analisis hubungan faktor produksi dengan jumlah produksi padi

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR PRODUKSI DENGAN JUMLAH
PRODUKSI PADI LAHAN SAWAH DI DAEARAH ALIRAN SUNGAI
(DAS) SOLO HULU KABUPATEN WONOGIRI
Ariyanto, Eny Lestari, Susi Wuri Ani
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457
Email : [email protected] Telp : 087836620679
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya jumlah produksi
yang diperoleh oleh petani padi di sekitar aliran Sub Daerah Aliran Sungai (DAS)
Keduang serta untuk menganalisis hubungan antara faktor produksi dengan jumlah
produksi padi lahan sawah di Sub DAS Keduang. Metode dasar penelitian yang
digunakan adalah deskriptif analitik dengan teknik survai. Lokasi penelitian dipilih
secara purposive yaitu di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Solo Hulu
Kabupaten Wonogiri khususnya di sekitar Sub DAS Keduang. Adapun analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi dan analisis korelasi linear berganda.
Hasil analisis menunjukan bahwa besarnya produksi padi lahan sawah di sekitar
Sub DAS Keduang pada musim penghujan untuk lokasi yang dekat dengan aliran
Sub DAS Keduang adalah sebesar 3,8 ton/Ha gabah basah dan 4,2 ton/Ha gabah
basah untuk lokasi yang jauh. Pada musim kemarau jumlah produksi sebesar 3,8
ton/Ha gabah basah untuk lokasi yang dekat dan 5 ton/Ha gabah basah untuk
lokasi yang jauh dari Sub DAS Keduang. Secara simultan, hubungan antara faktor
produksi dengan jumlah produksi adalah kuat. Secara parsial faktor produksi
penggunaan benih, luas lahan, penggunaan tenaga kerja, penggunaan pupuk urea
dan penggunaan pupuk phonska memiliki hubungan yang cukup berarti dengan
jumlah produksi padi lahan sawah. Untuk faktor produksi penggunaan pestisida
memiliki hubungan yang rendah/lemah namun pasti dengan jumlah produksi padi.
Kata Kunci : Faktor Produksi, Produksi, Padi Lahan Sawah, Daerah Aliran
Sungai (DAS), Sub DAS
Abstract : This research aimed to assess total of rice production in Solo hulu
watershed Wonogiri district and the relationship between production factor with
the total of rice production in Solo Hulu Watershed Wonogiri. This research used
analytic descriptive and survey technique. Determination of location for this
research was purposive in Ngadirojo sub district. Sampling method was
proportional random sampling. This research used regression analysed and
multiple linear correlation analysed. The results showed that total of rice
production in Solo hulu watershed Wonogiri district in rainy season where close to
Keduang river flow is about 3,8 ton/Ha wet rise and 4,2 ton/Ha wet rise for remote
locations. In dry season, total of rice production for the near is about 3,8 ton/Ha
and 5 ton/Ha for remote locations. Simultaneously, the relationship between
production factors with total of rice production was strong. Partially, the
relationship between land area, number of employees, the amount of urea
fertilizer, the amount of phonska fertilizer with total of rice production was
significant. The relationship between the amount of pestisides with total of rice
production was low/weak.
Key Word : Production Faktor, Production, Number of Rice Production,
Watershed (DAS),
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris
yang lautannya lebih luas dari
daratan. Luas lautan 2/3 dari luas
Indonesia. Daratan Indonesia subur
didukung dengan iklim yang
menguntungkan. Usaha pertanian
dan budidaya tanaman dan ternak
menjadi kebudayaan yang diturunkan
dari generasi ke generasi (Hernanto,
1991). Pertanian adalah suatu jenis
kegiatan produksi yang berlandaskan
pada proses pertumbuhan dari
tumbuh-tumbuhan
dan
hewan.
Secara garis besar, pengertian
pertanian dapat dringkas menjadi
empat
komponen yang tidak
terpisahkan. Keempat komponen
tersebut meliputi : proses produksi,
petani dan pengusaha pertanian,
tanah tempat usaha, dan usaha
pertanian (farm business) (Soetriono,
dkk. 2006).
Daerah Aliran sungai (DAS)
adalah suatu wilayah daratan yang
secara topografi dibatasi oleh
punggung gunung yang menampung
dan menyimpan air hujan untuk
kemudian disalurkan ke laut melalui
sungai utama. Daerah Aliran Sungai
(DAS) Solo merupakan salah satu
DAS superprioritas di Indonesia
yang
segera
memerlukan
penanganan.
Kondisi
demikian
terjadi baik di wilayah hulu maupun
di hilir. Hulu Sungai Bengawan Solo
terdapat di Pegunungan Seribu,
Kabupaten Wonogiri. dimana aliran
sungai dari sumber mata air tersebut
ditampung di Waduk Serba Guna.
Penggunaan
lahan
merupakan
perpaduan antara penduduk sekitar
dengan tingkat teknologi usahatani
yang digunakan serta jumlah
kebutuhan hidup
yang
harus
dipenuhi. Setiap pola penggunaan
lahan
mempengaruhi
tingkat
produktivitas lahan dan pendapatan,
serta dapat menimbulkan dampak
lingkungan (Sutrisno, dkk, 2012).
Salah satu penggunaan lahan yang
dilakukan oleh masyarakat di
wilayah DAS yaitu digunakan untuk
usahatani padi lahan sawah.
Kabupaten
Wonogiri
merupakan wilayah yang dilalui oleh
Daerah Aliran Sungai (DAS) Solo
Hulu. Selain itu, juga terdapat Sub
DAS yang melalui wilayah tersebut
yaitu Sub DAS Keduang, Sub DAS
Wiroko, Sub DAS Temon, Sub DAS
Alang/ Unggahan, Sub DAS
Wuryantoro dan Sub DAS Solo hulu.
Sub DAS Keduang merupakan Sub
DAS dengan wilayah paling luas
dibandingkan dengan Sub DAS yang
lainnya. Wilayah yang dilalui oleh
Sub DAS Keduang ini terdiri dari 9
kecamatan,
yaitu
Kecamatan
Nguntoronadi, Wonogiri, Ngadirojo,
Sidoharjo,
Jatiroto,
Slogohimo,
Jatisrono, Jatipurno, dan Girimarto.
Penduduk yang tinggal di
sekitar Sub DAS Keduang mayoritas
bermata pencarian sebagai petani
padi sawah. Petani mengusahakan
padi sawah karena lahan sawah dekat
dengan sumber air. Petani tidak
hanya mengandalkan air hujan untuk
irigasi lahan sawah, sehingga petani
dapat melakukan penanaman padi
sawah lebih dari satu kali dalam satu
tahun.
METODE PENELITIAN
Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif
analitik. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik
survai. Penelitian dilaksanakan di
Tabel 1. Jumlah Petani Sampel Tiap Dusun di Desa Gedong Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Wonogiri
No.
1
2
3
4
Dusun
Gemawang
Gedong
Ngadirojo Lor
Mlokomanis Wetan
Jumlah
Kecamatan Ngadirojo. Penentuan
lokasi penelitian secara sengaja
dengan pertimbangan Kecamatan
Ngadirojo merupakan kecamatan
yang dilalui oleh Sub DAS Keduang
dengan jumlah produksi padi lahan
sawah yang tertinggi.
Dari kecamatan tersebut
dipilih empat desa sebagai desa
sampel secara purposive yaitu dua
desa yang berlokasi dekat dengan
Sub DAS Keduang yaitu Desa
Gemawang dan Desa Gedong dan
dua desa yang berlokasi jauh dari
Sub DAS Keduang yaitu Desa
Ngadirojo Lor dan Desa Mlokomanis
Wetan.
Metode Penentuan Sampel
Responden
Penentuan jumlah petani sampel dari
masing-masing
desa
dilakukan
secara
proporsional
random
sampling
dengan
mempertimbangkan jumlah petani
tiap desa, dengan rumus sebagai
berikut.
Ni
ni  X 60.......................................(1)
N
Dimana ni adalah jumlah
sampel dari desa i, Ni adalah jumlah
petani yang memenuhi syarat sebagai
petani sampel dari desa i, N adalah
jumlah petani seluruh desa sampel
yang memenuhi syarat sebagai
Jumlah petani
925
1.171
976
1.026
4.098
Jumlah petani sampel
13
17
15
15
60
petani sampel dan 60 adalah jumlah
petani sampel yang akan diamati.
Metode Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya produksi
usahatani
padi
lahan
sawah
diperhitungkan dari jumlah padi yang
diperoleh petani saat panen setiap
musim tanam (musim penghujan dan
musim kemarau).
Untuk mengetahui hubungan
antara
faktor-faktor
produksi
terhadap produksi padi sawah pada
lahan sawah, dapat diketahui dengan
analisis korelasi linear berganda.
Variabel dimasukkan terlebih dahulu
dalam persamaan regresi linier
berganda untuk mengetahui besarnya
koefisien regresi masing masing
variabel. Persamaan regresi linear
berganda dapat dituliskan sebagai
berikut :
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +
b5X5 + b6X6+ e...............................(2)
Dimana Y adalah produksi
padi (kg/th), α adalah intersep, b
adalah koefisien regresi, X1 adalah
penggunaan benih (kg), X2 adalah
luas lahan garapan (ha), X3 adalah
penggunaan tenaga kerja (HKP), X4
adalah penggunaan pupuk urea (kg),
X5 adalah penggunaan pupuk
phonska (kg), X6 adalah penggunaan
pestisida (lt) dan e adalah eror term.
Untuk mengetahui hubungan
yang terjadi antara variabel terikat
𝑏1 . ∑ 𝑥1 𝑦 + 𝑏2. ∑ 𝑥2 𝑦 + 𝑏3. ∑ 𝑥3 𝑦 + 𝑏4. ∑ 𝑥4 𝑦 + 𝑏5. ∑ 𝑥5 𝑦 + 𝑏6. ∑ 𝑥6 𝑦
𝑅𝑥1,..,𝑥6.𝑦 = √
. . . (3)
∑ 𝑦2
(Y) dengan dua atau lebih variabel
bebas (X1, X2, X3,..., Xn) digunakan
alat analisis yaitu korelasi linier
berganda. Dengan korelasi linear
berganda ini, keeratan atau kuat
tidaknya hubungan (kuat, lemah, atau
tidak ada hubungan sama sekali)
antara variabel-variabel tersebut
dapat diketahui. Keeratan hubungan
ini dinyatakan dengan istilah
koefisien korelasi. Koefisien korelasi
linear berganda dapat dirumuskan
seperti diatas (Alief, 2013).
Dimana 𝑅𝑥1,..,𝑥6.𝑦
adalah
koefisien korelasi, y adalah produksi
(kg/MT), dan X1-X6 adalah variabel
bebas, b adalah koefisien regresi
masing-masing variabel.
Sedangkan untuk mengetahu
koefisien korelasi secara parsial,
yaitu untuk mengetahui seberapa
kuatkah hubungan satu variabel
bebas dengan variabel tak bebas
secara individu, dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Rxi.y =
𝑛(∑ 𝑥𝑖.𝑦)−(∑ 𝑥𝑖)(∑ 𝑦)
√{𝑛(∑ 𝑥 2)−(∑ 𝑥𝑖)2}{𝑛(∑ 𝑦 2 )−(∑ 𝑦)2 }
(4)
Dimana ∑Xi adalah jumlah
dari Xi, ∑Y adalah jumlah dari Y,
∑XiY adalah jumlah dari Xi.Y, ∑Xi2
adalah jumlah dari Xi2.
Setelah koefisien korelasi
diperoleh nilai koefisien determinan
(KP) juga dapat diperoleh. Nilai KP
pada
persamaan
di
bawah
menunjukan seberapa besar nilai
variabel bebas x1 sampai dengan x6
mempengaruhi nilai variabel terikat
y. Menurut Hasan (2002) nilai KP
dapat diperoleh dengan persamaan
berikut :
KP = (Rx1,x2,x3,x4,x5,y)2 x 100%.......(5)
Dimana KP adalah koefisien
determinasi, Rx1,x2,x3,x4,x5,y adalah
nilai keofisien korelasi simultan.
PEMBAHASAN
Penggunaan Sarana Produksi dan
Tenaga Kerja
Rata-rata penggunaan benih pada
usahatani padi sawah di sekitar Sub
DAS Keduang untuk lokasi yang
dekat dengan aliran adalah 71 kg/Ha
dan untuk lokasi yang jauh adalah
64,68 kg/Ha. Jumlah ini sama untuk
musim hujan dan musim kemarau.
Rata-rata penggunaan pupuk urea
pada usahatani padi sawah di sekitar
Sub DAS Keduang untuk lokasi yang
dekat dengan aliran adalah 308,63
kg/Ha dan untuk lokasi yang jauh
adalah 310,59 kg/Ha. Rata-rata
penggunaan pupuk phonska pada
usahatani padi sawah untuk lokasi
yang dekat dengan Sub DAS
Keduang adalah 240,74 kg/Ha
sedangkan untuk lokasi yang jauh
dari Sub DAS Keduang adalah
sebesar 356,05 kg/Ha. Penggunaan
obat-obat kimia berupa pestisida
untuk lokasi yang dekat maupun jauh
dengan
Sub
DAS
Keduang
menunjukan jumlah yang hampir
sama yaitu 0,55 lt dan 0,54 lt. Petani
hanya
menggunakan
pestisida
apabila tanaman padi diserang oleh
hama dan penyakit. Pestisida yang
biasa digunakan adalah fastac,
spontan dan amistartop. Penggunaan
tenaga kerja manusia pada usahatani
padi sawah irigasi dihitung dalam
satuan HKP (hari kerja pria). Selain
dengan upah uang, petani di lokasi
penelitian juga masih ada yang
menggunaka sistem bawon, yaitu
dengan upah berupa gabah. Selain itu
juga ada sistem gotong royong.
Petani yang satu membantu petani
yang lainnya secara bergantian tanpa
diberi upah, istilahnya disini petani
bertukar tenaga saja. Tenaga kerja
mesin dikonversikan dalam satuan
HKP dengan cara membagi nilai
sewa mesin yang berupa traktor
dengan rata-rata upah tenaga kerja
manusia. Penggunaan tenaga kerja
paling banyak adalah tenaga kerja
luar keluarga. Hal ini disebabkan
karena anggota keluarga yang ikut
aktif dalam usahatani rata-rata
hanyalah dua sampai tiga orang,
sehinga
mayoritas
penggunaan
tenaga kerja adalah tenaga kerja luar
keluarga.
Jumlah Produksi Padi Sawah di
Sekitar Sub DAS Keduang
Rata-rata jumlah produksi padi
sawah untuk lokasi yang dekat
maupun jauh dengan Sub DAS
Keduang adalah lebih besar pada saat
musim
kemarau
dibandingkan
dengan musim penghujan. Untuk
lokasi yang dekat dengan Sub DAS
Keduang, pada musim penghujan
rata-rata jumlah produksi padi yaitu
sebesar 3.866,67 kg/Ha sedangkan
untuk lokasi yang jauh adalah
sebesar 4.209,81 kg/Ha. Pada musim
kemarau, lokasi yang dekat dengan
Sub DAS Keduang memperoleh ratarata produksi padi sebesar 3.870,37
kg/Ha dan untuk lokasi yang jauh
sebesar 5.079,68 kg/Ha. Rata-rata
jumlah produksi padi lebih besar
pada musim kemarau ini bisa
disebabkan karena pada musim
penghujan jumlah hama yang
menyerang tanaman padi lebih
banyak dibandingkan dengan musim
kemarau. Selain itu, menurut petani,
pada musim penghujan peranakan
tanaman padi tidak bisa banyak,
sehingga akan mempengaruhi jumlah
bulir padi yang dihasilkan setiap
tanaman padi yang pada akhirnya
akan mempengaruhi jumlah produksi
yang diperoleh petani
Analisis
Hubungan
Faktor
Produksi dengan Jumlah Produksi
Padi Lahan Sawah di Sekitar Sub
DAS Keduang
Lokasi yang Dekat dengan Sub
DAS Keduang. Persamaan regresi
faktor-faktor produksi dengan jumlah
produksi padi lahan sawah untuk
lokasi yang dekat Sub DAS Keduang
sebagai berikut :
Y = -279,064 - 6,384X1 +
2519,093X2 + 11,517X3 + 6,681X4
+ 1,142X5 - 840,257X6.................(6)
Dari hasil analisis, diperoleh
2
nilai R sebesar 0,627. Angka ini
berarti, bahwa seluruh variabel bebas
yang digunakan dalam penelitian
yaitu luas lahan garapan, jumlah
tenaga kerja, jumlah pupuk urea,
jumlah pupuk phonska, dan jumlah
pestisida
secara
bersama-sama
mampu
menjelaskan
variasi
perubahan yang terjadi pada variabel
tidak bebas yaitu jumlah produksi
padi sebesar 62,7%, sedangkan
sisanya sebesar 37,3% dijelaskan
variabel-variabel lain di luar model
misalnya curah hujan dan jumlah
pupuk organik.
Hasil uji F diketahui bahwa
nilai probabilitas signifikansi 0,000a.
Nilai probabilitas signifikansi lebih
kecil dari α = 10% (0,10). Hal ini
menunjukkan
bahwa
H1
Tabel 2. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah
Produksi Padi Lahan Sawah Untuk Lokasi yang Dekat dengan Aliran
Sub DAS Keduang
Model
Regresi
Residu
Total
Jumlah
Kuadrat
3.045
1.814
4.859
Derajat
bebas
6
23
29
Rata-rata
Kuadrat
5074449.968
788850.878
F
6.433
Sig
α= 10%
0,000a
Sumber: Hasil analisis data primer
diterima dan H0 ditolak yaitu
variabel-variabel
bebas
yang
digunakan dalam penelitian, yaitu
luas lahan garapan, jumlah tenaga
kerja, jumlah pupuk urea, jumlah
pupuk phonska, dan jumlah pestisida
secara bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap variabel tidak
bebasnya yaitu jumlah produksi padi
pada tingkat kepercayaan 90%.
Uji t digunakan untuk
mengetahui masing-masing pengaruh
variabel bebas terhadap variabel
tidak bebas. Penggunaan uji t dapat
dilakukan dengan melihat nilai thit
dan ttabel. Variabel bebas yang
mempunyai nilai thit lebih besar dari
ttabel pada taraf signifikansi α =10%
atau 0,10. Hal ini menunjukan bahwa
H1 diterima dan H0 ditolak yaitu
secara individu berpengaruh nyata
pada tingkat kepercayaan 90%
terhadap jumlah produksi padi.
Variabel bebas yang berpengaruh
secara individu terhadap jumlah
produksi padi yaitu luas lahan
garapan (X2) dan jumlah pupuk urea
(X4). Variabel jumlah benih, jumlah
tenaga kerja, jumlah pupuk phonska
dan jumlah pestisida mempunyai
nilai thit lebih kecil dari t tabel maka
dapat diartikan bahwa variabel bebas
ini tidak berpengaruh secara individu
terhadap jumlah produksi padi. Hasil
analisis dengan menggunakan SPSS
pada matrik Pearson Correlation
(PC) didapat nilai PC tertinggi yaitu
0,761, nilai VIF tertinggi adalah
3,340 dan diketahui bahwa titik-titik
yang ada dalam diagram scatterplot
menyebar dan tidak membentuk
suatu pola tertentu yang artinya
dalam
model
tidak
terjadi
multikolinearitas
maupun
heterokedastisitas.
Tabel 3. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Jumlah
Produksi Padi Lahan Sawah Untuk Lokasi yang Dekat dengan Aliran
Sub DAS Keduang
Variabel
Jumlah benih (X1)
Luas lahan garapan (X2)
Jumlah tenaga kerja (X3)
Jumlah pupuk urea (X4)
Jumlah pupuk phonska (X5)
Jumlah pestisida (X6)
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
thit
- 0,438
2,593*
0,768
2,021*
0,272
-0,884
ttabel
1,69
1,69
1,69
1,69
1,69
1,69
Tabel 4. Nilai Koefisien Korelasi Parsial Untuk Lokasi yang Dekat dengan Aliran
Sub DAS Keduang.
Variabel bebas (x)
Variabel terikat (y)
Penggunaan benih Jumlah produksi (y)
(x1)
Luas lahan (x2)
Penggunaan tenaga
kerja (x3)
Penggunaan pupuk
urea (x4)
Penggunaan pupuk
phonska (x5)
Penggunaan
pestisida (x6)
Nilai
koef. Sign.
korelasi (R)
0,52
Signifikan
0,71
0,62
Signifikan
Signifikan
0,65
Signifikan
0,55
Signifikan
0,34
Signifikan
Sumber : Analisis Data Primer
Setelah dilakukan analisis
regresi di atas, dan nilai dari
koefisien regresi masing-masing
diketahui selanjutnya dilakukan
analisis korelasi linear berganda.
Hasil analisis menunjukan bahwa
nilai koefisien korelasi sebesar 0,79.
Hal ini menunjukan bahwa di lokasi
yang dekat dengan aliran Sub DAS
Keduang, antara variabel terikat yang
berupa jumlah benih, luas lahan,
jumlah tenaga kerja, juimlah pupuk
urea, jumlah pupuk phonska dan
jumlah pestisida secara simultan
mempunyai korelasi atau hubungan
yang tinggi atau kuat dengan variabel
bebasnya yaitu jumlah produksi padi.
Sedangkan untuk hubungan secara
parsial dari masing-masing variabel
bebas dengan variabel terikat,
hasilnya adalah sebagai berikut. Nilai
Rx1,y sebesar 0,52 menunjukkan
bahwa hubungan jumlah benih yang
digunakan (X1) dengan jumlah
produksi (Y) memiliki korelasi yang
cukup berarti. Jumlah benih padi
yang digunakan akan menentukan
jumlah produksi padi yang akan
diperoleh petani.
Nilai Rx2,y sebesar 0,71
menunjukkan bahwa hubungan luas
lahan (X2) dengan jumlah produksi
(Y) memiliki korelasi atau hubungan
yang tinggi/kuat. Hubungan antara
luas lahan dengan jumlah produksi
adalah positif. Hal ini berarti
semakin luas lahan maka produksi
akan semakin tinggi. Nilai Rx3,y
sebesar 0,62 menunjukkan bahwa
hubungan jumlah tenaga kerja (X3)
dengan jumlah produksi (Y)
memiliki hubungan yang cukup
berarti.
Demikian pula dengan nilai
Rx4,y sebesar 0,65 juga menunjukkan
bahwa hubungan jumlah pupuk urea
(X4) dengan jumlah produksi (Y)
memiliki korelasi atau hubungan
yang cukup berarti. Nilai Rx5,y
sebesar 0,55 menunjukkan bahwa
hubungan jumlah pupuk phonska
(X5) dengan jumlah produksi (Y)
juga
memiliki
korelasi
atau
hubungan yang cukup berarti. Pupuk
merupakan salah satu input yang
dapat meningkatkan produksi padi.
Petani di lokasi penelitian rata-rata
hanya menggunkan pupuk urea dan
phonska. Pupuk urea merupakan
pupuk yang memiliki kandungan
unsur N yang dibutuhkan oleh
tanaman
untuk
merangsang
pertumbuhan tanaman. Sedangkan
pupuk phonska memiliki kandungan
unsur yang lebih lengkap. Pupuk
phonska juga dapat menambah daya
tahan tanaman terhadap gangguan
hama dan penyakit.
Nilai
Rx6,y
sebesar 0,34
menunjukkan
bahwa
hubungan
jumlah pestisida (X6) dengan jumlah
produksi (Y) memiliki korelasi atau
hubungan yang rendah/lemah tapi
pasti. Ini disebabkan penggunaan
pestisida oleh petani hanya dilakukan
ketika tanaman padi benar-benar
terserang hama penyakit, apabila
tidak terserang maka petani tidak
melakukan penyemprotan pestisida
pada tanaman padi.
Setelah
nilai
koefisien
korelasi simultan diperoleh, nilai
koefisien determinan (KP). Dari hasil
analisis
diperoleh
koefisien
determinasi (KP) sebesar 79%. Nilai
ini menunjukkan kontribusi semua
variabel bebas terhadap variabel
terikat secara simultan adalah sebesar
79%. Sementara itu 21% sisanya
merupakan kontribusi dari faktorfaktor lain selain faktor yang
diwakili oleh variabel bebas.
Lokasi yang Jauh dengan Sub DAS
Keduang. Persamaan regresi faktorfaktor produksi dengan jumlah
produksi padi lahan sawah untuk
lokasi yang dekat Sub DAS Keduang
sebagai berikut :
Y = 356,247 + 19,428X1 1233,306X2 + 5,806X3 + 1,637X4 +
2,069X5 + 1729,738X6................(7)
Dari hasil analisis, diperoleh
2
nilai R sebesar 0,680. Angka ini
berarti, bahwa seluruh variabel bebas
yang digunakan dalam penelitian
yaitu luas lahan garapan, jumlah
tenaga kerja, jumlah pupuk urea,
jumlah pupuk phonska, dan jumlah
pestisida
secara
bersama-sama
mampu
menjelaskan
variasi
perubahan yang terjadi pada variabel
tidak bebas yaitu jumlah produksi
padi sebesar 68%, sedangkan sisanya
sebesar 32% dijelaskan variabelvariabel lain di luar model misalnya
curah hujan dan jumlah pupuk
organik.
Hasil uji F diketahui bahwa
nilai probabilitas signifikansi 0,000a.
Nilai probabilitas signifikansi lebih
kecil dari α = 10% (0,10).
Tabel 5. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah
Produksi Padi Lahan Sawah Untuk Lokasi yang Jauh dari Aliran Sub
DAS Keduang.
Model
Regresi
Residu
Total
Jumlah Kuadrat
4836145.833
2279621.667
7115767.500
Derajat
bebas
6
23
29
Sumber: Hasil analisis data primer
Rata-rata
Kuadrat
806024.305
99113.986
F
8.132
Sig
α= 10%
0,000a
Hal ini menunjukkan bahwa
H1 diterima dan H0 ditolak yaitu
variabel-variabel
bebas
yang
digunakan dalam penelitian, yaitu
luas lahan garapan, jumlah tenaga
kerja, jumlah pupuk urea, jumlah
pupuk phonska, dan jumlah pestisida
secara bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap variabel tidak
bebasnya yaitu jumlah produksi padi
pada tingkat kepercayaan 90%.
Uji t digunakan untuk mengetahui
masing-masing pengaruh variabel
bebas terhadap variabel tidak bebas
yaitu jumlah produksi padi lahan
sawah.
Penggunaan uji t dapat
dilakukan dengan melihat nilai thit
dan ttabel. Hasil penghitungan uji t
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 menunjukan nilai thit
dan ttabel dari masing-masing variabel
bebas dari hasil penghitungan.
Variabel bebas yang mempunya nilai
thit lebih besar dari t tabel pada taraf
signifikansi α =10% atau 0,10. Hal
ini menunjukkan bahwa H1 diterima
dan H0 ditolak yaitu secara individu
berpengaruh nyata pada tingkat
kepercayaan 90% terhadap jumlah
produksi padi. Variabel bebas yang
berpengaruh secara individu terhadap
jumlah produksi padi yaitu jumlah
benih (X1) dan jumlah pupuk
phonska (X5) dan jumlah pestisida
(X6). Variabel luas lahan, jumlah
tenaga kerja dan jumlah pupuk urea
mempunyai nilai t hit lebih kecil dari
ttabel pada taraf signifikansi α =10%
atau 0,10 maka dapat diartikan
bahwa variabel bebas ini tidak
berpengaruh secara individu terhadap
jumlah produksi padi.
Pengujian
model
agar
termasuk dalam BLUE (Best Linear
Unbiased
Estimation)
dapat
dilakukan
dengan
uji
multikolinearitas, heteroskedastisitas
dan autokorelasi. Hasil analisis
dengan menggunakan SPSS pada
matrik Pearson Correlation (PC)
didapat nilai PC tertinggi yaitu
0,762, nilai VIF tertinggi adalah
4,301 dan diketahui bahwa titik-titik
yang ada dalam diagram scatterplot
menyebar dan tidak membentuk
suatu pola tertentu yang artinya
dalam
model
tidak
terjadi
multikolinearitas
maupun
heterokedastisitas
Setelah dilakukan analisis
regresi di atas, dan nilai dari
koefisien regresi masing-masing
diketahui, selanjutnya dilakukan
analisis korelasi linear berganda.
Hasil analisis menunjukan bahwa
nilai koefisien korelasi sebesar 0,83.
Tabel 6. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Jumlah
Produksi Padi Lahan Sawah Untuk Lokasi yang Jauh dari Sub DAS
Keduang
Variabel
Jumlah benih (X1)
Luas lahan garapan (X2)
Jumlah tenaga kerja (X3)
Jumlah pupuk urea (X4)
Jumlah pupuk phonska (X5)
Jumlah pestisida (X6)
Sumber : Hasil Analisis Data Primer
thit
1,766*
-0,730
0,714
1,033
1,893*
1,822*
ttabel
1,69
1,69
1,69
1,69
1,69
1,69
Tabel 7. Nilai Koefisien Korelasi Parsial Untuk Lokasi yang Jauh dengan Aliran
Sub DAS Keduang.
Variabel bebas (x)
Variabel terikat (y)
Penggunaan benih Jumlah produksi (y)
(x1)
Luas lahan (x2)
Penggunaan tenaga
kerja (x3)
Penggunaan pupuk
urea (x4)
Penggunaan pupuk
phonska (x5)
Penggunaan
pestisida (x6)
Nilai
koef. Sign.
korelasi (R)
0,68
Signifikan
0,54
0,45
Signifikan
Signifikan
0,43
Signifikan
0,67
Signifikan
0,34
Signifikan
Sumber : Analisis Data Primer
Hal ini menunjukan bahwa di
lokasi yang jauh dengan aliran Sub
DAS Keduang antara variabel terikat
yang berupa jumlah benih, luas
lahan, jumlah tenaga kerja, juimlah
pupuk urea, jumlah pupuk phonska
dan jumlah pestisida secara simultan
mempunyai korelasi atau hubungan
yang tinggi atau kuat dengan variabel
bebasnya yaitu jumlah produksi
padi.Nilai
Rx1,y sebesar
0,68
menunjukkan
bahwa
hubungan
jumlah benih yang digunakan (X1)
dengan jumlah produksi
(Y)
memiliki korelasi yang cukup berarti.
Jumlah benih padi yang digunakan
akan menentukan jumlah produksi
padi yang akan diperoleh petani.
Nilai yang positif menunjukkan
hubungan yang positif antara jumlah
benih dengan jumlah produksi.
Nilai Rx2,y sebesar 0,54
menunjukkan bahwa hubungan luas
lahan (X2) dengan jumlah produksi
(Y) memiliki korelasi atau hubungan
yang cukup berarti. Hubungan antara
luas lahan dengan jumlah produksi
adalah positif. Hal ini berati semakin
luas lahan maka produksi akan
semakin tinggi. Nilai Rx3,y sebesar
0,45 menunjukkan bahwa hubungan
jumlah tenaga kerja (X3) dengan
jumlah produksi (Y) memiliki
hubungan yang cukup berarti.
Demikian pula dengan nilai
Rx4,y sebesar 0,43 juga menunjukkan
bahwa hubungan jumlah pupuk urea
(X4) dengan jumlah produksi (Y)
memiliki korelasi atau hubungan
yang cukup berarti. Nilai Rx5,y
sebesar 0,67 menunjukkan bahwa
hubungan jumlah pupuk phonska
(X5) dengan jumlah produksi (Y)
juga
memiliki
korelasi
atau
hubungan yang cukup berarti. Pupuk
merupakan salah satu input yang
dapat meningkatkan produksi padi.
Petani di lokasi penelitian rata-rata
hanya menggunakan pupuk urea dan
phonska. Pupuk urea merupakan
pupuk yang memiliki kandungan
unsur N yang dibutuhkan oleh
tanaman
untuk
merangsang
pertumbuhan tanaman. Sedangkan
pupuk phonska memiliki kandungan
unsur
yang
lebih
lengkap
dibandingkan dengan pupuk urea.
Pupuk phonska mengandung unsur
N, P, K dan S. Pupuk urea ini dapat
menambah daya tahan tanaman
terhadap gangguan hama dan
penyakit serta kekeringan. Selain itu
juga dapat meningkatkan produksi
dan kualitas panen.
Nilai
Rx6,y
sebesar 0,34
menunjukkan
bahwa
hubungan
jumlah pestisida (X6) dengan jumlah
produksi (Y) memiliki korelasi atau
hubungan yang rendah/lemah tapi
pasti. Hal ini disebabkan pestisida
digunakan oleh petani ketika
tanaman padi benar-benar terserang
hama penyakit, apabila tidak
terserang
maka
petani
tidak
melakukan penyemprotan pestisida
pada tanaman padi.
Setelah
nilai
koefisien
korelasi simultan diperoleh, nilai
koefisien determinan (KP) juga dapat
diperoleh. Dari hasil analisis
diperoleh koefisien determinasi (KP)
sebesar 68%. Nilai ini menunjukkan
kontribusi semua variabel bebas
terhadap variabel terikat secara
simultan adalah sebesar 68%.
Sementara itu 32% (sisanya)
merupakan kontribusi dari faktorfaktor lain selain faktor yang
diwakili oleh variabel bebas.
SIMPULAN
Besarnya produksi padi lahan sawah
di daerah aliran sungai (DAS) Solo
hulu Kabupaten Wonogiri untuk
lokasi yang dekat dengan aliran
sungai Keduang pada musim
penghujan adalah sebesar 3,8 ton/Ha
gabah basah dan pada musim
kemarau 3,8 ton/Ha gabah basah.
Lokasi yang jauh dari aliran sungai
Keduang pada musim penghujan
menghasilkan 4,2 ton/Ha gabah
basah dan 5 ton/Ha bagah basah pada
musim kemarau. Hubungan antara
faktor produksi secara bersama-sama
menunjukkan hubungan yang kuat
dengan jumlah produksi, baik itu
untuk lokasi yang dekat ataupun
yang jauh dengan aliran Sub DAS
Keduang. Secara individu faktor
produksi
penggunaan
benih,
penggunaan pupuk urea, penggunaan
pupuk phonska dilokasi penelitian
yang dekat dengan Sub DAS
Keduang memiliki hubungan yang
cukup berarti dengan variabel tak
bebas dan untuk faktor produksi
berupa luas lahan memiliki hubungan
yang kuat dengan jumlah produksi.
Untuk lokasi penelitian yang jauh
dari Sub DAS Keduang faktor
produksi berupa penggunaan benih,
luas lahan, penggunaan pupuk urea
dan penggunaan pupuk phonska
memiliki hubungan yang cukup
berarti dengan jumlah produksi.
Hubungan faktor produksi berupa
penggunaan pestisida dengan jumlah
produksi adalah rendah/lemah untuk
kedua lokasi penelitian. Petani
diharapkan
lebih
mampu
mengoptimalkan luas lahan yang
dimiliki dengan menggunakan benih
unggul agar produksi padi lebih
optimal lagi. Petani di lokasi yang
jauh dari aliran Sub DAS Keduang
diharapkan
tetap
menggunakan
pupuk phonska terutama pada saat
musim kemarau, tentu saja dengan
dosis penggunaan pupuk yang tepat.
Dengan pertimbangan bahwa pupuk
phonska ini dapat menambah daya
tahan tanaman dari hama dan
penyakit serta kekeringan.
DAFTAR PUSTAKA
Alief. 2013. Analisisi Korelasi Lebih
dari 2 Variabel Bebas.
http://aliefworkshop.wordpre
ss.com/2013/07/24/analisikorelasi-lebih-dari-2variabel/.
Diakses
pada
tanggal 20 Agustus 2013
pukul 13.00 WIB.
Hasan, M. Ibal. 2002. Pokok-pokok
Materi Statistika 1. Bumi
Aksara. Jakarta.
Soetriono. Suwandari, A. Rijanto.
2006.
Pengantar
Ilmu
Pertanian. Bayu Media.
Malang.
Sutrisno, J. Sanim, B. Saefuddin, A.
Sitorus, S.S.P. 2012. Valuasi
Ekonomi
Erosi
Lahan
Pertanian di Sub Daerah
Aliran
Sungai
Keduang
Kabupaten Wonogiri. SEPA.
Vol.8 No.2. ISSN: 18299946.
Download