~1anajen1en Penyiaran R.1.`{I Yog-yakarta Sete1ah Berubah Status

advertisement
~1anajen1en
Penyiaran R.1.'{I Yog-yakarta
Sete1ah Berubah Status Menjadi Perusahaan Jawatan
Siti Rofi'ah1
~
In the new order era, RRI (Radio Republik Indmiesia) was controlled lnJ Directorate General of
~.-fr, Teleuision and Film, Department of Information (Deppen). With tl1is position, RRI became a
7rr_.:.ganda media ofgoverment. After tlie enactment of PP No.37/2000, tlze orie11tatio11 ofRRi W'lS
'"::r-i!ged to be a public media as a "Perusal1aan Jawatan/Perjmi ". 11ie cha11ge i11J1uenced the r.-ia;zagement
~.l'St?m ofRRJ.. This 'article discribes tile management Stjstem ofRRI Pro 2 Yogi1akarta after became
c P'.wlic radio.
.Ksrta kunci: Manajemen Penyiaran, RRI, perusahaaan jawatan
Pendahuluan
Radio c;ebagai salah satu produk
teknologi informasi/ komu nikasi di
Indonesia telah mengalami perkembangan
vang sedemikian pesat. Perkembangan ini
ditun;ukkan dengan munculnya radio-radio
sw.:sta bc ru yang turut me ramaika r.
J'(-rsaingz.n dunia teknologi informasi ini.
Maraknya !Jersa ingan ini memberi
keuntungan tersendiri bagi masyarakat
sebagai publik yang menikmati siaransiaran ra dio oleh se makin banyaknya
pilihan. Selain itu masyarakat juga akan
sernakin kritis untuk mcmilih mata acara
yang berkualitas dari suatu penyelenggara
siaran radio. Hanya siaran yang ~rkualitas
atau yang mampu !!lemer.uh! tuntutar.
ke~n;tu h an masyarakat-lah yang akan
banyak diminati oleh publ:k pendengar
radio.
Siaran yang dihasilkan oleh suatu
stasiun rad~o merupakan hasil dari kegiatan
yang dilaksanakan ole h organisasi
penyiaran radio. Organisasi penyiaran ini
haru s tetap berorientasi pada selera
khalayak dengan menyajikan berbagai
I macam acara yang berkua litas dan
marketable. Diterima atau tidaknya suatu
I organisasi penyiaran oleh masyarakat
pendengar sangat bergantung pada
I
I.
l
Alumnus jurusan llmu Komunikasi UPN "Veteran"
Yogyakarta
11
kemampuannya untuk m enyajikan
program-program yang berkualitas ya11g
dibutuhkan oleh masyarakat.
Siaran radio men!pakan salah satu
output dari organisasi penyiaran. Siiuan
radio mempunyai arti yang khas dari media
informasi yang lain. Kekhasan siaran radio
m e nurut Wahyudi adalah karena
ke mampuannya •mtuk menyajikctn
kecepat:o.n, ketepa~n, efisiensi, dan kualita.>
dalam mencari atau m e ngurnpulkan,
m enyeleksi, mengolah, dan menyajikan
informasi (Wahyudi, 1994:1). Untuk
memadukan semua unsar ini diperlukan
satu pola koordinasi organisasi serta sistem
manajemen penyiaran yan6 baik guna
mengha:::ilk<tn . output siaran yang
berkua litas dan diterima oleh m:isyarakat.
Agar organisasi !Jenyiaran itu
dapat berjalan dengan baik dan dapat
mencapai suatu tujuan yang dil':arapkan,
maka peran manajemen pf!nyiaran yang
baik sangat diperlukan. Manajemen yang
baik
sangat
diperlukan
untuk
mengantisipasi ciri-ciri khusus yang
dimiliki oleh organisasi penyiaran radio
yang cepat, tepat, efisien dan berkualitas.
Karena sifatnya yang selalu dinamis,
manajemen perkantoran yang biasa dan
sangat konvensional yang tidak akomodatif
_terhadap segala kemungkinan perubahan
masyarakat mungkin tidak cocok jika
diterapkan di dalam orgaiusasi penyiaran
Jumal llmu Komunika.si, Volume 3, Nomor3, September- Desember 2005
339
'
Mnnnjcmcn Pcnylnran RRI Yogyakarta
yang menuntut untuk selalu din.1mis.
r
j'
..•
I
Proses produksi suatu program
siaran membutuhkan pola kerjasama yan~
baik atas dasar saling pengertian,
menghargai, dan mengingatkan antar
semua unsur pendukung terselenggaranya
suatu proses siaran. Untuk itu, manajemen
siaran yang bagus sangat diperlukan agar
dapat dihasilkan output siaran yang
berkualitas.
Permasalahan yang dihadapi
adalah bagaimana suatu organisasi
penyiaran akan menetapkan prinsipprinsip manajemen kedalam organisasi
penyiaran. Bagaimana pula pola yang
digunakan untuk memadakan antara
prinsip-prinsip manajemen dengan
prinsip-prinsip penyiaran agar tujuan akhir
dari proses penyiaraP dapat tercapai.
Di Indones ia, satu-satunya
organisasi penyelenggara siaran radio yang
pertama kali muncul yaitu Radio Republik
Indonesia (RW). Awalr.ya Radi0 Repablik
Indonesia (RRI) :idalah satu-satunya radio
siaran di Indonesia yang relatif tiaak ada
pesaingnya. RRI merupakan barometer
penyel~nggaraan siaran nas ional. Hal it'J
dise l-abkan oleh ke kuasaan pemerintah
yang hegemonik dan menghendaki
penyeienggaraan yang terpadu dan
sentralistik di bawah :;atu pe:igawasan.
Dipilihnya ItRI sebagai satusatunya radio pemerintah yang m~mpenyai
fur. gsi ganda selain sel>af;ai media
komunikasi masyarakat juga sebagai
penyambcng lidah penguasa kala itu.
K~bijakan ini diambil untuk memudahkan
kontrol pemerintah terhadap media massa
khususnya radio serta membatasi kebebasan
media serta sikap kritis masyaraka~.
Pasca digulirkannya reformasi,
perkembangan penyiaran tidak mengenal
kata
berhenti
bahkan
semakin
menunjukkan p~ningkatan yang cukup
signifikan. Hal itu ditandai dengan semakin
banyaknya pelaku-pelaku bisnis siaran yang
baru dan tersebar di pelosok nusantara. Kita
dapat lihat fenome na itu, m isalnya di
Siti Rofi'ah
Yogyakarta yang saat ini telah terdapat lebih
dari 50 radio siaran. Beberapa radio siaran
ini bahkan sebagian :ida yang memiliki
jaringan dengan radio lain. Mau ataupun
tidak, ini merupakan tantangan besar bagi
RRI Yogyakarta untuk dapat mewujudkan
radio yang independen dan profesional.
Kedudukan RRI yang sejak
tanggal 7 Juni 2000 bukan lagi sebagai radio
pemerintah, membawa fenomena tersendiri
balk bagi RRI maupun bagi organisasiorganisasi siaran radio yang lain. Jika
sebelumnya Radio Republik Indonesia
Nusantara II Yogyakarta merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPI) dari RRI Pusatyang
berada di daerah, maka semenjak saat itu
RRI Yogyal<arta beruhah m e njadi
Perusahaan Jawatan (Perjan) dengan
kedudukan sebagai Cabang Madya.
Bergantinya RRI menjadi Perjan
memherikan implikasi pada struktur
organisasi sekaligus v isi da11 misi RRI.
Makslld dan tujuan d ari penyelenggaraan
kegiatan pe.1yiaran RRI setelah rr.enjadi
adalah untuk menyelenggarakan kegiatan
radio sesuai dengan prinsip radio publik
yang independen, netral, mandiri, dan
program siarannya senantiasa berorientasi
kepada kepentingan masyarakat, serta tidak
semata-mata mencari keuntungan.
Perubahan states dan kedudukan
inilah yang merupakan fenomena yang
menarik untuk diteliti mengingat RRI yang
sebelumnya merupakan radio pemerintah
dan menggunakan manajemen siaran versi
peme1intah harus berubah menjadi radio
pub lik dengan segala perkembangan
masyarakat yang serba cepat. Adanya
perubahan status tersebut ingin diketahui
bagaimana penerapan manajemen
penyiaran yang diterapkan di RRI setelah
adanya perubahan itu? Bagaimana pula
langkah yang diambil oleh RRI dalam
rangka mengambil moment persaingan dan
berupaya memenangkan p ersaingan ·itu
dengan radio-radio yang lain yang memang
sejak awal didirikan telah menggunakan
konsep manajemen penyiaran yang dinamis
I
J
~
5
n
!
k
ti
t1
ir
(!
B
Ir
te
SE
m
U!
pe
ur
pc
or
Yo
pe
ha
ffiE
340
Jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September- Desember 2005
Jurr
Manaj~mcn
Pt!nyiaran RRI Yogyakarla
dan antisipatif terhadap kebutuhan
masyarakat? ·
Selama ini RRI Cabang Madya
Yogyakarta telah melakukan berbagai
strategi dengan melakukan penajaman
target audiens melalui pembagian segment
pendengar kedalam kelompok-kelompok
audiens. Upaya penajaman target audiens
iP.i dimaksudkan untuk mengidentifikasi
sekaligus mengkualifikasi segmen-segmen
pasar tertentu serta menyajikan program
siaran yang sesuai dengan kebutuhan tiaptiap audiens.
RRI telah membagi pola siarannya
menjadi 3 (tiga) jenis program. Programa
Satu (Prosatu), format siarannya menitikberatkan pada program Pendidikan dan
Pelestarian Budaya. Prosatu memiliki visi
"Memberikan pelaya nan informasi,
pendidikan dan hiburan ber!<ualitas kepada
publik" dan berupaya untuk menjamah
khalayak pendengar yang berusia antara 5
s~mpai 56 tahun. Programa Dua (Produa),
menitik-beratkau pada Musik d an
Informasi. Visinya berbunyi "Menumbuh
kemba ngkan apresiasi generasi muda
terhadap musik dan mendorong
terwujudnya kaum muda yang tanggap
informasi (well informed)",. Programa Tiga
(Protiga) mer.lil:ki forma~ siaran Program
Berita dan I!lformasi. Visi.1ya "Menyajikan
lnformasi yang independen, nelrai, dan
terpercaya ~ebagai perwujudan demokrasi
serta metaksanakan kontrol sosial" dan
mempunyai target audiens khalayak mulai
usia 20 hingga 60 tahun.
Pada penelitian itu penulls sengaja
memilih Programa Dua, karena segment
pasarnya adalah anak muda (pelajar dan
mahasiswa). Alasan pengambilan obyek
penelitian di RRI Programa Dua itu adalah
untuk menge tahui kinerja manajemen
,t>enyiaran P ;-od ua di tengah kompetisi
organisas i penyiaran yang ada di
Yogyakarta. Hal itu sangat menarik minat
peneliti dikarenakan RRI Programa Dua
harus bersaing di Yogyakarta yang
merupa kan
"kota
pelajar"
dan
Siti Rofi'c.h
berpenduduk mayoritas mahasiswa dengan
para kompetitornya yang juga membidik
sasaran pendengar yang sama (segment
pendengar usia pelajar dan mahasiswa).
Perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana penerapan manajemen
penyiaran pada Programa Dua, RRI Cabang
Madya Yogyakarta, se~elah berubah status
menjadi Perusahaan Jaw::\ tan?
Metode Penelitian
Metodt:! yang digunakan dalam
pe;:lelitian ini bersifat deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesa,
tetapi untuk memberikan gambaran tentang
Penerapan Manajemen Peny!:irc~n pada
Program 2 di RRI Cabang Madya
Yogyakarta Setelah Berubah Status Menjadi
Perusahaan Jaw a tan.
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif. Data yang diambil
untuk menguji hipo tesis tidak diolah
mela!ui perhitungan matematis maupun
dengan berbagai rumus statistik mP.lainkan
disajikan dalam rangka;an kata-kata.
Lokasi Penelitian diadakan di RRI
Cabang Madya Yogyakarta, Jalan Ahmad
Jazuli No. 4 Kotabaru Yogyakarta.
Pemilihan objek penelitian yaitu Produa
didasarkan karena selama ini ac:ltranya lebih
menyajikan acara hiburan untuk gener::isi
muda. Data dikumpulkan <lengan cara
Wawancara mendalam (Deplh In~erview) .
Metode ini digunakan untuk lebih
mendapatkan informasi secara aku ra t
karena dengan wawancara ini da::1 bantuan
tape recorder, peuulis Iangsung bertemu
dengan pihaJr. ya ng terkait dengan
permasalahan yang ada. Wawancara ini
diharapkan untuk melengkapi apa yang
tida k diperoleh ·dala m pengamatan
penelitian. Wawancara dilakukan dengan
beberapa pertanyaan baik yang telah
digariskan maupun yang nantinya muncul
secara spontan. Wawancara dilakukan
dengan Senior Manager Siaran Ora. Indra ti,
Manajer Seksi Programa dan Perencanaan
Siaran Maria Kadarsib, mantan pegawai RRI
Jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September- Desember 2005
341
Manajemen Penyiaran RRI Yogyakarta
•t
f"
f.i
YogyakcJrta Darmanlo serta para informan
selaku pelaksana. Selain itu Observasi/
Pengamatan secara inten:::if juga dilakukan.
Tehnik ini untuk mengetahui sei>crapa
besar resiko maupun hambatan-hamb11tan
yang akan dihadapi oleh calon peneliti. dan
pengamatan ini pun berfungs1 sebagai
sarana penunjang komunikasi awal dengan
pihak perusahaan.
Manajemen Penyiaran: Tinjauan Teoritis
Kehidupan Manusia modem hampir
tidak bisa dilepaskan dengan hiruk pikuk
organisasi. Bahkan sebenarnya Pemaknaan
dari o rganisasi yang berarti tempat
berkumpul beberapa orang untuk suatu
tujuan telah dilaksanakan dalam
kehidupannya satu dengan yang Jain.
Organisasi telah menjadi semacam
kebutuh~n dasar manusia yang tidak b;.sa
untuk tidak bergantung dengan individu
.nanusia yang iain. Sebagian besar rr.an11sia
telah nnengguriakan suatu organisasi
sebagai sarana ak~ualisasi diri sekaligus
sebagai tempat mencurahkan segala
penda pat, mePggapai cita-cita individu
sam?ai ha~1ya sekedar mencari relasi.
Sebuah organisasi, dalam pelaksanaannya,
membutuhkan manajemen yang menja<li
tata cara untuk mcngatur sebuah organisasi
menu;u suatu t..ijuan para anggotanya.
Manajemen sering didef:nisikC'! n
sebagai "seni unti..:.!-: melaksanakan suatu
pekerjaan me!alui c rang lain". Banyai<
pakar yang telah memberikan makna atau
definisi manajemensecara umum. Diancara
beberapa pendapat tersebut ada lah
sebagaimana disampaikan oleh Mary
Parker Follet. Mary Parker Follet
me mbe rikan pengertian manajemen
dengan memberikan ilustrasi para manajer
yang mencapai tujuan vrganisasi dengan
cara mengatur o rang lain untuk
melaksan:ikan tu gas apa saja yang mungkin
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut,
bukan dengan cara melaksanakan sendiri
(Stoner, 1996:8).
Dari beberapa pendapat di atas dapat
:\42
Siti Rofi'ah
disimpulkan bahwa manajemen adalah
proses dalam bentuk nnerencanakan,
mengorganisasi,
mtmerintah,
mengko.ordinasi, dan mengendalikan.
Dalam definisi ini merencanakan berarti
rnenentukan langkah-langkah tindakan
yang memungkinkan organisasi mencapai
tujuannya . Mengorganisasi berarti
rnengerahkan sumber daya bahan dan
manusia dalam organisasi untuk
melaksanakan rencana yang telah dibuat.
Mernerintah
berarti
memberikan
p~ngarahan bagi para karyawan dan
mengusahakan mereka untuk mengerjakan
tugasnya . Mengkoordinasi berarti
meyakinkan agar sumber daya dan kegiatan
organisasi bekerja dengan serasi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Mengendalikan berarti meng;imati rencana
untu k menjamin agar dilaksanakan dengan
tepai: (dalam St~,ner,1996:43).
St:bagannana disampaikan di atas
be<hwa hampir tidak ~da satu asp~k
kehid..ipan manusia yang bisa lepas dari
prinsip-prinsip
organisasi
clan
pengorganisasian. Setiap la;igkah dan
perbuatam manusia me!llerlukan tata
urutan sebagaimana yang ter.iadi dalam
sebu:ih organisasi. Manusia memerlukan
rencana untu 1< memulai setiap kegiatannya.
Seatu rencana ibaratnya sebuah ruh yang
menjadi motivator dan sekaligus pengarat:
manusia d?.lam melaks~nak'1n setiap
kegiatannya . Hal ini juga terjc;di dalam
dunia penyiaran radio sebagai salah satu
kegiatan manusia.
Dalam
bukunya Dasar-dasar
Manajemen Penyiaran, JB. Wahyudi
merumuskan Manajemen Penyiaran
adalah: "Kemampuan seseorang untuk
mem penga ru hi/ me ma nf a a tka n,
kepandaian/keterampilan orang lain, untuk
merencanakan, memproduksi dan
menyiarkan siaran, dalam usaha mencapai
tujuan bersama" GB. Wahyudi, 1994:39).
Dunia penyiaran radio adalah dunia ·
lalu lintas informasi dari satu individu atau
kelompok manusia kepada individu atau
Ju ma I llmu Komunikasi, Volume'.\, Nomor 3, September- De~ember 2005
l
1
l
J1
Manajemen Penyiaran RR! Yogyakarla
I
\
<
s
k
·j
n
n
a
n
n
a.
1g
1h
p
m
tu
:U
kelompok manusia yang lain. Melakukan
proses penyiaran adalah menyampaikan
informasi atau pesan kepada orang lain.
Untuk menyampaikan pesan/informasi
kepada khalayak pendengar melalui radio
para pemilik maupun pengelola radio,
terlebih dahulu dimulai dengan membuat
perencanaan atau planning program.
Rencana penyiaran menyatakan suatu
tujuan penyiaran dan m'?ne ntukan
prosedur terbaik untuk mencapainya.
Rencana mem ungkinkan (1) organisasi
penyiari:\n untuk memperoleh dan
mengikat sumber daya yang i:iibutuh~:rn
untuk mencapai tujuan, (2) cmggota
organisasi penyiaran untuk melaksanakan
kegiatan yang sesuai dengan tujuan dan
yang telah dipilih, dan (3) kemajuan ke arah
tujuan ya11g dapat diamati dan diukur,
sehingga tindakan kNeksi (pembetulan)
dapat diambil apabila tingkat kemajuan
tidak n1emadai.
Unsur rerencanaan atau penerapan
produksi (pra produksi) memanc memiliki
tanggung jawab moral dan etika terhadap
penyiaran produksi acara. Karena itu J.B.
Wahyudi
menyatakan
bahwa:
"Perencanaan
yang
baik
akan
mPmperlancar proses produksi dan
penyiaran, serta rr.emberikan mekanisme
kontrvl. Evaluasi bahan dapat dilaksanakan
bila a<la ixrencanaan· (Wahyudi, 1994:90).
Darwant<.>, S.3 memberikan penegasan
bahwa: "Perencanaan merupakan awal dari
kegiatan di dalam upaya mencapai tuju.m".
Selain perencanaan (planning),
manajemen penyiaran juga memerlukan
hal-hal lain yang merupakan satu rangkaian
manajemen yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Beherapa proses itu
diantaranya adalah pengorganisasian,
pelaksanaan hingga proses evaluasi hasil.
Evaluasi hasil diperlukan guna mengetahui
seberapa besar tujuan dari penyiaran
tersebut telah tercapai.
Organisasi penyiaran sebagai proses
transformasi dimana di dalamnya terdapat
manus\a, mesin dan uang, dipengaruhi oleh
beberapa input. Input-input yang
mempengaruhi tersebut seperli ideologi,
norma, etika, estetika, undang--undang,
kebijaksanaan/aturan main, kode moral,
kode etik penyiaran, status, tujuan, misi dan
tugas sertu hasil riset Iap:ingan. Tujuan dari
pelaksanaan
penyiaran
adalah
dihasilkannya output berupa siaran yang
ditujukan kepada sasaran khalayak
pP.r.dengar berdasarkan landas~n tujuan
idiil dan materiil dari pelaksanaan
penyiaran itu.
Proses
transformasii
ini
membutuhkan kemampuan manajerial
yang terdiri dari planning (perencanaan),
organizing
(organisasi),
staffing
(rekruitrnen staff), actuating (pelaksanaan).
Proses pelaksanaan terdiri dari perencanaan
atau pemrograman, produksi c:!an
per.yiarar.. Setelah proses pe laksanaan,
membutuhkan pengav:asan yang da?at
berupa feedback (lmbal baHk) siaraP.. Dari
timbal balik siaran ini kemudictn dl.:5usun
kerangka baru dalam menetapkan siaran
selanjutnya dengan mendasarkan pada
beberapa input yang rnempengaruhinya.
di
tn
lk
n,
uk
an
>ai
lia
au
au
005
ju ma I llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, S<?ptember- Desember 2005
343
Manajemen Penyiaran RR! Yogyakarta
Si ti Rofi'ah
Bagan1
SfRATEGI PRODUKSI YANG BAIK & BERKUALITAS
•I
Input
Proses
•I
Output
Siaran
•
•
Manajer
l
ADM
Tekni
Waktu
Motivasi
.
I'
Pe1 caya diri
Sumbcr: T amadjo~, 1989:37
,,
Selanjutnya
A.Z.
Tamadjoe
menjelaskan bahwa strategi produksi yang
baik untuk menghasilkan paket yang
berkualitas dan berciri khusus dapat dilihat
pada bagc:n diatas. Dalam organisasi
penyiaran terdapat tiga bagian yang saling
terkait yaitu administrasi, siaran dan
pemberitaan serta teknik studio dan
transmisi. Ketiganya beke:-jasama untuk
menghasilkan output yang berkualitas dan
berciri khusus. Untuk menghasilkan paket
acara yang berkualitas diperlukan strategi,
motivasi, watak, serta percaya diri dari para
kerabat kerja.
344
Pada proses produksi diharapkan
mampu melaksanakan dan memanfaatkan
fungsi dan unsur manajemen serara
profesional dalam proses kerjasama ini
diperlukan tindak manajemen yang tepat,
khususnya bagi dunia penyiaran. Hingga
akhirnya mampu menghasilkan output
yang diinginkan dan dibutuhkan
masyarakat seoagai t:ujuan akhir dari suatu
siaran. Promosi acara yang terencana serta
didukung oleh kualilas produksi yang baik
akan berdampak pada perubahan image
masyarakat yang selama itu meenganggap
RRI sebagai corong pemerintah serta acara-
juma I llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September- Desember 2005
(
d
m
Ju:
Manajemen Penyiaran RRI Yogynkarta
acara yang tidak berkualitas:
Setiap organisasi a pa pun bentuknya
akan banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik internal maupun eksterna l.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi
mulai dari visi, misi, isi bahkan sampai
tujuan. Hal ini juga berlaku bagi media
sebagai bentuk dari organisasi penyiaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatJ
media bisa berasal dari cl.alam maupun bar
organisasi media termasuk di dalamnya
para pekerja media yang bersangkutan.
Untuk sebuah m~dia massa ,
masyarakat menganggap kesalahan isi pada
media terletak di tangan para pekerja
komunikasi (indivic!ual level). Shoewmaker
dan Reese menjelaskan bahwa para pekerja
media merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi isi sebuah media. $elail1 itu,
terdapat pula faktor-faktor lain yang,
mempengaruhi sebuah media seperl:i
ideolcgi, tingkat rutinitas, sistem organisasi
serta faktor-fa!<tor Jain yang bersifat
ek$ternal. Beberapa faktor yang
mempengaruhi isi sebuah media secara
~ertingkat dapat digambarkan sebagai
berikut:
Siti Rofi'ah
oleh tingkat individual pekerja sebuah
media. Hal ini disebabkan oleh bebE>rapa
hal, yaitu: Pertama, karakteristik
komunikator serta latar belakang pribadi
dari
pekerjaan
mereka
sangat
mempengaruhi isi sebuah media. Latar
belakang pribadi ini bisa ditentukan dengan
tingkat pendidikan jurnalis. Kenyataan
menunjukkan bahwa jurnal is yang
terpelajar mempengaruhi isi media .
Pendidikan para jurnalis (juga Iatar
belakang dan karakteristik) dapat
mempengaruhi cara inereka melihat dunia,
berpotensi dalam mempengaruhi pada apa
yang dipilih untuk dilaporkan dan
bagaim::ina hal tersel:>ut dilaporkan.
Kedua, pengaruh-pengaruh dari
tingkah Ia!<u/ sikap dan keyakinan
komun ikator. Perilaku yang dirniliki
mereka merupakan akibat dali latar
belakang a tau pengalaman pribadi rnisalnya
sikap politik atau keyakinan agama. Ketiga,
mengenai orientasi kerja dan peran
komunikator, contohnya apakah jurnalis
mtrasa sebagai transmitter netral dari
peristiwa atau berpartisi aktif dalam
Bagan2
PENGARUH PEKERJA MEDIA SECARA 1NONIDU TERHAOAP ISI MEDIA
Tingkat ldeologi
Faktor diluar
Tingkat Organisasi
Tingkat Individual
Tingkat Rutinitas Media
Mengacu pada gambar di atas, dapat
dijelaskan bahwa faktor utama yang
menentukan isi sebuah media ditentukan
membangun cerita. (Shoemaker Jan Reese,
1991:53-58).
Karakteristik komunikator (seperti
Jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2005
345
Manajemen Penyiaran RR! Yogyakarta
'l
l
1
gender dan suku) latar belakang, dan
pengalaman pribadi mereka (misal:
pendidii<an agama, dan status sosial
ekonomi ore.Pg tua) tidak hanya
membentuk sikap nilai dan keyakinan
komunikator tetapi juga mengarahkan/
menunjukkan latar belakang dan
pengalaman kerja para komunikator
(misalnya apakah komunikator mengambil
bidang jurnalis atau sekolah film)
pengalaman-pengalaman kerja tersebut
(termasuk pengalaman dari pekerjaan
komunikasi). Kemudian m.:>mbentuk peran
dan etika kerja komunikator.
Peran dan etika kerja ini memiliki
efek langsung pada isi mass media,
sementara sikap, nilai dan keyakinc1n
pribadi berpengaruh secara tidak langsung
berpengaruh hanya pada tingkat tertentu
bahwa individu memegang kl:?kuasac..n
dalam organisasi media yang cukup untt:k
mengesampingkan niiai-nilai profe:.;~ional
dan atau pekerjaan organisesi.
Tidak ada pengaruh lang!;ung dan
karakteristik, Iatar belaka.:lg, dan
pengalaman komunikator terhadap isi
media, P..amun isi dapat dipengaruhi pada
hal tertentu bahwa f?ktor-faktor tersebut
berpengaruh baik pada sikar dan peran
pribadi maupun professional. Peran dan
etika kerja komunikator memiliki pengaruh
lebih besar diban<iing sikap, nilai, dan
keyakinan mereka. Bagian peran
!<:omunikator proftssional tidak hanya
tekanan sikap, nilai dari keyakinan.
Peiaksanadn
pribadi
dalam
organisasi mass media akan lebih berkuasa
dibanding pengaruh yang dimiliki
komunikator. Bahkan kekuasaan penerbit
dan pemilik stasiun televisi dapat dibatasi
oleh Dewan Direktur, Audiens, dan
pemasang iklan. Namun demikian
komunikator yang tidak memiliki
managerial pun terkadang mampu
mempengaruhi isi.
Faktor selanjutnya adalah pekerjaan
atau rutinitas. Pekerjaan atau rutinitas
(media routines level) juga mernpunyai
346
Siti Rofi'ah
pengaruh yang penting terhadap produk isi
secara simboli):<. Rutinitas tersebut
membentuk lingkungan yang dekat dimana
para pekeJja media perseorangan
melaksanakan pekerjaanya. Rutinitasrutinitas tersebut sama sekali tidak dapat
dipisahkan.
Rutinitas
pekerjaan
yang
berhubungan dengan kabar berita membuat
orang-orang yang berkuasa di luar mampu
merebut pengaruh dalam menentukan isi.
Pada kenyataannya ada beberapa kiasan
yang menggambarkan adanya pers yang
terbelenggu oleh rutinitas mereka sendiri.
Semakin kuat sumber yang dimiliki pers
mampu menyesuaikan struktur birokrasi
maupun ritmenya. Sumber yang kurang
begitu bermanfaat hams disesuaikan oleh
rut.nitas media bila su:nber tersebut akan
dijadikan sebuah berita.
Level
selanjutnya
yang
mem!'engaruhi isi sebuah media adalah
organisasi. Dibanding de11gan pell5aruh
rutinitas, (organization level) pengaruh
organisasi ir.emang jarang dipelajari,
namun faktor-faktor tingkat organisasi
mempunyai pengaruh kritis isi media/
berita. Ketika kita membicarakan organisasi
media, pertauyaan yang muncul yaitu
bagaimana peranannya ditunjukkan,
bagaimana organiswsi ter:;ebut dibentuk;
kebijakan-kebijakan apa yang berlak'.1.
melalu\ struktur merel:a dan metode apa
yang disunakan dalam rnenja!ankan
kebijakan-kebijakan itu.
Sudah tentu kekuatan mutlak
organisasi atau perusahaan terletak di
tangan pemiliknya dimana ada yang
mengatur dan menjalankan kebijakan.
Pengaruh pemilik perusahaan pada isi
media telah menjadi perhatian ·penting di
dunia persuratkabaran/berita. Meskipun
media pemberitaan dibantu oleh
perusahaan yang lebih besar, namun isi
media masih dikontrol - secara tidak
langsung melalui praktek-praktek promosi
dan usaha penyewaan serta melalui
penyensoran.
Jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, s-~ptembcr- Desember 2005
I
(
i
(
F
r
F
d
"
S<
H
F
ti
b
h
p
p
II
t
l
d
ffi
id
m
ir
II'
id
Y<
el
m
d;
te
rn
(S
Jur
I
Siti Rofi'ah
Manajemen Penyiaran RIU Yogyakarta
Selain itu pengaruh-pengaruh lain
yang mempengaruhi isi sebuah media
adalah faktor I pengaruh luar. Pengaruh
faktor di luar organisasi media terhadap isi
media (ekstamedia level) sangat bervariasi.
Sumber berita dapa t merangsang a tau
menghambat penyebaran informasi,
tergantung dari kepentingan mereka dan
pilihan jurnalis apakah nara sumber yang
diwawancarai dapat memberi wi\ma pada
cerita yar\g d;tulis.
Faktor
lain
yang
sering
mempengaruhi isi m~dia atau berita yaitu
pemerintah. M~skipun beberapa negara
ti<l.ak b~gitu mengontrol pers, namun
pemerintah teta p mengkontrol mass media
dalam beherapa hal. Di Amerika Serikat,
kontrol tersebut da larn bentuk hukum
(misa lnya hukuman untuk fitnah/
pencemaran nami'\ bail<) dan pt::raturan yang
menentukan siapa yang boleh memiliki alat
penyiaran dan jenis isi pe;-iyiaran apa yang
dibolehkan.
Pada tingkatan yang te1akhir dari
kese!uruhan faktor yang mempengaruhi i5i
sebuah media adalah faklor ideologi. Seperli
Halnya ideo logi (ideological level),
pa~adigma tidaklah statis, namun dapat
terus dinegosiasikan. Paradigma dalam
berita ini men&ar.dung nilai-nilai yang
bertentangan dengan pribadi seperti
perbedaan di flla;-.g berita melawan
yemerintahan_yang tidak bermutu.
Nilai-nilai terseb-;.it harus diatur dan
disesuaikan dengan kepentingan ideolog;
masyarakat. Baik paradigma maupun
ideologi tidak ditetapka:'l secara langsung
mefainkan dibentuk o!el! praktek-praktek
institusi, kerja dan budaya yang
membangun mass media. Pengaruh
ideologi tidak dianggap sebagai sesuatu hal
yang konspiratif baik dalam pandangan
ekonomi, politik maupun budaya. ldeologi
muncul sebagai hasil perkembangan alami
dari bagaimana cara sistem berjalan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ideologi
menjadi sebua h fenomena sosial.
(Shoemaker dan Reese, 1991:0-3-183).
Keseluruhan dari beberapa faktor di
atas mempengaruhi kerja serta isi sebuah
media. Namun demikian, yang menjadi
faktor utama dari sekian banyak faktor
adalah individ\1 (incjividual level). lndividu
menjadi faktor yang terpenting karena ia
merupakan penggerak jalannya pekerjaan
sebuah media.
Penelitian ini hanya membaha~ tiga
tingkatan (level) yang mempengaruhi
media, yaitu : tungkat individu, Lingkat
rutinitas media dan Lingkat organisasi
media. Tingkatan selebihnya hanya
dijadikan instrumen pendukung dalam
penelitian ini.
Radio dan Komunikasi Massa
Theo Stokkin, menyatakan bahwa:
"Radio adalah saran imajinasi komunikasi
dan sahai:>at. Dijelaskan bahwa bagi
pendengarnya radio adalah team. Sarana
komunikasi, sarana imajinasi, pemberi
informasi. Radio adalah seorang sahabat.
Radio adalah media yang sifatnya pribadi
dalam (Stokkin, 1997:9)
Radio mempunyai multi fungsi alami
arti radio dapat digunakan dalam berbagai
kepentingan, misalnya: radio sebagai sarana
penyampai informasi, pendidikan, dan
hiburan, yang mudah dijangkau oleh
segenap lapisan masyarakat termasuk
lernb;\ga pemerintah, swasta, maupun b~ro
perikbnan. RC'.dio juga menyuguhkan
informas: ye.ng a:~tual, cepat, murah, da:l
denga!l jangkauan yang luas, dapat
menerjang hambatan geografis sesuai
dengan daya pemancar radio.
Sela:nju tnya
Theo
Stokkin,
mengatakan: "Peran radio yang paling
penting ·adalah sebagai alat untuk
memproyeksikan identitas karena melalui
identitas karena radio dapat menarik dan
merangkul seorang pendengar" (Stokkin,
1997:153). Ada banyak definisi tentang radio
namun pada dasarnya memiliki
pemahaman dasar yang sama yaitu
menyebut radic, sebagai suatu perangkat
yang digunakan sebagai
media
jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September - Dcscmber 2005
j
347
Manajemen Penyiaran RRI Yogyakarta
~
•• i
,,
I
komunikasi/saling berhubungan antara
satu individu dengan individu yang Iain
dari beberapa tempat yang berbeda.
Semenjak kemunculannya, radio tidak bisa
dilepaskan dengan kehidupan manusia.
Ham)Jir bisa dipastikan bahwa sebagian
besar manusia menggunakan radio sebagai
salah satu media komunikasi antar sesama
mereka.
Hovland (Effendy, 1984: 10)
rnenyatakan bahwa "Komunikasi adalah
proses mengubah perilaku orang lain",
begitu juga menurut Lasswell dalam
(Effendy, 1984: 10) mengatakan:
"Komunikasi adalah merupakan proses
penyampaian pesan oleh komuni!<ator
kepada komunikaP melalui media yang
menimbulkan efek tertentu".
Lasswell lebih lanju t menyatakan
bahwa cara terbaik untuk menerangkan
prose5 komunikasi adalah denean
n.enjawab sebuah pertnnyaan: Who Says
Wnat In Which Channel To Whom With
Wl)at Effect (Siapa Mengat&.i<an Apa Meialui
Sduran Apa Kepada Siapa Dengan Efek
Apa). Jawaban bagi pertanyaan
paradigmatik (paradigmati: question)
Lass well ini merupakan unsur-unsur
proses komunikasi, yaitu adanya
Conulitmicator (komunikan), Message
(Pes nri), Media (Meciia), Receiver
(komunikan/ Fenerima), dan Effect (Efe!-:)
(Effer.dy, 1993- 254).
Menurut Te rry dan Frank lin
(Moekijat, 1993:4):
"Communication is the art of
developing and attaining understanding
between peup le. It is the process of
exchanging information and feelings
between two or more people, anci it is
essential to effectiv e management".
(Komunikasi adalah seni mengembangkan
dan mendapatkan pengertian, di antara
orang-orang. Komunikasi adalah proses
menukar informasi dan perasaan di antara
dua o rang atau lebih, dan penting bagi
manajemen yang efektif.
Me nu rut Stoner dan Wankel,
Sitt Rofi'ah
kornunikasi yang efektif adalah pen ting bagi
para manajer karena dua alasan. Pertama,
komunikasi merupakan proses yang
digunakan untuk n·1elaksanakan fungsifungsi
tnanajemen:
perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan.
Kedua,
komunikasi
merupakan kegiatan untuk mana manajer
meluangkan sebagian besar waktunya.
(dalam Moekijat, 1993: 11).
Dalam radio, komunikasi berlangsung
dari komunikator kepada komunikan.
Komunikator tidak mengetahui tanggapan
komunikan. Proses komvnikasi itu
merupakan kelemahan radio yang
di tam bah lagi bersifat "sekilas dengar".
Pesan yang disampaikan kepada khalayak
pendengar hanya sekilas, begitu terdengar
lah1 hilang. Pendengar yang tidak mengerti
atau untuk memperoleh informasi Iebih
jauh, tidak mungkin meminta penyiar
untuk mengulnugi Iagi.
Sebagai media , radio memiliki
beberapa kekuaum seperti:
J. Menjangkau jumlah khcJayak sasaran
yang besar pada waktu yang bersamaan.
2. Menjangkau individu atau kelompok
masyarakat yang hidup terpencil dan
te rpenccr-pencar seperti kehidupan
masyarakat agraris pada umumnya.
3. Cepat menyampaikan pesan se!.ingga
da ;:>at memberikan informasi ::nutakhir
yang berguna.
4. Mcngatasi berbagai kendala geografis,
serta
5. Mudah dimengerti, tidak memerlukan
kemampuan membaca yang memang
belum banyak ciimililiki rakyat
kebanyakan. (Kasali, 1992:123)
Radio juga memiliki beberapa
kelemahan.
Diantara
kelemahankelemahan Radio antara lain:
1. Lack of Pictures
2. Radio menyiarkan iklan hanya sekelebat
3. Radio bersifat terbagi
4. Local area Service
5. Perlindungan hak pe.ngiklan.
Di dunia ini kita mengenal 3(tiga)
Jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September- Desember 2005
l
I
i
Siti Rofi'ah
Manajemcn Penyiaran RRJ Yogyakarta
1
tipe penyiaran, yaitu stasiun penyiaran
publik, stasiun penyiaran komersil dan
stasiun pemerintah. Mc Ceshney
memberikan definisi radio publik sebagai
"sistem penyiaran yang bersifat nirlaba,
ditunjang oleh dana publik, yang tanggung
jawabnya terutama ditujukan kepada
masyarakat, menyediakan jasa bagi seluruh
pendudu~, dan tidak menggunakan
prin:;ip-prin.:>ip komersil sebagai alat untuk
rr.ener.tukan pembuatan program
penyiarannya". (A. Mu is, 2001)
Dalam negara yang demokratis
xeberadaan radio publik sangat dibutuhkan,
terlebih bagi suatu negara yang memilil<i
ragam sosio-kultural yang tinggi seperti
Indonesie\. Lemb<'~ i'\ p~ny!a.r&n pubHk
berpE>ran rr.emelihara dan mengembangkan
shared v;:ilue, atau nilai-nilai publi~ yang
bersifal universal.
Suatu lembaga penyiaran tidak
dengan mudah dapal menyebut dirinya
sebagai stasiun penyiaran pul:tlik. Suatu
lembaga penyiaran akan disebut sebagai
lembaga p2nyiaran publik apabila telah
memenuh~ beberapa ciri operasional
sebagai berikut:
1) Transparansi a tau akuntabilitas publik.
2) Partisipasi publik dalam menentukan
bagaimana merencanakan program-prograxr. acara st.dsiun publii<.
3) Terbuka lebamya akses pt!blik.
4) Bagian terbesar i<euangannya !:>erascil da ti
Publik.
Sekilas Mengenai RRI Pro 2 Yogyakarta
Pada awal sejarahnya, RRI
Yogya~arta tidak bisa terlepas dari situasi
kol'lnial Belanda. Sebab lahirnya RRI
Yogyakarta tidak tE:rlepas dan munculnya
stasiun radio penyiaran swasta di masa itu.
Radio siaran yang muncul pertama kali di
Indonesia adatah Bataviasc Radio
Vereniging (BRV) yang berdiri di Jakarta
pada tanggal 16 Juni 1925. Setelah itu baru
mulai bermunculan radio siaran swasta,
khususnya di Pulau Jawa (Tim, 1995:6-7).
Memasuki dasa warsa 1930-an di
Yogyakarta, berdiri beberapa radio siaran
antara lain: MAVRO, VADERA, VERAL,
VAN WINGEN dan NlROM yang berpusat
di Jakarta. Namun dari sejumlah stasiun
radio siaran yang ada tersebut, MAVRO
inilah yang kemudian sering disebut
sebagai embrio RRI Yoszyakarta, sehingga
memang sudah pada t~mpatnya, wacana
mengenai sejarah RRI Yogyakarta dimulai
dari kelahiran MAVRO yang didukung oleh
Para bangsawanistana (Tim, 1995:7).
Meskipun didukung oleh kelompok
eksekutif, namun MAVRO tetap
berorientasi kebangsaan. Melalui siaransiarannya MAVRO mendorong semengat
yang pada waktu itu disebut sebagai
semangat ketimuran. Hal itu diwujudkan
dalam pro~ram siarannya melalui siaran
kebudayaan Jawa.
Selama Je?ang berkuasa siaran radio
di Indonesia dimaksu d kan untuk
propaganda politik. Meskipun pi\::-a
pemimpin pergerakkan seperli Ir,
Soekarno, diberikan kesempatan berbicara
di corong radio, narr.un tetap berada di
bawah pengav.asan yang keta~, t.etapi
meskipun demikian, Soekarno tdap dapat
menggelorakan semangat keba:igsaan dan
semangal perjuangan untuk !llerebut
kemerdekaan.
Kcberae aan
~RI
Yogyakarta makin
diperkokoh karena kepindahan Ibukuta
Negara Republik lndonesia (RI) ke
Y015Yakarta pada tangga! 4 Juni 1946. Hal ini
menunjukkan bahwa RRI Yogyakarta
menjadi pusat siaran nasbnal. Maka dari
it~,
RRI Yogyakarta tidak hanya
unenyelenggarakan program siaran lokal
dan nasional melainkan membuka program
internasional rnelalui Voice of Free
Indonesia. Siaran untuk luar negeri
diselenggarakan dalam beberapa bahasa
asing yaitu, Inggris, Arab, belanda, Perancis,
Mandarin, Urdu dan bahasa Hindi. Kecuali
itu, siaran RRI Yogyakarla juga menjadi,
acuan pemberitaan ole h pihak penye
lenggaraan siaran radio luar negeri seperti
BBC (lnggris), VOA (Amerika) maupun
Jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomc r 3, September - Desember 2005
349
l
Mnnajcmcn Pcnylaran RRI Yogyakarta
ABC (Australia). Pada tanggal 19 Desember
1948, terjadi Clash/ Agresi Belanda II.
Pemerintah l3elanda mendaratkan tentara
payungnya di Maguwo, justru pada saat
wakil dan kedua negara datang dan anggota
KTN sedang m elakukan perundingan di
Kaliurang.
Secara
histories
munculnya
Programa Dua RRI Cabang Madya
Yogyakarta, pada waktu itu m emasuki
dekade 1980-an kompetisi antara stasiun
penyiaran radio di Indonesia makin kuat
sehingga p~ndekatan segmented mulai
diterapkan. lmplikasi programatisnya
adalah setiap stasiun penyiaran mempunyai
target audience yang berbeda-beda sehingga
program-program siarannya juga harus
didesain sedemikian rupa sesuai keinginan
dan kebutuhan target audiencenya. Ketika
sebuah stasiun penyiaran radio sudah
menetapkan kcbijakan untuk segmentasi
maka scca:-a programatis radio yang
bersangkutan harus mempunyai forma~
st:\siun (format Stasiun). Pada mulanya
pendekatan segmented hanya dilakukan
oleh radio swasta, akan tetapi RRI waktu itu
sebagai media massa pemerintah dan harus
melayani semua lapisan masyarakat maka
pendekatan segmented tidal< dapat segera
d~terapkan dalam memenuhi keinginan
semua la?isan masyarakat jug:\ ha' yang
tidak realistis Sebagai solusi atas dilemma
itular.
kemudian
lahir
konsep
penyeler.ggaraan siaran yapg terbagi
.i<edalam dua programa yairu Programa
Daerah yang uiasumsikan melayani
kepentingan semua lapisan masyarakat.
Prorama Dua diselenggarakan oleh
Siti Rofi'ah
Perusahaan Jawatan (Perjan) RRI
Yogyakarta. Programa yang memiliki
format station !<husus musik dan informasi
ini memiliki visi "Menumbuhkembangkan
apresiasi generasi muda terhadap musik
dan m endorong terwujudnya kaum muda
yang tanggap informasi (well informed).
Programa Dua mempunyai dua misi
utama, yaitu: menyajikan siaran musik yang
apresiasif citra rasa generasi muda dan
menyelenggarakan siaran inforrr.asi yang
dapat meningkatkan kepedulian generasi
muda terhadap lingkungan.
Jangkauan siar'ln Produ:l meliputi
seluruh wilaya}i Kota Yogyakarta. Produa
mempunyai target pendengar usia antara 16
sampai 40 tahun dengan prosentase untuk
usia 16-21 sebanyak 30%, usia 22-28
sel-anyak 35% dan usia 29-40 sebanyak 35%
serta proporsi yang seimbang antara
pendengar laki-laki dan perempuan.
Target utama adalah pendengar usia
muda. Bahasa pengantar yang digunakan
adalah Bahasa Indonesia Populer Ragam
Lisan dan Contoh colour lokal Yogyakarta
serta Bahasa Asing sesuai acaranya. Sapaan
bagi pendengarnya adalah "Pendengar
Produa Yogya" (dibac:a Jogja) dengan
pronomina pesona "Anda". Produa dapat
diketahui dengan tengara Burung Perkutut
dan Jingle. Produa mengi..1dara antara pukul
04.55 WIB sampai dengan pukul 24.00 WIB
der:gan fre:kuensi 102,5 Mhz.
Berikut gambaran matrikulasi
beberapa program khusus pada Produa
jogja.
bt:
pt
int
:'la
pe
RF
mE
Na
lbt
sei
nei
me
Ind
RR
Per
PP !
350
Jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September- Desembcr 2005
Jum;
Manajemen Penyiaran RRI Yogyakarta
(1) Dialog Inleraktif
Slti Rofi'ah
setiap Juma'at
24.()()..22.00 WIB
Sentuhan Iman
(2) Universitas
Selasa, Kam is, Sabtu
• 14.()()..15.00 WIB
(3) Hallo-pro
Setiap hari
15.05-16.00 WIB
(4) Pro Reinaja
Setiap Selasa
19.30-16.00 WIB
(5) Album Musik
Setiap Senin
16.()()..17.00 WIB
(6) Pro Niaga
Setiap Rabu
14.00-14.30 WIB
(7) Oval Pro
Setiap Rabu
14.()()..15.00 WIB
(8) Pro A La Manca
Setiap hari (kecuali
16.()()..17.00 WIB
jumat)
21.()()..23.00 WIB
SE>tiap hari
23.()()..24.00 WIB
"lnteraktif" /
Request
(9)
1
l
KlasikiLa
RRI Stasiun Yogyakarta Sebelum Menjadi
Perusahaan Jawatan
Status RRI sebelum menjadi
Perusah<!an Jawatan adalah Unit Pclaksana
Teknis. Stasiun RRI Na~ional adalah Unit
Pelaksana Teknis di bidang produksi dan
pe:iyiaran radio, dengan ruang lingkup
;t<:sional.
Stasiu n
RRI
Nasional
berkedudukan di lbu1<ota Negara, sebagai
pusat kegiatan po:itik nasiona!,
internasional, pertahanan dan keamanan
nasional, serta keg:atan eko ;\Omi,
perdagangan, sosial dan budaya. Stasiun
RRI Nasional menyelenggarakan siaran
melalui saluran-saluran Programa
Nasional, Programa Khusus, Programa
Ibukota, Programa Musil< dan Hiburan
sepanjang hari, Programa Siaran Luar
negeri dan mempunyai wilayah siaran
meliputi wilayah Negara Republik
Indonesia dan Luar Negeri.
RRI Stasiun Yogyakarta Sesurlah Menjadi
Perusahaan Jawatan
Perubahan mendasar terjadi semenjak
PP Nomor 37 Tahun 2000 dikeluarkan. RRI
yang <>ebeh.imnya merupakan radio milik
pemerintah, melalui PP ini te1a!1 berubah
menjadi "Kadio Publik dengan status sebagai
Perusahaan Jawatan. Jika sebelumnya RRI
berada dalam koordinasi dan tanggung
jawab Departemen Penerangan maka
dengan dikeluarkannya PP ini kedudukan
RRI berada dibawah Departemen
Keuangan.
lklim kompetisi dunia penyiaran di
Jogjak~rta telah memt;nculkan banyak
pe m3iJ1 baru dalam dunia penyiaran radio.
Umumnya para pemain baru itu membidik
segmen pasar yang sarr.a, yakni remaja.
Sikap yang diambil ini adalah wajar dan
sah-sah saja mengingat kota Jogjakarta
adalah kota dengan penghuni mayoritas
pelajar dan m3hasiswa. Untuk itulah, kota
Jogjakarta layak memperoleh sebutan
sebagai kota pelajar.
Dominasi penduduk yang mayoritas
adalah usia pelajar dan mahasiswa,
menjadikan kota Jogjakarta sebagai kota
yang sangat dinamis dan tidak sepi dari
geliat kegiatan edukatif dan entertainment.
Khusus dunia entertainment misalnya, kota
Ju ma I llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September- Desembcr 2005
351
-
Siti Rofi' ah
Manajemen Penyia.ran RRI Yogyakarta
Jogjakar ta harnpir bisa d ikatakan tidak
pemah sepi dengan kegiatan-kegiatan yang
bemuansa hiburan. Munculnya radio-radio
swasta yang membidik sasaran usia pelajar
dan mahasisw a meru pakan salah satu
contohnya.
Dilihat dari sisi manajemen organisasi,
RRI Ca bang Madya Yogyakarla yang telah
mengalami perubahan dari radio
pemerintah menjadi radio publik de::tgan
status sebagai Perusahaan Jawatan telah
mengalami perubahan dalam konsep dan
sistem
manajerialnya.
pen era pan
Peru !:>ah an ini ju ga secara langsung
berimbas pada Produa sebagai bagian dari
RRI.
Perubahan manajemen dimak~udkan
untuk mengantisipasi persa!ngan dengan
radio-radio swasta yang l?in yanf memiliki
segmen pendengar yang sama yakni usia
pelajar dan mahasiswa. Perubahan yang
berupa perbaikan sistem manajerial
dimaksudkan unluk mewujudkar. rrogram
siaran yang sesuai dengan keb•Jtuhan
m~syarakat pendengar.
(dalam Stoner, 1996:15).
Agaknya perubahan status dari radio
pemerintah menjadi radio publik, salah
satunya adalah disebabkan oleh salah satu
dari konsep di.Atas. Setidaknya dilakukan
upaya-upaya untuk memperbaiki sistem
dan mempelajari serta melayani pendengar
RRI berdasarkan kebutuhannya.
Faktor sumber daya manusia ikut
membantu tercapainya s:iatu produksi acara
siaran yang baik dan berkualitas. Hal ini
juga berlaku pada penyelenggaraan siaran
di Programa Dua RRI Cabang Madya
Yogyakarta. Upaya untuk mewujudkan
programa siaran yang profesional dan
berkualitas mutiak membutuhkan personil
pelaku yang profesional dan berkualitas
pula. Proses rekrutmen pegawai (staffing)
menjadi p e nl:ing karena pegawa i
merupakan aktor utama dalam menjalankan
sebuah pe rencanaan kerja.
Data yang diperoleh menunjukkan
bahwa status kepegawaian di RRI cabang
madya Yogyakarta p?.da saat penulis
melakuhn penelitian sebagai berikut:
t.
r
t
r
[
l
2
3
4
F
c
r:
r:
d
a
f
~
r
Data K~pegawaian Menurut Unit Kerja
umlah
nit Kerja
%
drnirustrasi dan keuangan
ev1s1 s1ar an
evisi telaiik
evisi PPU
umlah
$umber data: Sub bagian SDM, bulan Mei 2004
Peru bahan si:>tem manajemen
dilakukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang maksudnya agar selalu dekat der.gan
khalayak pendengar. Thomas J. Peters dan
Robert H. Waterman menegaskan bahwa
beberapa atribut pcrusahaan yang unggul
adalah tetap dekat dengan pelanggan
dengan mempelajari preferensinya dan
melayaninya. Selain itu, lanjut mereka,
adalah adanya otonomisasi dan
kewiraswastaan dengan memecah
perusahaan ke dalam bagian-bagian kecil.
352
Jumlah peg~wai paling banyak
berada pada posisi Jivisi siaran diikuti oleh
divisi teknik, administrasi dan keuangan
serta PPU. Proporsi unit kerja kepegawaian
di RRI Produa ini sebenarnya sudah
memenuhi standar proporsi unit kerja
sebuah organisasi siaran dimana divisi
siaran mengambil tempat mayoritas.
Namun, jika Programa Dua RRI Cabang
Madya Yogyakarta hendak mewujudkan
idealita sebagai radio publik, maka jumlah
personil divisi siaran menuntut adanya
Jumal llmu Komunikasi, Volumc3. i'lomor3,September-Desember 2005
s
c
F
t
~
:
J.
s
F
f
I<
r
r;
r·
r
s
d
F
)l
Siti Roh' ah
Manajemen Peny1aran RRI Yogyakarta
tam bah an berdasarkan kualifikasi dan
profesionalisme ke rja masing-masing
bidan~ cialam riivisi siaran.
~ Selain proporsi dalam masingmasing divisi yang harus seimbang,
profesionalitas kerja juga merupakan faktor
Dilihat data kepegawaian menurul
pendidikan formal di atas, nampak jelas
bahwa para profesional di RRI Produa lebih
dominan dikuasai oleh kelonipok yang
hanya mengenyam pendidikan sampai
SLTA. Hal ini akan sangat berpengaruh
Data Kepegawaian Menurut Pendidikan Formal
Jumlah
Pendidikan formal
No.
210rang
1.
SD
'290rang
SLTP
2.
2380rang
3.
SLTA
350rang
Sarjana Muda
4.
520rang
5.
51
~750rang,
umlah
%
5,6%
7,73 %
63,47%
9,3%
13,87%
rioo %,
Sumber data : Sub bagian SD ~, bulan Mei 2004
penting yang tidak bisa ditinggalkan.
Sebagaimana lazimnya suatu pekerjaan
menuntut adanya aktor profesional,
manajemen penyiaran juga mE:nnmu~
demikian. Biasanya, ukuran umumnya
adalah tinggi rendahnyc. tingkat pendidikan
formal
seseorang
menentukan
profesionalitas dia dalam menjalani suatu
pekerjaan, meski tidak selamanya demikian.
Suatu perencanaan kegiatan dalam
sebuah organisasi akan dapat diwujudkan
dengan mudah jika pelaku . dari
perencar.aan itu ~dalah orang-oran3 yang
benar-benar pwfesional sesuai dengan
kcahlian dalam bidangnya. RRi Frodua
Yogyakarta dengan status ?erusahaan
Jawatan sebagai bentuk baru dali status
sebelumnya, masih didomin~si oleh para
pekerja media yang memiliki pendidikan
formal yang masih dibawah standar.
Kenyataan ini merupakan efek dari sistem
rekn.:tmen pegawai RR! pada masa scbelum
menjadi Perusahaan Jawatan. Saat itu
rekrutmen pegawai dianggap sebagai suatu
rutinitas pengangkatan Pengawai Negeri
Sipil (PNS) baru yang tidak untuk
didasarkan pada kemampuan dalam dunia
penyiaran.
mengingat tingkat pcndidikan juga turut
mempengaruhi jalannya proses produksi
siaran. Dengan demikian secara tidak
lanesung akan berpengaruh ;:>ada kualitas
program yang dihasilkan ldeal11ya, jika RRI
Produa hendak niembenahi sistem
manajerial penyiurannya, maka dia dituntut
untuk melakukan 'penyegaran' struktur
dengan digantikan dengan para profesional
dalam bidangnya.
Usia kerja sangat menentukan
produktifitas seseorang dalam melakukan
suatu pekerjaan. Lazimr.ya, semakin tua
usia kerja seseoran5 mal<a akan sema!dn
berkl'rang daya kreatifitas dan produktifitas
dalam bci<erja. Kcnyataan ini jug<:. berlaku
bagi RRI Produa Yogyakarta setelah menjadi
Perusahaan Jawatan yang dituntut untuk
kreatif, inovatif, dan produktif.
Usia kerja pegawai pada RRI Produa
Yogyakarta menunjukk<.n tingkatan yang
beragam. Usid pegawai RRI Produa
Yogyakarta mulai dari Umur 26 tahun
hingga di ata~ umur 50 tahun. Secara rind
jumlah pegawai RRI Produa Yogyakarta
berdasarkan tingkal usia dapat dilihat
sebagai berikut.
jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September- Desember 2005
l
353
Sili Rofi'ah
Manajemen Penyiaran RRI Yogyakarta
Data Kepegawaian Menurut Umur
No.
4.
5.
6.
7.
Umur
Jumlah
1 Orang
160rang
SO Orang
1260rang
121 0rang
SO O rang
11 Oran
3750ran
40th
1-45 th
SO th
th keatas
%
0,27%
4,27%
13,33 %
33,6%
32,27%
13,33%
2,93 '%
100
Sumber data : Sub bagian SOM, bulan Mei 2004
Manajemen Penyiaran RRI Pro 2
Yogyakarta Pasca Menjadi Perjan
Yang mc mpengaruhi isi sebuah
ll'ed\a adabh organisasi media. Secara
lanngsung
organisasi
media
mempengaru!'li hasn dari produksi siaran.
Secara prinsip, Produa merupakan bagian
dari program siaran RRI Cabang Madya
Yogyakarta. Oleh karena itu, sistem dan pob
manajemen yang digunakan adalah sama
seperti yang berlaku di RRI Cabang Mad ya
Yogyakarta. Bcrdasarkan hasil wawancara
dengan Ibu Indarti, saJah satu pegawai RR!
Produa dinyatakan bahwa RRI Produa tidak
memiliki pola penerapan ma najemen
sendiri. Pola penerapan manajemen di RRI
Produa merupakan satu kesatuan dengan
pola pene1apan manajeme1< RRI Cabang
Madya Yogyakarta pada umumnya. Produa
bukan rad ;o ya11g b~rd iri sendiri dari RRI
Cabang Madya Yogyakar~a .
Dari sini dapat dilihat bah\1a
keberlan~sungan Produa sebagai organisasi
j:>enyiaran akan sangat d~tentukan oleh
keberlangsungan hidup KRl Cabang Madya
Yogyakarta itu sendiri. Jika RRI Cabang
Madya Yogyakarta secara umum mampu
meningkatkan kualitas produksi melalui
pembenahan organisasi maka akan sangat
berimplikasi pula pada 1'rodua.
Struktur manajerial penyiaran
sebagaimana ya11g terdapat pada programa
lain RRI Yogyakarta (Prosalu dan Protipa)
adalah sama seperti halnya struktur
manajerial peny iaran pada Produa .
35-l
Penyamaan posisi serta s istem ini
dimaks udkan u~tuk mewujudkan pola
sentralisas i keb ijakan untuk mas ing-mas ing programa dengan pembagian
wilayah segmentasi pendengar yang
~rbeda untuk tiap programa (kualifikasi,
segmentasi pendengar masing-mas ing
telah dijelaskan di atas).
Pelaksanaan
prinsip-prinsip
manajerial dalam Produa dilakukan ~ecc.ra
berkesina m bungan pada setiap ac:ua .
Di.mulai dengan perencanaan yang disusun
berdasarkan pedoman acarn d ilal...ukan oleh
program planning dan programmer. Dari
program planning dan programmer
kemudian disusun Daftar Acara Siaran
(DAS). Penyus unan DAS digunakan
sebagai i<erangka acuaP. dari pe!lyiaran.
Setiap penyiar yang akan melakukan siaran
cl1wajibkan untuk IT'e!l'pe!ajari DAS
te rl.?bih dahulu sebelum melakukan siar ~ n
ka rena didalam DAS itulah terdapat
ke rang ka acuan siaran.
Sepanjang perjalanan program, selalu
dilakukan pengawasan atau kontrnl
(controlling ) yang dilakukan oleh seksi
pcmantau khusus yang bertanggungjawab
unti.; k me lapo rkan setiap temuannya
kepada manajer seksi perencanaan. Proses
te rakhir adalah evaluasi bagi setiap
pelaksanaan dari perencana:rn yang telah
disusun. Evaluasi yang dilakukan di RR!
Produa Yogya dilakukan setiap setahun
sekali yang dimaksudkan untu k
me ngetahui sejauh mana program-program
Jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2005
Jt
l
Manajemen Penyiaran RRI Yogyakarta
siaran yang telah disiarkan telah
memberikan manfaat bagi masyarakat
pendengar.
Dilihat dalam Label realisasi
perencanaan bulan Mei 2004 tidak banyak
mengalami perubahan yang signifikan dari
perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Pembengkakan program
hanya terjadi pada acara hiburan yakni
menunjukkan kenai.kan sebesar sekiiar 12 %.
Sedangkan pada siaran berita dan informasi
mengalami penurunan hanya sekitar 4 %.
Proporsi program siaran berita/
informasi dan hibura.n meng.ambil posisi
dominan yakni sekitar 79%, dari seluruh
program kegiatan RRI Produa. Hal ini
merupakan suaiu konsckuensi logis dari
visi RRl Produa Yogyakarta berupa
"Menumbuh kembangkan apresiasi
generasi muda terhadap musik dan
mcndorong terwujudnya kaum muda Yang
Tanggap informasi (well informed)". Untuk
program acara yang lain seperti pendidibn,
kebudayaan dan iklan hanya dengan lebih
porsi yang kecil dari keseluruhan program
acara pada Programa Dua RRI Cabang
Madya Yogyakarta.
Sekilas Perbedaan Manajemen 1llU
Sebe,lum dan Sesudah Menjadi Perjan.
Perubahan status suatu orga;nisasi
biasanya juga membawa implikasi terhadap
perubahan manajemen organisasi tersebut
Beberapa perbedaan karakteristik
manajemen RRI saat me!ljadi UIT Jan
Perusahaan
Jawatan
terungkap
sehagaimana hasil wawancara dengan
Antonius Darmanto, Praktisi yang sekaligus
akademisi dalam dunia penyiaran
Yogyakarta. Secara ringkas perbedaan ini
tergambar dalam tabel berikut ini.
Jumal llmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, September- Desember 2005
355
Download