Modul Sejarah Desain [TM12]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
SEJARAH
DESAIN
Perkembangan Desain di
Indonesia
Fakultas
Program Studi
Desain dan Seni
Kreatif
Desain Produk
Modul
11
Abstract
Sejarah perkembangan desain di Indonesia
yang mengadopsi kearifan lokal, beberapa
di antaranya dipengaruhi perkembangan
desain dunia secara global. Desain-desain
tersebut berkembang menyertai kemajuan
teknologi, budaya, ekonomi dan gaya
hidup, di antaranya: Desain Produk, Desain
Komunikasi Visual, Desain Grafis, Desain
Interior, Desain Busana, dan Desain
Arsitektur
Kode MK
Disusun Oleh
MK 19051
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Kompetensi
Mahasiswa mengetahui perkembangan sejarah,
periode, tokoh-tokoh dan karya desain di
Indonesia.
Pendahuluan
Modul 11
Perkembangan Desain di Indonesia
A. Pengantar
Sejarah perkembangan desain di Indonesia yang mengadopsi kearifan lokal,
beberapa di antaranya dipengaruhi perkembangan desain dunia secara global. Desaindesain tersebut berkembang menyertai kemajuan teknologi, budaya, ekonomi dan gaya
hidup, di antaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Desain Produk
Desain Komunikasi Visual
Desain Grafis
Desain Interior
Desain Busana
Desain Arsitektur
B. Desain Produk di Indonesia
Saat ini usia desain produk di Indonesia sudah mencapai lebih 42 tahun. ITB
sebagai institusi pendidikan pertama di Indonesia yang membuka program studi desain
produk pada tahun 1972 berperan besar dalam membentuk desainer produk Indonesia.
Berkembangnya seni dan desain tidak terlepas dari lembaga pendidikan tersebut di samping
beberapa perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Setiap tahunnya lembaga pendidikan seni
dan desain mencetak lulusan-lulusan yang diharapkan dapat menjadi penggerak seni dan
desain di masyarakat.
Cakupan desain produk sangat luas sehingga perlu dilakukan pengklasifikasian
mengenai bagian-bagian apa saja yang termasuk dalam bidang desain produk.
1. Keprofesian
Saat ini pemerintah sudah sangat mendukung perkembangan desain produk.
Desain produk masuk ke dalam Rencana Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. Rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia dicanangkan sampai 10 tahun
ke depan, yaitu tahun 2025. Menurut Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang Ekonomi
Kreatif, ekonomi kreatif Indonesia dikelompokkan menjadi: (1) arsitektur; (2) desain; (3)
fesyen; (4) film, video, dan fotografi; (5) kerajinan; (6) musik; (7) pasar seni dan barang antik;
(8) penerbitan dan percetakan; (9) periklanan; (10) permainan interaktif; (11) penelitian dan
2016
2
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengembangan; (12) seni pertunjukan; (13) teknologi informasi dan piranti lunak; (14) televisi
dan radio; dan (15) kuliner.
Sarana untuk perlindungan HAKI pun sudah tersedia, hanya perlu disosialisasikan
lagi. Kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, memiliki perjanjian internasional khusus
mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh Agreement on Trade Relates Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs). Perjanjian
tersebut menyebutkan bahwa HAKI terdiri dari: (1) hak cipta dan hak terkait; (2) merk
dagang; (3) indikasi geografis; (4) desain industri; (5) paten; (6) tata letak sirkuit terpadu; (7)
perlindungan informasi rahasia; dan (8) kontrol terhadap praktek persaingan usaha tidak
sehat dalam perjanjian lisensi.
Peraturan HAKI mengenai desain produk ada pada bagian Desain Industri. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, pada
pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa, “Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,
konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk
tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam
pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.” Klasifikasi produk yang diajukan
disesuaikan dengan klasifikasi padaLocarno Agreement. Desain produk memiliki potensi
yang besar untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan keprofesiannya.
Hak Desain Industri berlaku untuk jangka waktu 10 tahun. Dalam waktu tersebut
apabila desain digunakan oleh pihak lain dan diadukan, pihak tersebut dapat dikenakan
hukuman pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda maksimal Rp 300.000.000,00.
Menurut data Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia sampai saat ini baru
26 Hak Desain Industri yang sudah terdaftar. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan
banyaknya karya desain yang dihasilkan.
Satu hal yang menjadi kendala, sejauh ini belum siapnya industri di Indonesia untuk
menghargai peran desainer. Daya serap industri di Indonesia untuk pekerjaan terkait desain
produk masih sedikit. Pada hal sebenarnya perusahaan-perusahaan membutuhkan jasa
desainer, namun seringkali kesadaran desain masih kurang dan tidak menganggap desain
sebagai elemen penting dalam membangun perusahaan. Gaji desainer pun masih tergolong
kecil (hanya sedikit di atas upah minimum rata-rata) dan belum memiliki jenjang karir yang
jelas. Dampaknya apabila seorang desainer ingin berkembang, ia memiliki kecenderungan
untuk mencari pekerjaan baru.
Perlu dilakukan sosialisasi secara mendalam mengenai dampak positif desain, yang
sangat baik untuk leverage perusahaan. Kampanye mengenai hal ini pernah dilakukan
2016
3
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
oleh Design Council dalam video The Value of Design. Design Council ingin menyampaikan
bahwa setiap dana yang dikeluarkan untuk proses desain, walaupun mahal, akan
meningkatkan pendapatan perusahaan berkali-kali lipat. Desain adalah sebuah investasi.
Untuk menjadi seorang desainer profesional, dibutuhkan suatu sertifikasi khusus.
Bidang teknik dan arsitektur telah lama menggunakan Surat Keterangan Ahli (SKA) sebagai
standar keprofesiannya. Pada perkembangannya Himpunan Desainer Interior Indonesia
(HDII) turut menerima pengurusan SKA Desainer Interior khusus anggotanya. Dalam SKA
terdapat pembagian berdasarkan pengalaman kerja dan proyek yang pernah ditangani yaitu:
ahli muda, ahli madya, dan ahli utama. Dengan SKA keprofesionalitasan seorang desainer
terjamin dan akan lebih mudah saat menangani proyek-proyek pemerintahan.
Sudah waktunya desainer diperkuat dengan back up asosiasi. Agar desainer
khususnya
desainer produk lebih diakui. Asosiasi penting untuk membangun branding
desain produk di Indonesia. Asosiasi juga dapat mengakomodasi adanya dialog antar
desainer dengan berbagai latar belakang yang akhirnya dapat memperluas networking.
Beberapa asosiasi terkait desain produk di Indonesia adalah: Asosiasi Desainer Produk
Indonesia (ADPI); Product Design Focus (PDF); Himpunan Mahasiswa Desain Produk Anak
Negeri (HADEPAN); Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI); dan Asosiasi Mebel dan
Kerajinan Indonesia (AMKRI).
Dokumentasi dan pengarsipan data-data desain maupun desainer dapat dibantu
melalui media dan asosiasi. Apalagi saat ini mengolah arsip dalam bentuk digital sangat
mudah. Dengan dokumentasi dan pengarsipan yang baik, Indonesia dapat mewujudkan citacita untuk memiliki Museum Desain Nasional. Sejarah desain Indonesia serta produk-produk
ikonik pada suatu era tidak lagi tercecer tanpa pernah diketahui generasi selanjutnya.
C.Desain Komunikasi Visual
Sebelum kita membahas perkembangan desain Komunikasi Visual di Indonesia,
ada baiknya kita mengetahui pengertian Desain Komunikasi Visual itu sendiri. Agar lebih
dapat memiliki pengertian jelas dan luas di smping definisi Desain Grafis yang beberapa
periode berkembang di Indonesia.
1.Pengertian Desain Komunikasi Visual
Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan
ungkapan kreatif, teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual,
termasuk audio dengan mengolah elemen desain grafis berupa bentuk gambar, huruf dan
warna, serta tata letaknya, sehingga pesan dan gagasan dapat diterima oleh sasarannya.
Maka dari pengertian ini Desain Komunikasi Visual adalah pengembangan Desain Grafis.
2016
4
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa
komunikasi secara visual berupa pengolahan pesan-pesan untuk tujuan sosial atau
komersial, dari individu atau kelompok ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya.
Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau gagasan yang disampaikan kepada target
audience, dalam upaya peningkatan usaha penjualan, peningkatan citra dan publikasi
program pemerintah.
Pada
prinsipnya
desain
komunikasi
visual
adalah
perancangan
untruk
menyampaikan pola pikir dari penyampaian pesan kepada penerima pesan, Berupa bentuk
visual yang komunikatif, efektif, efisien dan tepat. terpola dan terpadu serta estetis. Melalui
media tertentu sehingga dapat mengubah sikap positif sasaran. Elemen desain komunikasi
visual adalah gambar/foto, huruf, warna dan tata letak dalam berbagai media. Baik media
cetak, massa, elektronika maupun audio visual. Akar bidang desain komunikasi visual
adalah komunikasi budaya, komunikasi sosial dan komunikasi ekonomi.
Desain Komunikasi Visual baru populer di Indonesia pada tahun 1980-an yang
dikenalkan oleh desainer grafis asal Belanda bernama Gert Dumbar. Karena menurutnya
desain grafis tidak hanya mengurusi cetak-mencetak saja. Namun juga mengurusi moving
image, audio visual, display dan pameran. Sehingga istilah desain grafis tidaklah cukup
menampung perkembangan yang kian luas. Maka dimunculkan istilah desain komunikasi
visual seperti yang kita kenal sekarang ini.
2. Fungsi Desain Komunikasi Visual
Adapun fungsi Desain Komunikasi Visual yaitu: 1). Sebagai sarana identifikasi
fungsi dasar yang utama. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu,
atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan suatu benda atau produk, jika mempunyai
identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk itu dan mudah dikenali, baik oleh
produsen
maupun
konsumen
sebagai
sarana
informasi
dan
instruksi
2). Sebagai sarana informasi dan instruksi, desain komunikasi visual yang menunjukkan
hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala;
contohnya peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Sebagai sebagai sarana presentasi
dan promosi.
3.Tujuan Desain Komunikasi Visual
Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi
adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara
visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat; contohnya poster.
2016
5
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Desain komunikasi visual atau lebih dikenal di kalangan civitas akademik di
Indonesia dengan singkatan DKV pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk
proses pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan ide atau
penyampaian informasi yang bisa terbaca atau terlihat. Desain Komunikasi Visual erat
kaitannya dengan penggunaan tanda-tanda (signs), gambar (drawing), lambang dan simbol,
ilmu dalam penulisan huruf (tipografi), ilustrasi dan warna yang kesemuanya berkaitan
dengan indera penglihatan.
Proses komunikasi di sini melalui eksplorasi ide-ide dengan penambahan gambar
baik itu berupa foto, diagram dan lain-lain serta warna selain penggunaan teks sehingga
akan menghasilkan efek terhadap pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan tergantung dari
tujuan yang ingin disampaikan oleh penyampai pesan dan juga kemampuan dari penerima
pesan untuk menguraikannya.
4.Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Indonesia dan Tantangannya
Perkembangan desain saat ini cukup berkembang pesat di Indonesia karena seiring
dengan berkembangnya teknologi di Indonesia yang semakin canggih pula, misalnya saja
jika ditinjau dari segi desain - desain yang sudah ada terutama desain multimedia dan
banyaknya software - software yang sangat mendukung dalam pembuatan desain pada saat
ini.
Dari
perkembangan
desain
yang
semakin
pesat
di
indonesia
terutama
perkembangan multimedia, didapatkan informasi ternyata ada sebuah software yang bisa
menjawab semua itu dalam pembuatan desain terutama dalam melayout, yaitu dengan
Adobe In-Design. Kehadiran Adobe In-Design memang belum terlalu banyak disambut
banyak orang terbukti dengan dominasi Adobe Page Maker yang semakin kuat tetapi Adobe
Crop sudah mengambil sebuah keputusan tidak lagi mengembangkan Page Maker, dan InDesign hadir untuk menggantikan Page Maker.
Adobe In-Design adalah sebuah inovasi yang sangat berguna bagi seorang designer
grafis dalam melayout atau untuk membuat publikasi. In-Design menyediakan beragam tool
canggih serta fasilitas-fasilitas menarik yang akan membantu anda membuat publikasi
menawan. untuk sekedar informasi saja program ini cukup mudah untuk dipelajari karena
merupakan pengembangan dari software-software yang sudah ada di dalam mendesign.
Oleh sebab itu dengan adanya In-Design dapat memformat karakter dan paragraf,
memanipulasi gambar, membuat berbagai macam efek, menggunakan beberapa halaman
master pada sebuah dokumen, membuat transparasi, mencetak halaman siap, melakukan
proses separasi, dan lain-lain.
2016
6
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Program Adobe In-Design memang sangat membantu untuk membuat design
halaman publikasi tetapi memang masih saja ada kekurangan dalam program ini. oleh
karena itu. Kita masih menanti perkembangan design khususnya dalam software In-Design
yang akan datang sehingga mampu menggunakan dan mengeksplorasi fasilitas-fasilitas
yang disediakan. Juga berusaha memahami materi secara terstruktur terhadap aplikasi baru
yang akan disajikan terhadap Adobe In-Design.
Selain software- software canggih yang belakangan ini sudah mulai bermunculan, ada
satu hal lagi yang mengalami perkembangan yaitu faktor sumber daya manusia. Sumber
daya manusia yang dimaksud di sini adalah seseorang yang terjun dan berkecimpung di
dalam dunia desain, baik secara otodidak ataupun pendidikan formal. Terbukti dengan
makin maraknya ajang perlombaan design dan event- event pameran dengan tujuan
memperkenalkan dunia desain kepada khalayak. Setiap ada perkembangan dan kemajuan,
di situlah ada tantangan yang akan dihadapi.
Tidak selalu suatu hal akan terus maju dan berkembang tanpa adanya suatu
tantangan. Dari tantangan itulah kita belajar dan maju untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Isu yang belakangan ini sedang hangat diperbincangkan oleh sebagian orang
yang mendalami dunia design komunikasi visual adalah ”Advertising down dan dikuasai oleh
Advertising asing ”. Jika hal ini memang terjadi tentu memprihatinkan dan pelik.
Dunia desain yang notabene merupakan sahabat dari ilmu advertising yang dahulu
terkendala karena adanya keterbatasan alat penunjang dan keterbatasan sumber daya
manusia, sekarang sudah berangsur-angsur mengalami perkembangan. Advertising down
dan dikuasai oleh advertising asing adalah sebuah fenomena yang dapat terjadi
dimungkinkan karena adanya penurunan kualitas dari dunia advertising Indonesia
dibandingkan dengan advertising asing.
Imbasnya akan mengakibatkan majunya advertising asing dan dikuasai oleh
mereka. Fenomena ini dapat terjadi jika kualitas tenaga kreatif dalam biro iklan di Indonesia
dewasa ini berkesan rendah, yang nantinya akan membawa pada praktek pembuatan iklan
yang melanggar kode etik maupun standar nilai yang dihormati dan munculnya suatu
persepsi bahwa Indonesia belum mampu menangani dan membuat iklan yang bermutu
Hal itu semua dapat kita cegah dengan meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya yaitu dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang desain dan cabangcabang ilmunya. Melengkapi media beserta alat- alat penunjangnya dan tidak menutup diri
dari wawasan dan ilmu pengetahuan tentang desain yang ada di luar sana.
2016
7
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada saat ini Desain Komunikasi Visual (DKV) memiliki perkembangan yang cukup
pesat. Jika dilihat dari mulai banyaknya software-software yang mendukung dalam
pengerjaan desain terutama desain yang membutuhkan bantuan multimedia. Karena
banyaknya software-software yang menunjang dalam dunia desain komunikasi visual, bisa
dikatakan perkembangan desain di Indonesia cukup pesat. Desain komunikasi visual
memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai sarana identifikasi, sarana informasi dan instruksi
dan sebagai sarana prestasi dan promosi.
D.Desain Grafis
Desain grafis adalah suatu bentuk desain visual
menggunakan gambar untuk
menyampaikan informasi atau pesan dengan seefektif mungkin. Pada awalnya, desain grafis
diterapkan untuk media media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Seiring dengan
perkembangan jaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik, yang sering
disebut sebagai desain interaktif atau desain multimedia. Maka jika sudah seperti itu peran
desain grafis dalam pengembangannya identik sebagai desain komunikasi visual juga.
Dahulu, mungkin desain grafis masih jarang digunakan atau lebih sederhana dari
pada sekarang. Kebanyakan orang menilai desain grafis hanya sebagai seni dan hanya
memiliki keindahan. Setelah masa-masa teknologi berkembang, masyarakat mulai melihat
lebih jauh mengenai desain grafis.
1.Kategori Desain Grafis
Secara garis besar, desain grafis menggarap beberapa dalam kategori:

Printing (Percetakan) yang memuat desain buku, majalah, poster, booklet, leaflet,
flyer, pamflet, periklanan, dan publikasi lain yang sejenis.

Web Desain: desain untuk halaman web.

Film termasuk CD, DVD, CD multimedia untuk promosi.

Identifikasi (Logo), EGD (Environmental Graphic Design): merupakan desain
professional yang mencakup desain grafis, desain arsitek, desain industri, dan arsitek
taman.

Desain kemasan produk dan sejenisnya.
Desain grafis sangat efektif untuk memberikan sarana-sarana yang mampu
mengapresiasikan suatu kegiatan atau suatu acara, dapat memberikan contoh atau iklan
dengan ilustrasi-ilustrasi yang menarik, mampu menghasilkan suatu rancangan produk
dengan lebih maksimal. Desain grafis juga dapat menjadi sarana komunikasi dan informasi
2016
8
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang memberikan data lebih jelas, mampu menjadikan hiburan dan mengeksplorasi keahlian
di bidang desain.
2.Sejarah Desain Grafis Masa Kolonialisme dan Perkembangannya
Di Indonesia, Desain grafis dan cabang desain lainnya hadir berkat digalakannya
kolonilaisasi. Pada masa pendudukan Belanda, pemerintahannya pernah menunjuk
beberapa seniman untuk melakukan studi landscape di Indonesia untuk merekam eksotisme
negara ini yang kemudian dituangkan dalam karya lukisan yang berkesan romantis dan
beberapa teknk cetak seperti wood engraving dan lithography. Karena memang pada masa
ini seni rupa barat sedang merayakan romantisme yang kajian visualnya seringkali ditujukan
pada landscape dan peristiwa heroik, yang dikenal dengan istilah ‘mooi indie’, atau hindia
yang cantik.
Berangkat darinyalah desain grafis mulai diperkenakan secara tidak langsung
kepada rakyat Indonesia. Penguasaan teknik cetak pun bukan dari akademi, namun sebatas
dari obrolan dan interaksi dengan orang asing. Media vital dalam desain grafis adalah mesin
cetak. Mesin cetak pertama kali di datangkan ke pulau Jawa pada tahun 1659. Karena tidak
ada operatornya, mesin itu menganggur sampai berpuluh-puluh tahun.
Tujuan misionaris mendatangkan mesin cetak erat kaitannya dengan niat mereka
untuk mencetak kitab suci dan buku-buku pendidikan Kristen. Selain mencetak kitab suci,
mereka juga menerbitkan surat kabar berhaluan pendidikan Kristen.
Mesin cetak merk ‘Faber & Schleider’ yang diduga diimpor pertama kali di wilayah Hindia Belanda
3. Perkembangan Desain Grafis Post-Kolonialisme di Beberapa Perguruan Tinggi
Indonesia
Di negara luar dan di Indonesia desain grafis banyak diminati. Sebagai contoh
perguruan-perguruan tinggi negeri atau swasta di Indonesia sudah banyak mempunyai
2016
9
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
program studi yang membuka Desain Grafis lebih mendalam. Desain grafis sendiri tidak
hanya menghasilkan gambar, lukisan, atau bahkan tulisan semata, namun desain grafis
mampu memberikan wawasan dan pengetahuan tentang perfilman, periklanan, packaging,
dan lain-lain.
Diawali dengan Jurusan Reklame, Dekorasi dan Ilustrasi Grafik (REDIG) pada 15
Januari 1950 dengan nama Sekolah Toekang Reklame. Pada tahun 1969 bersamaan
dengan berubahnya ASRI menjadi Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI), jurusan
REDIG dipecah menjadi Jurusan Seni Reklame, Jurusan Seni Dekorasi dan Jurusan Seni
Grafis.
Pada tahun 1972 STSRI “ASRI” menyelenggarakan ujian S-1 yang pertama kali
untuk para BA Seni Reklame. Nama Jurusan Seni Reklame dipakai sampai tahun 1982.
Pada tahun 1983 Jurusan Seni Reklame berubah menjadi Jurusan Desain Komunikasi.
Pada tahun 1984 bersamaan dengan perubahan STSRI “ASRI” menjadi Institut Seni
Indonesia (ISI) Yogyakarta melalui fusi dengan Akademi Musik Indonesia (AMI) dan
Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI). Jurusan Disain Komunikasi berubah menjadi Program
Studi Disain Komunikasi Visual hingga saat ini.
Tahun 1967 dirintis Studio Grafis Jurusan Seni Rupa di FTSP ITB. Pada tahun 1973
dipecah menjadi Studio Seni Grafis dan Desain Grafis. Tahun 1984 Studio Desain Grafis
berdiri sendiri. Pada tahun 1994 Studio Desain Grafis berubah menjadi Studio DKV dan
pada tahun 1997 menjadi Program Studi DKV di bawah Departemen Desain. Tahun 2006
menjadi Program Studi DKV setingkat Jurusan di bawah fakultas.
Pendidikan Tinggi Desain Grafis berdiri di IKJ pada tahun 1977, di Universitas
TRISAKTI tahun 1979, dan di UNS tahun 1981, serta desain grafis Universitas UDAYANA
(UNUD) tahun 1981. Dan FSRD UNUD akhirnya menjadi ISI Denpasar setelah fusi dengan
STSI Denpasar.
Pada era 1990 ditandai dengan berdiri DKV di STISI Bandung dan kemudian diikuti
oleh UPH pada tahun 1994. Hingga sekarang sekitar 70an pendidikan tinggi Desain Grafis
telah dan segera berdiri di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang,
Yogyakarta, Salatiga, Solo, Malang, Surabaya, Bali, Makassar dan menyusul di beberapa
kota lainnya. Saat ini beberapa universitas negeri eks IKIP bahkan eks IAIN telah dan
berencana membuka jurusan/program studi Desain Grafis terutama yang mempunyai
jurusan seni rupa.
Menjamurnya pendidikan tersebut tidak lepas dari perkembangan teknologi dan
media informasi maupun gaya hidup. Hampir semua sektor seperti konsumsi, hiburan,
media, infrastuktur, properti, keuangan, pendidikan dan sebagainya membutuhkan sentuhan
2016
10
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
desainer. Fenomena ini yang membuka peluang tumbuhnya profesi-profesi baru terkait
dengan desain grafis yang pada akhirnya meningkatkan permintaan akan jasa pendidikan
desain.
Perkembangan desain grafis di Indonesia pada awalnya sampai sekitar tahun 2000an, masih dianggap seni kelas dua, seni pinggiran. Problematika ini lahir dari berbagai
macam aspek yang saling mengakumulasi satu sama lain. Seni grafis amatlah bergantung
pada proses yang bersifat amat teknis. Keterbatasan dan kelangkaan alat dan mesin
cetaklah yang dikambinghitamkan oleh para seniman grafis yang dengan terpaksa mesti
‘melacur’ ke cabang seni lainnya, atau bahkan menggeluti bidang yang amat jauh dari kajian
seni grafis.
Keputusasaan ini memang bukanlah tanpa sebab, minimnya mesin dan alat-alat
pendukung dalam membuat sebuah karya grafis seringkali meredam hasrat berkarya dan
memuaskan keinginan bereksplorasi para seniman grafis. Krisis ini pun bahkan dialami oleh
institusi akademi seni di Indonesia. Tercatat bahwa hanya Institut Teknologi Bandung yang
mampu menyediakan mesin cetak dan alat-alat pendukung untuk teknik cetak tinggi, cetak
rendah, cetak datar, dan cetak saring yang dianggap memadai.
Contoh Desain Grafis Indonesia :
Akhir 1970 dan seterusnya, tumbuh perusahaan-perusahaan desain grafis yang
sepenuhnya dipimpin oleh desainer grafis. Berbeda dengan biro iklan, perusahaanperusahaan ini mengkhususkan diri pada desain-desain non-iklan, beberapa di antaranya
adalah Vision (Karnadi Mardio), Grapik Grapos Indonesia (Wagiono Sunarto, Djodjo Gozali,
S Prinka dan Priyanto Sunarto), Citra Indonesia (Tjahjono Abdi dan Hanny Kardinata) dan
GUA Graphic (Gauri Nasution). Di Bandung sebelumnya sudah ada design center Decenta
yang didirikan pada tahun 1973, antara lain oleh AD Pirous, T Sutanto, Priyanto Sunarto,
yang walau lebih mengandalkan pada disiplin seni grafis juga menangani beragam produk
2016
11
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
desain grafis, mulai sampul buku, kartu ucapan, logo, kalender, pameran dan elemen estetis
gedung.
Pada tahun 1977, Gert Dumbar, seorang desainer grafis Belanda memperkenalkan
istilah semiotika dan komunikasi visual di FSRD ITB. Menurutnya, desain grafis tidak hanya
menangani desain untuk percetakan tetapi juga moving image,display dan pameran.
Gert Dumbar
Sejak tahun 1979, istilah Desain Komunikasi Visual mulai dipakai ‘menggantikan’
istilah Desain Grafis.
Periode awal 1980 mencatat perkembangan jumlah perusahaan desain grafis yang
cukup signifikan di Jakarta, antara lain: Gugus Grafis (FX Harsono, Gendut Riyanto),
Polygon (Ade Rastiardi, Agoes Joesoef), Adwitya Alembana (Iwan Ramelan, Djodjo Gozali),
dan di Bandung: Zee Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes
Djajadiningrat), Studio “OK!” (Indarsjah Tirtawidjaja dkk), dll.
Gauri Nasution
Indarsjah Tirtawidjaja
Iwan Ramelan
Karnadi Mardio
T Sutanto
Pada masa ini, studio mana pun ‘dituntut’ bisa mengerjakan pekerjaan apa pun,
klien datang dengan pekerjaan mulai dari desain logo sampai kepada ilustrasi sampul kaset.
Studio grafis tidak punya pilihan lain supaya bertahan hidup. Ilustrasi menggunakan
2016
12
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
teknik air brush, dengan gaya hyper-realism dan Pop Art menjadi trend waktu itu, sejalan
dengan perkembangan ilustrasi di dunia maju (majalah “Tempo” dan “Zaman” adalah dua
penerbitan yang mengakomodasi teknik ini untuk sampulnya). Air brush gun, pensil, kuas,
cutter, Cow Gum, Spraymount dan huruf gosok Letraset/Mecanorma adalah alat-alat yang
lazim bertengger di meja kerja desainer waktu itu.
Salah satu desainer yang mempopulerkan aliran Pop Art dengan teknik air brush
adalah Tony Tantra, menggunakan media kaos yang dijualnya di Bakungsari, Kuta, pada
akhir 80-an, dengan label “Tony Illustration”. Bersama Harris Purnama dan Gendut Riyanto
mengisi rubrik Pop Art di majalah ‘Aktuil’ dengan editor tamu Jim Supangkat.
Karya Tony Tantra
Saat ini di Indonesia desain grafis sangatlah diminati. Alasan mengapa desain grafis
sangat berkembang dan diminati di Indonesia saat ini dikarenakan desain grafis sangat
efektif untuk memberikan sarana-sarana yang mampu mengapresiasikan suatu kegiatan
atau suatu acara, dapat memberikan contoh atau iklan dengan ilustrasi-ilustrasi yang
menarik, mampu menghasilkan suatu rancangan produk dengan lebih maksimal, dapat
menjadi sarana komunikasi dan informasi yang memberikan data yang lebih jelas, dan
mampu menjadikan hiburan dan mengeksplorasi keahlian di bidang desain.
Desain grafis tidak hanya menghasilkan gambar, lukisan, atau bahkan tulisan
semata, namun desain grafis mampu memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
perfilman, periklanan, packaging, dan lain-lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
desain grafis di Indonesia berkembang dengan pesat dan mempunyai pengaruh besar
dalam bidang perniagaan, pembelajaran, dan hiburan.
2016
13
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
E.Desain Interior
Desain interior adalah realitas ruang binaan (built environment) yang mampu
menumbuhkan suasana dialogis yang baik antar manusia sebagai pengguna ruang (end
user) dengan ruang itu sendiri. Secara fisik ruang interior adalah konfigurasi dari elemenelemen pembentuknya yang dapat memudahkan aktivitas yang terjadi, sehingga
berlangsung efektif dan produktif.
Elemen-elemen pembentuk ruang interior adalah benda-benda mati, namun dalam
konfigurasinya sebagai akibat tindakan kreatif desainer interiornya ia harus tampak “hidup”,
sehingga terjadi “dialog” antara pengguna (manusia) dengan ruang yang seolah-olah hidup.
Perancang/Desainer Interior, harus memiliki kemampuan untuk meniupkan “kehidupan”
pada ruang itu. Desain Interior saat ini telah berkembang begitu cepat dan tidak lagi
dianggap sebagai karya monumental dari seorang arsitek tetapi telah berubah fungsi
menjadi komoditi yang dibutuhkan oleh tiap orang dan dijadikan sebagai simbol status.
Interior adalah bagian dalam dari sebuah bangunan sebagai hasil karya seorang
arsitek atau desainer interior. Dalam pertumbuhannya desain interior telah berkembang
pesat dan berhasil menembus batas-batas negara dan zamannya. Dengan memanfaatkan
hasil-hasil penemuan teknologi, taraf kehidupan sosial ekonomi sampai pada pengaruh
politik telah berhasil mengubah fungsi interior menjadi komoditi yang dibutuhkan oleh
konsumen sehingga perkembangannya ditentukan oleh permintaan dan trend yang berlaku
di pasaran. Kapan saja, dimana saja bisa diciptakan suasanan Jepang, suasana Abad
Pertengahan, suasana Tradisional Modern, Klasik, Antik dan seterusnya, tergantung dari
apa maunya klien atau tergantung dari kejelian sang desainer dalam menciptakan trend
yang akan diorbitkan atau yang sedang in.
Jaman terus berubah, maka desain interior pun mengalami perkembangan baik di
luar negeri mau pun di Indonesia. Hal yang penting bahwa kita tidak bisa menghentikan
perubahan-perubahan tersebut dengan memaksakan kehendak sendiri, misalnya interior
harus mempergunakan batik atau ukiran agar disebut orang Indonesia. Setiap perubahan
akan diikuti kecenderungan mencari keseimbangan, sehingga lahirlah wujud-wujud baru dan
hal ini berlaku dalam segala segi kehidupan manusia dengan budayanya. Perbuatan atau
tingkah laku manusia akan mengubah lingkungannya dan sebaliknya lingkungan juga
mempengaruhi sifat dan pola hidup manusia. Keadaan demikian akan terjadi secara
berulang dan setiap kali akan mengubah nilai-nilai yang sudah mapan. Sukar untuk
menentukan batas waktu dan kadar perubahan secara pasti, karena fenomena itu
berlangsung melalui pergeseran dalam kurun waktu. Maka keterbukaan wawasan antara
klien dan sang desainer akan kondisi ini hendaknya dapat mensinergikan gagasan pola
desain interior apa yang akan diwujudkan.
2016
14
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Adanya pengaruh dari budaya teknologi yang meluas disertai adanya globalisasi
menjadikan batas-batasnya hilang dan kabur. Pengaruh disain dari Etiene Agner, Louis
Vitton, St Laurentz, Charles Yourdan, Paloma Picasso mendominasi gaya kehidupan di
segala bidang. Bentuk-bentuk kubisme dari Pablo Picasso atau warna kuning bunga dari
Van Gogh atau gaya mobil dari Miserrati dan Ferari juga hadir dalam disain interior.
Mengapa budaya teknologi dengan cepat bisa berkembang dan mempunyai corak
tertentu disebabkan adanya berbagai dukungan dari unsur-unsur kebudayaan yang sifatnya
universal yaitu sistem sosial yang mengatur peri kehidupan manusia serta bahan-bahan
yang terdapat di lingkungan alam serta fisik manusia.
Pada konsep perancangan desain interior masa kini di tengah hiruk pikuknya
berbagai macam pengaruh masih terdapat unsur-unsur yang bisa dibanggakan yaitu adanya
prinsip nilai-nilai kemanusiaan (humanistik), lingkungan (environment) dan penyelamatan
sumber daya yang ditransformasikan ke komputer, diprogramkan melalui sistem-sistem yang
bisa berlaku umum. Bagian perbagian dirancang dalam modul-modul yang telah
distandardisasikan. Konstruksi, proses pembuatan dan pemilihan bahan sangat akurat.
Karya desainer interior Indonesia tidak kalah dengan mereka yang berasal dari
Amerika Serikat atau luar negeri. Kualitas desain interior yang dibuat anak-anak bangsa
sangat potensial bersaing di pentas internasional. “Dapat dilihat pada desain rumah-rumah
dan kantor-kantor di Indonesia yang kreatif dan inovatif. Mereka hebat, sangat bisa
bersaing,!" kata mantan Presiden Jusuf usai membuka kongres Himpunan Desainer Interior
Indonesia (HDII) di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2013. Jusuf Kalla yang
juga pengusaha nasional menilai, para desainer interior Indonesia dapat meningkatkan
kemampuan karena didukung perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat.
Sekretaris Jenderal HDII Rini Renville menyatakan perkembangan dunia desain
interior di Indonesia sangat menggembirakan. Salah satu indikatornya, dengan semakin
banyak para desainer interior yang bergabung ke HDII..HDII mencatat, sekarang ada sekitar
1.100 desainer interior yang memilki kualitas sangat bagus, berprestasi dan berkarier di luar
negeri. Rina mengatakan, desainer interior hadir untuk memberikan solusi bagi masyarakat
yang ingin menata bangunan atau tempat tinggal mereka.
Pemerintah sudah lebih memperhatikan dunia desain interior di Indonesia. Antara
lain seperti yang dilakukan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian, yakni
dengan menggandeng para desainer interior Indonesia, untuk melahirkan produk mebel
mengusung konsep konten lokal.
2016
15
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
F.Desain Busana /Mode
1. Definisi
Definisi busana/mode (fashion) adalah setiap mode pakaian atau perhiasan yang
populer selama waktu tertentu atau pada tempat tertentu. Istilah busana yang dihubungkan
dengan fashion sering digunakan dalam arti positif, keindahan dan gaya atau style yang
menghindari sinonim glamour terus mengalamai perubahan dari satu periode ke periode
berikutnya, dari generasi ke generasi selanjutnya. Fashion sebagai refleksi dari status sosial
dan ekonomi, menjelaskan popularitas gaya busana sepanjang sejarah kostum. Fashion
atau mode senantiasa menjadi industri yang menguntungkan di dunia internasional sebagai
akibat dari perkembangan dan munculnya rumah-rumah mode terkenal di dunia dan majalah
fashion.
Trend/musim fashion sebagian besar didorong oleh perancang busana yang
membuat dan menghasilkan artikel pakaian. Istilah bisnis fashion akan digunakan dalam arti
bisnis yang berhubungan dengan pakaian modis atau pakaian sebagai industri kreatif yang
diciptakan dan diproduksi oleh desainer/perancang busana. Tidak ada yang menyangkal
bahwa karya desainer busana memiliki kontribusi besar untuk industri garmen. Maka para
pengusaha garmen yang terus membutuhkan keahlian para desainer, selayaknya selalu
membina harmoni dengan para desainernya agar optimalisasi hasil desain selalu up to date
dan tidak ketinggalan dengan trend fashion dunia.
2.Titik Awal Perkembangan Fashion Indonesia
Secara historis, sejak 700-1000 SM, tekstil dan kain telah didokumentasikan
sebagai salah satu produk penting yang dipertukarkan atau diperdagangkan antara bangsabangsa dan kerajaan di Asia Tenggara. Sebagai contoh, Kerajaan Sriwijaya (Palembang)
memperdagangkan sumber daya alamnya untuk ditukar dengan sutra dan gerabah dari
Cina, sedangkan dengan India mereka menukarkannya untuk kapas.
Berbicara mengenai Perkembangan trend desain busana (fashion) di Indonesia,
telah berkembang dengan baik dalam sejarah. Tidak terlepas dari nama-nama
desainer/perancang busana, dan peristiwa yang terjadi pada masa perkembangan dunia
fashion Indonesia. Perkembangan trend fashion di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
budaya Eropa dan Asia terutama Busana Korea belakangan ini.
Sejak munculnya Non Kawilarang dan Peter Sie pada 1960 desainer kondang dan
berbakat, dunia mode Indonesia telah menunjukkan potensi yang luar biasa. Dalam
perkembangan awalnya Fashion Indonesia cenderung meniru gaya barat baik dalam bahan
yang digunakan maupun desain. Trend yang lumrah terjadi, orang tua di Indonesia
2016
16
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional seperti kebaya, terutama untuk
menghadiri acara khusus. Berbeda dengan usia muda yang lebih sering tampil dengan mode
gaya barat atau gaya busana Korea. Dengan demikian busana tradisional secara harmonis
berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat ini.
Tahun 1970 merupakan awal kemunculan dari Iwan Tirta, Harry Dharsono, Prajudi,
Poppy Dharsono dan Ramli yang telah memberikan kontribusi dalam Dunia Fashion
Indonesia di pentas internasional. Melalui penciptaan desain dan parade fashion di dalam
maupun di luar negeri. Dalam dekade tersebut, dunia fashion Indonesia mencatat kemajuan
yang cukup besar. Ditambah upaya dan kerja keras dari para desainer muda didukung oleh
terbitnya majalah “Femina”, majalah wanita yang mulai terbit pada 1972. Menurut catatan
situsnya, femina menunjukkan perhatian besar kepada dunia mode sejak edisi keduanya
(bulan Oktober) melalui sebuah reportase tren mode yang ditulis oleh Irma Hadisurya.
Selain menghadirkan berita mode dari pusat mode seperti Pierre Cardin, majalah ini
banyak memberikan spektrum yang lebih luas untuk fashion nasional di era ini. Tokoh
penting Pia Alisjahbana merupakan wanita yang berpengaruh dalam mengelola majalah
tersebut dan memprakarsai Lomba Fashion Desainer pertama Tahunan pada 1979. Acara
ini menjadi peristiwa penting yang berhasil mencetak banyak desainer muda berbakat
seperti Samuel Wattimena, Chossy Latu, Carmanita, Edward Hutabarat, dan Stephanus
Hamy. Menambah daftar desainer yang ada seperti Arthur Harland, Susan Budiarjo, Thomas
Sigar, Dandy Burhan, Adrianto Halim, Corrie Kastubi, Ghea Panggabean, Biyan, Raizal Rais
dan Itang Yunaz, Widhi Budimulia, Naniek Rahmat, Taruna Kusmayadi, Tuty Cholid, Anne
Rufaidah, Denny Wirawan, Ferry Sunarto, Sally Koeswanto, Priyo Oktaviano dan Billy Tjong.
Nama mereka telah memperkaya sejarah industri fashion Indonesia. Pada masa itu,
peluang besar bagi perancang busana untuk mengembangkan desainnya disupport oleh
Pemerintah Indonesia. Departemen Perdagangan mengadakan pameran internasional,
pameran perdagangan, serta misi budaya, terutama di negara mode terkemuka seperti
Amerika Serikat, Eropa dan Australia.
2016
17
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3.Mode Tradisional dan Perkembangan Busana Indonesia Modern
Pada 1990-an ketika isu globalisasi dan perkembangan teknologi media modern
seperti internet, mempermudah para desainer untuk mengakses berita mengenai
perkembangan dunia fashion dan trend telah banyak membantu para desainer dalam
menciptakan variasi fashion terutama dalam mengadopsi gaya barat yang ‘glamor’. Misalnya
Sebastian Gunawan, yang memperkenalkan gaun pesta dengan manik-manik dan kristal
cantik, menjadi terkenal dan membawa inspirasi positif untuk desainer lain seperti Biyan,
Arantxa Adi, Adjie Notonegoro dan Eddy Betty. Sampai sekarang, manik-manik dan kristal
sebagai aksesoris fashion masih digemari di Indonesia.
Pada tahun 2000-an nama-nama baru semakin memperkaya daftar panjang
desainer berbakat Indonesia yang memiliki karakteristik tersendiri dan gaya independen
seperti Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan. Sementara
yang lain membuat desain gaya barat, Edward Hutabarat dan Anne Avantie mendedikasikan
kreasi mereka dengan mendesign kostum tradisional “Blus Kebaya” dengan sentuhan
modern. Maka imej busana tradisional Indonesia terlahir kembali dan semakin dicintai oleh
kalangan muda sehingga mereka lebih menghargai seni tradisional.
Menurut Denys Lombard penulis buku tentang “Nusa Jawa: Silang Budaya” (1996)
kebaya berasal dari bahasa Arab ”kaba” yang memiliki arti ‘pakaian’ dan diperkenalkan
secara langsung melalui bahasa portugis ketika mereka mendarat di Asia Tenggara. Kata
kebaya ini memiliki arti salah satunya sebagai jenis pakaian seperti atasan/ blouse pertama
yang dipakai wanita Indonesia pada abad ke 15 atau 16 masehi. Argumen ini dapat diterima
oleh beberapa analogi penelusuran linguistik yang hingga saat ini kita semua mengenal
”abaya” yang diartikan sendiri sebagai tunik panjang khas Arab.
Sementara sebagian orang mempercayai bahwa kebaya merupakan kaitan dari
pakaian unik perempuan pada masa dinasti Ming di China, yang membawa pengaruh
setelah imigrasi besar-besaran melampaui semenanjung Asia Selatan dan Tenggara abad
ke 13 hingga 16 Masehi. Terlepas dari asal-usulnya Arab, Portugis bahkan China
penyebaran mode kebaya ini berasal dari arah utara kepulauan Nusantara. Hal ini berkaitan
erat dengan negara- negara yang dilewati oleh penyebaran bangsa Arab, Portugis dan
China. Desain awal kebaya mereka bisa jadi terus berkembang dan memiliki versi yang
berbeda dari masa ke masa.
Fakta sejarah membuktikan, bahwa pulau Jawa menjadi salah satu tujuan
penyebaran paling selatan. Karena tidak ditemukan jejaknya lagi di kepulauan Pasifik Barat
atau Semenanjung Utara Australia. Pertengahan abad ke-18 terdapat dua jenis kebaya yang
2016
18
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ternyata telah banyak dipakai oleh masyarakat yakni kebaya Encim. Kebaya ini ternyata
menjadi salah satu kebaya yang dikenakan oleh perempuan China keturunan di Indonesia,
dan kebaya Putu Baru, busana yang bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif
yang cantik.
Selanjutnya pada abad ke 19, kebaya ini dikenakan oleh semua kelas sosial setiap
hari, yakni baik perempuan Jawa maupun wanita peranakan belanda. Bahkan kebaya
sendiri sempat menjadi busana yang wajib dikenakan oleh perempuan Belanda yang hijrah
ke Indonesia.
Tahun 1950-an banyak ditandai gaya berbusana klasik namun tampil elegan, yang
populer dengan sebutan gaya “New Look” yang diadaptasi dari trend fashion dunia. Pada
jaman dulu, model busana ini seringkali dianggap sebagai model rancangan Christian Dior,
yang pada tahun 1947 memperkenalkan corolle line, namun kemudian lebih dikenal sebagai
The New Look.
Meski kini banyak perancang lain seperti Balenciaga, Balmain, dan Faith yang juga
turut mengadaptasi bentuk ini sebelumnya pada tahun 1939. Sayangnya, usaha mereka ini
terhambat akibat meletusnya Perang Dunia II. Alhasil, dua tahun setelah perang, Diorlah
yang berhasil menciptakan ‘sensasi international’ dengan rancangan gaya New Look ini.
Desain busana pada kebaya New Look ini merupakan kebalikan dari sikap ekonomis.
Sehingga pasalnya untuk satu busana kebaya New Look seperti ini saja membutuhkan
bahan kira- kira sepanjang lebih dari 23 meter.
Gaya New Look ini menitikberatkan pada bentuk tubuh wanita yang dibesarbesarkan pada bagian pinggang hingga kebawah yang dibantu dengan pakaian dalam yang
2016
19
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bertulang dan berbahan yang telah dikakukan secara otomatis model rok New Look yang
seakan mengembang besar.
Pada mulanya kemunculan gaya New Look ini menimbulkan kontroversi yang
cukup drastis di seluruh dunia barat. Meski banyak wanita pada zaman itu mengadopsi gaya
New Look ini, di lain pihak banyak yang menolak gaya ini karena dianggap sebagai salah
satu busana yang boros dan artifisial.
The house of Dior yang didatangi beberapa wanita yang protes saat itu justru
menjadi keberuntungan, karena akibat media berita kontroversi tersebut, publisitas gaya
New Look ini menjadi semakin populer dan melambung dalam semalam saja. Selanjutnya
gaya New Look terus berlanjut bahkan dalam beragam variasi bentuk hingga pertengahan
tahun 1950an.
Tahun 1960-an terasa lebih berwarna dan bervariasi. Gaya pada tahun ini cukup
elegan dan chick. Gaya ‘Jackie O’ yang kini juga menyebar ke seluruh Indonesia yang
dimeriahkan dengan gaya serba mini. Menjelang akhir tahun 1960an, gaya serba mini ini
berkolaborasi dengan motif-motif berani, yang kini kemudian di Indonesia lebih dikenal
dengan istilah A Go-go Look.
Lanjut di tahun 1970-an mode di Indonesia semakin berwarna dengan kehadiran
perancang baru dengan nuansa warna yang terlihat semakin kuat dan menarik. Diidentikkan
dengan gaya Hippies serta gaya Disco. Gaya berbusana yang populer di era ini didominasi
oleh celana bell bottom, kemeja yang pas body dengan kerah super lebar dll. Siluet yang
berguna untuk berbusana wanita sendiri masih mengolah gaya mini serta potongan longgar.
Menyambung di tahun 1980-an merupakan salah satu era powerful women, di
mana hal ini sesuai dengan era tersebut, ditandai dengan kemunculan busana dengan siluet
serba besar. Seperti padding yang menonjol di bagian bahu, siluet busana yang besar dan
2016
20
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lebih cenderung longgar. Permainan detail dan aksen berukuran besar seperti kancingkancing dipadukan dengan warna kontras. Perancang di Indonesia saat itu pun dipengaruhi
dengan gaya ini yang cenderung berukuran besar.
Tahun 1990-an hingga sekarang adalah masa di mana gaya individual yang terlihat
semakin berani. Tidak mengherankan apabila para perancang busana berbakat yang
jumlahnya semakin banyak hadir dengan keunikan sendiri yang mencerminkan karakter
mereka masing-masing. Ada yang bergaya busana berbentuk serba tumpuk dengan
susunan vintage, bergaya maskulin, bergaya cantik, terkesan mewah dan elegan hingga
yang bergaya unik.
Dunia mode nasional mulai mengadaptasi kegiatan mode Eropa. Salah satunya
adalah koreografi dalam peragaan busana, Sejak diperkenalkan Norbert Schmitt pada tahum
1969 di Eropa, koreografi untuk peragaan busana mendarat di Jakarta pada tahun 1974.
Perintis nasionalnya adalah Rudy Wowor yang merupakan murid Schmitt. Pada saat itu,
istilah show director dalam peragaan busana belum dikenal sehingga beliau tak saja
mengatur langkah dan ekspressi sang model. Tapi juga menata pencahayaan, dekorasi dan
musik pengiring. Profesi koreografer ini lalu diikuti Doddy Haykel, Denny Malik dan Guruh
Sukarnoputera. Sementara itu, keterbatasan kesempatan bersekolah mode atau rancang
busana ditanah air tak mematahkan semangat mereka yang ingin menjadi desainer.
Sebagian melanglang buana keluar negeri. seperti Harry Dharsono, Poppy Dharsono, Iwan
Tirta, dll.
Pada tahun 1990an ditandai dengan isu globalisasi dari internet, itu artinya banyak
kemudahan untuk mengakses informasi seputar dunia fashion, mode dari luar negeri yang
menyebabkan kegandrungan akan budaya barat yang serba glamour. Glamoritas ini terasa
2016
21
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pada karya desainer-desainer yang naik daun di tahun 1990-an, seperti Sebastian
Gunawan. Setelah menggelar koleksinya yang kini terdiri dari ballgown dan aneka payet,
manik dan kristal, demam kemewahan bak ala selebritas Hollywood kian mewabah.
Kemewahan ini juga terasa melalui gaun-gaun Biyan, Arntxa Adi, Adjie Notonegoro dan Etty
Betty. Hingga pada pada akhir tahun 1990 an, persaingan untuk mendapatkan tempat di hati
para pecinta mode semakin ketat diikuti, semakin banyaknya nama-nama baru, apalagi
dengan kehadiran sekolah mode Franchisee seperti Esmod dan Lasalle.
Selanjutnya di tahun 2000-an, mode Indonesia semakin kaya akan ide dan
inspirasi. Setiap desainer memiliki ciri tersendiri. Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally
Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan selalu memukau dengan busana- busana mereka yang
berkolaborasi kental dengan seni. Ada juga yang sukses mensosialisasikan busana
tradisional sebagai busana modern seperti Edward Hutabarat dan Anne Aventie.
Beberapa yang meraih penghargaan melalui event seperti salah satunya
Indonesian Mercedes Benz Fashion Award dan Jarper’s Bazaar Fashion Concerto. Ada pula
yang ditampilkan melalui film seperti busana Tri Handoko, Sebastian Gunawan dan Didi
Budiarjo yang dikenalkan Aida Nurmala dalam film Arisan. Namun, adapula yang kini lebih
sukses di luar negeri seperti Farah Angsana di Paris atau Mardiana Ika dan Ai Charisma di
Hongkong.
Tahun 2010- hingga saat ini demam K-Pop kian melanda Indonesia yang turut
mempengaruhi perkembangan fashion di tanah air. Telah banyak kita temui segerombolan
anak muda remaja di Indonesia sekarang mengikuti trend fashion Korea. Hal ini dikarenakan
semakin banyaknya boyband dan girlband Korea yang begitu popular. Bahkan hingga
2016
22
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sekarang begitu banyak bermunculan boyband dan girlband yang meniru gaya maupun
fashion mereka.
Beberapa tahun belakangan pasar fashion sempat di kuasai oleh kehadiran brand
luar negeri. Sementara konsumen di Indonesia, sering mengganggap brand luar lebih baik
dari segi kualitas maupun dari segi desainnya. Dalam sejarah perkembangannya, brand
lokal telah ada sejak 1950, ialah awal dekade fashion Indonesia dengan kemunculan
seorang desainer bernama Peter Sie. Pada tahun-tahun pertama Peter Sie menancapkan
kiprahnya dalam fashion nasional ia mengaku bahwa profesi desainer belum diterima
masyarakat termasuk keluarganya. Ia sempat dikucilkan keluarga, Ia juga tak menganggap
dirinya lebih sukses secara finansial dibanding desainer-desainer masa kini. Dalam buku
Inspirasi Mode Indonesia terbitan Yayasan Buku Bangsa dan Gramedia, ia mengungkapkan
dirinya lebih senang disebut pelopor dunia mode. Kini ia disebut-sebut sebagai pelopor
profesi perancang busana di Indonesia.
Awalnya Peter berkonsentrasi membuat busana pria. Busana bergaris A line ala
New Look dari Dior lah yang mempengaruhinya untuk beralih ke busana wanita. Pria yang
belajar di Vakschool voor Kleermakers-Encoupeurs Den Haag Belanda selama 6 tahun
sejak 1947 ini tidak menyerap semua trend busana yang datang dari Eropa. Saat trend gaya
‘mod’ yang dipelopori oleh Mary Quant dan Ossie Clark mendunia. Peter merasa rok mini
kurang pantas untuk kebanyakan wanita Indonesia. Begitu juga saat trend ‘hippies’
berkembang, trend tersebut tidak pernah menarik hatinya karena keadaan ekonomi
Indonesia saat itu memprihatinkan. Kehadiran desainer seperti Peter Sie, mengundang
desainer lain seperti Non Kawilarang dan Elsie Sunarya. Pada 1960-an gaya ‘hipster’, ‘mod’,
bahkan ‘A Go go’ yang ramai motif dan warna hanya di konsumsi ibu-ibu kalangan atas di
Jakarta saja.
Di balik itu semua, keterbatasan kesempatan bersekolah fashion atau rancang
busana di tanah air tidak mematahkan semangat mereka yang ingin menjadi desainer. Harry
Dharsono, Poppy Dharsono dan Iwan Tirta mengemban ilmu fashion di luar negeri. Iwan
Tirta mempunyai peran yang besar dalam menciptakan karakter mode tanah air yang unik
dan kaya tanpa mengabaikan trend mode Eropa, yang mempunyai pengaruh besar pada
industri mode di Indonesia. Kepada pengamat mode Muara Bagdja dalam buku Inspirasi
Mode Indonesia, Ia menekankan pentingnya memberi unsur barat (technical skill) dan timur
(budaya) dalam pakaian. Pernyataan Iwan Tirta beralasan, karena melalui batik yang
diolahnya menjadi lebih modern, ia diakui oleh desainer Amerika dan Eropa.
Harry Dharsono memperkenalkan High Fashion atau Couture pertama kali di
Indonesia
2016
23
pada
tahun
1974.
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Tidak
hanya
itu,
Harry
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
juga
berkontribusi
dalam
mengembangkan industri tekstil Indonesia yang tadinya hanya memproduksi polyester
sampai akhirnya rumah mode bergengsi seperti Carven, Louis Ferraund, Azzaro de Ville dan
Lanvin membeli desain tekstil darinya. Harry Dharsono juga mendirikan Batik Keris sebagai
rasa cintanya pada Indonesia. Nama-nama seperti Samuel Wattimena, Ghea panggabean,
Edward Hutabarat, Anne Avantie, Susan Budiharjo dan Carmanita juga mempunyai
kontribusi dalam pengolahan kain tradisional untuk pakaian modern di era 1980-an.
Tahun 1990-an ditandai dengan isu globalisasi dan internet. Artinya kemudahan
masyarakat
untuk
mengakses
informasi
fashion
dari
luar
negeri
menyebabkan
kegandrungan budaya barat yang glamour. Glamouritas ini terasa pada karya desainerdesainer seperti Sebastian Gunawan, Biyan, Arantxa Adi, Adjie Notonegoro, dan Eddy Betty
yang memiliki karakter kemewahan dengan payet, manik dan Kristal pada koleksinya.
Munculnya sekolah fashion franchise seperti Esmod dan Lasalle, juga sekolah
mode Susan Budiharjo turut berkontribusi dalam menghasilkan desainer-desainer
berkualitas Indonesia. Selain itu Poppy Dharsono dibantu Harry Dharsono dan Iwan Tirta
membentuk Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) pada tahun 1993.
Desainer Tex Saverio telah berhasil membawa nama Indonesia dan mendapat pengakuan di
mata internasional dengan rancangannya yang dipakai oleh seorang bintang di Amerika
Serikat yaitu Lady Gaga pada pemotretan majalah Bazaar US.
4. Perkembangan Brand Lokal
Meningkatnya
kelas
konsumen
baru
yaitu
kelas
konsumen
menengah,
menghabiskan sebagian uangnya untuk membeli pakaian dan alas kaki sebesar 3.6% dari
total pengeluarannya. Maraknya brand luar yang ready to wear, stylish juga terjangkau
konsumen membuat brand luar sempat sangat diminati dan merajai pasar fashion di
Indonesia. Dapat dievaluasi dari betapa survive distro atau clothing yang memiliki desain
yang kasual dan market yang berbeda dengan mempertimbangkan mass production.
Namun hal ini segera dapat diimbangi dengan mulai masuknya sekolah fashion
seperti Esmod, Lasalle, Bunka Fashion School, desainer Susan Budiharjo dan Harry
Dharsono menghasilkan desainer-desainer muda Indonesia yang memiliki bakat dalam
fashion ready to wear dan high street. Desainer-desainer ini mempunyai keunikan dan ciri
khas sendiri di tiap desainnya karena memiliki dasar ilmu yang baik. Banyak desainer muda
yang memilki brand sendiri yang belum terpublikasi dengan baik dan belum dikenal
masyarakat umum. Pada hal mereka sebagai desainer lokal berbakat punya potensi besar
dalam mendesain karena memiliki keberagaman budaya dan didukung oleh bahan
berkualitas yang berasal dari negeri sendiri.
2016
24
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menjamurnya brand lokal saat ini tidak bisa di lepaskan oleh kehadiran Brightspot
Market, yaitu wadah bagi desainer lokal untuk memamerkan rancangannya dalam bentuk
event dan pameran. Brightspot Market didirikan pada tahun 2009 dengan tujuan
menawarkan pengalaman ritel yang baru dengan memfokuskan desainer lokal yang ready to
wear. Brightspot Market berhasil menaikkan nama desainer lokal dan brand lokal ke
masyarakat negeri sendiri. Setelah beberapa kali menyelenggarakan event, brand lokal di
Jakarta khususnya, menjadi pusat perhatian dalam pergerakan fashion. Bahkan kini,
menjadi kiblat fashion untuk para anak-anak muda di Jakarta.
Naiknya nama brand lokal juga disebabkan karena pada umumnya brand lokal
sangat mementingkan kualitas dan kepuasan pelanggan. Jika ada produk yang kurang
memuaskan, mereka cepat mengambil langkah untuk memperbaikinya. Banyak dari mereka
juga mendengarkan apa yang diinginkan konsumen sehingga inovasi produk mereka terus
berjalan.
Faktor-faktor ini juga yang
menyebabkan
brand lokal sekarang
dapat
berkompetensi dengan brand luar negeri.
Perkembangan brand lokal saat ini juga didukung oleh slogan ‘100% Cinta
Indonesia’ dan ‘Cintailah produk-produk Indonesia’ yang gencar disosialisasikan di media
massa dengan harapan agar kita sebagai bangsa Indonesia lebih cinta terhadap brand lokal
atau produk lokal. Ini merupakan gerakan dari bentuk apresiasi bangsa dalam upaya
mendorong perkembangan dunia fashion dan membuatnya dapat berbicara di publik dunia.
Kampanye tersebut ternyata mendapat respon positif terhadap perubahan antusiasme
masyarakat dalam membeli suatu barang. Terutama terjadi peningkatan drastis terhadap
brand lokal, Khususnya di fashion sampai 85%.
Gerakan Cinta Indonesia 100% ini juga di dukung oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) serta para pecinta brand lokal seperti Nadine Chandrawinata, Dian Sastriwardoyo,
Anne Avantie, Adjie Notonegoro, Kanaya Tabitha dan Poppy Dharsono yang terjun langsung
dalam kampanye ini demi membuat brand lokal digemari oleh masyarakat kita sendiri.
5. Perkembangan Fashion Anak di Indonesia
Perkembangan fashion anak untuk kalangan menengah atas di Indonesia,
khususnya di Jakarta sudah mulai bergerak. Dewasa ini, pakaian anak-anak tidak hanya
sebatas terjangkau dan nyaman, tapi juga yang sesuai dengan pribadi anak dengan warna
dan model yang unik menarik sampai pada trend yang sedang berkembang. Seiring dengan
cepatnya perkembangan fashion, pakaian anak-anak pun turut menyesuaikan dengan
perkembangan trend.
Perkembangan fashion dewasa bergantung pada trend fashion yang secara cepat
dan berkala berganti, sedangkan perkembangan fashion anak tidak memiliki trend sendiri.
2016
25
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tidak heran jika ada pakaian anak yang memiliki potongan dewasa atau anak kecil yang
memakai Sepatu tumit tinggi. Sudah banyak para orangtua yang menyadari bahwa pakaian
anak-anak tidak lagi sekadar pakaian. Ini dibuktikan dengan event ‘Kids Fashion Festival
2011’ yang di selenggarakan oleh Femina Group bekerjasama dengan majalah Ayah Bunda
dan Parenting. Dalam acara ini beberapa brand memamerkan koleksinya, walaupun
sebagian besar brand luar negeri masih menguasai event ini. Animo masyarakat mengenai
event ini pun tinggi, terbukti dari tiket yang terjual habis.
Perkembangan fashion anak di Indonesia sebenarnya sebagian masih dikuasai
oleh brand luar. Di negeri sendiri walaupun sudah ada yang membuat, tapi lingkupnya masih
terbatas. Brand seperti Alleira sudah memulai kiprahnya di dunia children fashion dalam
kemasan pakaian batik. Tapi untuk pakaian sehari-hari, brand lokal kelas menengah atas
masih belum banyak. Seringkali orang tua membeli pakaian anak dari toko brand luar negeri.
Ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran desainer untuk mengembangkan pakaian anakanak. Denny Wirawan, seorang perancang busana mengatakan bahwa pakaian anak-anak
sekarang harus beragam. Gaya hidup modern memberi pengaruh dalam rancangan
modelnya, sehingga perancang juga harus paham dengan karakter yang sesuai dengan
pasarnya.
Seiring dengan perkembangan brand lokal, perkembangan fashion untuk anak pun
sudah mulai meningkat. Walaupun dilihat dari segi desain, masih belum berani keluar dari
‘zona kenyamanan’. Sehingga produk yang keluar masih dalam ranah kaos yang bergambar
tokoh lucu dan belum berani untuk mengolah konsep lebih dalam atau mengambil potonganpotongan lain dalam mendesain pakaian. Pertimbangan psikologi dan tingkah laku anak
tentu ada dalam pembuatan pakaian anak. Faktor kenyamanan, warna, pola potongan dan
lain-lain seharusnya dipikirkan lebih matang dalam membuat pakaian anak.
Di Indonesia sendiri perkembangan children fashion dalam lingkup brand lokal
masih lambat pergerakannya, jika dinilai dari inovasi dan keberanian desain. Padahal dilihat
dari pasar yang ada, kebutuhan pakaian anak juga hampir sama besarnya dengan
kebutuhan pakaian dewasa. Dapat dikatakan lahan ‘bermain’ di pakaian anak-anak masih
cukup besar untuk melakukan inovasi-inovasi baru dan desain yang lebih berani.
6. Sejarah Terbentuknya Brand Molds
Molds adalah brand yang lahir dari karya seorang fashion designer Larasati
Dewanggi, yang terbentuk pada awal tahun 2011. Awal mulanya koleksi Molds dibuat
sebagai koleksi tugas akhirnya di Fashion Institute ESMOD. Respon yang sangat baik di
terima oleh pemilik brand saat Molds pertama kali di pamerkan. Dari koleksi ini, pemilik
brand menerima penghargaan best collection (shoes) dan best creation (innovation in
2016
26
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
clothes) oleh ESMOD. Karena itu lah, pemilik brand memutuskan untuk meluncurkan produk
Molds ke pasaran.
Istilah Molds sendiri berasal dari kepanjangan ‘My Own Life Dreaming Sight’ yang
berarti imajinasi desainer Molds dalam menuangkan kreasinya untuk anak-anak dalam
pakaian yang cocok dengan finishing yang baik. Munculnya ide desain pakaian brand Molds
adalah berdasarkan pengamatan pemilik brand. Belakangan ini anak-anak umur 3-7 tahun
sering berdandan atau memakai baju yang tidak ‘anak-anak’. Pengaruh lingkungan serta
peran orang tua menjadi faktor dalam pemilihan pakaian anak. Karena itu Molds ada untuk
menghadirkan desain yang sesuai dengan anak-anak dan dengan konsep yang terencana.
Terinspirasi dari desain Jepang dan inovasi mainan anak-anak yang membutuhkan
kreativitas dan imajinasi, Molds menghadirkan desain pakaian yang soft minimalist, kreatif
dan berani untuk keluar dari kata-kata innocent anak-anak yang biasa. Dengan desaindesain Molds ini anak kecil diharapkan menjadi terbiasa dengan selera yang bold tanpa
tersembunyi sehingga memunculkan karakter dari diri mereka yang sebenarnya.
Dengan pemilihan bahan dan kain yang sesuai dengan anak-anak, memungkinkan
Molds dapat dipakai kapanpun karena menggunakan bahan yang nyaman untuk sehari-hari.
Kain katun, katun poli, bulu domba, baby canvas, dan bahan kaos dipilih karena
kenyamanannya untuk dipakai sehari-hari oleh siapapun, khususnya anak-anak.
Dalam konsep koleksi pertamanya, Molds berusaha untuk membiasakan anak-anak
untuk menghadapi angka-angka, yang tentu kita ketahui anak kecil sering kali sulit belajar
Matematika. Dengan koleksi Molds, anak-anak dapat belajar Matematika Dasar dengan cara
yang lebih menyenangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk ke depannya
Molds fokus untuk membuat pakaian khusus anak-anak dan dengan konsep edukasi.
Identitas yang ada sekarang diambil dari font Doodlepen, yang sudah tersedia dan
dapat di unduh secara cuma-cuma dengan mudah. Identitas ini belum menggambarkan
karakter juga visi misi Molds dengan baik, karena dibuat dengan matang dan seadanya dan
hanya bersifat sementara. Pengaplikasian identitas ini juga tidak konsisten dan tidak
memiliki sistem di dalamnya. Pemilihan warna dan font yang membentuk identitas ini tidak
berdasarkan prinsip atau filosofi apapun, karena dibuat secara cepat dan seadanya.
7.Edukasi Matematika
Pada koleksi Molds Spring/Summer, pendekatan edukasi yang dimunculkan adalah
edukasi Matematika. Ini dikarenakan Matematika adalah pelajaran yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari dan terus dipakai anak kecil sampai orang dewasa.
2016
27
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tidak sedikit yang fobia Matematika, dan ketidaksukaan pada Matematika tidak
hanya terjadi di Indonesia tapi juga di beberapa negara maju. Di Indonesia sendiri ada
beberapa faktor yang menyebabkan banyak anak yang tidak menyukai Matematika, salah
satunya karena metode pengajarannya yang salah. Sejak lama orang Indonesia umumnya
menggunakan metode hafalan, sehingga Matematika harus dihafal bukan dinalar atau
dimengerti secara logis. Anak-anak pada dasarnya berkarakter ceria, berjiwa bebas dan
suka bermain, sehingga jika Matematika harus selalu dihafal maka menjadi membosankan.
Dalam kasus ini, peran orangtua sangat dibutuhkan untuk membantu anak dalam
memahami dan menyukai pelajaran Matematika dengan cara mudah adalah dengan
mendekatkan anak pada penerapan Matematika sedini mungkin secara nyata, melalui
permainan menyenangkan, dan praktis dalam kehidupan nyata sehari-hari. Koleksi Molds
Spring/Summer, menerapkan pendekatan edukasi cinta Matematika dengan busana anak
bermotif angka, simbol penjumlahan, pengurangan, bentuk-bentuk dasar geometris dengan
warna-warni ceria dan mnyenangkan.
G.Desain Arsitektur
Asitektur Indonesia memiliki karakter dinamis yang terdiri dari bangunan KlasikTradisional, Vernakular dan bangunan Baru-Kontemporer. Arsitektur Klasik-Tradisional
adalah bangunan yang dibangun pada zaman kuno. Arsitektur Vernakular juga bentuk lain
dari arsitektur tradisional, terutama bangunan rumah hunian, dengan beberapa penyesuaian
membangun oleh beberapa generasi ke generasi. Arsitektur Baru atau Kontemporer lebih
banyak menggunakan materi dan teknik konstruksi baru yang menerima pengaruh dari masa
kolonial Belanda ke era pasca-kemerdekaan. Pengenalan semen dan bahan-bahan modern
lainnya dan pembangunan dengan pertumbuhan yang cepat telah menghasilkan hasil yang
beragam.
1. Arsitektur Klasik Indonesia
Ciri khas arsitektur klasik Indonesia dapat dilihat pada bangunan candi dengan
struktur menaranya. Candi Buddha dan Hindu dibangun dari batu, yang dibangun di atas
tanah dengan ciri khas piramida dan dihiasi dengan relief. Secara simbolis bangunan adalah
sebagai representasi dari Gunung Mahameru yang legendaris, dalam mitologi Hindu-Buddha
diidentifikasi sebagai kediaman para dewa. Candi Buddha Borobudur yang terkenal dari abad
ke-9 dan Candi Prambanan bagi umat Hindu di Jawa Tengah juga dipenuhi dengan gagasan
makrokosmos yang direpresentasiken dengan sebuah gunung.
2016
28
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Di Asia Timur walau pun dipengaruhi oleh budaya India, namun arsitektur
Indonesia (nusantara) lebih mengedapankan elemen-elemen masyarakat lokal, dan lebih
tepatnya
dengan
budaya
agraris
(petani). Budaya
Hindu
selama
10
abad
telah
mempengaruhi kebudayaan Indonesia sebelum pengaruh Islam datang. Peninggalan
arsitektur klasik (Hindu-Buddha) di Indonesia sangat terbatas untuk beberapa puluhan candi
kecuali Pulau Bali yang masih banyak karena faktor agama penduduk setempat.
2. Arsitektur Vernakular di Indonesia
Arsitektur tradisional dan vernakular di Indonesia berasal dari dua sumber. Pertama
dari tradisi Hindu-Besar dibawa ke Indonesia dari India melalui Jawa. Kedua adalah
arsitektur pribumi asli. Rumah-rumah vernakular yang kebanyakan ditemukan di daerah
pedesaan dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti atap ilalang, bambu,
anyaman bambu, kayu kelapa, dan batu. Bangunan adalah penyesuain sepenuhnya selaras
dengan lingkungan sekitar.
Arsitektur Tradisional Indonesia
Rumah-rumah di pedalaman Indonesia masih banyak yang menggunakan bambu.
Namun seiring dengan proses modernisasi, bangunan-bangunan bambu ini sedikit demi
sedikit diganti dengan bangunan dinding bata.
Bangunan vernakular yang tertua di Indonesia saat ini tidak lebih dari sekitar 150
tahun usianya. Namun dari relief di dinding abad ke-9 di candi Borobudur di Jawa Tengah
mengungkapkan
2016
29
bahwa
ada
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
hubungan
erat
dengan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
arsitektur
rumah
vernakular
kontemporer yang ada saat ini. Arsitektur vernakular Indonesia juga mirip dengan yang
dapat ditemukan di seluruh pulau-pulau di Asia Tenggara. Karakteristik utamanya adalah
dengan digunakannya lantai yang ditinggikan (kecuali di Jawa), atap dengan kemiringan
tinggi menyerupai pelana dan penggunaan material kayu dan bahan organik tahan lama
lainnya.
3.Pengaruh Islam Dalam Arsitektur
Budaya Islam di Indonesia dimulai tahun 1300 Masehi ketika di Sumatra bagian
utara berdiri kerajaan Islam Samodra Pasai pada 1292. Dua setengah abad kemudian
bersamaan dengan kedatangan orang-orang Eropa, Islam masuk ke pulau Jawa. Hal yang
penting di sini bahwa Islam tidak menyebar ke kawasan Indonesia melalui kekuatan politik
seperti di India atau Turki, namun lebih melalui penyebaran budaya. Budaya Islam pada
arsitektur Indonesia dapat dijumpai di masjid-masjid, istana, dan bangunan makam.
Menurunnya kekuatan kerajaan Hindu Majapahit di Jawa menandai bergantinya
periode sejarah di Jawa. Kebudayaan Majapahit tersebut meninggalkan kebesarannya
dengan sejumlah candi-candi monumental sampai abad XIV. Meskipun era Majapahit secara
agama dan budaya tergantikan, tidak berarti bahwa ‘jaman klasik’ di Jawa ini diganti dengan
‘jaman kemunduran/kegelapan’’, karena kerajaan-kerajaan Islam melanjutkan budaya lama
Majapahit yang mereka adopsi secara jenius.
"New Era" selanjutnya menghasilkan ikon penting seperti masjid-masjid di Demak,
Kudus dan Banten pada abad XVI. Juga situs makam Imogiri dan istana-istana Yogyakarta
dan Surakarta pada abad XVIII. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam tidak
memperkenalkan bentuk-bentuk fisik baru dan ajaran-ajarannya pun diajarkan lebih dalam
cara-cara mistis oleh para sufi. Dengan kata lain melalui sinkretisme, hal inilah yang
mempengaruhi ‘gagal’nya Islam sebagai sebuah sistem baru yang tidak menghapuskan
warisan Hindu ( lihat Prijotomo, 1988).
Masjid Kudus dengan Gaya Hindu untuk Drum Tower dan Gerbang
2016
30
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penyebaran Islam secara bertahap di kawasan Indonesia dimulai abad XII dan
seterusnya dengan memperkenalkan serangkaian penting pengaruh arsitektur. Namun,
perubahan dari gaya lama ke gaya baru itu awalnya bersifat ideologis baru kemudian
teknologi. Kedatangan Islam tidak pada pengenalan bangunan yang baru, melainkan
menyesuaikan bentuk-bentuk arsitektur yang ada, yang ditafsirkan kemudian diciptakan
kembali sesuai hukum Islam.
Menara Kudus di Jawa Tengah adalah contoh dalam kasus ini. Bangunan ini sangat
mirip dengan candi abad XIV di era kerajaan Majapahit. Menara diadaptasi untuk
kepentingan baru dengan dibangun masjid setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Demikian
pula arsitektur masjid-masjid di awal perkembangan Islam di Indonesia murni terinspirasi
tradisi bangunan lokal di Nusantara. Umumnya dibangun dengan struktur empat kolom
utama (Soko Guru) yang mempunyai makna simbolis mendukung atap tengahnya.
4.Gaya Belanda dan Hindia Belanda
Pengaruh Barat di mulai jauh sebelum tahun 1509 ketika Marco Polo dari Venesia
melintasi Nusantara pada 1292 untuk kegiatan perdagangan. Sejak itu orang-orang Eropa
berusaha untuk merebut kendali atas perdagangan rempah-rempah yang sangat
menguntungkan. Portugis, Spanyol, kemudian Belanda memperkenalkan arsitektur mereka
sendiri menggunakan berbagai elemen arsitektur Eropa. Namun kemudian dapat
beradaptasi dengan tradisi arsitektur lokal. Proses asimilasi ini bukanlah sekadar satu arah:
Belanda kemudian mengadopsi unsur-unsur arsitektur pribumi untuk menciptakan bentuk
yang unik dikenal sebagai arsitektur kolonial Hindia Belanda. Belanda juga sadar dengan
mengadopsi arsitektur dan budaya setempat ke dalam arsitektur tropis baru mereka. Dengan
menerapkan bentuk-bentuk tradisional ke dalam cara-cara modern termasuk bahan
bangunan dan teknik konstruksi.
Bangunan Gereja Blenduk dan Lawang Sewu, Contoh dari Arsitektur Belanda
2016
31
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bangunan kolonial di Indonesia, terutama periode Belanda yang sangat panjang
(1602-1945) ini menarik untuk dijelajahi. Bagaimana silang budaya antara barat dan timur
dalam bentuk bangunan, dan juga bagaimana Belanda mengembangkan aklimatisasi
bangunan di daerah tropis. Menurut Sumalyo (1993), arsitektur kolonial Belanda di Indonesia
adalah fenomena budaya unik yang pernah ditemukan di tempat lain maupun di tanah air
mereka sendiri. Bangunan-bangunan tesebut adalah hasil dari budaya campuran kolonial
dan budaya di Indonesia.
Perbedaan konsep Barat dan Indonesia ke dalam arsitektur adalah terletak pada
korelasi antara bangunan dan manusianya. Arsitektur Barat adalah suatu totalitas konstruksi,
sementara di Timur lebih bersifat subjektif, lebih memilih penampilan luar terutama façade
depan. Kondisi alam antara sub-tropis Belanda dan tropis basah Indonesia juga merupakan
pertimbangan utama bangunan Belanda di Indonesia.
Sebenarnya, Belanda tidak langsung menemukan bentuk yang tepat untuk
bangunan mereka di awal perkembangannya di Indonesia. Selama awal kolonisasi Eropa
awal abad 18, jenis bangunan empat musim secara langsung dicangkokkan Belanda ke iklim
tropis Indonesia. Fasade datar tanpa beranda, jendela besar, atap dengan ventilasi kecil
yang biasa terlihat di bagian tertua kota bertembok Belanda, juga digunakan seperti di
Batavia lama (Widodo, J. dan YC. Wong 2002).
Menurut Sumintardja, (1978) VOC telah memilih Pulau Jawa sebagai pusat
kegiatan perdagangan mereka. Bangunan pertama dibangun di Batavia sebagai benteng
Batavia. Di dalam benteng dibangun rumah untuk koloni, memiliki bentuk yang sederhana
seperti rumah asli di awal tapi belakangan diganti dengan rumah gaya Barat (untuk
kepentingan politis). Mereka mengimpor bahan dinding batu bata rumah dan atap genteng
sekalian dengan interior furnitur langsung dari Belanda. Rumah-rumah yang menjadi tradisi
pertama rumah-rumah tanpa halaman, dengan bentuk memanjang seperti di Belanda
sendiri. Rumah-rumah ini ada dua lantai, sempit di façade tapi lebar di dalam.
Rumah tipe ini selanjutnya banyak digunakan oleh orang-orang cina setelah orang
Belanda beralih dengan rumah-rumah besar dengan halaman luas. Rumah-rumah ini
disebut sebagai bentuk landhuizen atau rumah tanpa beranda dalam periode awal, setelah
mendapat aklimatisasi dengan iklim setempat, rumah-rumah ini dilengkapi dengan beranda
depan yang besar seperti di aula pendapa pada bangunan vernakular Jawa.
Rumah-rumah yang dibangun pada awalnya dengan dua lantai, setelah mengalami
gempa dan untuk tujuan efisiensi dibangun hanya satu lantai saja. Tetapi setelah harga
tanah menjadi meningkat, rumah-rumah itu kembali dibangun dengan dua lantai lagi.
2016
32
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penentuan desain arsitektur menjadi lebih formal dan ditingkatkan setelah
pembentukan profesi Arsitek pertama di bawah Dinas Pekerjaan Umum (BOW) pada 18141930. Sekitar tahun 1920-1930-an, perdebatan tentang masalah identitas Indonesia dan
karakter tropis sangat intensif, tidak hanya di kalangan akademis tetapi juga dalam praktek
di lapangan. Beberapa arsitek Belanda, seperti Thomas Karsten, Maclaine Pont, Thomas
Nix, CP Wolf Schoemaker dan banyak yang lainnya, terlibat dalam wacana sangat produktif
baik dalam akademik dan praksis.
Bagian yang paling menarik dalam perkembangan Arsitektur modern di Indonesia
adalah periode sekitar 1930-an, ketika beberapa arsitek Belanda dan akademisi
mengembangkan sebuah wacana baru yang dikenal sebagai "Indisch-Tropisch" yaitu gaya
arsitektur dan urbanisme di Indonesia yang dipengaruhi Belanda. Tipologi dari arsitektur
kolonial Belanda hampir bangunan besar luar koridor yang memiliki fungsi ganda sebagai
ruang perantara dan penyangga dari sinar matahari langsung dan lebih besar atap dengan
kemiringan yang lebih tinggi dan kadang-kadang dibangun oleh dua lapis dengan ruang
yang digunakan untuk ventilasi panas udara.
Arsitek-arsitek Belanda mempunyai pendekatan yang baik berkaitan dengan alam
di mana bangunan ditempatkan. Kesadaran mereka dapat dilihat dari unsur konstruksi orang
yang sangat sadar dengan alam. Dalam Sumalyo (1993,): Karsten pada tahun 1936
dilaporkan dalam artikel: "Semarangse kantoorgebouwen" atau Dua Office Building di
Semarang Jawa Tengah:
1. Pada semua lantai pertama dan kedua ditempatkan pintu, jendela, dan ventilasi yang
lebar di antaranya rentang dua kolom. Ruangan untuk tiap lantai sangat tinggi; 5, 25 m di
lantai pertama dan 5 m untuk lantai dua. Ruangan yang lebih tinggi, jendela dan ventilasi
menjadi sistem yang baik untuk memungkinkan sirkulasi udara di atap, ada lubang
ventilasi di dinding atas (di atas jendela)
2. Disamping lebar ruang yang lebih tinggi, koridor terbuka di sisi Barat dan Timur meliputi
ruang utama dari sinar matahari langsung.
Ketika awal urbanisasi terjadi di Batavia (Jakarta), ada begitu banyak orang
membangun vila mewah di sekitar kota. Gaya arsitekturnya yang klasik tapi beradaptasi
dengan alam ditandai dengan banyak ventilasi, jendela dan koridor terbuka banyak dipakai
sebagai pelindung dari sinar matahari langsung. Di Bandung, Villa Isolla adalah salah satu
contoh arsitektur yang baik ini (oleh Schoemaker1933)
2016
33
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Villa Isolla, Salah Satu Karya Arsitektur Belanda di Indonesia
5. Arsitektur Kontemporer Indonesia
Setelah kemerdekaan pada 1945 tren bangunan modern mengambil alih di
Indonesia. Kondisi ini berlanjut ke tahun 1970/1980-an ketika pertumbuhan ekonomi
Indonesia meningkat dan mengarah pada program-program pembangunan besar-besaran di
setiap sektor, mulai dari skema rumah murah, pabrik-pabrik, bandara, pusat perbelanjaan
dan gedung pencakar langit. Banyak proyek bergengsi yang dirancang oleh arsitek asing
yang jarang diterapkan mereka untuk rancangan khusus konteks Indonesia. Seperti halnya
kota-kota besar di dunia, terutama di Asia sebagai korban dari globalisasi yang terlepas dari
sejarah lokal, iklim dan orientasi budaya.
Rumah-rumah Kontemporer di Indonesia
Arsitektur modern Indonesia sekitar tahun 50an umumnya mulai didominasi bentuk
atap yang diekspos. Model bangunan era kolonial juga diperluas dengan teknik dan
peralatan baru seperti konstruksi beton, AC, dan perangkat lift. Namun sepuluh tahun
2016
34
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
setelah kemerdekaan kondisi ekonomi di Indonesia belum cukup kuat. Akibatnya bangunan
yang kurang berkualitas terpaksa lahir. Semua itu sebagai upaya untuk menemukan
arsitektur Indonesia modern, seperti halnya penggunaan bentuk atap joglo untuk bangunan
modern.
Pada tahun 1980-an ketika industri perumahan booming arsitektur perumahan
berkembang luas. Banyak bermunculan rumah pribadi dengan arsitektur yang unik tapi tidak
dengan perumahan massal. Istilah rumah rakyat, rumah berkembang, prototipe rumah,
rumah murah, rumah sederhana, dan rumah utama dikenal baik bagi masyarakat. Jenis ini
dibangun dengan ide ruang minimalis, rasional konstruksi dan non konvensional
(Sumintardja, 1978).
6. Permasalahan Arsitektur Indonesia
Gerakan-gerakan baru dalam arsitektur seperti Modernisme, Dekonstruksi, Postmodernisme dan yang lainnya tampaknya juga diikuti di Indonesia terutama di Jawa. Namun,
dalam kenyataannya mereka menyerap dalam bentuk luar saja, bukan ide-ide dan proses
berpikir itu sendiri. Tidak heran jika kemudian muncul pandangan yang dangkal: "Kotakkotak adalah Modern, Kotak berjenjang adalah post-Modernisme" (Atmadi, 1997). Arsitektur
hanya dilihat sebagai objek bukan sebagai lingkungan hidup.
Sumalyo, (1993) menyatakan bahwa pandangan umum arsitektur barat: 'Purism', di
mana untuk menunjuk Bentuk dan Fungsi, adalah berlawanan dengan konsep-konsep tradisi
yang memiliki konteks dengan alam. Kartadiwirya dalam Budihardjo (1989) berpendapat,
mengapa prinsip tropis 'nusantara' arsitektur jarang dipraktekkan di Indonesia, adalah
karena pemikiran dari proses perencanaan tidak pernah menjadi pemikiran. Mereka hanya
mengajarkan tentang perencanaan konvensional selama 35 tahun tanpa perubahan berarti
sampai beberapa hari.
Sayangnya hampir semua bahan pengajaran dalam arsitektur berasal dari cara
berpikir barat yang menurut Frick (1997) telah menghasilkan kelemahan arsitektur
Indonesia. Frick juga menjelaskan bahwa menggunakan bahan bangunan modern hanya
karena alasan produksi massal yang lebih 'barat' dan jauh dari tradisi setempat. Kondisi ini
telah memicu penggunaan bahan yang tidak biasa dan tanpa memikirkan kondisi lokal. Lalu
bagaimanakah seharusnya arsitektur Indonesia?
2016
35
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Buku
Adityawan, Arief, Tinjauan Desain, UNTAR, Jakarta, 1999
Atmaja, Mochtar Kusuma, Perjalanan Seni Rupa Indonesia Dari Zaman Prasejarah
Hingga Masa Kini, Publisher: Panitia pameran KIAS 1990-1991, Jakarta 1990
Koster, Thomas, 50 Artists, You Should Now, With Contributions by Lars Roper,
Prestel Publishing, New York, 2006
Marasutan, Baharudin, Raden Saleh 1807-1880, Perintis Seni Lukis di Indonesia,
Dewan Kesenian Jakarta, Pusat Grafika Indonesia, 1973
Meggs, Philip B., A History of Graphic Design -3d Edition, Published
Simultaneously, Canada 1992
Ruhrberg, Bettina, Artes Das Internationale Kunsthaus, Nachdruck , Germane,1996
Soemantri, Hilda, Seni Rupa Indonesian Heritage, Buku Antar Bangsa , Jakarta,
untuk Grolier International, Ltd., 1998
Toynbee, Arnold, A Study of History, The One Volume Edition, Illustrated, Oxford
University Press and Thames and Hudson Ltd, London 1988
Wiradarmo, Aulia Ardista. (2014). Analisis Profil Alumni Desain Produk ITB dalam
Relasiya dengan Pendidikan dan Keprofesian Desain Produk di Indonesia. Jurnal Tingkat
Sarjana Senirupa dan Desain
Majalah Internasional
Reardon, Sarah, Christie’s, International Magazine, Christie, Manson & Woods Ltd.,
Long Island City, New .York, 1977
Webtografi:
dendi.conceptforum.net
nadilaorin.wordpress.com
http://gumilarganjar.wordpress.com/2012/03/10/sejarah-perkembangan-seni-grafisindonesia/
http://dgi-indonesia.com/garis-waktu-desain-grafis-indonesia-2/
http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_grafis
http://ardiansyahgumay.blogspot.co.id/
http://ianion.wordpress.com/2012/12/10/perkembangan-desain-grafis-di-indonesiasaat-ini/
asti46.wordpress.com
http://aurell-ikom08.blogspot.com/2009/06/pengertian-desain-komunikasi-visualdkv.html
2016
36
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
http://zulkangtulu.blogspot.com/2013/02/pengertian-komunikasi-visual.html
https://designideasdkv1.wordpress.com/apa-itu-desain-komunikasi-visual/
https://tepiapriani.wordpress.com/2015/01/20/desain-komunikasi-visual/
2016
37
SEJARAH DESAIN
Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download
Study collections