapat mengubah pola pikir menjadi
lebih terbuka, sehingga akan lebih mudah mengembangkan diri utamanya
untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan diri sendiri dan keluarganya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo
(2010) pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah pula menerima informasi. Begitu pula, dengan ibu
hamil yang mengalami morning sickness, semakin tinggi pendidikan yang
44
didapat ibu, semakin tinggi pula kemungkinan untuk mencegah. Morning
sickness adalah hal wajar yang terjadi karena perubahan hormonal saat
kehamilan, namun gejala yang dialami dapat dikurangi apabila ibu memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai morning sickness sehingga ibu lebih siap
dan lebih mudah dalam menghadapi gejala yang ditimbulkan.
Berdasarkan tabel 4.4, responden pada penelitian ini baik dari kelompok
kontrol maupun eksperimen ada yang bekerja dan ada yang tidak
bekerja/sebagai ibu rumah tangga. Sebanyak 19 orang (63,33%) bekerja dan 11
orang (36,67%) responden tidak bekerja/ibu rumah tangga. Sehingga, sebagian
besar responden yang mengalami morning sickness yaitu ibu hamil yang
bekerja.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Tiran (2008), bahwa pekerjaan dapat
memengaruhi mual muntah. Beban pekerjaan akan menyebabkan penderitaan
batin dan konflik. Wanita yang terpapar dengan bau/aroma, zat kimia di
lingkungan sekitar mereka bekerja dapat menambah rasa mual mereka dan
menyebabkan muntah. Perjalanan ke tempat kerja membuat mereka bertemu
banyak orang dan dikelilingi oleh berbagai macam bau sehingga dapat
mempengaruhi keparahan mualnya.
2. Skor Morning Sickness Setelah Akupresur pada Ibu Hamil Trimester I
Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen adalah pemberian terapi
akupresur pada titik pericardium 6 yaitu titik yang berada pada garis tengah
lengan bawah, dua ibu jari menuju siku dari lipatan pergelangan tangan. Pada
titik tersebut, dilakukan penekanan atau pijatan dengan 3 jari, membentuk
45
lingkaran di atas pergelangan tangan dengan lembut selama 2 menit. Peneliti
melakukan terapi akupresur selama 3 hari berturut-turut pada jam yang sama
setiap harinya pada responden kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6, rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen setelah diberikan terapi akupresur mengalami penurunan
yang signifikan sebesar 3,73 dari skor 9,80 menjadi 6,07. Rerata skor morning
sickness setelah akupresur pada kelompok kontrol mengalami penurunan
sebesar 0,67 menjadi 8,93, kelompok tanpa intervensi ini juga mengalami
penurunan, namun tidak signifikan.
Hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan uji statistik
parametrik T tidak berpasangan didapatkan nilai p=0,000 atau p<0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor morning
sickness pada kelompok posttest eksperimen dan kelompok posttest kontrol
karena pengaruh akupresur. Penurunan skor morning sickness disebabkan oleh
terapi akupresur karena pada awal pengukuran skor morning sickness kedua
kelompok memiliki varian yang sama atau berawal dari rerata yang sama.
Kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi apapun dapat
mengalami penurunan skor karena ada variabel luar yang dapat memengaruhi
morning sicknes selain dengan tindakan akupresur, seperti psikologis, sosial,
hormonal dan lingkungan (Tiran, 2008).
46
3. Pengaruh Akupresur pada Titik Pericarium 6 terhadap Morning Sickness
pada Ibu Hamil Trimester I
Morning sickness adalah hal yang umum terjadi pada sebagian besar ibu hamil
ketika kadar hormon gonadotropin meningkat dan ketika kelenjar endokrin
mengalami perubahan drastis. Penyebab morning sickness dapat bermacammacam, yaitu karena peningkatan hormon hCG, perubahan gerakan lambung
karena peningkatan hormon progesteron, peningkatan hormon estrogen,
penurunan hormon TSH maupun karena faktor psikologis (Quinland, 2006).
Tingkat keparahan yang dialami setiap ibu hamil bervariasi.
Penelitian ini memiliki 2 kelompok percobaan untuk mengetahui skor
morning sickness, yaitu kelompok eksperimen (diberi terapi akupresur) dan
kelompok kontrol (tanpa terapi akupresur). Setelah dilakukan pemberian
akupresur pada kelompok eksperimen, hasil penelitian dianalisis dengan
melakukan uji T tidak berpasangan dan didapatkan hasil p-value=0,000 yang
berarti terdapat perbedaan yang signifikan karena p>0,05, selain itu penurunan
skor pretest dan posttest pada kelompok ini cukup besar yaitu sebesar 3,73
dibandingkan kelompok kontrol yang hanya 0,67. Sehingga hipotesis
mengenai adanya pengaruh akupresur terhadap morning sickness untuk
penelitian ini dapat diterima.
Akupresur merupakan salah satu dari sekian banyak terapi untuk
mengurangi gejala morning sickness. Dalam penelitian ini, peneliti memilih
akupresur sebagai cara untuk mengatasi morning sickness. Hal tersebut sesuai
dengan panduan dari Depkes RI yang menyebutkan bahwa akupresur yang
47
secara medis dapat dipertanggung jawabkan, perlu terus dibina untuk
perluasan dan pemerataan pelayanan kesehatan (Handoko,2008). Selain itu,
karena akupresur ini sangat mudah dipelajari dan juga membutuhkan waktu
yang sedikit untuk menerapkannya (Turana, 2007).
Titik pericardium 6 atau neiguan yang berada pada garis tengah lengan
bawah merupakan titik stimulasi untuk mencegah mual dan muntah yang
dilakukan dengan pijatan akupresur. Efek stimulasi titik tersebut belum
mampu dipahami sepenuhnya, tetapi stimulasi pada titik tersebut diyakini
mampu meningkatkan pelepasan beta-endorphin di hipofise dan ACTH
sepanjang
chemoreceptor
trigger
zone
(CTZ)
menghambat
pusat
muntah/medulla oblongata. Menurut pengobatan tradisional China titik
perikardium 6 terhubung dengan internal pathways yang mengalirkan energi
melalui tubuh, sehingga stimulasi pada titik ini mampu meningkatkan
kesehatan
seseorang
dengan
cara
memperlancar
aliran
energi (chi
(Sukanta,2008).
Tindakan
utama
akupresur
dianggap
menutup
gerbang
untuk
menghambat perjalanan rangsang mual muntah maupun nyeri pada pusat yang
lebih tinggi pada sistem saraf pusat. Selanjutnya, rangsangan taktil dan
perasaan positif, yang berkembang ketika dilakukan bentuk sentuhan yang
penuh perhatian dan empatik, bertindak memperkuat efek akupresur untuk
mengendalikan nyeri ataupun perasaan tidak nyaman pada tubuh (Andarmoyo,
2013).
48
Berdasarkan teori menurut Sukanta (2008), efek stimulasi titik tersebut
mampu meningkatkan pelepasan beta-endorphin di hipofisis dan ACTH
sepanjang chemoreceptor trigger zone (CTZ) untuk menghambat pusat
muntah/medulla oblongata. Mual muntah pada kehamilan terjadi karena
sekresi hormon plasenta dan hCG yang merangsang chemoreceptor trigger
zone dan menstimulasi medulla oblongata untuk memberikan respon mual dan
muntah. Oleh karena itu, penekanan di titik pericardium 6 ini akan
merangsang chemoreceptor trigger zone yang memicu pusat muntah untuk
menekan kembali keinginan untuk mual dan muntah, sehingga mual muntah
berkurang atau tidak terjadi.
Selain itu, stimulasi pada titik ini akan dapat mengeluarkan endorfin yang
dapat memberikan efek tenang, senang dan rileks yang dapat menurunkan
mual muntah, karena diketahui pula bahwa salah satu faktor predisposisi mual
muntah adalah kondisi psikologis yang tidak stabil. Sehingga gejala-gejala
morning sickness berkurang ditandai dengan penurunan skor morning sickness
dikarenakan pemberian terapi akupresur pada titik pericardium 6. Terapi
komplenter seperti akupresur ini dapat efektif membantu dalam manajemen
mual muntah (Lee, et al, 2008).
Berdasarkan penelitian ini skor morning sickness pada kelompok
eksperimen memang mengalami penurunan. Namun, ada 2 orang responden
yang tidak mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari
psikologis ibu yang masih belum stabil untuk beradaptasi dengan
kehamilannya, serta ibu yang bekerja di pabrik. Hal ini sesuai dengan teori
49
menurut Tiran (2008) yang menyatakan bahwa morning sickness tidak hanya
dipengaruhi oleh perubahan hormonal pada kehamilan saja, namun juga dapat
dipengaruhi oleh psikosipiritual, sosiokultural dan lingkungan. Walaupun
terapi akupresur diberikan, namun bila kondisi psikospiritual, sosiokultural,
dan lingkungan ibu tidak mendukung, maka gejala morning sickness dapat
tidak mengalami penurunan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami
(2014), yang berjudul “Pengaruh Akupresur pada Titik P6 terhadap Mual
Muntah Lambat Akibat Kemoterapi pada Anak Usia Sekolah dengan
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)”. Hasil penelitian ini menunjukkan
sebelum diberikan akupresur titik P6, sebanyak 13 responden (76,5%)
mengalami mual muntah berat, 4 responden (23,5%) mengalami mual muntah
sedang dan tidak ada responden mengalami mual muntah ringan. Setelah
diberikan akupresur titik P6 sebanyak 12 responden (70,6%) mengalami mual
muntah ringan, 5 responden (29,4%) mengalami mual muntah sedang dan
tidak ada responden mengalami mual muntah berat.
Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Putri (2014) yang berjudul “Pengaruh Akupresur pada Titik ST 36 dan
PC 6 terhadap Penurunan Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester I di
Kecamatan Magelang Utara”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian terapi akupresur terhadap penurunan mual muntah pada
ibu hamil trimester pertama.
50
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Priyanti (2014) yang berjudul “Cara Mengatasi Morning Sickness pada
Ibu Hamil Trimester I di BPS Ny. Wahyu Surowati Desa Warungdowo
Pohjentrek Pasuruan” didapatkan hasil bahwa akupresur merupakan cara yang
efektif untuk mengobati morning sickness pada ibu hamil trimester I.
Download