implementasi mikrokontroler at89s52 sebagai alat pengering ikan

advertisement
IMPLEMENTASI AT89S51 SEBAGAI PENGAMAN SEPEDA MOTOR
Iswanto
Namun tampaknya seiring dengan pesatnya
teknologi otomotif, tingkat kejahatan dan
kriminalitas
terhadap
kendaraan
bermotor
khususnya sepeda motor kian merebak. Hal itu
tentunya faktor keamanan dan kenyamanan bagi
pemakai dan pemilik sepeda motor belum tercapai.
Standar sistem pengaman tambahan pada sepeda
motor umumnya belum memadai.
3. DASAR TEORI
Kelistrikan Sepeda Motor
Pada sistem pengaman sepeda motor
memerlukan beberapa tegangan input yang berasal
dari indikator lampu yang ada pada sepeda motor.
Selanjutnya tegangan tersebut akan berfungsi
sebagai data masukan oleh mikrokontroler
AT89S51.
3.1.
Kontrol CDI
Merupakan bagian yang dikendalikan sistem
pengaman ini. CDI memiliki peranan penting dalam
menghidupkan mesin. Titik kontrol CDI ada pada
ada pada kabel hitam/putih (BW), pada Gambar 1.
ditunjukkan bahwa kabel hitam/putih terhubung
dengan kunci kontak. Apabila kunci kontak terbuka
maka CDI siap bekerja apabila unit sepeda motor
di-starter atau kick starter. Demikian pula
sebaliknya jika kunci kontak tertutup maka mesin
akan mati (CDI tak bekerja). Penerapan sistem
pengaman ini adalah dengan memasang saklar relai
yang diparalel dengan kunci kontak.
B/R
UNIT CDI
L/Y
G/W
1. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia otomotif di Indonesia
akhir-akhir ini semakin pesat, khususnya untuk
kendaran jenis sepeda motor. Hal ini terbukti
semakin banyaknya bermunculan berbagai jenis dan
merk sepeda motor yang ada. Teknologi bidang
otomotif memberi sumbangan besar terhadap
kemajuan suatu negara juga memberikan peranan
penting
dalam
usaha
mencapai
sasaran
pembangunan.
Sehingga
dengan
pesatnya
perkembangan dunia otomotif maka mobilitas
manusia akan menjadi semakin cepat, aman dan
nyaman.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam makalah ini, bahan yang dijadikan
sumber
adalah
dokumen
dari
tugas akhir yang ditulis oleh Susilo Marwanto,
dengan judul ”Sistem Pengaman Sepeda Motor
Berbasis Mikrokontroler AT89C2051”. Bahan lain
yang dijadikan sumber adalah buku terbitan PT
Astra Internasional Inc dengan judul Buku
Pedoman Reparasi Honda Astrea Prima, ditulis
oleh Honda Technical Service Sub Division.
B/W
Kata kunci : AT89S51, Pengaman sepeda motor
memasang dan melepas alat itu sebelum atau
setelah menggunakan kendaraan. Letak yang
mudah terlihat secara visual dan sifatnya yang pasif
juga merupakan kelemahan sistem pengaman ini.
Sistem pengaman elektrik seperti saklar yang
tersembunyi hanya memperbaiki satu kelemahan
dari sistem pengaman mekanik di atas.
B/Y
ABSTRAKSI
Kejahatan dan kriminalitas terhadap kendaraan
bermotor khususnya sepeda motor kian merebak.
Hal itu tentunya faktor keamanan dan kenyamanan
bagi pemakai dan pemilik sepeda motor belum
tercapai. Standar sistem pengaman tambahan pada
sepeda motor umumnya belum memadai.
Penelitian ini mencoba membangun suatu
model pengaman elektrik kendaraan dengan
menggunakan microcontroller AT89S51. Model
Keamanan meliputi rangkaian sistem minimum
mikrokontroler AT89S51, rangkaian masukan data
berupa 3 buah gerbang inverter schmitt trigger yang
disusun sedemikian rupa sehingga dapat
dikendalikan dari indikator-indikator yang ada pada
sepeda motor. Sedangkan output berupa rangkaian
penggerak relai yang akan men-ground-kan sistem
pengapian unit sepeda motor dan mampu
mengaktifkan buzzer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk
suatu model pengaman elektrik kendaraan bekerja
dengan baik.
Coil Pengapian
Kunci Kontak
Pembangkit
Pulsa
BUSI
Sistem pengaman tambahan yang bersifat
mekanik seperti kunci shock ataupun kunci grendel
pada standar utama sepeda motor memiliki
kelemahan yaitu pemakai harus dibuat repot dengan
3.2.
Gambar. Indikator Kontrol CDI
Tegangan Indikator Netral
Alternator
Lampu indikator netral yang menyala apabila
gigi versneling sepeda motor pada posisi netral.
Berdasarkan gambar konfigurasi di bawah maka
titik A akan ada tegangan sebesar VAccu apabila
saklar netral terbuka atau pada saat gigi versneling
tidak pada posisi netral atau lampu netral mati.
Tegangan inilah yang merupakan masukan data
pertama sistem pengaman ini
Gambar Konfigurasi Lampu Indikator Netral
3.3.
Tegangan Indikator Posisi
Lampu indikator posisi kiri/kanan akan
menyala apabila saklar posisi kiri/kanan diaktifkan.
Pada titik B akan ada tegangan sebesar VAccu
apabila saklar posisi diaktifkan ke kiri, demikian
pula bila diaktifkan ke kanan maka maka giliran
titik C yang mendapat tegangan sebesar VAccu.
Masing-masing B dan C merupakan masukan data
kedua dan ketiga untuk mengaktifkan alat ini.
4. METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat diambil berbagai
permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana merancang sistem minimum
berbasis mikrokontroler AT89S51 yang
dapat digunakan sebagai sistem pengaman
sepeda motor.
2. Input apa saja yang dapat digunakan
sebagai kunci/data masukan pemecah
sandi.
3. Perangkat apa yang dapat digunakan untuk
mengantar mukakan sistem pengaman
dengan mesin unit sepeda motor.
Perancangan Perangkat Keras
Mengacu pada analisis kebutuhan di atas,
maka bagian-bagian yang diperlukan untuk
merealisasi sistem pengaman sepeda motor berbasis
mikrokontroler AT89S51 tersebut dapat
digambarkan dengan blok diagram sebagai berikut:
Rangkaian
masukan data
indikator gigi
netral
Rangkaian
masukan data
indikator posisi
kiri
Rangkaian Clock
Rangkaian
masukan data
indikator posisi
kanan
Saklar Posisi
Ke rangkaian Masukan Data
B
Posisi Kiri
C
Ke Rangkaian Masukan Data
Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 sering disebut
sebagai flash microcontroller karena ROM internal
yang digunakan adalah EEROM (Electrically
Erasable ROM) dengan kapasitas memory ROM 4
kB (internal).
Keunggulan dari mikrokontroler AT89S51 adalah :
1. Kompatibel dengan semua produk MCS-51
2. Kapasitas memori internal 4kB (EEROM)
3. 128 x 8 bit RAM internal
4. 32 I/O line yang dapat diprogram
5. 2 buah 16 bit pewaktu/pencacah
6. 6 sumber interupsi
Dengan memiliki karakteristik-karakteristik
tersebut, mikrokontroler
AT89S51 keluaran
pabrikan ATMEL sangat fleksibel digunakan pada
suatu aplikasi.
Rangkaian
minimum
mikrokontroler
Rangkaian
Penggerak
Buzzer
Gambar Diagram Blok Rancangan Alat
Posisi Kanan
Gambar Lampu Indikator Posisi.
Rangkaian
Penggerak
Relai
Perancangan Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan pada makalah
ini merupakan bahasa pemrograman tingkat rendah
(bahasa assembler). Bahasa assembler digunakan
untuk mengendalikan kerja dari mikrokontroler
AT89S51 sehingga dapat mengirim dan menerima
data. Sebelum bahasa assembler dituliskan ke
mikrokontroler, perlu dilakukan inisialisasi terlebih
dahulu. Hal ini dimaksudkan agar mikrokontroler
berada dalam keadaan siap bekerja.
5
HASIL
IMPLEMENTASI
DAN
PEMBAHASAN
Data Pengujian Rangkaian Masukan Data
Pengujian rangkaian masukan data dilakukan
dengan memati hidupkan indikator netral dan posisi
kemudian mengukur tegangan keluaran pada
masing-masing schmitt trigger yang bersangkutan.
1. Pembahasan Perangkat Keras
Sistem pengaman sepeda motor ini terdiri dari
beberapa bagian yaitu rangkaian masukan data,
rangkaian penggerak relai, rangkaian penggerak
buzzer rangaian catu daya dan rangkaian sistem
minimum mikrokontroler AT89S51. Pengujian
dilaksanakan bagian demi bagian, selanjutnya data
hasil pengujian akan dibahas untuk menjawab
rumusan masalah.
Rangkaian Masukan Data
Data berupa masukan tegangan yang berasal
dari indikator lampu netral dan indikator posisi.
Pada masing-masing rangkaian masukan data
dilalukan pada sebuah dioda dimana kathoda
terhubung dengan kapasitor dan rangkaian voltage
devider. Dioda-dioda ini berfungsi sebagai
penyekat antara rangkaian dengan indikator yang
bersangkutan. Kapasitor C10, C11dan C12
berfungsi untuk meratakan tegangan yang berubahubah, terutama yang berasal dari indikator posisi.
Tanpa terpasang kapasitor, maka tegangan kathoda
berubah ubah secara pereodik mendekati 0 Volt dan
mendekati tegangan Accu (2 logika). Dengan
terpasangnya kapasitor-kapasitor itu maka tegangan
pada kathoda berdasarkan tabel hasil pengujian
menunjukkan berkisar antara 6,5volt sampai dengan
9 volt selama indikator posisi on. Hal ini
menunjukkan bahwa vareasi tegangan masih
memenuhi batas-batas logika 1.
Rangkaian voltage devider merupakan
konfigurasi 2 buah resistor yang terpasang seri
dengan kedua ujungnya terhubung pada kathoda
dan ground sedangkan titik pertemuan kedua
resistor ini terhubung dengan inverter schmitt
trigger. Voltage devider adalah sebagai pembagi
tegangan yang berasal dari kathoda sebesar 6,5
Volt-9 Volt (pada saat indikator posisi on) dan 12
Volt (saat indikator netral off). Sedangakan
tegangan input inverter schmitt trigger hanya
mengijinkan vareasi tegangan antara 0 Volt- 5 Volt.
Dengan nilai-nilai komponen yang telah tertera
pada rangkaian masukan data maka titik pertemuan
kedua resistor yang berfungsi sebagai input inverter
schmitt trigger adalah berkisar antara 3 Volt- 4,1
Volt saat indikator posisi yang bersangkutan on dan
0,2 Volt saat off. Sedangkan tegangan saat indikator
netral on adalah 0,1 Volt dan 4 Volt saat off. Nilainilai tegangan ini telah memenuhi ketentuan logika
0 dan logika1.
IC1A
R1
D2
Vi1
Indikator posisi kanan
1
680
+ C10
1N4148
R2
680
220uF
2
P1.5
74LS14
IC1B
D3
R3
Vi2
Indikator posisi kiri
3
4
P1.6
680
1N4148
+ C11
R4
680
220uF
74LS14
IC1C
D4
R5
Vi3
Indikator netral
5
6
P1.7
1K2
1N4148
+ C12
R6
680
220uF
74LS14
Gambar Rangkaian Masukan Data
Rangkaian Penggerak
Rangkaian Penggerak Relai
Mikrokontroler AT89S51 P3.0 merupakan
input rangkaian penggerak relai. Selama catu daya
aktif dan data masukan (sandi) belum benar, maka
selama itu pula P3.0 akan selalu berlogika 0 yang
merupakan input inverter schmitt trigger. Output
inverter schmitt trigger akan membalikkan keadaan
terhadap input, sehingga output berlogika 1 dan
memberi bias basis transistor Q2 melalui R8.
Fungsi dari resistor ini adalah mengatur dan
membatasi agar saat logika 1 pada output schmitt
trigger maka bias basis dapat dipastikan membuat
transistor Q2 jenuh sehingga transistor on dan
menggerakkan relai yang berakibat meng-groundkan pengapian CDI.
Logika 0 pada basis transistor Q2
menyebabkan transistor dalam keadaan mati (cut
off) sehingga transistor off dan relai juga tak aktif
yang berakibat sambungan antara ground dan
pengapian CDI putus. Dengan kondisi ini maka
mesin sepeda motor dapat dihidupkan dengan
electric starter ataupun kick starter.
VCC
RC
4
3
5
2
1
IC1D
RL 12V SPDT
R8
9
P3.0
8
Vi
CDI
Q2
D400
10K
74LS14
Gambar Rangkaian Penggerak Relai.
Berikut ini merupakan perhitungan untuk
menentukan nilai resistansi resistor (R8).
VCC
Vi
β
= 11,5 V
= 3V
= 160
RC
VBE
= 400 Ohm
= 0,7 V
VCC
11,5
=
= 28,75 mA
RC
400
28,75mA
ICjenuh
IB jenuh =
=
= 179µA
160

kondisi jenuh IC=
Supaya benar-benar kondisi jenuh
IB > IB jenuh
IB = 200µA
R8 =
Vi  VBE
3  0,7
=
= 11,5KΩ ≈ 10 KΩ
IB
200 A
Rangkaian Penggerak Buzzer
Kunci kontak sepeda motor on maka P3.1
mikrokontroler AT89S51 akan berlogika 1 dan
pada output inverter schmitt trigger IC1E berlogika
0. Transistor Q1 yang mendapat bias dari inverter
schmitt trigger IC1E yang berlogika 0 (tegangan
sebesar 0,15 volt) akan berakibat transistor off
sehingga buzzer tak aktif.
Tiga kali kesalahan dalam pemberian data
masukan akan berakibat P3.1 mokrokontroler akan
berlogika 0 dan 1 secara pereodik. Situasi ini akan
diikuti oleh inverter schmitt trigger IC1E dan
transistor Q1, sehingga buzzer juga akan berbunyi
dan diam bergantian secara pereodik.
V Accu
BZ
IC1E
Buzer
R9
11
P3.1
10
Vi
Q1
D400
22K
74LS14
Gambar Rangkaian Penggerak Buzzer.
Berikut merupakan perhitungan untuk mentukan
nilai R9
V accu = 13V
Vi
= 3V
VBE = 0,7V
β
= 160
I buzzer= 15mA (mengukur arus dengan
menghubungkan buzzer terhadap accu)
Kondisi jenuh
IC jenuh
= IC buzzer = 15mA
IB jenuh =
ICjenuh

=
15mA
= 93,75 µA
160
Supaya benar-benar kondisi jenuh
IB > IB jenuh
IB
= 100 µA
R9
=
Vi  VBE
3  0,7
=
= 23KΩ ≈ 22KΩ
IB
100A
2. Pembahasan Perangkat Lunak
Perangakat lunak yang dibuat mengacu pada
diagram alir (flow chart) yang selengkapnya
terdapat pada lampiran.
Pada program
menggunakan P1.5, P1.6, dan P1.7 sebagai
masukan data ke mikrokontroler. Register 3 dan
akumulator digunakan sebagai penyimpan data
sedangkan hasil dari pemrosesan data melalui P3.0
dan P3.1. program inisialisasi, yaitu untuk mengatur
keadaan awal.
ORG
CLR
CLR
0H
A
P3.0
MOV
R3,#0H
Program di bawah ini merupakan penghitung
jumlah kesalahan dalam memasukkan data ke
mikrokontroler melalui port 1. Apabila data R3
melampaui batasan yang telah ditetapkan maka
akan memanggil subrutin sirine untuk mengaktifkan
buzzer.
TAMBAH: INC
R3
Program di bawah ini adalah untuk
memastikan bahwa dalam keadaan awal salah,
keadaan port 1 berlogika 1 semua. Hal ini bertujuan
untuk menghindari salah penghitungan karena
masukan data yang salah terlalu lama sehingga
dihitung ganda. Jika data awal port1 tidak sama
dengan 11111111B (indikator netral on, indikator
posisi kiri dan kanan off) maka aliran program
lompat ke subutin SAMAKAN, demikian berputar
seterusnya hingga masukan data awal port 1 sama
dengan 11111111B. Bila data masukan telah
terpenuhi dan nilai data pada R3 belum mencapai 3
maka program akan meminta data masukan
pertama.
SAMAKAN: MOV A,P1
CJNE A,#11111111B,SAMAKAN
Program di bawah ini adalah program yang
meminta masukan data 01111111B pada port 1,
yang berarti indikator netral, indikator posisi kiri
dan indikator posisi kanan dalam keadaan off Aliran
program pada bagian ini akan terjadi looping
apabila masukan data port 1 tidak sama dengan
01111111B atau 10111111B atau 11011111B.
Aliran program akan lompat ke subrutin TAMBAH
apabila masukan data port 1 adalah 11011111B
atau 10111111B. Hal ini diidentifikasi sebagai
masukan data yang salah sehingga data R3
bertambah satu. Program akan meminta masukan
data keadaan awal lagi yaitu port 1 berlogika
11111111B sebelum meminta data masukan
pertama kembali. Bila masukan data port 1 benar
dan nilai data R3 belum mencapai 3 maka akan
melanjutkan program berikutnya untuk meminta
data masukan kedua.
NETRAL_1: MOV A,P1
CJNE A,#01111111B,KIRI_1
JMP KIRI_2
KIRI_1:
CJNE A,#10111111B,KANAN_1
JMP TAMBAH
KANAN_1:
CJNE A,#11011111B,NETRAL_1
JMP TAMBAH
Program di bawah ini meminta data masukan
kedua melalui port 1 dengan data 10111111B. Bila
masukan data port 1 adalah 11011111B maka aliran
program akan lompat ke INC R3 dan masukan
data akan diidentifikasi sebagai masukan data yang
salah, kembali ke kondisi awal, dihitung jumlah
kesalahan untuk menentukan harus memanggil
subrutin sirine atau melanjutkan program masukan
data yang pertama kembali dan seterusnya
KIRI_2:
MOV A,P1
CJNE A,#10111111B,KANAN_2
JMP KANAN_3
KANAN_2:
CJNE A,#11011111B,KIR1_2
JMP TAMBAH
Program yang meminta data masukan ketiga
melalui port 1 dilakukan oleh program dibawah ini
dengan masukan data yang diminta adalah
11011111B. Aliran program akan lompat ke INC
R3 bila masukan data port 1 adalah
01111111 dan harus mengulang masukan data dari
awal kembali
KANAN_3:
MOV A,P1
CJNE A,#11011111B,NETRAL_3
JMP BENAR
NETRAL_3: CJNE A,#01111111B,KANAN_3
JMP
TAMBAH
Bila masukan data ke tiga benar maka secara
terus menerus selama catu daya aktif, P3.0 dan P3.1
dalam logika 1yang berarti mengaktifkan CDI dan
mematikan buzzer.
BENAR:
SETB P3.0
SETB P3.1
JMP BENAR
Berikut merupakan program dari subrutin sirine.
BUZZER:
CLR
P3.0
ULANG:
CLR
P3.1
ACALL
DELAY
SETB
P3.1
ACALL
DELAY
JMP
ULANG
Subrutin BUZZER merupakan pengosongan
data (logika 0) pada P3.1 yang berarti memberikan
bias basis transistor Q1 sehingga menjadi on,
mengaktifkan relai dan mematikan CDI. CLR P3.0
merupakan pengosongan P3.1 yang manyebabkan
basis Q1 berlogika 1 dan mengaktifkan buzzer.
Keadaan ini hanya bertahan selama pemanggilan
subrutin delay. Program ACALL DELAY
mengubah keadaan P3.1 menjadi berlogika 1
sehingga Q2 off dan buzzer tak aktif dengan
mempertahankan keadaan selama subrutin delay
dipanggil. JMP ULANG merupakan instruksi aliran
program untuk lompat ke ULANG: CLR P3. dan
melakukan pengulangan terus menerus selama catu
daya masih aktif.
Berikut merupakan program dari subrutin delay.
DELAY:
MOV
R0,#0AH
DELAY_A:
MOV
R1,#1FH
DELAY_B:
MOV
R2,#0
DJNZ
R2,$
DJNZ
R1,DELAY_B
DJNZ
R0,DELAY_A
RET
END
Subrutin DELAY merupakan pengisian R0
dengan 0AH (10 kali ulang), pengisian R1 dengan
data 1FH (31 kali ulang) dan pengisian R2 dangan
data 0H (256 kali ulang). Selanjutnya data R2
dikurangi dengan nilai 1 atau diturunkan terus
menerus hingga data R2 menjadi kosong. DJNZ
R1,DELAY_B adalah mengurangi nilai data R1
bila tak sama dengan nol maka akan lompat ke
DELAY_B dan looping terus hingga diperoleh nilai
data R1 sama dengan nol.
6
KESIMPULAN
Setelah
melakukan
pengamatan,
mengumpulkan data dan menganalisa maka penulis
mengambil kesimpulan tentang sistem pengaman
sepeda motor berbasis mikrokontroler AT89S51
sebagai berikut:
1. Sistem yang telah dirancang hanya efektif
ketika menghidupkan mesin sepeda motor
menggunakan kick starter. Kinerja alat
akan kadang-kadang terganggu ketika
menghidupkan mesin sepeda motor
menggunakan electric starter.
2. Perangkat ini hanya aktif ketika saklar
kontak on.
3. Alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu
(1) 3 buah rangkaian Masukan Data, (2)
rangkaian
Sistem
Minimum
Mikrokontroler AT89S51 (3) rangkaian
Penggerak Relai dan (4) rangkaian
Penggerak Buzzer.
7
SARAN-SARAN
1. Bila diinginkan urutan masukan data yang
lebih banyak maka perlu ditambahkan lagi
rangkaian masukan data.
2. Untuk menghasilkan sirene yang lebih
keras maka buzzer dapat diganti dengan
klakson atau horn speaker dengan beberapa
penyesuaian pada rangkaian penggerak
buzzer.
3. Arus diam sistem ini perlu diperhitungkan
apabila hendak dipasang kondisi selalu
aktif saat kunci kontak on maupun off.
4. Sistem pengaman ini dapat dikembangkan
lagi menjadi sistem pengaman yang
menggunakan remote control.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Putra, Agfianto Eko. (2002). Belajar
Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan
Aplikasi. Edisi pertama.Yogyakarta : Gava Media
[2]
Honda Technical Service Sub Division.
(1988). Buku Pedoman Reparasi Honda Astrea
Prima. Jakarta : PT Astra Internasional Inc.
[3]
ON semiconduktor. (November. 2003).
SN74LS14 Schmitt Trigger Dual Gate/Hex Inverter.
USA : Semiconductor Component Industries
(http://www.onsemi.com)
[4]
Marwanto,
Susilo.
(2004).
Sistem
Pengaman Sepeda Motor Berbasis Mikrokontroler
At89c2051. Laporan Proyek Akhir Fakultas Tehnik
UNY
[5]
National
Semiconductor
Corporation.
(November. 2003). LM78XX Series Voltage
Regulators. USA : National Semiconductor Inc
(http://www.national.com)
[6]
Foulsham, W. (1996). Data dan
Persamaan Transistor (Towers’ International
Selector) Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Download