ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

advertisement
ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN
BALITA
NURMIATI, S.ST
Biodata

Nama
T4/ Tgl Lahir
Alamat

Pendidikan

Pekerjaan




Email
No. Telp
: NURMIATI, S.ST
: Sungguminasa, 17 juli 1985
: Jl. Abd Kadir Dg. Suro Kel
Samata Kab. Gowa
: D4 Bidan Pendidik Stikes
Abdi Nusantara Jakarta
: Staf Ruang Perinatology
RS Ibnu Sina Makassar
Staf Dosen di FIK UIN Alauddin
: [email protected]
: 085342750710/085399512710
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Mahasiswa mampu mempraktekkan asuhan
neonatus dan BBL dengan masalah yang lazim
terjadi
TUJUAN INSTRUKSIONAL
KHUSUS
1.
Mhsw mampu menjelaskan masalah yang terjadi pada
neonatus dan bayi serta penatalaksanaannya
2.
Mhs mampu menjelaskan asuhan neonatus dengan
jejas/trauma persalinan serta penatalaksanaannya
3.
Mhs mampu menjelaskan kelainan bawaan pada
neonatus serta penatalaksanaannya
4.
Mhs mampu menjelaskan resiko tinggi yang terjadi
pada neonatus serta penatalaksanaannya
NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH
SERTA PENATALAKSANAANYA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bercak mongol
Hemangioma
Ikterik
Muntah dan gumoh
Oral trush
Diaper rush
Sebarrhea
bisulan
9.
10.
11.
12.
13.
Milliriasis
Diare
Obstipasi
Infeksi
Bayi meninggal mendadak
BERCAK MONGOL
PENGERTIAN
Bercak mongol adalah pigmentasi yang datar
dan berwarna gelap di daerah pinggang bawah
dan bokong yang ditemukan pada saat bayi lahir
dan akan menghilang secara perlahan-lahan
selama tahun pertama.
Umumnya terdapat pada sisi punggung bawah, juga
paha belakang, kaki, punggung atas dan bahu.
Bercak ini biasanya memudar pada tahun pertama
walaupun sering juga menetap hingga dewasa.
PATOFISIOLOGI

Bercak mongol rata-rata muncul pada umur kehamilan 38
minggu. Mula-mula terbatas di fossa koksigea lalu menjalar
ke regio lumbosakral. Tempat lain yaitu didaerah orbita :
sclera atau fundus mata dan daerah zigomaticus (nevus
ota), daerah deltotrapezeus (nevus ito).
Nevus ota dan nevus ito biasanya menetap, tidak perlu
diberikan pengobatan, cukup dengan tindakan konservatif
saja. Namun bila penderita telah dewasa, pengobatan
dapat diberikan dengan alasan estetika. Akhir-akhir ini
dianjurkan pengobatan dengan sinar laser.
PENYEBAB

Belum jelas

Timbulnya bercak akibat ditemukannya lesi yang berisi sel melanosit
pada lapisan dalam dermis atau sekitar folikel rambut

Bercak mongol terjadi karena terperangkapnya sel melanosit
(pigmen) di bagian belakang tubuh bayi pada saat pembentukan
sistem saraf.
PENATALAKSANAAN

Bercak mongol biasanya akan menghilang setelah
beberapa pekan sampai 1 tahun, sehingga tidak perlu
pengobatan dan cukup dilakukan tindakan konservatif

Informasikan
kepada
keluarga
untuk
mengurangi
kekhawatiran/kecemasan

Pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetika
HEMANGIOMA
PENGERTIAN
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering
terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia
kurang dari 1 satu tahun (5-10%).
Biasanya Hemangioma sudah nampak sejak bayi dilahirkan
(30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah
kelahiran (70%).
Hemangioma muncul di setiap tempat pada
permukaan tubuh, seperti : kepala, leher, muka,
kaki atau dada. Umumnya hemangioma tidak
membahayakan karena sebagian besar kasus
hemangioma dapat hilang setelah kelahiran.
ETIOLOGI

belum jelas.

Timbulnya hemangioma dikarenakan pembuluh
darah yang melebar dan berhubungan dengan
proliferasi endotel
KLASIFIKASI

Hemangioma kapiler
(strawberry hemangioma)

Hemangioma kavernosum

Hemangioma campuran
PENATALAKSANAAN
1.
Edukasi dan Observasi
2.
Terapi Kortikosteroid
3.
Terapi Bedah
4.
Terapi Radiasi
DERMATITIS SEBOROIK/CRADLE CAP/
SEBORRHEA
PENGERTIAN
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi
kronik yang berhubungan dengan kelenjar
sebaseus.
Dermatitis seboroik merupakan kerak pada kulit
kepala bayi yang disebabkan oleh vernix kaseosa
yang tidak bersih dan dapat terinfeksi
staphylococcus.

Biasanya dimulai dari kulit kepala kemudian menjalar ke
muka, kuduk, leher dan badan

Merupakan kelainan kulit inflamasi di mana telah terbukti
adanya peran kolonisasi jamur Malassezia pada kulit yang
terkena.

Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi
karena hal ini terkait dengan hormon androgen milik ibunya
yang masih tersisa di dalam tubuh bayi
PENYEBAB

Kurang jelas

Berkaitan dengan sistem imun dan hygiene yang buruk

Adanya vernix kaseosa/lemak pada kepala bayi yang
kemudian terinfeksi staphylococcus

Sering terjadi pada penderita HIV-AIDS dan anak-anak
GEJALA

Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik,
yang kemudian mengeras dan akhirnya menjadi semacam
kerak. Kerak ini sering timbul di kulit kepala (cradle cap),
kadang di alis/bulu mata dan telinga.

Berupa exudat seborrhoic pada kulit kepala

Diagnosis banding
Dermatitis Atopik, keadaan peradangan kulit kronis
dan residif, disertai gatal, skuama kering dan difus,
berbeda
dengan
dermatitis
seborrhoic
skuamanya berminyak dan kekuningan
yang
PENATALAKSANAAN

Oleskan atau basahi kerak dengan baby oil atau vaselin
selama 24 jam, sesudah itu urut pelan-pelan kulit kepala
yang berkerak itu dengan handuk lembut hingga kerak
mengelupas

Keluarkan kerak yang tersangkut di rambut dengan hatihati (dicukur untuk memudahkan perawatan)

gunakan sikat rambut yang lembut, sisir yang halus atau kapas untuk
menghindari iritasi pada kulit kepala bayi

Pada keadaan tertentu dapat diberi kortikosteroid, antifungi dan
antibiotika topical

Menjaga kebersihan bayi dengan memandikan dan mencuci
rambutnya dengan shampo khusus untuk bayi atau shampo anti
seboroik
FURUNKEL ATAU BISUL
PENGERTIAN

Furunkel adalah radang atau infeksi kulit yang disebabkan
oleh kuman atau bakteri staphylococcus aureus, berbentuk
nodul lemak eritematosa biasanya di daerah muka, pantat,
leher dan ketiak

Nodul ini mengandung cairan yang mengeluarkan bahan
nekrotik bernanah dalam waktu beberapa hari kelahiran.
JENIS FURUNKEL

Furunkel losis , jumlah furunkel-nya lebih dari satu.

Karbunkel, pada
saat yang
beberapa/sekelompok furunkel,
bersamaan
ada
GEJALA

Gatal , jika masih berupa folikulitis

Nyeri, jika terletak didaerah nasal, aksila dan telinga

Berbentuk kerucut dan "bermata“, mudah pecah dan
mengeluarkan cairan dari dalamnya.

Berbentuk kubah, bisul yang muncul pada kelenjar
keringat, tidak bermata, tidak nyeri dan tidak mudah
pecah

Demam
PENYEBAB

Personal higiene yang kurang baik

Daerah tropis, keringat pemicu bisul

Menurunnya daya tahan tubuh
PENCEGAHAN

Perhatikan kebersihan.

Jangan memencet benjolan

Jangan sembarangan menggunakan antibiotik untuk
mengobati bisul karena antibiotik bisa menimbulkan
kekebalan/resistensi.

Perhatikan gizi bayi
PENATALAKSANAAN

Drainase pembedahan, kompres basah

Pemberian antibiotika sistemik
ASUHAN NEONATUS DENGAN
JEJAS/ TRAUMA PERSALINAN
CAPUT SUCCEDANEUM
PENGERTIAN

Caput succedaneum ditemukan biasanya pada presentasi
kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan.
Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat
pengeluaran serum dari pembuluh darah.

Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus
dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.

Kejadian Caput succedaneum pada bayi sendiri
adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan
uterus atau dinding vagina dan juga pada
persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.
PENYEBAB

Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat
pada kepala pada saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi
bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan
pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler.

Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan
Vaccum ektrasi.
FAKTOR PREDISPOSISI









Makrosomia
Disproporsi sefalopelvik
Distosia
Persalinan lama
Persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum
dan forceps)
Kelahiran sungsang
Presentasi bokong
Presentasi muka
Kelainan bayi letak lintang
GEJALA







Oedema di kepala
Terasa lembut dan lunak pada perabaan
Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan
darah
Udema melampaui tulang tengkorak
Batas yang tidak jelas
Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau
kemerahan
Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa
pengobatan.
PATOFISIOLOGI

Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala
ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan
sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh
ke jaringan extravasa.

Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur
dengan sedikit darah.
CEPHAL HEMATOM

Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang
tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu
proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui
jalan lahir.

Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura
sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir.
Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi
premature dan akan hilang sendiri dalam satu
sampai dua hari.
KOMPLIKASI CAPUT SUCCEDANEUM DAN
CEPHALHEMATOMA

Infeksi, bisa terjadi karena kulit kepala terluka.

Ikterus, inkompatibilitas faktor Rh atau golongan
darah A, B, O antara ibu dan bayi.

Anemia, pada benjolan terjadi perdarahan yang
hebat atau perdarahan yang banyak.
PENATALAKSANAAN CAPUT SUCCEDANEUM DAN
CEPHALHEMATOMA

Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal.

Pengawasan keadaan umum bayi.

Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari
yang cukup.

Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu
teknik menyusui dengan benar.

Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari
adanya infeksi pada benjolan.

Berikan konseling pada orang tua, tentang:

Keadaan trauma yang dialami oleh bayi

Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya
setelah sampai 3 minggu tanpa pengobatan.

Perawatan bayi sehari-hari.

Manfaat dan teknik pemberian ASI.
PERBEDAAN CAPUT SUCCEDANEUM DAN
CEPHALHEMATOMA
Caput succedaneum
Cephalhematoma
Muncul waktu lahir, mengecil setelah
Muncul waktu lahir atau setelah lahir,
lahir.
dapat membesar sesudah lahir.
Lunak, tidak berfluktuasi.
Teraba fluktuasi.
Melewati batas sutura, teraba moulase.
Batas tidak melampaui sutura.
Bisa hilang dalam beberapa jam atau 2-4 Hilang lama (beberapa minggu
hari
bulan).
Berisi cairan getah bening
Berisi darah
atau
NEONATUS DENGAN KELAINAN
BAWAAN DAN PENATALAKSANAANNYA
LABIOSKIZIS & PALATOSKIZIS

Pengertian
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen
maksilaris dengan prominen nasalis medial yang di ikuti
disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior.
Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan
fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum
nasi.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah
mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang
sempurna semasa perkembangan embrional di mana bibir atas
bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.

Klasifikasi
1.
palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum
durum di belahan foramen insisivum.
2.
palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior
terhadap foramen.
3.
suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum
primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau
bilateral.
4.
terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya
utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Etiologi
1.
Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
2.
Obat-obatan
yang
dapat
merusak
sel
muda
(mengganggu mitosis), misalnya sitostatika dan radiasi.
3.
Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya
defisiensi vitamin B6, asam folat, dan vitamin C.
4.
Faktor keturunan.
5.
Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum
atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang
berdiri sendiri non syndromik clefts.
6.
Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom
(trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang
berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol,
terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome
peirrerobin.
7.
Penyebab non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah
genetik dan pengaruh lingkungan.
Faktor Resiko
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan
merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan
ini berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja
25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan
adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin
disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen
pada periode fesi ke-2 belahan tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi
yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi belahan tersebut.
Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan
frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti
disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa
krisis
fusi
tersebut
terjadi
sekitar
minggu
keenam
pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat
kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum
durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu
ke-7 sampai minggu ke-12.
Risiko Kejadian Sumbing Pada Keluarga
Risiko labioskizis dengan atau tanpa
Risiko sumbing pada anak berikutnya
palatoskizis (%)
Risiko palatoskizis (%)
- bila ditemukan satu anak menderita
sumbing
- Suami istri dan dalam keturunan tidak
ada yang sumbing.
- dalam keturunan ada yang sumbing
2-3
2
4-9
3-7
14
13
12
13
30
20
- Bila ditemukan dua anak menderita
sumbing
- salah satu orangtuanya menderita
sumbing
- Kedua orangtuanya menderita sumbing.
Komplikasi
1.
Otitis media
2.
Faringitis
3.
Kekurangan gizi.
4.
10% penderita palatoskizis akan Menderita masalah
bicara, misalnya suara sengau.
Penatalaksanaan
1.
Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu
mempunyai refleks mengeluarkan air susu dengan baik yang
mungkin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.
2.
bila anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras
(squeeze bottles). Untuk mengatasi gangguan mengisap, pakailah
dot yang panjang dengan memeras botol maka susu dapat
didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat diisap. Jika anak
tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
3.
dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk
menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian
minum, dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum
dapat dilakukan tindakan bedah.
4.
tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah,
ortodontis, dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara.
Syarat Labioplasti (Rule of Ten)
1.
umur 3 bulan atau > 10 minggu.
2.
Berat badan kira-kira 4,5 kg/10 pon
3.
Hemoglobin > 10 gram/dl
4.
Hitung jenis leukosit < 10.000

Syarat Palatoplasti
1.
Operasi umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara, untuk
memperbaiki lebih dulu bagian belakang
2.
umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan suara, operasi
dapat saja dilakukan berulang-ulang. Operasi dilakukan jika
berat badan normal, penyakit lain tidak ada, serta memiliki
kemampuan makan dan minum yang baik.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya operasi harus ditunggu
sampai anak tersebut belajar bicara antara 1-2 th.

jika sengau harus dilakukan terapi bicara (fisioterapi otot-otot
bicara)

jika terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka
harus dilakukan faringoplasti saat anak berusia 8 tahun.

Faringoplasti ialah suatu pembebasan mukosa dan otot-otot yang
kemudian didekatkan satu sama lain. Pada faringoplasti hubungan
antara
faring
dan
hidung
dipersempit
dengan
membuat
klep/memasang klep dari dinding belakang faring ke palatum
molle. Tujuan pembedahan ini adalah untuk menyatukan celah
segmen-segmen agar pembicaraan dapat dimengerti.
Perawatan yang dilakukan pasca dilakukannya faringoplasti adalah
sebagai berikut.
1.
menjaga agar garis-garis jahitan tetap bersih
2.
bayi diberi makan atau minum dengan alat penetes dengan menahan
kedua tangannya.
3.
Makanan yang diberikan adalah makanan cair atau setengah cair atau
bubur saring selama 3 minggu dengan menggunakan alat penetes atau
sendok.
4.
Kedua tangan penderita maupun alat permainan harus dijauhkan.
ATRESIA ESOPHAGUS
PENGERTIAN
Athresia Esophagus adalah perkembangan embrionik abnormal esophagus
yang menghasilkan pembentukan suatu kantong (blind pouch), atau lumen
berkurang tidak memadai yang mencegah perjalanan makanan / sekresi dari
faring ke perut.
Atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara
(buntu) pada esofagus
PATOFISIOLOGI
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion
dengan efektif. Pada janin dengan atresia esofagus, cairan amnion
akan mengalir menuju trakea, ke fistula kemudian menuju usus.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan
menghasilkan banyak air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila
terjadi aspirasi susu, atau liur.
ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang
bisa menyebabkan terjadinya kelainan Atresia Esofagus,
hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika salah
satu dari saudara kandung yang terkena.
KLASIFIKASI

Atresia esophagus dengan fistula trakeoesofagus distal

Atresia esophagus terisolasi tanpa fistula

Fistula trakeosofagus tanpa atresia

Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus proksimal

Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus distal dan proksimal
GAMBARAN KLINIS

Mulut berbuih (gelembung udara dari hidung dan mulut) dan liur selalu meleleh dari mulut
bayi

Sianosis

Batuk dan sesak napas

Gejala pneumonia akibat regurgitasi air ludah dari esofagus yang buntu dan regurgitasi
cairan lambung melalui fistel ke jalan napas

Perut kembung atau membuncit, karena udara melalui fistel masuk kedalam lambung dan usus

Oliguria, karena tidak ada cairan yang masuk

Biasanya juga disertai dengan kelainan bawaan yang lain, seperti kelainan jantung, atresia
rectum atau anus.
DIAGNOSIS

pemeriksaan USG prenatal pada kehamilan 18 minggu ditemukan polihidramnion,
gelembung perut (bubble stomach) yang kecil atau tidak ada

pemeriksaan MRI ultrasound pada leher janin untuk menggambarkan “ujung buntu”
kantong atas dan menilai proses menelan janin

Pada Atresia Esofagus, kateter tidak bisa lewat melebihi 9-10 cm dari alveolar
paling bawah.

Rongent dada dan abdomen memperlihatkan ujung kateter tertahan.

Rontgen esofagus menunjukkan adanya kantong udara dan adanya udara di
lambung serta usus.
PENATALAKSANAAN

Pengobatan dilakukan dengan operasi.

Bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi
cairan lambung kedalam paru.

Cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah aspirasi.

rawat dalam incubator untuk mencegah hipotermi

Posisi bayi sering di ubah-ubah

pengisapan lendir harus sering dilakukan.

Bayi hendaknya dirangsang untuk menangis agar paru berkembang.
ATRESIA DUODENUM
Atresia duodeni adalah suatu kondisi dimana duodenum
(bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang
dengan baik, sehingga tidak memungkinkan perjalanan
makanan
dari
lambung
ke
usus
(terganggu).
ETIOLOGI

Terjadi pada awal masa kehamilan (minggu ke-4 dan minggu
ke-5 )

Gangguan pembuluh darah

Banyak
terjadi
pada
bayi
prematur
PATOFISIOLOGI
Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi
endodermal yang tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi
proliferasinya) atau kegagalan rekanalisasi pita padat epithelial
(kegagalan proses vakuolisasi). Banyak peneliti telah menunjukkan
bahwa epitel duodenum berproliferasi dalam usia kehamilan 30-60
hari lalu akan terhubung ke lumen duodenal secara sempurna.
TANDA DAN GEJALA

Pembengkakan abdomen pada bagian atas

Muntah terus-menerus, meskipun bayi dipuasakan selama beberapa
jam

Tidak memproduksi urine setelah beberapa kali buang air kecil

Muntah banyak segera setelah lahir & berwarna hijau karena
empedu

Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar
PENATALAKSANAAN

Pemasangan tuba orogastrik untuk mendekompresi lambung

Memberikan cairan elektrolit melalui intravena (menngoreksi
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit)

Pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum perlu
dilakukan
MENINGOKEL
PENGERTIAN
Meningokel/ensefalokel ialah penonjolan bagian dari
otak melalui defek tulang karena kelainan kongenital.
PATOFISIOLOGI
belum diketahui dengan pasti, di duga terjadi
kegagalan
fusi digaris tengah dalam pembentukan
"neural tube“.
GEJALA KLINIS :

Benjolan yang ada sejak lahir dan cenderung membesar

Terletak di garis tengah, terutama di daerah naso fronto orbital.

Kistik, lunak :
Berhubungan dengan ruang intrakranial
• Ditekan mengempis, dilepas menonjol lagi.
• Bila mengejan atau manangis benjolan jadi lebih
tegang.
• Pulsasi
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang:

X ray foto kepala : untuk melihat deformitas

USG : untuk melihat isi benjolan dan kelainan hidrosefalus

CT Scan : untuk melihat kelainan kongenital lain yang menyertai seperti
anensefali,hidrosefalus dan melihat lokasi serta besarnya defek tulang.
PENATALAKSANAAN MEDIK:

Pembedahan, atas indikasi kosmetik dan mencegah herniasi bagian otak lebih
lanjut.

Macam:
• Transkranial Frontal/ Subfrontal : bila mungkin sesudah umur 1tahun.
• Ekstrakranial : sekitar umur 5 bulan

Pembedahan dikerjakan lebih dini bila :
• Ada kebocoran cairan otak.
• Cepat membesar.
• Perawatan sulit.
• Ada hidrosefalus
NEONATUS RESIKO TINGGI
DAN PENATALAKSANAANNYA
BBLR

Pengertian
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari
2.500 gram
KLASIFIKASI
BBLR berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari Lubchenko dibedakan atas :

Berat Lahir Sangat Rendah (BLSR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.500 gram,

Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BLASR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.000 gram
BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

Prematuritas murni, UK < 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan
(NKB- SMK).

Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term (NKB/KMK,
NCB/KMK, NLB/KMK)
KARAKTERISTIK BBLR

Berat kurang dari 2.500 gram

Panjang badan kurang dari 45 cm

Lingkar dada kurang dari 30 cm.

Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak



Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot
hipotonik- lemah.
Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar
40- 50 kali per menit.
Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN BBLR

Faktor lbu, penyakit, umur ibu, keadaan sosial ekonomi, sebab lain
(Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik)

Faktor janin, Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

Faktor lingkungan, tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat racun.
KOMPLIKASI PADA BAYI BBLR

Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempuma

Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna

Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak
lateral disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang
dapat menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik
MASALAH-MASALAH PADA BAYI BBLR

Suhu Tubuh
a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna
b. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah
c. Otot bayi masih lemah
d. Lemak kulit kurang sehingga cepat kehilangan panas badan
e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah

Pernafasan
a. Pusat pengatur pernafasan belum sempuma
b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna
c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah
d. Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paruparu, gagal pernafasan.

Alat pencernaan makanan
a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang baik
b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga
pengosongan lambung berkurang.
c. Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi
pneumonia.

Hepar yang belum matang (immatur)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi
hiperbilirubinemia (kuning) sampai kernikterus.

Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna
sehingga mudah terjadi edema.

Perdarahan dalam otak
a. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
b. Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi perdarahan
dalam otak.
c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan kematian.
d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi perdarahan dan
nekrosis.
PENANGANAN BBLR

Membersihkan jalan napas

Menjaga tubuh bayi tetap kering

Mempertahankan suhu ruangan dengan ketat

Mempertahankan suhu tubuh optimal (selimut hangat/inkubator)

Memenuhi kebutuhan nutrisi dan O2

Mencegah infeksi dengan ketat (cuci tangan, perawatan tali pusat)

Bila perlu pasang sonde lambung/NGT
ASFIKSIA NEONATUS
PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas
spontan dan teratur segera setelah lahir atau sesaat
setelah lahir
PATOFISIOLOGI

Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.

Pernafasan merupakan tanda vital pertama yang berhenti
ketika BBL kekurangan oksigen.

BBL < O2
napas cepat (rapid breathing)

Pada saat ini frekuensi jantung mulai menurun, namun
tekanan darah masih tetap bertahan.
Apneu

Jika kondisi tersebut berlangsung lama dan tidak dilakukan pertolongan
BBL, maka bayi akan melakukan usaha napas megap-megap yangdisebut
gasping sekunder kemudian masuk kedalam periode apnu sekunder.

Pada saat ini frekuensi jantung semakin menurun dan tekanan darah
semakin menurun dan dapat menyebabkan kematian jika bayi tidak segera
ditolong. Sehingga setiap menjumpai kasus dengan apnue harus dianggap
sebagai apnu sekunder dan segera dilakukan resusitasi.
ETIOLOGI / PENYEBAB ASFIKSIA


Faktor ibu

Preeklampsia dan eklampsia

Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

Partus lama atau partus macet

Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor Tali Pusat

Lilitan tali pusat

Tali pusat pendek

Simpul tali pusat


Prolapsus tali pusat

Infark plasenta

Hematom plasenta
Faktor Bayi

Bayi prematur

Persalinan sulit ( sungsang, bayi kembar, distosia bahu, forsep )

Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi

Air ketuban bercampur mekoneum
DIAGNOSIS

Anamnesa
 Penyulit
persalinan (perdarahan antepertum, lilitan
tali pusat, sungsang, Ekstraksi forsep, dll)
 Lahir
 Air
tidak bernafas/menangis
ketuban bercampur mekonium

Pemeriksaan fisik
 Bayi
tidak bernafas/megap-megap
 Denyut
 Kulit
jantung kurang dari 100x/menit
sianosis, pucat
 Tonus
otot menurun
 Untuk
penilaian asfiksia tidak perlu menunggu nilai
APGAR
Kategori Asfiksia
Kategori
Ringan / normal
Sedang
Berat
APGAR Score
7 – 10
4–6
1–3
Penatalaksanaan






Resusitasi segera setelah lahir
Pemberian oksigen yang adekuat
Pada asfiksia berat, pemasangan endotrakheal
tube.
Pada asidosis metabolik diberikan Natrium
bikarbonat
Cairan infus Dextrose 5% dan cairan elektrolit
Pemberian kortikosteroid dan phenobarbital.
HIPOTERMI
PENGERTIAN
Hipotermia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-
menerus terhadap dingin dan mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk memproduksi panas.
ETIOLOGI

Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan
sempurna.

Permukaan tubuh bayi relatif luas.

Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.

Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia
tidak kedinginan.
KLASIFIKASI

Suhu tubuh normal 36,5-37,5 ºC

hipotermia suhu < 36,5 ºC

Stress dingin 36,0-36,4 ºC

Hipotermia sedang 32,0 -35,9 ºC

Hipotermia berat < 32,0 ºC
TANDA DAN GEJALA

bayi menjadi letergis hipotanus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis
lemah.

Pernafasan megap-megap, lambat dan menangis lemah.

Timbul skrema kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung, tungkai dan lengan.

Muka bayi berwarna pucat.

terjadi perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus
dan kematian.
Tanda-tanda Hipotermia Sedang (Stress Dingin)

Aktivitas berkurang, letargis

Tangisan lemah.

Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata).

Kemampuan menghisap lemah.

Kaki teraba dingin.
Tanda-tanda Hipotermia Berat (Cedera Dingin)

Sama dengan hipotermia sedang.

Bibir dan kuku kebiruan.

Pernafasan lambat.

Pernafasan tidak teratur.

Bunyi jantung lambat.

Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.
MEKANISME KEHILANGAN PANAS

Konduksi : sentuhan

Radiasi : benda

Konveksi : udara

Evaporasi : penguapan
PENCEGAHAN HIPOTERMI

Ibu melahirkan bayi diruangan yang hangat.

Segera mengeringkan tubuh bayi baru lahir.

Segera letakkan bayi di dada ibu, kontak langsung kulit
dan bayi

Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh
stabil.
TINDAKAN PADA HIPOTERMIA
Hipotermia sedang

Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat

Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru

Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi tubuh bayi menjadi hangat

Cegah bayi kehilangan panas.

Beri ASI sedini mungkin,

Setelah tubuh bayi menjadi hangat, nasehati ibu cara merawat bayi di rumah


Pencegahan hipotermia.

menyusui secara eksklusif.

Pencegahan infeksi.
Anjurkan ibu kontrol bayinva setalah 2 hari.
Hipotermia berat

Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat.

Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru

Bila selimut mulai dingin segera ganti dengan yang hangat.

Cegah bayi kehilangan panas dengan:

Memberi tutup kepala / topi bayi.

Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan
hangat.

Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan.

Segera rujuk ke rumah sakit terdekat.
HIPERTERMI
PENGERTIAN

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan
dengan ke tidak kemampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
ETIOLOGI

Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan
dengan trauma lahir dan obat-obatan

Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa.

Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat
peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu
febris.

Latihan / gerakan yang berlebihan.
GEJALA

Febris
: 37,3 – 38°C

Hipertermia

Frekuensi pernafasan bayi agak cepat > 60 x/menit.

Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgar kulit
: 39 – 40o C
jelek, air kemih berkurang.

Antisipasi terjadi kejang. .
PENANGANAN

Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu
kamar seputar 26°C- 28°C

Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu bayi
normal (jangan menggunakan es atau alcohol)

Berikan cairan secara intravena untuk mengatasi dehidrasi

Antibiotic diberikan apabila ada infeksi
KOMPLIKASI

Kejang
TERIMA KASIH
Download