BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TEMUAN

advertisement
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, TEMUAN, INTERPRETASI
DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri atas 5 (lima) bagian yang menggambarkan tahapan dalam
pelaksanaan penelitian. Bagian kesatu adalah
pelaksanaan penelitian, yang
mencakup langkah-langkah: a), persiapan teknis dan administratif; b), ujicoba
instrumen studi pendahuluan; c), pengumpulan data studi pendahuluan; d),
pengembangan model pembelajaran program produktif SMK program keahlian
Teknik Mekanik Otomotif; e), ujicoba terbatas dan lebih luas; f), pelaksanaan uji
validasi model; dan g), analisis dan kesimpulan hasil
Bagian
kedua
adalah
uraian
tentang
temuan
hasil
penelitian/studi
pendahuluan, mencakup: a), gambaran umum tentang bentuk penyelenggaraan
pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK saat
ini; b), prosedur penyusunan rencana pembelajaran; c), bentuk penyelenggaraan
diklat Program Produktif: d), pelaksanaan tugas guru program produktif; e), bentuk
dukungan stakeholders terkait; dan f)- dukungan alat dan fasilitas diklat Program
Produktif; dan g), gambaran tentang hasil pembelajaran produktif (kompetensi)
siswa.
Bagian ketiga adalah uraian tentang pelaksanaan dan hasil pengembangan
desain model, yang mencakup: a), pengembangan desain model pembelajaran
program produktif SMK program keahlian Teknik Mekanik Otomotif; b),
pelaksanaan dan hasil ujicoba terbatas; c), pelaksanaan dan hasil ujicoba lebih luas.
Bagian keempat adalah uraian tentang pelaksanaan dan hasil uji validasi model, yang
UI
112
mencakup paparan tentang penerapan model dan dampaknya terhadap: a),
peningkatan prestasi siswa hasil belajar diklat produktif; dan b), pelaksanaan tugas
guru program produktif.
Bagian kelima adalah interpretasi dan pembahasan hasil penelitian, yang
memaparkan tentang kajian kritis terhadap hasil penelitian berdasarkan rujukan
teoretis dan empiris, untuk berikutnya menjadi dasar dalam pengambilan kesimpulan
dan rekomendasi hasil penelitian.
A. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini dilaksanakan tahap-tahap sebagai berikut: l). persiapan
teknis dan administratif, 2). pengembangan dan uji coba instrumen studi
pendahuluan; 3). pengumpulan data studi pendahuluan; 4). pengembangan model
pembelajaran program produktif SMK program keahlian teknik Mekanik Otomotif;
5). pelaksanaan dan hasil uji validasi model; dan 6). analisis dan kesimpulan hasil.
1. Persiapan Teknis dan Adminsitratif
Persiapan teknis dan administratif ini ditempuh dengan telah disetujuinya
desain penelitian, dan telah ditetapkannya Tim Komisi Pembimbing, berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
No.0599/J33.07/PP.04.01/ 2004 tanggal 4 April 2004. Penulis melakukan persiapan
antara lain: (a), melakukan penjajagan ke kantor Dinas Pendidikan Kota Semarang,
untuk memperoleh gambaran tentang SMK yang membuka program studi Teknik
113
Mekanik Otomotif; (b) melakukan penjajagan terhadap SMK-SMK yang akan
menjadi lokasi penelitian.
Langkah berikutnya, penulis mengurus ijin penelitian, hingga dikeluarkan ijin
penelitian No. 1772/J33.7/PL.03.06/2004, tertanggal 17 Juni 2004, yang ditandatangani Asisten Direktur H atas nama Direktur Program Pascasarjana UPL
2. Pengembangan dan Ujicoba Instrumen Studi Pendahuluan
Sebagai bagian penting dalam pelaksanan studi penduhuluan adalah
instrumen pengumpulan data. Untuk itu segera setelah dilakukan persiapan,
berikutnya penulis mengembangkan instrumen pengumpulan data untuk studi
pendahuluan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian/studi pendahuluan ada dua macam, yaitu; (a) angket untuk Ka Prodi, Guru
Program Produktif, Instruktur industri, dan untuk siswa; (b) daftar centang (check
list) untuk mengamati dan mengidentifikasi kondisi yang dijelaskan dalam angket
Ada dua tahap dalam melakukan ujicoba instrumen, yaitu penilaian para pakar
(expert judgement), dan uji keterbacaan, baik untuk angket maupun daftar centang
Penilaian pakar dilakukan untuk menilai struktur dan isi (content) pada tiap-tiap sub
pertanyaan/observasi. Sedangkan uji keterbacaan dilakukan untuk menilai apakah
redaksi dan rumusan kalimat dalam instrumen dapat dipahami oleh responden.
Dengan demikian instrumen ini mendasarkan kepada kesahihan (validitas) isi
(content validity), dan validasinya menggunakan expert judgement.
Berdasarkan uji coba instrumen studi pendahuluan dapat dijelaskan hasil
sebagai berikut:
114
a. Hasil penilaian struktur dan isi instrumen memberikan koreksi terhadap
beberapa hal, yaitu: 1). perlu penataan terhadap sistematika angket, dalam
sub pertanyaan II. 1 (strategi umum pelaksanaan pembelajaran program
produktif) sehingga menjadi lebih fokus; 2). perlu keterangan tambahan siapa
yang dimaksud pelaksana kurikulum program produktif; karena pelaksana
langsung di lapangan adalah Ka Prodi, Guru program produktif dan instruktur
lapangan.
b. Hasil uji keterbacaan memberikan masukan sebagai berikut 1). Pertanyaan
pada sub I butir 3 dan yang sejenisnya, perlu ditegaskan batasan bertanggung
jawab; sebab ada yang bertindak sebagai pelaksana dan penanggung jawab;
2). Pertanyaan sub II butir 4, yang dimaksud penyusun apakah berarti juga
menghimpun, karena modul tertentu sebagian sudah disediakan oleh
Direktorat.
3. Pengumpulan Data Studi Pendahuluan
Setelah instrumen pengumpulan data dilakukan perbaikan berdasarkan
masukan dan koreksi dalam pelaksanaan uji coba, berikutnya digunakan dalam studi
pendahuluan. Pendekatan yang diterapkan dalam studi pendahuluan bersifat
deskriptif, yaitu mendeskripsikan bentuk penyelenggaraan pembelajaran program
produktif, khususnya pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, beserta
aspek-aspek pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran produktif. Pengumpulan
data dalam studi pendahuluan secara kronologis dilakukan dengan memberikan
angket kepada responden (Ka Prodi, Guru Program Produktif, Instruktur dan Siswa).
115
Setelah jawaban angket dikumpulkan, berikutnya penulis melakukan pengamatan
terhadap kondisi/lingkungan bengkel/workshop, sebagai langkah pengecekan silang
(cross check) terhadap apa yang telah diinformasikan responden dalam jawaban
angket Jawaban hasil angket dengan temuan hasil pengamatan selanjutnya menjadi
sumber utama dalam melakukan analisis temuan terhadap aspek-aspek yang menjadi
fokus dalam studi pendahuluan. Hasil analisis temuan tersebut pada dasarnya
menjadi acuan dalam langkah berikutnya, yaitu pengembangan desain model
pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum produktif.
4. Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif
Kegiatan utama dalam
tahap
pengembangan
penelitian ini adalah
pengembangan model pembelajaran program produktif SMK program keahlian
teknik Mekanik Otomotif yang mencakup kegiatan: pengembangan draft desain
model; uji coba terbatas; serta uji coba lebih luas.
4.1. Pengembangan Desain Mode)
Pengembangan draft desain model dilakukan secara bertahap berdasarkan
analisis dan kesimpulan hasil studi pendahuluan, terutama yang secara spesifik
berkaitan dengan bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif.
Karena fokus pengembangan desain model ini berkaitan dengan model
pembelajaran program produktif pada program keahlian Teknik Mekani
Otomotif, maka
analisis temuan juga secara spesifik dilakukan terhadap
penyelenggaraan pembelajaran produktif pada program keahlian Teknik Mekanik
116
Otomotif. Dalam pengembangan desain model ini bersifat mikro dalam lingkup
pembelajaran; dengan demikian dipilih satu mata diklat yaitu Perbaikan Motor
Otomotif, yang diselenggarakan pada kelas dua SMK, semester tiga dan empat
Tahap-tahap pengembangan desain model serta hasil yang diperoleh, diuraikan
dalam pembahasan selanjutnya.
4.2. Ujicoba Terbatas dan Lebih Luas
Draft desain model yang telah dirancang bersama antara penulis dengan guru
mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, tahap selanjutnya memasuki uji coba
terbatas. Tujuan pelaksanaan uji coba terbatas adalah untuk memperoleh
gambaran tentang kelayakan desain model yang dikembangkan, serta melakukan,
perbaikan desain model berdasarkan masukan/koreksi dalam lingkup terbatas.
Berdasarkan masukan dan koreksi dalam uji coba terbatas, berikutnya desain
model dilakukan perbaikan untuk selanjutnya memasuki uji coba lebih luas.
Secara kronologis, tahapan pelaksanaan dan hasil uji coba terbatas dan lebih luas
diuraikan dalam pembahasan tentang pengembangan model.
5. Uji Validasi Model
Sebagai langkah untuk menilai keterterapan model yang telah melalui uji
coba terbatas dan lebih luas, maka berikutnya desain model yang dikembangkan
memasuki tahap uji validasi. Tahap ini merupakan fase penerapan model dalam
kancah yang sebenarnya (dalam proses pembelajaran program produktif), tanpa
kehadiran penulis baik secara personal, maupun dalam bentuk arahan/bimbingan.
117
Penulis dalam konteks mi bersifat memantau pelaksanaan uji validasi, agar tahap uji
validasi berjalan dalam kondisi wajar {real setting), sesuai dengan lingkungan SMK
yang menjadi subyek uji validasi. Tahapan pelaksanaan dan hasil uji validasi model,
dijelaskan dalam pembahasan tentang uji validasi.
6. Analisis dan Kesimpulan Hasil Penelitian
Analisis dan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan pada dasarnya
berkaitan dengan tujuan penelitian, baik secara umum maupun khusus. Dalam tujuan
khusus penelitian telah dirumuskan hasil-hasil yang diharapkan dapat dicapai,
sejalan dengan tahap-tahap penelitian yang dirancang. Dalam konteks hasil final,
maka tujuan penelitian tersebut dirumuskan untuk menemukan dampak pelaksanaan
model pembelajaran program produktif terhadap peningkatan kompetensi siswa,
serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru program produktif. Dengan
demikian analisis yang diterapkan berdasarkan pendekatan tertentu, serta kesimpulan
hasil penelitian yang dirumuskan, akan bermuara kepada tujuan final tersebut
B. Temuan Hasil Studi Lapangan
Studi lapangan dalam penelitian ini dilaksanakan di empat SMK, yaitu
SMKN A Semarang, SMKN b Semarang, SMK C, dan SMK D Semarang. Sesuai
dengan rancangan penelitian, terdapat tujuh aspek (komponen) yang diungkap dalam
studi
lapangan,
pembelajaran
yang
program
menggambarkan
produktif,
yaitu:
bentuk
(1)
penyelenggaraan
gambaran
umum
(faktual)
tentang
penyelenggaraan pembelajaran program produktif SMK saat ini, (2) prosedur
118
penyusunan rencana pembelajaran program produktif; (3) bentuk pelaksanaan
pembelajaran program produktif, (4) pelaksanaan tugas-tugas guru program
produktif; (5) bentuk dukungan stakeholders terkait; dan (6) dukungan alat dan
fasilitas pembelajaran program produktif; serta (7) gambaran hasil diklat produktif
(kompetensi) siswa.
1. Pola Penyelenggaraan Pembelajaran Program Produktif SMK Saat Ini
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada empat SMK yang menjadi
subyek dalam
penelitian ini,
diperoleh gambaran umum tentang bentuk
penyelenggaraan pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi
kurikulum sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan pembelajaran program produktif SMK, masih banyak
menemui hambatan, di samping mencirikan keberagaman tertentu, yang
cenderung mengarah kepada kondisi tidak optimal. Beberapa temuan spesifik
yang berkaitan dengan penerapan kurikulum program produktif adalah:
(a) peran guru program produktif dalam pengembangan GBPP program
produktif pada seluruh SMK yang diteliti belum berjalan optimal,
sehingga terdapat beberapa mata diklat program produktif belum
dilakukan sinkronisasi (penyelarasan) GBPP;
(b) pola
penyelenggaraan
pembelajaran
program
produktif memiliki
kecenderungan berbeda antara satu SMK dengan SMK yang lain, baik
dalam perancangan, proses pelaksanaan, pola pembagian/alokasi waktu,
maupun tempat pelaksanaannya;
119
(c) pelaksanaan evaluasi hasil belajar terdapat perbedaan antara SMKN A,
SMKN B dan SMK C, khususnya dalam pelaksanaan uji kompetensi dan
sertifikasi; sedangkan dalam pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif,
memiliki pola yang cenderung sama;
(d) dukungan
stakeholders
pada
masing-masing
SMK
memiliki
kecenderungan bervariasi, sesuai dengan pertimbangan subyektif masingmasing
stakeholders.
Pada
SMK
negeri
dukungan
stakeholders
cenderung lebih intensif mulai dari penyelarasan GBPP program
produktif sampai dengan pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi;
sedangkan pada SMK C, dukungan stakeholders
terbatas H ^ m
penempatan siswa prakerin;
(e) dukungan dan ketersediaan alat/fasilitas dalam penyelenggaraan diklat
produktif terdapat perbedaan, sesuai dengan kondisi SMK dan akses
kerjasama dengan Du/Di. Alat dan fasilitas di SMKN A
tergolong
lengkap dan memiliki akses kerjasama dengan institusi pasangan lebih
luas, dibandingkan dengan SMKN B; demikian juga alat dan fasilitas di
SMKN B tergolong lebih lengkap dan memiliki akses lebih luas
dibandingkan dengan SMK C;
(f) hasil pembelajaran dalam bentuk kompetensi siswa menunjukkan
kecenderungan perbedaan dalam mutu; salah satu indikatornya adalah
pada SMK negeri mampu mengirimkan siswa untuk melaksanakan uji
kompetensi dengan prosentase kelulusan 50% - 60%, sedangkan SMK C
belum mampu mengirimkan siswa untuk melakukan uji kompetensi.
120
Dalam konteks yang lebih spesifik ditemukan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran program produktif pada seluruh SMK yang diteliti, guru
program produktif belum mengembangkan strategi pembelajaran yang
mengarah kepada prinsip highly effective éducation and training program,
guna menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi. Dalam hemat
penulis,
pembelajaran
program
produktif
perlu
mengembangkan
metoda/strategi yang berisi seperangkat preskripsi pembelajaran bagi siswa
dan guru untuk mencapai standar kompetensi (hasil pembelajaran) yang
dirumuskan.
Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran, guru belum mengembangkan
modul-modul pembelajaran dan instructional sheets secara baik, sebagai
suatu paket pembelajaran (learning package) yang utuh sebagai salah satu
perangkat pembelajaran program produktif. Pembelajaran program produktif
adalah berbasis kompetensi,
namun guru program produktif belum
menyiapkan perangkat pembelajaran secara terstrukutr untuk tiap-tiap
kompetenst/sub kompetensi yang akan dipelajari siswa. Dari empat SMK
yang disurvei, hanya sebagian yang menerapkan penggunaan job sheet,
itupun dalam format yang tidak lengkap; sementara beberapa SMK yang
tidak menggunakan job sheet. Keadaan ini dimungkinkan karena beberapa
alasan, yaitu: (a) pengguaan job sheet dianggap sudah biasa, sehingga guru
menganggap sudah hafal di luar kepala; (b) ada kebimbangan bagi para guru,
format mana yang akan dipakai dalam membuat job sheet, karena ternyata
versinya juga berbeda-beda.
121
d. Sebagian besar guru program produktif, dalam melaksanakan evaluasi basil
belajar diklat produktif siswa lebih menekankan sedikit aspek pengetahuan,
dan lebih banyak aspek keterampilan kerja; sementara sebagian besar aspek
pengetahuan (kognitif) dan sikap kerja (disiplin, ketelitian, kecermatan kerja
dsb), belum diungkap. Dalam hemat penulis, faktor utama hai ini adalah
belum adanya perangkat pembelajaran program produktif yang mengungkap
prestasi (kecakapan) siswa hasil belajar diklat produktif secara komprehensif,
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan kerja, dan sikap kerja
Dalam perkembangannya saat ini, untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi, penggunaan job sheet saja tidak
cukup, sehingga dibutuhkan model pembelajaran dengan pendekatan tertentu yang
dapat
mengoptimalkan
penyelenggaraan
pembelajaran
produktif
sehingga
meningkatkan prestasi siswa hasil belajar diklat produktif. Model pembelajaran yang
dikembangkan juga memungkinkan fleksibilitas dalam penyusunan kegiatan belajar
secara individual atau kegiatan belajar remedial, karena ada kemungkinan sesorang
anak didik belum mencapai kompetensi hanya dalam unit-unit belajar tertentu saja,
sehingga dengan menambah atau mengulangi unit yang kurang tersebut secara
individual masalah tersebut dapat diatasi.
2. Mekanisme Penyelenggaraan Pembelajaran Program Produktif
Seperti diketahui, dalam struktur kurikulum program produktif, terdapat dua
kelompok mata diklat yang memiliki ciri/sifat berbeda, yaitu: (1) kelompok mata
diklat produktif yang bersifat teoretik atau yang pembelajarannya lebih banyak
122
dilaksanakan di dalam kelas, seperti Perhitungan Dasar Konstruksi Mesin; dan
Menggambar Teknik Dasar, dan (2) kelompok mata diklat produktif yang bersifat
praktik
atau
yang
bengkel/workshop/unit
pembelajarannya
produksi/Du/Di,
lebih
seperti:
banyak
Perbaikan
dilaksanakan
Motor
di
Otomotif,
Perbaikan Chasis dan Pemindah Tenaga, Perbaikan Sistem Kelistrikan Otomotif,
Perbaikan Bodi Otomotif Dasar dsb. Dengan dua ciri/sifat kelompok mata diklat
seperti tersebut, sangat memungkinkan masing-masing SMK memilih pola yang
tidak sama dalam penyelenggaraannya.
Secara prinsip, dalam suatu mata diklat produktif tidak dipisahkan antara
pembelajaran praktik dan teori; artinya tidak dikenal istilah teori atau praktik pada
satu mata diklat produktif Kedua hal tersebut (teori dan praktik) pada dasarnya
menyatu dalam kegiatan pembelajaran suatu mata diklat, hanya proporsinya yang
ditentukan secara berbeda. Dalam GBPP dan pedoman penyelenggaraan diklat
produktif kurikulum SMK edisi 1999, secara eksplisit disebutkan beberapa hal: (1)
alokasi waktu pembelajaran praktik dalam program produktif minimum 70%, yang
berani teori maksimum 30%; (2) pengaturan waktu pembelajaran dalam bentuk
jadwal mingguan dalam 1 (satu) tahun dilakukan masing-masing sekolah dengan
memperhatikan : keutuhan dan ketuntasan penguasaan kompetensi; kesinambungan
proses pembelajaran; dan efisiensi penggunaan sumber daya pendidikan; (3) paket
keahlian produktif dilaksanakan di industri atau sebagian di sekolah. Prinsip yang
sama pada dasarnya juga berlaku bagi pola pembelajaran program produktif yang
tertuang dalam kurikulum SMK 2004.
123
Mekanisme penyelenggaraan pembelajaran program produktif,
secara
spesifik dapat dikelompokkan dalam tiga kegiatan utama, yaitu: (a) penyusunan
rencana pembelajaran; (b) pelaksanaan pembelajaran; dan (c) evaluasi hasil
pembelajaran. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap tiga kegiatan tersebut, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
2.1 Penyusunan Rencana Pembelajaran
Langkah awal yang harus dilakukan pelaksana kurikulum program produktif
(Ka Prodi dan guru program produktif) di lapangan untuk melaksanakan
pembelajaran
berbasis
menyiapkan/menyusun
kompetensi
program
dan
pembelajaran
berbasis
sehingga
produksi
adalah
menjadi
rencana
pembelajaran yang siap diterapkan dan sejalan dengan kondisi institusi pasangan
serta sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang dirumuskan. Untuk mencapai
hal tersebut, maka tugas yang semestinya dilakukan oleh pelaksana kurikulum,
terutama Ka Prodi dan Guru Program Produktif, adalah; (a) mengkaji dan
menganalisis standar kompetensi lulusan suatu program keahlian; (b) mengkaji
GBPP program produktif, dan (c) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan
perkembangan Du/Di atau institusi pasangan. Tujuan dilaksanakannya tiga hal di
atas adalah agar rencana program pembelajaran yang disusun dapat dirancang
dengan tepat serta sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran program produktif.
Langkah menyiapkan rencana pembelajaran tersebut menjadi sangat penting
terutama pada kelompok mata diklat yang menitikberatkan pada penguasaan
keahlian dan kompetensi produktif, serta dalam penyelenggaraan pembelajarannya
perlu memperoleh dukungan sarana bea^el/workshop atau pihak institusi pasangan.
124
Berdasarkan survei yang dilakukan di SMKN A,
produktif telah
membuat rencana pembelajaran
Ka Prodi dan guru
program
produktif dengan
mendasarkan kepada tiga hal di atas; sedangkan di SMKN B dan SMK C, rencana
pembelajaran produktif dirancang hanya mendasarkan kepada dua hal, yaitu GBPP
Produktif dan kondisi institusi pasangan. Secara ideal, penyusunan rencana
pembelajaran produktif semestinya mendasarkan kepada tiga hal seperti diuraikan di
atas; di samping untuk menyelaraskan isi rencana pembelajaran dengan kondisi riel
di lapangan, juga untuk mengarahkan bahwa rumusan tujuan pembelajaran dirancang
sesuai dengan tuntutan kompetensi dan kondisi Du/Di.
Secara spesifik, dijumpai bahwa dalam penyusunan rencana pembelajaran
program produktif yang dilakukan oleh guru dapat dideskripsikan hasilnya dalam
empat hal pokok sebagai berikut: (l) materi pembelajaran, kurang memuat bahan
pembelajaran yang mendukung kompetensi yang akan dicapai; kemudian
penyusunannya menekankan pokok bahasan; serta tidak dihimpun dalam bentuk
modul-modul pembelajaran; (2) metoda/strategi pembelajaran, sebagian besar
meriskankan perlakukan klasikal dengan metoda utama ceramah dan tanya jawab;
dan tidak menerapkan pembelajaran modular, (3) bahan dan alat pembelajaran yang
ada, kurang sejalan dengan tujuan serta kompetensi yang akan dicapai; dan (d)
rencana evaluasi, direncanakan program pengayaan (enrichment) tetapi tidak
mengintegrasikan tes tertulis dan tes tindakan.
2.2 Pelaksanaan Pembelajaran
Dari survei yang dilakukan ditemukan bahwa penyelenggaraan pembelajaran
program produktif, khususnya pada program Teknik Mekanik Otomotif dapat
125
dideskripsikan dalam tiga hal, yaitu: (1) dalam pelaksanaan pembelajaran program
produktif dan pemberian tugas pembelajaran kepada siswa, para guru tidak
mengembangkan model preskriptif dan tidak mengembangkan instructional sheets
sebagai suatu paket pembelajaran {learning package); (2) pemberian tugas
pembelajaran dan pembimbingan bersifat klasikal; dan (3) bentuk operasional
pembelajaran di lapangan ada tiga pola yaitu: (a) pola day-release; (b) semi blockrelease atau pola on-off, dan (c) pola block-release. Pola day-release dan semi-block
release, lebih banyak diterapkan pada penyelenggaraan pembelajaran program
produktif di sekolah (SMK); sedangkan block-release diterapkan pada diklat praktik
kerja industri (prakerin).
Dalam pembelajaran program produktif di SMKN B dan SMK D, para guru
program produktif masih menggunakan lembar-lembar pembelajaran {instructional
sheets), dalam bentuk job sheet, namun dalam versi yang berbeda. Sedangkan di
SMKN A dan SMK C para guru dan instruktur tidak menggunakan job sheet, dengan
alasan diklat yang dilaksanakan sudah sangat diketahui urutan dan prosedurnya,
sehingga lebih mudah mengajar tanpa menggunakan job sheet.
Tabel: 4.1
Deskripsi Pemanfaatan Instructional Sheets dalam Pembelajaran
Program Produktif Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif
No.
1.
2.
3.
4.
SMK
SMKN B
SMK D
SMKN A
SMK C
Bentuk Instructional Sheets
Job sheet
Lainnya
ada
tidak ada
ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
126
Dari tabel 4.1 di atas tergambar bahwa perangkat pendukung pelaksanaan
diklat produktif, sebagian besar tidak dikembangkan oleh guru, hanya sebagian kecil
yang mengembangkan dan menggunakan, itupun hanya dalam bentuk job sheet.
Padahal, idealnya dengan pendasarkan kepada model pembelajaran tertentu, perlu
dikembangkan instructional sheets sebagai suatu paket pembelajaran (learning
package). Hal ini terlebih dalam pembelajaran program produktif, sebab di samping
bahan-bahan instruksional yang konvensional seperti buku, manual atau media cetak
dan non cetak; perlu dikembangkan instructional sheets, yang mencakup learning
guide, job sheet, deskripsi leraning steps, sel/ check, dan perangkat tes. Dengan
demikian untuk memperoleh peningkatan prestasi siswa hasil belajar diklat
produktif, dalam pembelajaran program produktif tidak cukup hanya menggunakan
job sheet namun juga perlu perlu dikembangkan instructional sheets dengan
mendasarkan kepada model pembelajaran preskriptif.
Penyelenggaraan pembelajaran program produktif di SMKN B dan SMK C
menggunakan pola day-release, yaitu pelaksanaan pembelajaran kelompok mata
diklat produktif yang bersifat praktik dilaksanakan selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari
berturut-turut di bengkel/work shop atau di unit produksi (UP) sekolah, sedangkan
pembelajaran mata diklat produktif yang bersifat teori dilaksanakan selama 4
(empat) atau 5 (lima) hari di kelas. Sedangkan di SMKN A Semarang menggunakan
pola semi-block atau biasa disebut pola on-off, yaitu pembelajaran kelompok mata
diklat produktif yang bersifat praktik dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan berturutturut atau setara 13-15 minggu yang dilaksanakan di bengkel/workshop/unit produksi
sekolah; kemudian
15-17 minggu berikutnya pembelajaran kelompok mata diklat
127
produktif yang bersifat teori, yang dilaksanakan di kelas. Bentuk pelaksanaan
pembelajaran program produktif di tiga SMK yang diteliti, sebagai berikut:
Tabel: 4.2
Pola Pelaksanaan Pembelajaran Program Produktif SMK
Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif
Pola Diklat
Lama waktu
Prakerin
Kelompok
Praktik
4-5 hr/minggu 6 bki/Block-release
No
SMK
1.
SMKN B
Day-release
Kelompok
Teori
1-2 nr/minggu
2.
SMKNA Semi-block/
On-off
3 bin-13-15
minggu
15-17 minggu
6 bln/Block-release
3.
SMK C
Day-release
1-2 hr/ming&u
4-5 hr/minggu
3 bln/Block-release
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan praktik
kerja industri (prakerin), ketiga SMK yang diteliti menerapkan pola block-release,
hanya lama waktunya berbeda sesuai dengan kesediaan/kesepakatan dengan EP.
Untuk siswa SMKN B dan SMKN A lama waktu prakrein selama 6 (enam) bulan;
sedangkan siswa SMK C selama 3 (tiga) bulan. Fokus diklat yang dilaksanakan
selama
pelaksanaan
prakerin
pada
dasarnya
adalah
pembekalan
keahlian
(kompetensi) kerja melalui pelibatan siswa dalam aktivitas produktif, baik dalam
produksi komponen otomotif maupun pengadaan jasa perbaikan otomotif.
Dari pengumpulan data yang dilakukan diperoleh gambaran tentang
komponen
penyelenggaraan
diklat
program
produktif sebagai
berikut:
(1)
pendekatan pembelajaran; (2) tingkat kemampuan guru program produktif; (3)
strategi pelaksanaan diklat produktif; dan (4) peran guru program produktif. Dalam
pendekatan pembelajaran, ditemukan bahwa pembelajaran berbasis kompetensi
belum dapat dilaksanakan secara maksimal, salah satunya karena untuk seluruh mata
128
diklat program produktif dalam pembelajarannya tidak menerapkan modul
pembelajaran dan instructional sheets kompetensi/sub kompetensi yang dirumuskan.
Sebagian besar guru program produktif, khususnya pengampu diklat Teknik
Mekanik Otomotif, telah memperoleh pembekalan atau penataran yang berkaitan
dengan diklat produktif. Dengan demikian kualifikasi kemampuan guru produktif
sebagian besar telah ditingkatkan. Sedangkan strategi pelaksanaan sebagian besar
telah disosialisasikan sebelum pembelajaran program produktif dilaksanakan.
23 Evaluasi Hasil Pembelajaran
Dalam pengumpulan data tentang bentuk evaluasi hasil pembelajaran
program produktif, diperoleh gambaran dalam beberapa hal, yaitu: (1) pelaksanaan
evaluasi hasil pembelajaran; (2) uji kompetensi dan sertifikasi; (3) peran guru
program produktif; dan (4) bentuk dukungan stakeholders. Dalam hal pelaksanaan
evaluasi hasil pembelajaran, dideskripsikan bahwa: (a) sebagian besar guru program,
produktif SMK melaksanakan evaluasi sumatif, artinya sebagian kecil yang
menerapkan evaluasi formatif dan sumatif, (b) sebagian, guru menerapkan
pendekatan PAN dan sebagian lagi menerapkan pendekatan PAP; dan (c)
dilaksanakan tes tertulis, namun tes tindakan tidak diterapkan secara optimaL
Evaluasi hasil pembelajaran ini bersifat internal, sehingga dilaksanakan oleh
guru pengampu mata diklat progran produktif. Untuk evaluasi kompetensi siswa,
kalangan SMK saat ini menyebut uji kompetensi. Pada tiga SMK yang menjadi
subyek penelitian, yang melaksanakan uji kompetensi adalah SMKN A dan SMKN
B, itupun tidak seluruh siswa diikutkan dalam uji kompetensi. Hal ini berkaitan
129
dengan penyelenggaraan uji kompetensi saat ini, di samping melibatkan guru/penguji
internal juga melibatkan pihak luar/Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) serta penguji
eksternal (external assessor), sehingga membutuhkan biaya cukup besar. Atas dasar
hal tersebut, maka pada tahap ini sekolah mengirimkan siswa-siswa yang prestasinya
baik untuk mengikuti uji kompetensi dan sertifikasi.
Dalam evaluasi dan uji kompetensi, peran pelaksana kurikulum program
produktif cukup signifikan, terutama dalam pelaksanaan evaluasi formatif dan
sumatif, serta dalam penyiapan guru program produktif yang ditunjuk sebagai
penguji internal. Dalam hal dukungan stakeholders (Du/Di dan asosiasi profesi)
terkait, antara lain berupa dukungan penguji eksternal (exsternal assessor), serta
penyediaan tempat uji kompetensi, jika di SMK tertentu tidak tersedia alat/mesin
untuk melaksanakan uji kompetensi keahlian tertentu. Sebagai penyelenggaraan uji
kompetensi, maka LSP menyusun materi uji kompetensi, serta menerbitkan sertifikat
kompetensi bagi siswa yang lulus. Gambaran pelaksanaan evaluasi dan uji
kompetensi yang berlangsung saat ini sebagai berikut:
Tabel 4.3
Pola Pelaksanaan Evaluasi dan Uji Kompetensi
Pembelajaran Program Produktif SMK
No
SMK
Evaluasi
Uji Kompetensi
Assessor
Sertifikasi
1.
SMKNB
Sumatif
Uji Kompetensi *)
Internal &
Eksternal
Profesi/LSP
2.
SMKNA
Formatif
& Sumatif
Uji Kompetensi *)
Internal &
Eksternal
Profesi/LSP
j.
SMK C
Sumatif
Internal
Prakerin
Keteranga * ) : siswa terpilih
—
130
Evaluasi proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan sebagian besar
guru program produktif, bersifat sumatif melalui tes yang dilaksanakan setiap selesai
pembelajaran. Sebagian guru juga program produktif belum menerapkan tes tindakan
(performance test) sebagai salah satu alat untuk mengukur prestasi hasil belajar
diklat produktif. Dari enam guru program produktif yang menjadi responden, hanya
tiga guru yang dalam evaluasi pembelajaran menggunakan teknik tes tindakan
sebagai salah satu teknik evaluasi hasil pembelajaran.
3. Pelaksanaan Tugas Guru Program Produktif
Secara riel pelaksana kurikulum program produktif di lapangan pada
dasarnya terdiri dari Ketua Program Studi (Ka Prodi) dan guru program produktif.
Dengan demikian tugas-tugas pengembangan kurikulum, perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan pelaksanaan evaluasi dan uji kompetensi,
secara riel dilaksanakan oleh ketua Prodi bersama-sama guru program produktif.
Dalam hal tugas pengembangan kurikulum, antara lain mencakup kegiatan
melakukan sinkronisasi (penyelarasan) kurikulum (GBPP) produktif agar selaras
dengan standar kompetensi (SKKNT) serta sesuai dengan kondisi/perkembangan
Du/Di atau institusi pasangan. Dalam tugas perencanaan pembelajaran, antara lain
mencakup kegiatan analisis proporsi pembelajaran produktif, penyusunan rencana
pembelajaran, dan penyusunan job sheet. Demikian juga tugas pelaksanaan proses
pembelajaran sampai dengan evaluasi dan uji kompetensi, merupakan bagian yang
melekat dalam kinerja pelaksana kurikulum program produktif.
131
Secara umum tugas-tugas pembelajaran seperti dijelaskan di atas, telah dapat
dilaksanakan oleh guru program produktif. Namun demikian hasil yang diperoleh
belum selaras dengan harapan dan prinsip pembelajaran program produktif, dengan
ciri utama berbasis kompetensi. Guru program produktif sebagian besar masih
bersifat rutinitas dalam melaksanakan tugas pembelajaran, yaitu menyusun rencana,
melaksaakan, dan melakukan evaluasi hasil pembelajaran. Dari pelaksanaan tugas
tersebut belum terlihat adanya pembaharuan atau inovasi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan program produktif.
4. Bentuk Dukungan Stakeholders Terkait
Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan khususnya SMK
pada dasarnya sangat diharapkan partisipasi dan dukungan riel dari kalangan institusi
pasangan, Du/Di atau asosiasi profesi Secara operasional, partisipasi dan dukungan
tersebut diharapkan dapat terjalin sejak perencanaan pendidikan, pengembangan
kurikulum, penyelenggaraan pembelajaran, evaluasi, hingga upaya-upaya penyaluran
tamatan. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa dukungan dan
partisipasi tersebut sebagian besar masih berkisar dalam penyelenggaraan diklat,
itupun sebagian besar dalam bentuk penyediaan tempat praktik kerja industri
(prakerin) atau magang; serta yang sekarang ini mulai baru tumbuh adalah dalam
pelaksanan uji kompetensi dan sertifikasi.
Secara substansial, sebenarnya partisipasi institusi pasangan (IP), Du/Dt atau
asosiasi profesi sangat dibutuhkan dalam proses penyelarasan kurikulum dan rencana
pembelajaran, di samping dalam pelaksanaan pembelajaran dan uji kompetensi.
132
Namun pada kenyataannya, dalam proses penyelarasan kurikulum dan rencana
pembelajaran, serta dalam pelaksanaan pembelajaran, hampir tidak dijumpai
dukungan dan partisipasi IP atau Du/Di secara memadai. Padahal pada dua kegiatan
itulah (penyelarasan kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran) sangat dibutuhkan
dukungan Du/Di atau IP, karena dalam pembelajaran kompetensi dan produksi,
dibutuhkan tingkat kesesuaian yang tinggi dengan lapangan yang akan menjadi
lapangan kerja lulusan.
S. Bentuk Dukungan Alat dan Fasilitas Diklat
Salah satu kondisi yang diharapkan sudah siap dan memadai dalam
pelaksanaan pembelajaran produktif adalah ketersediaan alat dan fasilitas diklat
Namun, berdasarkan studi awal dijumpai bahwa ketersediaan alat/fasilitas pokok
dalam pembelajaran produktif masih belum memadai, terutama pada SMK swasta
yang berakreditasi sedang. Dari sisi jumlah, alat/fasilitas pokok yang ada tidak
seimbang dengan jumlah siswa yang harus dilayani. Demikian juga dari sisi kualitas,
alat/fasilitas pokok yang ada sebagian besar mutunya tertinggal jauh dengan kondisi
dan perkembangan Du/Di. Satu hal lagi yang banyak menjadi hambatan guru
program produktif adalah alat bantu pembelajaran, serta media pembelajaran
dirasakan masin sangat kurang. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran
program produktif, khususnya pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif di
SMK swasta dengan akreditasi sedang, secara operasional belum berjalan secara
maksimal. Keadaan yang lebih baik, terutama dimiliki oleh dua SMK negeri yang
menjadi subyek studi pendahuluan. Beberapa sarana/alat dan bahan tergolong masih
133
cukup memadai, walaupun tidak dapat dikatakan mutakhir, namun secara
operasional masih memenuhi syarat untuk penyelenggaraan pembelajaran program
produktif.
6. Gambaran tentang Hasil Diklat (Kompetensi) Lulusan
Studi untuk mengungkap hasil diklat program produktif atau lebih tepat
disebut kompetensi lulusan, dilakukan terhadap instruktur lapangan (industri), tim
penguji (assessor) kompetensi, Ka prodi dan guru produktif, serta siswa. Studi ini
dijelaskan secara deskriptif, menyangkut dua aspek yaitu; tingkat kompetensi siswa
dan relevansi kompetensi siswa dengan kebutuhan lapangan kerja.
Dari sudut pandang pembimbing lapangan (industri) diperoleh gambaran
bahwa tingkat kompetensi siswa yang melakukan prakerin/magang, sebagian besar
belum memenuhi standar kerja di industri, terutama berkaitan dengan keterampilan
kerja yang dimiliki. Oleh karena itu, siswa perlu berlatih lebih maksimal, baik
sebelum prakerin di industri maupun selama prakerin, agar ke depan dapat memiliki
peluang yang besar untuk memperoleh sertifikasi kompetensi Namun demikian, dari
sisi sikap, perilaku, etos kerja siswa, sebatas yang dapat diamati, selama ini cukup
terjadi peningkatan. Hal ini diindikasikan bahwa siswa-siswa yang melakukan
prakerin di tempatnya, telihat semakin dewasa dan memiliki semangat kerja yang
semakin tinggi. Dari sisi kesesuaiannya dengan lapangan kerja, dijelakan bahwa hal
itu relatif, terutama jika dihubungkan dengan di mana siswa tersebut melakukan
prakerin. Namun diakui, memang ada beberapa siswa yang masuk prakerin terlihat
134
belum siap untuk melakukan kegiatan kerja sesuai dengan standar yang ada di
industri; sehingga dibutuhkan penyesuaian.
Dari sudut pandang tim penguji (assessor) kompetensi, terutama external
assessor, dijelaskan bahwa dalam tahap-tahap awal penyelenggaran uji kompetensi
seperti sekarang, memang belum begitu terlihat kualitas kompetensi siswa secara
signifikan terhadap standar kompetensi maupun tuntutan lapangan kerja. Dapat
diambil contoh, dari sekitar sepuluh siswa yang mengikuti uji kompetensi di bidang
keahlian otomotif, baru sekitar empat sampai lima siswa yang lulus sesuai standar
ITO (Ikatan Teknisi Otomotif). ITO merupakan lembaga sertifikasi profesi bidang
otomotif yang saat mi menjadi mitra Direktorat Dikmenjur untuk melakukan uji
kompetensi dan sertifikasi.
Dari sudut pandang Ka prodi dan guru program produktif, diperoleh
keterangan senada dengan penguji eksternal; bahwa untuk mencapai kompetensi
siswa sesuai standar ITO, guru produktif beserta siswa masih harus berjuang lebih
keras, dalam arti meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran
produktif Diakui oleh guru-guru program produktif, bahwa berbagai kendala dan
hambatan yang saat ini masih ada dalam pelaksanaan pembelajaran program
produktif sangat diharapkan segera dapat diatasi, baik melalui upaya-upaya internal
para guru maupun dukungan eksternal, terutama Du/Di. Secara internal, guru
program produktif berusaha memperbaiki penyelenggaraan pembelajaran mulai dari
penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan sampai dengan evaluasinya Untuk
itu, menurut keterangan guru, upaya maupun inovasi apapun yang berkaitan dengan
135
peningkatan pelaksanaan pembelajaran, khususnya program produktif, akan diterima
secara positif.
Dari sisi siswa, berbagai informasi seputar pelaksanaan uji kompetensi, baik
hambatan yang ada maupun prospek keberhasilannya, diyakini itu justru menjadi
pemacu dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa memang merasa ada hambatan
dalam mengikuti uji kompetensi, khususnya dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang memerlukan kecermatan dan disiplin tinggi sesuai standar industri, siswa masih
memerlukan pendidikan dan pelatihan yang lebih maksimal.
136
C. Pengembangan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan
Learning Guide dalam Rangka Implementasi Kurikulum SMK
Berdasarkan temuan/hasil survei terhadap model pembelajaran program
produktif SMK,
secara umum telah digambarkan bahwa enam komponen
pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum program produktif ternyata
tidak
berjalan secara
optimal;
bahkan
mengarah kepada ketidak-efektifan
pembelajaran program produktif yang selama ini berlangsung dalam meningkatkan
kompetensi produktif siswa. Dari enam komponen tersebut yang menjadi pokok
pengembangan adalah proses penyelenggaraan pembelajaran program produktif.
Dengan demikian, tindak lanjut penelitian ini adalah merumuskan pengembangan
desain model pembelajaran preskriptif program produktif, menjadi suatu model
operasional yang teruji efektif dalam meningkatkan kompetensi lulusan.
Sebagaimana telah
disebutkan bahwa sebagai
suatu desain
model
pembelajaran, secara operasional pembelajaran preskriptif memerlukan suatu
pendekatan dalam penerapannya. Pendekatan tersebut, di samping merupakan ciri
desain model yang dikembangkan, juga berfungsi untuk mengelaborasi aspek-aspek
pada komponen kondisi pembelajaran, dan komponen metoda/strategi pembelajaran.
Perangkat yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran preskriptif adalah
'The Learning Guide". Dengan demikian secara eksplisit rumusan pengembangan
model disebut sebagai: model pembelajaran preskriptif program produktif dengan
penerapan learning guide.
Pelaksanaan
pengembangan
model
pembelajaran
preskriptif program
produktif SMK dengan penerapan learning guide dalam penelitian ini mencakup dua
137
tahap, yaitu: (1) perumusan dan pengembangan komponen (isi) desain model; dan
(2) uji coba desain model, baik secara terbatas dan lebih luas. Kedua tahap tersebut
merupakan suatu rangkaian pengembangan dalam rangka menemukan model
penyelenggaraan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan
learning guide yang teruji efektif.
1. Pengembangan Komponen Desain Model Pembelajaran Preskriptif
Program Produktif
Perumusan dan pengembangan desain model pembelajaran preskriptif yang
dirancang dalam penelitian ini difokuskan pada desain model pembelajaran
Perbaikan Motor Otomotif pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Untuk
memperoleh peningkatan prestasi hasil belajar program produktif yang juga
mencerminkan kompetensi siswa, maka pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif
perlu dikembangan dalam tiga aspek secara terintegrasi, yaitu: pengembangan desain
rencana pembelajaran, desain pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil
pembelajaran. Dengan demikian secara spesifik, desain model pembelajaran
preksriptif program produktif dengan penerapan learning guide pada mata diklat
Perbaikan Motor Otomotif, mencakup komponen/isi sebagai berikut: (1) desain
model rencana pembelajaran; (2) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan (3)
desain model evaluasi hasil pembelajaran.
138
1.1. Desain Model Rencana Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan
Learning Guide
Menyusun rencana pembelajaran program produktif adalah langkah awal
dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif. Dalam langkah ini unsur
utama pelaksana kurikulum yaitu guru pada suatu mata diklat program produktif,
merumuskan rencana pembelajaran sesuai dengan rumusan kompetensi atau sub
kompetensi yang ada dalam GBPP program produktif Teknik Mekanik Otomotif,
serta sejalan dengan kondisi dan kebutuhan institusi pasangan maupun unit produksi
(UP) sekolah
Prosedur penyusunan rencana pembelajaran produktif, khususnya pada mata
diklat Perbaikan Motor Otomotif yang selama ini berlangsung di SMK, seperti
ditemukan dalam survei, menggambarkan prosedur yang tidak efektif serta tidak
sejalan dengan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi {compétence based) dan
berbasis produksi {production based). Secara konseptual perencanaan pembelajaran
program produktif harus menitikberatkan bentuk paket-paket pembelajaran (learning
packages) secara tuntas untuk setiap kompetensi/sub kompetensi yang harus dikuasai
siswa. Demikian juga, rumusan rencana pembelajaran harus mencerminkan
penekanan pada penguasaan dasar-dasar keahlian yang luas, kuat, serta penguasaan
alat dan teknik bekerja yang tepat Dengan demikian, setiap guru program produktif
harus mampu membuat rencana pembelajaran yang mencakup aspek/komponen
sebagai
berikut:
(1)
tujuan
pembelajaran,
(2)
metoda/strategi pembelajaran, (4) alokasi waktu,
evaluasi.
materi
pembelajaran,
(3)
(5) alat dan bahan, dan (6)
139
Dari hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar guru program produktif
pada dasarnya telah membuat rencana pembelajaran program produktif yang
mencakup keseluruhan aspek/komponen di atas; namun demikian setidaknya ada
empat aspek yang sebagian besar tidak memiliki keselarasan dengan tujuan
pembelajaran yang dirumuskan, baik dari sisi substansi maupun kedalamannya, yaitu
aspek materi pembelajaran, metoda/strategi, alat dan bahan, dan evaluasi. Pada
keempat aspek tersebut banyak terjadi guru program produktif tidak merumuskan
rencana pembelajaran secara benar dan sesuai/selaras dengan tujuan pembalajaran.
Misalkan dalam rencana pembelajaran dirumuskan tujuan pembelajaran khusus
sebagai berikut siswa dapat menjelaskan fungsi kepala silinder, namun setelah
dianalisis pada empat aspek yang disebutkan di atas sebagian besar belum sejalan
dengan tujuan yang akan dicapai.
Dengan
pengembangan
mendasarkan
kepada
dalam perumusan
fakta
rencana
tersebut
penulis
pembelajaran program
melakukan
produktif,
khususnya pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif Rumusan rencana
pembelajaran tersebut dikembangkan bersama antara penulis dengan guru pengampu
mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, serta menitikberatkan kepada pengembangan
prosedur dan isi/substansi materi pembelajaran yang selama ini terlaksana. Dengan
demikian secara spesifik dapat dinilai hasil pengembangannya dibandingkan dengan
model yang selama ini berlangsung. Secara bagan dapat dideskripsikan hasil
pengembangan desain model rencana pembelajaran preskriptif program produktif
sebagai berikut:
140
Tabel :4.4
Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model
Rencana Pembelajaran Preskriptif Program Produktif
Deskripsi Hasil
Kondisi Sebelum
Aspek
No
Pengembangan
Pengembangan
1) Berisi rumusan tentang 1) Berisi rumusan tentang kompetensi
1. Tujuan
Pembelajaran
kompetensi
yang akan dicapai
2.
Materi
Pembelajaran
1) Tidak mendukung ru- 1) Bersisi bahan ajar yang mendukung
musan kompetensi yang
kompetensi yang akan dicapai;
akan dicapai;
2) Disusun berhentak penyelesaian
2) Disajikan per pokok
tugas pembelajaran per kompetensi;
bahasan;
3) Dikemas dalam bentuk modul
3) Tidak dihimpun dalam
pembelajaran setiap kompetensi/sub
bentuk modul pembekompetensi
lajaran
3.
Metoda/
Strategi
Pembelajaran
1) Lebih menekankan perlakuan klasikal dengan
metoda utama ceramah
dan tanya jawab;
2) Tidak menerapkan pembelajaran modular
1) Bersifat preskriptif, dengan tahap:
a. menjelaskan materi sesuai
kompetensi yang akan dicapai;
b-memberikan tugas pembelajaran
secara bertahap (task-focused) dan
diberikan petunjuk pelaksanaan per
kompetensi;
c. memberikan layanan pembelajaran
(individualized instruction);
A memberikan layanan pembelajaran
tuntas per kompetensi.
2) Menerapkan learning guide, dengan
langkah:
a. guru menjelaskan materi sesuai
kompetensi;
b. siswa membaca dan memahami
modul pembelajaran;
c. siswa membaca dan memahami
learning guide;
d. siswa membaca dan memahami job
sheets;
e. siswa menyelesaikan tugas secara
bertahap dengan acuan learning
steps;
f. siswa melakukan self check;
g. siswa melakukan tes tertulis dan
tindakan;
h. guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa
141
1 4.
1) Sesuai dengan bobot dan lingkup
materi
Alokasi
waktu
1) Sesuai dengan bobot dan
lingkup materi
5.
Alat/Bahan
1) Bahan
pembelajaran 1) Bahan pembelajaran mendukung
kurang sejalan dengan
tujuan dan disusun per kompetensi;
tujuan dan materi;
2) Alat pembelajaran sesuai rumusan
kompetensi yang akan dicapai
6.
Evaluasi
1) Tersedia remedial tetapi
tidak
ada
program
pengayaan (enrichment);
2) Tidak mengintegrasikan
tes tertulis dan tes
tindakan
]) Dirancang
program
pengayaan
(enrichment);
2) [ntegrasi antara tes tertulis (written
tesi)
dengan
tes
tindakan
(performance lesi)
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat deskripsi hasil pengembangan desain
model rencana pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yang
mencakup beberapa komponen/aspek yang mengarah kepada prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Dalam mengembangkan desain model
rencana pembelajaran tersebut penulis bersama dengan guru mata diklat Perbaikan
Motor Otomotif merumuskan secara intensif sehingga menjadi rencana pembelajaran
yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
sebelum pengembangan.
Empat komponen rumusan rencana pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan tabel 4.4 adalah: (1) materi pembelajaran, berisi bahan ajar yang
mendukung kompetensi yang akan dipelajari; disusun berbentuk penyelesaian tugas
per kompetensi;
dan dikemas
dalam
bentuk modul
pembelajaran
setiap
kompetensi/sub kompetensi; (2) metoda/strategi pembelajaran, bersifat prescriptive
artinya memberikan resep/petunjuk bagi guru dan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran; (3) alat dan bahan pembelajaran, sesuai mendukung tujuan yang akan
dicapai serta sesuai dengan rumusan kompetensi; (4) evaluasi pembelajaran,
142
dirancang program pengayaan serta mengintegrasikan antara tes tertulis (wriiten test)
dan tes tindakan (performance test).
1.2. Desain Model Pelaksanaan Pembelajaran Preskriptif dengan
dengan Penerapan Learning Guide
Pelaksanaan pembelajaran program produktif pada dasarnya merupakan
langkah pokok dalam implementasi kurikulum program produktif. Pembelajaran
program produktif, dalam pelaksanaannya secara konseptual perlu mendasarkan
kepada beberapa pendekatan pembelajaran; dua diantaranya yang berkaitan langsung
dengan diklat program produktif adalah: pembelajaran berbasis kompetensi dan
berbasis produksi. Berdasarkan temuan studi lapangan dijelaskan bahwa seluruh
mata diklat program produktif belum dikembangkan modul pembelajaran beserta
panduan pembelajaran (learning guide) sesuai dengan rumusan kompetensi/sub
kompetensi. Sebagian besar guru program produktif hanya terfokus rencana
pembelajaran yang disusun berdasarkan pada GBPP produktif, sehingga tidak
mengembangkan modul pembelajaran dan panduan pembelajaran tuntas untuk setiap
kompetensi yang harus dikuasai siswa. Keadaan lain adalah peserta diklat
diperlakukan secara klasikal. Pada saat bersamaan guru produktif kurang mendorong
siswa terlibat dalam pemanfaatan secara maksimal unit produksi (UP) sekolah
sebagai salah satu sarana pembelajaran produktif; walaupun pada dasarnya sekolah
memiliki potensi untuk mengembangkan unit produksi (UP). Demikian juga pada
sekolah-sekolah yang telah memiliki unit produksi secara baik, kecenderungan guru
kurang melibatkan siswa dalam aktivitas UP, khususnya dalam pembelajaran
143
produktif. Dengan fakta tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran
program produktif di SMK yang berlangsung selama ini tidak sejalan dengan
pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi.
Secara konseptual prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi dalam
pelaksanaannya antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
a. Fokus kegiatan pembelajaran mengarah kepada penguasaan kompetensi oleh
peserta diklat;
b. Kondisi proses belajar peserta, harus memiliki kesepadanan dengan kondisi
di mana kompetensi tersebut akan digunakan;
c. Aktivitas belajar peserta bersifat perseorangan; antara satu peserta dengan
peserta lainnya tidak ada ketergantungan; dengan demikian siswa tidak
diperlakukan secara klasikal;
d. Harus tersedia program pengayaan (enrichment) bagi peserta yang lebih cepat
dan program perbaikan (remedial) bagi peserta yang lebih lamban, sehingga
perbedaan irama perkembangan belajar setiap peserta dapat dilayani.
Sedangkan prinsip pembelajaran berbasis produksi dalam pelaksanaannya berciri
sebagai berikut:
a. Dilaksanakan bekerjasama dengan unit produksi atau institusi pasangan;
b. Setiap peserta/kelompok peserta dapat dibagi tugas sesuai dengan jenis
pekerjaan dan tingkat kompetensi masing-masing, tetapi tetap dalam prosedur
dan standar kerja yang menjamin ketepatan waktu dan mutu hasil pekerjaan
yang dituntut oleh konsumen;
144
c. Untuk memperoleh hasil maksimal, pembelajaran berbasis produksi harus
didukung oleh: (a) fasilitas yang siap pakai dengan kepresisian standar, (b)
guru yang memiliki profesionalisme dan dedikasi tinggi; (c) kesiapan bekerja
tidak semata-mata bergantung kepada jam kerja sekolah; (d) sikap
menghargai kepuasan konsumen; (e) sikap komitmen kepada kualitas;
d Hasil pembelajaran merupakan produk jadi yang layak jual atau bagianbagian produk (komponen) yang dapat dirakit menjadi produk yang layak
jual.
Dengan merujuk kepada konsepsi pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi
dan produksi serta mendasarkan kepada keadaan lapangan
khususnya dalam
pelaksanaan pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif, maka dikembangkan desain
model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan
learning guide, dengan memberikan tekanan kepada tiga hal, yaitu:
(a) tugas
pembelajaran diberikan dengan prinsip prescriptive, menekankan layanan individual
(individualized instruction) sesuai tahapan pembelajaran dan dikemas dalam bentuk
modul pembelajaran; (b) menerapkan perangkat learning guide mencakup penerapan
format learning guide, job sheet,
learning steps, dan self check dan perangkat
evaluasi secara optimal; (c) menerapkan pembelajaran modular.
Dalam model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan
learning guide memberikan peluang layanan pembelajaran secara individual kepada
siswa serta memberikan arahan secara rinci tahapan tugas pembelajaran yang harus
dilakukan
siswa, bagaimana dan kapan melakukannya.
Dengan demikian,
menerapkan model ini adalah suatu pendekatan yang memberikan peluang
145
meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran program produktif. Sebagaimana
dikemukakan oieh Blank (1982:194) bahwa panduan pembelajaran (learning guide)
adalah sarana pembelajaran yang dirancang dengan baik dan dikembangkan secara
cermat untuk memberikan arahan secara rinci kepada siswa dalam proses
pembelajaran, menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang tepat, kapan dan berapa
lama bahan tersebut dibutuhkan, sehingga tiap siswa memiliki waktu yang cukup
untuk dapat menguasai tugas-tugas yang diberikan.
Dengan mendasarkan kepada karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi
dan produksi, serta pengembangan model preskriptif dengan penerapan panduan
pembelajaran (learning guide) seperti dijelaskan di atas, maka berikutnya
dirumuskan desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif.
Artinya, prosedur pelaksanaan pembelajaran program produktif merujuk kepada
konsep pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, sedangkan bentuk
kegiatan/langkah pembelajaran dirumuskan sesuai dengan karakteristik pembelajaran
program produktif, lebih khusus sesuai dengan karakteristik mata diklat Perbaikan
Motor Otomotif.
Hasil pengembangan desain model pelaksanaan pembelajaran
preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide digambarkan sebagai
berikut:
146
Tabel: 4.5
Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model
Pelaksanaan Pembelajaran Preskriptif Program Produktif
No
1.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Pengembangan
Sebelum Pengembangan
1) Pembelajaran dilaksana- 1) Tugas pembelajaran diberikan menggunakan
prinsip preskriptif melalui tahap:
kan tanpa menerapkan
a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang
tahap dan pembimbingan
akan dicapai;
bersifat klasikal;
b. memberikan tugas pembelajaran secara
bertahap (task-focused) dan diberikan
petunjuk pelaksanaan per kompetensi;
c. memberikan layanan pembelajaran individual
(individualized instruction);
d. memberikan layanan pembelajaran tuntas per
kompetensi.
2) Pemanfaatan job sheets
hanya diterapkan oleh 2) Kegiatan pembelajaran menerapkan learning
guide, dengan langkah:
beberapa instruktur pada
a
guru menjelaskan materi sesuai kompetensi;
SMK
tertentu
dalam
b.
siswa membaca dan memahami modul
bentuk/versi yang berpembelajaran;
beda-beda;
c. siswa membaca dan memahami learning
guide;
d. siswa membaca dan memahami job sheets;
e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap
dengan acuan learning steps;
f. siswa melakukan self check,
g. siswa melakukan tes tertulis dan tindakan;
L guru memfasilitasi dan memotivasi kegiatan
pembelajaran siswa.
Rumusan desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program
produktif dengan penerapan learning guide yang dikembangkan seperti pada tabel
4.5, secara umum merujuk kepada karakteristik dan prinsip pembelajaran program
produktif serta mendasarkan kepada konsep pembelajaran preskriptif dengan
penerapan learning guide. Namun demikian, secara spesifik desain model ini
merujuk kepada keadaan pembelajaran mata diklat Perbaikan Motor Otomotif.
147
Desain model ini pada dasarnya berupaya menegaskan kembali peran guru sebagai
fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan diklat di dalam/luar kelas. Di luar dua
peran tersebut, semaksimal mungkin harus dikurangi, sehingga menciptakan
pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa juga diberikan tanggung jawab
lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran produktif, dengan menentukan kapan
dia harus mulai, harus melaksanakan, kapan proses dan hasil diklat
harus
konsultasikan/konfirmasikan kepada guru untuk memperoleh masukan, serta kapan
dia merasa siap untuk melakukan tes tertulis maupun tes tindakan.
13. Desain Model Evaluasi Hasil Pembelajaran Preskriptif
dengan Penerapan Learning Guide
Evaluasi hasil pembelajaran program produktif adalah kegiatan penilaian
terhadap hasil belajar siswa pada mata diklat produktif, yang meliputi kegiatan
pengukuran, analisis dan penafsiran hasil pengukuran, seria pemberian nilai terhadap
tingkat penguasaan suatu kompetensi yang dicapai. Dengan penjelasan tersebut,
evaluasi hasil pembelajaran program produktif pada dasarnya mempunyai tiga tujuan
utama, yaitu: (1) mengetahui sejauhmana siswa telah mencapai kemajuan belajar,
sebagai bahan perimbangan dalam menetapkan kegiatan perbaikan selanjutnya;
dalam hal ini evaluasi diklat memiliki fungsi formatif (formative evaluation); (2)
mengetahui tingkat keberhasilan peserta, sebagai bahan pertimbangan dalam
menetapkan apakah yang bersangkutan berhasil (lulus) atau belum baik dalam suatu
tingkat kompetensi ataupun dalam menempuh suatu program pembelajaran; dalam
hal ini evaluasi berfungsi sumatif (summative evaluation), (3) mengetahui tingkat
148
penguasaan siswa terhadap kompetensi-kompetensi pada keahlian tertentu sesuai
dengan yang dipersyaratkan (standardized) dunia kerja, agar yang bersangkutan
dapat dinyatakan ahli (mastery) pada keahlian tersebut; dalam hal ini evaluasi
berfungsi untuk mengukur penguasaan kompetensi (competence evaluation) yang
biasanya berbentuk uji kompetensi dan sertifikasi.
Dalam pembelajaran di kelas, guru program produktif dituntut mampu
merancang dan melaksanakan evaluasi baik bersifat formatif maupun sumatif.
Berdasarkam hasil evaluasi formatif, maka guru akan menetapkan langkah perbaikan
dalam suatu pembelajaran kompetensi, baik dalam bentuk remedial (remedial
teaching) maupun pengayaan (enrichment). Sedangkan berdasarkan hasil evaluasi
sumatif, guru dapat menentukan apakah siswa dapat melanjutkan ke paket
kompetensi berikutnya, ataupun berhasil dalam menyelesaikan suatu mata diklat
tertentu.
Permasalahan mendasar dalam pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran
program produktif khususnya pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif,
berdasarkan temuan studi lapangan, adalah bahwa guru program produktif
beranggapan bahwa tes performansi dalam evaluasi diklat produktif adalah penting,
namuo sebagian guru program produktif tidak melaksanakan dengan alasan tes
performansi memerlukan pengelolaan yang rumit Tes performansi (tes tindakan)
yang dilaksanakan oleh sebagian guru juga tidak dikelola secara efektif melalui
penggunaan format-format penilaian secara benar. Dari sisi acuan penilaian yang
digunakan, guru produktif sebagian menggunakan penilaian acuan patokan (PAP)
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan hasil penilaian, sedangkan sebagian
149
yang lain menggunakan pendekatan penilaian acuan norma (PAN). Hal ini ternyata
sejalan dengan pendekatan pelaksanaan diklat yang belum menitik beratkan paketpaket kompetensi secara tuntas.
Jika menilik prinsip dan karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi dan
produksi, maka kegiatan evaluasi hasil pembelajaran program produktif seharusnya
dilaksanakan dengan prinsip dan prosedur sebagai berikut
a. Evaluasi dilakukan dengan menitikberatkan pada penguasaan prosedur
kinerja. Oleh karena itu di samping menggunakan tes tertulis (written test),
juga harus
digunakan tes unjuk kerja (performance test) guna menjamin
ketuntasan penguasaan standar minimal kompetensi yang harus dikuasai
setiap peserta secara perseorangan;
b. Sesuai
dengan
karekteristik
pendekatan PAP,
maka
evaluasi
hasil
pembelajaran program produktif perlu dilaksanakan dengan prosedur :
1). Kegiatan evaluasi diawali dengan menetapkan patokan batas lulus, atau
standar minimal penguasaan kompetensi yang akan dijadikan acuan
dalam menetapkan kelulusan peserta;
2). Jenis kompetensi dan tingkat penguasaan minimal yang dijadikan patokan
ditetapkan berdasarkan standar yang berlaku di lapangan kerja yang
relevan;
3). Patokan atau standar yang dijadikan acuan bersifat mutlak (tetap) dan
berlaku untuk semua peserta diklat;
150
4). Tidak cukup menggunakan teknik tes yang hanya mengungkapkan
kemampuan menjelaskan (essay), tetapi harus sampai kepada tes tindakan
(action test) yang dapat mengungkap kinerja (performance) peserta;
5). Tingkat atau batas penguasaan minimal yang dijadikan standar atau
patokan dalam menetapkan keberhasilan/penguasaan peserta, ditentukan
atas dasar urgensi dan tingkat kekritisan kompetensi yang dinilai dalam
pelaksanaan pekerjaan di lapangan kerja;
6). Setiap peserta yang dapat mencapai dan atau melampaui patokan atau
standar minimal yang ditetapkan, dinyatakan mampu atau berhasil.
Sebaliknya mereka yang tidak atau belum mencapai standar minimal
dinyatakan belum berhasil;
7). Hasil penilaian mberlakukan secara perseorangan untuk setiap peserta.
Jika diperlukan, terhadap mereka yang berhasil dilakukan pengkategorian
atau grading nilai-nilai hasil belajat/diklat, sehingga diperoleh gambaran
kualitas atau derajat keberhasilan setiap peserta terhadap peserta lain;
8). Perpindahan proses pembelajaran dari satu materi kompetensi ke
kompetensi
berikutnya
ditetapkan
atas
dasar
ketuntasan
hasil
belajat/diklat (mastery leaming). Dengan demikian harus dilakukan
penilaian pada setiap materi kompetensi pembelajaran, untuk menetapkan
apakah seorang peserta telah mencapai kompetensi minimal yang harus
dikuasai dan dapat direkomendasikan untuk beralih ke satuan kompetensi
berikutnya.
151
Dari beberapa prinsip evaluasi hasil pembelajaran program produktif seperti
dijelaskan di atas, pada akhirnya dirumuskan desain model evaluasi hasil
pembelajaran preskripuf program produktif dengan penerapan learning gucde,
dengan mendasarkan kepada tiga prinsip utama, yaitu: (1) dilaksanakan evaluasi
formatif dan sumatif; (2) menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; dan (3)
mengintegrasikan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan untuk menilai penguasaan
setiap kompetensi/sub kompetensi yang dikuasai siswa. Dilaksanakannya evaluasi
formatif dan sumatif, mengingat bahwa evaluasi pada dasarnya merupakan bagian
integral dari proses pendidikan dan pelatihan, sehingga senantiasa harus mengacu
dan sejalan dengan prinsip-prinsip pendidikan dan pelatihan yang berlaku pada
kurikulum SMK. Demikian juga keharusan konsisten dengan pendekatan PAP,
karena kemampuan dan kompetensi yang dicapai oleh peserta harus dirujuk
kesesuaiannya dan kualifikasinya (standarnya) dengan kebutuhan lapangan kerja;
sehingga perlu dicapai standar (patokan) minimal kompetensi yang dibutuhkan dunia
kerja. Untuk mencapai dua hal tersebut, maka evaluasi hasil pembelajaran program
produktif tidak cukup dengan hanya menggunakan teknik tes tertulis, melainkan
harus sampai kepada tes tindakan.
Hasil pengembangan desain model evaluasi hasil pembelajaran preskriptif
program produktif digambarkan dalam tabel di bawah ini.
152
Tabel: 4.6
Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model
Evaluasi Hasil Pembelajaran Preskriptif Program Produktif
No
1.
Evaluasi Pembelajaran Produktif
Sebelum Pengembangan
1) Evaluasi pembelajaran:
a. Evaluasi pembelajaran cenderung
bersifat final (sumatif);
b. Sebagian menerapkan pendekatan
PAN dan sebagian pendekatan
PAP;
c. Dilaksanakan tes tertulis, namun
tes tindakan tidak dikelola secara
efektif.
Evaluasi Pembelajaran Produktif Hasil
Pengembangan
1) Evaluasi pembelajaran:
a Dilaksanakan evaluasi formatif dan
sumatif;
b. Menggunakan pendekatan PAP
secara konsisten;
c. Dilaksanakan tes tertulis dan tes
tindakan secara terintegrasi untuk
setiap kompeteosi/sub kompetensi
dengan format spesifik
1.4. Pengembangan Komponen Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan
Learning Guide (Fokus pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif)
Desain model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan
learning guide dalam
rangka implementasi
kurikulum
SMK yang telah
dikembangkan, mencakup tiga aspek yaitu: (1) desain model rencana pembelajaran;
(2) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan (3) desain model evaluasi hasil
pembelajaran; secara spesifik difokuskan kepada suatu mata diklat dalam program
produktif, yaitu Perbaikan Motor Otomotif. Ketiga desain model yang telah
dikembangkan tersebut sebelum diimplementasikan, disusun dalam bentuk rencana
pembelajaran pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif. Namun demikian, pada
mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, dengan kompetensi Memperbaiki kerusakan
motor otomotif, di dalamnya mencakup sebelas sub kompetensi, yaitu sub
kompetensi: (1) menggunakan dan merawat peralatan perbaikan motor otomotif; (2)
memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan; (3) memperbaiki kerusakan pada
sistem pendinginan, (4) memeriksa dan memperbaiki blok motor dan kepala silinder;
153
(5) memeriksa dan memperbaiki poros engkol dan perlengkapannya;
(6)
memperbaiki kerusakan mekanisme katup dan kelengkapannya; (7) memperbaiki
kerusakan pada sistem bahan bakar bensin konvensional; (8) memperbaiki kerusakan
pada sistem bahari bakar diesel; (9) memperbaiki kerusakan pada sistem pemasukan
bahan bakar dan pembuangan gas bekas; (10) membongkar, memeriksa, menyetel
dan merakit kembali motor bensin; (11) membongkar, memeriksa, menyetel dan
merakit kembali motor diesel. Untuk keperluan pengembangan ini dipilih tiga sub
kompetensi sebagai subyek atau materi pengembangan desain model, untuk
berikutnya memasuki tahapan ujicoba, baik terbatas maupun uji coba lebih luas, serta
tahap validasi model. Ketiga sub kompetensi yang dipilih adalah: (l) memperbaiki
kerusakan pada sistem pelumasan mesin; (2) memperbaiki kerusakan pada sistem
pendinginan mesin; dan (3) memeriksa dan memperbaiki kerusakan pada kepala
silinder.
Secara keseluruhan mata diklat Perbaikan Motor Otomotif memiliki alokasi
waktu 240 jam pembelajaran @ 45 menit, yang tersedia bagi sebelas sub kompetensi
seperti di atas. Berdasarkan distribusi alokasi waktu yang dirancang antara instruktur
dengan peneliti, alokasi waktu untuk sub kompetensi Memperbaiki kerusakan pada
sistem pelumasan mesin sebanyak 9 jam diklat. Dengan proporsi minimum 70%
praktik dan maksimum 30% teori, maka minimum 6 jam diklat digunakan untuk
kegiatan praktikum (pembelajaran keterampilan) dan maksimum 3 jam diklat untuk
pembahasan teorenk (pembelajaran pengetahuan). Kegiatan pembelajaran suatu mata
diklat program produktif pada dasarnya tidak mengenal istilah pembelajaran teori
154
atau praktik, kedua aspek tersebut secara ideal terintegrasi dalam suatu kegiatan
pembelajaran.
Setelah ditetapkan sub kompetensi yang menjadi subyek atau materi
pengembangan desain model, berikutnya penulis bersama instruktur program
produktif menyusun rancangan pembelajaran program produktif, merujuk kepada
desain model yang telah dirumuskan yaitu desain model rencana pembelajaran,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil, serta menggunakan penerapan learning guide.
Secara utuh, pendekatan ini mencakup pengembangan komponen sebagai berikut:
(1) menghimpun modul pembelajaran tiap kompetensi/sub kompetensi; (2)
penyusunan learning guide; (3) penyusunan job sheet untuk suatu sub kompetensi;
(4) penyusunan learning steps, (5) penyusunan self check, untuk masing-masing
tujuan khusus pembelajaran; dan (6) penyusunan instrumen tes, meliputi wrilten test
dan performance test untuk suatu sub kompetensi yang diajarkan. Hasil penyusunan
desain model pembelajaran preksriptif dengan penerapan learning guide pada mata
Diklat Perbaikan Motor Otomotif, secara lengkap disajikan dalam lampiran.
Desain model pembelajaran preskriprif program produktif dengan penerapan
learning guide pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif; kompetensi:
Memperbaiki kerusakan motor otomotif; sub kompetensi: Memperbaiki kerusakan
pada sistem pelumasan; Memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan; dan
Memeriksa dan memperbaiki kerusakan kepala silinder, selanjutnya oleh guru
program produktif menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaraa Secara
spesifik rancangan tersebut mengacu kepada pendekatan pembelajaran berbasis
kompetensi dan produksi, sehingga strategi/skenario pelaksanaan pembelajaran dan
155
evaluasinya, dilaksanakan dengan menitikberatkan pada pencapaian standar
kompetensi minimal, serta pengembangan keterampilan produksi siswa. Rencana
pembelajaran tersebut,
selanjutnya memasuki
tahap ujicoba dalam
bentuk
pelaksanaan pembelajaran pada sekolah dan kelas yang telah ditetapkan sebagai
subyek penelitian.
2. Uji Coba Desain Model
Suatu desain model pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum
yang telah dirancang secara cermat dan saksama, untuk dapat diterapkan di lapangan
perlu dilakukan serangkaian ujicoba untuk mengetahui apakah desain model yang
dikembangkan dapat diterapkan dengan benar serta apakah kendala-kendala yang
dijumpai dalam pelaksanaan model di lapangan. Demikian juga dengan desain model
pembelajaran preskripaf program produktif dengan penerapan learning guide,
khususnya dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran Memperbaiki Kerusakan Motor
Otomotif yang telah dikembangkan. Untuk mencapai maksud tersebut, maka dalam
uji coba ini dilakukan pengamatan dan pencatatan, di samping untuk menilai
kekuatan dan kelemahannya, hasil pengamatan dan pencatatan juga merupakan dasar
dalam melakukan perbaikan pada uji coba berikutnya. Uji coba desain model ini
dilakukan berulang/bertahap, hingga diperoleh model yang siap diimplementasikan.
Uji coba desain model dilakukan dalam dua tahap, yaitu ujicoba terbatas
{preliminary field testing) dan uji coba lebih luas (main field testing). Ujicoba
terbatas dilakukan sebanyak tiga kali, dan ujicoba lebih luas dilakukan sebanyak tiga
kali. Setiap uji coba memerlukan waktu sebanyak 9 x 45 menit, sesuai dengan
156
jumlah jam
pembelajaran
Memperbaiki
Kerusakan
Motor Otomotif yang
berlangsung saat ini. Ada dua aspek utama yang dilakukan penilaian terhadap hasil
ujicoba desain model ini, yaitu: (1) Internal, yang mencakup: fleksibilitas struktur
dan isi desain model; dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru; dan. peningkatan
kompetensi siswa; dan (2) Hambatan dan keterbatasan penerapan desain model.
Dengan demikian kedua aspek utama tersebut terinci dalam empat aspek yang akan
dilakukan penilaian dalam uji coba desain model.
Deskripsi desain model pembelajaran preskriptif program produktif siap
ujicoba terbatas dapat dideskripsikan sebagai berikut:
2.1. Deskripsi Desain Model Siap Ujicoba Terbatas
Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif
dengan Penerapan Leaming Guide Siap Ujicoba Terbatas
Pclaksaoaan
Pembelajaran
Rencana Pembelajaran
Aspek
I l.TujuanPem* belajaran
I
2. Materi Pembelajaran
i
3. Metoda/
Strategj
Pembelajaran
Deskripsi
1) Berisi rumusan tentang
kompetensi yang skan
dicapai
1) Bersisi bahan ajar yang
mendukung
kompetensi
yang akan dicapai;
2} Disusun berbentuk penyelesaian tugas pembelajaran
per kompetensi;
3) Dikemas dalam bentuk
modul pembelajaran setiap
kompetensi/sub kompetensi
1) Dirancang bersifat preskriptif, dengan tahap:
a. menjelaskan
materi
sesuai kompetensi yang
akan dicapai;
b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap
(lask-focused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi;
c. menerapkan
pembela-
1)
Tugas pembelajaran
diberikan
menggunakan prinsip preskriptif, dengan tahap:
a menjelaskan materi
sesuai kompetensi
yang akan dicapai;
b. memberikan tugas
pembelajaran secara
bertahap
(taskfocused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi;
c. menerapkan pembelajaran
individual
(individualized
histniction);
d. menerapkan pembelajaran kompetensi.
modular,
tuntas.
berbasis pioduksi.
dan dunia kerja
Evaluasi Hasil
Pembelajaran
1) Evaluasi pembelajaran:
a. Dilaksanakan
evaluasi formatif dan sumatif;
b. Menggunakan
pendekatan PAP
secara konsisten;
c. Dilaksanakan
tes tertulis dan
tes
tindakan
secara terintegrasi untuk setiap
kompetensi/sub
kompetensi
dengan format
spesifik.
157
jaran individual (individualized instruction);
d. menerapkan
pembelajaran kompetensi, modular,
tuntas, berbasis
produksi, dan dunia kerja
L
t
\
2) Dirancang menerapkan
learning guide, dengan
langkah:
a. guru menjelaskan materi
sesuai kompetensi;
b. siswa membaca dan
memahami
modul
pembelajaran;
c. siswa membaca dan
memahami
learning
guide;
d. siswa membaca dan
memahami job sheets;
e. siswa
menyelesaikan
tugas secara bertahap
dengan acuan learning
steps;
f. siswa melakukan self
check.
g. siswa melaksanakan tes
tertulis dan tindakan;
h. guru memfasilitasi kegiatan
pembelajaran
siswa.
4.Alokasi waktu
I) Sesuai dengan bobot dan
lingkup materi
5. AJat/
Bahan
Pembelajar
an
1) Bahan
pembelajaran
mendukung tujuan dan
disusun per kompetensi;
2) Alat pembelajaran sesuai
rumusan kompetensi yang
akan dicapai
6. Evaluasi
1) Dirancang program pengayaan (enrichment);
2) Integrasi antara tes tertulis
(yvritten test) dengan tes
tindakan (performance lest)
2) Kegiatan pembelajaran
menerapkan leaming
guide, dengan langkah:
a. guru
menjelaskan
materi sesuai kompetensi;
b. siswa membaca dan
memahami modul
pembelajaran;
c. siswa membaca dan
memahami leaming
guide;
d. siswa membaca dan
memahami
job
sheets;
e. siswa menyelesaikan
tugas secara bertahap dengan acuan
leaniing steps;
f. siswa
melakukan
self chec/r.
g. siswa melaksanakan
tes tertulis
dan
tindakan;
h. guru memfasilitasi
dan
memotivasi
kegiatan pembelajaran siswa.
Bagan 4.1: Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif
dengan Penerapan Learning Guide Siap Ujicoba Terbatas
158
Deskripsi desain model pada bagan 4.1 di atas mencakup tiga sub model,
yaitu desain inodel rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran. Sesuai dengan tahap pengembangan dalam studi ini, maka kerangka
desain model tersebut berikutnya memasuki tahap ujicoba terbatas.
2.2. Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Terbatas
Uji coba desain model dalam skala terbatas ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui tingkat keterapan model oleh guru, serta kendala-kendala yang dijumpai
dalam penerapan model. Dengan melakukan penilaian terhadap keempat aspek uji
coba yang dirumuskan di atas dalam setiap tahap uji coba, selanjutnya desain mode!
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Uji coba terbatas dilakukan sebanyak tiga
kali dengan materi (sub kompetensi) berbeda, sehingga pada uji coba pertama,
kedua, dan ketiga, guru mengalami uji coba desain model dengan materi/isi
pembelajaran yang bervariasi. Diharapkan memasuki uji coba ketiga dapat diperoleh
rumusan desain model yang siap diuji coba lebih luas. Lokasi uji coba ini di SMKN
D Semarang dengan mengambil subyek kelas dua semester tiga program keahlian
Teknik Mekanik Otomotif, dengan jumlah siswa 36 orang dan guru 2 orang.
Dari pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan penilaian terhadap empat aspek
seperti disebutkan di atas, yaitu: fleksibilitas isi dan struktur desain model, dukungan
terhadap
pelaksanaan
tugas
guru,
hambatan/keterbatasan desain model.
peningkatan
kompetensi
siswa,
dan
159
2.2.1. Fleksibilitas Isi dan Struktur Desain Model
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa desain model yang dikembangkan
secara spesifik berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran program produktif, yaitu
model pembelajaran preskriptif dengan penerapan panduan pembelajaran (the
learning guide) pada mata diklat Pebaikan Motor Otomotif. Komponen panduan
pembelajaran yang dikembangkan mencakup format learning guide, job sheet,
iearning steps, sel/ check, dan instrumen tes kompetensi.
Dari format panduan
pembelajaran yang dikembangkan tersebut tentu memiliki tata urutan, struktur,
maupun sistematika yang telah dikembangkan oleh penulis bersama para guru.
Melalui ujicoba terbatas yang diberikan kepada dua orang guru program produktif di
SMK D Semarang, diperoleh masukan berkaitan dengan isi dan struktur masingmasing komponen desain model {learning guide, job sheet, learning steps, self
check, dan instrumen tesf); serta keterterapan di lapangan.
1). Isi Komponen Desaia Model
Desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning
guide secara utuh mencakup komponen modul pembelajaran, learning guide,
job sheet, learning steps, self check, dan perangkat tes kompetensi. Melalui
ujicobc terbatas, masing-masing komponen desain model tersebut diterapkan
dan dinilai oleh guru program produktif, untuk diberikan masukan berkaitan
dengan isi dan substansi yang terkandung pada masing-masing komponen
learning guide.
160
Pada ujicoba kesatu, guru masih mencoba mendalami isi dan
substansi desain model serta mengkaji masing-masing komponen learning
guide. Ada beberapa pertanyaan dari guru berkaitan dengan isi dan substansi
desain model dan komponen learning guide, namun setelah diberikan
penjelasan oleh penulis, guru dapat memahami substansi desain model dan isi
komponen learning guide. Dengan demikian pada ujicoba kesatu tidak terdapat
masukan perbaikan terhadap isi dan substansi komponen learning guide.
Demikian juga memasuki ujicoba kedua dan ketiga, secara konseptual, isi dan
substansi komponen desain model dapat dipahami dan diterapkan oleh guru
program produktif.
2). Struktur/Tata Urutan Desain Model
Pada ujicoba kesatu, guru masih mengajukan beberapa pertanyaan
berkaitan dengan slruktur/tata urutan learning guide dan komponennya.
Pertanyaan yang diajukan adalah apakah penerapan model pembelajaran
preskriptif dengan penerapan learning guide tidak bertentangan dengan
kurikulum 2004. Setelah mendapatkan penjelasan bahwa secara substansial,
dalam pendekatan dan perencanaan pembelajaran, antara kurikulum SMK 1999
dengan kurikulum SMK 2004 tidak terdapat perbedaan, yaitu mendasarkan
pada
pendekatan
pembelajaran
kompetensi
preskriptif
dan produksi.
dengan
penerapan
Namun demikian
learning guide
format
memiliki
struktur/tata urutan yang spesifik antara lain learning guide, learning steps, self
schek, dan instrumen tes. Setelah memperoleh penjelasan tentang struktur/tata
161
urutan ini, akhirnya guru dapat memahaminya, dan berikutnya menerapkan
dalam uji coba Dengan demikian sejak uji coba pertama hingga ketiga,
struktur/tata urutan desain model pembelajaran program produktif secara
prinsip dapat dipahami oleh guru subyek uji coba.
3). Keterterapan di lapangan
Untuk menilai keterterapan desain model ini di lapangan, peneliti
melakukan pengamatan dan diskusi dengan guru subyek uji coba, selama uji
coba pertama rangga ke tiga. Pada uji coba pertama memang ada beberapa
pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan isi/uraian dalam format learning
guide, learning steps, self check dan instrumen tes yang dirasa asing bagi
mereka. Tetapi hal itu tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep desain
model secara keseluruhan, sehingga dengan cepat guru dapat memahami dan
menerapkannya, terutama memasuki uji coba kedua dan ketiga. Dengan
demikian, secara prinsip desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif
program produktif dengan penerapan learning guide memiliki peluang yang
besar untuk diterapkan dan dilanjutkan ujicobanya untuk dinilai terhadap
komponen lain dalam uji coba
Dengan penjelasan hasil ujicoba terbatas yang berkaitan dengan
fleksibilitas isi dan struktur desain model di atas, maka diketahui bahwa pada
ujicoba
terbatas,
secara
perubahan/penyempurnaan
internal
desain
model
tidak
mengalami
secara spesifik. Masukan dan saran guru masih
bersifat umum, belum berhubungan dengan isi dan struktur desain model.
162
2.2.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru
Dalam impelementasi suatu kurikulum dalam bentuk pembelajaran, sudah
barang tentu memerlukan persyaratan kerja atau tugas dari pelaksana di lapangan,
khususnya guru, agar dapat tercapai hasil secara maksimal. Demikian halnya dengan
penyelenggaraan pembelajaran program produktif, diperlukan peran dan kinerja guru
secara profesional agar hasil pembelajaran dalam bentuk kompetensi siswa dapat
tercapai. Namun demikian berdasarkan temuan dalam studi pendahuluan, peran dan
kinerja guru program produktif belum sejalan dengan tuntutan dan kriteria
pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi. Dalam konteks tertentu, peran dan
kinerja guru tersebut kadang tidak berhubungan dengan pemahamannya terhadap
substansi kurikulum. Artinya, bisa jadi pemahaman guru terhadap substansi
kurikulum
benar,
tetapi
kinerja
yang
ditunjukkan
tidak
sesuai
dengan
tuntutan/kriteria yang diharuskan. Sebagai contoh, sebagian besar guru memahami
bahwa dalam pembelajaran kompetensi perlu didukung modul pembelajaran dan
instructional sheets sesuai dengan kompetensi yang dirumuskan; namun demikian
hampir semua guru produktif tidak menyusun dan menerapkan paket pembelajaran
tersebut dalam pembelajaran.
Uji coba desain model ini, secara spesifik akan dililmt/dinilai dampaknya atau
dukungannya terhadap pelaksanaan tugas guru, terutama dalam hal; kemampuan
menyusun rencana rjembelajaran; kemampuan melaksanakan proses pembelajaran;
dan kemampuan melakukan evaluasi hasil pembelajaran.
163
1). Menyusun rencana pembelajaran
Walaupun kegiatan menyusun rencana pembelajaran pada dasarnya
adalah salah satu tugas pokok guru, namun dalam beberapa hal guru ternyata
memerlukan penyesuaian/sosialisasi dalam menyusun rencana pembelajaran
berbasis kompetensi dan produksi. Hal ini tentu juga ada kaitannya dengan
keadaan bahwa sebagian besar guru masih beranggapan bahwa secara umum
pembelajaran kompetensi tidak berbeda dengan pembelajaran yang menekankan
bidang studi, sehingga layanan pembelajarannya masih bersifat klasikal. Desain
model yang dikembangkan ini diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas
guru dalam menyusun rencana pembelajaran program produktif.
Seperti banyak dijumpai pada pelaksanaan studi pendahuluan,
sebagian
besar
guru
program
produktif belum
menyiapkan rencana
pembelajaran secara utuh mencakup materi, strategi, alat dan bahan, serta
rencana evaluasi pembelajaran sesuai dengan karakteristik pembelajaran
kompetensi dan produksi. Guru program produktif masih bersifat kompilatif
dalam menyiapkan rencana pembelajaran, belum dikemas dengan prinsip
prescriptive dengan penerapan pedoman pembelajaran (learning guide) per
kompetensi atau sub kompetensi. Pada uji coba kesatu ini guru diberikan
kesempatan menyusun secara utuh rencana pembelajaran sesuai prinsip model
pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide tersebut. Namun
demikian,
guru
terlihat
belum
maksimal
dalam
menyusun
rencana
pembelajaran dalam bentuk pedoman pembelajaran secara utuh per kompetensi
atau sub kompetensi, yang mencakup learning guide, job skeet. learning steps.
164
sel/ check, dan perangkat tes kompetensi. Ada kesan guru masih kerepotan
dalam menyusun rencana pembelajaran, namun demikian dalam pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran tidak dijumpai kendala berarti.
Memasuki uji coba kedua guru berusaha menyusun rencana pembelajaran
untuk sub kompetensi (Memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan
mesin) sesuai model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning
guide,
yang
pembelajaran,
mencakup:
penyusunan
menghimpun
pedoman
materi
dalam
pembelajaran
bentuk
modul
(learning
guide),
penyusunan job sheet, menyusun learning steps, self check, dan perangkat tes
kompetensi.
Pada uji coba ketiga, guru mulai dapat secara mandiri menyiapkan
rencana pembelajaran sesuai model pembelajaran preskriptif dengan penerapan
pedoman pembelajaran (learning guide) untuk sub kompetensi: Perbaikan
kerusakan kepala silinder. Hal pokok yang dapat diperoleh dalam ujicoba
terbatas ini adalah diperoleh rumusan desain model rencana pembelajaran
sesuai model preskriptif dengan pendekatan pedoman pembelajaran (learning
guide) yang sesuai/sejalan dengan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi
dan produksi.
2). Melaksanakan proses pembelajaran
Di kalangan guru terdapat pemahaman yang umum, bahwa rangkaian
pembelajaran adalah kegiatan belajar di kelas yang diawali pembukaan,
dilanjutkan pelaksananaan pembelajaran, dan diakhiri penutup atau evaluasi.
165
Kegiatan pembelajaran juga masih dipahami sebagai aktivitas transfer of
knowtedge, atau transfer of skills dari guru kepada siswa, dengan posisi siswa
sebagai subyek pasif yang harus siap menerima. Keadaan seperti inilah yang
masih banyak dijumpai, hingga memasuki uji coba pertama dalam uji coba
terbatas ini.
Memasuki
uji coba kesatu, dengan desain model dan pendekatan
pembelajaran yang telah disusun bersama antara guru dengan penulis, ternyata
guru masih menemui kendala dalam menerapkan skenario/strategi pembelajaran.
Pada awal uji coba guru masih terbawa dengan pola lama (konvensional), di
mana dia sebagai aktor utama di kelas, dan menempatkan siswa sebagai subyek
pasif yang siap menerima transfer pengetahuan dan keterampilan Irama
pembelajaranpun masih menggunakan pola pembukaaan, pelaksanaan belajar,
dan penutup. Melalui serangkaian diskusi dan masukan dari penulis, pada
akhirnya guru dapat memahami bahwa model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan pedoman pembelajaran {learning guide) yang telah dikembangkan
memiliki keunggulan berfokus kepada siswa, memberikan layanan pembelajaran
secara individual, mempermudah pelaksanan tugas guru, serta membangkitkan
partisipasi dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Pada uji coba kedua, guru mulai memiliki keyakinan dalam menerapkan
model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Dengan
dukungan komponen pedoman pembelajaran seperti modul pembelajaran,
learning guide, job sheet, learning steps, self check dan instrumen tes, maka guru
lebih siap melaksanakan pembelajaran dengan penerapan learning guide. Namun
166
demikian, terdapat beberapa catatan dari pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan learning guide, yang diterapkan guru dalam uji coba kedua, yaitu:
(a) guru masih belum maksimal dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran;
masih ada kecanggungan guru dalam mamfasilhasi siswa untuk melakukan
belajar secara mandiri. Dalam uji coba kedua ini guru masih dominan sebagai
sumber informasi dan cenderung masih mendominasi suasana kelas; (b) dalam
pelaksanaan
pembelajaran
guru
sudah
menunjukkan
perannya
sebagai
pembimbing bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar, guru mengamati
prosedur dan unjuk kerja siswa serta memberikan penjelasan berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran; (c) guru menyarankan dibuat panduan/prosedur
pelaksanaan pembelajaran bagi guru yang menggambarkan alur interaksi siswa
dan guru. Dari uji coba kedua ini dapat dideskripsikan bahwa kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran sesuai desain model yang dirancang, masih
perlu perbaikan/penyempurnaan terutama dalam mengelola alur pembelajaran.
Hal tersebut diupayakan dapat diperbaiki pada saat uji coba ketiga.
Pada ujicoba ketiga, walaupun belum dibuat panduan prosedur pelaksanaan
pembelajaran namun secara spesifik telah diperoleh- perbaikan dalam pengelolaan
pembelajaran. Ini terlihat dari kemampuannya dalam memberikan penjelasan
kepada siswa tentang isi panduan pembelajaran (learning guide). Demikian juga
kemampuan guru dalam memberikan layanan dan respon (balikan) terhadap
pertanyaan siswa pada tahap-tahap pembelajaran (learning steps), sehingga telah
terjalin interaksi yang efektif antara guru dan siswa dalam pembelajaran.
Kegiatan evaluasi pembelajaran juga telah terlaksana dengan baik, dengan
167
memberikan kesempatan kepada siswa yang telah siap lebih dahulu untuk
melaksanakan tes tertulis dan tes tindakan.
Secara garis besar deskripsi pelaksanaan proses pembelajaran Perbaikan
Motor Otomotif yang dilaksanakan guru pada ujicoba terbatas kesatu, kedua dan
ketiga, digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel: 4.7
Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Kesatu
Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan iearning guide
Sub Kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Pelumasan Mesin
Kegiatan yang ditampilkan Siswa
Kegiatan yang ditampilkan
Guru
1. Menjelaskan
materi
tentang
sistem 1. Mengkaji buku sumber secara
berkelompok karena belum tersedia
pelumasan mesin, namun belum dalam
modul
diklaf,
bentuk modul diklaf,
2. Belum memberikan kesempatan siswa untuk 2. Siswa masih ragu-ragu akan
mengajukan pertanyaan terhadap
mengajukan pertanyaan;
penjelasan guru;
3. Langsung menjelaskan Iearning guide, job
sheet; deskripsi Iearning steps; dan prosedur 3. Mengkaji secara umum penjelasan
menggunakan datar cek (self check) tetapi
guru tentang Iearning guide, job
bersifat pengantar umum
sheet, iearning steps, dan prosedur
selfcheck.
4. Menginformasikan tes yang perlu dilakukan
4. Mengkaji prosedur tes tertulis dan tes
siswa;
tindakan;
5. Memberi
kesempatan
siswa
untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami;
5. Belum timbul pertanyaan dari siswa;
melaksanakan tugas/
6. Memneisilahkan siswa mulai mengerjakan 6. Memulai
pekerjaan;
tugas;
7. Terkesan belum siap memberikan layanan/ 7. Menanyakan dan memeriksakan
tahapan penyelesaian tugas tetapi
jawaban terhadap pertanyaan siswa;
belum sesuai tujuan khusus;
8. Terkesan
belum
maksimal
dalam
memberikan layanan pelaksanaan tes tertulis; 8. Terkesan belum percaya diri
melaksanakan tes tertulis;
9. Berusaha melaksanakan tes tindakan bagi
9. Agak
kurang
percaya
diri
siswa secara bertahap.
melaksanakan tes tindakan
Dari tabel 4.7 di atas dapat dijelaskan bahwa pada ujicoba kesatu, guru belum
menghimpun modul pembelajaran sesuai sub kompetensi, serta masih memberikan
pengantar bersifat, umum terhadap penerapan perangkat Iearning guide. Idealnya,
168
guru dapat secara rinci menjelaskan isi dan cakupan komponen learning guide yang
mencakup learning guide, job sheet, learning steps, dan sel/check. Demikian juga
secara rinci menjelaskan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan. Kondisi seperti ini
ternyata berdampak kepada kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran.
Siswa terlihat belum fokus terhadap substansi pembelajaran, serta belum terarah
kepada tahap-tahap pembelajaran. Demikian juga sampai dengan pelaksanaan tes
tertulis dan tes tindakan, siswa terkesan belum siap dan percaya diri. Berdasarkan
hasil ujicoba kesatu tersebut penulis bersama guru melakukan diskusi untuk
mengadakan perbaikan dalam pelaksanaan ujicoba berikutnya.
Tabel: 4.8
Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Kedua
Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan learning guide
Sub Kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Pedinginan Mesin
Kegiatan vang ditampilkan Guru
I .Menjelaskan materi tentang sistem pendinginan
mesin dan kerusakan yang biasa terjadi, sudah
dalam bentuk modul diklar,
2. Memberikan kesempatan siswa untuk
mengajukan pertanyaan;
3. Menjelaskan isi dan cakupan learning guide,
namun masih berkesan memberikan pengantar
pembelajaran
4.Menjelaskan isi dan cakupan job sheet; deskripsi
learning steps sesuai tujuan khusus; dan prosedur
menggunakan daftar cek {sel/check).
5.Menjelaskan prosedur tes yang perlu dilakukan
siswa;
6. Memberi kesempatan siswa untuk mengkaji isi
dan cakupan Learning guide secara keseluruhan
sebelum melaksanakan tugas;
7.Mempersilahkan siswa mulai mengerjakan tugas;
8. Siap memberikan layanan/jawaban terhadap
pertanyaan siswa;
9.Siap memberikan layanan pelaksanaan tes
tertulis;
10. Melaksanakan tes tindakan bagi siswa yang siap.
Kegiatan yang ditampilkan Siswa
1.Secara individual mengkaji modul
pembelajaran
tentang sistem
pendinginan mesin;
2.Masih terkesan ragu-ragu dalam
mengajukan pertanyaan terhadap
penjelasan guru;
3.Mengkaji penjelasan guru tentang
learning guide, job sheet, learning
steps, dan prosedur self check.
4,Mengkaji prosedur tes tertulis dan
tes tindakan;
S.Mengkaji isi dan cakupan Learning
guide secara cermat;
6.Memulai melaksanakan tugas/
pekerjaan;
7. Menanyakan dan memeriksakan
tahapan penyelesaian tugas;
8. Siap melaksanakan tes tertulis;
9.Terkesan belum percaya diri dalam
melaksanakan tes tindakan
169
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat adanya langkah-langkah perbaikan
dari guru dalam penerapan learning guide dalam pembelajaran Perbaikan Motor
Otomotif pada sub kompetensi Memperbaiki kerusakan sistem pendinginan
mesin. Penulis dan Guru sudah menghimpun modul diklat sesuai sub
kompetensi. Walaupun masih bersifat pengantar dalam menjelaskan learning
guide, namun sudah menjelaskan secara rinci isi dan cakupan job sheet, learning
steps, dan self cheek. Demikian juga guru sudah menjelaskan prosedur tes tertulis
dan tes tindakan. Hal yang cukup ideal ditunjukkan guru dalam ujicoba ini adalah
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkaji learning guide
secara keseluruhan sebelum melaksanakan tugas. Alur kerja seperti ini,
memberikan dampak kepada kesiapan siswa untuk melaksanakan pembelajaran
baik secara individual maupun secara kelompokSiswa terlihat sejak awal sudah
fokus kepada substansi/materi diklat serta konsetrasi kepada tahap-tahap
pembelajaran. Walaupun terkesan ragu-ragu dalam mengajukan pertanyaan,
tetapi pertanyaan siswa beranjak dari isi learning guide dan learning steps.
Dalam tahap ujicoba ini siswa telah terlibat secara inten terutama dalam
mengkaji isi dan cakupan learning guide secara cermat. Namun demikian dalam
tes tindakan siswa terlihat belum menunjukkan percaya diri secara penuh. Hal ini
dapat dimaklumi, mengingat format-format learning guide yang digunakan
masih tergolong baru bagi mereka, sehingga membutuhkan waktu untuk
penyesesuaian.
Berdasarkan
ujicoba
kedua tersebut,
penulis dan guru
170
merumuskan langkah-langkah perbaikan, diharapkan untuk ujicoba berikutnya
dapat dicapai hasil lebih optimal.
Tabel: 4.9
Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Ketiga
Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan leaming guide
Sub Kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Kepala Silinder Mesin
Kegjatan yang ditampilkan
Guru
1.Menjelaskan modul pembelajaran tentang
kepala silinder dan kerusakan yang biasa
terjadi;
2.Memberikan kesempatan siswa untuk
mengajukan pertanyaan;
3 .Memberi kesempatan siswa untuk
mengkaji isi dan cakupan Leaming guide
secara keseluruhan sebelum melaksanakan tugas pekerjaan;
4 .Mempersilahkan siswa mulai mengerjakan tugas;
5.Memberikan layanan/jawaban terhadap
pertanyaan masing-masing siswa;
6. Memberikan layanan pelaksanaan tes
tertulis;
7.MenyeIenggarakan tes tindakan bagi
siswa yang siap.
Kegiatan yang ditampilkan Siswa
l.Secara individual mengkaji modul diklat
tentang kepala silinder dan kerusakan
yang biasa terjadi;
2. Mengajukan pertanyaan terhadap
penjelasan guru;
3.Mengkaji isi dan cakupan Leaming guide
(leaming guide, job sheet, leaming steps,
dan self check) secara cermat;
4.Memu)ai melaksanakan tugas/pekerjaan;
5.Menanyakan dan memeriksakan kepada
guru sesuai tahapan penyelesaian tugas;
6.Siap melaksanakan tes tertulis;
7.Siap melaksanakan tes tindakan
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dijelaskan bahwa guru secara bertahap
menunjukkan peningkatan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran
Perbaikan Motor Otomotif melalui pembelajaran sub kompetensi Memperbaiki
kerusakan pada kepala silinder.
Memasuki
ujicoba ketiga, guru telah
menunjukkan kemampuannya mengelola pembelajaran. Modul diklat telah
disiapkan dan menjadi komponen dalam pembelajaran; demikian juga pada tahap
pembelajaran berikutnya guru telah menerapkan learning guide secara konsisten
sebagai perangkai pembelajaran. Pada ujicoba ketiga, terlihat guru telah
171
menerapkan langkah sistematis serta memberikan layanan secara individual
secara benar kepada siswa. Dari langkah secara sistematis tersebut, berdampak
kepada kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dimulai dari mengkaji
komponen learning guide secara cermat, membaca modul pembelajaran,
menanyakan/mengkosultasikan kepada guru, hingga sampai mengikuti tes
tertulis dan tes tindakan. Untuk berikutnya, kegiatan yang dilaksanakan oleh guru
maupun siswa dalam desain pembelajaran dengan penerapan learning guide ini,
pada dasarnya tidak mengalami perubahan secara berarti; artinya pola
pengelolaan kelas dalam desain model ini pada akhirnya berkisar seperti pola
yang ditampilkan pada ujicoba terbatas ketiga tersebut.
3). Melakukan evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi pembelajaran yang dimaksud dalam tahap ini adalah penilaian hasil
pembelajaran untuk setiap kompetensi/sub kompetensi. Secara umum, prosedur
dan kriteria yang diterapkan pada langkah evaluasi ini cakupannya meliputi
beberapa tujuan pembelajaran dalam suatu kompetensi/sub kompetensi. Dalam
konteks ini, dari tiga kali ujicoba secara terbatas, dilakukan tiga kali evaluasi
pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk tes tertulis dan tes tindakan.
Sesuai dengan desain model yang dirumuskan, maka evaluasi ini bersifat
sumatif, dengan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP), dan bersifat layanan
individual.
Sesuai dengan sub kompetensi yang telah dipilih, berikutnya penulis bersama
guru mengembangkan tes tertulis dan tes tindakan untuk tiga sub kompetensi
172
yang diujicobakan. Tes tertulis (written tesi) dikembangkan dalam bentuk pilihan
ganda (multipte choise) dengan maksud mengungkap pengetahuan teknis siswa
berkaitan dengan kompetensi/sub kompetensi yang diajarkan.
Sedangkan tes
tindakan {performance test) dilaksanakan setelah siswa mampu menjawab tes
tertulis 100 % benar. Tes tindakan pada dasarnya merupakan kegiatan
mendemonstrasikan pengetahuan teknis yang dimiliki siswa sesuai jawaban
dalam tes tertulis, melalui penyelesaian tugas pekerjaan sesuai kompetensi/sub
kompetensi yang dirumuskan.
Pada ujicoba kesatu, setelah naskah tes jadi, kemudian dilaksanakan di kelas.
Dalam tahap ini guru pada dasarnya sudah mampu memahami substansi tes
(tertulis dan tindakan), serta mampu mengelola pelaksanaan tes. Sebab dalam
desain ini, siswa yang telah menyelesaikan tahap pembelajaran {iearning steps)
secara tuntas dan telah siap, dapat melaksanakan tes. Pada ujicoba kedua guru
tidak mengalami kendala; demikian juga memasuki ujicoba ketiga bahkan dua
guru yang menjadi subyek ujicoba merasa memiliki kemudahan dalam
melaksanakan evaluasi dalam bentuk tes tertulis dan tes tindakan, karena merasa
didukung pengalaman melakukan balikan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Secara khusus, kemampuan evaluasi ini memang tidak diukur kinerjanya, namun
dideskripsikan secara kualitatif selama guru melaksanakan dan mengelola tes
tertulis dan tes undakan.
Deskripsi hasil ujicoba terbatas desain model dilihat dari aspek fleksibilitas
isi dan struktur, serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, ditampilkan
dalam tabel di bawah ini.
173
Tabel 4.10
Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Pada Aspek
Fleksibilitas Desain Model dan Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru
Fleksibilitas Desain
Model
uc
Ke
1
2
3
Sub Kompetensi
Memperbaiki kerusakan
pada sistem pelumasan
Memperbaiki kerusakan
pada sistem pendinginan
Memperbaiki kerusakan
kepala silinder
Dukungan terhadap Pelaksanaan
Tugas Guru
Menyusun MelaksaMelakuRencana
nakan.
kan EvaPembelaPembelaluasi
jaran
jaran
Isi
Struktur
75%
75%
75%
75%
100 %
75%
100%
100 %
100%
100%
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh gambaran bahwa aspek fleksibilitas
isi dan struktur desain model secara bertahap dapat ditingkatkan penerapannya, yaitu
ditunjukkan bahwa memasuki ujicoba ke tiga, isi dan struktur desain model dapat
dipahami sepenuhnya (100%) oleh guru. Demikian juga pada aspek dukungan
terhadap pelaksanaan tugas guru, terlihat bahwa memasuki ujicoba kedua dan ketiga,
guru sudah dapat sepenuhnya menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan penerapan learning
guide. Atas dasar tabel 4.10 tersebut diketahui bahwa desain model pembelajaran
preskriptif dengan penerapan learning guide, dalam aspek fleksibilitas isi dan
struktur tidak mengalami perubahan/perbaikan; namun demikian diperlukan tahap
penyesuaian bagi guru agar desain model dapat dipahami dan diterapkan secara
maksimal oleh guru.
174
2.23. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif
Fokus utama pengembangan pembelajaran program produktif pada dasarnya
adalah diperolehnya peningkatan prestasi siswa hasil pembelajaran diklat produktif.
Melalui perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan rencana pembelajaran,
perbaikan dalam pelaksaan proses pembelajaran, serta penyempurnaan dalam sistem
evaluasi hasil pembelajaran, melalui penerapan model pembelajaran preskriptif
dengan penerapan Jearning guide, diharapkan akan diperoleh sumbangan secara
signifikan terhadap peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif, sesuai dengan
karakteristik mata diklat yang diajarkan. Dalam penelitian ini yang dikembangkan
model pembelajarannya adalah mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, yang
memiliki karakteristik pendekatan berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Untuk
itu ukuran pencapaian hasil pembelajaran pada mata diklat tersebut pada dasarnya
mencakup dua ranah yang terintegrasi dalam satu dimensi yaitu peningkatan
kompetensi hasil belajar siswa sesuai standar yang dirumuskan.
Dalam hubungan ini,
peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif
dideskripsikan dalam bentuk skor kumulatif hasil tes tertulis dan dan tes tindakan
pada masing-masing ujicoba pembelajaran. Hasil peningkatan prestasi siswa hasil
diklat produktif disajikan dalam tabel 4.11 berikut ini.
175
Tabel 4.11
Deskripsi Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif
Hasil Ujicoba Terbatas Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif
dengan Penerapan learning guide
Kegiatan
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
1
2
2
3
1
3
N
Rata-rata
Stand. Dev.
Nilai t
Df
36
36
36
36
36
36
68,67
71,28
71,28
76,19
68,67
76,19
2,00
1,80
1,80
2,79
2,00
2,79
10,45
70
1-tabel pada
a = 0,05
2,000
9,34
70
2,000
14,14
70
2,000
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa hasil pengukuran
prestasi siswa yang berbentuk skor rata-rata kumulatif masing-masing ujicoba
berbeda (meningkat) secara signifikan. Skor rata-rata kumulatif ujicoba kedua lebih
tinggi dari pada ujicoba kesatu; skor hasil ujicoba ketiga lebih tinggi dari ujicoba
kedua; dengan demikian hasil ujicoba ketiga lebih tinggi dari ujicoba kesatu. Secara
statistik, kenaikan skor rata-rata kumulatif tersebut perbedaannya teruji secara
signifikan. Hal ini memiliki arti bahwa ujicoba dalam skala terbatas model
pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara signifikan
memberikan peningkatan terhadap kompetensi siswa
2.2.4. Dukungan Alat, Bahan dan Stakeholders Terkait
Selama ujicoba terbatas desain model, pada dasarnya dibutuhkan alat dan
bahan pembelajaran sesuai dengan sub kompetensi yang dipelajari. Bahan dan alat
tersebut sebenarnya juga perlu disediakan guru sebagaimana guru menyelenggarakan
pembelajaran pada umumnya Namun demikian, karena desain model yang
176
dikembangkan merupakan hal baru bagi mereka, maka diperlukan tahap-tahap
penyesuaian.
Tabel 4.12
Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Desain Model
Pada Aspek Dukungan Alat dan Bahan serta Stakeholders
uc
Sub Kompetensi
Keselarasan Dukungan
Alat dan Bahan
Alat
Bahan
75%
75%
Potensi
Dukungan
Stakeholders
75%
ke
1
Memperbaiki kerusakan sistem pelumasan
2
Memperbaiki kerusakan sistem pendinginan
75%
100 %
75%
3
Memperbaiki kerusakan kepala silinder
100%
100%
75%
Pada tabel 4.12 di atas ditunjukkan keselarasan penerapan desain model
dengan dukungan alat dan bahan. Memasuki ujicoba ketiga, guru sudah sepenuhnya
dapat menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan dalam penerapan desain
model. Namun demikian, pada aspek potensi dukungan Du/Di, sampai dengan
ujicoba ketiga, masih belum terlihat; artinya penyelenggaraan pembelajaran sampai
dengan ujicoba ketiga ini belum melibatkan pihak Du/Di, masih dikelola oleh guru
program produktif dan dilaksanakan di laboratorium/bengkel sekolah.
2.2.5. Perkembangan Hasit Ujicoba Terbatas Desain Model
Dalam ujicoba terbatas desain model, secara spesifik dilakukan penilaian
terhadap lima aspek yaitu: fleksibilitas isi dan struktur, dukungan terhadap
pelaksanaan tugas guru, peningkatan kompetensi siswa, keselarasan dengan
dukungan alat dan bahan, serta potensi dukungan stakeholders.
Sesuai dengan
177
tahap-tahap ujicoba terbatas, kelima aspek tersebut menunjukkan perkembangan
tertentu, seperti digambarkan dalam tabel 4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13
Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Desain Model
Pada Seluruh Aspek Ujicoba
No
1
2
Aspek Ujicoba
Fleksibilitas Desaui Model:
1). Keselarasan isi dengan tujuan pembelajaran
2). Keselarasan isi dengan topik sah kompetensi
yang dipelajari
3). Kemanfaatan masing-masing komponen
desaui model dalam pembelajaran
4). Kejelasan tata urutan komponen desaui
model
Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru:
5). Menyusun rencana pembelajaran
6). Melaksanakan pembelajaran
7). Melaksanakan evaluasi
R) Pf-ninglrafan prp«;ta<d «iiwa fslrnrrata-
4
5
rata)
Keselarasan dukungan Alat dan Bahan:
9). Ketersediaan alat dalam penerapan desain
model
10). Ketersediaan bahan dalam penerapan
desain model
Potensi dukungan Du/Di
11). Jumlah dukungan Du/Di d^lam penerapan
desain model
12). Intensitas dukungan Du/Di dalam
penerapan desaui model
Kategori hasil pada t jicoba ke
1
2
3
75%
75 %
100 %
75%
75 %
100%
75%
100%
100 %
75%
100 %
100 %
75%
75%
100 %
68,67
100 %
100 %
100 %
71,28
100 %
100 %
100 %
76,19
75%
75%
100 %
75%
100 %
100 %
75%
75%
75%
75%
75%
75%
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan hasil
ujicoba desain model menunjukkan kecenderungan yang meningkat; artinya
memasuki ujicoba ketiga sebagian besar aspek desain model menampakkan hasil
meningkat, menuju keadaan
100%; kecuali pada aspek potensi dukungan
stakeholders yang cenderung tetap. Secara bagan, perkembangan hasil ujicoba
178
terbatas pada seluruh aspek desain model tersebut dapat digambarkan dalam diagram
di bawah ini:
Z7I
• 1 Fleksibilitas Desain Model
• 2 Dukungan thd Tugas Guru
r
•3 Peningkatan Prestasi Diklat
Produktif
I
i!
• 4 Dukungan Alat dan Bahan
a -
'i
• 5 Dukungan Stakeholders
U j ¡coba Ke
50
4
1—
1
Ujicoba t
Ujcoba II
.
Ujicoba IH
Bagan 4.2
Diagram Perkembangan Aspek-Aspek Desain Model Dalam Ujicoba Terbatas
2.2.6. Hambatan/Keterbatasan Uji Coba Terbatas.
1). Hambatan
Hambatan dalam pelaksanan ujicoba terbatas dapat dijelaskan dalam dua
konteks, yaitu: (a) hambatan umum, dan (b) hambatan khusus. Hambatan umum,
179
yang dimaksud adalah hambatan yang berkaitan dengan kesulitan non teknis
yang diakibatkan oleh faktor eksternal seperti manajemen sekolah (SMK) subyek
ujicoba; dan dukungan guru program produktif dalam pelaksanaan ujicoba.
Secara umum, faktor-faktor eksternal tersebut tidak termasuk dalam kategori
hambatan/kendala, bahkan dapat dikatakan seluruhnya memberikan dukungan
dan memperlancar pelaksanaan ujicoba.
Hambatan khusus, dimaksudkan adalah kesulitan/kendala teknis yang
berkaitan dengan substansi (faktor internal) pelaksanaan ujicoba, antara lain
menyangkut:
desain
model,
penyiapan
perangkat
model,
pengelolaan
pelaksanaan ujicoba, maupun tingkat keterterapannya. Dari faktor-faktor internal
tersebut, dapat dideskripsikan hambatan/kendala teknis yang dijumpai sebagai
berikut: (a) kurangnya komitmen guru dalam menyusun/menghimpun bahanbahan diklat menjadi modul diklat untuk tiap kompetensi/sub kompetensi.
Selama ini ternyata hanya sebagian kecil guru yang memiliki komitmen tinggi
untuk menyusun/menghimpun bahan diklat menjadi modul pembelajaran untuk
tiap kompetensi/sub kompetensi. Padahal, modul pembelajaran merupakan
pendukung utama dalam penerapan model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan learning guide. Berkaitan dengan kendala ini, sangat diharapkan
komitmen guru untuk menyusun modul diklat sesuai dengan kompetensi/sub
kompetensi yang telah dirumuskan; (b) Pemahaman guru terhadap kerangka
dasar desain model ini belum utuh artinya masih sepotong-sepotong, sehingga
antara perangkat model (job sheet, learning guide, learning steps, dan self
check), penyusunan/ penghimpunan modul diklat, penyusunan instrumen tes,
180
dengan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasinya, seolah merupakan tahaptahap yang terspisah. Padahal, tahap-tahap tersebut merupakan kesatuan yang
utuh dalam penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan
learning
guide.
Dengan
demikian,
model
ini
akan
lebih
mudah
diimplementasikan jika didasari oleh pemahaman guru yang utuh terhadap
kerangka dasar desain model ini. Diharapkan pada ujicoba lebih luas sudah dapat
diperoleh pemahaman yang utuh dari guru.
2). Keterbatasan Pelaksanaan Ujicoba Terbatas
Keterbatasan dalam pelaksanaan ujicoba desain model skala terbatas, dapat
dijelaskan sebagai berikut: (a) walaupun keterlibatan guru telah sesuai dengan
tahap-tahap pelaksanaan/implementasi seperti yang dirancang dalam desain
model, namun dirasakan belum optimal, khususnya dalam komitmen guru
menyusun
atau
menghimpun
modul
pembelajaran
per
kompetensi/sub
kompetensi, (b) belum disusun/dibuatnya panduan yang tentang prosedur
pelaksanaan pembelajaran bagi guru yang menggambarkan alur interaksi siswa
dan guru, merupakan salah satu kekurangan/keterbatasn desain model dalam
ujicoba terbatas; (c) kekurangan/keterbatasan dalam sosialisasi desain model ini
kepada guru subyek ujicoba, sehingga pada tahap awal ujicoba masih dijumpai
rasa canggung dari guru.
181
23. Deskripsi Desain Model Siap Ujicoba Lebih Luas
Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif
dengan Penerapan Learning Guide Siap Ujicoba Lebih Luas
Rencana Pembelajaran
Aspek
I .Tujuan Pembelajaran
Deskripsi
1) Berisi rumusan tentang
kompetensi yang akan
dicapai
2. Materi Pembelajaran
1) Bersisi bahan ajar yang
mendukung
kompetensi
yang akan dicapai;
2) Disusun berbentuk penyelesai an tugas pembelajaran
per kompetensi;
3) Dikemas dalam bentuk
modul pembelajaran setiap
kompetensi/sub kompetensi
3. Metoda/
Strategi
Pembelajaran
1) Dirancang bersifat preskriptif; dengan tahap:
a. menjelaskan
materi
sesuai kompetensi yang
akan dicapai;
b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap
(task-focused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi;
c. memberikan
layanan
pembelajaran individual
{individualized instruction);
d memberikan
layanan
pembelajaran tuntas per
kompetensi.
2) Dirancang menerapkan
learning guide, dengan
langkah:
a. guru menjelaskan materi
sesuai kompetensi;
b. siswa membaca dan
memahami modul pembelajaran;
c. siswa membaca dan
memahami
learning
guide;
d. siswa membaca dan
memahami_/o6 sheets;
e. siswa
menyelesaikan
tugas secara bertahap
Pelaksanaan
Evaluasi Hasil
Pembelajaran
Pembelajaran
1) Tugas pembelajaran
diberikan
menggunakan prinsip preskriptif dengan tahap:
a. menjelaskan materi
sesuai kompetensi
yang akan dicapai;
b. memberikan tugas
pembelajaran secara
bertahap
{taskfocused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi;
c. memberikan layanan
pembelajaran individual (mdividiialtzed
instruction);
d. memberikan layanan
pembelajaran tuntas
per kompetensi.
1) Evaluasi pembelajaran:
a. Dilaksanakan
evaluasi formatif dan sumatif;
b. Menggunakan
pendekatan PAP
secara konsisten;
c. Dilaksanakan
tes tertulis dan
tes
tindakan
secara terintegrasi untuk setiap
kompetensi/sub
kompetensi
dengan format
spesifik.
2) Kegiatan pembelajaran
menerapkan learning
guide, dengan langkah;
a. guru
menjelaskan
materi sesuai kompetensi.
b. siswa membaca dan
memahami modul
pembelajaran;
c. siswa membaca dan
memahami learning
guide;
A. siswa membaca dan
memahami
jab
sheets;
e. siswa menyelesaikan
tugas secara bertahap dengan acuan
learning stepsr.
f siswa
melakukan
selfcheclc.
g. siswa melaksanakan
tes tertulis
dan
tindakan.
h guru memfasilitasi
182
dengan acuan leaming
sleps;
f. siswa melakukan set/
check;
g. siswa melaksanakan tes
tertulis dan tindakan;
h. guru memfasilitasi kegiatan
pembelajaran
siswa.
4.Alokasi waktu
1) Sesuai dengan bobot dan
lingkup materi
5. Alat/
Bahan
Pembelajar
an
1) Bahan
pembelajaran
mendukung tujuan dan
disusun per kompetensi;
2) Alat pembelajaran sesuai
rumusan kompetensi yang
akan dicapai
6. Evaluasi
1) Dirancang program pengayaan (enricfimeirt);
2) Integrasi antara tes tertulis
(writteri lesi) dengan tes
tindakan (performance tesi)
dan
memotivasi
kegiatan pembelajaran siswa
Bagan 4.3: Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif
dengan Penerapan Learning Guide Siap Ujicoba Lebih Luas
183
Guru:
Menjelaskan
Materi sesuat
Sub Kompetensi
Membaca
Membaca
Membaca
dan Memadan Mema
dan
hami Mo- 1 A* hami Lear- ; ir Memahami
dul Pembe i i ning Guide j i Job Sheets
i ,
i ,
Jajaran
\ '
', '
Guru/
Instruktur
Guru/
Instruktur
CTLeaming Step£^>
Guru/
fastruktui
Cek Hasil
Penyelesaian Tueas
(Self Check)
Tidak
Ya
•
Tes Tertulis
¡"100% ;
Belum
i Betul j
Guru/
mstruktur
Tes Tindakan
Belum
-K^^MenguasaT^!)
Lanjut ke Sub Kompetensi
Berikutnya
Bagan 4.4
Panduan Alur Interaksi Siswa dan Guru
Dalam Penerapan Model untuk Ujicoba Lebih Luas
184
2.4. Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Lebih Luas
Dalam pelaksanaan ujicoba terbatas, guru-guru program produktif mata diklat
Perbaikan Motor Otomotif memberikan masukan perlunya dibuat panduan
pelaksanaan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Bagi
penulis sendiri, belum adanya panduan tersebut juga dirasakan sebagai suatu
keterbatasan dalam ujicoba terbatas. Berdasarkan masukan guru dan keterbatasan
dalam penerapan desain model khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran program
produktif, maka telah dibuat panduan tentang urutan dan alur interaksi siswa dan
guru. Panduan tersebut menjadi rambu-rambu bagi guru dalam pelaksanaan
pembelajaran preskriptif program produktif
Desain model yang telah dilakukan ujicoba terbatas, walaupun secara spesifik
tidak terdapat revisi, setelah dilakukan penataan dalam aspek redaksional, serta
disusun panduan pelaksanaan pembelajaran, berikutnya dilakukan ujicoba lebih luas.
Dengan demikian hasil-hasil yang telah dideskripsikan dalam ujicoba terbatas
tersebut, berikutnya merupakan pijakan dalam melakukan ujicoba dalam skala lebih
luas. Tujuan utama ujicoba lebih luas adalah untuk menilai keterterapan desain
model, serta dalam rangka menyempurnakan desain model melalui penerapan ke
beberapa subyek ujicoba yang memiliki karakteristik bervariasi. Dalam hal ini
subyek ujicoba yang dipilih sebanyak tiga SMK, yaitu SMK A Semarang (akreditasi
sangat baik); SMK B Semarang (baik), dan SMK C Semarang (sedang), dengan
masing-masing subyek dilakukan ujicoba sebanyak tiga kali, yang secara
keseluruhan melibatkan enam orang guru dan 109 siswa. Dengan mengambil subyek
185
ujicoba secara bervariasi, diharapkan dapat diketahui keunggulan dan kelemahannya,
untuk berikutnya dilakukan perbaikan/penyempurnaan pada sisi-sisi yang lemah.
Aspek-aspek yang dilakukan penilaian sama dengan pada tahap uji coba
terbatas, yaitu: substansi isi dan fleksibilitas struktur desain model, dukungan
terhadap
pelaksanaan
tugas,
peningkatan
kompetensi
siswa,
dan
hambatan/keterbatasan desain model.
2.4.1. Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain Model
Dalam ujicoba lebih luas, permasalahan substansi isi dan fleksibilitas struktur
desain model merupakan aspek yang tetap perlu dinilai; bahkan dalam uji coba ini
dapat memberikan gambaran lebib lengkap tentang kekuatan dan kelemahan desain
model dinilai dari isi dan strukturnya, terutama berkait dengan jumlah subyek
ujicoba yang bervariasi, untuk berikutnya secara bertahap dilakukan perbaikan.
Masukan perbaikan yang diperoleh selama ujicoba lebih luas dideskripsikan secara
rinci untuk berikutnya ditindak-lanjuti sesuai dengan konteks masukan pada masingmasing komponen desain model.
1). Substansi Isi Komponen Desain Model
Desain model pembelajaran preskriptif yang mencakup sub model: rencana
pembelajaran, pelaksanaan pembalajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran, perlu
dilakukan penilaian substansi isi yang terkandung dalam masing-masing sub
model.
187
kepada guru apabila menghadapi kendala. Uraian dalam learning steps
juga melatih kecermatan siswa terhadap penyelasaian pekerjaan sesuai
tahapan tugas;
(d) Walaupun terkesan merepotkan, namun isi dalam daftar cek {sel/check),
dinilai
perlu
untuk
mengembangkan
sikap
teliti
siswa
dalam
menyelesaikan tugas sesuai tahap pembelajaran. Bagaimanapun siswa
adalah subyek pembelajar, sehingga perlu diberikan latihan secara tertib.
Dengan demikian daftar cek (sel/ check) sangat perlu dilatihkan kepada
siswa dalam pembelajaran produktif. Namun demikian dalam daftar cek
perlu
disediakan
kolom
untuk
melaporkan
hasil-hasil
pengecekan/pengukuran; sebab hasil pengukuran yang tepat juga
merupakan aspek penilaian.
(e) Isi instrumen tes (tertulis dan tindakan) dinilai sangat bermanfaat untuk
membantu mengefisienkan dan mengefektifkan tugas guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Diakui, selama ini guru sering dalam
melaksanakan pembelajaran belum menyiapkan perangkat/instrumen
evaluasi khususnya perangkat tes sesuai dengan kompetensi yang
diajarkan. Namun demikian, untuk beberapa item soal perlu diperjelas,
misalnya komponen tertentu hanya tepat untuk kendaraan tertentu, seperti
pada materi pelumasan soal nomor enam, delapan dan sembilan. Juga
pada beberapa soal pada materi perbaikan kepala silinder. Dengan
pengembangan ini diharapkan pembelajaran program produktif menjadi
lebih efisien dan efektif.
188
(f) Isi yang terkandung dalam deskripsi evaluasi, dinilai oleh guru pada
dasarnya
dapat
diterapkan
untuk
melaksanakan
evaluasi
hasil
pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan masukan perbaikan seperti yang diuraikan di atas, maka
memasuki ujicoba kedua dan ketiga, secara spesifik terdapat perbaikan dalam
beberapa hal, menyangkut substansi isi komponen desain model pembelajaran
preskriptif dengan penerapan learning guide.
2). Fleksibilitas Struktur/Tata Urutan Desain Model
Penilaian fleksibilitas struktur/tata urutan desain model, lebih fokus
kepada struktur dan penerapan learning guide. Sebelum ujicoba lebih luas
dilaksanakan, penulis meminta masukan perbaikan dari guru tentang struktur dan
tata urutan learning guide yang mencakup modul pembelajaran, learning guide,
job sheet, learning steps, self check, dan instrumen tes. Dari enam guru subyek
ujicoba, secara umum mereka memberikan tanggapan dan masukan perbaikan
sebagai berikut:
(a)
Mengapa struktur learning guide, job sheet, learning steps dan self
check, berbentuk seperti yang ada sekarang ? Terhadap pertanyaan ini
penulis memberikan penjelasan sebagai berikut: Bahwa konsep learning
guide termasuk struktur yang ada pada masing-masing bagiannya
tersebut, pada dasarnya berangkat dari konsep Highly effective
éducation and training programs
yang dijelaskan oleh William E.
Blank (1982:193). Salah satu sarana untuk melaksanakan diklat
189
(éducation and training programs) yang efektif adalah dengan
mengembangkan paket-paket pembelajaran (learning packages). Dari
tiga pendekatan yang ada dalam paket-paket pembelajaran (learning
packages), pendekatan pedoman pembelajaran (The learning guide)
seperti yang dikembangkan penulis dalam penelitian ini, memiliki lebih
banyak keunggulan di banding dua pendekatan yang lain (The student
direction sheet dan The self-contained module). Pendekatan The
learning guide yang dikembangkan oleh penulis dalam penelitian ini,
telah dilakukan beberapa penyesuaian baik menyangkut isi dan struktur,
sehingga desain inilah yang dianggap paling memungkinkan.
(b) Dengan penjelasan ini maka dapat diketahui bahwa desain learning
guide
tersebut dikembangkan di samping
untuk
meningkatkan
efektifitas pembelajaran program produktif, juga memiliki landasan
konseptual yang jelas dan kuat Secara konseptual, desain ini merupakan
alternatif dalam
pembelajaran program produktif yang berbasis
kompetensi dan produksi- Melalui serangkaian uji coba dan uji validasi
dapat dinilai keunggulan dan kelemahannya dibandingkan desain yang
sudah ada (konvensional);
(c)
Panduan tentang urutan dan alur interaksi siswa dan guru perlu
dipahami oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Dengan penjelasan tersebut, maka dapat menambah pemahaman dan
kepercayaan guru dalam menyusun rencana pembelajaran menggunakan model
190
pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide sesuai dengan
struktur/tata urutan desain model yang dikembangkan. Dengan demikian
memasuki ujicoba lebih luas kesatu, kedua hingga ketiga, secara substansial tidak
ada perubahan dalam hal tata urutan/sistematika desain model. Secara
keseluruhan, masukan perbaikan terhadap desaim model yang berkaitan dengan
isi/substansi dan struktur desain model, utamanya terhadap perangkat learning
guide, dapat dirangkum dalam tabel 4.14 di bawah ini.
Tabe4.14
Deskripsi Masukan Perbaikan terhadap Desain Model
Pada Aspek Isi/Substansi dan Struktur/Tata Urutan
No. Aspek Desain
Model
1 Isi/Substansi
2
Struktur/Tata
Urutan
Deskripsi Perbaikan
* Perlu penambahan kolom untuk melaporkan hasil
cek/pengukuran dalam self check;
• Beberapa butir instrumen tes perlu secara eksplisit
menyebutkan spesifikasi kendaraan
• Panduan tentang urutan dan alur interaksi siswa dan
guru perlu disosialisasikan kepada guru sebelum
pelaksanaan pembelajaran
2.4.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Gnru
Berdasarkan pengalaman yang dijumpai dalam pelaksanaan ujicoba terbatas,
penulis melakukan persiapan yang lebih sistematis dalam pelaksanaan ujicoba lebih
luas. Persiapan yang dimaksud adalah melakukan sosialisasi kepada guru calon
subyek penelitian, terutama dalam menyusun rencana pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran, sesuai dengan isi dan tata
urutan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Dengan
sosialisasi ini diharapkan diperoleh pemahaman secara tepat oleh guru sebelum
191
penyelenggaraan pembelajaran program produktif, untuk selanjutnya diperoleh
dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru secara maksimal, yaitu tugas guru dalam
menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan melakukan
evaluasi hasil belajar.
I). Menyusun rencana pembelajaran
Sejalan dengan tahap-tahap ujicoba, pada ujicoba lebih luas diperlukan
sosialisasi dalam rangka memberikan pemahaman kepada guru sebagai subyek
ujicoba lebih luas. Pada ujicoba kesatu, penulis lebih dahulu menjelaskan kepada
guru tentang strategi penyusunan rencana pembelajaran menggunakan model
pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yang mencakup: (a)
perumusan tujuan pembelajaran; (b) materi pembelajaran yang berisi bahan ajar yang
mendukung kompetensi; disusun berbentuk penyelesaian tugas per kompetensi;
dikemas dalam bentuk modul pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi; (c)
metoda/strategi pembelajaran bersifat prescriptive, dengan tahap: menjelaskan
materi; memberikan tugas secara bertahap dilengkapi petunjuk pelaksanaan per
kompetensi; memberikan layanan pembelajaran individual; dan memberikan layanan
pembelajaran tuntas per kompetensi; serta menerapkan learning guide secara utuh ;
(d) alokasi waktu sesuai bobot dan lingkup materi; (e) alat/bahan pembelajaran
mendukung
tujuan dan sesuai rumusan kompetensi; dan (f) evaluasi dirancang
program pengayaan, dan integrasi antara tes tertulis dan tes tindakan. Prinsip
penyusunan rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif
192
dengan penerapan learning guide untuk tiap kompetensi/sub kompetensi tersebut
harus sudah tersedia/tersusun sebelum pembelajaran program produktif berlangsung.
Sosialisasi dan penjelasan tersebut di atas perlu dilakukan, sebab yang
dilakukan oleh guru program produktif selama ini adalah menyiapkan SAP dengan
berbagai versi, serta sebagian guru menyiapkan lembar-lembar kerja (job sheets)
dengan beberapa versi. Terdapat keraguati/kekhawatiran pada guru mata diklat
Perbaikan Motor Otomotif, terutama dalam menyiapkan perangkat learning guide.
Beberapa guru membayangkan seolah ada beban tambahan dalam membuat formatformat pembalajaran Perbaikan Motor Otomotif. Hal ini berbeda dengan pelaksanaan
penyusunan atau penghimpunan modul diklat, yang dirasakan oleh guru cukup
mudah karena selama ini sebagian sudah dilaksanakan walaupun belum dihimpun
per kompetensi/sub kompetensi.
Dengan demikian, secara prinsip rencana pembelajaran yang perlu disiapkan
guru dalam ujicoba kesatu ini adalah modul pembelajaran sesuai rumusan
kompetensi dan perangkat learning guide, yang mencakup learning guide, job sheei,
learning steps, self check dan perangkat tes. Dengan semangat kebersamaan antara
penulis dengan guru, pada ujicoba kesatu dapat disusun modul pembelajaran dan
perangkat learning guide untuk sub kompetensi Memperbaiki Kerusakan Sistem
Pelumasan Mesin. Demikian juga dalam ujicoba kedua dapat disusun modul
pembelajaran dan perangkat learning guide untuk sub kompetensi Memperbaiki
Kerusakan Sistem Pendingin Mesin; serta ujicoba ketiga Memperbaiki Kerusakan
Kepala Silinder.
193
Kemampuan menyusun rencana pembelajaran ini berkaitan langsung dengan
kompetensi guru dalam merancang pembelajaran. Dari pelaksanaan ujicoba kesatu,
kedua sampai dengan ketiga, tidak dijumpai perbedaan yang spesifik antara
kemampuan guru SMK A, SMK B maupun SMK C. Yang terlihat secara umum
adalah semangat dan motivasi kerja yang cukup tinggi dari guru SMK B,
dibandingkan dengan dua SMK yang lain, yang memang dari sisi usia guru SMK B
relatif lebih muda.
2). Melaksanakan proses pembelajaran
Pengalaman dalam melaksanakan ujicoba terbatas, khususnya dalam
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
kiranya
cukup
memberikan dasar
bagi
perencanaan dan pelaksanaan ujicoba lebih luas. Dalam ujicoba terbatas, penulis
belum menyusun atau merumuskan alur pelaksanaan pembelajaran model
pembelajaran preskriprif dengan penerapan learning guide. Atas dasar pengalaman
tersebut, memasuki ujicoba lebih luas penulis bersama guru mengembangkan
panduan prosedur pelaksanaan pembelajaran yang menggambarkan alur interaksi
antara siswa dan guru dalam pembelajaran program produktif, dan ditetapkan
sebagai standar prosedur operasional (SPO). Melalui diskusi dan sosialisasi dengan
guru, diharapkan dapat dilaksanakan pembelajaran mata diklat Perbaikan Motor
Otomotif sesuai dengan prosedur yang dikembangkan.
Pada ujicoba kesatu (sub kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Sistem
Pelumasan Mesin), secara umum dapat dideskripsikan hasil sebagai berikut: (1) guru
dan siswa belum sepenuhnya dapat melaksanakan diklat sesuai dengan SPO yang
194
dirancang, terutama kegiatan siswa dalam membaca dan memahami modul diklat,
learning guide, dan job sheet yang harus dilakukan secara simultan. Kegiatan ini
harus dilakukan siswa sebelum menyelesaikan tugas pekerjaan per tujuan khusus.
Siswa masih tergesa-gesa ingin cepat menyelesaikan tugas sebelum memahami
learning guide, job sheet dan modul secara tuntas; ( 2 ) guru masih canggung dengan
prosedur pembelajaran yang dilaksanakan; namun dengan berpegang pada prinsip
pembelajaran preskriptif serta alur pembelajaran seperti digambarkan dalam bagan
SPO yang telah dikembangkan, guru sedikit demi sedikit memahami peran dan
tanggung jawabnya.
Memasuki ujicoba kedua dengan sub kompetensi Memperbaiki Kerusakan
Sistem Pendinginan Mesin, guru mulai menerapkan strategi pembelajaran preskriptif
serta sesuai dengan SPO yang dirancang. Demikian juga siswa, sudah diberikan
arahan tentang tahap-tahap pembelajaran yang perlu dilaksanakan, sehingga tidak
harus tergesa-gesa dalam penyelasaian tugas pekerjaan. Pada ujicoba kedua ini, guru
mulai dapat mengelola pembelajaran sesuai dengan rancangan SPO. dengan tetap
memberikan layanan secara individual kepada siswa.
Pada ujicoba keriga dengan sub kompetensi: Memperbaiki Kerusakan Kepala
Silinder, siswa dan guru dapat memahami dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
preskriptif serta menerapkan prosedur sesuai alur SPO. Kegiatan diklat juga telah
berjalan secara baik melalui interaksi yang alami antara siswa dan guru. Peran guru
dalam ujicoba ketiga ini telah terlihat secara nyata, baik dalam memberikan layanan
pembelajaran serta respon terhadap pertanyaan siswa mengenai isi learning guide,
job sheet, isi modui, sampai dengan layanan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan.
195
Secara umum tidak terlihat perbedaan yang spesifik dalam kemampuan
melaksanakan proses pembelajaran antara guru sekolah yang menjadi subyek
ujicoba. Dalam konteks ujicoba desain model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan learning guide, mulai ujicoba kesatu hingga ketiga, pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara umum mengalami perbaikan,
sehingga interaksi pembelajaran juga berjalan secara efektif dan alami.
3). Melakukan evaluasi pembelajaran
Sebagian besar guru diklat program produktif dalam menyiapkan rencana
pembelajaran tidak menyiapkan perangkat evaluasi (dalam bentuk naskah tes);
sehingga yang banyak terjadi adalah, evaluasi diklat dalam bentuk tes dilaksanakan
secara spontan, atau tes dilakukan setelah beberapa kompetensi/sub kompetensi
selesai dipelajari. Hal demikian tentu sangat rentan terhadap terjadinya bias; antara
yang dipelajari dengan yang diujikan. Bisa jadi apa yang diujikan tidak atau belum
dipelajari oleh siswa, atau sebaliknya.
Dalam desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning
guide, dirancang secara integral suatu pendekatan pembelajaran mulai penyusunan
modul pembelajaran, learning guide sampai dengan penyiapan perangkat tes (tertulis
dan tindakan), sebelum pembelajaran •dilaksanakan. Dengan demikian, setiap selesai
pembelajaran untuk satu kompetensi/sub kompetensi, guru tidak harus mencari-can
bahan tes yang akan diujikan, karena sudah disiapkan sebelum pembelajaran
dilaksanakan.
196
Sesuat dengan desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan
learning guide yang dirumuskan, maka tes yang dilaksanakan bersifat formatif dan
sumatif dengan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP), yang dilaksanakan
dengan menekankan layanan pembelajaran individual. Tes dirancang dalam bentuk
tertulis/tes obyektif (written tesi) dan tes tindakan (performance test). Tes tertulis
dikembangkan dalam bentuk pilihan ganda (multiple choise) dengan maksud
menungkap pemahaman teknis siswa terhadap kompetensi/sub kompetensi yang
telah dipelajari. Sedangkan tes tindakan dilaksanakan jika siswa telah mampu
menjawab tes tertulis secara benar.
Pada ujicoba kesatu, tes tertulis dan tes tindakan secara umum dapat
berjalan dengan baik, walaupun ada beberapa siswa yang terlihat belum terbiasa
dengan prosedur tes yang dilaksanakan. Memasuki ujicoba kedua sampai dengan
ketiga, pelaksanaan tes yang dikelola guru menjadi semakin terfokus, karena
perangkat tes sebelumnya sudah dapat disusun oleh guru bersama penulis. Memasuki
ujicoba ketiga, guru telah berperan dalam menilai dan memberikan keputusan
tentang kelanjutan kompetensi.
2.43. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif
Peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif pada dasarnya menjadi
rujukan utama dalam pengembangan desain model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan learning guide. Tahapan-tahapan ujicoba yang dilaksanakan bertujuan
mengukur dampak penerapan desain model terhadap peningkatan prestasi siswa hasil
diklat produktif, sesuai dengan sub kompetensi yang dipelajari. Dengan demikian
197
perbaikan dan penyempurnaan desain model yang dilakukan selama berlangsungnya
ujicoba lebih luas juga dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi siswa setelah
melaksanakan pembelajaran.
Deskripsi peningkatan kompetensi siswa yang dimaksudkan dalam konteks
ini diukur berdasarkan hasil tes tertulis dan tes tindakan yang dilakukan sebelum (pra
pembelajaran) dan sesudah (pasca pembelajaran) per sub kompetensi. Dalam
mengukur dampak pelaksanaan ujicoba
pembelajaran terhadap peningkatan
kompetensi siswa ditetapkan dua kategori, yaitu: (1) deskripsi
peningkatan
kompetensi siswa pra pembelajaran dengan pasca pembelajaran, yang diukur
berdasarkan perbandingan skor rata-rata antara hasil tes tertulis (written tesi) pra
pembelajaran dengan hasil tes tertulis pasca pembelajaran; (2) deskripsi peningkatan
kompetensi hasil pasca pembelajaran diukur berdasarkan perbandingan skor rata-rata
gabungan (kumulatif) antara skor tes tertulis dengan tes tindakan, dan dilakukan
terhadap ujicoba lebih luas kesatu, kedua, dan ketiga.
1). Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Berdasarkan Hasil Tes Tertulis
Pra dan Pasca Penerapan Desain Model
Deskripsi peningkatan prestasu siswa yang diukur berdasarkan hasil
tes tertulis pra pembelajaran dengan pasca pembelajaran preskriptif program
produktif dengan penerapan learning guide pada mata diklat Perbaikan Motor
Otomotif ditampilkan dalam tabel-tabel di bawah ini.
198
Tabel 4.15
Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pra dan Pasca Penerapan Desain Model
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Ujicoba 4 (Pra)
(Pasca)
Ujicoba 5 (Pra)
(Pasca)
Ujicoba 6 (Pra)
(Pasca)
36
36
36
36
36
36
57,89
70,42
60,39
73,42
62,83
79,72
Stand.
Dev.
4,17
2,93
3,21
2,61
3,30
1,91
Nilai t
Df
21,83
70
T-tabel
a =0,05
2,000
26,83
70
2,000
33,64
70
2,000
Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat ditunjukkan bahwa terdapat peningkatan
prestasi siswa yang diukur berdasarkan hasil tes tertulis tentang pengetahuan
dan pemahaman teknis, sebelum dan setelah siswa menerapkan model
pembelajaran preksriptif program produktif dengan penerapan iearning
guide. Tes tertulis yang dimaksud adalah tes untuk mengungkap pengetahuan
dan pemahaman teknis siswa terhadap prosedur penyelesaian tugas (sub
kompetensi), sebelum siswa melaksanakan pembelajaran dan sesudah
melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, isi pertanyaan dalam tes
tersebut sama antara sebelum dengan sesudah pembelajaran. Berdasarkan
tabel di atas, dapat dilihat bahwa peningkatan kompetensi siswa SMK A
yang diukur dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman teknis, menujukkan
peningkatan secara signifikan (taraf signifikansi 5%) pada kondisi sebelum
dengan sesudah pembelajaran program produktif, mata diklat Perbaikan
Motor Otomotif.
199
Tabel 4.16
Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pra dan Pasca Penerapan Desain Model
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Ujicoba 4 (Pra)
(Pasca)
Ujicoba 5 (Pra)
(Pasca)
Ujicoba 6 (Pra)
(Pasca)
38
38
38
38
38
38
40,79
69,32
43,16
72,26
52,18
76,68
Merujuk tabel 4.16
Stand.
Dev.
3,24
3,44
4,86
4,10
7,53
2,63
Nilai t
df
34,82
74
t-tabel
a =0,05
2,000
24,08
74
2,000
19,63
74
2,000
di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi siswa yang
diukur melalui tes pengetahuan dan pemahaman teknis tentang prosedur
penyelesaian tugas, mengalami peningkatan secara signifikan diukur dari
kondisi sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran.
Tabel 4.17
Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pra dan Pasca Penerapan Desain Model
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Ujicoba 4 (Pra)
(Pasca)
Ujicoba 5 (Pra)
(Pasca)
Ujicoba 6 (Pra)
(Pasca)
34
34
34
34
34
34
41,49
68,03
43,63
70,29
46,77
72,37
Stand
Dev.
3,81
2,86
4,29
2,35
4,45
2,17
Nilai t
df
44,64
68
t-tabel
a = 0,05
2,000
36,46
68
2,000
30,28
68
2,000
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dijelaskan adanya perbedaan secara
signifikan prestasi siswa, pada kondisi sebelum pelaksanaan pembelajaran
dan sesudah pembelajaran. Perbedaan yang menunjukkan peningkatan
kompetensi terjadi pada masing-masing ujicoba, yang diukur pada taraf
kepercayaan 95%.
200
2). Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pasca Pembelajaran
Dengan Model Pembelajaran Preskriptif-Learning Guide Berdasarkan
Skor Hasil Tes Gabungan (Tertulis dan Tindakan)
Deskripsi perbedaan yang menunjukkan peningkatan prestasi siswa
hasil diklat produktif yang diukur berdasarkan hasil tes tertulis dan tes
tindakan pasca pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif, pada masingmasing tahap ujicoba ditampilkan dalam tabel-tabel di bawah ini. Pengukuran
perbedaan prestasi siswa dilakukan setelah siswa selesai melakukan
pembelajaran program produktif dengan model pembelajaran preskriptif
dengan penerapan learning guide.
Tabel 4.18
Deskripsi Pemngkatan Prestasi Siswa Pasca Penerapan Desain Model
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Stand. Dev.
Nilai t
Df
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
36
36
36
36
36
36
71,17
73,28
73,28
76,61
71,17
76,61
1,95
2,13
2,13
2,06
1,95
2,06
6,39
70
t-tabelpada
a =0,05
2,000
8,45
70
2,000
13,12
70
2,000
4
5
5
6
4
6
Merujuk pada tabel 4.18
di atas, dapat dijelaskan bahwa rata-rata
skor hasil tes gabungan (tertulis dan tindakan) yang menunjukkan prestasi
siswa (SMK A), antara tahap ujicoba satu dengan tahap ujicoba berikutnya,
berbeda secara signifikan, pada taraf signifikansi 5%. Hasil ini menjelaskan
bahwa terjadi peningkatan kompetensi siswa secara signifikan dari satu tahap
ujicoba diklat ke tahap berikutnya.
201
Tabel 4.19
Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pasca Penerapan Desain Model
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang
Kegiatan
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
4
5
5
6
4
6
N
Rata-rata
Stand. Dev.
Nilai t
Df
3S
38
38
38
38
38
67,55
70,39
70,39
73,05
67,55
73,05
2,74
2,10
2,10
2,27
2,74
2,27
7,40
74
t-tabel pada
a - 0,05
2,000
9,56
74
2,000
12,42
74
2,000
Berdasarkan tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa prestasi siswa
(SMK B) berbeda secara signifikan, berdasarkan nilai t (hitung) yang lebih
besar dari nilai tabel pada taraf signifikansi 5%, pada setiap tahap ujicoba.
Perbedaan tersebut secara spesifik menunjukkan peningkatan dari satu tahap
ujicoba ke tahap ujicoba berikutnya.
Tabel 4.20
Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pasca Penerapan Desain Model
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Stand Dev.
Nilai t
Df
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
Ujicoba
35
35
35
35
35
35
63,09
67,91
67,91
70,54
63,09
70,54
2,32
2,48
2,48
2,11
2,32
2,11
11,41
68
t-tabel pada
a = 0,05
2,000
9,88
68
2,000
15,08
68
2,000
4
5
5
6
4
6
;
Merujuk pada tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan prestasi secara signifikan antara skor rata-rata hasil tes gabungan
pada siswa SMK C, pada tahap ujicoba ke 4, 5, dan 6. Dengan demikian,
202
terdapat perbedaan kompetensi antara satu tahap ujicoba ke tahap berikutnya,
yang ditunjukkan oleh nilai t (hitung) yang lebih besar dari nilai t (tabel) pada
taraf signifikansi 5%.
2.4.4. Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas Desain Model
Berdasarkan pelaksanaan ujicoba lebih luas yang dilakukan secara bertahap
dengan melibatkan tiga SMK, diperoleh hasil dengan menunjukkan perkembangan
meningkat. Secara rinci perkembangan hasil tiap tahap ujicoba pada masing-masing
SMK ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.21
Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas Desain Model
di SMK A Pada Seluruh Aspek Ujicoba
No
1
2
3
4.
5
Aspek Ujicoba
Substansi Isi dan Fleksibilitas Desain Model
Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru
Peningkatan prestasi siswa f skor rata-rata)
Keselarasan dukungan Alat dan Bahan
Potensi dukungan Du/Di
Kategori rata-rata hasil
pada Ujicoba :e
3
1
2
81,25%
87,5%
75%
100%
83,33%
83,33%
76,61
73,28
71,17
87,5%
100%
75%
100%
87,5%
87,5%
Berdasarkan tabel 4.21 di atas ditunjukkan bahwa seluruh aspek ujicoba
desain model yang dilakukan di SMK A, mengalami perkembangan yang meningkat
pada setiap tahap ujicoba. Pada ujicoba kesatu dan kedua, aspek-aspek desain model
belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh guru progrm produktif Namun demikian,
memasuki ujicoba ketiga aspek-aspek desain model pembelajaran preskriptif dengan
Penerapan learning guide sepenuhnya
dapat diterapkan oleh guru program
203
produktif. Secara bagan, perkembangan hasil ujicoba lebih luas yang dilakukan di
SMK A pada seluruh aspek di atas dapat ditampilkan dalam diagram di bawah ini.
n 1 Fleksibilitas Desain Model
n 2 Dukungan thd Tugas Guru
• 3 Peningkatan Prestasi Diklat
Produktif
D 4 Dukungan Alat dan Bahan
• S Dukungan Stakeholders
tfìcoba Ke
»FDM
* -
DTG
• * — PKS
-K
DAB
-K—DS
UjEcoba I
Ujcoba 1!
Ujicoba III
Bagan 4.5
Diagram Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK A
Pada Seluruh Aspek Desain Model
Berdasarkan bagan 4.5 di atas, terlihat bahwa secara kuantitatif, hasil ujicoba
desain model mengalami peningkatan pada seluruh aspek. Dengan demikian, aspekaspek desain model secara bertahap sepenuhnya dapat diterapkan dalam
pembelajaran program produktif, khususnya di SMK A.
204
Tabel 4.22
Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK B
Pada Seluruh Aspek Ujicoba
Aspek Ujicoba
No
1
2
3
4
5
Substansi Isi dan Fleksibilitas Desain Model
Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru
Peningkatan prestasi siswa (skor rata-rata)
Keselarasan dukungan Alat dan Bahan
Potensi dukungan Du/Di
Kategori rata-rata hasil
pada Ujicoba
1
2
3
83,33%
75%
100%
75%
75%
100%
67,55
70,39
73,05
75%
75%
100%
7
5
%
75%
87.5%
Tabel 4.22 di atas memperlihatkan kemajuan hasil ujicoba lebih luas pada
seluruh aspek yang dilakukan di SMK B. Pada ujicoba kesatu dan kedua, terlihat
aspek-aspek desain model belum sepenuhnya menunjukkan hasil secara maksimal.
Namun memasuki ujicoba ketiga sebagian besar aspek menunjukkan hasil maksimal
(100%); kecuali potensi dukungan stakeholders dan tingkat kompetensi siswa.
Perkembangan hasil ujicoba lebih luas di SMK B ditampilkan pada bagan 4.6 di
bawah ini:
• 1 Fleksibilitas Desain Model
• 2 Dukungan t h d Tugas Guru
• 3 Peningkatan Prestasi Diklat
Produktif
• A Dukungan Alat dan Bahan
• 5 Dukungan Stakeholders
1
Ujicoba Ke
2
3
205
50
A
1
Ujicoba [
- T
Ujcoba tl
—
Ujicoba III
Bagan 4.6
Diagram Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK B
Pada Seluruh Aspek Desain Model
Tabel 4.23
Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK C
Pada Seluruh Aspek Desain Model
No
1
2
3
4
5
Aspek Ujicoba
Substansi Isi dan Fleksibilitas Desain Model
Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru
Peningkatan prestasi siswa (skor rata-rata)
Keselarasan dukungan Alat dan Bahan
Potensi dukungan Du/Di
Kategori rata-rata hasil
pada Ujicoba X
2
3
1
100 %
75%
83,33%
100%
75%
75%
70,54
63,09
67,91
50%
' 75%
50%
50%
75%
50%
Hasil yang ditampilkan pada tabel 4.23 memperlihatkan perkembangan
penerapan aspek-aspek desain model pada rangkaian ujicoba lebih luas yang
dilaksanakan di SMK C. Sampai dengan ujicoba ketiga, aspek yang belum
menunjukkan hasil maksimal adalah keselarasan dukungan alat dan bahan, serta
potensi dukungan stakeholders. Pada aspek kompetensi siswa, perkembangannya
meningkat secara signifikan; demikian juga pada aspek substansi isi dan fleksibilitas,
serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, memasuki ujicoba ketiga terjadi
206
peningkatan secara maksimal. Perkembangan hasil ujicoba tersebut ditampilkan pada
bagan 4.7 di bawah ini.
¿"2
•,10Ch
I
• 1 Fleksibilitas Desain Model
3
• 2 Dukungan itid Tugas Guru
• 3 Peningkatan Prestasi Diklat
Produktif
5 | -
r
• 4 Dukungan Alat dan Bahan
• 5 Dukungan Stakeholders
Ujicoba Ke
> " ' FDM
* -
DTG
»•—-PKS
-K—DAB
-*—DS
Ujicoba I
UjcobaH
Ujicoba (H
Bagan 4.7
Diagram Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK C
Pada Seluruh Aspek Desain Model
2.4.5. Keterterapan Desain Model
Setelah memasuki ujicoba lebih luas, desain model yang dikembangkan
memiliki peluang keterterapan yang semakin tinggi. Ukuran keterterapan desain
model, secara spesifik dilihat dari aspek-aspek yang telah diuraikan di atas, yaitu: (1)
207
substansi isi desain model; (2) fleksibilitas struktur/tata urutan; (3) dukungan
terhadap pelaksanaan tugas guru; dan (4) dampak terhadap peningkatan kompetensi
siswa. Dilihat dari sisi substansi isi dan fleksibilitas desain model, komponen
rencana pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pembelajaran secara
operasional dapat diterapkan secara efektif oleh guru, khususnya dalam mendukung
pelaksanaan tugas guru dan meningkatkan prestasi siswa. Dinilai dari fleksibilitas
struktur/tata urutan, utamanya perangkat learning guide yang mencakup learning
guide, job sheet, learning sieps, sel/ check, dan perangkat tes, dianggap oleh guru
program produktif program keahlian Teknik Mekanik Otomotif sangat sejalan
dengan pendekatan pembelajaran program produktif yang bercirikan pembelajaam
berbasis kompetensi dan produksi. Tentang kontribusinya terhadap peningkatan
kompetensi siswa, sampai dengan ujicoba lebih luas ini, desain model yang
dikembangkan teruji secara siginfikan memberikan peningkatan kompetansi siswa.
Demikian juga kontribusinya dalam pelaksanaan tugas guru, memasuki ujicoba lebih
luas telah terbukti mendukung tugas guru baik dalam penyusunan rencana
pembelajaran,
pelaksanaan
pembelajaran,
serta
pelaksanaan
evaluasi
hasil
pembelajaran. Dalam hai dukungannya terhadap pelaksanaan pembelajaran,
berdasarkan ujicoba lebih luas dapat diperoleh gambaran bahwa guru merasa lebih
mudah melaksanakan proses pembelajaran preskriptif program produktif dengan
diterapkannya standar prosedur operasional (SPO) dalam penerapan learning guide.
Peran guru lebih dioptimalksan sebagai fasilitator terhadap kebutuhan pembelajaran
siswa; sedangkan siswa diberikan latihan untuk mengelola penyelesaian tugas secara
208
mandiri, dan jika siswa menjumpai hambatan dalam penyelesaian tugas setiap saat
dapat mengkonsultasikannya kepada guru.
Berdasarkan uraian yang mencakup keempat aspek tersebut, dapat dikatakan
bahwa desain model pembelajaran preskripnf program produktif dengan penerapan
learning guide memiliki peluang yang tinggi untuk dapat diterapkan oleh guru di
lapangan. Di samping keempat aspek yang diuraikan tersebut, keterterapan desain
model pada dasarnya juga dirujuk dari dua aspek yang lain, yaitu: (5) keselarasan
dengan dukungan alat dan bahan pembelajaran; dan (6) potensi dukungan
stakeholders. Untuk kedua aspek yang disebut terakhir tersebut (5 dan 6), terdapat
perbedaan kondisi secara spesifik khususnya antara SMK A dan SMK B dengan
SMK C. Secara umum, aspek kelima dan keenam bagi SMK A (berakreditasi sangat
baik) dan SMK B (berakreditasi baik) relatif dapat dipenuhi, artinya desain model
pembelajaran preskripnf dengan penerapan learning guide yang dikembangkan
secara riil dapat diterapkan selaras dengan dukungan alat dan bahan pembelajaran,
serta memiliki potensi dukungan oleh institusi pasangan yang ada. Namun bagi SMK
C (berakreditasi sedang), untuk memperoleh hasil maksimal dalam penerapan desain
model, diperlukan penataan dan penambahan alat/fasilitas mesin maupun jalinan
kerjasama yang lebih inten dengan institusi pasangan. Secara umum, indikator
keterterapan desain model pada ketiga subyek (sekolah) ujicoba lebih luas
digambarkan sebagai berikut
209
Tabel 4.24
Indikator Keterterapan Desain Model
Hasil Observasi dalam Ujicoba Lebih Luas
Aspek
1. Substansi Isi dan
Fleksibilitas
Struktur Desain
2. Dukungan md
Pelaksanaan
Tugas Guru
3. Peningkatan
prestasi siswa
4. Potensi ketersediaan alat dan
bahan
5.Potensi Dukungan stakeholders
Tingkat
Keterterapan
Tinggi
SMKA
SMKB
SMKC
Sumber Data
81,84%
86,84%
85,12%
Sedang
13,63
13,05%
14,88%
Guni/instruktur
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
-
-
-
4,54%
88,54%
6,58%
4,88%
signifikan
82,63%
15,57%
1,89%
signifikan
83,72%
6,98%
9,30%
signifikan
Tinggi
88,45%
82,44%
19%
Sedang
Rendah.
Tinggi
Sedang
Rendah
11,55%
17,56%
Berdasarkan tabel
-
-
89,16%
10,84%
78,12%
21,88%
78,84 %
2,16%
19,76 %
80,24%
-
-
-
Guru/instruktur
Tes obyektif
dan tindakan
Guru
dan
hasil
observasi
Guru dan hasil observasi
4.24 di atas dapat dijelaskan bahwa desain model
pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, memiliki keterterapan
yang tinggi terutama bagi SMK berakreditasi baik dan sangat baik (SMK B dan
SMK A). Sedangkan bagi SMK yang tergolong sedang, faktor yang kurang
mendukung dalam penerapan desain model terutama berkaitan dengan alat dan
bahan pembelajaran program produktif yang tersedia, serta dukungan institusi
pasangan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dengan demikian bagi SMK yang
tergolong sedang perlu mengupayakan alat/fasilitas dan bahan untuk memenuhi
kebutuhan minimal dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif
menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide.
210
2.4.6. Hambatan/Keterbatasan Uji Coba Lebib Luas
1). Hambatan
Hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan ujicoba lebih luas desain model
secara spesifik ada dua yaitu: (a) kurangnya komitmen guru dalam menyusun
atau menghimpun modul pembelajaran per kompetensi/sub kempetensi; (b) pada
SMK
yang
tergolong
(berakreditasi)
sedang,
keterbatasan
alat/sarana
pembelajaran program produktif cukup menjadi kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan
learning guide.
Kurangnya komitmen guru dalam menghimpun modul pembelajaran per sub
kompetensi agaknya menjadi gejala umum yang perlu dipecahkan. Dalam
penjelasannya, beberapa guru mengemukakan seringnya pergantian (gonta-ganti)
kurikulum, menjadikan mereka 'malas' dalam menghimpun atau menyusun
modul-modul pembelajaran. Namun demikian, melalui beberapa pendekatan
penulis dapat mengajak para guru untuk menghimpun modul pembelajaran,
khususnya
yang
berkaitan
dengan
kompetensi/sub
kompetensi
yang
diujicobakajL
Keterbatasan alat/saran pembelajaran, khususnya perangkat pendukung
pembelajaran praktik, secara umum dijumpai pada SMK yang berakreditasi
sedang. Kondisi ini secara riil memang menjadi kendala untuk menerapkan
model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara optimal.
Hal yang dapat dilakukan adalah guru harus secara ketat dan disiplin dalam
mengatur pelaksanaan pembelajaran program produktif, misalnya melakukan
211
rotasi kelompok dengan pembagian waktu secara ketat; atau menambah jam
diklat sesuai dengan jumlah kelompok siswa.
2). Keterbatasan Pelaksanaan Ujicoba Lebih Luas
Keterbatasan yang dijumpai dalam pelaksanaan ujicoba lebih tuas secara
spesifik ada tiga, yaitu: (1) mengukur kompetensi siswa pada kondisi pra
pembelajaran dan pasca pembelajaran; (2) keterbatasan dalam koordinasi jadwal
pembelajaran;
dan (3) ketepatan waktu penyelesaian pembelajaran
per
korapetensi/sub kompetensi.
Pertama, kompetensi siswa pada kondisi pra dan pasca pembelajaran yang
diukur hanya berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan pada pra dan pasca
pembelajaran, pada hemat penulis adalah suatu kelemahan; namun demikian
menurut pendapat penulis, hal tersebut merupakan satu-satunya jalan dalam
mengukur kompetensi siswa pada kondisi pra pembelajaran. Mengingat untuk
melakukan tes tindakan kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran, di
samping membahayakan siswa, juga mengandung resiko kerusakan terutama
kerusakan alat dan bahan.
Kedua,
berkaitan dengan kesulitan melakukan koordinasi secara tepat,
khususnya dalam pangaturan urutan sub kompetensi yang akan diujicobakan.
Hal ini dialami ketika pelaksanaan ujicoba kedua, dengan sub kompetensi:
Memperbaiki Kerusakan Sistem Pendinginan Mesin; sesuai jadwal diklat,
ternyata waktunya bersamaan antara SMK A dengan SMK B, sehingga
diperlukan pengaturan yang cermat Untuk mengatasi keterbatasan semacam ini,
penulis menggunakan bantuan tenaga peneliti sebagai pengumpul data lapangan.
212
Ketiga, beberapa kali dijumpai waktu penyelesaian (jam pembelajaran)
mundur dari yang disediakan; artinya sampai dengan jam pelajaran habis, masih
ada beberapa siswa yang belum tuntas menyelesaikan tugas pekerjaan, sehingga
guru memberikan toleransi untuk menyelesaikan sampai tuntas. Untuk kegiatan
berikutnya, guru perlu memberikan arahan secara jelas bahwa penyelesaian
pekerjaan harus tepat waktu.
D. Validasi Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan
Learning Guide
Berdasarkan hasil ujicoba lebih luas terhadap desain model pembelajaran
preskriptif dengan penerapan learning guide, termasuk beberapa perbaikan dan
penyempurnaan pada aspek isi dan struktur desain model, berikutnya dirumuskan
model yang siap dilakukan validasi. Model siap validasi secara spesifik mencakup
dua bagian utama, yaitu: (1) kerangka dan deskripsi model siap validasi; dan (2)
prosedur pelaksanaan/penerapan model.
Kerangka model siap validasi adalah paparan model yaang mencakup
komponen, isi, dan sasaran model. Kerangka model pada dasarnya dirangkum
(dikonstruksi) berdasarkan deskripsi isi model yang telah dilakukan ujicoba terbatas
dan lebih luas. Sedangkan deskripsi model adalah penjabaran secara utuh tentang isi
model pembelajaran preskriptif, yang mencakup sub model: rencana pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Demikian juga sesuai
dengan perbaikan yang dilakukan dalam pelaksanaan ujicoba lebih luas, bahwa
sebagai rambu-rambu bagi guru dan untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran
213
program produktif, berikutnya dirumuskan standar prosedur operasional (SPO).
Standar prosedur operasional tersebut mendeskripsikan bagaimana interaksi siswa
dan guru dibangun dalam dan selama pembelajaran program produktif berlangsung.
1. Model Pembelajaran Preskriptif-Learnin^ Guide dan Panduan Penerapan
Siap Validasi
IX Kerangka dan Deskripsi Model Siap Validasi
Model pembelajaran preskripnf program produktif dengan penerapan
learning guide siap validasi, secara utuh dirangkum dalam suatu kerangka model
dan deskripsi isi model, sebagaimana dicantumkan dalam bagan 4.8 dan bagan
4.9 di bawah ini.
1.2. Prosedur Pelaksanaan/Penerapan Model
Kerangka model siap validasi seperti dirumuskan pada bagan 4.8, berikutnya
dilakukan validasi dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran di kelas pada sekolah
(SMK) yang telah ditetapkan sebagai subyek uji validasi. Dalam kaitan
pelaksanaan pembelajaran di kelas, sesuai dengan saran perbaikan yang berikan
oleh para guru, maka telah dirumuskan standar prosedur operasional (SPO) yang
menjadi rambu-rambu bagi guru dan siswa dalam melakukan interaksi
pembelajaran. Prosedur pelaksanaan pembelajaran tersebut ditampilkan dalam
bagan 4.10 di bawah ini.
214
Rencana
Isi/Kompetensi
3 Tujuan
D Materi
D Metoda /
Strategi
D Waktu
a Alat/Bahan
D Evafuasi
1.
y
Imolementasi
Prinsip
Preskriptif
o Sesuai
Kompetensi
o Tugas
Bertahap
o Individualized
Instruction
o Pembelajaran
Tuntas
2.
o
o
o
o
o
\
J\
Evaluasi
o Formatif &
Sumatrf
D
Pendekatan
PAP
o Integrasi Tes
Tertulis dan
Kinerja
dengan
Format
Spesifik
Learning
Guide
Modul
Pembelajaran
Learning
Guide
Job Sheet
Learning
Steps
Self Check
Bagan 4.8: Kerangka Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif
dengan Penerapan Learning Guide
215
Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif
dengan Penerapan Learnine Guide Sian Validasi
Rencana Pembelajaran
Evaluasi Hasil
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pembelajaran
1) Tugas pembelajaran
diberikan
menggunakan prinsip preskriptif, dengan tahap:
a. menjelaskan materi
sesuai kompetensi
yang akan dicapai;
b. memberikan tugas
pembelajaran secara
bertahap
(taskfocused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi;
c. memberikan layanan
pembelajaran individual (individualized
instruction);
d. memberikan layanan
pembelajaran tuntas
per kompetensi.
1) Evaluasi pembelajaran:
a Dilaksanakan
evaluasi formatif dan sumatif;
b. Menggunakan
pendekatan PAP
secara konsisten;
c. Dilaksanakan
tes tertulis dan
tes
tindakan
secara terinfegrasi untuk setiap
kompetensi/sub
kompetensi
dengan format
spesifik.
Aspek
1.Tujuan Pembelajaran
Deskripsi
I) Berisi rumusan tentang
kompetensi yang akan
dicapai
2. Materi Pembelajaran
1) Bersisi bahan ajar yang
mendukung
kompetensi
yang akan dicapai;
2) Disusun berbentuk penyelesaian tugas pembelajaran
per kompetensi;
3) Dikemas dalam bentuk
modul pembelajaran setiap
kompetensi/sub kompetensi
3. Metoda/
Strategi
Pembelajaran
1) Dirancang bersifat preskriptif; dengan tahap:
a. menjelaskan
materi
sesuai kompetensi yang
akan dicapai;
b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap
(task-focused) dan diberikan petunjuk pelaksa- 2) Kegiatan pembelajaran
naan per kompetensi;
menerapkan learning
c. memberikan
layanan
guide, dengan langkah:
pembelajaran individual
a. guru
menjelaskan
{individualized instrucmateri sesuai komtion);
petensi;
d. memberikan
layanan
b. siswa membaca dan
pembelajaran tuntas per
memahami
modul
kompetensi.
pembelajaran;
c. siswa membaca dan
2) Dirancang menerapkan
memahami learning
learning guide, dengan
guide;
langkah:
d. siswa membaca dan
a. guru menjelaskan materi
memahami
job
sesuai kompetensi;
sheets;
b. siswa membaca dan
e. siswa menyelesaikan
memahami modul pemtugas secara bertahap dengan acuan
belajaran;
c siswa membaca dan
learning steps;
memahami
/earning
f siswa
melakukan
self check;
guide;
d. siswa membaca dan
g. siswa melaksanakan
memahami Job sheets;
tes tertulis
dan
e. siswa
menyelesaikan
tindakan;
lu^as secara bertahap
h. guru memfasilitasi
216
dengan acuan leaming
steps;
f. siswa melakukan self
check;
g. siswa melaksanakan tes
tertulis dan tindakan;
h. guru memfasilitasi kegiatan
pembelajaran
siswa.
4.Alokasi waktu
1) Sesuai dengan bobot dan
lingkup materi
5. Alat/
Bahan
Pembelajar
an
1) Bahan
pembelajaran
mendukung tujuan dan
disusun per kompetensi;
2) A!at pembelajaran sesuai
rumusan kompetensi yang
akan dicapai
6. Evaluasi
1) Dirancang program pengayaan (enrichmeiit);
2) Integrasi antara tes tertulis
(written lesi) dengan tes
tindakan (performance tesi)
dan
memotivasi
kegiatan pembelajaran siswa.
Bagan 4.9: Deskripsi Model PembelajaranPreskriptif
Dengan Penerapan leaming guide Siap Validasi
217
Guru:
Menjelaskan
Materi sesuai
Sub Kompetensi
Membaca
dan Mema
hami Mo- ; ir
dul Pembeij
lajaran
;I
Membaca
dan Mema
hami Learning Guide
Guru/
Instruktur
Membaca
dan
Memahami
\ À?
\ ' Job Sheets
', \
Guru/
Instruktur
Cek Hasil
Penyelesaian Tugas
(Self Check)
Tidak
Ya
Tes Tertulis
j 100% !
i Betul ;
Guru/
[nstruktur
Belum
Tes Tindakan
Belum
Lanjut ke Sub Kompetensi
Berikutnya
Bagan 4.10
Standar Prosedur Operasional (SPO) Alur Interaksi Siswa dan Guru
Dalam Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan Learning Gv.ide
218
13. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan
Penerapan Learning Guide
Berdasarkan rancangan prosedur operasional pembelajaran program
produktif yang telah melalui serangkaian ujicoba, maka untuk melakukan
validasi model diperlukan penjelasan tentang langkah-langkah penerapan
model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide.
1). Menyusun Rencana Pembelajaran
Langkah ini merupakan awal untuk menerapkan model pembelajaran
preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide. Dalam
menyusun rencana pembelajaran guru perlu merujuk enam aspek dalam
model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yaitu (a)
tujuan pembelajaran; (b) materi; (c) metoda/strategi; (d) alokasi waktu; (e)
alat dan bahan; serta (f) evaluasi hasii. Sesuai kompetensi/sub kompetensi
yang akan diajarkan, maka materi pembelajaran disusun menggunakan
format penerapan learning guide, mencakup: menghimpun modul, menyusun
learning guide, job sheet, learning steps, sel/check, dan menyusun tes tertulis
dan tes tindakan. Dokumen learning guide ini perlu benar-benar dipastikan
sudah siap sebelum guru melaksanakan pembelajaran untuk suatu sub
kompeten/kompetensi.
2). Melaksanakan Pembelajaran
a). Penjelasan materi sesuai sub kompetensi oleh Guru
Pelaksanaan pembelajaran dimulai melalui guru menjelaskan materi
sesuai sub kompetensi, sebelum siswa melaksanakan pembelajaran
219
program produktif. Secara empirik tidak ada ketentuan berapa lama
waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi tersebut, mengingat
hal ini bergantung kepada luas cakupan dan kedalaman materi
pembelajaran. Berdasarkan ujicoba model, guru-guru program produktif
memanfaatkan waktu lebih kurang 30% dari keseluruhan waktu
pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi untuk menjelaskan dan
melakukan tanya jawab materi berkaitan dengan sub kompetensi yang
akan dipalajari siswa. Selama penjelasan materi guru memberikan
kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang
belum dipahami.
b). Siswa membaca dan memahami modul pembelajaran
Tahap berikutnya siswa membaca dan memahami modul pembelajaran.
Modul tersebut pada dasarnya merupakan manual book, yang memuat
materi pembelajaran beserta langkah-langkah penyelesaian tugas sesuai
sub kompetensi yang dipelajari. Sampai dengan langkah memahami
modul
pembelajaran,
siswa
diberikan
kesempatan
mengajukan
pertanyaan kepada guru baik berkaitan dengan isi learning guide, job
sheet, ataupun modul pembelajaran.
c). Siswa-Membaca dan Memahami learning Guide
Kegiatan berikutnya siswa membaca dan memahami isi/substansi
pembelajaran yang termuat dalam format learning guide, yaitu
mencakup: deskripsi tugas, pengantar, tujuan pencapaian kinerja, serta
220
tujuan khusus pembelajaran. Jika siswa merasa ada yang belum jelas
diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru.
d). Siswa membaca dan memahami JobSheet
Memasuki tangkan berikutnya, siswa membaca dan memahami job
sheet, yang mencakup: kriteria unjuk kerja yang akan dicapai, alat dan
bahan yang digunakan, langkah keselamatan kerja, serta langkah kerja
pokok. Siswa dapat mengajukan pertanyaan jika belum memahami isi
job sheet.
e). Siswa menyelesaikan tugas dengan acuan Learning Steps
Jika siswa merasa sudah memahami penjelasan materi dari guru,
memahami modul, isi learning guide, job sheet, berikutnya siswa
melaksanakan penyelesaian tugas secara bertahap sesuai urutan tujuan
khusus. Siswa tidak diperkenankan melaksanakan penyelesaian tugas
secara acak, tidak sesuai dengan urutan tujuan khusus. Tahap-tahap
penyelesaian tugas sesuai urutan tujuan khusus dipandu oleh format
learning steps. Jika siswa merasa ada yang kurang memahami pada
suatu langkah penyelesaian tugas, dipersilahkan berkonsultasi dengan
guru.
f). Siswa mengecek hasil penyelesaian tugas dengan acuan Sel/Check
Untuk memastikan apakah setiap langkah penyelesaian tugas sudah
dikerjakan, serta sudah dilakukan pengecekan atau pengukuran sesuai
urutan tujuan khusus, siswa perlu melakukan pengecekan dan
memastikan hasil pengukuran menggunakan daftar cek {sel/ check).
221
Penyelesaian tugas dianggap berakhir jika setiap butir pengecekan (self
check) telah memiliki jawaban 'ya'. Apabila masih ada salah satu atau
lebih butir self check yang belum memiliki jawaban 'ya', siswa harus
melakukan penyelesaian ulang terhadap suatu unit (item) tugas tersebut
sampai tuntas sehingga memiliki jawaban 'ya'. Jika langkah ini telah
selesai siswa memberi informasi kepada guru agar dilalaikan
pengecekan oleh guru atas hasil penyelesaian tugas siswa.
3). Melaksanakan Evaluasi
a). Siswa melaksanakan tes tertulis
Siswa yang telah menyelesaikan tugas pembelajaran sampai dengan
pengecekan hasil secara tuntas, berikutnya meminta kepada guru untuk
menempuh tes tertulis (written tesi) sesuai dengan materi sub
kompetens/kompetensi yang telah dipelajari serta m'praktikkan dalam
penyelesaian tugas. Idealnya, tes tertulis yang dikerjakan siswa
seluruhnya benar; jika ada jawaban siswa yang belum benar siswa harus
mengulang untuk pertanyaan dimaksud,
b). Siswa melaksanakan tes tindakan
Setelah guru dapat memastikan siswa tertentu dapat menyelesaikan tes
tertulis secara tuntas, berikutnya siswa melakukan tes tindakan
(performance test) sesuai sub kompetensi yang dipelajari. Selama siswa
melaksanakan tes tindakan, guru berperan sebagai evaluator atas unjuk
kerja siswa sesuai kompetensi yang dipelajari.
222
c). Guru memfasilitasi pelaksanaan tes
Intensitas peran guru dalam pelaksanaan tes tertulis dan tindakan, dalam
bentuk pengaturan atau penjadwalan untuk masing-masing siswa,
pengawasan pelaksanaan, ffyn pelaksanaan remedial bagi siswa yang
belum tuntas, sangat berperan dalam pencapaian kompetensi siswa
sesuai standar yang diharapkan. Dalam pengertian ini maka guru benarbenar harus menjadi fasilitator dalam pelaksanaan tes tertulis dan
tindakan.
d). Guru menilai dan memutuskan keberlanjutan belajar tiap siswa
bagi kompetensi/sub kompetensi berikutnya
Tahap
akhir
pelaksanaan pembelajaran suatu sub kompetensi/
kompetensi dengan penerapan learning guide, adalah guru memberikan
penilaian atas ketuntasan hasil belajar masing-masing siswa, untuk
berikutnya memutuskan siswa-siswa yang berhak meneruskan atau
melanjutkan pembelajaran ke sub kompetensi/kompetensi berikutnya.
Bagi siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran suatu sub
kompetensi, guru memberikan pembelajaran remedial, yang hanya
dilakukan bagi tujuan pembelajaran khusus yang belum dapat dicapai
siswa secara tuntas.
2. Pelaksanan dan Hasil Validasi Model
Berdasarkan kerangka model dan rumusan standar prosedur operasional
(SPO) siap divalidasi, langkah berikutnya adalah pelaksanaan uji validasi. Uji
223
validasi dilaksanakan di tiga SMK, yaitu SMK A, SMK B dan SMK C, dengan
melibatkan (menetapkan) sejumlah dua kelas untuk masing-masing SMK. Dengan
demikian terdapat enam kelas dalam uji validasi, masing tiga kelas eksperimen, dan
tiga kelas kontrol. Enam kelas dalam uji validasi tersebut merupakan kelas berbeda
dengan kelas yang digunakan sebagai ujicoba lebih luas.
Pelaksanaan uji validasi pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol
dilaksanakan sebanyak tiga kali, dengan sub kompetensi yang berbeda. Sebelum uji
validasi dilakukan, penulis melakukan sosialisasi tentang model pembelajaran
preskriptif dengan
penerapan
learning guide
beserta
perangkatnya
dalam
pembelajaran produktif, kepada enam guru kelompok eksperimen. Tujuan sosialisasi
ini
adalah
memberikan
pemahaman
bagaimana
model
pembelajaran
ini
dilaksanakan, serta langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran sampai
dengan evaluasi.
Tujuan utama uji validasi adalah untuk mengetahui keterterapan mode L, tanpa
keterlibatan maupun kehadiran penulis dalam sitausi sebenarnya di dalam kelas.
Ukuran-ukuran keterterapan model dirujuk pada dua hal, yaitu: (1) dukungan
terhadap pelaksannan tugas guru dalam penyelenggaraan pembelajaran program
produktif; dan (2) peningkatan kompetensi siswa setelah melaksanakan pembelajaran
model preskriptif dengan penerapan learning guide. Dukungan terhadap pelaksanaan
tugas guru diantaranya mencakup: (a) kemudahan dalam menyusun rencana
pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran, meliputi: layanan bimbingan
pembelajaran kepada siswa; dan pengelolaan kelas; dan (c) kemudahan dalam
melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran. Sedangkan peningkatan kompetensi
224
siswa, diukur berdasarkan hasil tes tertulis dan tes tindakan pada setiap selesai
pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi.
2.1. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru
Mulai dari pelaksanaan ujicoba terbatas, ujicoba lebih luas sampai dengan uji
validasi, terdapat 14 guru yang telah berpartisipasi. Berdasarkan angket yang
diberikan kepada para guru tersebut, dapat dideskripsikan tentang dampak penerapan
model
pembelajaran
preskriptif dengan
penerapan
learning guide
dalam
pembelajaran produktif terhadap pelaksanaan tugas guru, yang mencakup tugas
dalam menyusun rencana pembelajaran; melaksanakan proses pembelajaran; dan
melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran Deskripsi tentang dampak tersebut secara
spesifik merujuk (dibandingkan) dengan pola pembelajaran program produktif
seperti yang selama ini berlangsung (konvensional). Pada tabel di bawah ini
dijelaskan tentang deskripsi darnpak tersebut.
225
Tabel 4.25
Deskripsi Dampak Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif
Dengan Penerapan Learning Guide Terhadap Pelaksanaan Tugas Guru
Deskripsi Hasii Penerapan Model
Aspek Tugas
1. Menyusun
rencana
pembelajaran
2. Melaksanakan
pembelajaran/
diklat
3. Melaksanakan
evaluasi hasil
pembelajaran
Lebih mudah
• 76,92% pada seluruh
komponen
• 23,08 % pada modul
diklat dan job sheet
• 72% pada pengelolaan kelas, layanan/
bimbingan diklat, dan
pelaksanaan tes;
• 24% layanan dan
bimbingan siswa;
• 4% pelaksanaan tes
* 94,54
%
pada
penyusunan,
pelaksanaan
tes,
dan
remedial;
• 5,46% penyusunan tes
•
•
•
•
•
•
Ada kesamaan
76,40% tidak;
15,07% pada penyusunan tes;
8,53% pada penyusunan job sheet dan
modul
80% tidak;
16%
pelaksanaan
tes;
4% pada layanan
bimbingan
Lebih sulit
• 14%
pada
penyusunan
tes
• 5,66%
pada
pelaksanaan
tes;
• 3,77 % pada
pembimbingan
siswa
• 3,71%
pada
• 78,80% tidak;
penyusunan
• 8,14% pelaksanaan
tes
remedial;
• 13,06% pelaksanaan
tes
Secara bagan dampak tersebut digambarkan di bawah ini:
226
MRP
MPD
MEHP
Aspek Tugas
Bagan 4.11
Deskripsi Dampak Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan
Penerapan Learning Guide terhadap Pelaksanaan Tugas Guru
Keterangan Bagan:
MRP
: Menyusun rencana pembelajaran
MPD : Melaksanakan petnbelaj aran/diklat
MEHP
: Melaksanakan evaluasi hasil
Pembelajaran
LM
TP
LS
Lebih mudah
Tidak berbed
Lebih sulit
Berdasarkan tabel 4.25 dan bagan 4.10 di atas dapat dilihat bahwa penerapan
model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide,
pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, secara deskriptif dapat mendukung
pelaksanaan tugas guru dilihat dari aspek penyusunan rencana pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran.
Dengan demikian penerapan model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan learning guide secara deskriptif kualitatif memberikan sumbangan positif
terhadap pelaksanaan tugas guru, khususnya dalam penyelenggaraan pembelajaran
program produktif
227
2.2. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif
Peningkatan prestasi siswa hasil sebagai dampak dari penerapan modei
pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide dalam pembelajaran
produktif, diukur berdasarkan prinsip rancangan penelitian eksperimen (quasi
experimental), yaitu: (l) mengukur perbedaan prestasi siswa kelompok eksperimen
dan kontrol sebelum (pra) pembelajaran, berdasarkan rata-rata skor hasil tes tertulis
(written test); (2) mengukur perbedaan prestasi siswa kelompok eksperimen dan
kontrol setelah (pasca) pembelajaran, berdasarkan rata-rata skor hasil tes gabungan
(tertulis dan tindakan); dan (3) mengukur perbedaan prestasi seluruh siswa
(gabungan) subyek validasi kelompok eksperimen dan kontrol, berdasarkan rata-rata
skor hasil tes gabungan (tertulis dan tindakan).
1). Perbedaan Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen
dan Kontro Pra Penerapan Model
Prestasi d Mat produktif siswa kelompok eksperimen dan kontrol pra
penerapan model diukur berdasarkan skor rata-rata hasil tes tertulis, yang
menggambarkan pengetahuan dan pemahaman teknis siswa terhadap materi sesuai
sub kompetensi yang dipelajari. Pelaksanaan tes awal (pra) pembelajaran ini
dilakukan satu kali, dengan asumsi bahwa hasil skor yang diperoleh benar-benar
merupakan cermin kemampuan siswa, bukan dipengaruhi oleh pengalaman
mengerjakan tes yang berulang-ulang (dua atau tiga kali). Skor rata-rata hasil tes
tertulis antara siswa kelompok eksperimen dan kontrol diasumsikan tidak berbeda
secara signifikan
228
Tabel 4.26
Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Pra Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Uji Validasi 1 (Eksp)
(Kontr)
34
34
65,41
65,38
Stand.
Dev.
2,62
2,44
Nilai t
Df
0,183
66
t-tabel
a =0,05
2,000
Berdasarkan tabel 4.26 di atas dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata hasil tes
tertulis siswa kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara siginfikan;
yang berarti prestasi siswa sebelum melaksanakan pembelajaran antara kelompok
eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara siginfikan, pada taraf sigimfikansi 5 %.
Tabel 4.27
Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Pra Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Uji Validasi 1 (Eksp)
(Kontr)
36
36
67,86
67,61
Stand.
Dev.
1,99
2,05
Nilai t
Df
1,861
70
t-tabel
a =0,05
2,000
Tabel 4.27 di atas juga menjelaskan bahwa prestasi awal (pra) pembelajaran
siswa SMK B antara kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara
signifikan.
Tabel 4.28
Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Pra Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Uji Validasi 1 (Eksp)
(Kontr)
35
35
63,00
62,91
Stand.
Dev.
2,40
2,34
Nilai t
Df
0,421
68
t-tabel
a =0,05
2,000
229
' Berdasarkan tabel 4.28 di atas dapat dilihat bahwa prestasi siswa SMK C
kelompok eksperimen dan kontrol sebelum melaksanakan pembelajaran tidak
berbeda secara signifikan.
2). Perbedaan Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen
dan Kontrol Pasca Penerapan Model
Kompetensi siswa yang dideskripsikan dalam konteks ini didasarkan kepada
skor rata-rata gabungan hasil tes tertulis dan tindakan yang diukur setelah siswa
melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, peningkatan prestasi siswa pasca
pembelajaran pada kelompok eksperimen pada SMK-SMK subyek uji validasi, pada
dasarnya merupakan gambaran dampak dari penerapan model pembelajaran
preskriptif dengan penerapan learning guide dalam pembelajaran produktif.
Tabel 4.29
Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Pasca Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Uji Validasi 1 (Eksp)
(Kontr)
Uji Validasi 2 (Eksp)
(Kontr)
Uji Validasi 3 (Eksp)
(Kontr)
34
34
34
34
34
34
72,74
66,44
74,76
68,21
75,79
69,74
Stand.
Dev.
2,68
3,83
1,86
2,16
2,36
1,50
Nilai t
Df
8,03
66
t-tabel
a =0,05
2,00
13,88
66
2,00
14,42
66
2,00
Hasil perhitungan rata-rata skor tes tertulis dan tindakan yang dicantumkan
pada tebal 4.29 di atas menunjukkan bahwa kompetensi siswa SMK A kelompok
eksperimen dan kontrol berbeda secara signifikan. Dengan demikian, pelaksanaan
pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif
230
dengan penerapan learning guide di SMK A memberikan dampak secara signifikan
dalam meningkatkan prestasi siswa.
Tabel 4.30
Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Pasca Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Stand.
Dev.
Nilai t
Df
Uji Validasi 1 (Eksp)
(Kontr)
Uji Validasi 2 (Eksp)
(Kontr)
Uji Validasi 3 (Eksp)
(Kontr)
36
36
36
36
36
36
73,78
67,33
74,17
67,28
75,36
68,50
2,62
8,28
70
t-tabel
a = 0,05
2,00
13,80
70
2,00
16,48
70
2,00
4,49
2,12
3,28
2,28
2,30
Berdasarkan tabel 4.30 di atas dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata siswa
SMK B kelompok eksperimen dan kontrol berbeda secara signifikan, pada taraf
signifikansi 5 %. Hal ini mengartikan bahwa pelaksanaan pembelajaran program
produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning
guide yang diterapkan pada kelompok eksperimen, memberikan dampak peningkatan
prestasi siswa hasil diklat produktif secara sigmfikan.
Tabel 4.31
Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Pasca Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang
Kegiatan
N
Rata-rata
Uji Validasi 1 (Eksp)
(Kontr)
Uji Validasi 2 (Eksp)
(Kontr)
Uji Validasi 3 (Eksp)
(Kontr)
35
35
35
35
35
35
71,66
64,23
71,74
66,51
73,00
67,57
Stand.
Dev.
2,30
2,67
2,59
3,26
1,94
2,52
Nilai t
Df
14,26
68
t-tabel
a = 0,05
2,00
9,10
68
2,00
11,10
68
2,00
231
Tebal 4.31 di atas menunjukkan skor rata-rata hasil tes tertulis dan tes
tindakan siswa SMK C kelompok eksperimen dan kontrol yang berbeda secara
signifikan, pada taraf signifikansi 5 %. Hal ini mengartikan bahwa pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan
learning guide memberikan dampak secara signifikan terhadap peningkatan prestasi
siswa kelompok eksperimen.
3). Perbedaan Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen
dan Konntrol Pasca Penerapan Model pada Seluruh SMK Subyek
Deskripsi prestasi diklat produktif siswa juga diukur dari keseluruhan subyek uji
validasi antara kelompok eksperimen dan kontrol. Melalui penghitungan skor ratarata tes tertulis dan tindakan terhadap keseluruhan siswa pada SMK-SMK subyek uji
validasi dapat diketahui perbedaan prestasi siswa sebagai dampak penerapan
pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif
dengan penerapan learning guide.
Tabel 4.32
Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Seluruh Siswa Kelompok Eksperimen
dan Kontrol Pasca Pembelajaran Program Produktif
Kegiatan
N
Rata-rata
Uji Validasi 1 (Eksp)
(Kontr)
Uji Validasi 2 (Eksp)
(Kontr)
Uji Validasi 3 (Eksp)
(Kontr)
105
105
105
105
105
105
72,73
66,01
73,55
67,32
74,71
68,59
Stand.
Dev.
2,66
3,94
2,55
3,01
2,50
2,32
Nilai t
Df
16,55
208
t-tabel
a = 0,05
1,98
20,47
208
1,98
23,56
208
1,98
Berdasarkan tebal 4.32 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan
secara signifikan prestasi siswa hasil diklat produktif kelompok eksperimen dan
kontrol, berdasarkan perhitungan skor rata-rata hasil tes tertulis dan tindakan pada
seluruh siswa subyek validasi.
232
Q Eksperimen • Kontrol
76
74
72
70
68
66
64
62
60
c>
<r
1
V1
- o
J
V2
V3
-Eksperimen
•Kontrol
Bagan 4.12
Peningkatan Prestasi Diklat produktif Seluruh Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hasil Validasi Model
Dari jumlah keseluruhan 105 siswa kelompok eksperimen dan 105 siswa
kelompok kontrol diketahui memiliki prestasi yang berbeda secara signifikan untuk
setiap tahap uji validasi. Dengan data tersebut diartikan bahwa penerapan model
pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide memberikan dampak
secara signifikan terhadap peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif
233
E. Interpretasi Hasil Penelitian
Uraian dalam interpretasi hasil penelitian ini dimaksudkan memberikan
pemaknaan secara deskriptif terhadap berbagai hal/kondisi yang dihasilkan dari
pelaksanaan penelitian. Uraian tentang interpretasi hasil penelitian ini disajikan
sesuai dengan tahap pelaksanaan penelitian, yang mencakup hasil studi pendahuluan,
tahap pengembangan, dan hasil uji validasi, serta potensi dukungan terhadap
penerapan model. Hasil studi pendahuluan, pada dasarnya menjadi pijakan terhadap
proses pelaksanaan berikutnya Hasil penelitian tahap pengembangan, sesuai dengan
cakupannya meliputi: hasil pengembangan draft desain model, ujicoba terbatas, dan
ujicoba lebih luas. Sedangkan hasil uji validasi memfokuskan kepada dampak
penerapan model terhadap pelaksanaan tugas guru, dan peningkatan kompetesi
siswa Bahasan terakhir dalam bagian ini memaknai peluang/potensi dukungan
dalam penerapan model yang dikembangkan.
1. Interpretasi terhadap Hasil Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan, yaitu
memperoleh gambaran tentang penyelenggaraan pembelajaran program produktif
SMK, yang mencakup: (1) bentuk rencana pembelajaran program produktif; (2)
proses pelaksanaan pembelajaran; dan (3) evaluasi hasil pembelajaran. Berdasarkan
studi yang dilakukan terhadap tiga hal tersebut, diperoleh gambaran secara spesifik
tentang penyelenggaraan pembelajaran program produktif, seperti tercantum dalam
tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3.
234
Secara deskriptif, berdasarkan studi pendahuluan dapat dijelaskan bahwa,
dalam menyusun rencana pembelajaran guru program produktif belum mendasarkan
sepenuhnya kepada standar kompetensi, namun masih semata-mata mendasarkan
kepada GBPP Program produktif yang dirumuskan oleh pusat (Direktorat
Dikmenjur). Demikian juga dalam pelaksanaan pembelajaran, dijumpai beragam
versi, seperti tercantum pada tabel 4.1, yang semuanya memiliki kecenderungan hasil
tidak optimal. Pembelajaran program produktif juga tidak mengembangkan
instrvctional sheet secara memadai; yang ada hanya dalam bentuk job sheet dan
modul diklat dalam beragam versi, seperti dicantumkan dalam tabel 4.1. Kondisi
seperti ini sangat berpotensi menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tidak
optimal. Pada tabel 4.3. juga digambarkan tentang pelaksanaan evaluasi diklat yang
dilaksanakan tidak secara fokus mengukur kompetensi yang dicapai siswa setiap kali
selesai melakukan pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi. Demikian juga
pelaksanaan evaluasi dalam bentuk tes yang dikembangkan guru, lebih banyak
menekankan pemahaman, belum fokus mengukur sikap dan keterampilan siswa
dalam bentuk tes tindakan ( performance tesi).
Atas dasar hasil studi pendahuluan tersebut, berikutnya dirumuskan konsepsi
pengembangan desain model pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum
program produktif, khususnya pada mala diklat Perbaikan Motor Otomotif program
keahlian Teknik Mekanik Otomotif.
Desain model pengembangan ini disebut
sebagai model pembelajaran preskriptjf program produktif dengan penerapan
learning guide, yang mencakup format leaming guide, job sheet, leaming steps, self
check, dan perangkat tes. Secara spesifik desain model ini dikembangkan pada
235
pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif, program keahlian Teknik Mekanik
Otomotif.
2. Interpretasi terhadap Hasil Pengembangan Model Pembelajaran Preskriptif
Program Produktif dengan Penerapan Learning Guide
Sesuai dengan rancangan penelitian ini, berdasarkan hasil studi pendahuluan
berikutnya dilakukan
pengembangan model sesuai dengan konsepsi
yang
dirumuskan oleh penulis. Dalam konteks ini, konsepsi yang telah dirumuskan adalah
model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan 'learning
guide'. Dengan demikian pengembangan desain model, yang mencakup beberapa
komponen seperti disebutkan di atas, merujuk kepada rumusan konsepsi model
tersebut, dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran program
produktif, khususnya mata diklat Perbaikan Motor Otomotif.
2.1. Kaitan Hasil Pengembangan Komponen Desain Model dengan Tahapan
Pembelajaran Program Produktif
Desain model pembelajaran program produktif dengan penerapan 'learning
guide' pada dasarnya merupakan desain operasional penyelenggaraan pembelajaran
yang perlu dirancang dan dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.
Sebagai suatu desain operasional maka secara kronologis langkah yang perlu
ditempuh
guru
adalah:
menyusun
rencana
pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar, yang mendasarkan kepada konsepsi model
pembelajaran preskriptif dengan penerapan' learning guide'.
236
2.1.1. Penyusunan Rencana Pembelajaran Program Produktif
Salah satu hasil penting dalam pengembangan model pembelajaran
preskriptif dengan penerapan learning guide, adalah rumusan model
penyusunan rencana pembelajaran program produktif. Ciri dan kekuatan
utama model ini dalam penyusunan rencana pembelajaran adalah: (a) materi
pembelajaran bersisi bahan ajar yang mendukung kompetensi, disusun
berbentuk penyelesaian tugas pembelajaran per kompetensi, dan dikemas
dalam bentuk modul pembelajaran setiap kompetensi/sub kompetensi; (b)
strategi/metoda pembelajaran dirancang bersifat prescriptive, yang mencakup
empat tahap; (c) evaluasi pembelajaran, dirancang program pengayaan, dan
mengintegrasikan secara penuh tes tertulis dan tes tindakan.
Penyusunan rencana pembelajaran menggunakan model ini, perlu
dilakukan sebelum pembelajaran dilaksanakan, dan mencakup semua aspek,
yaitu:
tujuan
pembelajaran,
alat/bahan, dan evaluasi.
sebagai
perangkat
materi,
metoda/strategi,
alokasi
waktu,
Demikian juga perlu disusun learning guide
operasional
pelaksanaan
pembelajaran,
mencakup
komponen: modul pembelajaran, learning guide, job sheet, learning steps,
self check, dan perangkat tes (tertulis dan tindakan). Komponen rencana
pembelajaran tersebut harus disusun secara lengkap sebagai rencana tertulis,
dan merupakan perangkat pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi.
Dalam satu mata diklat, pada umumnya terdiri dari beberapa kompetensi/sub
kompetensi; dengan demikian sejumlah kompetensi/sub kompetensi itulah
harus sudah tersusun rencana pembalajaran secara utuh/lengkap. Deskripsi
237
hasil pengembangan model preskriptif dengan penerapan learning guide yang
berkaitan dengan penyusunan rencana pembelajaran tertuang dalam tabel 4.4.
Secara keseluruhan aspek-aspek yang tercantum dalam rencana pembelajaran
tidak berbeda dengan pendekatan yang pembelajaran yang selama ini
diterapkan oleh guru; namun beberapa pada aspek yang ada (materi
pembelajaran, metoda/strategi pembelajaran, alat/bahan, dan evaluasi)
dikembangkan dengan memberikan ciri lebih tegas kepada pendekatan
kompetensi dan produksi.
2.1.2. Pelaksanaan Pembelajaran Program Produktif
Desain pelaksanaan pembelajaran yang dirumuskan dalam model
pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, pada dasarnya
merupakan penerapan dari deskripsi materi dan strategi/metoda pembelajaran
yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran. Desain model pelaksanaan
pembelajaran secara spesifik tertuang dalam tabel 4.5; yang secara khusus
memberikan penekanan kepada dua hal pokok yaitu: (a) tugas pembelajaran
diberikan menggunakan prinsip preskriptif (reserVpetunjuk), yang mencakup
empat tahap; dan
(b) kegiatan pembelajaran menerapkan learning guide,
yang menempuh delapan langkah. Desain pelaksanaan pembelajaran tersebut
secara substansial merupakan pengembangan dari pelaksanaan pembelajaran
yang selama ini diterapkan oleh para guru program produktif
2.1.3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Program Produktif
Sebagaimana tertuang dalam tabel 4.6, desain evaluasi hasil
pembelajaran yang dikembangkan dalam model pembelajaran preskriptif
238
dengan penerapan learning guide secara spesifik mengarah kepada tiga hal
yaitu: (a) dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; (b) menggunakan
pendekatan PAP secara konsisten; dan (c) tes tertulis dan tes tindakan
dilaksanakan secara terintegratif. Tiga hal tersebut teruji dapat diterapkan
secara efektif serta merupakan desain pengembangan terhadap pelaksanaan
evaluasi yang selama ini dilaksanakan oleh para guru program produktif.
2.1.4. Pengembangan Komponen Pembelajaran Program Produktif
(Fokus pada Mata Diklat Perbaikan Motor Otomotif)
Sebagai suatu desain pembelajaran, untuk dapat diujicoba dan
divalidasi sampai dengan diimplementasikan secara riil di lapangan (kelas),
maka diperlukan obyek yang menjadi bidang kajian. Untuk ini maka
ditetapkan mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, kompetensi Perbaikan
Kerusakan Motor Otomotif, yang mencakup tiga sub kompetensi yaitu: (a)
Perbaikan kerusakan sistem pelumasan mesin; (b) Perbaikan kerusakan
sistem pendinginan mesin; dan (c) Perbaikan kerusakan kepala silinder.
Merujuk kepada isi yang tertuang dalam GBPP Produktif dan analisis
kebutuhan lapangan (institusi pasangan), maka pada ketiga sub kompetensi
tersebut berikutnya disusun rencana pembelajarannya dengan penerapan
perangkat 'learning guide'', untuk selanjutnya dilaksanakan di kelas dan
dilakukan evaluasi hasil pembelajaran.
239
2.2. Interpretasi Hasil Ujicoba Terbatas dan Indikator Keberhasilan Desain
Model
Ujicoba terbatas yang telah dilakukan terhadap desain model, memberikan
gambaran tentang beberapa aspek yang menjadi indikator keberhasilan penerapan
desain model. Desain model yang dikembangkan di samping perlu dinilai
dampaknya dalam meningkatkan kompetensi siswa dan dukungan terhadap
pelaksanaan tugas guru, juga perlu dilakukan penilaian terhadap substansi isi dan
struktur desain, serta penilaian keterterapan desain itu sendiri. Penilaian terhadap
aspek-aspek tersebut pada dasarnya merupakan penilaian terhadap keberhasilan
penerapan desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learningguide.
2.2.1. Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain Model
Salah satu indikator internal keberhasilan penerapan desain model
adalah substansi isi dan fleksibilitas struktur komponen desain. Berdasarkan
hasil ujicoba terbatas yang diberikan kepada dua guru dan 36 siswa,
diperoleh masukan perbaikan/penyempurnaan khususnya terhadap perlunya
dibuat panduan/prosedur penerapan desain model bagi guru. Secara spesifik
tidak disarankan perbaikan terhadap substansi isi maupun struktur/tata urutan
desain model. Selama ujicoba berlangsung (kesatu, kedua, dan ketiga) guru
dan penulis lebih banyak berkonsentrasi terhadap penerapan desain model.
Dengan demikian secara umum isi dan struktur desain selama ujicoba
terbatas tidak dijumpai kendala berarti.
240
2.2.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru
Salah satu aspek yang dinilai dalam ujicoba terbatas adalah dampak
penerapan desain model terhadap pelaksanaan tugas guru. Sebagaimana
dilaporkan pada hasil pelaksanaan ujicoba terbatas, pelaksananan tugas guru
dirujuk
pada
tiga
aspek
yaitu:
menyusun
rencana
pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi hasil
pembelajaran. Selama tiga kali ujicoba terbatas, guru pada akhirnya dapat
melakukan penyusunan rencana pembelajaran dengan benar sesuai rumusan
desain model. Demikian juga dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan learning guide', seperti tercantum dalam tabel 4.7, tabel 4.8, dan
tabel 4.9 secara bertahap guru dan siswa dapat berinteraksi secara maksimal,
terutama dalam pelaksanaan tahap-tahap pembelajaran mulai dari membaca
dan memahami learning guide sampai dengan pelaksanaan evaluasi. Dalam
pengelolaan evaluasi hasil pembelajaran, guru secara bertahap mampu
mengelola pelaksanaan evaluasi dalam bentuk tes, baik tes tertulis dan tes
tindakan dengan pendekatan PAP. Tes yang dilaksanakan juga dapat
mengoptimalkan interaksi guru dalam memberikan layanan secara individual.
2.23. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif
Sebagai fokus dalam pengembangan desain model ini adalah
peningkatan prestasi siswa; demikian juga dalam pelaksanaan ujicoba
terbatas. Sesuai dengan rancangan, ujicoba terbatas ini bersifat 'one shol
study* sehingga hanya diterapkan kepada satu kelas ujicoba, kemudian
dilakukan penilaian (pengukuran) setelah penerapan desain model. Prestasi
241
siswa yang dimaksud, diukur berdasarkan skor rata-rata hasil tes tertulis dan
tes tindakan. Dari tabel 4.10, diperoleh deskripsi skor rata-rata hasil tes yang
meningkat dari ujicoba kesatu, kedua, dan ketiga. Perbedaan peningkatan
skor rata-rata tersebut signifikan secara statistik; dengan demikian diartikan
bahwa berdasarkan ujicoba terbatas kesatu, kedua dan ketiga, penerapan
desain model memberikan dampak secara signifikan terhadap peningkatan
prestasi siswa.
2.2.4. Keterterapan di Lapangan
Berdasarkan hasil penerapan model melalui ujicoba terbatas kesatu,
kedua, dan ketiga, secara deskriptif dapat diartikan desain model memiliki
peluang untuk diterapkan dan dikembangkan lebih jauh. Keterterapan tersebut
dilihat baik dalam konteks keseluruhan komponen, maupun pada masingmasing komponen desain model. Namun demikian secara khusus, untuk
ujicoba dan penerapan lebih jauh perlu disusun panduan/prosedur penerapan
desain model di kelas, sehingga menggambarkan alur interaksi antara siswa
dan guru.
23. Interpretasi Hasil Ujicoba Lebih Luas dan Indikator Keberhasilan Desain
Model
Desain model yang telah melewati ujicoba terbatas, setelah melalui beberapa
perbaikan secara konsepsi siap dilakukan ujicoba lebih luas, dengan cakupan dan
jumlah subyek (sekolah, guru dan siswa) lebih besar. Ujicoba lebih luas desain
model ini mencakup subyek sekolah yang bervariasi, yaitu satu SMK berakreditasi
242
sangat baik, satu SMK berakreditasi baik, dan satu SMK berakreditasi sedang,
sehingga diharapkan dapat diperoleh gambaran spesifik sesuai keadaan masingmasing subyek (sekolah, guru dan siswa). Secara spesifik, fenomena perbedaan
kondisi subyek ujicoba tersebut dapat dideskripsikan pada lima aspelc/dimensi, yaitu
peningkatan kompetensi siswa, pelaksanaan tugas guru, keselarasan dukungan alat
dan bahan, potensi dukungan stakeholders terkait, dan substansi isi dan fleksibilitas
struktur desain model. Pada aspek peningkatan kompetensi siswa, dapat dilihat
tingkat pencapaian rata-rata skor tes tertulis dan tes tindakan siswa SMK C relatif
lebih rendah dibandingkan siswa SMK A maupun SMK B. Jika ditilik dari masukan
dasar (raw input), kondisi ini tentu sangat wajar, karena siswa SMK B dan SMK A
masukan dasarnya memiliki kualitas relatif lebih tinggi. Dari aspek pelaksanaan
tugas guru, secara spesifik tidak terlihat perbedaan dalam kemampuan guru
menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan
avaluasi. Namun dari sisi semangat melaksanakan tugas, terlihat bahwa guru SMK B
lebih tinggi semangat dan motivasinya dalam menerima pembaharuan dan inovasi
khususnya menyangkut pembelajaran program produktif, dibandingkan guru SMK
lain subyek ujicoba. Sedangkan pada aspek keselarasan dengan dukungan alat dan
bahan yang ada di sekolah dan dukungan jaringan stakeholders yang dimiliki
sekolah, terlihat pada SMK C kurang memiliki peluang dibandingkan SMK lain
dalam ujicoba. Pada aspek/dimensi fleksibilitas isi dan struktur desain model, guru
memberikan masukan yang hampir sama seperti ditampilkan pada tabel 4.14. Secara
rinci interpretasi hasil ujicoba lebih luas desain model dijelaskan di bawah ini.
243
23.1. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif
Pada ujicoba lebih luas, penilaian peningkatan prestasi siswa diukur
dalam dua termin (kondisi), yaitu pra pembelajaran dan pasca pembelajaran
melalui pelaksaksanaan tes tertulis dan tindakan. Untuk mengukur dan
membandingkan prestasi siswa pra pembelajaran dengan pasca pembelajaran,
digunakan skor rata-rata hasil tes tertulis, yang dibandingkan antara ujicoba
kesatu, kedua dan ketiga. Sedangkan untuk mengukur dan membandingkan
prestasi siswa pasca pembalajaran digunakan skor rata-rata gabungan
(kumulatif) hasil tes tertulis dan tes tindakan, yang dibandingkan antara
ujicoba kesatu, kedua dan ketiga. Langkah ini ditempuh karena menjadi
sesuatu yang tidak mungkin melakukan tes tindakan sebelum siswa
melaksanakan pembelajaran; di samping berisiko besar terjadinya kerusakan
alat dan bahan juga berisiko terjadinya kecelakaan kerja.
Berdasarkan data pada tabel 4.15; 4.16; dan tabel 4.17 diketahui
bahwa terjadi peningkatan prestasi siswa secara signifikan
pada masing-
masing sekolah subyek, berdasarkan hasil skor rata-rata tes tertulis pra
pembelajaran dan pasca pembelajaran. Berdasarkan tabel-tabel tersebut juga
diketahui tingkat rata-rata skor hasil tes siswa pada masing-masing sekolah
subyek. Siswa SMK C memiliki kecenderungan rata-rata skor tes relatif lebih
rendah dibandingkan siswa dua sekolah yang lain. Kondisi ini dipahami ada
kaitannya dengan mutu masukan yang berbeda secara kualitatif. Keadaan
yang sama juga dialami pada kondisi hasil tes kompetensi pasca
pembelajaran, seperti tertuang pada tabel 4.18; 4.19, dan tabel 4.20. Namun
244
demikian, secara keseluruhan penerapan model ini secara siginfikan
memberikan dampak terhadap peningkatan prestasi siswa, baik pada siswa
SMK yang berakreditasi sangat baik, baik, maupun sedang.
23.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru
Berdasarkan hasil ujicoba lebih luas, aspek pelaksanaan tugas guru
yang
dilihat
melaksanakan
dari
proses
kemampuan
pembelajaran,
menyusun
dan
rencana
melakukan
pembelajaran,
evaluasi
hasil
pembelajaran, secara bertahap dideskripsikan hasilnya meningkat sesuai
tahap ujicoba. Melalui pengembangan alur interaksi kegiatan siswa dan guru
yang tertuang dalam standar prosedur operasional (SPO), guru mendapat
panduan dalam pelaksanaan pembelajaran; sekaligus memperoleh gambaran
dimana peran sebagai fasilitator dan motivator harus dijalankan dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan 'learning guide\ Demikian
juga masing-masing siswa lebih tahu dan siap, tugas apa yang harus
dikerjalan dan kapan mengerjakannya. Dengan hasil ujicoba kesatu, kedua
dan ketiga pada ujicoba lebih luas, secara spesifik dapat diketahui bahwa
penerapan desain model memberikan dukungan positif terhadap pelaksanaan
tugas guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Dampak terhadap dukungan
pelaksanaan tugas guru pada dasarnya juga dirasakan intensitasnya oleh
siswa, terutama dalam memperoleh layanan bimbingan serta pengelolaan
kelas secara baik
245
2.3.3. Substansi Isi dan Fleksibilitas dan Struktur Desain Model
Dalam aspek substansi isi dan fleksibilitas struktur desain model, guru
memberikan masukan perbaikan/penyempurnaan seperti diringkas dalam
tabel
4.14.
Masukan perbaikan tersebut beberapa bersifat substansial,
terutama dalam bentuk penambahan kolom pada format self check, koreksi
pada butir-butir soal tes, serta sosialisasi panduan alur interaksi siswa dan
guru dalam pembelajaran. Setelah masukan tersebut analisis kelayakannya,
berikutnya dilakukan perbaikan khususnya terhadap isi/substansi dan
struktur/tata urutan. Salah satu perbaikan yang cukup berarti adalah
disusunnya alur interaksi siswa dan guru, sehingga rumusan tersebut menjadi
standar prosedur operasional (SPO) pembelajaran program produktif, sebagai
desain hasil pengembangan. Dengan perbaikan tersebut, selanjutnya desain
model mengalami penyempurnaan, sampai dengan ujicoba lebih luas ketiga.
Desain model yang telah dilakukan perbaikan/penyempurnaan tersebut
merupakan model (hipotetis) yang siap divalidasi.
23.4. Keterterapan di Lapangan
Pelaksanaan ujicoba lebih luas pada dasarnya telah memberikan
gambaran secara lebih lengkap tentang keterterapan desain model, dilihat dari
sisi internal desain model (isi/substansi dan struktur) maupun dari sisi
eksternal
(peningkatan
kompetensi
siswa,
pelaksanaan
tugas
guru,
keselarasan dukungan alat dan bahan, serta potensi dukungan stakeholders).
Sampai dengan pelaksanaan ujicoba lebih luas, sejumlah 8 (delapan)
instruktur telah berpartisipasi sebagai subyek ujicoba, dan telah dilakukan
246
sebanyak 12 kali ujicoba penerapan model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan
'learning
guide*.
Berdasarkan
hasil
observasi
terhadap
pelaksanaan ujicoba tersebut, seperti tertuang dalam tabel 4.24, digambarkan
bahwa secara umum, pada semua aspek/komponen desain model (fleksibilitas
isi dan struktur desain, pelaksanaan tugas guru, peningkatan kompetensi
siswa, dukungan alat dan bahan, dan dukungan stakeholders), memiliki
peluang keterterapan yang tinggi; hanya pada aspek dukungan alat dan bahan,
dan potensi dukungan stakeholders di SMK C yang peluang keterterapannya
tergolong sedang. Dengan demikian desain model yang dikembangkan, baik
dinilai dari konstruksi desain model, isi dan struktur desain, serta prosedur
penerapan, secara spesifik dapat dikonstruksi sebagai model yang siap
dilakukan uji validasi.
3. Interpretasi terhadap Hasil Validasi Model
Uji validasi model pembelajaran preskriptif dengan penerapan 'learning
guide' dilakukan pada tiga SMK dengan masing-masing SMK ditetapkan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Aspek-aspek yang dilakukan penilaian dalam validasi
meliputi: peningkatan kompetensi siswa, dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas
guru. Berdasarkan hasil pelaksanaan ujicoba lebih luas, desain model yang telah
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan, berikutnya dirumuskan sebagai model
yang siap validasi. Model yang siap divalidasi secara deskriptif dirangkum dalam
dua dimensi, yaitu: (a) dimensi kerangka model pembelajaran preskriptif,
sebagaimana tertuang dalam bagan 4.8.; dan (b) dimensi operasional dalam bentuk
247
standar prosedur operasional (SPO) pembelajaran program produktif dengan
penerapan Heaming guide', sebagaimana tertuang dalam bagan 4.9.
3 . 1 . Hasil Validasi Model Dilihat dari Peningkatan Prestasi Siswa
Prestasi siswa yang diukur berdasarkan skor rata-rata hasil tes tertulis dan
tindakan yang dilaksanakan selama tahap validasi, pengukurannya dilakukan dalam
dua kategori atau kondisi, yaitu: (a) pengukuran sebelum (pra) pembelajaran antara
kelompok eksperimen dan kontrol; dan (b) pengukuran
sesudah (pasca)
pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kontrol. Pengukuran sebelum
pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kontrol, merupakan persyaratan yang
harus dipenuhi untuk mengetahui kesetaraan kemampuan siswa kelompok
eksperimen dan kontrol, sebelum penerapan model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan 'learning guide'. Dalam pengukuran kompetensi pra pembelajaran, skor
yang digunakan adalah hasil tes tertulis. Sedangkan pengukuran kompetensi pasca
pembelajaran, skor yang yang digunakan adalah gabungan antara skor tes tertulis dan
tes tindakan. Pada tabel 4.26; 4.27; dan tabel 4.28 disajikan hasil perhitungan
perbedaan rata-rata skor prestasi siswa pada masing-masing SMK sebelum (pra)
pelaksanaan pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kontrol. Berdasarkan
hasil analisis uji t, dapat dijelaskan bahwa kompetensi siswa kelompok eksperimen
dan kontrol sebelum pelaksanaan pembelajaran tidak berbeda secara signifikan. Hal
ini berarti bahwa kompetensi siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
setara atau tidak berbeda secara statitik. Dengan demikian salah satu persyaratan
dalam pelaksanaan uji validasi model telah dapat dipenuhi.
248
Pada tabel 4.29; 4.30, dan tabel 4.31 disajikan hasil perhitungan perbedaan
rata-rata skor prestasi masing-masing SMK sesudah (pasca) pembelajaran antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis uji - 1 , dapat
dijelaskan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok eksperimen
dan kontrol pada masing-masing tahap uji validasi. Perbedaan tersebut berupa skor
rata-rata kelompok eksperimen secara signifikan lebih tinggi dibandingkan skor ratarata kelompok kontrol. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan 'learning guide' yang diterapkan kepada kelompok eksperimen
memberikan peningkatan secara signifikan terhadap prestasi siswa.
Peningkatan prestasi siswa juga diukur berdasarkan skor seluruh (jumlah)
siswa subyek ujicoba yang berjumlah 105 siswa kelompok eksperimen dan 105
siswa kelompok kontrol, seperti tertuang dalam tabel 4.32. Berdasarkan hasil analisis
uji -1 dapat dijelaskan bahwa prestasi siswa pada seluruh siswa subyek uji validasi,
berbeda secara signifikan. Hal ini berarti bahwa penerapan model yang
dikembangkan
kepada
seluruh
siswa
kelompok
eksperimen,
memberikan
peningkatan prestasi secara signifikan.
3.2. Hasil Validasi Model dari Dilihat Dukungan terhadap
Pelaksanaan Tugas Guru
Dalam uji validasi model secara deskriptif dilihat dampaknya terhadap
pelaksanaan tugas guru, yang penilaiannya meliputi aspek-aspek dukungan terhadap
penyusunan rencana pembelajaran, melaksanakaan pembelajaran, dan melaksanakan
evaluasi hasil pembelajaran. Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.25,
249
yang dikumpulkan melalui angket kepada guru yang telah melewati ujicoba terbatas,
ujicoba lebih luas dan validasi, dapat diartikan bahwa: (a) terdapat 76,92% guru
menyatakan model yang dikembangkan lebih mudah dalam hal penyusunan rencana
pembelajaran,
pada semua komponen (learning guide, job
sheet,
modul
pembelajaran, learning sleps, sel/ check, dan perangkat tes); (b) 72% guru
menyatakan lebih mudah dalam hal pelaksanaan pembelajaran, meliputi pengelolaan
kelas, layanan/bimbingan pembelajaran, dan pelaksanaan tes; (c) 94,54% guru
menyatakan lebih mudah dalam hal pelaksanaan evaluasi, mencakup menyusun
perangkat, melaksanakan, dan remedial.
Dengan demikian, model yang telah divalidasi dalam penerapannya di
lapangan memiliki peluang untuk mendukung pelaksanaan tugas guru, khususnya
dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta
melakukan evaluasi hasil pembelajaran.
4. Interpretasi Penerapan Model terhadap Potensi Dukungan Alat dan Bahan
serta Stakehloders
Penerapan
model
yang
dikembangkan
di
samping
perlu
dipenuhi
persyaratan/kriteria internal (substansi isi dan fleksibilitas struktur model) dan
eksternal (pelaksanaan tugas guru dan peningkatan kompetensi siswa), juga
dibutuhkan dukungan alat dan bahan serta partisipasi kelembagaan (institusi) terkait
Demikian juga pada model yang dikembangkan ini, setidaknya memerlukan
dukungan dari dua hal, yaitu: (a) dukungan alat dan bahan (material) pembelajaran;
250
dan (b) dukungan kelembagaan/institusi tertentu atau stakeholders, khususnya dalam
tindak lanjut penerapan model di lapangan (sekolah).
Merujuk kepada tabel 4.24 tentang indikator keterterapan model, diperoleh
gambaran tentang potensi dukungan pada dua hal di atas (alat dan bahan, serta
institusi), pada masing-masing SMK subyek ujicoba dan validasi. Berdasarkan
indikator keterterapan tersebut, dukungan alat dan bahan sebagian masih menjadi
kendala khususnya bagi SMK yang berkreditasi sedang. Begitu juga dukungan
kerjasama dalam rangka penerapan model lebih jauh (ke depan), sebagian SMK
khususnya SMK dengan akreditasi sedang, belum memiliki secara memadai. Namun
demikian bagi SMK yang berakreditasi baik dan sangat baik, potensi dukungan
dalam penerapan model dideskripsikan tidak mengalami hambatan, artinya selaras
dengan dukungan alat dan bahan serta institusi pasangan.
F. Pembahasan
Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan tentang hasil penelitian yang
telah dilakukan dan telah uraikan interpretasi, berdasarkan sudut pandang teoretik
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembeiajaran program produktif dalam
rangka implementasi kurikulum. Dalam pembahasan ini ada empat hal yang menjadi
fokus pengembangan model, yaitu: (a) pembelajaran preskriptif program produktif
SMK; (b) model pembelajaran preskriptif program produktif sebagai penguatan
pembelajaran individual; (c) model pembelajaran preskriptif dan dan pelaksanaan
tugas guru dalam pembelajaran program produktif; dan (d) hasil-hasil penerapan
251
model pembelajaran presfcriptif dengan penerapan Uearning guide"
dalam
pembelajaran program produktif.
1. Pembelajaran Preskriptif Program Produktif SMK
Dalam pemaknaan yang bedimensi operasional pembelajaran pada dasarnya
merupakan
representasi
dari
penerapan
kurikulum
sebagai
suatu rencana
pengalaman belajar peserta didik. Pembelajaran dalam dimensi ini berfungsi sebagai
wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kemampuan diri ke
arah kualitas sesuai yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan (nasional, jenjang
pendidikan dan lembaga). Memaknai kurikulum sebagai suatu rencana pembelajaran,
adalah sangat berguna dalam rangka mengembangkan komponen kurikulum sebagai
rencana tertulis, mencakup rumusan tujuan atau kompetensi, materi (isi)
pembelajaran, proses (implementasi) pembelajaran, dan pengembangan evaluasi
pembelajaran. Sejalan dengan pandangan tersebut, Sukmadinata (1988: 6-7)
menjelaskan bahwa sebagai suatu rencana pembelajaran, kurikulum berisi tujuan
yang ingin dicapai, bahan/materi yang akan disajikan, kegiatan pembelajaran, alatalat pembelajaran dan jadwal waktu.
Dalam konteks pengertian seperti di atas, maka kegiatan pembelajaran pada
dasarnya memiliki arti suatu penerapan atau pelaksanaan rencana atau pedoman
pembelajaran yang telah dirumuskan sebagai sebuah kurikulum. Kegiatan
pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dengan demikian
merupakan bentuk implementasi kurikulum. Dalam konteks spesifik, pembelajaran
program produktif sejatinya adalah
penerapan kurikulum
sebagai
rencana
252
pembelajaran ke dalam aktivitas belajar-mengajar baik dilaksanakan di dalam kelas
maupun di luar kelas.
Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikatakan Saylor and Alexander,
dalam Miller and Seiler (1986:246): Saylor and Alexander view the teaching process
as implementation : "instruction is
the implementation of the curriculum plan,
usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student-teacher
interaction in a school setting". Sebagai suatu rencana, kurikulum program produktif
pada dasarnya mencakup seperangkat komponen pembelajaran, seperti tujuan,
isi/materi, metoda/strategi, alokasi waktu, alat dan bahan, serta evaluasi, yang
kesemuanya harus dikemas secara selaras sebagai wahana dalam interaksi antara
siswa dan guru dalam sebuah proses pembelajaran.
Berdasarkan
temuan
dalam
studi
pendahuluan,
penyelenggaraan
pembelajaran program produktif SMK, yang di dalamnya mencakup komponen
pembelajaran (tujuan, materi, metoda, waktu, alat, dan evaluasi), belum berjalan
secara selaras antara satu dengan lainnya sebagai sebuah sistem pembelajaran yang
ideal. Kondisi ini menyebabkan hasil pembelajaran program produktif SMK masih
mengandung beberapa kelemahan. D (antaranya yang pokok adalah kompetensi siswa
setelah mengikuti pembelajaran program produktif, belum sesuai harapan dan
standar yang dirumuskan. Dengan keadaan seperti digambarkan tersebut, maka
upaya-upaya mengoptimalkan pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum
program produktif SMK adalah sebuah pilihan strategis. Salah satu yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan learning guide. Proses yang ditempuh dalam pengembangan pendekatan
253
pembelajaran ini menganut prinsip interaksi, yaitu rumusan-rumusan pengembangan
dikomunikasi dan diinteraksikan dengan guru di lapangan melalui tahap-tahap
ujicofaa dan validasi. Hasil-hasil pengembangan secara bertahap diperbaiki dan
disempurnakan berdasarkan hasil ujicoba dan masukan guru di lapangan.
Dalam hubungan ini pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan
model pembelajaran adalah interaksi antara para (penulis) pengembang dengan para
guru. Pengembang merancang pendekatan-pendekatan baru, menganalisis sumbersumber daya baru, atau menggabungkan muatan-muatan baru dalam program yang
dikembangkan. Pada saat bersantan para guru diberi kesempatan untuk mengujicoba,
kemudian memberikan masukan-masukan perbaikan.
Pengembang kemudian
menyesuaikan program tersebut berdasarkan hasil-hasil ujicoba di lapangan.
Secara konseptual, pembelajaran preksriptif sebagai suatu implementasi
desain kurikulum pada dasarnya dapat diarahkan dalam perspektif mutual adaptation
atau enactment. Dalam perspektif mutual adaptation, diartikan bahwa pelaksana
kurikulum (guru) dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi
riil, kebutuhan, dan tuntutan perkembangan secara kontekstual. Perspektif ini
berangkat dari kenyataan empirik, bahwa pada kenyataannya sangat sulit suatu
desain kurikulum dapat diimplementasikan sesuai rencana, sehingga perlu diadaptast
sesuai kebutuhan setempat Sedangkan perspektif enactment, memiliki ciri bahwa
guru
sebagai
pelaksana
kurikulum
dapat
melakukan
upaya-upaya
untuk
mengoptimalkan implementasi kurikulum, dalam bentuk pengembangan modei
pembelajaran. Perspektif ini berangkat dari pemahaman bahwa implementasi
kurikulum adalah sebuah proses yang berkembang, sehingga di dalamnya akan
254
berinteraksi berbagai faktor penentu, seperti tujuan, metoda, isi, alat dan bahan, serta
siswa itu sendiri. Prinsip yang dilakukan ini sejalan dengan kategori pendekatan
implementasi kurikulum yang dikemukakan Miller dan Seiler (1986: 246), dan juga
dijelaskan oleh Jackson (1991:428-429). Dengan demikian, prinsip pengembangan
model pembelajaran preskriptif dalam rangka implementasi kurikulum program
produktif menerapkan pendekatan interaksi antara pengembang kurikulum dengan
guru; serta mendasarkan kepada perspektif mutual adaptation dan enactment.
2. Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif Sebagai
Penguatan Pembelajaran Individual
Hastl penelitian ini secara empirik telah memberikan penguatan terhadap
prinsip utama dalam pembelajaran program produktif, yaitu pembelajaran individual
(individualized instruction). Pembelajaran individual menunjuk pada suatu strategi
untuk mengatur kegiatan pembelajaran sedemikian rupa, sehingga setiap siswa
mendapat layanan bimbingan lebih banyak daripada yang diberikan dalam
pembelajaran klasikal. Berdasarkan fakta lapangan, selama ini banyak terjadi
pembelajaran program produktif yang diselenggarakan guru belum menerapkan
prinsip pembelajaran individual. Permasalahan utamanya pada dasarnya bukan pada
ketiadaan alat/bahan atau sulitnya mengembangkan materi pembelajaran, melainkan
belum adanya komitmen guru untuk mengembangkan strategi/metoda pembelajaran
dengan mengoptimalkan alat dan materi/bahan yang ada.
Strategi/metoda
pembelajaran program produktif yang selama ini diterapkan guru cenderung tidak
255
berkembang ke arah perbaikan, sehingga efektivitas pembelajaran belum terjadi dan
pada akhirnya kompetensi siswa atau lulusan tidak maksimal.
Model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, secara
empirik
merupakan
pendekatan
pengembangan
dalam
penyelenggaraan
pembelajaran program produktif. Karakter utama model ini adalah prescriptive, di
samping
bersifat
task-focused,
learner focused,
dan
menguatkan
prinsip
individualized intrucstion. Kenyataan di lapangan selama ini menunjukkan bahwa
penerapan dan pengembangan pembelajaran dengan ctci-ciri seperti disebutkan di
atas masih belum banyak dilakukan, utamanya dalam penerapan layanan bimbingan
secara individual. Pada dasarnya semangat perancangan kurikulum program
produktif SMK adalah memberikan peluang layanan bimbingan individual, salah
satunya dalam bentuk individualized instruction. Ada sejumlah elemen yang perlu
dipenuhi agar pembelajaran program produktif dapat secara intens menerapkan
prinsip pembelajaran individual {individualized instruction), seperti dikemukakan
oleh Calhoun & Finch (1980:277):
Basically, a curriculum model for individualized instruction includes the
following elements :
1. selection and sequencing of mtructional tasks and objectives;
2. development and/or selection of instructional materials and activities
needed for teaching each objective, or for achieving each objective;
3. evaluation for placing each student at the appropriate point in the
curriculum;
4. plan for developing individualized programs of study;
5. procedure for evaluating and monitoring individual progress.
Satu hal penting lagi yang dikemukakan Calhoun dan Finch (1980:177) adalah:
Individualized instruction thus requires that vocational educators make décidons
256
thaï are relevant to each student. Dengan penjelasan tersebut dipahami bahwa untuk
dapat merealisisasikan pembelajaran individual, diperlukan beberapa elemen dalam
pembelajaran. Demikian juga yang Lebih pokok adalah guru harus memberikan
perlakukan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing anak.
Prinsip-prinsip yang dikemukan di atas, pada dasarnya menjadi bagian tugas guru
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
program
produktif.
Artinya
pelaksanaan
pembelajaran program produktif pada dasarnya merupakan kondisi yang tepat untuk
menerapkan individualized instruction. Hal ini juga ditegaskan oleh Burke(l995:15),
bahwa karakteristik yang terkandung dalam pembelajaran berbasis kompetensi,
sebagaimana menjadi ciri utama pembelajaran program produktif, mencakup enam
hal, yaitu: (1) individualisation of learning; (2)feedback to learners; (3) emphasis on
exit rather than admission requirements;
(4) systematic programme; (5)
modularisation; and (6) student and programme accountability.
Individualisasi
pembelajaran, pemberian umpan balik kepada siswa, serta sistem modul, seperti
dikemukakan Burke di atas, adalah sangat erat kaitannya dengan model
pembelajaran preskriptif dengan Penerapan learning guide yang ditembangkan.
Hasil-hasil pengembangan model dalam penelitian ini secara tidak langsung
memberikan pengayaan dan pembaharuan dalam pendidikan kejuruan, utamanya di
SMK Ke depan, prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan kejuruan sangat perlu
dikembangkan ke arah baru (new vocationalism) melalui penyelenggaraan
pembelajaran yang berfokus kepada siswa, mengembangkan pengalaman (learning
by doing), serta mengoptimalkan pembelajaran di luar sekolah (out-of-school
learning). Di samping itu, model pembelajaran preskriptif dengan Penerapan
257
learning guide pada dasarnya mengembangkan pola interaksi siswa dengan guru
secara ideal, dengan menempatkan guru dalam posisi pendamping dan pembimbing
(conselling and guidance). Penjelasan ini sejalan dengan apa yang dikatakan
Wellington (1993:33), bahwa ciri pembelajaran program produktif dilihat dari aspek
'pedagogy' yang dia katakan sebagai "new vocational ism'. Ciri yang terkandung
dalam 'new vocationalism' antara Iain; learner autonomy; self-reliance, studentcentred; out-of-school learning; experiential; active learning; and doing. Sedang
dilihat dari aspek 'teacher/pupil interaction',
new vocationalism memiliki ciri:
meeting for profiling and monitoring; counselling and guidance; teacher as fellow
learner.
3. Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide
dan Pelaksanaan Tugas Guru dalam Pembelajaran Program Produktif
Sejalan
dengan
karakteristik
utama
model
yang
dikembangkan,
penyelenggaraan model pembelajaran preskriptif program produktif menitikberatkan
kepada layanan belajar melalui pemberian arahan (guidance) kepada siswa untuk
melakukan pembelajaran secara mandiri, terstruktur dan bertahap. Penerapan
learning guide yang dikembangkan merupakan salah satu pendekatan dalam
penyelenggaraan pembelajaran program produktif, yang memberikan arahan
terperinci kepada siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran, menetapkan bahan
pembelajaran secara tepat, menentukan kapan dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang cukup untuk
menguasai tugas-tugas yang diberikan.
258
Melalui penyusunan rencana pembelajaran dengan prinsip preskriptif dan
penerapan learning guide, yang mencakup learning guide,job skeet, learning steps,
self check, dan perangkat tes; kemudian menerapkannya ke dalam pelaksanaan
pembelajaran, secara empirik dapat mengefektifkan pelaksanaan tugas guru program
produktif. Demikian juga melalui penerapan komponen learning guide secara
maksimal, dapat memperkecil kendala-kendala yang dialami guru dalam pelaksanaan
tugas selama ini. Hasil-hasil yang tinggi (dalam aspek fleksibilitas model, dukungan
terhadap pelaksanaan tugas guru, peningkatan kompetensi siswa, dan keselarasan
dengan dukungan alat dan bahan) dalam penerapan model pembelajaran preskriptif
dengan penerapan learning guide pada dasarnya sejalan dengan deskripsi yang
diberikan B lauk (1982:95). Disebutkan bahwa terdapat delapan keuntungan dalam
menggunakan learning guide, yaitu: (1) menyediakan berbagai sumber serta aktifitas
pembelajaran yang bervariasi, seperti buku-buku, media, manual praktikum, yang
cocok dengan tugas yang sedang dipelajari; (2) menyediakan bahan-bahan
pembelajaran yang sesuai ketika siswa membutuhkannya, serta dapat digunakan oleh
tiap siswa sesuai langkah-langkah yang dirumuskan; (3) urutannya jelas, dan
memberikan panduan terinci tentang apa yang harus siswa kerjakan, serta kapan
mengerjakannya; (4) menyusun program latihan berdasarkan tugas; (5) merupakan
sarana peningkatan kualitas pembelajaran; bahkan ketika instruktur berhalangan,
program pelatihan dapat tetap berjalan;
(6) menguraikan
langkan-langkah
pemeriksaan untuk mengecek kemajuan tiap siswa dalam menyelesaikan tugas; (7)
dimungkinkan lebih disukai siswa, dan siswa lebih terlibat secara aktif dalam
259
pembelajaran; dan ( 8 ) perangkat, alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran
tidak berubah.
Walaupun secara spesifik pengembangan model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan learning gvide ini tidak mengukur kompetensi guru dalam mengelola
pembelajaran, namun setidaknya dapat dideskripsikan sejauhmana peran dan
dukungan kualifikasi kompetensi guru dalam penerapan model ini. Pada saat
bersamaan penerapan model ini juga memerlukan dukungan minimal alat dan bahan
pembelajaran, sehingga dapat mewujudkan peran dan tugas guru sebagai fasilitator
pembelajaran
3.1. Peran dan Dukungan Kualifikasi Kompetensi Guru Program Produktif
Peranan guru di dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran
program produktif, secara metodologi tidak dapat digantikan oleh perangkat atau
media secanggih apapun, karena pembelajaran pada dasarnya juga mengandung
proses pembentukan watak dan karakter yang dapat berlangsung melalui
interaksi interpersonal antara guru dengan siswa. Untuk itulah, bagi guru
program produktif harus memiliki kompetensi teknis-produktif, sesuai kualifikasi
dan standar yang ditentukan.
Secara umum pihak Dit Dikmenjur telah menetapkan bahwa kualifikasi
teknis guru program produktif, minimal harus satu tingkat lebih tinggi dari
kualifikasi teknis tamatan pendidikan kejuruan. Sebagai contoh, pada Bidang
Operasi dan Perawatan Kendaraan Ringan (OPKR) bidang keahlian mekanik
otomotif, pihak Ikatan Teknisi Otomotif (ITO) sebagai asosiasi kehalian otomotif
telah menetapkan bahwa kualifikasi terendah dalam bidang tersebut adalah
260
Teknisi Yunior, disusul Teknisi Senior, Supervisor, dan Manajer Bengkel.
Teknisi Yunior mempersyaratkan 42 unit kompetensi dan diasumsikan akan
dicapai oleh SMK yang melaksanakan program 4 tahun. Dengan demikian guru
yang layak mengajar SMK 4 tahun di bidang Mekanik Otomotif, minimal harus
memiliki kualifikasi teknis sebagai Teknisi Senior, yang mempersyaratkan
penguasaan kompetensi sebanyak 72 unit Untuk mencapai persyaratan
kompetensi guru seperti di atas, perlu ditempuh upaya-upaya peningkatan
kompetensi guru program produktif secara sistematis dan komprehensif.
Dalam konteks penerapan model pembelajaran preskriptif dengan
penerapan learning guide, peran dan dukungan kompetensi guru program
produktif sangat penting. Tanpa kualifikasi dan kompetensi guru yang sesuai
dengan standar kompetensi, penerapan pembelajaran program produktif dengan
model apapun pada akhirnya tidak akan memberikan hasil maksimal. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan strategi sertifikasi kompetensi guru program
produktif dalam bentuk 'guru yang diteknisikan (dikompetensikan)'. Program
'guru yang
diteknisikan
(dikompetensikan)'
dapat diselenggarakan
oleh
perguruan tinggi/LPTK yang memiliki sumber daya pendidikan yang memadai
baik dari aspek keguruan maupun aspek kompetensi produktif, sesuai dengan
persyaratan teknis yang ditetapkan. Dalam program ini guru atau calon guru
program produktif dididik untuk menguasai kompetensi keguruan sekaligus
kompetensi teknis (produktif). Pengakuan kompetensi keguruan dilakukan oleh
perguruan tinggi/LPTK yang bersangkutan; sementara pengakuan kompetensi
261
teknis-produktif dilakukan melalui uji kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP
yang berwenang.
3.2. Dukungan Alat dan Bahan Pembelajaran Produktif
Pembelajaran berbasis kompetensi, sebagaimana juga menjadi dasar
dalam pengembangan pembelajaran preskriptif, memerlukan dukungan alat dan
bahan pembelajaran secara minimal, sehingga pelaksanaan tugas guru dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil ujicoba desain model,
khususnya berkaitan dengan dukungan alat dan bahan pembelajaran, diperoleh
temuan bahwa pada level SMK dengan akreditasi baik dan sangat, potensi
dukungan alat dan bahan dalam penerapan model ini, berkategori tinggi;
sedangkan pada SMK berakreditasi sedang, dukungan alat dan bahan
pembelajaran berkategori sedang.
Kondisi di atas, tentu berdampak kepada pelaksanaan tugas guru dalam
perannya sebagai fasilitator pembelajaran, serta dampak terhadap pencapaian
kompetensi siswa sesuai standar yang ditetapkan. Walaupun tidak secara
mencolok dampaknya terhadap pelaksanaan tugas guru, namun pada SMK yang
berakreditasi sedang, rendahnya dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru
cukup besar prosentasenya (9,30%). Demikian juga terhadap skor rata-rata
kompetensi siswa, pada SMK berkreditasi sedang, masih dibawah SMK
berkreditasi baik dan sangat baik. Dengan temuan tersebut, pada dasarnya
penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide,
secara operasional membutuhkan dukungan alat dan bahan secara proporsional.
262
Dengan uraian keterterapan model di atas, dapat diketahui bahwa di samping
berfokus kepada peserta didik dalam hal meningkatkan kompetensi siswa, mode!
pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide pada dasarnya juga
memperjelas peran dan tugas guru, sehingga peran sebagai motivator, dan fasilitator
dapat dijalankan lebih nyata dan optimal. Guru juga menjadi tertantang untuk lebih
kreatif, terutama mengembangau perangkat-perangkat pembelajaran yang akan
mendukung kualitas hasil. Sesuai dengan semangat perancangan kurikulum kejuruan
bahwa guru pada dasarnya diberikan peluang untuk menjadi pengembang kurikulum,
khususnya mengembangkan tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih spesifik sesuai
dengan kebutuhan lapangan, kemudian merumuskannya sebagai sebuah rancangan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Penerapan model yang dikembangkan ini setidaknya telah memberikan wahana
bagi guru program produktif, untuk meningkatkan peran dalam menjalankan tugas
profesionalnya sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran. Melalui rancangan
pembelajaran yang dikemas dengan berpusat kepada siswa, maka guru memiliki
kesempatan lebih banyak untuk memberikan layanan bimbingan secara individual,
serta melakukan pengelolaan kelas secara maksimal.
4.
Hasil Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan
Penerapan learning guide
Penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide
sebagaimana telah dinilai dan diukur dalam analisis hasil, telah teruji memiliki
keunggulan dalam beberapa aspek, yaitu: (a) fleksibilitas isi dan struktur, (b)
263
dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru; (c) peningkatan prestasi siswa hasil
diklat produktif; dan (d) keselarasan dengan dukungan alat dan bahan. Keberhasilan
penerapan ini pada dasarnya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam penerapan model, antara lain: (a) karakteristik model; (b) karakteristik
penerima (guru dan siswa); dan (c) dukungan pihak eksternal.
Karakteristik model yang dikembangkan, antara lain mancakup: (a) need,
yaitu bahwa model yang dikembangkan secara empirik sejalan dengan kebutuhan
akan pembelajaran berbasis kompetensi seperti yang saat ini menjadi isu
pengembangan di SMK; (b) clarity, yaitu kejelasan dalam substansi/isi dan struktur,
yang teruji memberikan kejelasan bagi guru dalam pelaksanaan tugas; (c)
complexity, yaitu bahwa model yang dikembangkan secara empirik memiliki
kemudahan untuk diterapkan oleh guru serta mendukung pelaksanaan tugas guru;
dan (d) quality/practicality, yaitu bahwa model yang dikembangkan memiliki nilai
kepraktisan dalam penerapan, serta mampu meningkatkan kualitas kompetensi siswa
secara signfikan.
Keberhasilan dalam penerapan model seperti dijelaskan di atas adalah sejalan
dengan faktor-faktor yang dikemukakan Fullan (1991:68) dalam penerapan suatu
pembaharuan program. Penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan
learning guide adalah suatu pembaharuan (inovasi) dalam pembelajaran program
produktif. Hal ini dapat dilihat dari hasil serangkaian ujicoba dan validasi terhadap
model yang dikembangkan, utamanya dalam peningkatan kompetensi siswa dan
dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru.
264
Secara spesifik, hasil pokok dalam penerapan model pembelajaran preskriptif
dengan penerapan learning guide pada dasarnya dinilai dari peningkatan kompetensi
siswa sesuai dengan standar kompetensi yang telah dirumuskan. Pada pembelajaran
program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, standar kompetensi siswa cHrumuskan
oleh asosiasi profesi di bidang otomotif, yang di Indonesia dikenal sebagai Ikatan
Teknisi Otomotif (ITO). Ukuran-ukuran hasil pembelajaran program produktif dalam
bentuk kompetensi siswa, sesuai dengan evaluasi hasil belajar yang dikembangkan,
bersifat criterion-referenced artinya mendasarkan kepada acuan standar (patokan)
yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Penjelasan tersebut
sejalan dengan pendapat Spencer and Spencer (1993:9): "A competency is an
underlying characteristic of an individual that is causally related to criterionreferenced effective and/or superior performance in a job or situation". Mencermati
penjelasan Spencer and Spencer di atas, maka kompetensi yang dihasilkan dari
pembelajaran program produktif pada dasarnya merupakan karakteristik dasar siswa
yang diukur berdasarkan acuan tertentu (criterion-referenced) serta sesuai dengan
situasi atau pekerjaan tertentu. Sejalan dengan penjelasan di atas, Burke (1995:13)
menguraikan spesifikasi kompetensi sebagai hasil pendidikan dan pelatihan sebagai
berikut: "Competency statements facilitate criterion referenced assessment". Dengan
demikian, hasil-hasil pembelajaran dalam bentuk kompetensi melalui penerapan
model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide yang diukur
menggunakan acuan patokan (criterion-referenced), pada dasarnya selaras dengan
konsep pengukuran kompetensi.
Download