perubahan keratinisasi epitel mukosa palatum keras pada

advertisement
Abstrak
PERUBAHAN KERATINISASI EPITEL MUKOSA PALATUM KERAS PADA
PEMAKAI ALAT ORTODONTIK LEPASAN
Tutut Candra Dewi, Soekarsono Hardjono dan Cendrawasih AF
Bagian Ortodontik, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan keratinisasi epitel palatum keras
pada pemakai alat ortodontik lepasan tanpa diikuti dengan pengaktifan alat selama 1
bulan.Subyek peneltian adalah 10 mahasiswa UGM yang memenuhi krteria.
Subyek diharuskan memakai alat ortodontik lepasan yang tidak diaktifkan yang terdiri
dari plat dasar resin akrilik, klamer Adam dan labial arch, 15-24 jam selama 1 bulan.
Pengambilan apusan epitel pada mukosa palatum keras dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan
sesudah pemakaian alat ortodontik lepasan. Semua hasil apusan subyek dilakukan pewarnaan
Papanicolau. Pengamatan dan perhitungan sel mukosa palatum keras yang mengalami
keratinisasi dilakukan per 100 sel secara acak di bawah mikrospik cahaya dengan perbesaran
100x. Data yang didapat dianalisa dengan menggunakan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan berkmakna (p<0,05) jumlah
sel yang mengalami keratinisasi pada mukosa palatum keras sesudah 1 bulan pemakaian alat
ortodontik lepasan tanpa pengaktifan.
Kesimpulan: 1). Terdapat perubahan keratinisasi sel epitel mukosa palatum keras pada
pemakai alat ortodontik lepasan.yang tidak diaktifkan 2) Terjadi penurunan keratinisasi sel epitel
mukosa palatum keras setelah pembakaian alat ortodontik lepasan selama 1 bulan (p<0,05)
Abstarct
Keratinization changes of The Hard Palate Mucosa Epithel
In Orthodontic Removable Appliance Patient
Tutut Candra Dewi, Soekarsono Hardjono dan Cendrawasih AF
Bagian Ortodontik, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
The aim of this research is to investigate the keratinization changes of the hard palate
mucosa after using removable orthodontic appliances for 1 month
The subjects of this research were 10 students of Gadjah Mada University whose had
the certain criteria. The subjects must wear nonactivated removable orthodontic appliances
which were consisted of acrycilic resin base plate, Adam clasps and labial arch for 15 to 24
hours over 1 month. The smear of hard palate mucosa was taken twice, before and after
wearing the removable orthodontic appliances. All of the smears were stained by Papanicolaou
technique. The keratin cells number of the hard palate mucosa were counted per 100 cells
randomly using light microscope at 100x magnification. The data was analyzed using t-test
The result showed that the keratine cells number (p<0,05) of the hard palate mucpsa
was decreased significantly after using of acrylic-base nonactivated removable orthodontic
appliance for 1 month.
1
Conclusion: 1) There was a change on keratinization of hard palate epithel mucosa in
acrylic base-orthodontic appliance after using of acrylic-base nonactivated removable
orthodontic appliance for 1 month. 2) The Keratin cells number were decreased significantly
(p<0,05)
2
Latar Belakang
Alat ortodontik lepasan memiliki beberapa bagian, salah satunya adalah plat dasar akrilik. Plat akrilik ini
biasanya dibuat dari cold cured acrylic resin. Plat dasar akrilik alat ortodontik lepasan rahang atas sangat
berhubungan dengan palatum keras. Pemakaian alat ortodontik lepasan ini menimbulkan berbagai
keluhan pada pasien yang memakainya antara lain inflammatory papillary hyperplasia atau multiple
papillamotosis.(Tan dan Henry, 1985)
Keratinisasi adalah suatu proses diferensiasi sel epetile yang dilakukan untuk mengingkatkan ketebalan
epitel dengan cara migrasi sel dari lapisan basal, lapisan spinosa, lapisan granulosum sampai ke lapisan
keratin. Lapisan keratin merupakan terimanl diferensiasi dengan sel-sel pipih mengsung keratin yang
berwarna gelap danegan pewarnaan eosin dan akan mengalami pelepasan dari lapisan permukaan
(Mjor dan Fejerskov, 1991). Jumlah rat-rata sel yang lepas dari lapisan perumakaan sesuai atau
seimbang dengan jumlah rata-rata sel yang diproduksi melaluo peristiwa mitosis di lapisan basal epitel
pada keadaan normal (Salentijn dan Klyvert,, 1980).
Mukosa mastikasi seperti palatum keraas
diperlukan untuk menahan tekanan fisik yang lebih besar sehingga mempunyai jaringan ikat berserat
kolagen padat, epitel lebih massif dan lapisan keratin kurang fleksibel,s ehingga mukosa mastikasi ini
lebih tahan terhadap tekanan dan tidak diapat digerakkandalam hubungannya dengan jaringan di
bawahnya.. Epitel palatum eras mempunyai pola diferensiasi epitel berkeratin dengan ketebalan ratafata 0,25 nm (Mjor dan Fejerskov, 1991). Iritasi ataupun tekanan pada mukosa mengakibatkan
kecepatan pembelahan pada sel basal bertambah, dan sel hasil pembelahan tersebut naik ke lapisan di
atasnya hingga ke lapisan keratin. Sebaliknya, jika tidak ada iritasi maka kecepatan pembelahan sel di
lapisan basal berjalan normal sehingga proses pematangan sel di lapisan atasnya uga akan berjalan
normal.
Pemakaian plat dasar akrilik pada alat otodontik lepasan rahang atas mengakibatkan mukosa palatum
terletak diantara 2 struktur keras yaotu tulang dan plat (Smitt, 1973). Aktifasi alat ortodontik
menyebabkan mukosa palatum menerima tekanan dari plat dasar. Irtiasi atau tekanan pada mukosa
mengakibatkan kecepatan pembelahan pada sel basal bertambah, dan hasilpembelahan tersebut naik
ke lapisan di atasnya hingga ke lapisan keratin. Pemakaian gigi tiruan lepasn dengan bahan dasar serupa
dengan plat dasar akrilik ortodontik juga menyebabkan seluruh beban pengunyahan didistribusikan
pada mukosa palatum. Mukosa palatum pemakai gigi tiuran lepasan menahan kekuatan mekanis yang
lebih besar daripada bukan pemakai gigi tiuran(Jan Bhargava, 1976). Namun sebaliknya, pemakaian plat
dasar ortodontik dapat memungkinkan penurunan stimulasi mekanis yang wajar pada mukosa palatum
keras. Stimulasi mekanis yang wajar ini meliputi stimulasi dari lidah dan bolus saat mengunyah, proses
3
menelan dan berbicara (Tautin, 1982). Penurunan stimulasi ini dapat menyebabkan perubahan pada sel
epitel mukpsa palatum. Sel pada lapisan basal yang terperan sebagai sel progenitor atau sel pemacu
kurang berdifrensiasi seingga akan berpengaruh pada kematangan sel di lapisan atasnya yaitu sel
prekeratin dan pada akhirnya akan berpengaruh pada sel keratin di lapisan keratin yang berfungsi sebagi
terminal diferensiasi.
Alat ortodontik yang tidak mengalami aktivasi yang umumnya dijumpai pada plat retainer pasca
perawatan aktif ortodontik, tidak akan menyebabkan tekanan karena tidak adanya aktivasi spring yang
digunakan untuk menggerakkan gigi terdistribusikanke plat dasar. Hal ini tidak mengakibatkan plat dasar
mempertahankan stabilitasnya dengan menekan palatum. Plat dasar alat ortodontik lepasan yang stabil
kemungkinan tidak akan memberikan pengaruh pada mukosa palatum keras sebagai suatu iritan. Smitt
(1973) mengatakan bahwa mukosa yang tertutup plat dasar akrilik setelah 2 minggu akan mengalami
perubahan kimiawi pada epitel palatumnya. Perubahan kimiawi ini merupakan perubahan aktivitas
enzimatik, dimana jika aktivitas enzimatik menurun, maka akan terjadi penurunan keratinisasi mukosa
palatum dan jika terjadi kenaikan aktivitas enzimatik, maka akan terjadi hyperkeratosis mukosa palatum
(Razek dan Shaaban, 1978).
Masalah Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh plat ortodontik lepasan tanpa pengaktivan selama 1
bulan, pada perubahan keratinisasi mukosa palatum keras
Keaslian penelitian:
Pencarian artikel melalui Pubmed search engine yang dilakukan pada tahun 2011, dari 15 artikel dari
tahun 1980 sampai 2010 yang muncul di bawah kata kunci keratin dan orthodontics, tidak dijumpai
penelitian yang membahas mengenai pengaruh plat ortodontik terhadap keratinosis berbahan dasar
akrilik sebagaimana rancangan penelitian ini
Bahan dan Cara penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimetal dengan rancangan one group pretest-posttest. Subyek
peneltian adalah 10 mahasiswa UGM yang memenuhi krteria tidak mempunyai kebiasaan merokok,
tidak minum alcohol, mengunyah sirith, dan bruxism. Subyek diharuskan memakai alat ortodontik
lepasan yang tidak diaktifkan yang terdiri dari plat dasar resin akrilik, klamer Adam dan labial arch, 15-24
jam selama 1 bulang. Pengambilan apusan epitel pada mukosa palatum keras dilakukan 2 kali yaitu
4
sebelum dan sesudah pemakaian alat ortodontik lepasan. Daerah yang dilakukan usapan meliputi 3
segmen pada palatum keras, yaitu bagian lateral kanan, lateral kiri dan bagian tengah palatum keras dan
tidak sedang mengalami perlukaan ataupun peradangan. Semua hasil apusan subyek dilakukan
pewarnaan Papanicolau. Pengamatan dan perhitungan sel mukosa palatum keras yang mengalami
keratinisasi dilakukan per 100 sel secara acak di bawah mikrospok cahaya dengan perbesaran 100x.
Jumlah sel yang mengalami keratinisasi adalah jumlah sel keratin yang dan dihitung dengan cell
counter. Tiap sediaan dilakukan 5 kali dengan menghitung jumlah sel berkeratin (berwarna merah muda
sampai merah oranye dengan inti piknotik, tidak berinti ataupun tidak berinti dengan gambaran sel yang
terfragmentasi dan saling tumpang tindih) dan sel yang tidak berkeratinisasi (sel dengan inti sel
berwarna biru) sampai jumlah 100 sel. Jumlah sel di rata-rata dan jumlah sel mukosa palatum yang
mengalami keratinisasi pada mukosa palatum sebelum dan sesudah pemakaian alat ortodontik lepasan
rahang atas dengan disain seperti dalam gambar 1, dianalisa dengan menggunaka uji t dengan tikat
ketelitian 95%..
Hasil penelitian:
Gambar 1
Sel keratin mukosa palatum keras dengan perbesaran 400x mikroskop cahaya
5
72
Jumlah sel keratin/100 sel
70
69.5
68
66
64
62
59.96
60
58
56
54
sebelum
sesudah
Gambar 2
Grafik jumlah sel keratin pada mukosa palatum keras sebelum dan sesudah
pemakaian plat ortodontik lepasan selama 1 bulan
Salelntijn (1980) mengatakan bahwa jumlah rata-rata sel keratin yang lepas dari lapisan
permukaan seimbang dengan jumlah rata-rata sel yang diproduksi oleh mitosis pada lapisan sel
basal. Oleh karena hal tersebut maka perubahan keratinisasi eptiel mukosa palatum akibat
pemakaian alat ortodontik kepasan dapat diliat dari perentasi jumlah sel keratin yang terlepas.
Hasil peneltian menunjukkan bahwa jumlah sel epitel mukosa palatum keras yang
mengalami keratinisasi sebelum pemakaian alat ortodontik kepasan memiliki rerata sebesar
69,50±5,7, sedangkan rerata jumlah epitel palatum keras yang mengalami keratinisasi sesudah
pemakaian lat ortodontik lepasa adalah sebesar 59.90 ± 4,77. Hasil uji t menunjukkan jumlah
sel epitel mukosa palatum keras mengalami penurunan bermakna (p<0,05) setelah 1 bulan
pemakaian alat ortodontik lepasan.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pemakaian alat ortodontik yang
digunakan selama 1 bulan. Hal ini kemungkinan dapat diterangkan sebagai berikutL Pemakaian
plat dasar akrilik membuat mukosa palatum keras yang terlindungi dari berbagai stimulasi
6
mekanis yang meliputi tekanan lidah di saat proses menelan dan berbicara. Bila keadaan ini
berlanjut maka akan mengakibatkan kecepatan pembelahan pada sel basal berkurang,
sehingga sel hasil pembelahan yang naik ke lapisan di atasnya hingga lapisan keratin juga ikut
berkurang.
Penurunan jumlah sek keratin ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Smitt (1973)
pada mukosa palatum keras yang terlindungi oleh plat dasar selama 2 minggu. Setelah 2
minggu pemakaian plat dasar resin akrilik. Penurunan jumlah sel pada mukosa palatum keras
ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perubahan kimiawi aktivitas enzimatik. Razek dan
Shaaban (1978) mengatakan bahwa aktivitas enzimatik yang meningkat akan meningkatkan
keratinisasi dan sebalikna aktivitas enzimatik yang menurun akan menurunkan keratinisasi. Hal
ini didukung lebih lanjut oleh Janquiera dkk, 1995 yang mengatakan bahwa keadaan alamiah
mukosa palatum akan cenderung dipengaruhi oleh stimulasi dan trauma mekanis dari
makanan, sehingga menyebabkan keratinisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian
lain dari rongga mulut. Hal ini disebabkan karena dengan stimulasi mekanis sel basal yang
meimiliki struktur sel berupa mitokondria, nukleus, apparatus golgi, reticulum enoplasmikum,
ribosom dan lisososm, mengalami pembelahan menjadi sel prekeratin. Sel prekeratin memiliki
struktur sel yang baru yaitu granula bermembran yang mengandung lipid dan lisosom. Sel
prekeratin kembali mengalami perubahan dan pematangan seluler dan berubah menjadi sel
keratin. Sel keratin sudah tidak mempunyai nukleus dan organel pensintesa hancur akibat
aktivasi enzim lisosom yang menyebabkan sebagian besar sel keratin kehilangan daya lekatnya
dan mudah terlpeas.
Pemakaian gigi tiruan lepasan dengan bahan dasar akrilik diketahui mendistribusikan
beban pengunyahan pada mukosa palatum (Jan Bhargava, 1976). Aktivasi plat ortodontik
lepasan, atau plat ortodontik yang tidak stabil, semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat
menstimulasi rjringan mukosa palatum keras. Penurunan keratinisasi dalam penelitian ini
mungkin juga karena tidak adanya aktivasi alat, sehingga tidak terdapat tekanan dari spring
yang digunakan untuk menggerakkan gigi yang terdistribusikan melalui plat dasar, tidak ada
faktor interferensi oklusal dan atau ketidakstabilan alat yang menyebabkan penekanan palatum,
Hal ini sesuai dengan pendapat Mjor dan Fejerskov (1991), yang mengatakan bahwa
irtiasi ataupun tekanan pada mukosa palatum mengakibatkan kecepatan pembelahan sel pada
lapisn basal bertambah. Seballknya jika tidak terdapat tekanan ataupun irtiasi maka kecepatan
pembelahan sel basal berjalan normal dan sel-sel hasil pembelahan pada proses keratinisasi
bergerak perlahan dari lapisan basal kearah permukaan yang merupakan terimal diferensiasi
yaitu lapisan keratin. Penurunan yang bermakna setelah pemakaian alat ortodontik selama 1
7
bulan tanpa diaktifkan, menyebabkan mukosa palatum keras relative terlindungi dari stimulasi
mekanis dari lidah selama proses mengunyah, menelan dan bervicara serta irtisasi atau
tekanan dari plat dasar akibat aktivasi. Hal tersebut meyebabkan kecepatan pembelahan sel
pada lapisan basal berkurang,s ehingga kecepatan proses perubahan dan pematangan seluler
dari sel basal ke sel prekeratin juga ikut berkurang. Berkurangnya sel prekeratin mengaibatkan
enzim lisosom ikut berkurang. Berkurangnya sel prekeratin mengakibatkan enzim lisosom ikut
berkurang. Jika jumlah enzim lisosom berkuang maka aktivasi dari enzim lisosom untuk
menghancurkan organela pensitesa dan nukleus juga mengalami penurunan. Sehingga
perubahan struktur sek dari sel prekeratin menjadi sel yang baru yaitu sel keratin berkurang.
Selain itu penurunan sel keratin dalam penelitian ini ilakukan dengan teknik apus. Teknik ini
hanya akan
menghitung jumlah sel keratin yang ada di mukosa palatum keras tersebut,. Hal
ini bisa berarti pula ada indikasi pematangan yang terhambat dari sel prekeratin menjadi sel
keratin, tetapi hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Kesimpulan
1. Terdapat perubahan keratinisasi sel epitel mukosa palatum keras pada pemakai alat
ortodontik lepasan
2. Terjadi penurunan keratinisasi sel epitel mukosa palatum keras setelah pembakaian
alat ortodontik lepasan selama 1 bulan (p<0,05)
Pustaka
Tan, A.E.S dan Henry, P.J., 1985, Periodontal implications of The Adolescenct Cleft Palate
patient, Aus. Dent.J, 30(1):10-14
Mjor, LA dan Fejerskov, 1O., 1991,mbriologi dan Histologi Rongga Mulut (terj.). Cetakan I,
Widya Medika, Jakarta: 190-226
Salentijn,L.M dan Klyvert, M., 1980, Dental and Oral Tissues, Lea and Febiger, Philadelphia,
27-51
Smitt,P.A.E.s, 1973,Palatal Epithelial Keratininization:Prosthetic Application, J. Prosthe Dent,
30(4) part 2:480-490
Jan, RM dan Bhargava, K., 1976, A Histologis Comparison of Palatal Mucosa Befor and After
Wearing Complete Denture, J. Prosthet. Dent., 36(3):254-260
8
Tautin, F.S., 1982, The Beneficial Effects of Tissue Massage for The Edentulous Patient. J
Prosthet Dent, 48(6):653-656
Razek, M.K.A dan Shaaban, N.A, 1978, Histochemichal and Histopatologic Studies of Alveolar
Mucosa Under Complete Dentures, J. Prosthet., 39(I):29-36
9
Download