Gambaran Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Sikap Lansia

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode penelitian
Penelitian ini akan menerapkan metode kualitatif dengan
pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian
kualitatif berupaya untuk memahami pengaruh dukungan keluarga
terhadap sikap lansia dengan penurunan daya ingat (Suyanto,
2011). Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasi.
Ia
juga
bersifat
komperatif
dan
korelatif.
Penelitian dekskriptif banyak membantu terutama dalam penelitian
yang bersifat longitudinal, genetik dan klinis (Sugiyono, 2009).
3.2. Subjek Penelitian
Teknik purposive sampling digunakan dalam pendekatan
deskriptif karena pengambilan sampel yang didasarkan atas
pertimbangan peneliti sendiri. Peneliti sudah melakukan studi
pendahuluan, sehingga telah diketahui karakteristik populasi yang
akan diteliti. Teknik ini sangat cocok terutama guna mengetahui
berapa besarnya sampel minimal suatu penelitian. (Suyanto, 2011)
Populasi dalam penelitian ini adalah para Lansia di desa
Tegalombo kecamatan Dukuhseti kabupaten Pati-Jawa Tengah.
Subjek untuk penelitian ini adalah Lansia di desa Tegalombo
kecamatan Dukuhseti kabupaten Pati-Jawa Tengah, dengan
kriteria sebagai berikut: lanjut usia (elderly) pada usia 60 – 74
tahun,
Lansia
dengan
anak
pada
tahap
Pengambilan sampel dilakukan dengan
nuclear
family.
menggunakan teknik
purposive sampling.
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti di daerah binaan
Puskesmas Dukuhseti khususnya desa Tegalombo kecamatan
Dukuhseti kabupaten Pati-Jawa Tengah. Peneliti memilih desa
Tegalombo
kecamatan
Dukuhseti
kabupaten
Pati
karena
memudahkan peneliti dalam pengambilan data. Waktu penelitian
tanggal 08 Mei – 08 Juni 2014. Pengambilan partisipan dan
kegiatan observasi dilakukan di rumah Lansia setempat di desa
Tegalombo, wawancara dengan Lansia oleh peneliti lakukan lebih
fleksible saat Lansia mempunyai waktu longgar yang sebelumnya
peneliti sudah melakukan kontrak waktu. Hal ini peneliti lakukan
untuk dapat menjalin hubungan saling percaya antara peneliti dan
Lansia supaya tidak menggangu aktifitas para Lansia.
3.4. Etika Penelitian
Bentuk umum perlindungan terhadap manusia sebagai objek
penelitian adalah Informed Consent yang berisi penjelasan tentang
hak dan kewajiban sebagai objek penelitian serta perlindungan
yang diberikan peneliti. Dalam ilmu sosial yang bebas nilai, kode
etik bagi lembaga professional dan akademik merupakan bentuk
konvensional bagi prinsip-prinsip moral (Suyanto, 2011).
1.
Persetujuan terlebih dahulu. Sejalan dengan komitmennya
pada otonomi individual serta subjek penelitian memiliki
hak untuk diberitahu tentang hakikat dan konsekuensi
yang diikutinya. Rasa hormat yang semestinya pada
kebebasan manusia lazimnya mencakup dua syarat
penting. Pertama, subjek penelitian harus setuju untuk
berpartisipasi secara sadar artinya tanpa paksaan fisik
atau psikologis. Kedua, persetujuan harus didasarkan
pada informasi yang lengkap dan terbuka.
2.
Penipuan.
Dalam
menekankan
persetujuan
terlebih
dahulu, kode etik ilmu sosial secara tegas menolak
penipuan. Penerapan lugas prinsip ini menunjukkan
bahwa para peneliti merancang hasil yang berlainan yang
bebas dari penipuan aktif. Namun dengan konstruksi etika
yang berada di luar urusan ilmiah, maka muncullah
aplikasi yang ambigu.
3.
Hak privasi dan kerahasian. Kode etik menegaskan
jaminan
untuk
melindungi
identitas
masyarakat.
Kerahasiaan harus dipastikan sebagai pelindung utama
dari pengeksposan yang tak diinginkan. Semua data
pribadi seharusnya diamankan atau disembunyikan dan
hanya dipublikasikan secara anonim. Etika profesional
secara tegas menyimpulkan bahwa tak seorang pun layak
disakiti atau dilecehkan sebagai akibat praktik penelitian
yang tidak peka.
4.
Akurasi.
Upaya
memastikan
agar
datanya
akurat
merupakan sebuah prinsip penting dalam kode etik ilmu
sosial.
Rekayasa,
data
tipuan,
penghapusan
dan
pemalsuan itu tidak ilmiah sekaligus tidak etis. Data yang
sah secara internal dan eksternal merupakan fondasi
realita secara eksperimental
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara wawancara mendalam (in-depth interview).
Peneliti menggunakan pedoman wawancara (interview guide)
yang dibuat oleh peneliti untuk menggali secara lengkap dan
detail tentang gambaran dukungan sosial keluarga terhadap
sikap Lansia dengan perubahan perilaku akibat menua, yang
terdiri atas beberapa pertanyaan. Peneliti mencatat hal-hal
yang dianggap penting dan selama proses wawancara akan
dilakukan perekaman dengan recorder.
3.5.2. Alat pengumpulan data
Peneliti
menggunakan
dirinya
sendiri
dalam
mengumpulkan data yaitu dengan cara melakukan indeep
interview dengan menggunakan alat perekam seperti recorder.
Data yang dikumpulkan merupakan sebuah deskripsi dari
sebuah persepsi Lansia
dengan dukungan sosial dari
keluarga. Peneliti juga mengembangkan hubungannya dengan
partisipan saat melakukan wawancara. Sebelum melakukan
wawancara, peneliti menyiapkan pedoman wawancara sebagai
acuan dalam melakukan wawancara. Pedoman wawancara ini
memudahkan peneliti baik saat mengumpulkan data ataupun
saat melakukan observasi. Dalam hal ini, peneliti harus bisa
menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi pada saat
penelitian berlangsung. Kreatifitas dan kecakapan peneliti
menjadi solusi saat peneliti menemui kesulitan saat melakukan
wawancara ataupun observasi. Pedoman wawancara diambil
dari tinjauan teori dan latar belakang yang memperkuat
pengambilan data peneliti.
3.6. Analisa Data
Analisa
data
merupakan
proses
berkelanjutan
yang
membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat
sepanjang penelitian (Creswell, 2010 dalam Suyanto, 2011).
Tahap pertama yaitu: melakukan pengumpulan data dan
membuat transkrip data dengan cara mendengarkan berulangulang hasil rekaman yang kemudian menyusun hasil wawancara
dalam bentuk verbatim. Selanjutnya pada tahap kedua peneliti
membaca berulang kali transkrip data yang ada sehingga peneliti
dapat menemukan makna data yang signifikan dan memberikan
garis bawah pada pernyataan-pernyataan penting partisipan.
Tahap ketiga adalah menentukan kategori. Kategori merupakan
proses
yang
rumit,
sehingga
peneliti
harus
mampu
mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu kategori.
Selanjutnya kategori yang sudah ada peneliti kelompokkan ke
dalam sub tema, dimana sub tema yang muncul peneliti
kelompokkan lagi menjadi tema-tema yang potensial. Tahap
keempat adalah menulis laporan. Dalam penulisan laporan, peneliti
harus mampu menuliskan setiap frasa, kata dan kalimat serta
pengertian secara tepat sehingga dapat mendeskripsikan data dan
hasil analisa.
3.7. Keabsahan Data
Untuk uji keabsahan data merupakan upaya pemeriksaan
terhadap akurasi hasil penelitian dengan memvalidasi kembali hasil
temuan yang diperoleh peneliti. Peneliti menggunakan teknik
triangulasi yang diartikan sebagai pengecekan data dengan
berbagai cara, sumber dan waktu. (Sugiyono, 2009). Yang sering
digunakan
adalah
triangulasi
sumber.
Untuk
menetapkan
keabsahan data dalam penelitian kualitatif, terdapat 4 macam
kriteria untuk memberikan validasi dan reability terhadap data yang
telah di dapat, yaitu : credibility, dependability, confirmability, dan
transferability.
1. Credibility
Credibility (Derajat Kepercayaan) merupakan kriteria
validasi
yang
primer.
Dengan
credibility
data
yang
dikumpulkan akan divalidasi tentang kebenaran yang bisa
dipercaya dan diintepretasikan. Dalam penelitian yang akan
dilakukan, peneliti melakukan credibility dengan triangulasi
yaitu dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui
beberapa sumber.
Data yang telah dianalisis peneliti
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya akan
dimintakan kesepakatan (member chcek).
2. Transferability
Transferability (Keteralihan) ini merupakan validitas
eksternal dalam penelitian kualitatif. Nilai transfer ini
berkenaan dengan pertanyaan, hingga hasil peneliti dapat
diterapkan atau dikembangkan dalam situasi yang lain. Bagi
peneliti
naturalistik,
nilai
transfer
bergantung
pada
pemakaian, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat
digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.
3. Dependability
Validasi
yang
kedua
adalah
dependability
(Kebergantungan). Dependability merupakan kriteria dalam
penelitian kualitatif
yang digunakan untuk memantapkan
data dari waktu ke waktu dan pada berbagai kondisi. Salah
satu pendekatan dalam dependability yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah inquiry audit. Inquiry audit adalah
peneliti membaca kembali data yang didapat dengan cermat
dan mencari data – data lain yang mendukung validasi data.
Data – data lain yang mendukung peneliti ambil dari teori
dan konsep sebelumnya.
4. Confirmability
Pengujian Confirmability (Kepastian) dalam penelitian
kualitatif
disebut
dengan
uji
obyektivitas
penelitian.
Pengujian Confirmability berarti menguji hasil penelitian,
dikaitkan dengan proses yang dilakukan, maka penelitian
tersebut
telah
memenuhi
standart
confirmability.
Confirmability pada penelitian ini adalah para pembaca
dapat menelusuri bagaimana peneliti melakukan analisis
data, dimulai dari membaca frase bermakna sampai dengan
penentuan kategori.
Download