optimalisasi dalam pengamanan dan pemeliharaan aset tanah

advertisement
OPTIMALISASI DALAM PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN ASET
TANAH PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH (BPKAD) KOTA PONTIANAK
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Oleh:
SERLY WULANDARI& WINA RAHMAWATI HIDAYAH
ABSTRACT
Regional autonomy which granted to district or city region been implemented
giving a broad and real authority and responsibility. One authority namely the
fiscal decentralization, especially in financial management. Financial
management pertaining to management assets that deals with of local
resources.Assets land is one of its assets the most difficult in security and
maintenance. This is due to a lack of understanding still asset manager regarding
the regulation of related legislation, asset ownership the ground is not supported
evidence land rights legitimate, administration the ownership proof its not orderly
and land assets that have not been submitted to the Government the usage status
of Pontianak City. Therefore, the agency managing the finances and assets of the
region (BPKAD) of the city of Pontianak do optimization of security and
maintenance of the land assets by identifying existing assets, develop a database
assets by application information system management assets (SIMA) and
information system management goods the region (SIMBADA), monitor and
control the usage of assets and greater involvement various professions related
that capable of being assessed assets by tax object selling value (NJOP)
Keywords: Land Assets, Optimalize, Maintenance, Local Government and
Security
ABSTRAK
Otonomi daerah yang diberikan kepada daerah kabupaten atau kotadilaksanakan
dengan memberikan kewenangan yang luas dan nyata serta bertanggungjawab.
Salah satu kewenangan tersebut yakni adanya desentralisasi fiskal, khususnya
dalam manajemen keuangan.Manajemen keuangan berkaitan dengan manajemen
aset yang berhubungan dengan kekayaan daerah.Aset tanah merupakan salah satu
aset daerah yang paling sulit dalam pengamanan dan pemeliharaannya. Hal ini
disebabkan masih kurangnya pemahaman pengelola aset mengenai peraturan
perundangan terkait, kepemilikan aset tanah tidak didukung bukti hak atas tanah
yang sah, administrasi bukti kepemilikan aset tidak tertib serta aset tanah yang
belum diserahkan status penggunaannya kepada Pemerintah Kota Pontianak. Oleh
karena itu, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota
Pontianak melakukan optimalisasi pengamanan dan pemeliharaan aset tanah
dengan mengidentifikasi aset-aset yang ada, mengembangkan database aset
dengan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA) dan Sistem Informasi
1
Manajemen Barang Daerah (SIMBADA), melakukan pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan aset serta pelibatan berbagai profesi terkait yang
mampu menilai aset dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
Kata Kunci: Aset Tanah, Optimalisasi, Pemeliharaan, Pemerintah Daerah dan
Pengamanan
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Otonomi daerah yang diberikan kepada daerah kabupaten atau kota
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas dan nyata serta
bertanggungjawab kepada pemerintah daerah. Salah satu kewenangan yang dapat
dijalankan pemerintah daerah yaitu dengan adanya desentralisasi fiskal. Menurut
Saragih dalam Elsye (2013:25) bahwa:
Desentralisasi fiskal adalah suatu proses distribusi anggaran dari tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah
harus dipercayakan kepada staf atau tugas pemerintahan dan pelayanan
publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang
dilimpahkan.
Adanya perubahan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah menjadi UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 mengakibatkan harus adanya perubahan demi
terwujudnya keberhasilan otonomi daerah. Perubahan yang terjadi yaitu pada
manajemen Sumber Daya Aparatur, Manajemen Kelembagaan serta Manajemen
Keuangan.
Menurut Harmono (2011:6) fungsi manajemen keuangan dapat diperinci
ke dalam tiga bentuk kebijakan perusahaan, yaitu:
1. Keputusan investasi;
2. Keputusan pendanaan;
3. Kebijakan deviden.
Manajemen keuanganmembahas berbagai hal yang harus diperhatikan
dalam proses pengelolaan keuangan.Dari fungsi manajemen yang dijelaskan
diatas, berkaitan juga dengan manajemen aset dalam pengelolaannya.Manajemen
aset harus menjadi perhatian, karena berhubungan dengan kekayaan daerah.Aset
2
daerah
merupakan
salah
satu
unsur
penting dalam
menyelenggarakan
pemerintahan.Oleh karena itu, aset daerah harus dikelola dengan baik dan benar
sehingga dapat terwujud pengelolaan barang milik daerah yang transparan dan
akuntabel serta adanya kepastian nilai dari wujud aset tersebut dan harus sesuai
dengan kegunaaan serta tugas pokok dan fungsi pemerintahan daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dijelaskan bahwa
setiap barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah.
Unsur penyelenggaran Pemerintah Daerah atas Barang Milik Daerah adalah
Pemerintah Daerah yang termasuk Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah lainnya.
Disamping itu yang dikatakan sebagai pengguna barang adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Unit Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) selaku Kuasa Pengguna Barang.Barang Milik Daerah merupakan barang
yang sah dan merupakan hak kepemilikan setiap daerah serta harus memiliki datadata yang jelas atas kepemilikan barang tersebut.
Menurut Yusuf (2011:11) bahwa aset pemerintah yang termasuk aset
daerah terdiri atas enam golongan serta aset lainnya, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Golongan Tanah;
Golongan Peralatan dan Mesin;
Golongan Gedung dan Bangunan;
Golongan Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
Golongan Aset Tetap Lainya;
Golongan Kontruksi dalam Pengerjaan;
Golongan Aset Lainnya.
Berdasarkan penggolongan aset di atas, penulis mengambil permasalahan
yang ada pada Daftar Inventaris Barang Milik Daerah yaitu Tanah yang ada di
Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat.Tanah merupakan aset pemerintah
yang vital dalam operasional dan pelayanan kepada masyarakat.
Aset tanah merupakan aset yang paling sulit dalam pengelolaannya, hal ini
dikarenakan tanah yang dimiliki oleh pemerintah banyak ragamnya dengan status
penggunaan yang juga beragam sehingga banyak kepentingan terhadap tanah-
3
tanah yang dimiliki pemerintah.Produktifitas tanah sudah semakin tinggi, melihat
keperluan masyarakat yang semakin kompleks.Padahal pada masa lalu tanah tidak
memiliki daya jual tinggi, namun sekarang tanah sudah bernilai tinggi.Selain itu,
jumlah penduduk yang semakin meningkat dengan berbagai kepentingan yang
berbeda.
Permasalahan yang muncul juga dikarenakan kurang tertibnya administrasi
dalam melakukan inventarisasi seluruh aset daerah.Padahal, inventarisasi aset
merupakan bagian terpenting didalam siklus pengelolaan aset. Administrasi
tersebut merupakan salah satu cara dalam menginventarisasi aset yang diperlukan
dalam menjaga keamanan sehingga menjadi bukti kepemilikian daerah akan aset
tersebut. Maka dari itu sistem pengamanan dan pemeliharaan aset harus dilakukan
dengan baik.
Permasalahan tersebut merupakan tugas dan fungsi Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah dalam mengatasi berbagai persoalan aset
daerah.Dalam
pelaksanaan
tugasnya,
BPKADharus
melakukan
pengoptimalisasian terhadap aspek-aspek yang dipenuhi untuk menjaga keamanan
dan pemeliharaan aset khususnya pada studi kasus pengamanan dan pemeliharaan
aset tanah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kota Pontianak tentang Sistem Informasi Manajemen Aset
menjelaskan bahwa selama tahun 2013 (per 31 Desember 2013) data aset tanah
Pemerintah Kota Pontianak adalah sebanyak 964 persil. Namun dari jumlah
tersebut terdapat 52,7% atau 508 persil tanah yang belum bersertifikat atas nama
Pemerintah Kota Pontianak seluas 1.807.422 m2. Selain itu masih ada beberapa
aset tanah dan gedung yang belum bersertifikat meskipun PemerintahKota
Pontianak telah berusaha untuk membuat sertifikat tetapi terkendala di Badan
Pertanahan Nasional (BPKAD, 2013).
Perlu adanya pemantauan dan evaluasi dalam pelaksanaan pengelolaan
aset/kekayaan daerah, karena dalam melakukan pengelolaan aset tidak mudah dan
harus dilakukan pendataan sesuai dengan aset yang tertera atas wujud aset
tersebut.Adanya Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 16 Tahun 2013 tentang
4
Pengelolaan Barang Milik Daerah dengan maksud agar penyelenggaraan
pemerintah daerah guna mewujudkan otonomi daerah yang nyata, luas, dan
bertanggung jawab perlu didukung adanya pengelolaan barang milik daerah yang
ekonomis, efisien, efektif, tertib, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.
Oleh sebab itu penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul
“Optimalisasi Dalam Pengamanan Dan Pemeliharaan Aset Tanah Pada
Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat”.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengamanan dan pemeliharaan aset tanah yang
dilakukan oleh BPKAD di Kota Pontianak?
2. Permasalahan-permasalahan apayang dihadapi dalam pengamanan dan
pemeliharaan aset tanah?
3. Apa saja yang dilakukan oleh BPKADKota Pontianak dalam
mengoptimalkan pengamanan dan pemeliharaan aset tanah?
MAKSUD PENELITIAN
Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang
pengamanan dan pemeliharaan aset tanah, permasalahan serta hal-halyang
dilakukan dalam mengoptimalkan proses pengelolaan aset tanah pada Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) di Kota Pontianak Provinsi
Kalimantan Barat.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pengelolaan aset tanah pada
bagian pengamanan dan pemeliharaannya.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pengelolaan
aset tanah pada BPKADdi Kota Pontianak.
3. Untuk mengetahui optimalisasi yang dilakukan dalam mengatasi
permasalahan tersebut.
5
LANDASAN TEORI
MANAJEMEN ASET
Menurut Siregar (2004:190), “manajemen aset merupakan salah satu
profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya berkembang dengan populer
dilingkungan pemerintahan maupun di satuan kerja atau instansi”.
ASET/BARANG MILIK DAERAH
Menurut Siregar (2004:178)Aset adalah, “barang (thing) atau sesuatu
barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai
komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh
badan usaha, instansi atau individu (perorangan)”.
Mahmudi (2010:146) menjelaskan bahwa, “aset daerah adalah semua
kekayaan daerah yang dimiliki maupun yang dikuasai pemerintah daerah, yang
dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, hibah, swadaya, kewajiban
pihak ketiga, dan sebagainya”.
Klasifikasi aset daerah menurut Mahmudi (2010;146) dilihat dari mobilitas
barangnya, dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1.Benda tidak bergerak (real property), meliputi:
Tanah, bangunan gedung, bangunan air, jalan dan jembatan, instalasi,
jaringan serta monument/bangunan bersejarah (heritage).
2.Benda bergerak (personal property), meliputi:
Mesin, kendaraan, peralatan (alat berat, alat angkutan, alat bengkel, alat
pertanian, alat kantor dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran, alat
laboratorium, dan alat keamanan), buku/perpustakaan, barang bercorak
kesenian dan kebudayaan, hewan/ternak dan tanaman, persediaan
(barang habis pakai, suku cadang, bahan baku, bahan penolong, dsb)
serta surat-surat berharga.
OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH
Optimalisasi dalam beberapa literatur belum di artikan secara tegas,
namun dapat dijelaskan bahwa optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa optimalisasi merupakan suatu proses, cara, perbuatan yang
paling baik untuk mencapai hasil yang tertinggi yaitu optimal.
6
Siregar (2004:519) menyatakan bahwa:
Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai,
jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam
tahapan ini, aset-aset yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah diidentifikasi
dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki
potensi.Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasarkan
sektor-sektor unggulan yang dapat menjadi tumpuan dalam strategi
pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang. Untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan
transparan, sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari
faktor penyebabnya, apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai
ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya, sehingga setiap aset nantinya
memberikan nilai tersendiri. Hasil akhir dari tahapan ini adalah
rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk
mengoptimalkan aset yang dikuasai.
Optimalisasi yang digunakan penulis yaitu menurut Chabib Soleh dan
Heru Rochmansjah yang menjelaskan bagaimana upaya optimalisasi pengelolaan
aset daerah. Menurut Soleh dan Rochmansjah (2010:155) optimalisasi
pengelolaan kekayaan (aset) daerah meliputi:
(1) Identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset daerah
Pemerintah daerah perlu mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah
yang dimilikinya, baik yang saat ini dikuasai maupun yang masih
berupa potensi yang belum dikuasai atau dimanfaatkan. Untuk itu
pemerintah daerah perlu melakukan identifikasi dan inventarisasi nilai
dan potensi aset daerah. Kegiatan identifikasi dan inventarisasi
dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat, lengkap, dan
mutakhir mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah daerah. Identifikasi dan inventarisasi aset daerah tersebut
penting untuk pembuatan neraca kekayaan daerah yang akan
dilaporkan kepada masyarakat. Untuk dapat melakukan identifikasi
dan inventarisasi aset daerah secara lebih objektif dan dapat
diandalkan, pemerintah daerah perlu memanfaatkan profesi auditor
atau jasa penilai yang independen.
(2) Adanya sistem informasi manajemen aset daerah
Untuk mendukung pengelolaan aset daerah secara efisien dan efektif
serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah,
maka pemerintah perlu memiliki atau mengembangkan sistem
informasi manajemen yang komprehensif dan handal sebagai alat
untuk pengambilan keputusan. Sistem Informasi Manajemen Aset
Daerah juga berisi data base aset yang dimiliki daerah. Sistem tersebut
7
bermanfaat untuk menghasilkan laporan pertanggung jawaban. Selain
itu, sistem informasi tersebut juga bermanfaat untuk dasar
pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pengadaan barang dan
estimasi kebutuhan belanja (modal) dalam penyusunan APBD.
(3) Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset
Pengawasan dan pengendalian merupakan beberapa hal penting dalam
fungsi-fungsi manajemen. Proses pengawasan dan pengendalian
manajemen aset merupakan tindakan yang perlu diadakan dalam
pengawasan aset itu sendiri. Organisasi, perusahaan, badan, dinas atau
lembaga dalam manajemen yang baik sangat memerlukan adanya
proses pengendalian yang sesuai dengan perencanaan dan berjalan
efektif.
(4) Pelibatan berbagai profesi dan keahlian yang terkait seperti auditor
internal dan penilai
Pertambahan aset daerah dari tahun ke tahun perlu didata dan dinilai
oleh penilai independen. Peran profesi penilai secara aktif dalam
pengelolaan aset daerah antara lain identifikasi dan inventarisasi aset
daerah, memberi informasi mengenai status hukum harta daerah,
penilaian harta kekayaan daerah baik yang berwujud (tangible assets)
maupun yang tidak berwujud (intangible assets), analisis investasi dan
set-up investasi/pembiayaan serta pemberian jasa konsultasi
manajemen aset daerah (assets management consultant).
SIKLUS PENGELOLAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH
PENGAMANAN ASET/BARANG MILIK DAERAH
Soleh dan Rochmansjah (2010:200) menyatakan bahwa:
Pengamanan aset/barang milik daerah merupakan kegiatan atautindakan
pengendalian dan penertiban dalam upaya pengurusan barang milik daerah
secara fisik, administratif dan tindakan hukum. Pengamanan lebih
dititikberatkan pada penertiban atau pengamanan secara fisik dan
administratif sehingga barang milik daerah tersebut dapat dipergunakan
atau dimanfaatkan secara optimal serta terhindar dari penyerobotan,
pengambil alihan atau klaim dari pihak lain.
Sedangkan menurut Mahmudi (2010:152), “aset-aset pemerintah daerah
perlu mendapatkan pengamanan yang memadai. Pengamanan aset daerah yang
diperlukan meliputi pengamanan administrasi dan catatan, pengamanan secara
hukum, dan pengamanan fisik”. Penjelasan lebih lanjut tentang pengamanan dan
pemeliharaan menurut Mahmudi tersebut, yaitu:
(1) Pengamanan Administrasi dan Catatan
Pengamanan administrasi dan cacatan dilakukan dengan cara
melengkapi aset daerah dengan dokumen administrasi, catatan, dan
laporan barang. Dokumen administrasi dan catatan tersebut antara lain:
8
kartu inventaris barang, daftar inventaris barang, catatan akuntansi
aset, laporan mutasi barang serta laporan tahunan.
(2) Pengamanan Hukum
Pengamanan hukum atas aset daerah dilakukan dengan cara
melengkapi aset tersebut dengan bukti kepemilikan yang berkekuatan
hukum, antara lain: bukti kepemilikan barang, sertifikat tanah, BPKB
atau STNK, kuitansi atau faktur pembelian, berita acara serah terima
barang, surat pernyataan hibah, wakaf, sumbangan, atau donasi.
(3) Pengamanan Fisik
Pengamanan fisik atas aset daerah dilakukan dengan cara memberi
perlindungan fisik agar keberadaan aset tersebut aman dari pencurian
atau kehilangan dan kondisinya terpelihara tidak mengalami
kerusakan. Pengamanan fisik aset daerah dapat dilakukan antara lain
dengan cara:
penyimpanan di gudang barang daerah, pemagaran, pintu berlapis,
pemberian kunci, pemasangan alarm, pemasangan kamera CCTV di
tempat-tempat vital dan rawan, serta penjagaan oleh satpam.
PEMELIHARAAN ASET/BARANG MILIK DAERAH
Soleh dan Rochmansjah (2010:203) menyatakan bahwa:
Pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar semua barang selalu
dalam keadaan baik dan siap utuk digunakan secara berdaya guna dan
berhasil guna. Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang
sedang dalam unit pemakaian, tanpa merubah, menambah atau
mengurangi bentuk maupun konstruksi asal, sehingga dapat dicapai
pendayagunaan barang yang memenuhi persyaratan baik dari segi unit
pemakaian maupun dari segi keindahan.Adapun penyelenggaraan
pemeliharaan dapat berupa:
(1) Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari-hari
oleh Unit pemakai/pengurus barang tanpa membebani anggaran;
(2) Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan, yang
dilakukan secara berkala oleh tenaga terdidik/terlatih yang
mengakibatkan pembebanan anggaran; dan
(3) Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara sewaktu-waktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya
tidak dapat diduga sebelumnya, tetapi dapat diperkirakan
kebutuhannya yang mengakibatkan pembebanan anggaran.
TANAH
Menurut Parlindungan (1999:20), “pengertian tanah pada UUPA yaitu
hanya merupakan salah satu bagian dari bumi, disamping ditanam di bumi
ataupun di tubuh bumi”.
9
Selanjutnya menurut Chomzah (2002:5) Tanah Negara yaitu, “Tanah yang
tidak dipunyai oleh perorangan atau Badan Hukum dengan sesuatu hak atau
Tanah sesuai ketentuan yang berlaku”.
Darise (2009:231) menyatakan bahwa:
Tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan sesuai tugas pokok dan
fungsi instansi pengguna barang harus diserahkan kepada Kepala Daerah
selaku pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah. Penyerahan
kembali barang milik daerah tersebut dilakukan dengan memperhatikan
kondisi status tanah dan/atau bangunan, apakah telah bersertifikat (baik
dalam kondisi bermasalah maupun tidak bermasalah) atau tidak
bersertifikat (baik dalam kondisi bermasalah maupun tidak bermasalah).
Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah
diserahkan
tersebut
selanjutnya
didayagunakan
untuk
penyelenggaraan
pemerintahan yang meliputi fungsi-fungsi berikut:
(1) Fungsi pelayanan
Fungsi ini direalisasikan melalui pengalihan status penggunaan, di
mana barang milik daerah dialihkan penggunaannya kepada SKPD
lainnya untuk digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
(2) Fungi budgeter
Fungsi ini direalisasikan melalui pemanfaatan dan pemindahtanganan.
Pemanfaatan dimaksud dilakukan dalam bentuk sewa, kerjasama
pemanfaatan, pinjam pakai, bangun guna serah dan bangun serah guna.
Sedangkan pemindahtanganan dilakukan dalam bentuk penjualan,
tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal.
Menurut Sutedi (2012):
Untuk menjamin kepastian hukum hakatas tanah, dilaksanakan
Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang meliputi:
(1) Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah;
(2) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan perolehan hak-hak tersebut;
(3) Pemberian surat-surat tanda bukti hak (sertifikat) yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat.
METODE PENELITIAN
10
Penelitian ini menggunakan metode eksploratif kualitatif dengan
pendekatan secara induktif dimana penulis mencoba untuk menggambarkan
secara sistematis mengenai keadaan faktual dalam optimalisasi pengamanan dan
pemeliharaan aset tanah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat.
PEMBAHASAN
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN ASET TANAH OLEH BPKAD
DI KOTA PONTIANAK
Pengelolaan aset daerah sangat berhubungan dengan pengelolaan
keuangan daerah, karena apabila pengelolaan aset daerah dilakukan dengan baik
maka akan berpengaruh dengan pengelolaan keuangan daerah tersebut. Menurut
Yusuf (2011:6), “komponen laporan keuangan daerah memiliki banyak hal yang
perlu diungkapkan baik dalam catatan kas laporan keuangan, laporan aliran kas,
realisasi anggaran, dan neraca sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan”.
Proses pengamanan dan pemeliharaan aset pada BPKAD Kota Pontianak
khususnya pada aset tanah dilakukan sesuai dengan proses pengelolaan aset.
Berpedomanpada Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 16 Tahun 2013
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, Pemerintah Kota Pontianak berusaha
mengelola aset yang dimiliki oleh pemerintah. Pentingnya pengamanan dan
pemeliharaan aset yang dilakukan oleh BPKAD Kota Pontianak karena
pengamanan dan pemeliharaan aset merupakan bagian yang sangat berpengaruh
terhadap masa dan kualitas aset tersebut termasuk aset tanah.Bagian pengamanan
dan pemeliharaan tidak dapat terpisahkan dari siklus pengelolaan Barang Milik
Daerah. Proses pengamanan dan pemeliharaan tersebut dibebani oleh Sub. Bidang
Pemanfaatan Pemeliharaan dan Pengamanan.
Dari hasil wawancara bersama Kepala Sub. Bidang Pemanfaatan
Pemeliharaan dan Pengamanan dapat diketahui bahwa:
Proses pengamanan dan pemeliharaan barang milik daerah itu dilakukan
sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Strategi yang
dilakukan oleh BPKAD Kota Pontianak berpedoman kepada Visi dan Misi
Kepala Daerah serta bersumber pada tugas pokok dan fungsi Badan
11
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah itu sendiri. Selanjutnya strategi
yang dilakukan oleh BPKAD Pontianak dalam proses pengelolaan barang
milik daerah sudah sesuai dengan prosedur yang ada, karena daerah
memiliki aturan yang sudah jelas yaitu Keputusan Walikota Pontianak
Nomor 851 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur
Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah Pontianak.
Proses pengamanan dan pemeliharaan barang milik daerah khususnya
pada aset tanah dilakukan dengan berbagai carasebagai berikut:
A.
PENGAMANAN
Pengamanan merupakan suatu tindakan pengendalian dalam pengurusan
Barang Milik Daerah.Pengamanan tersebut dilakukan dalam bentuk fisik,
administratif, dan tindakan upaya hukum. Proses pengamanan dan pemeliharaan
aset tanah oleh BPKAD Kota Pontianak dilakukan dengan memiliki Standar
Operasional Prosedur, sehingga pengamanan dan pemeliharaan aset tanah dapat
berjalan dengan baik.
Berdasarkan Keputusan Walikota Pontianak Nomor 851 Tahun 2011
tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Barang Milik Daerah,
Pemerintah Kota Pontianak menjelaskan tentang pihak-pihak yang terkait dalam
Pengelolaan Barang Milik Daerah beserta peran dan fungsinya yang merujuk pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah.Pengelolaan Barang Milik Daerah khususnya
aset tanah pada tahap pengamanan dan pemeliharaan adalah sebagai berikut:
1.
PENGAMANAN ADMINISTRATIF
PengamananAdministratifyang dilakukan adalah kegiatan pembukuan,
inventarisasi, pelaporan dan penyimpanan dokumen kepemilikan.Barang Milik
Daerah berupa aset tanah yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Pontianak harus
disertifikatkan atas nama Pemerintah Daerah Kota Pontianak.
Kepala BPKAD Kota Pontianak selaku pembantu pengelola barang
memiliki peran dan tugas melakukan koordinasi dengan SKPD terhadap labelisasi
barang milik daerah serta menyelesaikan bukti kepemilikan barang milik
daerah.Khusus aset tanah labelisasi tersebut berupa tanda kepemilikan tanah yaitu
12
dengan adanya kepemilikan sertifikat tanah atau dokumen-dokumen yang
mendukung atas sahnya Pemerintah Kota Pontianak memiliki tanah tersebut.
Selanjutnya Kepala SKPD/Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku pengguna
barang dengan peran dan tugas melakukan pencatatan, pemasangan label dan
penyelesaian bukti terhadap barang milik daerah.Pencatatan terhadap aset tanah
dilakukan agar semua tanah yang dimiliki Pemerintah Kota Pontianak tercatat dan
terdata sesuai dengan jumlah tanah yang ada.
2.
PENGAMANAN FISIK
Pengamanan fisik terhadap Barang Milik daerah berupa tanah dilakukan
dengan maksud untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi tanah, penurunan
nilai tanah serta agar semua pihak mengetahui tanah tersebut milik Pemerintah
Kota Pontianak dan dapat dilakukan antara lain dengan carapemagaran,
pemasangan tanda batas tanah serta pemasangan papan tanda kepemilikan.
Pemagaran dan pemasangan papan tanda kepemilikan dilakukan oleh
pengguna terhadap tanah dan/atau bangunan yang dipergunakan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi serta tanah dan/atau bangunan yang telah
diserahkan oleh pengguna kepada Kepala Daerah.
Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) terhadap Pengamanan Barang
Milik Daerah, Sekretaris Daerah selaku pengelola barang dengan peran dan tugas
penyimpanan bukti kepemilikan terhadap barang milik daerah.Dengan demikian,
Sekretaris Daerah Kota Pontianak sesuai peran dan fungsinya selaku pengelola
barang menyimpan segala bukti kepemilikan terhadap aset tanah tersebut.
Kepala BPKAD Kota Pontianak selaku pembantu pengelola barang
memiliki peran dan tugas melakukan koordinasi dengan SKPD terhadap
pengamanan fisik barang inventaris dan barang persediaan.Selain itu, Kepala
SKPD/Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku pengguna barang dengan peran dan
tugas melakukan pengamanan fisik terhadap barang inventaris dan barang
persediaan.
3.
PENGAMANAN HUKUM
13
Pengamanan
hukum
meliputi
kegiatan
melengkapi
bukti
status
kepemilikan tanah.Sedangkan upaya hukum dilakukan apabila terjadi pelanggaran
hak atau tindak pidana dan/atau perdata.
Pengamanan Hukum atas Barang Milik Daerah berupa tanah dilakukan
dengan maksud agar aset tanah memiliki kelengkapan berupa surat-menyurat
maupun data-data yang sah tentang kepemilikan tanah tersebut.Bukti kepemilikan
yang ada harus berkekuatan hukum seperti sertifikat tanah.
Selanjutnya
dijelaskan
tentang
Mekanisme
dan
Prosedur
Kerja
berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengamanan barang Milik
Daerah Pemerintah Kota Pontianak yang diuraikan sebagai berikut:
1.SKPD melaksanakan pengamanan administratif melalui pencatatan
pemasangan label terhadap barang milik daerah, pengamanan fisik
dengan pemagaran dan pemasangan papan tanda kepemilikan tanah dan
bangunan serta tindakan hukum dengan melakukan musyawarah untuk
penyelesaian atas barang milik daerah yang bermasalah dengan pihak
lain.
2.Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) selaku
pembantu pengelola barang milik daerah melakukan koordinasi dengan
SKPD terhadap pelaksanaan pengamanan administratif, pengamanan
fisik dan tindakan hukum yang dilaksanakan oleh SKPD.
3.Dalam hal tidak tercapai penyelesaian atas barang milik daerah yang
bermasalah dengan pihak lain atau tidak ditemukan kata mufakat, SKPD
berkoordinasi dengan Bagian Hukum dalam upaya pengadilan perdata
maupun pidana, selanjutnya dilakukan penerapan hukum melalui
tindakan represif/pengambil alihan, penyegelan, penyitaan secara paksa
oleh Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) bersama Bagian
Hukum/Pembantu Pengelola.
B.
PEMELIHARAAN
Ruang lingkup Standar OperasionalProsedur (SOP) Pemeliharaan Barang
Milik Daerah Pemerintah Kota Pontianak mencakup pemeliharaan ringan, sedang,
dan berat. Pihak-pihak yang terkait dengan Pemeliharaan Barang Milik Daerah
14
Pemerintah Kota Pontianak beserta peran dan fungsinya bila merujuk pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
pengelolaan barang Milik Daerah adalah sebagai berikut:
1.Sekretaris Daerah Kota Pontianak selaku pengelola barang, dengan
peran dan tugas melakukan pengendalian atas pengelolaan barang milik
daerah;
2.Kepala BPKAD Kota Pontianak selaku pembantu pengelola barang
dengan peran dan tugas memelihara barang milik daerah yang berada
dalam penguasaannya;
3.Kepala SKPD/Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku pengguna barang
dengan peran dan tugas memelihara barang milik daerah yang berada
dalam penguasaannya;
4.Panitia pemeriksa barang dengan peran dan tugas menerima atas
pekerjaan pemeliharaan barang milik daerah dan membuat Berita Acara
Pemeriksaan pekerjaan.
Mekanisme dan prosedur kerja Pemeliharaan Barang Milik Daerah
Pemerintah Kota Pontianak diuraikan sebagai berikut:
1.Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai pengguna barang sesuai
dengan
Daftar
Kebutuhan
Pemeliharaan
barang
Milik
daerah
(DKPBMD) malaksanakan pemeliharaan barang milik daerah;
2.Masing-masing SKPD melaksanakan pemeliharaan barang milik daerah
yang ditetapkan dengan Surat Perintah Kerja/Surat Perjanjian/kontrak
yang ditandatangani oleh satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD);
3.Setelah penyedia barang dan jasa melaksanakan pekerjaan dan
dinyatakan 100%, panitia pemeriksa barang memeriksa pekerjaan
pemeliharaan barang yang akan diterima;
4.Panitia pemeriksa barang memuat Berita Acara pemeriksaan pekerjaan
yang ditandatangani oleh panitia pemeriksa barang;
5.Pelaksanaan
pekerjaan/pemeliharaan
barang
dilaporkan
pengelola barang melalui pembantu pengelola barang;
15
kepada
6.Masing-masing SKPD membuat catatan atas pekerjaan pemeliharaan
barang dalam kartu pemeliharaan/perawatan barang;
7.Pembantu
pengelola
barang
menghimpun
seluruh
pelaksana
pemeliharaan barang dan dilaporkan kepada Kepala Daerah.
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Barang Milik Daerah harus dengan
prosedur yang ada. Formulir kegiatan pemeliharaan Barang Milik Daerah meliputi
Berita Acara Pemeriksaan Barang dan Jasa serta Kartu Pemeliharaan
Barang.Pencatatan dalam Kartu Pemeliharaan/Perawatan Barang dilakukan oleh
pengurus barang. Adapun contoh format Kartu Pemeliharaan/Perawatan Barang
sebagai berikut:
Tabel 1.1
Contoh Format Kartu Pemeliharaan/Perawatan Barang
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN
DALAM
OPTIMALISASI
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN ASET TANAH
Pengelolaan aset atau barang milik daerah yang dilakukan BPKAD Kota
Pontianak sudah dilakukan sesuai prosedur yang ada. Sesuai dengan pengamatan
yang dilakukan, bahwa prosedur tersebut menyesuaikan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dengan tetap menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri
16
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan barang Milik Daerah
sebagai landasan. Selanjutnya diturunkan Peraturan Daerah Kota Pontianak
Nomor 16 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Keputusan
Walikota Pontianak Nomor 851 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik
Daerah Pemerintah Pontianak. Namun dalam setiap pelaksanaannya, masih saja
terdapat berbagai kendala. Hal ini dapat diketahuiberdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala Sub. Bidang Pemanfaatan Pemeliharaan dan Pengamanan BPKAD
Kota Pontianak yang mengatakan bahwa:
Terdapat aset tanah milik pemerintah Kota Pontianak yang belum
bersertifikat..Untuk mengadministrasikan tanah-tanah milik pemerintah
daerah kendalanya adalah karena tanah yang dikuasai pemerintah tersebut
merupakan tanah turun-temurun yang dikuasai oleh pemerintah daerah dan
bukti surat-suratnya ada yang mudah ditelusuri dan ada juga yang sulit
ditelusuri bukti kepemilikannya.Jika dilihat dari sejarah kepemilikan aset
tanah tersebut salah satunya adalah karena terjadinya otonomi daerah yang
mana aset tanah yang sebelumnya milik pemerintah provinsi yang
diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota dengan tanpa dilengkapi
oleh surat-surat yang mendukung. Belum lagi timbulnya komplain dari
ahli waris yang mengaku akan kepemilikan tanah tersebut. Selain itu
ketidaksesuaian data tanah yang nyata dengan sertifikat yang ada sehingga
tidak sesuainya keterangan pengadministrasian data yang ada.Disamping
itu, tidak semua pengelola Aset/Barang Milik Daerah memahami secara
dalam tentang Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah yang menjadi acuan dalam pengelolaan
Aset ataupun Barang Milik Daerah.
Lebih lanjut, hasil dari fenomena yang diamati dan dikaji selama penulis
melakukan penelitian pada BPKAD bidang Aset yaitu dari total 1.026 persil tanah
yang dikuasi oleh pemerintah kota Pontianak sampai dengan per 31 Desember
2014, masih terdapat beberapa persil tanah yang belum bersertifikat Hak Pakai
atas nama Pemerintah Kota Pontianak. Berdasarkan data awal yaitu selama tahun
2013 (per 31 Desember 2013) data aset tanah Pemerintah Kota Pontianak adalah
sebanyak 964 persil dengan total realisasi 62 persil tanah selama tahun 2014 yang
menjadi Hak Milik tetapi belum menjadi Hak Pakai atas nama Pemerintah Kota
Pontianak. Kemudian, terdapat 54 persil tanah yang nilai jualnya diganti oleh
pemerintah daerah kepada perorangan dengan belanja modal pengadaan tanah dan
8 persil tanah lainnya hanya diganti nilai bangunannya saja tanpa meminta ganti
17
nilai tanah yang dimiliki (dalam hal ini pihak perorangan yang memiliki tanah
dengan ikhlas memberikan sebagian tanahnya untuk dijadikan kepentingan umum
berupa pelebaran jalan raya).
Kepemilikan aset tanah masih banyak yang tidak didukung dengan bukti
hak atas tanah yang sah (sertifikat) sehingga hak atas aset tersebut tidak jelas dan
rawan terhadap penyalahgunaan. Serta di beberapa lokasi dengan aset tanah milik
pemerintah diduduki oleh warga dengan secara tidak sah. Administrasi terhadap
bukti kepemilikan Aset Daerah masih banyak yang tidak tertib. Terdapat beberapa
Barang Milik Daerah berupa aset tanah yang belum diserahkan status
penggunaannya oleh Kepala Daerah sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
Barang Milik Daerah kepada Pemerintah Kota Pontianak.
Penyertifikatan tanah-tanah pemerintah yang berasal dari pemberian atas
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi kepada daerah tidak semudah yang
dibayangkan.Berita acara penyerahan umumnya tidak disertai dengan Surat
Pelepasan Hak (SPH) sehingga syarat untuk meningkatkan status tanah menjadi
tanah bersertifikat belum cukup dengan Berita Acara saja.
Selain itu, Pinjam Pakai Tanah kepada Pihak Ketiga masih banyak yang
tidak
sesuai
ketentuan
dan
tidak
mempunyai
dasar
perjanjian
yang
jelas.Pemanfaatan tanah milik Pemerintah Daerah belum didukung dengan bukti
perjanjian serta hasil/pendapatan sewa tidak/belum disetor ke Kas Daerah. Serta
adanya Tanah Milik Pemda yang berstatus Bangun Guna Serah belum memiliki
Bukti Kepemilikan yang Sah dan bangunan di atas tanah tersebut dikuasai oleh
pihak lain.
OPTIMALISASI YANG DILAKUKAN BPKAD KOTA PONTIANAK
DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN YANG TERJADI
Bidang Pengelolaan Aset pada BPKAD Kota Pontianak melakukan
beberapa hal dalam proses optimalisasi pengelolaan aset daerah pemerintah.
Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Bidang Pengelolaan Aset Daerah Kota
Pontianak, bahwa:
Optimalisasi yang dilakukan haruslah sesuai dengan Visi dan Misi kepala
daerah dalam mewujudkan pengelolaan aset daerah menuju pengelolaan
keuangan daerah terbaik.Salah satu pengelolaan keuangan daerah yang
18
diurus oleh pemerintah adalah aset.Mengapa harus aset, karena aset
merupakan komponen yang terkait dengan neraca daerah baik dalam
bentuk aset tetap maupun aset lancer bahkan barang yang sifatnya
persediaan merupakan bagian dari pengelolaan aset. Dalam penanganan
aset tersebut juga merupakan tugas pokok dan fungsi dari Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pontianak yang
melaksanakan pengelolaan aset berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 17 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah yang dijabarkan di dalamnya bagaimana pengelolaan
barang milik daerah dengan baik.
Upaya untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi sudah
dilakukan demi terciptanya pengelolaan aset/barang milik daerah dengan baik,
khususnya bagi aset tanah yang merupakan salah satu aset penting yang dapat
bernilai guna tidak hanya sekarang tapi juga di masa yang akan datang. Bidang
Aset pada BPKADKota Pontianak telah melaksanakan pengajuan permohonan
pembuatan bukti kepemilikan yang sah atau sertifikat untuk aset tanah yang belum
bersertifikat atas nama pemerintah Kota Pontianak kepada Badan Pertanahan
Nasional (BPN), namun dalam prosesnya BPN tidak mengabulkan semua
permohonan tersebut karena dinilai data masih kurang lengkap, akan tetapi data
yang kurang lengkap tersebut tidak langsung disampaikan kembali oleh BPN
kepada pemerintah Kota Pontianak sehingga pada saat pengajuan permohonanpermohonan berikutnya menjadi terhambat.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sub. Bidang
Pemanfaatan, Pemeliharaan, dan Pengamanan Aset Daerah mengenai optimalisasi
pengamanan dan pemeliharaan aset tanah, dapat diketahui bahwa:
Menghadapi permasalahan-permasalahan pada proses optimalisasi
pengamanan dan pemeliharaan aset tanah Bidang Aset khususnya Bidang
Pemanfaatan, Pemeliharaan, dan Pengamanan Aset Daerah yaitu pada aset
tanah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional dan Prosedur yang
telah ditetapkan menurut Keputusan Walikota Pontianak Nomor 851
Tahun 2011 tentang Standar Operasional dan Prosedur Barang Milik
Daerah Pemerintah Pontianak. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu
diawali dengan cara persuasive kepada pihak ahli waris yang merasa
bahwa aset tanah tersebut milik mereka yang padahal aset tanah tersebut
adalah milik pemerintah. Pengamanan yang dilakukan dengan tetap
melakukan proses persuasif bagi masyarakat yang menggunakan lahan
dengan tanpa izin. Untuk proses pengadministrasian sertifikat tetap
berkoordinasi kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN).
19
Upaya lain yang dilakukan BPKAD Kota Pontianak dalam mengatasi
hambatan yang dihadapi berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang
dikaitkan dengan teorioptimalisasi serta perundang-undangan yang terkait adalah
sebagai berikut :
a) Identifikasi dan Inventarisasi Nilai dan Potensi Aset Daerah
Kegiatan identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset daerah
dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir
mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh Pemerintah
Daerah.Hal ini dilakukan dalam pengelolaan aset tanah sehingga dimilikinya datadata terkait tentang aset tanah tersebut.Baik aset tanah digunakan untuk
kepentingan internal pemerintah daerah seperti untuk gedung sekolah, gedung
puskesmas, gedung SKPD, serta gedung lainnya.
Adapun pada BPKADKota Pontianak, identifikasi dan inventarisasi
dilakukan pada Bidang Pengelolaan aset Daerah dengan tugas dan fungsi dua Sub
Bidang yaitu Sub Bidang Inventarisasi dan Pengadaan serta Sub Bidang
Pemanfaatan, Pemeliharaan dan Pengamanan.
Adapun dalam pelaksanaan proses pengelolaan Barang Milik Daerah
khususnya penanganan aset tanah di Kota Pontianak, setiap proses inventarisasi
Barang Milik Daerah pada Kartu Inventaris Barang (KIB) berupa tanah harus
dengan mengisi Kartu Inventaris Barang (KIB) A berupa aset tanah. Berikut
contoh Kartu Inventaris Barang (KIB) A. Tanah:
Tabel 1.2
Contoh Kartu Inventaris Barang (KIB) A. Tanah
KARTU INVENTARIS BARANG (KIB) A. TANAH
PEMERINTAH KOTA PONTIANAK
NO. KODE LOKASI
No.
1
Jenis Barang/
Nama Barang
2
:
Nomor
Kode
Register
Barang
3
4
Luas
(M2)
Tahun
Pengadaan
Letak/
Alamat
Hak
5
6
7
8
MENGETAHUI
KEPALA SKPD
Status
Sertifikat
Tanggal
Nomor
9
10
Penggunaan Asal Usul
11
12
Harga
(ribuan Rp) Keterangan
13
..........,.......................
PENGURUS BARANG
20
(..............................)
NIP........................
(.................................)
NIP..........................
14
Kartu Inventaris Barang (KIB) A. Tanah diisi untuk menjadi data
administrasi pada aset tanah, sehingga terdaftar aset tanah yang dimiliki oleh
Pemerintah Kota Pontianak baik yang merupakan Hak Milik, Hak Pakai, maupun
Hak Guna Bangunan di atas tanah.
b) Adanya Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pontianak
menggunakan aplikasi berbasis web dalam manajemen aset daerah. Sistem
informasi manajemen aset daerah dilakukan dalam rangka pemanfaatan teknologi
yang ada sehingga mempermudah akses untuk mengetahui data aset
daerah.Aplikasi sistem informasi berbasis web yang digunakan dalam
melaksanakan pengelolaan aset daerah yaitu SIMA (Sistem Informasi Manajemen
Aset) dan SIMBADA (Sistem Infomasi Manajemen Barang Daerah). Kedua
sistem ini digunakan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi juga untuk
mempermudah melaksanakan manajemen aset daerah, seperti halnya memberikan
kemudahan dalam penyamaan data dari setiap SKPD yang ada di Kota Pontianak
serta mewujudkanpengelolaan keuangan dan aset daerah yang professional,
transparan, dan akuntabel sesuai dengan visi BPKAD Kota Pontianak.
Aplikasi ini memberi kemudahan untk meningkatkan kinerja dan
informasi secara cepat mengenai Data inventarisasi Barang dan Aset
pemerintahan yang dibuat berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Dengan SIMA/SIMBADA,
maka Pemerintah Daerah akan dapat memenuhi fungsi-fungsi :
1) Pemerintah Daerah mempunyai Informasi yang akurat mengenai
Barang dan Aset Daerah khususnya pada aset tanah yang dapat dilihat
pada SIMA;
2) Penyelenggaran Proses Penganggaran Kebutuhan akan barang yang
terkoordinasi sesuai dengan fungsi dan kebutuhan;
3) Adanya Standarisasi Kode barang sesuai dinas/instansi;
4) Proses Pemeliharaan barang yang teratur dan tertata guna sehingga
berimbas pada efisiensi dan efektifitas biaya;
21
5) Pemanfaatan setiap jenis barang atau aset sesuai dengan fungsi dan
kebutuhannya.
c) Pengawasan dan Pengendalian Pemanfataan Aset
Tindakan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset tidak hanya
dilakukan oleh BPKAD Kota Pontianak sendiri namun juga dibutuhkan peran dari
masyarakat sehingga dapat menjadi evaluasi bagi pengelolaan Barang Milik
Daerah khususnya pada pengelolaan aset tanah yang difokuskan pada
pengamanan dan pemanfaatan. Selain itu dibutuhkan juga peran DPRD dalam
pengawasan tersebut melalui mekanisme pengawasan (monitoring) sejak tahap
perencanaan hingga tahap penghapusan aset. Jika adafeedbackbagi pemerintah
daerah berupa perbaikan perencanaan dan pemanfaatan aset daerah, maka akan
terjadi pengelolaan Barang Milik Daerah dengan baik dan lancar serta
pengamanan dan pemeliharaan aset tanah juga akan menyesuaikan dengan aset
lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sub. Bidang Pemanfaatan,
Pemeliharaan dan Pengamanan, dapat diketahui bahwa:
Pengendalian pemanfaatan dapat berupa pinjam pakai terhadap aset tanah
yang dimiliki pemerintah Kota Pontianak yaitu seperti penggunaan lahan
untuk kepentingan internal pemerintah daerah di bidang pendidikan seperti
untuk gedung sekolah salah satunya yang berlokasi di daerah Kota Baru
Pontianak Selatan pada bangunan SMA Wisuda, untuk kepentingan sosial
seperti adanya bangunan panti asuhan, puskesmas, yayasan, serta tempat
ibadah. Hal ini dilakukan karena tanah merupakan salah satu Barang Milik
Daerah yang bernilai ekonomis untuk memanfaatkannya. Selain pinjam
pakai dapat juga dengan penyewaan lahan atas hak pengelolaan contohnya
Pasar Mawar di Jalan Hos Cokroaminoto Kecamatan Pontianak Kota,
kerjasama PT. Mutiara Mas Putih pada hotel Transera sebagai Hak Guna
Bangunan di atas Hak Pengelolaan (HPL).
d) Pelibatan Berbagai Profesi dan Keahlian yang Terkait Seperti Auditor Internal
dan Penilai.
Pertambahan aset daerah dari tahun ke tahun perlu didata dan dinilai oleh
penilai independen. Peran profesi penilai secara aktif dalam pengelolaan aset
daerah antara lain:
22
1) Identifikasi dan inventarisasi aset daerah;
2) Memberi informasi mengenai status hukum harta daerah;
3) Penilaian harta kekayaan daerah baik yang berwujud (tangible assets)
maupun yang tidak berwujud (intangible assets);
4) Analisis investasi dan set-up investasi/pembiayaan;
5) Pemberian jasa konsultasi manajemen aset daerah (assets management
consultant).
Pelibatan penilai maupun auditor internal diperlukan untuk penilaian aset
pemerintah khususnya aset tanah yang dimiliki pemerintah daerah. Selain itu juga
berperan membantu pemerintah daerah dalam menyusun database dan kekayaan
daerah, karena data yang dimiliki akan menjadi dasar dalam perencanaan
pembangunan daerah sehingga dapat mengoptimalkan pengelolaan barang milik
daerah khususnya pada proses pengamanan dan pemeliharaan aset tanah. Serta
memberikan informasi data dan analisis sebuah objek yang dinilai.
BPKADKota Pontianak menggandeng Dinas Cipta Karya untuk
membantu menghitung nilai aset tanah yang ada bangunannya.Kerjasama ini
dilakukan secara resmi agar menjadi dasar, dan nilai aset tanah tersebut dapat
dipertanggungjawabkan. Namun, BPKAD Kota Pontianak hanya menggunakan di
ruang lingkup internal pemerintahan. Hal ini dikarenakan kemampuan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang masih rendah untuk memenuhi nilai aset yang sesuai
dengan jasa penilai. Pemerintah Kota Pontianak masih menggunakan penilaian
aset berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), karena penilaian aset dari jasa
penilai (appraisal)menggunakan harga pasar dengan biaya yang cukup tinggi.
Selain itu masih sulit menemukan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) di
Kota Pontianak yang memiliki lisensi khusus karena jumlahnyaterbatas. Padahal
dalam menghitung nilai aset terutama aset tanah harus memiliki lisensi dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) serta lisensi dari
Badan Pertanahan Nasional (BPN). Adapun KJPP yang telah memiliki lisensi,
namun hanya dapat menilai property saja,bukan menilai aset tanah. Jika ingin
menggunakan jasa penilai tersebut harus mendatangkan jasa penilai (appraisal)
dari Pusat.
23
Selain dari penjelasan yang telah diuraikan di atas, upaya lain dalam
menghadapi permasalahan yang terjadi, yaitu sebagai berikut:
1) Melaksanakan diklat tentang pengelolaan Barang Milik Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan berlaku. Diklat ini ditujukan
bagi instansi-instansi yang berkaitan dengan pengelolaan Barang Milik
daerah.
2) Dengan proses persuasif berupa peringatan tertulis untuk menjelaskan
kepada pihak ahli waris bahwa aset tanah tersebut milik pemerintah
baik yang mengaku ahli waris maupun yang menduduki tanah tersebut
tanpa izin. Jika pendekatan persuasif tersebut tidak diindahkan, maka
dilakukan peringatan terakhir kepada warga yang menggunakan lahan
tanah tanpa izin untuk segera mengosongkan lahan. Selanjutnya adalah
upaya mediasi dari pihak DPRD untuk menyelesaikan permasalahan
sesuai dengan aturan.
3) Melakukan pengamanan aset tanah dengan membuat pagar untuk
menunjukkan sampai dimana batas kepemilikan aset Pemerintah Kota
Pontianak. Serta memberikan label agar masyarakat mengetahui bahwa
tanah tersebut milik pemerintah.
4) Memperbaikisistem administrasi manajemen aset daerahkhususnya aset
tanah dengan memadukan antara data yang diolah secara manual dan
data yang diolah berbasis teknologi informasi. Seperti halnya yang
digunakan oleh BPKAD Kota Pontianak, yakni Sistem Informasi
Manajemen Aset (SIMA) dan Sistem Informasi Manajemen Barang
Milik Daerah (SIMBADA).
5) Melakukan koordinasi antar pengelola, pengguna, pengurus serta
penyimpan Barang Milik Daerah untuk menyatukan persepsi dalam
pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah. Selain itu juga tetap melakukan
koordinasi dengan pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) karena hal
ini merupakan salah satu kerjasama yang dilakukan terhadap pembuatan
akte tanah tersebut.
24
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dijelaskan, penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proses pengamanan pada aset tanah dilakukan dengancara:
a) Pengamanan administratif (pencatatan, pemasangan label);
b) Pengamanan fisik (pemagaran, pemasangan papan tanda kepemilikan);
c) Tindakan hukum (musyawarah untuk mencapai penyelesaian, upaya
pengendalian perdata, serta penerapan hukum melalui tindakan represif).
Selanjutnya Proses pemeliharaan pada aset tanah dilakukan dengancara:
a) Pemeliharaan ringan (dilakukan sehari-hari oleh unit pemakai/pengurus
barang tanpa membebani anggaran);
b) Pemeliharaan sedang (pemeliharaan atau perawatan secara berkala oleh
tenaga terlatih dan mengakibatkan pembebanan anggaran);
c) Pemeliharaan berat (dilakukan secara sewaktu-waktu oleh tenaga ahli yang
pelaksanaannya tidak diduga sebelumnya tetapi sesuai kebutuhan dan
mengakibatkan pembebanan anggaran)
2. Permasalahan yang dihadapi dalam proses pengamanan dan pemeliharaan aset
tanah, yaitu:
a) Tidak semua pengelola Aset/Barang Milik Daerah memahami secara
mendalam Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah yang menjadi acuan dalam pengelolaan
Aset ataupun Barang Milik Daerah;
b) Kepemilikan aset tanah masih banyak yang tidak didukung dengan bukti
hak atas tanah yang sah;
c) Administrasi terhadap bukti kepemilikan Aset Daerah masih banyak yang
tidak tertib;
d) Terdapat beberapa Barang Milik Daerah berupa aset tanah yang belum
diserahkan status penggunaannya kepada Pemerintah Kota Pontianak.
3. Optimalisasi yang dilakukan oleh BPKADKota Pontianak dalam proses
pengamanan dan pemeliharaan aset tanah dilakukan dengan cara:
25
a) Mengidentifikasi aset-aset pemerintah Kota Pontianak yang ada;
b) Pengembangan database aset Pemerintah Kota Pontianak dengan
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA) dan
Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA) yang dibuat
untuk mempermudah pendataan aset daerah serta aset tanah;
c) Dilakukannya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset;
d) Pelibatan berbagai profesi terkait yang masih menggunakan jasa penilai
lingkup internal pemerintahan karena pemerintah hanya mampu menilai
aset dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
SARAN
Berdasarkan penjelasan dan kesimpulan yang dibuat oleh penulis, adapun
saran yang diberikan yaitu:
1. Hendaknya pengelola dan pengguna Barang Milik Daerah dapat lebih
memahami secara mendalammengenai peraturan perundang-undangan terkait
pengelolaan
aset/barang
milik
daerah,
sehingga
pelaksanaan
dalam
pengelolaan aset/barang milik daerah berlangsung optimal.
2. Hendaknya jumlah pegawai serta sarana dan prasarana lebih ditingkatkan,
agar proses pengelolaan aset/barang milik daerah khususnya aset tanah dapat
dilakukan dengan baik.
3. Perlu adanya sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
seluruh pihak terkait yang dilakukan secara berkelanjutan. Sehingga akan
diketahui hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki kedepannya.
4. Perlu adanya pemahaman dari seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
terhadap tahapan kegiatan pengelolaan Barang Milik Daerah, sehingga
koordinasi dan sinkronisasi dalam kegiatan dapat dilakukan dengan baik.
5. Perlu adanya komitmen semua pihak, khususnya pada tingkat Pimpinan untuk
mengimplementasikan setiap prosedur dan standar yang sesuai dengan aturan
berlaku, sehingga pengelolaan aset/barang milik daerah khususnya aset tanah
berjalan secara efektif.
26
6. Hendaknya koordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dilakukan
secara lebih intensif, karena dalam hal ini BPN memegang hak penuh dalam
pembuatan surat-menyurat (sertifikat) tanah.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Chomzah. Ali Achmad. 2002. HukumPertanahan. Jakarta: PrestasiPustaka.
Darise, Nurlan. 2009. PengelolaanKeuangan Daerah. Jakarta: PT. Macanan Jaya.
Elsye, Rosmery. 2013. Desentralisasi Fiskal. Jatinangor: Al Qaprint.
Harmono. 2011. Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mahmudi. 2010. ManajemenKeuangan Daerah. Jakarta: Erlangga.
Parlindungan. 1999. Pendaftaran Tanah di Indonesia. Bandung: MandarMaju.
Siregar, Doli D. 2004.Management Aset.Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama.
Soleh,
ChabibdanHeruRochmansjah.2010.PengelolaanKeuangandanAset
Daerah.Bandung: Fokusmedia.
Sutedi, Adrian. 2012. SertifikatHakAtas Tanah. Jakarta: SinarGrafika.
Yusuf,
M.2011.DelapanLangkahPengelolaanAset
Daerah
MenujuPengelolaanKeuangan Daerah terbaik. Jakarta: SalembaEmpat.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 16 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah.
Keputusan Walikota Pontianak Nomor 851 Tahun 2011 tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Barang Milik DaerahPemerintah
Pontianak.
SUMBER LAIN
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pontianak Tahun 2013.
27
Download