Contoh Iklan yang Tidak Etis - Blog UB

advertisement
Contoh Iklan yang Tidak Etis
“Iklan XL Rp. 0 Dari Detik Pertama (Versi Baim)”
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=96sSSgrtayU
Iklan sudah menjadi bagian hidup kita, itu sudah tidak bisa di pungkiri.
Bahkan iklan pun sudah memberi kehidupan bagi berbagai sektor, baik secara
langsung maupun tidak. Mulai dari jasa advertising, percetakan, media, aktor/aktris
yang menjadi bintang iklan dan masih banyak bidang lain yang menangguk
keuntungan.
Sejauh yang saya ketahui, pada prinsipnya, sebuah tayangan iklan di televisi
(khususnya) harus patuh pada aturan-aturan perundang-undangan yang bersifat
mengikat serta taat dan tunduk pada tata krama iklan yang sifatnya memang tidak
mengikat. Selain taat dan patuh pada aturan perundang-undangan, pelaku iklan
juga diminta menghormati tata krama yang diatur dalam Etika Pariwara Indonesia
(EPI). Ketaatan terhadap EPI diamanahkan dalam ketentuan “Lembaga penyiaran
wajib berpedoman pada Etika Pariwara Indonesia.” (Pasal 29 ayat (1) Peraturan KPI
tentang Pedoman Perilaku Penyiaran).





Lembaga penyiaran dalam menyiarkan siaran iklan niaga dan siaran iklan
layanan masyarakat wajib mematuhi waktu siar dan persentase yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan. (Pasal 29 ayat (2) Peraturan KPI
tentang Pedoman Perilaku Penyiaran).
Materi siaran iklan yang disiarkan melalui lembaga penyiaran wajib memenuhi
persyaratan yang dikeluarkan oleh KPI. (Pasal 46 ayat (4) UU Penyiaran).
Isi siaran dalam bentuk film dan/atau iklan wajib memperoleh tanda lulus
sensor dari lembaga yang berwenang. (Pasal 47 UU Penyiaran).
Pedoman perilaku penyiaran bagi penyelenggaraan siaran ditetapkan oleh
KPI. (Pasal 48 ayat (1) UU Penyiaran).
Siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan layanan
masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat
dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga
penyiaran yang bersangkutan. (Pasal 1 ayat (15) Peraturan KPI tentang
Pedoman Perilaku Penyiaran)
Siaran iklan niaga dilarang melakukan (Pasal 46 ayat (3) UU Penyiaran):
a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi, pribadi
dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau merendahkan
martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau kelompok lain
b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;
c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;
ARIE PRATAMA PUTRA (105020200111006) KELAS BA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
d. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai
agama; dan/atau
e. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.
Di dalam EPI juga diberikan beberapa prinsip tentang keterlibatan anak-anak di
bawah umur -apalagi Balita- seperti antara lain:

Anak-anak tidak boleh digunakan untuk mengiklankan produk yang tidak layak
dikonsumsi oleh anak-anak, tanpa didampingi orang dewasa.

Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan adegan yang
berbahaya, menyesatkan atau tidak pantas dilakukan oleh anak-anak.

Iklan tidak boleh menampilkan anak-anak sebagai penganjur bagi penggunaan
suatu produk yang bukan untuk anak-anak.

Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengeksploitasi daya rengek
(pester power) anak-anak dengan maksud memaksa para orang tua untuk
mengabulkan permintaan anakanak mereka akan produk terkait (lihat halaman
33 EPI).
Dari Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “Iklan XL Rp. 0 Dari
Detik Pertama (Versi Baim)” telah melanggar etika periklanan Indonesia yakni:
1.
2.
Iklan XL tersebut menampilkan Ibrahim Khalil Alkatiri yang akrab
disebut Baim (lahir di pada tanggal 7 Juni 2005; umur 7 tahun) Sebagai
penganjur bagi penggunaan suatu produk yang bukan untuk anak-anak
seusianya.
Iklan XL tersebut menampilkan seorang wanita yang memakai busana dan
celana minim, selanjutnya wanita tersebut beradegan atau melakukan
gerakan membuka baju di depan Baim. Kemudian Baim melakukan adegan
berpura-pura menutup matanya namun masih berusaha mengintip melalui
sela-sela jarinya. Sejurus kemudian wanita tersebut mengurungkan niat untuk
membuka bajunya dan berbalik badan.
Tanpa kita sadari adegan tersebut melanggar etika kesopanan dan
mengandung tindakan pornografi dan porno aksi (EPI, hal 25). Iklan tersebut
menggunakan pemeran wanita berpakaian minim dan anak-anak sekaligus
yang tidak dalam porsinya. Secara tidak langsung anak-anak diajarkan untuk
melakukan tindakan yang melanggar etika kesopanan. Yakni bahwa
mengintip itu sah-sah aja asalkan tidak disengaja. Apalagi Baim sebagai
publik figur panutan anak-anak.
ARIE PRATAMA PUTRA (105020200111006) KELAS BA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
Download