AULIA RIZKY AMELIA-FSH

advertisement
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi dan JII
terhadap NAB reksa dana Syariah. Penelitian ini menggunakan data Nilai Aktiva Bersih
(NAB) bulanan reksa dana syariah yang terdaftar di Bapepam, serta data
inflasi yang
diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia dan data bulanan JII dari Bursa Efek
Indonesia. Uji statistik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model analisis-statistik
dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif yaitu regresi linier berganda, di mana total
NAB reksa dana syariah sebagai variabel dependen dan inflasi serta JII sebagai variabel
independen, dengan menggunakan tingkat kepercayaan (confidence level) sebesar 95% atau
taraf nyata (significant level) sebesar 5%.
Dari hasil analisa regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel
independen (inflasi dan indeks JII) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen (total NAB reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang) dengan nilai
Fhitung>Ftabel (10,119>3,15), maka Ho ditolak dan Ha diterima dan kedua variabel
independen (inflasi dan indeks JII) memiliki pengaruh terhadap varibel dependen (total NAB
reksa dana syariah Dnareksa Syariah Berimbang) sebesar 26,2%, dan selebihnya 73,8%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sedangkan berdasarkan uji parsial menunjukkan bahwa
variabel independent yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen adalah JII yaitu
t hitung > t tabel (4,223>1,6449), maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Kata Kunci: Inflasi, JII, Nilai Aktiva Bersih, Reksadana Syariah.
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, memberikan akal dan pikiran kepada manusia sehingga mampu berkarya
dalam kehidupan sehari-hari. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya, dan semoga dapat menjadi suri
tauladan bagi kita semua.
Alhamdulillah, skripsi penulis yang berjudul “PENGARUH INFLASI DAN JAKARTA
ISLAMIC INDEX (JII) TERHADAP TOTAL
NILAI AKTIVA BERSIH (NAB)
REKSADANA SYARIAH (Studi Pada Danareksa Syariah Berimbang dari PT.
Danareksa Investment Management dari Tahun 2004-2008)” akhirnya dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak,
penyusunan skripsi ini tidak akan mendekati kesempurnaan.
Sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ini
penulis tujukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH., Sekretaris Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta serta sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan serta semangat selama masa perkuliahan hingga
penulisan skripsi ini selesai.
vi
4. Bapak Dr. Ir. Iwan Pontjowinoto, SE, MM., dan Bapak Dr. JM. Muslimin, MA.,
Ph.D., sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu di sela-sela
kesibukan dalam memberikan masukan ataupun nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah.
6. Segenap Staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta
Staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang Tua ku Tercinta Ibunda Hj. Satimah & Ayahanda H. Awan HT, Kakakkakakku Bang Ipul, Bang Hendra, Bang Dafi, Kak Putri serta adik-adikku Hafidz,
Syauqi, Fairuz, Haikal, Nanda & Faza, Kakek H. Achpas & Nenek Hj. Syarifah, dan
seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang serta doa restunya hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, kalian semua adalah motivator yang luar
biasa.
8. Untuk D’Ranger: Elis yang selalu buat suasana ceria, Audry “kekuatan doa” memang
yang utama Dry, Hani yang banyak memberi inspirasi , dan ika yang dengan
semangatnya selalu bisa mengubah rasa pesimis menjadi keoptimisan yang luar biasa
untuk ikut wisuda Oktober 2010, terimakasih untuk kalian berempat, terima kasih
untuk semangat yang selalu kalian berikan, kalian adalah sahabat, kakak motivator,
inspirator, sekaligus guru bagiku, love u all galz..hope our friendship always get bless
from Allah.amiiin.
9. Untuk semua teman-teman tercinta di Fakultas Syariah dan Hukum, PS A,B, dan C
khususnya Jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006 Kelas B (Dhika, Dhita ,Arie
,Arief , Asril, Azis, Bayu, Irul, Mayank, Didink, Egrie, Erry, Evi, Babeh, Fajar,
Fanky, Fattah, Firza, Ning, Anya, Handri,Hilda, Husein, Dinal, Hasan, Bang Hason,
Teh Yani, Baim, Hilmi, Giska, Ade, Ubay) terima kasih untuk kebersamaan dari awal
hingga akhir perkuliahan dan untuk Kiki PS D’06, terimakasih pinjaman buku
“Creating Value 32 Tahun Danareksa”nya.
10. Untuk teman-teman seperjuangan “Sidang Munaqasah 24 September 2010” buat Ika,
Nisa, Vivi, Didink, Nink, Dita, Evi, Hilda,Mia, Mayang, Uwi, Nay, Murni, Eva, Uni,
Hafid, Dede, Basir, Ucon, Rico, Zacky. Dan teman-teman yang lain..Faiz, Lia
vii
Syukria,Hany, Audry, Elis, Acan..Terimakasih untuk support dan doa kalian selama
masa sulit setelah sidang. Akhirnya, kita wisuda bareng .
11. Untuk Muhammad Syarif, yang selalu memberikan perhatian dan semangat kepada
penulis, khususnya selama proses penulisan skripsi ini. Terima kasih selalu ada
untukku.
Demikianlah, penulis bersyukur dapat menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi ini atas
bantuan pribadi-pribadi tersebut di atas. Untuk semua itu, penulis mengucapkan terimakasih
sebanyak-banyaknya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dan
memberkahi hidup kita sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan ini.
Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan, akan manjadi
investasi kekal di akhirat nanti.Amin.
Jakarta, 23 Agustus 2010 M
13 Ramadhan 1431 H
Penulis
Aulia Rizky Amelia
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
i
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembahasan dan Perumusan Masalah
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
11
D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu)
12
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
15
F. Hipotesis
21
G. Metodologi Penelitian
23
H. Sistematika Penulisan
39
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pasar Modal Syariah
42
B. Reksa Dana Syariah
1. Pengertian Reksa Dana Syariah
i
45
2. Dasar Hukum Reksa Dana Syariah
46
3. Jenis-Jenis Reksa Dana
50
4. Kelebihan Reksa Dana
54
5. Resiko Investasi Reksa Dana
57
6. Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Rekda Dana Konvensional 59
7. Nilai Aktiva Bersih
59
8. Manajer Investasi
60
9. Bank Kustodian
61
C. Inflasi
1. Teori Inflasi
62
2. Penghitungan Inflasi
64
3. Jenis Inflasi
65
4. Dampak Inflasi
68
D. Jakarta Islamic Index (JII)
BAB III
70
GAMBARAN UMUM PT DANAREKSA INVESTMENT
MANAGEMENT
A. Sejarah Perkembangan PT Danareksa Investment Mangement
73
B. Visi, Misi dan Strategi PT Danareksa Investment Mangement
75
C. Struktur Organisasi PT Danareksa Investment Mangement
76
D. Produk-Produk PT Danareksa Investment Mangement
79
ii
BAB IV
ANALISA PENGARUH INFLASI DAN JII TERHADAP
TOTAL NAB REKSA DANA SYARIAH (DANAREKSA
SYARIAH BERIMBANG)
A. Gambaran Umum Data
1. Data Inflasi
84
2. Data Jakarta Islamic Index (JII)
87
3. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB)
89
B. Analisis Regresi Linear Berganda
91
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
94
2. Uji Multikolinearitas
96
3. Uji Autokorelasi
97
4. Uji Heterokedasitas
99
D. Uji Hipotesis
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
100
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
101
E. Analisis Korelasi
103
F. Koefisien Determinasi
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
106
B. Saran
107
iii
DAFTAR PUSTAKA
109
LAMPIRAN
113
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Inflasi Nasional Tahun 1999-2008
5
Gambar 1.2
Perkembangan Total NAB Reksa Dana Di Indonesia
6
Tahun 2000-2008
Gambar 4.1
Kurva Pergerakan Inflasi Tahun 2004-2008
86
Gambar 4.2
Kurva Pergerakan JII Tahun 2004-2008
88
Gambar 4.3
Pergerakan Total NAB Reksa Dana Syariah Danareksa Syariah
90
Berimbang Tahun 2004-2008
Gambar 4.4
Uji Normalitas
95
Gambar 4.5
Uji Heterokedasitas
100
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Hasil Uji Asumsi Klasik
113
Lampiran 2
Hasil Uji F dan Uji t
115
Lampiran 3
Hasil UJi Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
116
Lampiran 4
Tabel Nilai t
117
Lampiran 5
Tabel Nilai F
118
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Perbedaan Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional
59
Tabel 2.2
Kategori Barang dan Jasa untuk Penghitungan Inflasi
65
Tabel 2.3
Proses Penyaringan Emiten di JII
71
Tabel 3.1
Komposisi Alokasi Investasi Kekayaan Danareksa
Syariah Berimbang
82
Tabel 4.1
Inflasi
84
Tabel 4.2
Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index
87
Tabel 4.3
Total NAB Reksadana Syariah Danareksa Syariah Berimbang
89
Tabel 4.4
Fungsi Regresi
92
Tabel 4.5
Uji Kolmogorov-Smirnov
96
Tabel 4.6
Uji Multikolinearitas
97
Tabel 4.7
Uji Autokorelasi
98
Tabel 4.8
Uji F (F-Test)
101
Tabel 4.9
Uji t (t-Test)
102
Tabel 4.10
Uji Koefisien Korelasi
103
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya memperluas basis keterlibatan masyarakat dalam sistem
perekonomian bangsa Indonesia memberikan suatu konsekuensi logis atas
dibutuhkannya pengembangan Pasar Modal kepada arah yang diharapkan oleh
masyarakat sebagai stakeholder dari sistem Pasar Modal secara keseluruhan.
Pasar modal yang merupakan salah satu mediasi dari investasi adalah tempat
bertemunya antara penjual modal/dana dengan pembeli
modal/dana untuk
melakukan transaksi jual beli dengan diperantarai oleh para anggota bursa
selaku pedagang perantara. Dalam pasar modal sama halnya perbankan,
merupakan media yang mampu menjadi jembatan bagi pihak yang kelebihan
dan membutuhkan modal. Di dalamnya terhubungkan begitu banyak pelaku
ekonomi tanpa batas negara. 1
Selama 20 tahun terakhir pasar modal di Indonesia telah menunjukkan
perkembangan pesat. Hal ini terlihat dari peningkatan permintaan atas
instrumen-instrumen utama kegiatan pasar modal. Seperti, saham, obligasi,
1
Nadjib Mochammad, Investasi Syariah (Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik),
Kreasi Wacana: Yogyakarta, 2008
1
valuta asing, dll. 2Dengan adanya instrumen-instrumen tersebut, maka bagi dunia
usaha, pasar modal merupakan salah satu bentuk yang menarik melalui
kemungkinan-kemungkinan penggalangan dana dan memberikan berbagai
pilihan kepada para pemilik dana dalam berinvestasi. Jumlah dan pilihan ini
semakin banyak mulai dari yang relatif tinggi risikonya sampai pada pilihan
yang risikonya rendah.
Berbeda dengan pasar modal konvensional, sejumlah instrumen syariah
di pasar modal sudah diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang
berprinsipkan syariah dimana kriteria saham syariah adalah saham yang
dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha sesuai dengan syariah. Demikian
juga, usaha untuk merealisasikan praktek obligasi syariah atau obligasi yang
berprinsip syariah.3Berkembangnya ekonomi syariah yang cukup pesat di
Indonesia dalam prakteknya memunculkan berbagai macam instrumeninstrumen keuangan baru yang sesuai dengan tuntutan syariah, salah satunya
adalah reksa dana syariah.
Berdasarkan Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Indonesia, reksa dana diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk
2
Tedy Fardiansyah, Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai: Kiat-kiat Investasi pada
Deposito, Saham, Obligasi, Valas, Emas, eksadana, dan Derivatif (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2002), h. 88-89
3
Iggi H. Achsien, “mengintip Peluang Instrument Keuangan Syariah”, artikel diakses pada 5
Februari 2010 dari www.tazkia.co.id/praktisi/reksadana/re0601.htm
2
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek (saham, obligasi, valuta asing, deposito) oleh manajer
investasi.
Bagi investor yang berniat melakukan investasi melalui reksadana serta
menginginkan perolehan keuntungan yang bisa dipertanggungjawabkan secara
Islami, bisa beralih pada reksadana yang sering disebut dengan reksadana
syariah atau Islamic Investment fund. Pada dasarnya, reksadana syariah sama
dengan reksadana konvensional, yang bertujuan untuk mengumpulkan dana dari
masyarakat, yang selanjutnya dikelola oleh manajer investasi untuk kemudian
diinvestasikan pada instrumen-instrumen pasar modal dan pasar uang. Hanya
saja perbedaan yang paling menonjol antara reksa dana syariah dan reksa dana
konvensional adalah dalam reksa dana syariah terdapat proses screening atau
filterisasi atas intrumen investasi berdasarkan pedoman syariah dan proses
cleansing untuk membersihkan pendapatan yang dianggapdiperoleh dari
kegiatan yang haram menurut pedoman syariah. 4
Sampai akhir tahun 2005 jumlah reksa dana syariah telah berkembang
menjadi sebanyak 16 buah dengan nilai emisi sebesar Rp. 2 triliun atau sekitar
2% dari seluruh emisi reksa dana yang beredar di pasar keuangan dengan NAB
(Nilai Aktiva Bersih) sebesar Rp. 567,7 miliar. Di Indonesia, tercatat telah
4
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 173.
3
terjadi pertumbuhan yang konsisten sepanjang tahun 2004 hingga akhir 2007
yang meningkat dari 11 Reksa Dana menjadi 24 Reksa Dana diterbitkan dengan
basis Syariah. Sedangkan dari sisi nilai dana kelolaan, telah tejadi kenaikan yang
sangat signifikan dari hanya sekitar Rp. 650 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp.
Sekitar 2,2 triliun di akhir tahun 2007. 5
Berbicara tentang investasi, tentu tidak ada satupun investasi yang bebas
dari resiko. Demikian pula dengan reksa dana yang mempunyai hasil (return)
dan resiko (risk) tertentu, yang tergantung dari kebijakan investasi yang
dilakukan oleh manajer investasi dalam mengalokasikan investasinya atau
melakukan diversifikasi investasi.
Beberapa jenis resiko investasi yang mungkin terjadi, yang harus
diperhitungkan manajer
investasi dalam
membuat
keputusan investasi
dikategorikan ke dalam 7 jenis resiko, yaitu: risiko berkurangnya nilai unit
penyertaan, risiko likuiditas, risiko politik dan ekonomi, risiko pasar, risiko
inflasi, risiko nilai tukar, dan risiko spesifik.
Menengok kebelakang sejenak,yaitu peristiwa pada tahun 2005 dimana
terjadi penurunan Kinerja Reksa dana yang ditandai dengan menurunnya Nilai
5
Fadlul, “saham berbasis syariah vs saham non syariah “. Artikel diakses pada 8 Februari 2010
dari http://fadlul.blog.friendster.com/2006/09/
4
Aktiva Bersih (NAB sejak bulan Maret 2005). Penurunan ini seiring dengan
kondisi perekonomian Indonesia yang kurang mendukung.
Kenaikan harga BBM sebesar 80% telah menyebabkan ekspektasi inflasi
semakin meningkat dan mengakibatkan tingkat inflasi naik tajam, kenaikan
harga BBM ini berdampak pada kenaikan harga biaya produksi dan ongkos
biaya
transportasi
yang
mengkibatkan kenaikan
harga
barang-barang.
Akibatnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1, bahwa tingkat inflasi
tahun 2005 mencapai 17,11% yang merupakan angka tertinggi setelah krisis
tahun 1997-1998. Pada tahun 2008, inflasi kembali mengalami kenaikan
signifikan (menyentuh angka 2 digit) yaitu mencapai angka 11,06% sebagai
akibat dari guncangan krisis keuangan global.
Gambar1.1 : Inflasi (yoy) Nasional Tahun 1999-2008
Inflasi
Inflasi Tahun 1999-2008
Persentase
17.11
12.55
9.35
11.06
10.03
5.06
6.4
6.6
6.59
2.01
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Sumber:Badan Pusat Statistik, data diolah.
5
Gambar 1.2: Perkembangan Total NAB Reksa Dana
Di Indonesia Tahun 2000-2008
Sumber: Bapepam, data diolah.
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa tahun 2005 merupakan tahun terpuruknya
industri reksa dana yang telah tumbuh pesat dalam dua tahun terakhir. Menurut Pusat
Informasi Reksa Dana Bapepam, NAB bersih reksa dana merosot dari Rp.110 triliun
diawal 2005 hingga tinggal menjadi Rp.28 triliun di akhir tahun. 6 Secara garis besar
fluktuasi yang terjadi dipasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi
pada variabel ekonomi makro.
Kenaikan inflasi yang beriringan dengan merosotnya NAB reksa dana
menjelaskan bahwa kenaikan inflasi yang berdampak pada naiknya harga bahan
baku, pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap
6
Wahzary Wardaya, dkk., Creating Value 32 Tahun Danareksa, (Jakarta:PT Danareksa
(Persero), 2008), h.135.
6
produk barang yang dihasikan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak pada
menurunnya prospek perusahaan dan akan berdampak buruk pada harga saham
perusahaan tersebut di pasar modal. Selain itu meningkatnya inflasi akan
menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas
perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa yang pada
akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima para pemegang saham.
Dengan demikian menurunnya pendapatan deviden yang diterima oleh
para investor maka akan semakin menurunkan minat masyarakat (investor)
untuk berinvestasi dipasar modal. Dengan demikian inflasi memberikan
pengaruh negatif terhadap investasi di pasar modal, atau bisa dikatakan inflasi
menyebabkan terjadinya “kelesuan usaha”. 7
Selain memperhatikan pengaruh variabel ekonomi makro terhadap
perkembangan kinerja reksa dana, saat ini yang sering digunakan untuk melihat
kinerja reksadana adalah membandingkan kinerja reksadana tersebut dengan
pembandingnya.Penentu pembanding portofolio sangat penting. Hal ini karena
merupakan sebuah pijakan yang menyatakan bahwa sebuah portofolio baik atau
tidak. Sebagai contoh, untuk reksadana saham (konvensional) selalu digunakan
IHSG sebagai penbanding.8
7
Boediono, Ekonomi Moneter, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2005), h. 164.
8
Adler Haymans Manurung, Lima Bintang Untuk Agen Penjual Reksadana, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002), h. 60-61
7
Sedangkan untuk menilai kinerja dari reksadana syariah, selain bisa
berpatokan pada NAB (nilai aktiva bersih), juga diperlukan suatu acuan, seperti
layaknya reksadana saham konvensional. Acuan yang diperlukan reksadana ini,
sudah tentu haruslah berprinsip Islam. 9 Oleh karena itu, Pada tanggal 3 Juli
tahun 2000 Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII).
Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index
merupakan Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang
masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK)
dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.10Dengan hadirnya
indeks tersebut, para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat
dijadikan sarana berivestasi dengan penerapan prinsip syariah. Walaupun secara
resmi diluncurkan pada tahun 2000, Di Indonesia, perkembangan instrumen
syariah di pasar modal sudah terjadi sejak tahun 1997 diawali dengan lahirnya
9
Tedy Fardiansyah, Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai: Kiat-kiat Investasi pada
Deposito, Saham, Obligasi, Valas, Emas, eksadana, dan Derivatif (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2002), h. 91
10
Indonesia Stock Exchange (IDX), “Indeks Harga Saham”, Artikel diakses pada 26 Juli 2010
dari http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/IndeksHargaSaham.
8
reksadana syariah11. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada
3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management 12.
Di Indonesia Reksa Dana yang berbasiskan agama, salah satunya adalah
Danareksa Syariah Berimbang yang dikelola oleh Fund Manager dari PT.
Danareksa Investment Management. Danareksa Syariah Berimbang adalah salah
satu Reksa Dana yang termasuk kedalam jenis Reksa Dana campuran. Tolak
ukur dari kinerja Danareksa Syariah Berimbang ini adalah Jakarta Islamic Index
(JII) dan Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia karena Dana Reksa Syariah
Berimbang ini mengalokasikan portofolionya 50% pada efek ekuitas dan 50%
pada Efek Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Syariah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
berapa besar pengaruh inflasi dan seberapa kuat indeks Jakarta Islamic Index
(JII) mempengaruhi penghasilan Nilai Aktiva Bersih suatu reksadana syariah,
dalam hal ini adalah NAB Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa
Investment Management. Pembahasan ini lebih lanjut akan dituangkan dalam
sebuah penelitian dan karya tulis yang berjudul: ”PENGARUH INFLASI DAN
JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TERHADAP TOTAL NILAI AKTIVA
11
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana
Prenada, 2007) h.55
12
Pasar Modal Syariah. Artikel diakses pada 7 Oktober 2009 dari www.idx.co.id
9
BERSIH (NAB) REKSADANA SYARIAH" (Studi Pada Danareksa Syariah
Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management dari Tahun 2004-2008).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Ada beberapa indikator yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih Reksa
dana syariah, diantaranya Gross Domestic Product (GDP), Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI), nilai tukar rupiah, Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII),
dan Jumlah unit pernyertaan reksa dana. Agar permasalahan dalam penelitian ini
tidak terlalu meluas, maka pembahasannya hanya akan dibatasi pada dua
indikator yang mempengaruhi NAB reksa dana yaitu inflasi dan JII. Alasan
memilih inflasi sebagai variabel penelitian karena penulis ingin meneliti lebih
lanjut mengenai dampak inflasi yang muncul akibat kenaikan biaya produksi
menyebabkan ongkos produksi meningkat, peningkatan ongkos produksi akan
berdampak pada menurunnya tingkat deviden (laba) yang diberikan kepada
investor. Semakin kecilnya deviden menyebabkan investorpun menjadi kurang
tertarik untuk berinvestasi (divestasi). Sedangkan untuk variabel JII, penulis
ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh JII sebagai tolok ukur kinerja
ekuitas syariah di pasar modal syariah, yang tentunya menjadi acuan investor
dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi, terhadap total Nilai Aktiva
Bersih pada danareksa syariah berimbang dari tahun 2004- 2008. Dengan
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh inflasi dan indeks JII (Jakarta Islamic Index)
jika dianalisa secara simultan terhadap total NAB (Nilai Aktiva Bersih)
10
reksa dana syariah pada Danareksa Syariah Berimbang periode 20042008?
2. Manakah antara inflasi dan indeks JII yang mempunyai pengaruh paling
dominan dan signifikan terhadap Total NAB Reksa Dana Syariah pada
Danareksa Syariah Berimbang periode 2004-2008?
3. Seberapa
besar
kontribusi
variabel-variabel
independen
dapat
menjelaskan variasi Total NAB Reksa Dana Syariah pada Danareksa
Syariah berimbang periode 2004-2008?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan kajian tentang
analisis pengaruh inflasi dan Jakarta Islamic Index terhadap total nilai aktiva
bersih reksadana syariah, yaitu Danareksa Syariah Berimbang dari PT.
Danareksa Investment Management.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi dan indeks JII secara simultan
terhadap Total NAB Reksa Dana Syariah pada Danareksa Syariah
Berimbang.
2. Untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh dan
signifikan terhadap variabel dependen dari penelitian ini.
11
3. Untuk mengetahui kontribusi variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi Total NAB Reksa Dana Syariah pada Danareksa
Syariah berimbang.
Sedangkan manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
a. Untuk investor, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
salah satu referensi dan penyedia informasi sehingga mampu
memberikan gambaran dalam melakukan investasi pada perusahaan
reksa dana dan melakukan kegiatan muamalat di padar modal
berdasarkan prinsip syariah.
b. Untuk civitas academia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagi bahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya, khususnya mengenai pasar modal syariah di Indonesia.
c. Untuk peneliti, penelitian ini menjadi salah satu sarana bagi peneliti
untuk dapat mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang selama
ini peneliti dapat dari mengikuti perkuliahan di jurusan Perbankan
Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya di bidang pasar
modal syariah.
D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu)
Penulisan ini dilakukan karena penulis termotivasi dan terinspirasi
dengan bagaimana pengaruh inflasi dan indeks JII terhadap kinerja reksa dana
12
syariah dilihat dari Total NAB Reksa Dana Syariah tersebut . Selain itu penulis
juga telah membaca skripsi terdahulu yang dilakukan oleh:
1. Penulis & Judul Skripsi
Yoga
Saltian,
Perbandingan
2006
Resiko
:
“Analisis
dan
Tingkat
Pengembalian Reksadana Syariah dan
Reksadana Konvensional”
Hasil
dan
Metode Dalam skripsi ini menjelaskan resiko apa
Penelitian
saja
yang
mempengaruhi
tingkat
pengembalian reksadana syariah dan reksa
dana
konvensional
yang
kemudian
dikomparasikan antara keduanya. Teknik
analisa
data
menggunakan
pada
penelitian
ini
teknik
kualitatif
dan
kuantitatif dan data yang digunakan
adalah data sekunder.
2.
Penulis & Judul Skripsi
Ahmad
Mujahid,
2007.
“Analisis
Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah
terhadap Reksadana Konvensional (Studi
kasus pada Jenis Reksadana Campuran)”
13
Hasil
dan
Metode Dalam Skripsi ini penulis membandingkan
Penelitian
antara kinerja reskadana syariah dan
reksadana konvensional yang bersifat
campuran. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah NAB per Unit,
tolak ukur (benchmark) yaitu IHSG, JII,
SWBI, dan SBI dimana data sekunder
yang diambil adalah sekitar tahun 20042006.
3.
Penulis & Judul Skripsi
Faizal Hanaris Rivai, 2009. “Analisis
Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Inflasi,
IHSG, dan Jumlah Uang Beredar (M2)
Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan
Syariah Di Indonesia Tahun 2006-2008”
Hasil
dan
Penelitian
Metode Dalam skripsi ini dianalisis pengaruh
ringkat bagi hasil bank syariah , IHSG,
tingkat inflasi dan jumlah uang beredar
dalam arti luas secara parsial maupun
simultan terhadap dana pihak ketiga pada
jangka
pendek
dan
jangka
panjang.
14
Metode analisis yang digunakan yaitu
analisis model dinamis error correction
model atau ECM.
Penelitian
ini
berbeda
dengan
penelitian-penelitian
yang
telah
dipaparkan sekilas di atas. Karena dalam penelitian kali ini penulis akan
membahas tentang pengaruh inflasi dan indeks JII terhadap total Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengaruh dan
hubungan antara inflasi dan indeks JII dengan total NAB pada Reksadana
Syariah maka digunakan analisis regresi linear berganda dan analisi korelasi.
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
a. Pasar Modal Syariah
Secara sederhana, pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar
modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi
ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang, seperti: riba, perjudian,
spekulasi, dan lain-lain. 13
Instrument di pasar modal syariah sudah diperkenalkan kepada
masyarakat, misalnya saham yang berprinsip syariah dimana kriteria saham
13
Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya
Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 231.
15
syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha
yang sesuai dengan syariah.
Industri pasar modal khususnya pada instrumen saham dilakukan
berdasarkan penilaian atas saham yang diterbitkan oleh masing-masing
perusahaan, karena instrumen saham secara natural telah sesuai dengan
prinsip syariah mengingat sifat saham dimaksud bersifat penyertaan. Para
ahli fiqih berpendapat bahwa suatu saham dapat dikatergorikan memenuhi
prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut tidak tercakup pada hal-hal yang dilarang dalam syariah islam,
seperti :a. Alkohol;
b. Perjudian;
c. Produksi yang bahan bakunya berasal dari babi;
d. Pornografi;
e. Jasa keuangan yang bersifat konvensional;
f. Asuransi yang bersifat konvensional14.
b. Reksadana Syariah
Menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 Ayat 27,
Reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio
14
Ngapon. “Pasar Modal Syariah (Bagian 1)”. Artikel diakses pada 12 Oktober 2009 dari
asuransi-syariah.blogspot.com
16
efek oleh manajer investasiyang telah mendapat izindari Bapepam. 15
Sedangkan menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSNMUI/IV/2001, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah, baik dalam bentuk akad antara pemodal
sebagai pemilik harta (shahibul maal) dengan manajer investasi sebagai
wakil shahibul maal, maupun antara manajer investasi dengan pengguna
investasi.16
Reksadana syariah merupakan sarana investasi campuran yang
menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang
dikelola oleh manajer investasi. Ada beberapa jenis bentuk reksadana dan
dari jenis reksadana tersebut dapat diketahui di mana reksadana melakukan
investasi, karakteristik potensi keuntungan serta resiko yang akan terjadi.
Ada empat jenis reksadana dalam peraturan Bapepam Yaitu, Reksa Dana
Pendapatan Tetap, Reksa Dana Campuran, Reksa Dana Pasar Uang, dan
Reksa Dana Saham. Namun dalam Reksadana Syariah hanya mengakui dua
jenis reksadana, yaitu Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)
dan Reksadana Campuran (Discretionary Fund)17.
15
16
Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995.
Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Reksa Dana Syariah.
17
Muhammad Firdaus NN, dkk, Investasi Halal di Reksadana Syariah (Jakarta: Renaisan,
2005), h. 42
17
Reksadana Pendapatan Tetap yaitu reksadana yang apabila dalam
alokasi investasinya ditentukan bahwa sekurang-kurangnya 80% dari nilai
aktivanya diinvestasikan dalam efek hutang dan sisanya dapat diinvestasikan
(seluruhnya atau sebagian) dalam efek hutang. Karena dapat memiliki saham
yang secara umum mempunyai risiko yang lebih tinggi. Reksadana ini
sangat sesuai bagi pemodal yang tidak berkeberatan untuk menanggung
risiko hilangnya sebagian kecil dari modal atau dana awal untuk
mendapatkan kemungkinan memperoleh pendapatan yang cukup besar
dibandingkan dengan hasil investasi di deposito.
Reksadana Campuran adalah reksadana ini mempunyai kebebasan
dalam menentukan alokasi asset sehingga dalam sewaktu-waktu mempunyai
portofolio investasi dengan mayoritas saham dan di lain waktu merubah
sehingga menjadi mayoritas obligasi. Dengan demikian, bila biaya
pemakaian dana sedanga tinggi, maka pasar modal umumnya melesu dan
harga saham cenderung menurun, sebaliknya, bila biaya pemakaian biaya
dana sedang rendah maka pasar modal umumnya akan bergairah dan harga
saham cenderung meningkat 18.
c. Nilai Aktiva Bersih
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) tidak dapat
dipisahkan dari Reksa Dana karena istilah ini merupakan suatu tolak ukur
18
Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat,
2002), h. 122
18
dalam memantau hasil portofolio suatu Reksa Dana. NAB adalah adalah nilai
pasar yang wajar dari suatu Efek dan kekayaan lain dari reksa dana dikurangi
seluruh kewajibannya. NAB Reksa Dana akan diumumkan setiap Hari Bursa.
Metode Penghitungan NAB Reksa Dana harus dilakukan sesuai dengan
Peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebijakan dan persetujuan
BAPEPAM & LK.19
NAB per unit penyertaan adalah jumlah NAB dibagi jumlah unit
penyertaan yang beredar (outstanding)20. Nilai Aktiva Bersih perusahaan
investasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
MVAt - LIABt
NAVt =
NSOt
Dimana :
NAV = Net Asset Value periode t
t
MVA = Market Value of Asset periode t
t
LIAB = Liabilities periode t
t
NSOt = Net Share Outstanding periode t
19
Danareksa Investment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa
Syariah Berimbang, (Jakarta: Danareksa Investment Management, 2010), h.5.
20
Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya
Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 225.
19
d. Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga
secara umum. 21 Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan
harga secara terus-menerus. Akibat dari deflasi adalah daya beli
masyarakat bertambah besar sehingga pada tahap awalnya barang-barang
menjadi langka. Akan tetapi, pada tahap berikutnya jumlah barang makin
banyak karena makin berkurangnya daya beli masyarakat karena secara
riil tingkat pendapatan juga menurun. Jadi, apabila inflasi yang terjadi
pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sedangkan pendapatan
tetap, itu berarti bahwa secara riil tingkat pendapatan juga mengalami
penurunan sebesar 5% yang relative akan menurunkan daya beli
masyarakat sebesar 5% juga (Iskandar Putong, 2000:181).
f. JII
Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index
merupakan Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari sahamsaham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang
diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar
dan likuiditas.22
21
Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h.
147.
22
Indonesia Stock Exchange (IDX), “Indeks Harga Saham”, Artikel diakses pada 26 Juli 2010 dari
http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/IndeksHargaSaham.
20
2. Kerangka Konsep
Gambar 1.3. Kerangka Konseptual Penelitian
Kondisi
Perekonomian
Pasar Modal
indikator tren
pasar/benchmark
/tolok ukur
GDP
Exchange Rate
IHSG
SWBI
LQ-45
Inflasi
(X1)
indeks Syariah (JII) (X2)
Analisis pengaruh
dan lain-lain
total NAB Reksadana
Syariah (Y)
F. Hipotesis
Dalam
buku
Metode
Penelitian
Administrasi,
Dr.
Sugiyono
mendefinisikan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Sedangkan, Nasution dalam bukunya Metode Research (Penelitian
Ilmiah) mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan tentatif yang merupakan
21
dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk
memahaminya. 23 Ada dua macam hipotesis yang dibuat dalam suatu percobaan
penelitian, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternative. Hipotesis nol adalah
hipotesis yang akan diterima kecuali bahwa data yang kita kumpulkan salah.
Hipotesis alternative akan diterima hanya jika data yang kita kumpulkan
mendukungnya. 24
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini:
1) Ho:b = 0; Variabel inflasi dan JII tidak berpengaruh secara simultan terhadap
total NAB Reksa Dana Syariah.
Ha:b ≠ 0; Variabel inflasi dan JII berpengaruh secara simultan terhadap
total NAB Reksa Dana Syariah.
2) Ho:b = 0; Variabel inflasi dan JII tidak berpengaruh secara parsial terhadap
total NAB Reksa Dana Syariah.
Ha:b ≠ 0; Variabel inflasi dan JII berpengaruh secara parsial terhadap
total NAB Reksa Dana Syariah.
Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5% atau α = 0.05.
23
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 39.
24
Ety Rochaety, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS(Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2007), h.104.
22
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian
yang menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data, serta penampilan hasilnya. Kemudian membuat gambaran mengenai situasi
atau kejadian, menerangkan hubungan-hubungan, menguji hipotesis-hipotesis,
membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah
yang ingin dipecahkan.25
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih Reksadana Syariah terbuka
dengan
jenis
campuran
yaitu
Danareksa
Syariah
Berimbang
mengalokasikan portofolionya 50% pada efek ekuitas dan 50%
yang
pada Efek
Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Syariah. Danareksa Syariah Berimbang
diterbitkan
PT.
Danareksa
Investment
Management
sebagai
Manajer
Investasinya.
3. Periode Penelitian
Periode penelitian ini dimulai dari periode Januari 2004 hingga periode
Desember 2008. Alasan pemilihan periode penelitian karena dalam rentang
waktu tersebut tercatat peningkatan angka inflasi yang cukup signifikan pada
masa tersebut dari 6,4% pada tahun 2004 manjadi 17,11% pada tahun 2005
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, cet. XIII (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), h. 12.
23
dikarenakan adanya peningkatan harga minyak bumi dunia, tingginya harga
minyak bumi dunia ini membawa implikasi dikeluarkannya kebijakan
penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBm) di dalam negeri dan pengurangan
subsidi pemerintah untuk harga BBM tersebut. Sedangkan sepanjang Tahun
2006 kondisi perekonomian indonesia mulai kondusif, diperlihatkan dengan
penurunan angka inflasi yang cukup signifikan sebesar 6,6 %. Namun kemudian
disusul kembali di tahun 2008 dimana kondisi makroekonomi Indonesia berada
dalam tekanan krisis subprime mortgage yang masih terus berlanjut di AS
bahkan ada kecendungan untuk semakin gawat yaitu dengan peningkatan angka
inflasi sebesar 6,59% pada tahun 2007 menjadi 11,06%.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah
diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi. 26Data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari data
inflasi website Bank Sentral Republik Indonesia www.bi.go.id, data indeks JII
dari
www.idx.co.id dan data NAB reksa dana syariah (Danareksa Syariah
Berimbang) yang berasal dari Bapepam. Serta laporan-laporan atau data-data
yang merupakan hasil dari library research, dengan teknik studi dokumentasi
26
J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 10.
24
terhadap sumber-sumber buku yang dijadikan acuan dalam menelaah suatu
penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumulan data, yaitu:
a. Studi lapangan (Field Research) yaitu laporan data sekunder berupa data
NAB, data inflasi, dan data JII yang diperoleh dari publikasi Bapepam
(Badan Pengawas Pasar Modal), BI (Bank Indonesia), dan BEI (Bursa Efek
Indonesia).
b.
Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan menganalisa data dari literature yang ada, seperti
buku-buku sumber, dokumen-dokumen bank, makalah, internet, jurnal-jurnal,
jurnal serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan skripsi ini.
6. Teknik Analisa Data
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi berganda (Multiple Regression). Analisis regresi berganda
bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap
25
satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua
atau lebih variabel bebas.27
Namun, perlu diketahui bahwa analisis regresi merupakan sebuah alat
statistik yang hanya dapat digunakan jika variabel dependen dan variabel
independennya termasuk kedalam data metrik. Namun, dalam keadaan tertentu
memungkinkan untuk memasukkan data nonmetrik sebagai variabel indepanden
(dengan mengubah data nominal atau ordinal dengan variabel dummy; variabel
yang berbentuk kualitatif, atribut ataupun ketegorikal yang pendeklarasiannya
menggunakan nomor kode). Jadi, untuk menggunakan teknik analisa regresi
berganda, maka: 1) data yang digunakan harus berupa data dengan skala interval
atau rasio atau data nominal/ordinal yang ditransformasikan;2)Sebelum
menggunakan teknik analisis regresi, peneliti harus dapat menentukan mana
variabel yang dapat menjadi variabel dependen dan mana variabel yang akan
menjadi variabel independen. 28
Regresi berganda sangat bermanfaat untuk mendeteksi beberapa variabel
bebas yang berelasi dengan variabel yang diuji. Teknik analisis ini sangat
dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan kebijakan manajemen
27
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP,
2006), h. 45.
28
Joseph F. Hair, dkk., Multivariate Data Analysis, A Global Perspektive, 7th Ed, (USA: Pearson
Education, Inc., 2010), h. 162.
26
maupun telaah ilmiah semata. Analisis ini digunakan untuk berbagai situasi
yang pada dasarnya terdiri dari tiga keadaan, yaitu: 29
1) Digunakan untuk situasi dimana diinginkan memprediksi variabel
tidak bebas dalam hubungan dengan sejumlah variabel bebas.
2) Digunakan dalam mengendalikan pengaruh beberapa variabel
bebas terhadap veriabel tidak bebas yang telah ditetapkan.
3) Digunakan untuk studi casual theories. Hal ini untuk menentukan
langsung variabel independen apakah secara tidak langsung
berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Analisis ini disebut
analisis path.
Dibutuhkan beberapa asumsi untuk menggunakan regresi linear secara
tepat, yaitu:
1) Terdapat hubungan yang linear. Oleh karena itu, terdapat
hubungan garis lurus antara variabel terikat dan sekelompok
veriabel bebas.
2) Variasi pada residu adalah sama baik untuk nilai Y besar maupun
kecil. Dengan kata lain, (Y-Ŷ) tidak berhungan apakah Ŷ besar
atau kecil.
3) Residu mengikuti pola distribusi probabilitas normal. Ingat
bahwa residu adalah perbedaan antara nilai Y yang sebenarnya
29
Ibnu Subiyanto, Metode Penelitian Manajemen dan Akuntansi, (Yogyakarta: UKP UPP AMP
YKPN, 2000), Ed.3, h. 205.
27
dengan nilai estimasinya, Ŷ. Jadi, suku (Y-Ŷ) dihitung dalam
setiap pengamatan dalam kelompok data. Rata-rata residu
harusnya bernilai 0.
4) Variabel-variabel bebasnya tidak boleh berkorelasi
5) Residunya bersifat saling bebas. Ini berarti pengamatan berturtutturut pada variabel bebas tidak boleh berkorelasi. Asumsi inis
sering dilanggar ketika aspek waktu dilibatkan pada asaat
mengamati sampel. 30
Untuk menguji pengaruh inflasi dan JII terhadap Total NAB Reksa Dana
Syariah maka model regresi linier berganda yang akan digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2
Dimana:
Y
= Variabel terikat (Total NAB Reksa Dana Syariah)
a
= Konstanta (harga Y bila X = 0)
b1,b2
= Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai
variabel independen.
X1
= Variabel bebas ( inflasi)
30
Douglas. A Lind, dkk. (Penerjemah: Chriswan Sungkono), Teknik-teknik Statistika dalam
Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global, ed 13, Buku 2, (Jakarta:Salemba Empat,
2007), h. 141.
28
X2
= Variabel bebas (JII)
b. Uji Asumsi Klasik
Setelah model regresi diperoleh, maka model tersebut harus diuji sudah
termasuk BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) atau tidak. Jadi, dalam
penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak
biasa, maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan.
Asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1) Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi
data. Maksud data terdistribusi secara normal adalah data akan mengikuti
bentuk distribusi normal. Distribusi normal data dengan bentuk dimana data
memusat pada nilai rata-rata dan median. Uji normalitas bisa dilihat dengan
menggunakan grafik normal PP Plots.31Suatu data akan terdistribusi secara
normal jika nilai probabilitas yang diharapkan apakah sama dengan nilai
probabilitas pengamatan. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal
dan mengikuiti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi
31
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP,
2006), h. 147.
29
normalitas. Tetapi, jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 32
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, jika tidak hati-hati
secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik dapat sebaliknya.
Oleh karena itu, dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji
statistik. Uji statistik dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan dari uji K-S ini
adalah jika Asymp. Sig lebih besar dari 0.05 (Asymp. Sig > 0.05), maka
model regresi memenuhi asumsi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini digunakan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (bebas). Model
regresi yang baik, tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Jika antara
variabel bebas terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi,
dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya:
a) Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10, maka
model regresi bebas dari multikolinearitas.
32
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2000), h. 214.
30
b) Nilai Tolerance tidak kurang dari 0.10, maka model regresi bebas
dari multikolinearitas.33
3) Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode
sebelumnya (t-1).34Autokorelasi didefinisikan terjadinya korelasi antara data
pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data
dipengaruhi oleh data sebelumnya. Jika terjadi korelasi berarti ada masalah
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui
nilai Durbin Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mnegambil
keputusan adalah:
a) Angka D-W di bawah – 2, berarti ada autokorelasi positif.
b) Angka D-W diantara – 2 sampai dengan + 2, bearti tidak terjadi
autokorelasi.
33
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2000), h. 219.
34
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP,
2006), h. 95.
31
c) Angka D-W + 2, bearti ada autokorelasi negatif. 35
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya
signifikan (lihat angka F dan signifikansinya), menjadi tidak layak untuk
dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan berbagai cara antara lain dengan
melakukan transformasi data dan menambah data observasi. 36
4) Uji Heterokedasitas
Uji heterokedasitas ini untuk menguji apakah pada model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain.
Residual adalah perbedaan antara nilai-nilai variabel terikat yang sebenarnya
dengan nilai-nilai yang diperkirakan (Y-Ŷ).37 Jika varians residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homokedasitas. Dan jika
varians berbeda disebut heterokedasitas. Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi heterokedasitas. Heterokedasitas adalah suatu keadaan dimana
35
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2000), h. 219.
36
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik 2: Statistik Inferensif, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003), Ed. Kedua, Cet. Kedua, h. 290.
37
Douglas. A Lind, dkk. (Penerjemah: Chriswan Sungkono), Teknik-teknik Statistika dalam
Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global, ed 13, Buku 2, (Jakarta:Salemba Empat,
2007), h. 180.
32
varians dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel
independen. 38
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedasitas yaitu
dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) and
residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heterokedasitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara
SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Dasar pengambilan keputusan: 39
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit) maka telah terjadi heterokedasitas).
2) Jika tidak ada pola tertentu yang jelas serta titik-titiknya menyebar di
atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedasitas.
38
J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 273.
39
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP,
2006), h. 69.
33
c. Uji Hipotesis
1) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi
tersebut. Uji F dilakukan untuk membuktikan apakah variabel-variabel bebas
(X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y).
Jika nilai signifikansi lebih kecil dari alpha yang digunakan yaitu pada
α = 5% = 0.05, menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikatnya secara simultan (bersama-sama).
Jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha yang digunakan yaitu pada α
= 5% = 0.05, menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
bahwa variabel bebas tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat secara simultan (bersama-sama).40
2) Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t dipergunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial. Uji t dipergunakan untuk mengetahui apakah
variabel bebas secara parsial (individual) berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel terikat. Penilaian uji t adalah sebagai berikut:
40
Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan
Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005), h.54.
34
a. Jika signifikansi lebih kecil dari alpha yang digunakan yaitu pada α = 5% =
0.05 , maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat secara parsial.
b. Jika signifikansi lebih besar dari alpha yang digunakan yaitu pada α = 5% =
0.05 , maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa secara parsial
tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat. Juga dipergunakan pada alpha 10% = 0.1 dimana batas ini masih
diperbolehkan.41
d. Analisis Korelasi
Analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang
menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel yang lain.
Jadi tidak mempersoalkan apakan suatu variabel tertentu tergantung kepada
variabel lain. Simbol dari besaran korelasi adalah r yang disebut koefisien
korelasi sedangkan simbol parameternya ρ (dibaca rho). Nilai koefisien korelasi
berkisar antara – 1 sampai + 1 yang kriteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai
berikut: 42
41
Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan
Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005), h.53.
42
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004), h. 104.
35
1) Jika nilai r > 0 artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu
makin besar nilai variabel X (independen) makin besar pula nilai
variabel Y (dependen), atau makin kecil nilai variabel X (independen)
maka makin kecil pula nilai variabel Y (dependen).
2) Jika nilai r < 0 artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu
makin kecil nilai variabel X (independen) maka makin besar nilai
variabel Y (dependen), atau makin besar nilai variabel X (independen)
maka makin kecil nilai variabel Y (dependen).
3) Jika nilai r = 0 artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X
(independen) dengan variabel Y (dependen).
4) Jika nilai r = 1 atau r = - 1 telah terjadi hubungan linier sempurna yaitu
berupa garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang makin mengarah ke angka
0, maka garis makin tidak lurus.
Untuk menghitung koefisien korelasi, rumus yang digunakan adalah rproduct moment, yaitu:
r xy =
n Σ XiYi – ΣX iΣYi
√n ΣXi2 – (ΣXi)2 √nΣYi2 – (ΣYi)2
Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat, dipergunakan tabel interpretasi r-product moment.
36
Tabel 1.1 Tabel Interpretasi r-product moment43
Interval koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,00
Sangat Kuat
Sumber: Ali Mauludi, 2006
e. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Bila nilai koefisien
determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat
diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila nilai koefisien determinasi sama
dengan 1 ( R2 = 1), artinya variasi Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh
X.44
Dalam kenyataannya nilai koefisien determinasi dapat bernilai negatif
walaupun dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati, jika dalam uji
43
Ali Mauludi, Statistika I, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 107.
44
Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2006), h.20.
37
empiris terdapat koefisien determinasi bernilai
negatif, maka koefisien
determinasi dianggap bernilai 0.
Adapun formulasi penghitungannya adalah sebagai berikut :45
R = r2 X 100%
Keterangan:
R=Koefisien Determinasi
r= Koefisien Korelasi
7. Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Y(Variabel Dependen atau variabel terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan
oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah total NAB
(Nilai Aktiva Bersih) reksa dana syariah. Menurut Iggi H Achsien, Nilai aktiva
bersih adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang (uninvested) dikurangi
biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Sedangkan
NAB per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio reksa dana setelah
45
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP,
2006), h. 87.
38
dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit penyertaan yang telah
beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu.
b. Variabel X (Variabel independen atau variabel bebas)
Variabel independen adalah variabel yang dapat mepengaruhi perubahan
variabel dependen. Variebel independen dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Inflasi (X1) yaitu proses kenaikan harga-harga umum secara terusmenerus.
2) Jakarta Islamic Index (X2) yaitu kumpulan indeks saham beberapa
perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan
syariah.
8. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan
skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
diterbitkan oleh fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007. dengan pengecualian,
kutipan al-Qur’an dan Hadis ditulis satu spasi. Referensi al-Qur’an pada urutan
pertama dalam daftar pustaka.
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang secara keseluruhan kelima bab
tersebut merupakan satu rangkaian pembahasan yang saling terintegrasi dan
39
saling terkait. Dengan demikian sistematika penulisan ini adalah sebagai
berikut :
BAB I
: Merupakan suatu pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub, yaitu
Latar Belakang Masalah, dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penulisan, Kajian Kepustakaan, Kerangka Teori dan
Kerangka Konsep, Hipotesis, Metode Penelitian, serta Sistematika
Penulisan.
BAB II
: Menjelaskan tentang kajian pustaka, di mana pada bab ini
dijelaskan mengenai pasar modal syariah, inflasi, dan semua yang
berkaitan dengan Reksadana Syariah baik dari pengertian, jenis
reksadana, kelebihan maupun dari segi risiko reksadana. Selain itu
pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai apa itu manajer investasi
dan bank kustodian.
BAB III : Memberikan Penjelasan mengenai Sejarah Perkembangan PT.
Danareksa Investment Management, Visi Misi dan Strategi PT.
Danareksa Investment
Management
Struktur Organisasi PT.
Danareksa Investment Management, Produk-produk PT. Danareksa
Investment Management.
BAB IV
: Membahas tentang penelitian terhadap data-data yang telah
dikumpulkan beserta penjelasannya, dalam bab ini juga dijelaskan
40
mengenai model-model penghitungan yang digunakan berikut
penjelasannya.
BAB V
: Merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan berupa
jawaban-jawaban
dari
permasalahan
penelitian
yang
telah
dikemukakan sebelumnya. Bab lima juga berisi saran yang sifatnya
membangun
sebagai
solusi
dari
permasalahan
yang
telah
dikemukakan.
41
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pasar Modal Syariah
Istilah pasar biasanya digunakan istilah bursa, exchange dan market.
Sementara untuk istilah modal sering digunakan istilah efek, securities dan stock.
Pasar modal menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1
Ayat (12) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
Perdagangan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Sedangkan yang dimaksudkan dengan efek pada Pasal 1 ayat (5) adalah
surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. 1
Secara umum, pasar modal diartikan sebagai suatu tempat bertemunya para
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal.
Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal
(emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal.
Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal diperusahaan
yang menurut mereka menguntungkan.
1
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 109.
42
Pasar Modal dikenal juga dengan nama bursa efek. Bursa efek menurut Pasal
1 ayat (4) UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek
diantara mereka. Bursa efek di Indonesia dikenal dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ),
Bursa Efek Surabaya (BES).2 Kemudian, tanggal 30 Oktober 2007 BES dan BEJ
sudah dimerger dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga dengan demikian
hanya ada satu pelaksana bursa efek di Indonesia, yaitu BEI. Sedangkan bagi pasar
modal syariah, listing-nya dilakukan di Jakarta Islamic Index yang diluncurkan sejak
3 Juli 2000.
Secara sederhana, pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal
yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan
terlepas dari hal-hal yang dilarang, seperti: riba, perjudian, spekulasi, dan lainlain. 3Sedangkan yang dimaksud dengan efek syariah adalah efek sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal yang akad,
pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip
syariah. Adapun yang dimaksud dengan prisip-prinsip syariah adalah prinsip yang
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h. 208.
3
Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya
Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 231.
43
didasarkan oleh syariah ajaran Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI
melalui fatwa.4
Instrument di pasar modal syariah sudah diperkenalkan kepada masyarakat,
misalnya saham yang berprinsip syariah dimana kriteria saham syariah adalah saham
yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha yang sesuai dengan syariah.
Industri pasar modal khususnya pada instrumen saham dilakukan berdasarkan
penilaian atas saham yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan, karena
instrumen saham secara natural telah sesuai dengan prinsip syariah mengingat sifat
saham dimaksud bersifat penyertaan. Para ahli fiqih berpendapat bahwa suatu saham
dapat dikatergorikan memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan yang
menerbitkan saham tersebut tidak tercakup pada hal-hal yang dilarang dalam syariah
islam, seperti :
a. Alkohol
b. Perjudian
c. Produksi yang bahan bakunya berasal dari babi
d. Pornografi
e. Jasa keuangan yang bersifat konvensional
f. Asuransi yang bersifat konvensional5.
4
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan
Pedoman Umum Penerapan Syariah di Bidang Pasar Modal, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional, Ed. II, (Jakarta: PT Intermasa, 2003), h. 272.
44
B. Reksadana Syariah
1. Pengertian Reksadana Syariah
Kata Reksa Dana Berasal dari istilah Mutual Fund. Fund berarti dana dan
mutual berarti saling menguntungkan. Di Indonesia kemudian dipilih kata “dana” dan
“reksa”, kalau digabung menjadi danareksa. Tetapi kemudian dipilih Reksa Dana
untuk menghindari kerancuan arti dengan perusahaan danareksa yang sudah
memasyarakat sekarang ini. 6
Sedangkan, dilihat dari asal kosa katanya, Reksa Dana terdiri dari dua kosa
kata, yaitu reksa yang berarti jaga atau pelihara dan kata dana yang berarti (kumpulan)
uang. Dengan demikian Reksa Dana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang
dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan). 7Sementara itu, menurut UU Pasar
Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 Ayat 27, Reksadana adalah suatu wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi yang telah mendapat izin
dari Bapepam. 8
Sedangkan menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSNMUI/IV/2001, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
5
Ngapon. “Pasar Modal Syariah (Bagian 1)”. Artikel diakses pada 12 Oktober 2009 dari
asuransi-syariah.blogspot.com
6
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), h.
209.
7
Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta: UII Press,
2000), h. 92.
8
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995.
45
ketentuan dan prinsip syariah, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
pemilik harta (shahibul maal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahibul maal,
maupun antara manajer investasi dengan pengguna investasi.
Dalam sumber lain disebutkan, bahwa reksa dana syariah atau islamic
investment fund merupakan salah satu bentuk pengelolaan reksa dana yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan atau memperoleh
pendapatan
investasi
dari
sumber
dan
cara
yang
bersih
yang
dapat
dipertanggungjawabkan secara religius, yang mana sejalan dengan prinsip-prinsip
syariah. 9
2. Dasar Hukum Reksa Dana Syariah10
a. Firman Allah SWT, antara lain:





   
Artinya:“…dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”
(QS. al-Baqarah [2]: 275).
9
Achsien, Iggi H., Investasi Syariah Di Pasar Modal; Menggagas Konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 83.
10
Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
untuk Reksa Dana Syariah.
46
   
  




      
Artinya: “Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,…” (QS. al-Nisa’ [4]:
29).
  
    
Artinya:“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…” (QS. alMa’idah [5]: 1).
    
Artinya: “…kamu tidak (boleh) menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS.
al-Baqarah [2]: 279).
    
     
Artinya: “…Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu …”
(QS. al-Baqarah [2]: 198).
b. Hadis Nabi SAW, antara lain:
47
‫ون‬
‫َا ُّص‬
‫لْل ُح َا اِئ َاَب ْل َا ْل ُح ْل ِئ ِئ َا ٌ ِئ َّال ُح ْل ًح َا َّال َا َا َا ًح أ ْلَاو أَا َا َّالل َا َا ًحم َاو ْل ُح ْل ِئ ُح َا‬
‫عَاى ُحش ِئ‬
‫ )رو ه رتمذي عن ع ن‬ ‫وط ِئه ْلم ِئ َّال َاش ْلطًح َا َّال َا َا َا ًح أ ْلَاو أَا َا َّالل َا َا ًحم‬
‫َا ُح‬
( ‫عوف‬
Artinya:“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;
dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Tirmizi dari
„Amr bin „Auf).
‫ )رو ه ن م ه عن عب دة ن ل مت وأمحد عن ن عب س‬ ‫َا َا َا َار َاو َا ِئ َا َار‬
(‫وم ك عن حيي‬
Artinya:“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula
membahayakan orang lain” (HR. Ibn Majah dari „Ubadah bin Shamit, Ahmad
dari Ibn „Abbas, dan Malik dari Yahya).
c. Kaidah Fiqh:
‫أأَا ْل ُحل ِئ ْل ُح َاع َام َا ِئ ْل ِئإل َا َا ةُح َاَلْل يَا ُحد ّل َادِئْلي ٌل َاعَاى َاْلَت ِئْلْيِئ َاه‬
Artinya:“Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalah boleh dilakukan
sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya.”
d. Peraturan Terkait
48
1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
2) PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di bidang
Pasar Modal.
3) Keputusan Menteri Keuangan RI No. 646/KMK.010/1995 perihal
Pemilikan Saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana oleh Investor
Asing.
4) Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah.
5) Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/III/2004 tentang
Pasar Modal dan Penerapan Umum Prinsip Syariah di Bidang Pasar
Modal.
6) Peraturan Nomor IX.A.13 Tahun 2006 tentang Penerbitan Efek
Syariah.
7) Peraturan Nomor IX.A.14 Tahun 2006 tentang Akad-Akad yang
Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah Di Pasar Modal.
8) Peraturan Nomor II.K.1 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah.
9) Keputusan Bapepam Lam-KEP-325/BL/2007 tentang Daftar Efek
Syariah.
3. Jenis-Jenis Reksadana
49
Reksa Dana dapat dibedakan dari beberapa sudut pandang, antara lain
dari:(1)bentuk, (2) sifat, (3)portofolio Investasi, dan (4) Tujuan Investasi. 11
a.
Dilihat dari bentuknya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:
1) Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type). Dalam Reksa Dana
bentuk ini, perusahaan penerbit Reksa Dana menghimpun dana dengan
menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar
modal maupun pasar uang.
Reksa Dana bentuk perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi
Reksa Dana Perseroan tertutup dan Reksa Dana Perseroan Terbuka.
Bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT).
b) Pengelolaan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara
Direksi Perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk.
c) Penyimpanan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara
manajer investasi dengan Bnak Kustodian.
11
Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya
Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 211.
50
2) Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type).
Reksa Dana bentuk ini adalah kontrak antara manajer investasi dengan
bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan (UP), di mana
manajer investasi diberi wewenang untuk mngelola portoifolio investasi
kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan
penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih popular dan jumlahnya
semakin bertambah dibandingkan Reksa Dana berbentuk perseroan.
bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.
b) Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan
kontrak.
c) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank
kustodian berdasarkan kontrak.
b. Dilihat dari sifatnya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:
1) Reksa Dana tertutup adalah Reksa Dana yang transaksi perdagangan unit
penyertaan dilakukan dibursa saham karena pemegang unit penyertaan
memiliki saham atau pemegang unit menjual ke bursa sehingga permintaan
dan penawaran merupakan harga dari unit. Bila investor tidak ada yang
membeli saham tersebut, maka investor tidak akan memperoleh dana
51
secepatnya. Di samping itu, jumalah unit saham yang akan diterbitkan oleh
perusahaan sama jumlahnya dari waktu ke waktu terkecuali adanya
tindakan perusahaan (coorporate action).
2)Reksa Dana terbuka yaitu Reksa Dana di mana pemegang unit menjual
unitnya langsung kepada manajer investasi. Harga unit ditentukan oleh harga
penutupan perdagangan pada hari yang bersangkutan. Oleh karenanya,
investor tidak mngetahui harga jual atau beli dari unit penyertaan dan akan
diketahui pada esok harinya. 12
c. Dilihat dari portofolio Investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:
1) Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds). Reksa Dana jenis ini
hanya melakukan investasi pada efek yang bersifat utang dengan jatuh
tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas
dan pemeliharaan modal.
2) Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds). Reksa Dana jenis ini
melakukan investasi psekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk
efek yang bersifat utang. Reksa Dana jenis ini memiliki resiko yang lebih
besar dari Reksa Dana Pasar Uang. tujuannya adalah untuk menghasilkan
tingkat pengembalian yang stabil.
12
Adler Haymans Manurung, Ke Mana Investasi?,kiat dan Panduan Investasi Keuangan,
(Jakarta:Penerbit Buku Kompas, 2006), h. 50-51.
52
3) Reksa Dana Saham (Equity Funds). Reksa Dana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek tang
bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka
resikonya lebih tinggi dari dua jenis Reksa Dana sebelumnya, namun
menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
4) Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds). Reksa Dana jenis ini
melkaukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas dan efek yang
bersifat utang.
d. Dilihat dari tujuan investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:
1) Growth Fund
Reksa Dana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai
dana. Reksa Dana jenis ini biasanya mengalokasikan dananya pada saham.
2) Income Fund
Reksa Dana yang mengutamakan pendapatan konstan. Reksa Dana jenis
ini mengalokasikan dananya pada surat utang atau obligasi.
3. Safety Fund
53
Reksa Dana yang lebih mengutamakan keamanan dari pada pertumbuhan.
Reksa Dana jenis ini umumnya mengalokasikan dananya dipasar uang,
seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan surant utang jangka
pendek.
4. Kelebihan Reksadana
Sebagai instrumen investasi, Reksa Dana mempunyai banyak kelebihan
diantaranya:
Terjangkau, tanpa dominasi. Reksa Dana memberi peluang kepada investor
kecil akses untuk berinvestasi di pasar modal. Untuk itu, nilai minimum untuk bisa
membuka rekening investasi di Reksa Dana juga dibuat sekecil mungkin agar
terjangkau oleh masyarakat umum. Dengan uang sebesar Rp. 100.000 saja orang
sudah bisa membuka rekening investasi di Reksa Dana. Memang, ada Reksa Dana
yang mensyaratkan investasi awal sebesar Rp.500.000, Rp.1.000.000, dan
Rp.5.000.000.
Sangat likuid. Unit penyertaan Reksa Dana sangat likuid. Kapanpun anda
mau menjual kembali unit penyertaan yang anda pegang, maka Reksa Dana wajib
membelinya. Untuk Reksa Dana tertutup, likuiditas sahamnya sama dengan intrumen
pasar modal lainnya, yakni tergantung pada ada atau tidaknya pembeli Reksa Dana
tertutup tidak wajib membeli sahamnya dari investor.
54
Terdiversifikasi secara otomatis. Dengan jumlah dana yang besar, Reksa
Dana bisa melakukan diversifikasi investasi, dengan membeli bermacam-macam surat
berharga, sehingga resikonya menurun. Dalam berinvestasi, Reksa Dana boleh
berinvestasi pada satu pihak maksimum sebesar 10% dari total dana yang dikelolanya.
Ini berarti, setidaknya Reksa Dana minimum menyebar dananya di sedikitnya 10
tempat.
Dikelola oleh profesional dan Murah. Banyak orang berinvestasi di Reksa
Dana karena tidak memiliki waktu untuk memilih secara langsung sarana investasi
yang tersedia di pasar modal, seperti sahan, obligasi dan turunannya. Memang,
program investasi Reksa Dana disusun oleh para profesional, yang tugasnya seharihari adalah mengelola Reksa Dana. Selama mereka bekerja ada dukungan
infrastruktur yang lebih baik. Mereka misalnya mendapat layanan dari analis
invesatasi, yang akan mencari peluang investasi setiap hari. Dengan dukungan
infrastruktur tersebut, maka para profesional bisa memperkecil resiko investasi.
Artinya, dengan dana yang sangat terbatas, anda secara tidak langsung telah
menikmati layanan para profesional di bidang pengelolaan dana.
Kemudahan dalam alokasi aset. Big is powerful. Konsep ini berlaku di
bidang investasi. Dengan memperoleh dana yang besar Reksa Dana bisa memperoleh
kemudahan. Kalau bertransaksi saham, mereka bisa mendapat diskon. Bila
menempatkan dana di bank bisa mamperoleh premium rate. Dengan asetnya yang
55
besar, Reksa Dana bisa membeli obligasi, yang tidak terjangkau banyak investor
individu karena besarnya denominasi per satuan.
Ada Fasilitas Pajak. Kalau berinvestasi di obligasi, maka Reksa Dana akan
dibebaskan dari pajak atas kupon obligasi. Karena alasan ini maka banyak bank yang
berlomba-lomba untuk berinvestasi di Reksa Dana. Sebab, kalau membeli langsung
obligasi maka bank akan langsung dikenai pajak penghasilan sebesar 15%. Pajak atas
hasil investasi lain dibayarkan langsung oleh Reksa Dana sehingga hasil investasi
yang didapat investor dari pertumbuhan aset bukan lagi merupakan objek pajak.
Lebih Aman, diatur Lebih Ketat. Peraturan yang berlaku dipasar modal
akan berlaku bagi Reksa Dana. Selain itu, di industri Reksa Dana sendiri ada
peraturannya.
Keterbukaan. Bila pemodal menempatkan dananya di bank, ia tidak tahu
dengan tepat kepada siapa dan berapa dana tersebut ditempatkan. Sebaliknya,
pemodal Reksa Dana bisa mengetahui ke mana dananya diputar. Informasi ini
disampaikan secara rutin kepada investor. Setidaknya setiap enam bulan sekali PMI
menyediakan laporan keuangan dan kondisi portofolio efek Reksa Dana tersebut.
Dengan mempelajari posisi nilai aktiva bersih dan portofolio efek tersebut para
investor bisa mengetahui potensi resiko dan hasil. 13
13
Jaka E Cahyono, Cara Jitu Menjaring Untung dari Reksa Dana, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2000), h. 47-51
56
5. Resiko investasi Reksa Dana
Ada beberapa risiko Invesatasi Reksa Dana yang kemudian akan berpengaruh
terhadap return Reksa Dana yang dikelola oleh seorang manajer investasi, yaitu:14
a. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan
surat berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio reksa dana tersebut.
b. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi manajer investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption)
atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer investasi akan mengalami
kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
c. Risiko Politik dan Ekonomi
Perubahan kebijakan ekonomi politik dapat mempengaruhi kinerja bursa
dan perusahaan sekaligus. Dengan demikian, harga sekuritas akan
terpengaruh yang kemudian mempengaruhi portofolio yang dimiliki reksa
dana.
d. Risiko Pasar
Hal ini terjadi karena nilai sekuritas di pasar efek memang berfluktuasi
sesuai dengan kondisi ekonomi secara umum. Terjadinya fluktuasi di pasar
14
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 180-
182.
57
efek akan berpengaruh langsung pada nilai bersih portofolio, terutama jika
terjadi koreksi atau pergerakan negatif.
e. Risiko Inflasi
Terjadinya inflasi akan mengakibatkan menurunnya total real return
investasi. Pendapatan yang diterima dari investasi dalam reksa dana bisa
jadi tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of
purchasing power).
f. Risiko Nilai Tukar
Resiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio
yang dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas
yang termasuk foreign investment setelah dilakukan konversi dalam mata
uang domestik.
g. Risiko Spesifik
Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki. Disamping
dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko
sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat menurun nilainya jika kinerja
perusahaannya sedang tidak bagus, atau juga adanya kemungkinan
mengalami default, tidak dapat membayar kewajibannya.
58
6. Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional
Antara Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana konvensional tentu saja
menpunyai perbedaan-perbedaan mendasar yang bisa menjadi perbandingan bagi para
investor dalam melakukan investasi.15
Tabel 2.1 Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional
No
Rekapitulasi
ReksaDana Syariah
Reksa Dana Konvensional
1
Tujuan dan
Investasi
Return tinggi dan sesuai
Syariah
Semata-mata return yang tinggi
2
Proses Investasi
Melalui Proses Screening
dan Cleansing
Tanpa Proses
Cleansing
3
Proses Valuasi Saham
Dengan prinsip bagi hasil
Menggunakan interest rate
4
Badan Pengawas
Bapepam dan Dewan
Pengawas Syariah
Bapepam saja tanpa DPS
5
Tolok
(benchmark)
Jakarta Islamic Indeks
Indeks yang ada di BEJ
6
Batasan
Sekuritas
Tidak membeli sekuritas
Predetermined
fixed
income
Tidak terbatas
aturan Bapepam
7
Batasan Untuk Emiten
Terbatas pada emiten
yang sesuai Syariah
Tidak ada pembatasan
Prinsip
Ukur
Pembelian
Screening
kecuali
dan
dalam
15
Wahyu Handayani,”Mekanisme Pembagian Keuntungan pada Reksa Dana Konvensional
dan Reksa Dana Syariah”,(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 69.
59
7. Nilai Aktiva Bersih
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) tidak dapat
dipisahkan dari Reksa Dana karena istilah ini merupakan suatu tolak ukur dalam
memantau hasil portofolio suatu Reksa Dana. NAB adalah adalah nilai pasar yang
wajar dari suatu Efek dan kekayaan lain dari reksa dana dikurangi seluruh
kewajibannya. NAB Reksa Dana akan diumumkan setiap Hari Bursa. Metode
Penghitungan NAB Reksa Dana harus dilakukan sesuai dengan Peraturan perundangundangan yang berlaku, kebijakan dan persetujuan BAPEPAM & LK. 16
NAB per unit penyertaan adalah jumlah NAB dibagi jumlah unit penyertaan
yang beredar (outstanding)17. Nilai Aktiva Bersih perusahaan investasi dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
MVAt - LIABt
NAVt =
NSOt
Dimana :
NAV = Net Asset Value periode t
t
MVA = Market Value of Asset periode t
t
LIAB = Liabilities periode t
t
16
Danareksa Investment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa
Syariah Berimbang, (Jakarta: Danareksa Investment Management, 2010), h.5.
17
Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya
Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 225.
60
NSOt = Net Share Outstanding periode t
8. Manajer Investasi
Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio
Efek untuk para nasabahnya atau mengelola Portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah. 18Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh perusahaan yang telah
mendapatkan izin dari bapepam sebagi manajer investasi.
9. Bank Kustodian
Selain perusahaan manajemen investasi yang bergerak sebagai pengelola dana,
maka pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan suatu Reksa Dana adalah adalah
bank kustodian. Bank kustodian mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam
hal menyimpan, menjaga dan mengadministrasikan kekayaan baik dalam pencatatan
maupun pembayaran/penjualan kembali suatu Reksa Dana berdasarkan kontrak yang
dibuat bersama manajer investasi.
Dalam Undang-undang Pasar Modal, disebutkan bahwa kekayaan Reksa Dana
wajib disimpan pada bank kustodian
sehingga pihak manajer investasi tidak
memegang langsung kekayaan tersebut. Selain itu, bank kustodian dilarang terafiliasi
18
Danareksa Investment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa
Syariah Berimbang, (Jakarta: Danareksa Investment Management, 2010), h.6.
61
dengan manajer investasi dengan tujuan menghindari adanya benturan kepentingan
dalam pengelolaan kekayaan Reksa Dana.19
C. Inflasi
1. Teori Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. 20
kecenderungan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan
terjadi sesaat. Misalnya, harga barang-barang menjelang lebaran, natal dan tahun
baru, cenderung naik. namun setelah perayaaan usai, masyarakat kembali hidup
seperti semula, harga akan kembali ke kondisi semula. maka kenaikan harga seperti
itu tidak dianggap sebagai inflasi.
Berikut ini dikemukakan beberapa teori inflasi:
a. Inflasi Inersia
Yang dimaksud dengan inflasi inersia adalah kecenderungan bahwa
setiap tahun (atau setiap periode) orang percaya akan terjadi inflasi. Inflasi
inersia juga disebut inflasi harapan (expected inflation). diluar itu, sebenarnya
ada unexpected inflation. Inflasi jenis ini bisa negatif dan positif.
19
Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya
Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 217-218.
20
Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h.
147.
62
b. Peningkatan Permintaan
Ada juga beberapa pandangan yang mengetakan inflasi terjadi karena
adanya peningkatan uang yang beredar. Bertambahnya jumlah uang
menyebabkan turunnya suku bunga (selama tidak berada pada perangkap
likuiditas). Akibat selanjutnya adalah peningkatan investasi.
Permasalahannya adalah bila peningkatan investasi tidak diimbangi
oleh peningkatan barang. Investasi dan efek penggandaannya menyebabkan
pergeseran kurva permintaan bergeser ke kanan sehingga memotong kurva
penawaran pada tingkat harga yang lebih tinggi.
Selain karena peningkatan uang beredar, peningkatan permintaan juga
disebabkan oleh expected inflation. Bila masyarakat meyakini bahwa inflasi di
tahun yang akan datang akan tinggi,
masyarakat
akan cenderung
membelanjakan uangnya saat ini untuk membeli dan menyimpan barang,
terutama barang-barang yang bisa melindungi kekayaan dari inflasi, misalnya
emas dan properti. akibatnya, inflasi jadi melambung.21
21
Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h.
149.
63
2. Penghitungan Inflasi
Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan
dari tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai berikut: 22
Tingkat harga t – tingkat harga t-1
x 100 = Rate of Inflation
Tingkat harga t-1
Idealnya, inflasi dihitung berdasarkan semua barang dan jasa. Tetapi karena
masalah kepraktisan, penghitungan inflasi didasarkan atas sekelompok barang dan
jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Demikian juga idealnya inflasi
dihitung berdasarkan semua barang dan diseluruh wilayah Indonesia. Juga karena
alasan kepraktisan, inflasi dihitung berdasarkan sekelompok produk yang dikonsumsi
oleh sebagian besar masyarakat dengan menggunakan 45 kota sebagai lokasi
pemilihan. Pemilihan produk dan kota diharapkan bisa menggambarkan kenaikan
harag keseluruhan produk yang ditransaksikan di Indonesia.
Badan Pusat Statisik (BPS) sejak Januari 2004 menggunakan 45 kota
(termasuk Gorontalo dan Pangkal Pinang) untuk mensurvei harga-harga. Total produk
yang disurvei sebanyak 744 komoditas, dengan setiap kota bervariasi antara 283
sampai 399 komoditas. Keseluruhan 744 komoditas dikelompokkan ke dalam tujuh
kategori seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:
22
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed. ke-2, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2007), h.136.
64
Tabel 2.2 Kategori Barang dan Jasa untuk Penghitungan Inflasi
Kategori
1
2
3
4
5
6
7
Jenis
Bahan makanan
Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, rekreasi, dan olah raga
Tranportasi, komunikasi, dan jasa keuangan
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia,September 2005.
3. Jenis Inflasi
Inflasi dapat digolongkan dengan beberapa cara. Cara pertama, inflasi dapat
digolongkan menurut besarnya. Budiono (1989) mengelompokkan inflasi menjadi
empat:
a. Inflasi ringan (inflasi di bawah 10%),
b. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30%),
c. Inflasi berat (antara 30% sampai 100%), dan
d. Hiperinflasi (di atas 100%).
Samuelson dan Nordhaus (2005) mengkategorikan inflasi menjadi tiga:
a. Low inflation, atau disebut juga inflasi satu dijit (single digit inflation),
yaitu inflasi di bawah 10%. Inflasi ini masih dianggap normal . Dalam
rentang inflasi ini, orang masih percaya pada uang dan mau memegang
uang.
65
b. Galloping inflation, atau double-digit bahkan triple digit inflation, yang
didefinisikannya antara 20% sampai 200% pertahun. Inflasi seperti ini
terjadi karena pemerintahan yang lemah, perang, revolusi, atau kejadian
lain yang menyebabkan barang tidak tersedia sementara uang berlimpah,
sehingga orang tidak percaya pada uang.
c. hyperinflation, yaitu inflasi di atas 200% per tahun. Dalam keadaan seperti
ini, orang tidak percaya pada uang. Lebih baik membelanjakan uang dan
menyimpan dalam bentuk barang daripada menyimpan uang, karena
kebanyakan barang seperti emas , tanah, bangunan memiliki kenaikan
harga yang setara (bahkan bisa lebih tinggi dari inflasi). Sebagai Contoh di
Indonesia pada tahun 1966 inflasi mencapai 650%. 23
pengelompokan inflasi cara kedua adalah berdasarkan sumber inflasi, yang
dapat dikategorikan menjadi dua:
a. Inflasi karena tarikan permintaan ( demand pull inflation), yaitu kenaikan
harga-harga karena tingginya permintaan, sementara barang tidak tersedia
sehingga harga naik.
b. Inflasi dorongan biaya (cost push inflation), yaitu inflasi karena biaya atau
harga faktor produksi (seperti upah buruh) meningkat sehingga produsen
harus menaikkan harga supaya mendapatkan laba dan produksi bisa
berlangsung terus.
23
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGarafindo
Persada,2004), h.337.
66
pengelompokkan inflasi ketiga berdasarkan asal inflasi, yang dapat
dikategorikan menjadi dua:
a. Inflasi bersumber domestik (domestic inflation), yaitu inflasi yang berasal
dari dalam negeri. misalnya, permintaan meningkat untuk barang, maka
terjadi demand pull inflation yang bersumber dari dalam negeri, atau terjadi
kenaikkan harga-harga faktor produksi dalam negeri sehingga terjadi cost
push inflation yang bersumber dari dalam negeri.
b. Inflasi bersumber luar negeri (foreign atau imported inflation) yaitu inflasi
yang bersumber dari luar negeri. Misalnya terjadi lonjakan permintaan
ekspor secara terus menerus, maka terjadi demand pull inflation yang
bersumber dari luar negeri. atau terjadi kenaikan harga faktor produksi yang
diimpor maka terjadi cost push inflation yang bersumber dari luar negeri,
atau imported cost push inflation.
pengelompokan
inflasi
cara
keempat
adalah
berdasarkan
harapan
masyarakat, yang daapt dikategorikan menjadi dua:
a. inflasi harapan (expected inflation), yaitu besar inflasi yang diharapkan
atau diperkirakan akan terjadi. misalnya, bila inflasi dari tahun 2001
sampai 2006 konstan sebesar 6%, kemudian berapa perkiraan mengenai
besarnya inflasi tahun 2007, maka tentunya perkiraan tersebut adalah
sebesar 6%. itulah yang disebut dengna inflasi harapan. Dalam kenyataan,
inflasi bergerak naik turun dari waktu ke waktu.
67
b.
inflasi bukan harapan (unexpected inflation), yaitu inflasi yang tidak
diperkirakan akan terjadi. Misalnya perkiraan inflasi tahun 2007 sebesar
6%. Kemungkinan besar inflasi tahun 2007 menyimpang dari 6%.
penyimpangan tersebut merupakan unexpected inflation. inflasi jenis ini
bisa memberikan kejutan pada perilaku para pelaku ekonomi dan
berdampak pada ekonomi secara mendasar.24
4. Dampak Inflasi
Inflasi berdampak pada perekonomian. menurut Samuelson dan Nordhaus
(2005), inflasi berdampak ke beberapa hal: redistribusi dan distorsi.
a. redistribusi pendapatan dan kekayaan. inflasi dapat mendorong terjadinya
redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat, dan inilah yang
dinamakan sebagai efek redistribusi dari inflasi (redistribution effect of
inflation). Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari anggota
masyarakat, sebab redistribusi pendapatan yang terjadi akan menyebabkan
pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil orang lainnya
jatuh.25
Salah satunya adalah redistribusi dari kreditur ke debitur.
bayangkan jika anda memiliki uang sebanyak Rp20juta. anda sebagai
kreditur meminjamkan uang tersebut ke rekan anda selama setahun dengan
bunga 10%. si peminjam menginvestasikan uang tersebut untuk membeli
24
Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h.
150-153.
25
Muana Nanga, Makroekonomi: Teori, masalah, dan kebijakan, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2001), h. 252.
68
sebidang
tanah. pada saat meminjamkan, anda merasa senang karena
expected inflation dalam setahun hanya 6%. kalau ini terjadi, kekayaan
anda meningkat secara riil sekitar 4% ( mendekati sama dengan 10%-6%).
Namun, ternyata inflasi yang terjadi mencapau 18%. anda secara riil
menjadi lebih miskin sebesar kurang lebih 8 % ( 10%-18%). Namun, bagi
debitur kekayaannya meningkat paling tidak sama dengan laju inflasi.
b. Distorsi harga. menurut Samuelson dan Nordhaus (2005), pada inflasi
rendah membuat pembeli dan penjual menyadari inflasi tersebut dan bisa
membedakan perbedaan inflasi antar barang yang saling subtitusi
(misalnya daging dengan telor). jadi, bila inflasi daging lebih tinggi, orang
beralih ke telur. Namun, pada inflasi tinggi, orang tidak memahami
perbedaan laju inflasi Karen aharga semua barang naik tinggi.
c. Distorsi penggunaan uang. Setiap orang mengubah cara menggunakan
uang. Karena inflasi
menurunkan
nilai riil uang, orang cenderung
meminimalisasi jumlah uang yang dipegang.
d. Distorsi pajak. semakin tinggi inflasi, semakin tinggi beban pajak secara
riil.
e. Budiono (1989) menyebutkan, inflasi juga terjadi karena masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuannya. keterbatasan kekeyaan yang dimiliki
menyebabkan masyarakat menggunakan kartu kredit untuk melakukan
belanja. penggunaan kartu kredit untuk konsumsi merupakan upaya
69
belanja dengan menggunakan kekayaan yang diharapkan akan diterima
dimasa datang. hal
ini menyebabkan bertambahnya uang beredar,
melebihi pendapatan yang bersangkutan, yang mendorong terjadinya
inflasi. 26
D. Jakarta Islamic Index (JII)
Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index merupakan
Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk
dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK)
dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 27Kemunculan JII tidak
dapat dilepaskan dari MOU antara Danareksa Investment Management (DIM) dengan
BEJ, tentang Jakarta Islamic Index. Hal tersebut didasari oleh fakta bahwa sebagai
pionir reksa dana syariah di Indonesia, Danareksa membutuhkan tolok ukur yang
relevan dengan kinerja reksa dana tersebut. BEJ kemudian bekerja sama dengan DIM
meluncurkan JII pada tanggal 3 Juli 2000. 28
26
Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h.
153-158.
27
Indonesia Stock Exchange (IDX), “Indeks Harga Saham”, Artikel diakses pada 26 Juli 2010
dari http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/IndeksHargaSaham.
28
Wahzary Wardaya, dkk., Creating Value 32 Tahun Danareksa, (Jakarta: PT Danareksa
(Persero), 2008), h.121.
70
Disamping sebagai tolok ukur, indeks syariah diperlukan untuk meningkatkan
kepercayaan investor dan mengembangkan investasi dalam ekuitas secara
syariah. 29Adapun seleksi untuk saham yang masuk dalam index JII antara lain :
Tabel 2.3 Proses Penyaringan Emiten di JII
SELEKSI SYARIAH
Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi
atau perdagangan yang dilarang.
Emiten bukan usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk
perbankan dan asuransi konvensional.
Emiten tidak menjalankan usaha yang memproduksi, mendistribusi serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.
Emiten bukan usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral atau bersifat mudarat.
SELEKSI KAPITALISASI
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan ( kecuali termasuk
dalam 10 kapitalisasi terbesar).
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki resiko kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 82%.
Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
SELEKSI NILAI VOLUME TRANSAKSI
Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan regular berdasarkan satu tahu terakhir.
PROSES EVALUASI EMITEN
29
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 130.
71
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen
indeks pada awal bulan januari dan juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahna
pada jenis usaha emiten akan di-monitoring secara terus menerus berdasarkan
data-data publik yang tersedia.
Sumber: Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, 2009, h. 130.
72
BAB III
GAMBARAN UMUM PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT
A. Sejarah Perkembangan PT. Danareksa Investment Management
PT Danareksa Investment
Management
(dahulu bernama PT
Danareksa Fund Management), yang didirikan dengan Akta nomor 26 tanggal
1 Juli 1992 dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH, Notaris di Jakarta dan telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan nomor C2-7283.HT.01.01.TH.92 tanggal 3 September 1992 dan
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia nomor 5391 tanggal 27
Oktober 1992, Tambahan Berita Negara nomor 86, akta mana telah
mengalami perubahan berdasarkan Akta nomor 25 tanggal 26 Mei 1998 yang
dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH, Notaris di Jakarta dan telah
mendapatkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui
Surat Keputusan nomor: C2-27234.HT.01.04.TH.98 tanggal 3 Desember
1998, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia nomor
67 tanggal 20 Agustus 1999, Tambahan Berita Negara nomor 5098 dan
terakhir mengalami perubahan kembali dengan akta nomor 54 tanggal 31
Agustus 2009 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah SH, Notaris di Jakarta.
Untuk
menjalankan
Management
telah
kegiatan
usahanya,
memperoleh
73
izin
PT
Danareksa
sebagai
Manajer
Investment
Investasi
berdasarkan Surat Keputusan Ketua BAPEPAM nomor KEP-27/PM-MI/1992
tanggal 9 Oktober 1992.1
PT Danareksa Investment Management (DIM) adalah anak perusahaan
dari PT Danareksa (persero). Hingga saat ini DIM adalah salah satu pengelola
investasi yang memiliki dana kelolaan terbesar di Indonesia. Hal ini dicapai
karena DIM memiliki manajer investasi yang profesional dan didukung oleh
sistem dan teknologi yang lengkap. Semua itu didedikasikan untuk
memberikan produk dan layanan berkualitas tinggi dalam bidang pengelolaan
reksa dana, dana-dana kelolaan lainnya, dan jasa penasehat investasi.
Lebih jauh lagi, tim asset management DIM didukung oleh analisis
pendapatan tetap dan riset ekuitas yang tangguh dan juga sebagai pemikir
ekonomi Indonesia yaitu Danareksa Research Institute (DRI). Keberadaan
mereka menjamin bahwa fund manager selalu mendapatkan informasi penting
seputar peristiwa-peristiwa pasar terkini dan berita ekonomi keseluruhan yang
dapat mempengaruhi kinerja reksadana DIM.2
1
Danareksa Investment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa
Syariah Berimbang, (Jakarta: Danareksa Investment Management, 2010), h.11.
2
Danareksa Online,“Info Reksa Dana dari Danareksa” Artikel diakses pada 16 Juli 2010 dari
http://www.danareksa.com.
74
B. Visi, Misi dan Strategi PT. Danareksa Investment Management
Visi:

Menjadi perusahaan penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia dan
regional.
Misi:

Menciptakan nilai tambah bagi stakeholder melalui layanan keuangan,
terutama di bidang pasar modal.

Mendorong perkembangan dan edukasi mengenai pasar modal di
Indonesia.
Strategi:

Menciptakan daya tarik bagi calon pegawai berkualitas yang
berkomitmen pada kinerja profesional dengan cara menyediakan
lingkungan kerja yang kondusif sehingga mereka dapat mengembangkan
potensi secara maksimal.

Menyediakan kualitas layanan terbaik melalui produk yang inovatif,
sistem keuangan yang hati-hati, serta sistem operasional yang responsif.

Senantiasa menjunjung tinggi kepercayaan investor kepada Danareksa
sebagai penjaga amanat.

Memperoleh transaksi terkemuka dengan mengoptimalkan sinergi antar
divisi / anak perusahaan Danareksa.

Memperoleh dan mempertahankan klien dengan menerapkan strategi
pemasaran yang inovatif dan didukung oleh jaringan distribusi yang
efektif.
75

Mendukung program-program dan
transaksi
keuangan Pemerintah
serta bertindak sebagai media investasi Negara Republik Indonesia.3
C. Struktur Organisasi PT. Danareksa Investment Management
1. Komite Investasi
Komite Investasi bertugas mengawasi kegiatan Tim Pengelola
Investasi dalam menjalankan kebijakan dan strategi investasi sehari-hari
sesuai dengan tujuan investasi. Anggota Komite Investasi terdiri dari:
a. Muhammad Hanif, Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia, yang
mengawali karirnya di bidang keuangan dengan bergabung dengan
Bank Niaga, Jakarta sejak tahun 1989 untuk kemudian bergabung
dengan PT Danareksa Investment Management sejak tahun 1996
sebagai Associate Director dan kemudian sebagai Direktur Utama PT
Danareksa Investment Management. Saat ini yang bersangkutan
menjabat sebagai Komisaris PT Danareksa Investment Management.
Yang bersangkutan telah memiliki ijin sebagai Wakil Manajer
Investasi dari BAPEPAM & LK No. Kep-13/ PM/IP/WMI/1999.
b. John D. Item, CFA, MBA dari California State University dan
Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia, yang mengawali karirnya
dibidang keuangan dengan bergabung dengan Citibank N.A, Jakarta
sejak tahun 1990. Bergabung dengan PT Danareksa Investment
3
Danareksa , Laporan Tahunan “Embracing Change For a Better Future” (Jakarta: Danareksa,
2009), h.5.
76
Management sejak tahun 2000. Saat ini, yang bersangkutan menjabat
sebagai Direktur Utama dan telah memiliki ijin sebagai Wakil Manajer
Investasi
dari
BAPEPAM
&
LK
dengan
Keputusan
No.
80/PM/IP/WMI/1997.
c. Prihatmo Hari Mulyanto, Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian dari
Institut Pertanian Bogor. Mengawali karir dengan bekerja di Lippo
Group pada tahun 1992-1996. Karir di bidang pasar modal dimulai
dengan dengan bergabung di PT Danareksa Investment Management,
untuk menangani unit Product Management dan Retail Marketing
sejak tahun 1996-2005. Mulai tahun 2005 sampai 2009 bekerja di PT
Andalan Artha Advisindo Sekuritas sebagai Vice President – Fund
Management Unit, dan
bersangkutan
kembali
selanjutnya
bekerja
di
PT
mulai Juli 2009 yang
Danareksa
Investment
Management sebagai Direktur. Memiliki ijin dari Bapepam sebagai
Wakil Manajer Investasi nomor KEP-103/PM/WMI/2004 dan ijin
Wakil
Agen
Penjual
Efek
Reksa
Dana
nomor
KEP-
464/PM/WAPERD/2003.
2. Tim Pengelola Investasi
Tim Pengelola Investasi bertugas sebagai pelaksana harian atas
kebijakan, strategi dan eksekusi investasi yang telah diformulasikan
bersama dengan Komite Investasi. Anggota Tim Pengelola Investasi terdiri
dari :
77
a. Ernawan R. Salimsyah, Master of Applied Finance dari University of
Newcastle, Australia dan Sarjana Matematika dari ITB, mengawali
karirnya di industri Pasar Modal dengan bekerja pada PJ Etheridge Pty
Ltd (Certified Financial Planner and Agen for AMP Ltd), Newcastle,
Australia dari tahun 1998-2002 dengan posisi terakhir sebagai Para
Planner. Pada bulan Juli 2003 bergabung dengan PT Danareksa
Investment Mangement dengan posisi terakhir sebagai Portfolio
Manager. Yang bersangkutan telah memiliki ijin Wakil Manajer
Investasi
(Kep-117/PM/WMI/2003)
dan
WPPE
(Kep-
54/PM/WPPE/2003) dari BAPEPAM & LK.
b. Aldo Perkasa, Sarjana Ekonomi dari Universitas Pelita Harapan,
mengawali karir sebagai Management Trainee di PT Danareksa
(Persero) sejak tahun 2006 dan bergabung pada PT Danareksa
Investment Management sejak bulan Juni 2007. Yang bersangkutan
telah memiliki izin Wakil Manajer Investasi ( Kep-21/BL/WMI/2008)
dari BAPEPAM.
c. Celly Natalia Pertiwi, Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia,
mengawali karir sebagai Management Trainee di PT Danareksa
(Persero) sejak tahun 2007 dan bergabung pada PT Danareksa
Investment Management sejak Januari 2008. Yang bersangkutan
telah memiliki izin Wakil Manajer Investasi (Kep-01/BL/WMI/2010)
dari BAPEPAM.
78
3. Komisaris dan Direksi PT Danareksa Investment Management
Susunan anggota Komisaris dan Direksi PT Danareksa
Investment Management adalah sebagai berikut:
Direksi
Direktur Utama
: John D. Item
Direktur
: Prihatmo H. Mulyanto
Komisaris
Komisaris Utama : Muhammad Hanif
Komisaris
: Priyo Santoso
Stephanus Turangan
D. Produk-produk PT. Danareksa Investment Management
Keunggulan dan inovasi produk berawal dari diluncurkan seri
perdana dari ”Sertifikat Danareksa” pada tahun 1981 yang diikuti dengan
dua belas seri lainnya pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 1996
danareksa meluncurkan tiga Danareksa yaitu Danareksa Melati, Danareksa
Mawar, dan danareksa Anggrek. Di tengah-tengah krisis moneter yang
terjadi di Indonesia pada tahun 1999, Danareksa memperoleh mandat
pengelolaan investasi syariah dari Islamic Development Bank yang
berkantor pusat di Jeddah-Saudi Arabia dengan skema murabaha senilai
USD 75 juta dengan tenor tiga tahun, serta skema mudaraba
(discretionary fund) senilai USD 12,5 juta. Namun, kemudian karena
79
dana yang dikelola sangat kecil sehingga tidak efisien, maka pada tanggal
18 Februari 2003 Danareksa Syariah resmi dibubarkan. 4
Saat
ini PT Danareksa Investment
Management
telah
mengelola 33 (tiga puluh tiga) Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif yaitu antara lain: Danareksa Mawar, Danareksa Mawar Agresif,
Danareksa Anggrek Fleksibel, Danareksa Indeks Syariah, danareksa
Syariah berimbang, Gebyar Dana Likuid, Danareksa Melati Premium
Dollar, Danareksa Proteksi Melati Optima, dengan total dana kelolaan
Reksa Dana sampai dengan 18 Januari 2010 sebesar Rp 6,9 triliun.5
Saat ini PT Danareksa Investment Management mengelola dua
Reksa Dana Syariah yaitu: Danareksa Indeks Syariah dan Danareksa
Syariah Berimbang.
1. Danareksa Indeks Syariah
Merupakan Reksa Dana Syariah untuk investor agresif yang
ingin berinvestasi pada pasar modal dengan berbasis Syariah Islam dengan
portofolio investasi yang transparan. Danareksa Indeks Syariah bertujuan
untuk memberi kesempatan investasi yang maksimal dalam jangka
panjang kepada investor yang hendak mengikuti Syariah. Dana yang
terkumpul akan diinvestasikan dalam portofolio sekuritas dengan
4
Adler Haymans Manurung, Panduan Lengkap; Reksa Dana Investasiku, (Jakarta: Penerbit
Buku Kompas, 2008), h.183.
5
Danareksa Investment Management, “Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa
Syariah Berimbang”, (Jakarta: Danareksa Investment Management,2010), h.11.
80
komposisi investasi minimum 80 persen pada saham dan 20 persen pada
instrumen pasar uang.
Keunggulan Danareksa Indeks Syariah:pengelolaan yang lebih
transparan, karena manajer investasi hanya berinvestasi pada saham-saham
yang termasuk dalam JII (Jakarta Islamic Index) dengan komposisi dan
bobot yang kurang lebih sama untuk mendapatkan hasil investasi sesuai
pergerakan JII;penerapan prinsip syariah Islam pada proses pemilihan
saham-saham dalam portofolio investasi; Berinvestasi sekaligus beramal
karena reksa dana
ini
menyisihkan
sebagian
pendapatan
setiap
bulannya untuk infaq pendidikan pada kaum dhuafa.6
2. Danareksa Syariah Berimbang
Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang adalah Reksa Dana
terbuka berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (“KIK”) berdasarkan
Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya. Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah Berimbang
dituangkan dalam Akta Nomor 31 tanggal 15 November 2000 dan
Addendum Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah Berimbang No.
26 Tanggal 23 Juli 2002 yang dibuat dihadapan Notaris Benny Kristianto,
S.H. di Jakarta, antara PT. Danareksa Investment Management sebagai
Manajer Investasi dan ABN AMRO BANK sebagai Bank Kustodian
6
http://www.danareksa.com
81
yang kemudian digantikan oleh CITIBANK, N.A., Cabang Indonesia
sebagai Bank Kustodian.
Danareksa Syariah Berimbang merupakan reksa dana syariah
yang bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan nilai investasi dalam
jangka panjang dan memperoleh pendapatan yang berkelanjutan kepada
pemodal yang hendak mengikuti Syariah Islam. Portofolio Danareksa
Syariah Berimbang akan dikelola secara aktif guna mendapatkan
peragaman (diversifikasi) yang menunjang tujuan investasi. Kekayaan
Danareksa Syariah Berimbang akan diinvestasikan dengan jangkauan
alokasi aset sebagai berikut:
Tabel 3. 1. Komposisi Alokasi Investasi Kekayaan
Danareksa Syariah Berimbang
JENIS
Efek Ekuitas
INSTRUMENT
Efek Utang dan Pasar
Jangkauan
Komposisi
25-75%
50%
Berimbang
50%
25-75%
Sumber:Uang
Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang 2010
Syariah
Danareksa Syariah Berimbang tidak akan membeli Efek
bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan yang jenis dan ruang
lingkup kegiatan usahanya tidak sesuai dengan Syariah Islam. Adapun
jenis
kegiatan
perusahaan yang bertentangan dengan Syariah Islam
adalah :
82
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang;
b. Usaha
lembaga
keuangan
konvensional
(ribawi)
termasuk
perbankan dan asuransi Konvensional;
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minimam yang tergolong haram;
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan
barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
Bila terdapat pendapatan emiten yang berasal dari kegiatan
yang
tidak sesuai dengan Syariah Islam, maka investasi pada Efek
tersebut dapat dimungkinkan, namun bagian dari hasil investasi (secara
prorata) yang diperoleh harus dimurnikan dengan mengeluarkannya dari
hasil investasi Danareksa Syariah Berimbang dalam bentuk shadaqah
kepada pihak-pihak yang layak menerimanya.
Ketentuan ini sesuai dengan arahan
yang diberikan oleh
Dewan Pengawas Syariah. Dengan demikian pemotongan hasil investasi
dalam bentuk shadaqah dapat mengurangi Nilai Aktiva Bersih. Penyaluran
shadaqah akan dilaporkan dalam Laporan Keuangan dan akan diaudit
oleh Akuntan Publik.7
7
Danareksa Investment Management, “Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa
Syariah Berimbang”, (Jakarta: Danareksa Investment Management,2010), h.13.
83
BAB IV
ANALISA PENGARUH INFLASI DAN JII TERHADAP
NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH
A. Gambaran Umum Data
1. Data Inflasi
Pada penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft Excel Windows
2007 dan SPSS 16 for Windows, untuk dapat mengolah data dan memperoleh
hasil dari variabel-variabel yang diteliti.
Tabel 4.1 Inflasi (%)
Periode
2004
2005
2006
2007
2008
Januari
4.82
7.32
17.11
6.26
7.36
Februari
4.60
7.15
17.03
6.30
7.40
Maret
5.11
8.81
17.92
6.52
8.17
April
5.92
8.12
15.74
6.29
8.96
Mei
6.47
7.40
15.40
6.01
10.38
Juni
6.83
7.42
15.60
5.77
11.03
Juli
7.20
7.82
15.53
6.06
11.90
Agustus
6.67
8.33
15.15
6.51
11.85
September
6.27
9.06
14.90
6.95
12.14
Oktober
6.22
17.89
14.55
6.88
11.77
November
6.18
18.38
6.29
6.71
11.68
84
Desember
6.40
17.11
5.27
6.59
11.06
Ratarata/bulan
6.06
10.40
14.21
6.40
10.31
Sumber: Statistik Bank Indonesia
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar.
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, rata-rata tertinggi dari inflasi terjadi pada tahun
2006 senilai 14,21% dan mengalami nilai rata-rata terendah pada tahun 2004
senilai 6,06% selama periode penelitian. Laju inflasi mencapai nilai
tertingginya pada bulan November 2005 yaitu sebesar 18,38% dan mencapai
nilai terendahnya sebesar 4,82% pada bulan Februari 2004.
85
Gambar 4.1. Kurva Pergerakan Inflasi
Tahun 2004-2008
Inflasi (%) Tahun 2004-2008
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Sep-08
Jan-08
May-08
Sep-07
May-07
Jan-07
Sep-06
Jan-06
May-06
Sep-05
May-05
Jan-05
Sep-04
Jan-04
May-04
Inflasi (%) Tahun 20042008
Sumber: Statistik Bank Indonesia, data diolah.
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas diketahui bahwa pergerakan laju
inflasi selama periode penelitian mengalami fluktuasi yang cukup signifikan
dengan mencapai tingkat tertingginya di akhir tahun 2005 hingga awal tahun
2006 dan menurun tajam mulai akhir tahun 2006, namun kembali meningkat
pada semester kedua tahun 2008 yakni pada bulan sepetember mencapai
12,14%. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perekonomian Indonesia selama
periode penelitian sedang berada pada situasi yang sangat tidak menentu.
86
2. Data Jakarta Islamic Index (JII)
Tabel 4.2 Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index
Periode
2004
2005
2006
2007
2008
Januari
126.355
174.187
215.357
296.958
476.969
Februari
131.038
171.834
218.216
294.062
508.944
Maret
123.602
169.334
233.821
315.245
448.484
April
130.482
161.002
260.193
344.963
428.093
Mei
121.325
178.201
237.238
345.580
441.664
Juni
123.329
187.884
233.272
356.853
430.291
Juli
126.869
198.242
239.201
388.630
387.806
Agustus
125.371
178.261
251.352
368.159
356.095
September
133.894
183.731
263.497
399.747
286.391
Oktober
141.253
181.422
268.992
463.055
193.283
November
162.948
188.836
295.479
484.964
195.691
Desember
164.029
199.749
311.821
493.014
216.189
Ratarata/bulan
134.207
181.056
252.369
379.269
364.158
Sumber: Jakarta Stock Exchange, data diolah.
Jakarta islamic Index merupakan kumpulan index saham beberapa
perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, rata-rata tertinggi dari JII terjadi pada tahun
2007 senilai 379,269 poin dan mengalami nilai rata-rata terendah pada tahun
87
2004 senilai 134,207 poin selama periode penelitian. Sedangkan nilai JII
terbesar selama periode penelitian terjadi pada bulan Februari tahun 2008
senilai 508,944 poin dan nilai terendah terjadi bulan Mei tahun 2004 senilai
121,325 poin.
Gambar 4.2. Kurva Pergerakan JII
Tahun 2004-2008
JII Tahun 2004-2008
600
500
400
300
JII Tahun 2004-2008
200
100
Aug-08
Mar-08
Oct-07
May-07
Dec-06
Jul-06
Feb-06
Sep-05
Apr-05
Nov-04
Jun-04
Jan-04
0
Sumber: Jakarta Stock Exchange, data diolah
Jika dilihat berdasarkan Gambar 4.2 di atas, pergerakan JII terus
mengalami kenaikan sejak awal periode penelitian dengan nilai tertinggi di
awal bulan tahun 2008. Walaupun demikian nilai JII sempat mengalami
penurunan yaitu pada beberapa bulan terakhir pada tahun 2008. Hal ini
88
dikarenakan keadaan perekonomian Indonesia yang sempat mengalami
goncangan akibat krisis ekonomi global pada tahun 2008.
3. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Tabel 4.3 Total NAB Reksa Dana Syariah
Danareksa Syariah Berimbang (Rp. Juta)
Periode
2004
2005
2006
2007
2008
Januari
23501.9
101946.46
96422.59
122643.93
103198.74
Februari
18957.56
94339.94
99924.27
121934.28
113469.68
Maret
32707.22
100918.85
104099.3
127729.54
117389.30
April
39947.13
106184.98
109437.14
129578.83
100490.89
Mei
53976.11
107219.75
110364.34
131538.3
111927.62
Juni
56114.91
115239.17
104579.4
123956.8
109355.08
Juli
63085.04
119158.27
101850.47
104727.16
112162.10
Agustus
71301.42
126660.54
106724.94
107660.73
111792.74
September
74309.24
111079.95
107658.0
109598.94
51076.99
Oktober
81130.92
120021.31
109476.2
109849.22
39556.89
November
85668.63
119604.26
113780.06
84602.08
31755.79
Desember
94125.95
99992.48
118152.65
91137.04
32534.13
Ratarata/bulan
57902.17
110197.16
106872.45
113746.40
86225.83
Sumber: Bapepam, data diolah
89
Nilai Aktiva Bersih adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang
(uninvested) dikurangi biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus
dibayarkan. Dari Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa rata-rata total NAB
Danareksa Syariah Berimbang terendah berada pada periode awal penelitian
yaitu pada tahun 2004 sebesar
Rp.57902.17 juta dan mencapai rata-rata
tertingginya pada tahun 2007 sebesar Rp.113746,40 juta. Sedangkan NAB
tertinggi terjadi pada pada bulan Mei tahun 2007 sebesar Rp.131538.3 juta,
sedangkan nilai NAB terendah terjadi pada bulan Februari tahun 2004 sebesar
Rp.18957.56 juta.
Gambar 4.3. Pergerakan Total NAB reksa dana Syariah
(Danareksa Syariah Berimbang) tahun 2004-2008
Sumber: Bapepam, data diolah
90
Berdasarkan Gambar 4.3 diatas dapat terlihat bahwa total NAB
Danareksa Syariah Berimbang mempunyai trend yang terus meningkat selama
periode penelitian, walaupun sempat mengalami penurunan pada akhir tahun
2005 dan kemerosotan yang sangat tajam di akhir tahun 2008 akibat krisis
keuangan global.
B. Analisis Regresi Linear Berganda
Peneliti menggunakan regresi linear berganda untuk menganalisa
variabel independen manakah yang memiliki hubungan dan pengaruh yang
nyata terhadap variabel dependent, serta untuk menganalisa variabel
independent
manakah yang paling
mempengaruhi terhadap
variabel
dependent.
Penggunaan regresi linear berganda pada penelitian ini, dikarenakan
terdapat lebih dari satu variabel bebas yakni inflasi (X1) dan JII (X2). Adapun
persamaan dari regresi linear berganda ini adalah:
Y = a + b1X1+b2X2
Keterangan:
Y= Variabel terikat/ dependent yaitu pertumbuhan total NAB reksa
dana syariah
91
a = Konstanta/ intercept
X1 = Inflasi
b1 = Koefisien regresi inflasi
X2 = JII
b2= Koefisien regresi JII
Tabel 4.4. Fungsi Regresi
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
Standardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
48299.894
11758.558
Inflasi
-1507.077
817.480
123.596
29.264
JII
Beta
Correlations
T
Sig.
Zeroorder
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
4.108
.000
-.210
-1.844
.070
-.176
-.237
-.210
.995
1.005
.482
4.223
.000
.467
.488
.481
.995
1.005
a. Dependent Variable: Total NAB
Tabel coefficients digunakan untuk membuat model persamaan regresi
linear berganda yang nantinya akan digunakan untuk melakukan estimasi
apabila
VIF
variabel inflasi dan JII berubah. Dari tabel tersebut didapat
persamaan:
Y = 48.299,894 – 1.507,077 X1(inflasi) + 123,596 X2(JII)
92
Interpretasi:
1. Untuk Konstanta (a)
Nilai konstanta adalah sebesar 48.299,894. Hal ini menyatakan bahwa,
jika nilai inflasi (X1) dan JII (X2) mendekati atau sama dengan 0 (nol), maka
total NAB reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang (Y) bernilai
48.299,894. Dengan interpretasi bahwa jika inflasi dan nilai indeks JII rendah,
maka prediksi nilai investasi yang tercermin dalam total NAB adalah sebesar
Rp. 48.299,894 juta.
2. Untuk Koefisien Variabel inflasi (X1)
Nilai koefisien variabel inflasi (X1) adalah sebesar -1507,077. Hal ini
menyatakan bahwa, jika inflasi naik satu satuan sedangkan nilai JII tetap,
maka Y akan turun sebesar 1.507,077 kali. Dengan interpretasi bahwa setiap
peningkatan inflasi sebesar 1% akan berdampak pada penurunan total NAB
sebesar 1.507,077 kali.
3. Untuk Koefisien variabel JII (X2)
Nilai koefisien variabel JII adalah sebesar 123,596. Hal ini menyatakan
bahwa jika JII (X2) naik 1 satuan sedangkan nilai inflasi (X1) tetap, maka Y
akan naik sebesar 123,596 kali. Dengan interpretasi bahwa setiap peningkatan
93
indeks JII sebesar 1 poin, akan berdampak pada peningkatan nilai total NAB
reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang sebesar 123,596 kali.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji
normalitas
untuk
mengetahui
apakah variabel dependen,
independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi
apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan
menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi
memenuhi asumsi normalitas.1
1
Dr. Husein Umar, S.E., MBA., M.M., Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis
Bisnis, Ed. 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.181.
94
Gambar 4.4. Uji Normalitas
Sumber: Data diolah
Pada data di atas, terlihat bahwa titik-titik pada normal P-Plot
mendekati garis diagonal. Dengan demikian hal ini menyatakan bahwa regresi
antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya memenuhi asumsi
normalitas.
Akan tetapi, karena uji normalitas dengan grafik cenderung dapat
menyesatkan, oleh sebab itu uji grafik di atas dilengkapi dengan uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), dengan hasil sebagai berikut.
95
Tabel 4. 5 Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
60
.0000000
2.52326468E4
.126
.071
-.126
.980
.292
a. Test distribution is Normal.
Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.980 dan signifikan pada
0.292. Dikarenakan nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0.05 (0.292>0.05), maka
model regresi memenuhi asumsi normal. Sekali lagi, hal ini konsisten dengan
hasil uji sebelumnya.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, Jika terjadi maka
dinamakan terdapat problem multikolinearitas (multiko). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk
mendeteksi adanya problem multiko ini salah satunya dilakukan dengan
melihat nilai tolerance (TOL) dan variance Inflation Factor (VIF). Untuk
mendeteksinya dengan cara melihat nilai tolerance dan Variance Inflation
96
Factor (VIF). Bahwa apabila nilai tolerance kurang dari angka 0.10 dan nilai
VIF melebihi angka 10, maka terjadi masalah multikolinearitas. 2 Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6. Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
48299.894
11758.558
Inflasi
-1507.077
817.480
123.596
29.264
JII
Standardized
Coefficients
Beta
Correlations
t
Sig.
Zeroorder
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
VIF
4.108
.000
-.210
-1.844
.070
-.176
-.237
-.210
.995
1.005
.482
4.223
.000
.467
.488
.481
.995
1.005
a. Dependent Variable: Total NAB
Berdasarkan hasil printout nilai tolerance yang dihasilkan 0.995 dan nilai VIF
yang dihasilkan yaitu sebesar 1.0005 maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah
multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
2
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP,
2006), h. 95.
97
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dikatakan
ada autokorelasi.
Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui
nilai Durbin Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mnegambil
keputusan adalah:
a) Angka D-W di bawah – 2, berarti ada autokorelasi positif.
b) Angka D-W diantara – 2 sampai dengan + 2, bearti tidak terjadi
autokorelasi.
c) Angka D-W + 2, bearti ada autokorelasi negatif. 3
Tabel 4.7. Uji Autokorelasi
Model Summary
Mo
del
1
R
a
.512
R
Squa
re
Adjusted
R
Square
.262
.236
Std.
Error of
the
Estimate
25671.5
0837
b
Change Statistics
Durbin-
R
Square
Change
F
Change
.262
10.119
df1
df2
2
57
Sig. F
Change
.000
a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi
b. Dependent Variable: Total NAB
3
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2000), h. 219.
98
Watson
.188
Dari output di atas, dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson adalah
sebesar 0.188, dengan demikian, hal ini menyatakan bahwa pada persamaan
regresi ini tidak ada masalah autokorelasi karena nilai Durbin-Watson berada
diantara -2 dan +2.
4. Uji Heterokedasitas
Heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homokedasitas. Sebaliknya jika varians berbeda disebut
heterokedasitas. Heterokedasitas terjadi jika titik-titik pada scaterplotnya
mempunyai pola teratur baik menyempit, melebar, maupun bergelombang.
99
Gambar 4.5. Uji Heterokedasitas
Pada gambar di atas, terlihat bahwa titik-titik pada scaterplot
menyebar di atas maupun di bawah titik origin pada sumbu X dan Y yang
berarti bahwa pada persamaan regresi ini terjadi homokedasitas dan
tidak ada masalah heterokedasitas.
D. Uji Hipotesis
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh yang nyata dari variabel
bebas (X1 dan X2) secara simultan terhadap variabel tidak bebasnya (Y).
100
Tabel 4.8. Uji F (F-Test)
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1.334E10
2
6.669E9
Residual
3.756E10
57
6.590E8
Total
5.090E10
59
F
Sig.
10.119
a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi
b. Dependent Variable: Total NAB
Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai F tabel = 3,15 dan berdasarkan
nilai F hitung pada tabel ANOVA di atas adalah 10,119, ini menunjukkan
bahwa F hitung > F tabel (10,119>3,15). Hasil ini juga didukung dengan nilai
signifikan 0,000 lebih kecil dari nilai α= 0,05 (0,000< 0,05), maka Ho ditolak
dan Ha diterima atau secara statistik dapat dinyatakan bahwa variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa analisis yang didapatkan menunjang hipotesa yaitu
inflasi (X1) dan
indeks JII (X2) signifikan memberikan pengaruh secara simultan terhadap
total NAB reksa dana syariah (Y).
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh yang nyata dari variabel
bebas yaitu inflasi (X1) dan JII (X2) secara parsial terhadap variabel tidak
bebasnya yaitu
total NAB reksa dana syariah (Y). Untuk mengetahui
pengaruh secara parsial antara variabel independent (inflasi dan JII) terhadap
101
a
.000
variabel dependennya ( total NAB reksa dana syariah), maka dapat dilihat
pada tabel Coefficients.
Tabel 4.9. Uji t (t- Test)
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
48299.894
11758.558
Inflasi
-1507.077
817.480
123.596
29.264
JII
Standardized
Coefficients
Beta
Correlations
t
Sig.
Zeroorder
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
VIF
4.108
.000
-.210
-1.844
.070
-.176
-.237
-.210
.995
1.005
.482
4.223
.000
.467
.488
.481
.995
1.005
a. Dependent Variable: Total NAB
a) Uji t untuk Inflasi (X1)
Dari tabel diketahui bahwa nilai signifikan untuk X1 adalah 0,070,
nilai t hitung sebesar -1,844 sementara nilai t tabel adalah 1,6449. Karena nilai
t hitung < t tabel (-1,844<1.6449), dan nilai signifikan> α (0,070 > 0,05).
Maka, hal ini berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak atau secara statistik
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel inflasi
(X1) secara parsial terhadap variabel total NAB reksa dana syariah Danareksa
Syariah Berimbang.
102
b) Uji t untuk JII (X2)
Dari tabel diketahui bahwa nilai signifikan untuk X2 adalah 0,000,
nilai t hitung sebesar -4,223 sementara nilai t tabel adalah 1,6449
(4,223>1,6449), dan nilai signifikan < α (0,000 < 0,05). Maka, hal ini
menyatakan bahwa secara statistik terdapat pengaruh antara variabel JII (X2)
secara parsial terhadap variabel dependent yaitu total NAB reksa dana syariah
Danareksa Syariah Berimbang.
E. Analisis Korelasi
Tabel 4.10. Uji koefisien Korelasi
Model Summary
Mo
del
1
R
Squa
re
R
a
.512
.262
Adjusted
R
Square
.236
Std.
Error of
the
Estimate
25671.5
0837
b
Change Statistics
Durbin-
R
Square
Change
F
Change
.262
10.119
df1
df2
2
57
Sig. F
Change
Watson
.000
.188
a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi
b. Dependent Variable: Total NAB
Korelasi atau R menunjukkan nilai hubungan antara variabel bebas
terhadap variabel terikatnya. Nilai R yang terdapat pada tabel 4.11 adalah
sebesar 0,512 atau 51,2%. Hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan/
korelasi sedang/cukup kuat dan positif antara variabel independent yaitu
inflasi (X1) dan JII (X2) terhadap variabel dependennya yaitu total NAB reksa
dana syariah (Y).
103
F. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi atau R square menunjukkan besarnya pengaruh
yang nyata antara variabel independent yaitu inflasi (X1) dan JII (X2)
terhadap variabel dependentnya yaitu pertumbuhan total NAB reksa dana
syariah (Y). Nilai R Square yang terdapat pada tabel 4.11 di atas adalah
sebesar 0.262 atau 26,2%. Hal ini menyatakan bahwa variabel independent
yaitu inflasi (X1) dan JII (X2) secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependent pertumbuhan total NAB reksa dana syariah (Y) sebesar 26,2%.
Sisanya sebesar 73,8% (100% - 26,2% = 73,8%) dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak dimasukkan dalam perhitungan analisis ini.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dianalisa, bahwa total dana
kelolaan (total NAB) reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang yang
mengalami kenaikan kinerja setiap tahunnya menunjukkan kinerjanya yang
baik. Namun perlu diperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja
reksa dana syariah, diantaranya JII yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap kinerja reksa dana syariah, hal ini dikarenakan saham-saham yang
terdapat pada reksa dana syariah yang termasuk dalam jenis saham yang ada
dalam daftar saham JII. Sehingga meningkat ataupun menurunnya JII turut
pula memacu peningkatan serta penurunan dana kelolaan reksa dana syariah.
104
Pengaruh dari inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah Danareksa
Syariah Berimbang (walaupun tidak dalam taraf signifikan) dapat terlihat
ketika terjadi kenaikan harga barang pada saat inflasi, kenaikan harga tersebut
tidak hanya terjadi pada barang-barang konsumsi tetapi juga pada barangbarang produksi, oleh karena itu biaya produksi akan meningkat yang
berakibat pada semakin kecilnya deviden (laba) yang diberikan kepada para
pemegang saham. Semakin kecilnya deviden manyebabkan menurunnya nilai
NAB, hal ini menjadikan kurang berminatnya investor untuk berinvestasi
(divestasi), sehingga mengurangi pula total dana kelolaan (total NAB) dari
reksa dana syariah. Dalam menghadapi kondisi krisis, PT Danareksa
Investment
Management
mampunyai
strategi
tersendiri.
Manajemen
Danareksa menggelar empat strategi, yaitu: (1) menggenjot aktivitas
pengelolaan uang tunai untuk menjamin kelancaran cashflow, (2) menguatkan
usaha manajemen resiko, salah satunya dengan mengalihkan portofolio di
pasar modal ke pasar uang yang lebih bergairah, berharap dapat menutup
kelesuan di pasar modal dengan pendapatan yang sedang melonjak di pasar
uang. (3) mengurangi investasi portofolio untuk menekan dampak turunnya
nilai aset dan (4) meningkatkan manajemen operasional untuk efisiensi dan
pengurangan biaya.4
4
Wahzary Wardaya, dkk., Creating Value 32 Tahun Danareksa, (Jakarta: PT Danareksa
(Persero), 2008), h.102.
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan:
1. Inflasi dan indeks JII secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap
total NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana syariah pada
Danareksa Syariah Berimbang setelah dilakukan uji F dengan tingkat
signifikan 5%. Nilai Fhitung > Ftabel (10,119>3,15) maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
2. Dari pengujian secara parsial dengan uji t, maka diketahui variabel
independen yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan total NAB
reksa dana syariah pada Danareksa Syariah Berimbang dengan tingkat
signifikan 5% adalah variabel indeks JII yaitu t
hitung
>t
tabel
(4,223>1,6449)
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap total NAB reksa dana syariah pada
Danareksa Syariah Berimbang. Nilai t
hitung
<t
tabel
(-1,844<-1.6449) maka
Ho diterima dan Ha ditolak.
3. Setelah melakukan analisis pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa
kontribusi inflasi dan indeks JII terhadap pertumbuhan total NAB reksa
106
dana syariah pada Danareksa Syariah Berimbang sebesar 26,2%, sedangkan
sisanya sebesar 73,8% (100% - 26,2% = 73,8%) dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dinalisis dalam penelitian ini.
B. Saran
Sebagai peneliti penulis menyadari, bahwa dalam melakukan
penelitian harus dilakukan penyempurnaan secara terus-menerus, maka
penulis menyarankan:
1. Kepada manajer investasi, khususnya manajer investasi PT Danareksa
Investment Management, sebaiknya terus memperhatikan variabel inflasi
dan indeks JII dalam mengelola portofolio investasi, karena berdasarkan
hasil penelitian variabel inflasi dan indeks JII secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap total NAB reksa dana syariah.
2. Kepada investor, khususnya yang berinvestasi pada reksa dana syariah
Danareksa Syariah Berimbang, dapat menggunakan variabel indeks JII
sebagai acuan dalam mengambil keputusan investasi. Karena berdasarkan
hasil penelitian indeks JII secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah yang dapat dilihat dari total
NAB reksa dana syariah tersebut. Namun, diharapkan investor juga tidak
mengesampingkan variabel makro ekonomi (dalam hal ini inflasi) dalam
hal mengambil keputusan investasi, karena walaupun secara statistik
107
(dalam uji signifikansi parsial atau uji t) tidak berpengaruh secara
signifikan namun perlu diingat bahwa dari persamaan regresi yang didapat,
nilai koefisien variabel inflasi adalah negatif yaitu sebesar -1507,077,
yang berarti bahwa jika nilai variabel independen yang lain tetap, maka
total NAB akan mengalami penurunan sebesar -1507,077 kali.
3. Kepada Peneliti selanjutnya, perlu diadakan penambahan atau penggantian
variabel independen dengan variabel-variabel lain yang mempengaruhi
Nilai Aktiva bersih reksa dana syariah seperti Gross Domestic Product
(GDP), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), nilai tukar rupiah, dan Jumlah
unit pernyertaan reksa dana.serta menambah periode penelitian sehingga
jumlah sampel yang ditelitipun akan bertambah, guna memperoleh hasil
penelitian yang lebih signifikan.
108
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Hadits.
Ahmad, Kamaruddin. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2004.
Arifin, Johar dan M. Fakhrudin. Kamus Istilah Pasar Modal. Jakarta: Elex Media
Komputindo. 1999.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, cet. XIII.
Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006.
Boediono. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. 2005.
Chapra,Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi, (terj) oleh, Ikhwan Abidin. Jakarta:
Gema Insani
Press, 2000.
Djohanputro,Bramantyo. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: Penerbit PPM.
2006.
Danareksa Investment Management. Prospektus Pembaharuan Reksa Dana
Danareksa Syariah Berimbang. Jakarta: Danareksa Investment Management.
2010.
Danareksa. Laporan Tahunan “Embracing Change For a Better Future”. Jakarta:
Danareksa. 2009.
Danareksa Online.“Info Reksa Dana dari Danareksa”. Artikel diakses pada 16 Juli
2010 dari http://www.danareksa.com.
Darmadji,Tjiptono&Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan
Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. 2006.
E Cahyono, Jaka. Cara Jitu Menjaring Untung dari Reksa Dana. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. 2000.
Fadlul. “saham berbasis syariah vs saham non syariah “. Artikel diakses pada 8
Februari 2010 dari http://fadlul.blog.friendster.com/2006/09/
109
Fardiansyah, Tedy. Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai: Kiat-kiat Investasi
pada Deposito, Saham, Obligasi, Valas, Emas, Reksadana, dan Derivatif .
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2002.
Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
untuk Reksa Dana Syariah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan
Pedoman
Umum Penerapan Syariah di Bidang Pasar Modal, Himpunan
Fatwa Dewan Syariah Nasional, Ed. II. Jakarta: PT Intermasa. 2003.
Firdaus NN, Muhammad, dkk.
Renaisan. 2005.
Investasi Halal di Reksadana Syariah. Jakarta:
Ghozali,Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang:
UNDIP. 2006.
Hair, Joseph F. dkk., Multivariate Data Analysis, A Global Perspektive, 7th Ed.USA:
Pearson Education, Inc. 2010.
H. Achsien, Iggi. Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 2000.
H. Achsien, Iggi. “mengintip Peluang Instrument Keuangan Syariah”. Artikel diakses
pada 5 Februari 2010 dari www.tazkia.co.id/praktisi/reksadana/re0601.htm
Handayani,Wahyu.”Mekanisme Pembagian Keuntungan pada Reksa Dana
Konvensional dan
Reksa Dana Syariah”.Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2005.
Hartono. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2008.
Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Statistik 2: Statistik Inferensif. Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2003.
Indonesia Stock Exchange (IDX). “Indeks Harga Saham”. Artikel diakses pada 26 Juli
2010 dari http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/IndeksHargaSaham.
Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islami. Ed. ke-2. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada. 2007.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo. 2008.
110
Lind, Douglas. A dkk. (Penerjemah: Chriswan Sungkono). Teknik-teknik Statistika
dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global, ed 13,
Buku 2. Jakarta:Salemba Empat. 2007.
Manaf, Syamsudin. Terjemahan Fiqih Sunnah. Bandung: Pustaka Al Maarif. 1995.
Mannan, Abdul. Aspek Hukum dalam Panyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana. 2009.
Manurung, Adler Haymans. Ke Mana Investasi?, Kiat dan Panduan Investasi
Keuangan. Jakarta:Penerbit Buku Kompas. 2006.
Manurung, Adler Haymans. Lima Bintang Untuk Agen Penjual Reksadana. Jakarta:
Ghalia Indonesia. 2002.
Manurung, Adler Haymans. Panduan Lengkap; Reksa Dana Investasiku. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas. 2008.
Mauludi, Ali. Statistika I. Jakarta: PT. Prima Heza Lestari. 2006.
Muhammad. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Salemba
Empat. 2002.
Muhammad. Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII
Press. 2000.
Mochammad, Nadjib. Investasi Syariah (Implementasi Konsep Pada Kenyataan
Empirik). Yogyakarta:Kreasi Wacana. 2008.
Nanga, Muana. Makroekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2001.
Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Nugroho, Bhuono Agung. Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan
Menggunakan SPSS.Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2005.
Ngapon. “Pasar Modal Syariah (Bagian 1)”. Artikel diakses pada 12 Oktober 2009
dari asuransi-syariah.blogspot.com
Pasar Modal Syariah. Artikel diakses pada 7 Oktober 2009 dari www.idx.co.id
111
Rochaety, Ety. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra
Wacana Media. 2007.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo. 2000.
Sentanoe. Analisa dan Manajemen Investasi. Jakarta: Widya Perss. 1995.
Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana. 2009.
Subiyanto, Ibnu. Metode Penelitian Manajemen dan Akuntansi. Yogyakarta: UKP
UPP AMP YKPN. 2000.
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGarafindo
Persada. 2004.
Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
2003.
Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. 2000.
Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995.
Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Ed. 1. Jakarta:
Rajawali Pers. 2009.
Usman, Hardius dan Nachrowi. Pendekatan Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi
dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. 2006.
Wardaya, dkk., Wahzary. Creating Value 32 Tahun Danareksa. Jakarta:PT Danareksa
(Persero). 2008.
112
Lampiran 1 HASIL UJI ASUMSI KLASIK
OUTPUT UJI ASUMSI KLASIK
1. Normalitas
113
2. Multikolinearitas
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
48299.894
11758.558
Inflasi
-1507.077
817.480
123.596
29.264
JII
Standardized
Coefficients
Beta
Correlations
t
Sig.
Zeroorder
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
VIF
4.108
.000
-.210
-1.844
.070
-.176
-.237
-.210
.995
1.005
.482
4.223
.000
.467
.488
.481
.995
1.005
a. Dependent Variable: Total NAB
2. Autokorelasi
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
48299.894
11758.558
Inflasi
-1507.077
817.480
123.596
29.264
JII
Standardized
Coefficients
Beta
Correlations
t
Sig.
Zeroorder
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
VIF
4.108
.000
-.210
-1.844
.070
-.176
-.237
-.210
.995
1.005
.482
4.223
.000
.467
.488
.481
.995
1.005
a. Dependent Variable: Total NAB
3. Heterokedasitas
114
Lampiran 2 HASIL UJI F DAN UJI T
OUTPUT UJI F (SIMULTAN)
b
ANOVA
Sum of
Model
1
Squares
df
Mean Square
Regression
1.334E10
2
6.669E9
Residual
3.756E10
57
6.590E8
Total
5.090E10
59
F
Sig.
10.119
.000a
a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi
b. Dependent Variable: Total NAB
OUTPUT UJI T
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
48299.894
11758.558
Inflasi
-1507.077
817.480
123.596
29.264
JII
Standardized
Coefficients
Beta
Correlations
t
Sig.
Zeroorder
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
VIF
4.108
.000
-.210
-1.844
.070
-.176
-.237
-.210
.995
1.005
.482
4.223
.000
.467
.488
.481
.995
1.005
a. Dependent Variable: Total NAB
115
Lampiran 3 HASIL UJI KOEFISIEN KORELASI DAN KOEFISIEN DETERMINASI
OUTPUT KOEFISIEN KORELASI DAN KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summary
Mo
del
1
R
Squa
re
R
a
.512
.262
Adjusted
R
Square
.236
Std.
Error of
the
Estimate
25671.5
0837
b
Change Statistics
Durbin-
R
Square
Change
F
Change
.262
10.119
df1
df2
2
57
Sig. F
Change
Watson
.000
.188
a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi
b. Dependent Variable: Total NAB
116
PENGARUH INFLASI DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
TERHADAP TOTAL NILAI AKTIVA BERSIH (NAB)
REKSADANA SYARIAH
(Studi Pada Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment
Management dari Tahun 2004-2008)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
AULIA RIZKY AMELIA
NIM. 106046101601
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
Download