98 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan

advertisement
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bagian pendahuluan sampai analisis
hasil penelitian, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan
sebagai intisari pemikiran sebagai berikut :
Keberadaan lembaga Hamang Utan di wilayah adat Napaulun
Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata sangat membantu masyarakat dalam
menyelesaikan segala bentuk permasalahan atau konflik dalam masyarakat.
Ini dibuktikan dalam beberapa tahun digelarnya ritual Hamang Utan, segala
konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat diselesaikan lewat ritual ini.
Bahwa dalam perkembangannya selama kurang lebih dua puluh
satu tahun lembaga ini tidak dapat secara kontinyu digelar karena adanya
beberapa ikatan tradisi yang tidak relevan atau berbenturan dengan gerak
perubahan serta pola hidup masyarakat. Dalam hal wewenang pemimpin
adat secara turun temurun atau berdasarkan garis keturunan tidak dapat
digantikan kepada orang lain kecuali pemimipin adat sudah meninggal baru
dapat digantikan. Hal ini akan membuat macetnya ritual adat karena harus
mendengar segala keputusan dari pemimpin adat untuk menyelenggarakan
ritual Hamang Utan. Apabila pemimpin adat tidak dapat mengambil
keputusan untuk segera menggelar ritual maka secara otomatis fungsi
manifes lembaga ini tidak dapat berjalan.
98
Setelah dilakukan penelitian dengan mengkaji fungsi utama serta
fungsi tambahan lembaga Hamang Utan dan harapan akan hasil konsensus
yakni meningkatkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan serta meningkatkan
partisipasi masyarakat maka di temui hal-hal sebagai berikut :
a. Konflik-konflik yang terjadi baik dalam skala pribadi maupun antar suku
tidak dapat terselesaikan sejak lembaga ini terabaikan maka secara
otomatis fungsi manifes dari lembaga ini tidak dapat berperan untuk
mengikat masyarakat yang berkonflik untuk mencari jalan damai.
b. Karena lembaga Hamang Utan tidak berjalan maka pola hidup gotong
royong yang lasim ada dalam kehidupan masyarakat pedesaan sudah
hampir tidak ditemui dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Berdasarkan kenyataan yang ditemui penulis di lapangan diketahui
bahwa segala bentuk konflik dapat terselesaikan dan normalisasi kehidupan
sosial masyarakat akan berjalan baik apabila lembaga Hamang Utan di
kembalikan sesuai dengan fungsinya.
6.2
Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah :
a. Kepada masyarakat setempat diharapkan agar tetap memiliki kesadaran
akan pentingnya fungsi lembaga Hamang Utan sehingga tidak terjadi
konflik yang berkepanjangan.
b. Tradisi adat harus tetap dipertahankan dan jangan sampai terpengaruh
oleh budaya luar, yang tidak cocok untuk diterapkan di tengah-tengah
99
masyarakat yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat dan
meninggalkan warisan leluhur yang perlu dibanggakan keberadaannya.
c. Kepada semua komponen yang memegang tanggung jawab dan otoritas
menentukan pelaksanaan upacara ritual Hamang Utan terutama Ata Raya
sebagai pemimpin adat agar lebih menyadari tanggung jawabnya dalam
memperhatikan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan pribadi
dalam hal penyelenggaraan ritual Hamang Utan untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi dalam masyarakat.
d. Kepada pemerintah, upacara Hamang Utan perlu dikembangkan sebagai
obyek wisata budaya, dalam rangka pemasukan in come bagi pemerintah
daerah dan peningkatan kehidupan masyarakat yang lebih layak di masa
mendatang.
100
DAFTAR PUSTAKA
Beding Michael dan Beding Indah Lestari. 1998. Lensa Flores Timur. Penerbit
Pem-Kab Flores Timur.
Candra I. Robby. 1992. Konflik Dalam Hidup Sehari-hari. Penerbit KanisiusJakarta.
Chambell Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial (Sketsa, Penilaian, Perbandingan).
Penerbit Kanisius-Jakarta.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Penerbit Balai Pustaka-Jakarta.
Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan. 2006. Hasil Kajian Upacara Pesta Kacang
Di Lembata. UPTD Propinsi Nusa Tenggara Timur.
George Ritzer. 2004. Teori Sosiologi Modern. Penerbit Gramedia-Jakarta.
Horton Paul Dan Hunt L. Chester. 1993. Sosiologi Jilid I. Penerbit ErlanggaJakarta.
Jhonson Doyle Paul. 1988. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern Jilid I. Penerbit
Gramedia-Jakarta.
Koentjaraningrat. 1975. Manusia Dan Kebudayaan Indonesia. Jambatan.
Jakarta.
Koentjaraningrat. 1994. Bunga Rampai Kebudayaan,
Pembangunan. Penerbit Gramedia-Jakarta.
Mentalitet
dan
Kryantono, Rahmat. 2004. Teori Dan Praktik Dalam Penelitian Kualitatif.
Penerbit Gramedia-Jakarta.
Liliwery Aloysius, Prof. Dr. 1997. Sosiologi Organisasi. Penerbit Citra Aditya
Bakti-Bandung.
Liliwery Aloysius, Prof. Dr. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi
Antarbudaya. Penerbit Pustaka Belajar-Jogyakarta.
Liliwery Aloysius, Prof. Dr. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya.
Penerbit Pustaka Belajar-Jogyakarta.
101
Lawang Robert, Drs. 1986. Modul Sistem Sosial Indonesia. Penerbit KarunikaJakarta.
Moleong Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja RosdakaryaBandung.
Mulyana, Dedy dan Rahmat Jalaludin. 2001. Komunikasi Antarbudaya. Penerbit
Remaja Rosdakarya-Bandung.
Mulyana, Dedy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Penerbit Remaja
Rosdakarya-Bandung.
Sarwono Wirawan. 1987. Masalah-Masalah Kemasyarakatan. Penerbit Pustaka
Sinar Harapan.
Soekamto Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit Rajawali-Jakarta.
......................., 1990. Teori Klasik Dan Modern Jilid II. Penerbit Gramedia.
Jakarta.
(http: // jepits. wordpress. com / 2007 / 12 / 19 / Manajemen - Konflik-Definisidan-Teori-Teori-Konflik/).
(http: //www. scripps. ohiou. edu/news/cmdd/artikel _ ef.htm).
(http: //ww.w.e. psikologi. Com/ epsi/ industri _ detail. Usp ?id = 443).
102
PEDOMAN WAWANCARA
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan tidak atau jarang digelarnya ritual
Hamang Utan ?
2. Bagaimana situasi yang dihadapi oleh masyarakat ketika tidak berlakunya
fungsi manifes lembaga Hamang Utan ?
3. Konflik-konflik seperti apa yang sering mewarnai kehidupan sosial
masyarakat di wilayah adat Napaulun ?
4. Siapa saja yang berwenang dan langsung terlibat dalam penyelesaian konflik ?
5. Sikap apa yang ditonjolkan oleh setiap warga kampung untuk menunjukkan
keterikatannya dengan Lewotanah berkaitan dengan ritual Hamang Utan.
6. Sanksi seperti apa yang diberikan kepada kelompok atau orang yang
mengabaikan momentum pelaksanaan ritual Hamang Utan ?
7. Apakah setuju, jika tradisi wewenang tradisional yang dipakai selama ini
dapat ditinjau kembali ?
8. Bagaimana sikap masyarakat ketika masuknya budaya baru, apakah secara
negatif menolak perubahan tersebut ataukah secara positif menerimanya
sebagai masukan untuk perkembangan budaya lokal ?
9. Apakah selama ini pola hidup gotong rotong masih nampak dalam kehidupan
masyarakat ?
10. Apa yang diharapkan untuk menormalisasikan situasi kehidupan sosial yang
diwarnai konflik ?
11. Apakah fungsi manifes lembaga Hamang Utan dewasa ini seiring
perkembangan zaman ?
103
104
Gambar I :
Salah satu bentuk persiapan sebelum
Hamang Utan
Gambar ini merupakan salah satu bentuk persiapan sebelum
upacara Hamang Utan. Penghormatan terhadap Lera Wulan Tanah Ekan
ditandai dengan kunjungan ke makam leluhur atau nenek moyang dengan
memasang lilin yang terbuat dari gulungan kapas yang sudah direndam
dalam minyak buah jarak. Hal ini di buat dengan maksud untuk
menghadirkan dan meminta restu leluhur untuk ikut serta ambil bagian
dalam upacara Hamang Utan sehingga tidak ada kendala pada saat ritual
Hamang Utan.
105
Gambar II :
Upacara Sebelum Lodo Nuba
Gambar ini adalah salah satu rangkaian upacara sebelum ”Lodo
Nuba” dipimpin oleh ketua suku, Bapak Mikhael Mangu (Posisi berdiri di
tengah) dan beberapa orang tua dalam suku Lemanuk. Upacara dilakukan di
depan rumah besar suku Lemanuk.
106
Gambar III:
Kegiatan Masak Kacang Merah
dan Santan Kelapa
Gambar ini menunjukan salah satu peran wanita sebagai ibu rumah
tangga. Isteri dari penimpin adat (tidak Berkerudung) mempunyai tugas
untuk memasak kacang merah yang nantinya akan di bawa ke Nuba.
Sementara salah seorang ibu (berkerudung) dari suku Lado Purab mendapat
tugas memasak santan kelapa untuk di buat minyak urapan yang digunakan
setelah selesai upacara Utan Lango Belen Tahak (upacara makan kacang).
107
Gambar IV :
Persiapan Sebelum Makan Kacang Merah
dan Ikan Kering
Pemimpin Adat (duduk di bale bambu) dengan beberapa ketua
suku lainnya sedang berada di Nuba membawa sesajen sebagai persembahan
kepada leluhur. Di tempat ini juga akan dilanjutkan upacara makan kacang
merah dan ikan kering.
108
Download