Siasat Samin Tan Tekan Kerugian Borneo Energi Samin Tan membeli 23,8% saham Bumi Plc lewat Ravenwood senilai US$ 223 juga JAKARTA, Manuver Samin Tan, pemilik PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN), membeli saham Bumi Plc dari Grup Bakrie, tak lepas dari upaya kelompok usaha itu memulihkan investasinya. Setidaknya, begitulah yang tertangkap dari penjelasan BORN kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), yang dirilis kamis (11/7). Pemulihan investasi BORN di awali perceraian konsi (restrukturisasi) dengan Grup Bakrie di Bumi Plc. BORN dan Bakrie, sejak akhir tahun 2011, punya 47,6% salahm Bumi Plc lewat dua special purpose vehcle (SPV), Borneo Bumi Energi & Metal Pte Ltd (BBEM) dan 49% saham BBR. Demikian sebaliknya dengan Grup Bakrie. Saat ini, BBEM menguasai 54,15% juta saham dengan hak suara (setara 22,5%) Bumi Plc. Sementara BBR menguasai 60,44% juta saham tanpa hak suara (setara 25,1% Bumi Plc. Nah, pemisahan kongsi di dua SPV itu dilakukan dengan tiga cara, Pertama, BORN akan mentransfer kepemilikan 49% salam BBR kepada Bakrie. Kedua, Bakrie, sebaliknya, akan mentrasfer 49% saham BBEM ke BORN. Ketiga, BBR bakal mentransfer 3 juga saham tanpa hak suara Bumi Plc ke BORN. Saham ini kelak akan berubah menjadi saham dengan hak suara setelah transaksi itu selesai. Persoalannya, restrukturisasi ini tak bisa dilakukan segera. Nasibnya masih ditentukan oleh pembelian kembali (buyback) 29,2% saham Bumi Plc di PT Bumi Resources Tbk (BUMI) oleh Grup Bakrie, serta penyerahan hak (waiver) Grup Bakrie kepada BORN. Andai testrukturisasi selesai, BORN akan menguasai 100% saham BBEM. Selanjutnya, lewat perusahaan afiliasi di bawah Grup Borneo yang bernama Ravenwood Ptc Ltd, Samin Tan akan membeli 23,8% saham Bumi Ple milik Bakrie senilai US$ 223 juta. Akankah ada uang tunai yang diserahkan Samin kepada Grup Bakrie? “Saya akan bayar,” tegas Samin Tan, saat dihubungi KONTAN. Maklum saja, BORN telah lama meminta kompensasi atas keputusan Grup Bakrie mencabut investasi di Bumi Ple. Penggunaaan Ravenwood pun bukan tanpa alas an. BORN kan mengakuisisi saham Revenwood, sehingga bisa memiliki 46,6% saham Bumi Ple. Alhasil, perusahaan ini terkonsolidasi dalam laporan keuangannya. Langkah ini dinilai strategis, karena Bumi Plc masih menguasai 85% saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), Praktis, BORN juga merasa untung karena bisa menambah 23,8% saham Bumi Plc dengan harga GBP 6,75% per tahun, lebih rendah dibanding pembelian tahun 2011 di harga GBP 10,9 per saham. Jika terealisasi, skenario ini menghadirkan nafas baru bagi BORN. Sebab, BORN kini tengah dikejar pelunasan utang US$ 1 miliar kepada Standard Chartered Bank (Stanchart). Utang itu dahulu yang digunakan untuk mengakuisisi 23,8% saham Bumi Plc milik Grup Bakrie. Dalam laporan keuangan per 31 Desember 2012, BORN mengungkapkan sempat ada perselisihan dengan Stanchart atas utang ini. Pangkal soalnya adalah BORN dianggap melanggar klausul utang, khususnya nilai kekayaan bersih berwujud di bawah saldo minimum yang ditetapkan yakni US$ 800 juta. Sejatinya, pelanggaran ini memberikan hak bagi Stanchart untuk menagih seluruh pinjaman yang belum dicicil BORN senilai US$ 950 juta. Namun, pada 2 Juli 2013, Stanchart telah membebaskan BORN dari pelanggaran klausul utang dan tengah bernegosiasi dengan BORN. Pada 24 Juni 2013, BORN mencicil utang US$ 50juta. Dana percepatan pembayaran utang diambil dari dividen Bumi Plc yang diterima BORN. Strategi menjual 20% saham akan usaha, PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT) juga terus diusahakan. BORN tengah bernegosiasi dengan Posco Group atas divestasi AKT dengan nilai sekitar US$ 500 juta. Strategi lain yang dijajaki BORN adalah menerbitkan obligasi. Alexander Ramlie, Presiden Direktur BORN pernah bilang rencana ini tergantung kondisi pasar. “Tidak bisa ditentukan kapan pastinya,” Jelasnya. Kemarin, saham BORN lepas dari suspensi dan anjlok 14,29% menjadi Rp. 330 per saham. KONTAN, Jumat, 12 Juli 2013