9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of the Art

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 State of the Art
Penelitian terdahulu ini digunakan sebagai pedoman atau alat ukur di
pembahasan dalam penulisan skripsi ini.
No
1.
Peneliti
Judul
Variabel
Cha-Sen Wen,
The Effect of
Variabel X1
Pei-Wen Wang,
Organizational
(budaya
Li-Fen Tsai
Culture on Team
organisasi), X2
(Volume 5,
Interactiom and
(interaksi tim),
Number 2,
Team Effectiveness X3 (efisiensi
Agustus 2010)
: Team Leadership
tim), dan
as a Medium
variable Y
(Kepemimpinan
paternalistik)
2.
Organizational
Messersmith,
Culture and
Joann Keyton
Communication
(July 13,
through a
2009)
Gyroscope
Hasil penelitian
menunjukkn bahwa
secara keseluruhan,
terdapatkorelasi
positif antara budaya
organisasi, interaksi
tim,efisiensi
timdankepemimpinan
paternalistik.
Hubungannya dengan
penulisan karya tulis
ini adalah sama-sama
mengkaji efek
budaya organisasi.
Sistemdalam
penelitian ini
(Budaya
menggambarkantigain
terpretasitentang
Organisasi), X2
hubunganantara
(Komunikasi) dan
budayadankomunikasi
implisit
variable Y
dalam literatur.
(Gyroscope)
Setiaphubungandidefi
nisikan,
dicontohkandengan
penelitianbudaya, dan
dikritik.
Hubungannya
denganpenulisan
karya tulis ini adalah
sama-sama
mengkaji budaya
organisasidan
komunikasi.
Ryan s. Bisel, Understanding
Amber S.
Hasil Penelitian
Variabel X
Metaphor
9
10
3.
Ida Ayu
Pengaruh Budaya
Variabel X1
Brahmasari,
Organisasi,
(Budaya
Peniel Siregar
Kepemimpinan
Organisasi),
(volume 7,
Situasional dan
X2
nomor 1,
PolaKomunikasi
(Kepemimpinan
Februari 2009)
terhadap Disiplin
Situasional), X3
Kerja dan Kinerja
(Pola
Karyawanpada
Komunikasi),
PT.
Variabel Y
CentralProteinapri (Kinerja
ma
Tbk.
Karyawan)
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk
membuktikan dan
menganalisis
pengaruh budaya
perusahaan,
kepemimpinan
situasional dan pola
komunikasi pada
disiplin ilmu dan
kinerja karyawan.
Hasil membuktikan
bahwa budaya
perusahaan,
kepemimpinan
situasional dan pola
komunikasi memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
disiplin ilmu dan
kinerja karyawan.
Hubungannya dengan
penulisan
karya tulis ini
adalah sama-sama
mengkaji efek budaya
organisasi
dan polakomunikasi.
11
4.
Alfan Malik
PengaruhBudaya
Variabel X1
(Volume 2,
Organisasi dan
(budaya
Nomor 1, 2014)
Loyalitas Kerja
organisasi)
Dengan Intensi
X2 (loyalitas
Turnover Pada
kerja), variable Y
Karyawan PT.
(intense turnover)
Cipaganti Heavy
Equipment
Samarinda
5.
Sri Porwani
Pengaruh Budaya
Variabel X1
(Volume 2, No.
Organisasi
(budaya
2, 2010)
Terhadap Kinerja
organisasi),
Karyawan PT.
variable Y
Tambang Batu
(kinerja
Bara Bukit Asam
karyawan)
(Persero) Tanjung
Enim
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
Sumber : Jurnal
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk
membuktikan dan
menganalisis
pengaruh budaya
organisasi, dan
loyalitas kerja pada
intense turnover.
Hasil
membuktikan bahwa
budaya perusahaan,
dan loyalitas kerja
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap intense
turnover pada
karyawan.
Hubungannya dengan
penulisan
karya tulis ini
adalah sama-sama
mengkaji
efek budaya
organisasi .
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk
membuktikan dan
menganalisis
pengaruh budaya
organisasi terhadap
kinerja karyawan.
Hasil
membuktikan bahwa
budaya perusahaan
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kinerja
karyawan.
Hubungannya dengan
penulisan
karya tulis ini
adalah sama-sama
mengkaji
efek budaya
organisasi.
12
2.2Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Organisasi
Menurut Robbins dalam (Sobirin, 2007, p. 5) organisasi adalah unit
sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relative lama,
beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan
terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan
unttuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Sedangkan menurut J. Bernard (Tika, 2006, p. 3) organisasi adalah
kerja sama dua orang atau lebih, suatu system dari aktivitas-aktivitas atau
kekuatan-kekuatan perorangan yang dikoordinasikan secara sadar.
Berdasarkan definisi yang ada bahwa organisasi merupakan unit kerja
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan.
2.3 Komunikasi Organisasi
2.3.1 Definisi Komunikasi
Pengertian komunikasi secara umum adalah setiap individu memiliki
kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya yang pada
akhirnya menghasilkan sebuah interaksi sosial. Setiap manusia akan terus
berkomunikasi semasa hidupnya baik verbal ataupun non verbal, tulisan atau
lisan, langsung ataupun tidak langsung, dan sebagainya. Itu semua
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa
berhubungan satu dengan yang lainnya dan setiap aspek kehidupan kita
dipengaruhioleh komunikasi dengan orang lain. Komunikasi pada umumnya
dimengerti sebagai proses penyampaian pesan dari komunikastor kepada
komunikan. Terdapat banyak sekali pengertian mengenai apa itu komunikasi
karena pengertian komunikasi itubisa dilihat lebih luas lagi, tergantung dari
sudut pandang, konteks, dan tujuannya. (Wiryanto, 2004, p. 4)
Pengertian kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris
“communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah
“Komunikasi
komunikasi
mengandung
atau
makna
communication
bersama-sama
berasal
dari
(common).Istilah
bahasa
Latin,
yaitu
13
communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.Kata sifatnya
communis, yang bermakna umum atau bersama-sama.(Wiryanto, 2004, p. 5)
Pengertian secara tujuan merujuk pada adanya proses penyampaian
suatupernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini
yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk
pengertian mengenai komunikasi manusia yaitu: “Komunikasi adalah bentuk
interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau
tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasiverbal, tetapi juga
dalamhal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.”(Wiryanto, 2004, p. 7).
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat
dilancarkan secara efektif , para peminat komunikasi sering kali mengutip
paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom
With What Effect?(Effendy, 2007, p. 10).
Pengertian menurut ahli, salah satunya mengkategorikan definisi
tentang komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari
seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik
secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat
(selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi
sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada
komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada
komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab.
Pemahaman
komunikasi
dalam
konsep
ini,
sebagai
definisi
berorientasi-sumber. Definisi seperti mengisyaratkankomunikasi semua
kegiatan yang sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan
untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi
dianggap suatu tindakan yang disengajauntuk menyampaikan pesan demi
memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu
kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.
14
2. Komunikasi sebagai interaksi.
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebabakibat atau aksi reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan
pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan member
jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah
menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver
mengemukakan,
”komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi
satu samalain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk
pada bentukkomunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,
seni , danteknologi.” (Wiryanto, 2004, p. 7).
3. Komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang
dinamis
yang
secara
sinambungan
mengubah
phak-pihak
yang
berkomunikasi. Berdasrkan pandangan ini, maka orang-orang yang
berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan
dan menafsirkan pesan.Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau
pesan nonverbal.(Mulyana, 2005, pp. 61-69)
Berdasarkan definisi yang ada bahwa komunikasi merupakan
penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang
(sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun
melalui media.
2.3.2 Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah suatu kecenderungan gejala umum yang
menggambarkan cara berkomunikasi yang terjadi dalam kelompok sosial
tertentu. Setiap kelompok sosial dapat menciptakan norma sosial dan norma
komunikasinya
sendiri,
yang
biasanya
ditaatioleh
semua
anggota
kelompoknya (Suranto, 2010, p. 116). Selain itu, pola komunikasi juga dapat
diartikan sebagai suatu cara masyarakat atau komunitas dalam melakukan
komunikasi untuk mempertahankan komunitasnya, bisa berupa pertemuan
rutin, hubungan timbal balik yang berupa partisipan aktif, berkesinambungan
serta terencana dari organisasi kepada komunitas di sekitarnya untuk
15
mempertahankan dan mengembangkan lingkungan bagi organisasi serta
masyarakat disekitar oganisasi.
Komunikasi terdiri atas dua macam, komunikasi satu arah, yakni
komunikasi yang terjadi hanya dari komunikator ke komunikan tanpa adanya
feedback.Yang kedua adalah komunikasi dua arah, yaitu komunikasi yang
terjadi antara komunikator ke komunikan yang menimbulkan feedback
terhadap komunikator.
2.3.3 Proses komunikasi
Pengkodean
Komunikator
Pesan&media
Penerima
kode
Penerima
Umpan balik
Gambar 2.1 Proses komunikasi
Sumber : Gibson dalam Ardana (2009:58)
Menurut Gibson dalam (Ardana, 2009, p. 58) ada 7 proses
komunikasimeliputi :
1. Komunikator/sumber komunikasi, adalah orang yang mempunyai maksud
atau ide, informasi tertentu untuk disampaikan kepada penerima.
2. Encoding/penkodean mengubah suatu pesan dalam komunikasi menjadi
bentuk-bentuk simbolis.
3. Pesan, sesuatu yang dikomunikasikan, merupakan produk nyata dari
encoding
4. Media, saluran atau sesuatu yang dilalui pesan. Didalam organisasi pengirim
akan menyeleksi pesan pesan dan menetapkan saluran saluran atau media
yang digunakan.
5. Decoding/penerima kode, penerima adalah objek yang disasar pesan, sebelum
pesan itu dimengerti, maka peneima harus memterjemahkan maksud bentuk
16
bentuk simbolis terlebih dahulu, kegiatan mempertejamhkan ini yang disebut
sebagai decoding.
6. Penerima, pihak yang menerima pesan, biasanya dipengaruhi oleh
kemapuan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya
7. Umpan balik, pemeriksa keberhasilan dalam menyampaikan pesan dan
menentukan apakah pengertian yang sama antara pengirim dan penerima
telah dicapai.
Berdasarkan teori yang ada bahwa proses komunikasi merupakan
penyampaian pesan dua arah dikarenakan adanya umpan balik dari si
penerima pesan.
2.3.4 Komunikasi Organisasi
Katz dan Kahn dalam (Furqon, 2004, p. 3) mengatakan bahwa
komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan
pemindahan arti dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn,organisasi
adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi darilingkungannya
dan
mengubah
energi
ini
menjadi
produk
atau
serviskepada
lingkungan.Sementara itu Greebaunm dalam (Furqon, 2004, p. 3)
mengatakanbahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi
formaldan
informal
dalam
organisasi.Ia
membedakan
komunikasi
internaldengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama
sekalisebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah
menggiatkanaktivitas.
Menurut Monge dan Russel dalam Pace dan Faules (2006, p. 34)
komunikasi organisasi ialah proses mengumpulkan, memproses, menyimpan
dan menyebarkan komunikasi yang memungkinkan organisasi berfungsi.
Pendapat Pace dan Faules (2006,p. 31) mengatakan komunikasi organisasi
didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.Suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan
hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu
lingkungan.
17
Berdasarkan definisi yang ada bahwa komunikasi organisasi merupakan
proses mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan komunikasi yang
memungkinkan organisasi berfungsi.
2.3.5 Fungsi Komunikasi Organisasi
Menurut Robbins (2003:4-5), ada 4 fungsi komunikasi organisasi :
1. Pengendalian perilaku anggota dengan beberapa cara, agar petunjukpetunjuk ditaati oleh bawahan.
2. Motivasi, membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada
karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana seberapa baik mereka
bekerja, dan apa yang harus dikerjakan untuk memperbaiki kinerja
dibawah standar.
3. Sarana pengungkap emosi (kepuasan, frustasi, dan lain-lain)
4. Memberikan informasi yang mempermudah penegambilan keputusan.
Menurut
Ronald Adler dan George Rodman, Understanding Human
Communication, 2007 : 59-61, fungsi komunikasi dalam organisasi dalam suatu
organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi
dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu
1. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi
dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
2. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam
tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah
atau
intruksi
supaya
perintah-perintahnya
dilaksanakan
sebagaimana
semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan
tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
18
3. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
4. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan
baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut,
yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama
masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
Berdasarkan definisi yang ada bahwa fungsi komunikasi organisasi
merupakan
proses
mengumpulkan,
memproses,
menyimpan
dan
menyebarkan pesan komunikasi melalui saluran dan aturan yang ada
sehingga memungkinkan organisasi berfungsi.
2.3.6 Saluran Komunikasi Organisasi
Melihat dari pengertian diatas bahwa komunikasi organisasi
adalaharus
dari
komunikasi
didalam
organisasi,
maka
komunikasi
dapatdipahami dengan melihat sumber saluran komunikasi didalam
organisasibaik formal maupun informal. Jenis arus komunikasi antara lain :
1. Komunikasi formal
Arni Muhammad dalam Hildayanti (2011: p.19) mengemukakanbahwa:
Saluran komunikasi formal adalah informasi mengalir melaluijalur resmi
yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau olehfungsi pekerjaan.
Menurut Pace dan Faules (2006: p.183) saluran komunikasi formal
terdiri dari :
1) Komunikasi kebawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa
informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka
yang berotoritas lebih rendah.
Menurut katz dan khan dalam pace & faules (2006: p.185)
mengemukakan
bahwa
ada
lima
jenis
biasadikomunikasikan dari atasan kepada bawahan :
informasi
yang
19
a. Informasi bagaimana melakukan suatu pekerjaan
b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan
pekerjaan
c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi
d. Informasi mengenai kinerja pegawai
e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense
of mission)
2) Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwainformasi
mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ketingkat yang
lebih tinggi (penyelia).
Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan :
a. Aliran informasi ke atas memberikan informasi berharga untuk
pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan
organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya
b. Komunikasi ke atas memberi tahu penyelia kapan bawahan
mereka
siap
menertima
informasi
dari
mereka
dan
seberapabaik bawahan menerima apa yag dikatakan kepada
mereka.
c. Komunikasi ke atas memungkinkan dan bahkan mendorong
omelan dan keluh kesah muncul kepermukaan sehingga
penyelia tahu apa yang menggangu mereka ysng paling dekat
dengan operasi operasi sebenarnya
d. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas
kepada organisisasi dengan memberi kesempatankepada
pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang
gagasan dan saran saran mengenai operasi organisasi
e. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan
apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran
informasi kebawah.
f. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi pekerjaan
mereka
dan
memperkuat
keterlibatan
pekerjaan mereka dan organisasi tersebut.
mereka
dengan
20
3) Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasidi antara
rekanrekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unitkerja meliputi
individu individu yang ditempatkan pada tingkatotoritas yang sama
dalam organisasi dan mempunyai atasan yangsama.
Tujuan komunikasi horizontal :
a. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja.
b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan.
c. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi keatas yang dilakukan
pegawai.
d. Perasaan bahwa penyelia dan manager tidak dapat dihubunggi dan
tidak tanggap atas apa yang disampaikan pegawai.
4) Komunikasi lintas saluran
Komunikasi lintas saluran merupakan merupakan salah satubentuk
komunikasi organisasi dimana informasi diberikanmelewati batasbatas fungsional atau batas-batas unit kerja, dandiantara orang-orang
yang satu sama lainnya tidak saling menjadibawahan atau atasan.
Baik komunikasi horizontal maupunkomunikasi lintas saluran
mencakup hubungan lateral yang pentingbagi komunikasi organisasi
yang efektif.
2. Komunikasi informal, pribadi atau selentingan
Selentingan digambarkan sebagai metode penyampaian laporan
rahasia dari orang ke orang yang tidak bisa diperoleh dari jalur
biasa.Komunikasi
tentangorang
informal
orang
saluranperusahaan
dan
yang
cenderung
peristiwa
formal.
seletinganlebih
memperhatikan
olehseseorang”
dari
pada
laporan
rahasia
yang
tidak
mengalir
melalui
Informasi
yang
diperoleh
melalui
“apa
apa
mengandung
yang
yang
dikatakan
dipegang
atau
oleh
didengar
pemegang
kekuasaan.mPaling tidak sumbernya terlihat “rahasia” meskipun informasi
itusendiri tidak terlihat rahasia.
2.3.7 Teori Komunikasi Organisasi
Suatu sistem terbuka memiliki batas-batas yang flexible yang
memungkinkan komunikasi mengalir dengan mudah ke dalam dan keluar
21
organisasi. Dalam organisasi yang terbuka, seseorang yang menjaga
komunikasi dengan pihak luar dipandang sebagai penjangkau batas
(boundary spanners). Mereka menyediakan informasi dari luar bagi pihak
yang di dalam, mengendalikan penyebarluasan informasi, dan menyakinkan
kalangan luas yang tertarik pada organisasi mereka.
Dalam pendekatan ini, komunikasi ditempatkan sebagai sesuatu yang
penting. Komunikasi dalam organisasi menghubungkan beberapa yang penting.
Komunikasi yang melintasi batas-batas organisasi dengan lingkungannya juga
dianggap penting. Ditemukannya peran penting komunikasi membawa
dukungan yang tinggi pada penambahan informasi sebagai jalan keluar untuk
banyak masalah organisasi. Komunikasi yang makin meningkat dan makin
baik,
merupakan
slogannya.
Demikian
Katz,
dan
koleganya
Khan
memaparkan. (Romli, 2014 : p.52)
Berdasarkan definisi yang ada bahwa teori kommunikasi organisasi
merupakan proses menyampaikan dan menghubungkan informasi yang
dianggap penting sehingga komunikasi bisa berjalan semakin baik.
2.4 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi mempunyai kedudukan yang cukup signifikan,
karena mempelajari bagaimana organisasi berhubungan dengan lingkungan
sehingga dapat meningkatkan komitmen organisasi serta konsistensi dari
perilaku anggotanya.
Menurut Davis (Lako, 2004, p. 29) budaya organisasi merupakan pola
keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekan
oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi
dasar aturan berperilaku dalam organisasi.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh (Mangkunegara, 2005, p. 113)
yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau
sistem keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam
organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya
untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan
dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara
22
yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalahmasalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam
organisasi tersebut. Budaya organisasi yang efektif adalah budaya organisasi
yang mengakar kuatdan dalam.Di perusahaan yang berbudaya demikian,
hampir semua individunya menganut nilai-nilai yang seragam dan konsisten.
Berdasarkan definisi yang ada bahwa budaya organisasi
merupakan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh
anggotanya dalam melakukan pekerjaan.
2.4.1 Fungsi Budaya Organisasi
(Tika M. P., 2006, p. 14)dalam bukunya Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kierja Perusahaanmenyatakan terdapat sepuluh fungsi utama
budaya organisasi :
1. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun
kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu
yang dimiliki oleh suatu organisasi ataukelompok yang tidak dimiliki
organisasi atau kelompok lain.
2. Sebagai perekat bagianggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal
ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari anggota organisasi.
Mereka bangga sebagai seorang pegawai suatu organisasi atau
perusahaan. Para pegawai mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan
memiliki rasa tanggung jawab atas kemajuan perusahaannya.
3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan dimana
lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung, dan konflik serta
perubahan diatur secara efektif.
4. Sebagai mekanisme dalam memadu dan membentuk sikap serta
perilaku
anggota-anggota
organisas.
Dengan
dilebarkannya
mekanisme kontrol, didatarkannya struktur, diperkenalkannya timtim dan diberi kuasanya anggota organisasi oleh orgnisasi, makna
bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan
bahwa semua orang diarahkan kearah yang sama.
5. Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan integrator
karena adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya
23
dialami oleh adanya perusahaan-perusahaan besar dimana setiap unit
terdapat sub budaya baru.
6. Membentuk perilaku bagi anggota-anggota organisasi. Dimaksudkan
agar anggota-anggota organisasi dapat memahami bagaimana
mencapai suatu tujuan organisasi.
7. Sebagai
saran
untuk
menyelesaikan
masalah-masalah
pokok
organisasi. Budaya organisasi diharapkan dapat mengatasi masalah
adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi
internal.
8. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pemasaran, segmentasi
pasar, penetuan positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut.
9. Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai
alat komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta
anatar anggota organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin
pada aspek-aspek komunikasi ynag mencakup kata-kata, segala
sesuatu yang bersifat material dan perilaku.
10. Sebagai penghambat berinovasi. Hali ini terjadi apabila budaya
organisasi tidak
mampu mengatasi masalah-masalah yang menyangkut lingkungan
eksternal dan
integrasi internal.
Dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya
organisasi adalahsebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggotaanggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan atau nilai-nilai
yang harus dikatakan dan dilakukan oleh anggota-anggota organisasi. Budaya
organisasi dapat pula berfungsi sebagai control atas perilaku anggota-anggota
organisasi.
2.4.2 Jenis-Jenis Budaya Organisasi
Jenis budaya organisasi menentukan bagaimana sebuah organisasi
atau manajemen.Tipe budaya organsasi terdiri dari beberapa macam. Menurut
Schein dalam (Lako, 2004, p. 35)budaya organisasi berada pada tiga tingkat,
yaitu :
24
1. Artifact(Physical Characteristics; Behavior; Public Dcocuments)
Pada tingkat artifact, budaya organisasi memiliki ciri yaitu semua
struktur dan proses organisasional dapat kelihatan. Dijelaskan bahwa
seorang anggota baru memasuki suatu organisasi yang telah memiliki
proses dan struktur organisasi yang visible dan menghadpi suatu kelompok
baru dengan suatu budaya baru yang asing baginya. Oleh karen itu,
pendatang baru perlu belajar memberikan perhatian yang khusus kepada
budaya organisasi tersebut .
2. Espoused Values(Strategies; Goals; Philosophies)
Pada tingkat kedua, yaitu espoused values, para anggota organisasi
mempertanyakan “apa yang seharusnya dapat mereka berikan untuk
organisasi”. Pada tingkat ini, baik organisasi maupun anggota organisasi
membutuhkan tuntunan strategi, tujuan, dan filosofi dari pemimpin
organisasi untuk bertindak.
Menurut Schein, kebanyakan budaya organisasi dapat menelusuri
kembali espoused values mereka ke para pembentuk budaya organisasi
terdahulu (founders of the cultures). Pendatang baru dapat belajar dari
espoused values ini, dan mempelajari maknanya dalam konteks
organisasi.
3. Basic Underlying Assumptions(Biliefs; Percption; Feeling; Aspects of behavior;
Internal & external relationships)
Pada
tingkat
basic
underlying
assumptions,
berisi
sejumlah
kepercayaan atau keyakinan (beliefs) bahwa anggota organisasi mendapat
jaminan (taken for granted) bahwa mereka diterima secara baik untuk
melakukan sesuatu secara efisien dan efektif. Asumsi-asumsi dasar ini
mempengaruhi perasaan, pemikiran, persepsi, kepercayaan dan pikiran
bawah sadar anggota organisasi.
25
Artifacts
Espoused Values
Basic Underlying
Assumptions
Gambar 2.2 Level Budaya Menurut Schein
Sumber : Schein dalam Lako (2004 : 35)
Berdasarkan definisi di atas bahwa jenis-jenis budaya organisasi merupakan
proses organisasional yang dapat terlihat, membutuhkan tuntunan strategi, tujuan,
dan filosofi dari pemimpin organisasi untuk bertindak serta berisi sejumlah
kepercayaan atau keyakinan (beliefs) bahwa anggota organisasi mendapat jaminan
(taken for granted) bahwa mereka diterima secara baik.
2.4.3 Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Stephen P. Robbins(Tika, 2006, p. 10) terdapat beberapa karakteristik
budaya organisasi yaitu :
1. Insiatif individu
yaitu sejauh mana organisasi memberikan kebebasan kepada setiap
pegawai dalam mengemukakan pendapat atau ide-ide yang di dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai
oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasisepanjang menyangkut ide
untuk memajukan dan mengembangkan organisasi.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko
yaitu sejauh mana pegawai dianjurkan untuk dapat bertindak agresif,
inovatif dan mengambil resiko dalam mengambil kesempatan yang dapat
memajukan dan mengembangkan organisasi. Tindakan yang beresiko yang
dimaksudkan adalah segala akibat yang timbul dari pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dilakukan oleh pegawai.
26
3. Pengarahan
yaitu sejauh mana pimpinan suatu organisasi dapat menciptakan
dengan jelas sasaran dan harapan yang diingankan, sehingga para pegawai
dapat memahaminyadan segala kegiatan yang dilakukan para pegawai
mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. Sasaran dan harapan tersebut
jelas tercantum dalam visi dan misi.
4. Integrasi
yaitu sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit
organisasi untukbekerja denga cara yang terkoordinasi.
5. Dukungan manajemen
yaitu sejauh mana para pemimpin organisasi dapat memberikan
komunikasi atauarahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap pegawai.
Dukungan tersebut dapat berupa adanya upaya pengembangan kemampuan
para pegawai seperti mengadakan pelatihan.
6. Kontrol
yaitu adanya pengawasan dari para pemimpin terhadap para
pegawai dengan menggunakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
demi kelancaran organisasi.
7. Identitas
yaitu sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan
dapatmengidentifikasi dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan
bukansebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional tertentu
8. Sistem imbalan
yaitu sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi,
dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya
didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebaliknya.
9. Toleransi terhadap konflik
yaitu sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan
konflik dan kritik secara terbuka guna memajukan organisasi, dan
bagaimana pula tanggapan organisasi terhadap konflik tersebut.
10. Pola komunikasi
yaitu sejauh mana komunikasi dalam organisasi yang dibatasi oleh
hirearki kewenangan yang formal dapat berjalan baik. Komunikasi yang baik
27
adalah komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan sasarannya, sehingga
akhirnya dapat memberikan hasil yang lebih efektif.
Berdasarkan teori di atas bahwa karakteristik budaya organisasi
merupakan berbagai aturan yang membatasi secra moral di dalam organisasi
untuk bertindak serta berisi sejumlah kepercayaan atau keyakinan (beliefs)
yang diterapkan ke anggota organisasi.
2.4.4 Indikator Budaya Organisasi
(Wirawan, 2005, p. 55) mengemukakan indikator dari budaya
organisasi adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Norma
Norma adalah peraturan perilaku yang menentukan respon karyawan
yang dianggap tepat dan tidak tepat dalam situasi tertentu. Norma organisasi
dikembangkan oleh waktu yang lama oleh pendiri dan anggota norma
organisasi sangat penting karena mengatur perilaku anggota organisasi,
normalah yang mengikat kehidupan anggota organisasi sehingga perilaku
anggota organisasi dapat diramalkan dan dikontrol.
2. Pelaksanaan Nilai-Nilai
Nilai-nilai merupakan pedoman dan kepercayaan yang dipergunakan
oleh orang atau organisasi untuk bersiap jika berhadapan dengan situasi yang
harus membuat pilihan. Nilai-nilai berhubungan erat dengan moral dan kode
etik yang menentukan apa yang harus dilakukan. Individu dan organisasi
yang mempunyai nilai kejujuran, Intregritas dan keterbukaan menganggap
mereka harus bertindak jujur dan berintegritas tinggi.
3. Kepercayaan dan Filsafat
Kepercayaan organisasi berhubungan dengan apa yang menurut
organisasi dianggap benar dan tidak benar. Kepercayaan melukiskan
karakteristik moral organisasi atau kode etik organisasi, misal kepercayaan
bahwa pemberian upah minimum sesuai dengan kebutuhan hidup layak akan
meningkatkan motifasi kerja karyawan. Filsafat adalah pendapat organisasi
menganai hakikat atau esensi sesuatu, misalnya Perusahaan mempunyai
pendapat berbeda mengenai esensi Sumber Daya Manusia, sejumlah
perusahaan menganggap SDM merupakan bagian dari alat produksi oleh
28
karena itu mereka tidak memerlukan tenaga kerja dengan kualitas tinggi dan
tidak mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kompetisi mereka.
4. Pelaksanaan Kode Etik
Kode etik adalah kumpulan kebiasaan baik suatu masyarakat yang
diwariskan dari suatu generasi ke genarasi lainnya. Fungsi dari kode etik
adalah pedoman perilaku bagi anggota organisasi. Perilaku setiap anggota
organisasi harus etis, yaitu perilaku yang dianggap baik dan benar dalam
kaitan kode etik organisasi, sedangkan perilaku yang tidak etis adalah
perilaku yang salah dan buruk dalam kaitan kode etik organisasi.
5. Pelaksanaan Seremoni
Seremoni merupakan perayaanbudaya organisasi atau tindakan
kolektif pemuja budaya yang meningkatkan dan memperkuat nilai-nilai
budaya.
6. Sejarah Organisasi
Budaya Organisasi dikembangkan pada waktu yang lama, yaitu
sepanjang sejarah organisasi dan merupakan produk dari sejarah organisasi,
budaya organisasi lahir, berkembang dan berubah sepanjang sejarah
organisasi. Pada organisasi yang sudah mapan, perkembangan organisasi di
formasikan dalam bentuk sejarah organisasi yang diingat dan di informasikan
kepada seluruh anggota organisasi dalam bentuk sejarah organisasi.
Berdasarkan teori di atas bahwa indikator budaya organisasi ini cocok
dalam penelitian ini karena sesuai dengan budaya yang dianut di tempat
penelitian dan dapat dijadikan landasan dan konsep awal dalam penelitian ini.
2.5 Komunikasi Antar Team
Komunikasi antar team merupakan proses yang penting dalam
organisasi guna mencapai tujuannya organisasi. Sebuah tim dilihat sebagai
sebuah kelompok matang yang terdiri dari orang-orang yang saling
bergantung, termotivasi, dan memiliki komitmen untuk mencapai sebuah
sasaran yang disepakati bersama. Tidak ada system klasifikasi standar yang
dapat digunakan untuk mendeskripsikan berbagai macam tim. Pembedaan
antar tim dapat dilakukan dengan menggunakan dasar ukuran, komposisi,
tingkat organisasi, durasi (permanen versus kontemporer), sasaran, dan
29
potensi sumbangsih tim terhadap kinerja organisasi. (Wirawan, 2005, pp. 8485)
Sejumlah kategori tersebut digunakan untuk membagi beberapa jenis
kelompok yang penting dalam organisasi saat ini, antara lain:
a.Tim penyelesaian masalah
b.Tim lintas fungsi (Cross-Functional System)
c.Tim maya (Virtual team)
d.Tim pengembangan dan penelitian, dan
e.Tim mandiri
Berdasarkan teori di atas bahwa komunikasi antar team adalah
komunikasi yang penting untuk dilakukan karena dengan adanya komunikasi
dalam tim dapat memudahkan organisasi dalam menentukan tim-tim unit
kerja.
2.5.1 Peranan Anggota Tim
Selanjutnya Williams (2008 : p. 68) membagi ada 5 (lima) hal yang
menunjukkan peranan anggota dalam membangun kerja tim yang efektif,
yaitu:
1. Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai
dengan baik pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu
mempunyai rasa saling ketergantungan, rasa saling memiliki tim dalam
melaksanakan tugas.
2. Para anggota menyumbang keberhasilan tim dengan menerapkan bakat
dan pengetahuannya untuk sasaran tim, dapat bekerja dengan secara
terbuka, dapat mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan,
peranan dan pertanyaannya disambut dengan baik.
3. Para anggota berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain, didorong
untuk mengembangkan keterampilannya dan menerapkan pada pekerjaan,
untuk itu mendapat dukungan dari tim.
4. Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau hal
yang biasa, dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan
konstruktif (bersifat memperbaiki).
30
5. Para anggota berpartisipasi dalam keputusan tim, tetapi mengerti bahwa
pemimpin mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali tim tidak
berhasil membuat suatu keputusan, dan peraturan akhir itu bukan
merupakan persesuaian
Berdasarkan teori di atas bahwa peranan anggota team adalah untuk
membangun kerja tim yang efektif dan mendorong kreatifitas dari para
anggota demi mencapai keberhasilan tim.
2.5.2 Indikator Komunikasi Antar Team
(Fahmi,
2013,
pp.
162-184)
mengemukakan
Indikator
dari
komunikasi antar team adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dianggap sebagai bentuk komuinikasi yang jelas
dan tegas.Seperti perintah keputusan baik dalam bentuk lisan dan tulisan.
Karena kesalahan dari sebuah perintah bisa berakibat pada gagalnya
pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah suatu komunikasi yang berlangsung
secara
samar-samar
namun
bisa
ditangkap
sebagai
bentuk
komunikasi.Bagipara pakar komunikator sering disebut sebagai body
language.
3. Komunikasi dan Presentasi
Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan berbagai media, salah
satu media yang paling sering dipakai untuk mempresentasikan atau
menjelaskan
informasi
adalah
mempergunakan
media
cetak
dan
elektronik.Salah satu bentuk presentasi yang paling efektif adalah ketika
informasi yang disampaikan tersebut dapat diterima secara jelas dan tegas.
4. Jaringan Komunikasi
Dalam membangun komunikasi di suatu organisasi maka peran dan
penggunaan pola jaringan komunikasi menjadi begitu penting.Salah satu
tujuan penggunaan pola jaringan komunikasi tersebut adalah untuk mencapai
maksud dan tujuan yang diharapkan yaitu tercapainya target. Boleh
menggunakan berbagai bentuk pola jaringan komunikasi yang dianggap
31
sesuai dengan kebutuhan atau kondisi yang ada, namun tujuannya sama. Ada
5 bentuk pola jaringan yang berlaku secara umum :
a. Jaringan komunikasi roda,
b. Jaringan komunikasi Y,
c. Jaringan komunikasi rantai,
d. Jaringan komunikasi lingkaran, dan
e. Jaringan komunikasi semua jalur.
5. Personal Matter dan Komunikasi
Personal matter adalah masalah pribadi yang dialami oleh seseorang
dan kadang kala ini dapat menjadi beban yang turut mendukung timbulnya
gangguan tidak fokusnya seseorang dalam bekerja.Ada kala kondisi dimana
teman sekerja sering bercanda dan membuat anekdot dengan tujuan bersifat
senda gurau namun pada sebagian pihak yang sedang memiliki masalah
pribadi ini bisa menjadi sesuatu yang sangat menyinggung perasaan.Oleh
karena itu dalam pergaulan sesama rekan kerja apalagi dalam satu organisasi
sifat saling menghargai dan tidak bicara dengan mengeluarkan kata-kata yang
bisa menimbulkan sakit hati menjadi sesuatu yang penting untuk diingat.
6. Pemimpin
Setiap karyawan tidak pernah bisa berinisiatif dalam mengambil
keputusan karena ia takut keputusan yang diambil adalah salah di mata
pimpinan, kondisi seperti itu menyebabkan setiap ada masalah selalu hars
ditanyakan kepada pemimpin. Ini bisa memperlambat pengambilan
keputusan.Termasuk ini menunjukkan pemimpin tersebut lemah dalam
mengkaderisasi para karyawannya.
2.6 Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran adalah suatu tinjauan mengenai apa yang diteliti
yangdituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur pemikiran penelitian.
Pengaruh
Budaya
adalahsebagai berikut :
Organisasi
terhadap
Komunikasi
Antar
Team
32
Budaya Organisasi (X)
Komunikasi Antar Team (Y)
1. Pelaksanaan norma
1. Komunikasi verbal
2. Pelaksanaan nilai- nilai
2. Komunikasi nonverbal
H1
3. Kepercayaan dan filsafat
3. Komunikasi dan presentasi
4. Pelaksanaan kode etik
4. Jaringan komunikasi
5. Pelaksanaan seremoni
5. Personal Matter dan komunikasi
6. Sejarah Organisasi
6. Pemimpin
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
Sumber : (Fahmi, 2013, pp. 162-184) dan (Wirawan, 2005, p. 55)
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka penelitian dimaksudkan untuk
menganalisis “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komunikasi Antar Team
PT Plaza Indonesia Realty Tbk”.
Download