Dampak Fisik, Ekonomi, Sosial Budaya terhadap

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA
BAHARI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN, SOSIAL,
DAN EKONOMI MASYARAKAT
AFIEFAH MUTHAHHARAH
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul
“Dampak Pengembangan Kawasan Pariwisata Bahari terhadap Kondisi
Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi Masyarakat” benar-benar hasil karya saya
sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi
atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan
dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, Desember 2014
Afiefah Muthahharah
NIM. I34110120
ii
ABSTRAK
AFIEFAH MUTHAHHARAH Dampak Pengembangan Kawasan Pariwisata
Bahari terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi Masyarakat. Di bawah
bimbingan SOERYO ADIWIBOWO.
Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan
andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dilihat dari segi
positifnya, dengan berkembanganya sebuah kawasan pariwisata yang dirasakan
oleh masyarakat di sekitar objek wisata adalah suatu keuntungan, terutama dari
segi materi; yaitu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar objek
wisata. Keberadaan kawasan pariwisata memberikan dampak positif sekaligus
dampak negatif bagi hubungan interaksi manusia dengan lingkungan dan kondisi
sosial ekonomi masyarakat. Peningkatan jumlah kunjungan wisata ini
memberikan dampak terhadap tiga aspek lingkungan hidup suatu kawasan
pariwisata. Kajian tiga aspek dampak tersebut diantaranya mengacu pada aspek
kondisi lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, dan lingkungan fisik kawasan
pariwisata yang secara tidak langsung dampak tersebut ikut berpengaruh pada
peningkatan ataupun penurunan kunjungan suatu kawasan pariwisata.
Kata kunci : pariwisata, lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, dan lingkungan
fisik
ABSTRACT
AFIEFAH MUTHAHHARAH Impact of Tourism Development Against
Environment condition, Social, and Economic in Coastal Area Community.
Supervied by of SOERYO ADIWIBOWO.
Tourism has become one of the largest industries in the world, and are the
mainstay in generating foreign exchange in many countries. Judging from the
positive side, eveolved a tourist area that is felt by the people in the surrounding
attractions is an advantage, especially in terms of the material; which can
increase the income of the people surrounding attractions. The existence of a
positive impact on tourism region at the same negative impact on the relationship
of human interaction with the environment and socio-economic conditions. An
increasing number of tourist visits have had an impact on the three aspects of the
environment of a tourism region. Study the effects of three aspects of which refers
to the economic aspects of the environment, social environment, and the physical
environment of tourism region that indirectly impact is taken into effect on the
increase or decrease in visits a tourism region.
Keyword : tourism, environment, social condition, and economic condition
iii
DAMPAK PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA BAHARI
TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI
MASYARAKAT
Oleh
AFIEFAH MUTHAHHARAH
I34110120
Laporan Studi Pustaka
Sebagai syarat kelulusan KPM 403
Pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Afiefah Muthahharah
Nomor Pokok
: I34110120
Judul
: Dampak Pengembangan Kawasan Pariwisata Bahari
terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi
Masyarakat
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403)
pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan : ______________
v
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Studi Pustaka yang berjudul “ Dampak
Pengembangan Kawasan Pariwisata terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan
Ekonomi Masyarakat” ini dengan baik. Penulisan Laporan Studi Pustaka ini
ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403), pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, terima kasih
penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS selaku
pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan
hingga penyelesaian Laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan
hormat dan terima kasih kepada Ibu Restu Senayangsih dan Bapak Abdul Rosyid
selaku orang tua yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan doa yang
sangat bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan Studi Pustaka ini. Selain
itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman suka duka dan
seperjuangan, Soraya Feruzia, Siska Ermalia, Radha Santunnia, Dwi
Setyaningsih, Herolina Intan, Versa Hekmatyar, MGS Herman, Keluarga Citra
Islami dan seluruh rekan-rekan yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil dalam proses penyelesaian Laporan Studi Pustaka ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada mahasiswa Departemen SKPM
seluruh angkatan, khususnya angkatan 48, yang selalu menemani dalam proses
perkuliahan selama beberpa tahun ini dan memberikan pelajaran bermanfaat
kepada penulis.
Semoga Laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Desember 2014
Afiefah Muthahharah
NIM. I34110120
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ viii
Latar Belakang
1
Tujuan Tulisan
1
Metode Penulisan
2
Kegunaan Penulisan
2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ......................................................... 3
Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Lingkungan Pengembangan Desa
Wisata Jatiluwih Tabanan
3
Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran
5
Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di
Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara
8
Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu di Kepulauan Seribu
10
Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat
di Pulau Tidung
12
Dampak Negatif Perkembangan Pariwisata Terhadap Lingkungan Fisik
Pesisir. Studi Kasus: Pantai Pangandaran
14
Model Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif Pembangunan Berkelanjutan
16
Dampak Pariwisata Terhadap Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Pelaku
Usaha di Kawasan Wisata Pantai Natsepa, Pulau Ambon
18
Dampak Event Pariwisata di Taman Nasional Kepulauan Seribu DKI Jakarta
20
Dampak Fisik, Ekonomi, Sosial Budaya terhadap Pembangunan Pariwisata di
Desa Serangan Denpasar Bali
22
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 24
Pariwisata
24
Dampak Pariwisata
25
Daya Tarik Wisata
26
Tingkat Kesejahteraan
27
Potensi Keberlanjutan Pariwisata
28
vii
SIMPULAN ...........................................................................................................29
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
29
Usulan Kerangka Analisis Baru
30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................33
LAMPIRAN ...........................................................................................................34
Riwayat Hidup .......................................................................................................34
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Usulan kerangka analisis baru
32
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan
merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara.
Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu
yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan
suasana, atau untuk mendapat perjalanan baru (Robinson, 1976: Murphy, 1985).
Dilihat dari segi positifnya, dengan berkembanganya sebuah kawasan
pariwisata yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar objek wisata adalah suatu
keuntungan, terutama dari segi materi; yaitu dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar objek wisata. Keuntungan yang lain dengan berkembangnya
objek pariwisata adalah dibangunnya sarana-sarana yamg memudahkan menuju
lokasi wisata, misalnya trasnportasi, penginapan, kios-kios cinderamata dan lain
sebagainya. Selain itu, masyarakat sekitar juga akan terbuka wawasannya tentang
dunia luar, karena interaksi yang berlangsung antara penduduk setempat dengan
para wisatawan asing ataupun domestik.
Industri pariwisata merupakan salah satu sarana yang tepat dalam
meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global.
Pariwisata mempunyai dampak dan manfaat yang banyak, di antaranya selain
menghasilkan devisa negara dan memperluas lapangan kerja, sektor pariwisata
bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan mengembangkan budaya lokal.
Salah satu jenis wisata yang berkembang di Indonesia adalah jenis wisata bahari.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas
ribuan pulau besar dan kecil, seluruhnya mencakup 17.508 pulau dengan garis
pantai lebih dari 81.000 km serta memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan
yang sangat besar (Bengen, 2002).
Pariwisata juga merupakan industri yang kelangsungan hidupnya sangat
ditentukan oleh baik-buruknya lingkungan. Karena itu pengembangan pariwisata
haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri
pariwisata lingkungan itulah yang sebenarnya dijual.
Keberadaan kawasan pariwisata memberikan dampak positif sekaligus
dampak negatif bagi hubungan interaksi manusia dengan lingkungan dan kondisi
sosial ekonomi masyarakat. Interaksi yang muncul ini ditimbulkan karena adanya
kunjungan wisata ke kawasan pariwisata yang semakin besar. Peningkatan jumlah
kunjungan wisata ini memberikan dampak terhadap tiga aspek lingkungan hidup
suatu kawasan pariwisata. Kajian tiga aspek dampak tersebut diantaranya
mengacu pada aspek kondisi lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, dan
lingkungan fisik kawasan pariwisata yang secara tidak langsung dampak tersebut
ikut berpengaruh pada peningkatan ataupun penurunan kunjungan suatu kawasan
pariwisata.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan studi
pustaka ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
2
kunjungan wisata dan untuk mengetahui bagaimana dampak kunjungan wisata
terhadap kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat di kawasan
pariwisata.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini
adalah melalui penelusuran data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber,
seperti jurnal artikel, monograph, skripsi, tesis, serta berbagai laporan dan hasil
penelitian ilmiah lainnya. Data sekunder yang digunakan disesuaikan dengan
topik utama yang dibahas dalam studi pustaka ini, yakni mengenai dampak
kawasan pariwisata bahari yang berfokus pada kondisi lingkungan, sosial, dan
ekonomi masyarakat. Data sekunder akan diringkas dan dilakukan analisis dan
sintesis terhadap hasil ringkasan (ikhtisar). Berdasarkan hasil analisis dan sintesis,
maka disusunlah kerangka pemikiran dan perumusan masalah untuk penelitian
selanjutnya.
Kegunaan Penulisan
Bagi penulis, penulisan studi pustaka ini berguna sebagai landasan awal
dalam penelitian selanjutnya untuk keperluan skripsi. Bagi kalangan akademisi,
studi pustaka ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk keperluan studistudi terkait. Bagi kalangan umum, studi pustaka ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan khasanah pengetahuan, serta memberi informasi yang bermanfaat.
3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
:
Tahun
:
Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Lingkungan
Pengembangan Desa Wisata Jatiluwih Tabanan
2006
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
I Nengah Subadra
Nama Jurnal
:
Jurnal Manajemen Pariwisata
Volume (edisi)
halaman
:
Vol. 5 No 1 Juni 2006
Alamat URL
:
http://jurnal.triatmamulya.ac.id/index.php/JMPII/article/view/1
1
23 November 2014
1. Judul
Tanggal diunduh :
dff
R
Ringkasan
Pariwisata merupakan industri non migas yang dijadikan sebagai sektor
andalan (leading sector) dalam menghasilkan devisa di beberapa negara di dunia
seperti: Amerika, Australia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Dalam
kegiatannya, industri pariwisata melibatkan beberapa sektor seperti: sektor
ekonomi, sosial, budaya, politik, keamanan dan lingkungan yang secara bersaasama menghasilkan produk pelayanan jasa kepariwisataan. Tiga potensi
pariwisata yang ada di Bali seperti keindahan alam, keunikan budaya, dan
masyarakat yang ramah telah menjadikan daerah ini sebagai salah satu daerah
tujuan wisata internasional yang sangat terkenal di dunia. Sektor kepariwisataan
telah menjadi motor penggerak perekonomian dan pembangunan di Bali sejak
tahun 1970-an. Untuk menjaga keberlanjutan pariwisata di Bali, pembangunan
pariwisata di Bali selalu berdasarkan pada penerapan konsep Tri Hita Karana.
Konsep ini bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan antara manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam.
Diharapkan dengan keharmonisan ini, manusia (orang yang tinggal di Bali) dapat
4
memperoleh kesejahteraan, kemakmuran, kebahagiaan, dan kedamaian dalam
hidupnya (Darmayuda, dkk. 1991: 6-8).
Sehubungan dengan pesatnya perkembangan pariwisata di Bali, pola
pembangunan berkelanjutan tersebut sangat cocok diterapkan dalam
pengembangan pariwisata di Bali. Ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan
pariwisata yang ada sekarang ini kepada generasi yang akan datang. Salah satu
upaya penerapan pola pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah dengan
pemilihan percontohan Desa Wisata sebagai lokasi penelitian. Metode
pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Alat yang digunakan berupa kuisioner, alat perekam gambar dan
suara. Analisis data yang digunakan menggunakan pendekatan analisis kualitatif
deskriptif. Data yang terkumpul dianalisis dengan model kualitatif alur, yaitu
reduksi data, verifikasi data dan penyajian data.
Pembangunan pariwisata di Objek Desa Wisata Jatiluwih difokuskan pada
keberlanjutan tiga aspek utama yaitu; ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Jatiluwih belum
memberikan manfaat ekonomi secara langsung dan merata kepada masyarakat
lokal karena hanya sebagian kecil masyarakat lokal bekerja di sektor pariwisata
seperti; akomodasi, cafe dan restoran. Tetapi secara tidak langsung masyarakat
lokal telah mendapatkan manfaat ekonomi, manfaat ini diperoleh melalui Desa
Dinas atau Desa Adat dimana mereka berada. Pembagian pendapatan yang
didapat dari tiket masuk dibagi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Tabanan. Kendala yang dialami adalah banyaknya gerbang masuk menuju objek
wisata, karena jalan yang melintas di objek wisata merupakan jalan umum yang
bisa dilewati oleh setiap orang tanpa harus membayar tiket masuk. Ditemukan
juga bahwa hanya sedikit usaha perekonomian masyarakat lokal yang
berhubungan dengan industri pariwisata. Warung-warung yang ada disekitar
daerah objek wisata hanya diperuntukkan bagi masyarakat lokal dan wisatawan
domestik, bukan untuk wisatawan mancanegara.
Kehidupan sosial-budaya masyarakat di Desa Wisata Jatiluwih masih
sangat kental, dibuktikan masih antusiasnya masyarakat lokal untuk melakukan
berbagai macam upacara keagamaan. Masyarakat lokal tidak mempermasalahkan
apabila tempat suci (pura) yang ada di kawasan wisata juga dijadikan objek wisata
sejauh masih memenuhi atau sesuai dengan peraturan (awig-awig) yang berlaku.
Pada dasarnya masyarakat lokal menerima dengan baik dan merasa bangga
dengan desanya dijadikan sebagai salah satu Desa Wisata di Bali. Pembangunan
Desa Wisata juga memberikan peluang kerja kepada beberapa masyarakat lokal
yang berkompetensi dalam bidang kepariwisataan.
Pembangunan pariwisata di Desa Wisata Jatiluwih tidak mengakibatkan
dampak-dampak negatif terhadap lingkungan dan penurunan kualitas tanah atau
lahan pertanian baik lahan perladangan maupun persawahan. Kelestarian hutannya
masih tetap terjaga dengan baik. Masyarakat secara bersama-sama dan sepakat
untuk melestarikan hutannya dan tanpa harus bergantung terhadap hutan tersebut.
Pada dasarnya masyarakat lokal telah sadar terhadap perlunya pelestarian hutan
5
karena itu merupakan daerah resapan air yang bisa dipergunakan untuk
kepentingan hidupnya maupun makhluk hidup yang lainnya.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Jatiluwih belum
sepenuhnya memenuhi aspek-aspek pola pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Dua aspek berkelanjutan yaitu aspek sosial-budaya dan lingkungan telah
terpenuhi. Kehidupan sosial budaya khususnya pertanian, gotong royong, dan
kegiatan-kegiatan keagamaan masih tetap terjaga kelestariannya walaupun tempat
ini banyak dikunjungi wisatawan. Sedangkan aspek pemberian manfaat ekonomi
kepada masyarakat lokal belum terpenuhi karena kurangnya peran serta
masyarakat dalam proses perencanaan, pembangunan, pelestarian dan penilaian
terhadap pembangunan pariwisata di Desa Wisata Jatiluwih.
Analisis
Penelitian ini menjelaskan mengenai dampak dari pengembangan desa
wisata terhadap kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan masyarakat
setempat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa setelah adanya pembangunan
pariwisata di Desa Jatiluwuh banyak menimbulkan dampak positif, seperti
terbukanya banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Selain itu kondisi sosial
budaya masyarakat masih sangat kental dalam mengikuti berbagai macam
upacara keagamaan. Namun, kurang disebutkan dampak negatif yang terjadi,
seperti tidak adanya dampak negatif bagi lingkungan pariwisata. Hal ini bertolak
belakang dengan penelitian dari Putu Agus Prayogi, yang menyebutkan dampak
negatif dari berkembangnya suatu kawasan wisata, misalnya timbulnya onggokan
sampah akibat aktivitas wisatawan yang bersinggungan langsung dengan
lingkungan Desa Wisata
2.
2
Judul
:
Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata
Penglipuran
Tahun
:
2011
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
Putu Agus Prayogi
Nama Jurnal
:
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata
Volume (edisi)
halaman
:
Vol. 1 No. 1 Hal. 64
Alamat URL
:
www.triatmajaya.triatma-mapindo.ac.id/.../journals/
Tanggal
:
23 November 2014
diunduh
6
Ringkasan
Bali memiliki beragam potensi budaya dan alam yang dapat dijadikan
sebagai modal untuk mengembangkan kepariwisataannya. Keberhasilan Bali
dalam menarik wisatawan untuk berkunjung ke Bali telah banyak memberi
manfaat kepada masyarakat, melalui penciptaan lapangan kerja, mendorong
ekspor hasil-hasil industri, kerajinan serta sebagai sumber devisa daerah, bahkan
dalam beberapa dasa warsa sektor pariwisata telah mampu menjadi generator
penggerak perekonomian daerah Bali. Salah satu kabupaten di Bali yang menciba
mengembangkan potensi wisata yang dimilikinya adalah Kabupaten Bangli.
didalam perkembangannya sebagai salah satu objek wisata di Kabupaten Bangli,
pengembangan pariwisata di Desa Penglipuran telah memberikan manfaat bagi
masyarakat setempat. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor pariwisata sebagai
salah satu sumber penghasilan bagi Masyarakat Desa Penglipuran.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa
data primer yang berasal langsung dari objek penelitian dan data sekunder yang
diperoleh melalui dokumentasi seperti buku-buku literatur. desa Adat Penglipuran
memilki beberapa potensi diantaranya; Pura Keben yang meruapakan salah satu
tujuan objek wisata, potensi budaya yang dimilki yaitu Desa Penglipuran masih
menggunakan konsep Tri Mandala, aktivitas seni yang masih dijalankan oleh
penduduk desa, pelaksanaan upacara keagamaan sebagai warisan masyarakat
agraris religius.
Dampak yang ditimbulkan oleh pengembangan pariwisata Desa Adat
Penglipuran diantaranya:
1. Lingkungan Fisik
Dampak positif : kegiatan pelestarian yang dilkaukan seperti penanaman
pohon di sekitar Sungai Sungsang yang bertujuan agar keindahan alam
yang dimilki oleh Desa Penglipuran tetap terjaga, dan masih menjadi daya
tarik bagi wisatawan.
Dampak negatif : akibat kontak langsung antara wisatawan dengan
lingkungan alami seperti Hutan Bambu yang berdampak pada timbulnya
onggokan sampah di dalam lingkungan Hutan Bambu tersebut.
2. Kehidupan Sosial dan Budaya
Dampak positif : diadakannya pelatihan tari oleh masyarakat desa sebagai
wujud kegiatan pelestarian budaya. Selain itu, pelestarian terhadap
bangunan tradisional seperti perbaikan secara kontinyu tetap dilakukan
oleh masyarakat. munculnya sentra-sentra kerajinan yang ditimbulkan
dengan adanya perkembangan pariwisata.
Dampak negatif : kehidupan sosial yang sebelumny aterjaga dengan baik
mulai cenderung mengarah kedalam kehidupan yang lebih individualistis,
hal ini terlihat dari tingginya intensitas kerja masyarakat. Orientasi
7
masyarakat sekarang ini cenderung kearah peningkatan perekonomian
keluarga. Hal ini mendorong terjadinya komersialisasi budaya lokal yang
mereka miliki. Tarian yang sebelumnya disakralkan mulai dipertontonkan
kepada wisatwan, yang tanpa disadari berakibat terjadinya komodifikasi
budaya yang mereka miliki.
3. Ekonomi Masyarakat
Dampak positif : Desa Wisata membuka peluang usaha bagi masyarakat
sebagai penyedia kebutuhan bagi wisatawan. Selain pemasukan berupa
hasil penjualan cinderamata, Masyarakat Desa Penglipuran juga
memperoleh masukan dari retribusi yang dibayarkan oleh wisatawan saat
memasuki objek wisata.
Dampak negatif : belum meratanya pendapatan masyarakat yang
menimbulkan kecemburuan sosial dikalangan masyarakat setempat.
Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
dampak negatif adalah; melalui pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dibidang pelayanan jasa pariwisata,
seperti kemampuan berbahasa asing. Kesadaran masyarakat akan pentingnya
pelestarian alam dan budaya juga perlu ditingkatkan, karena pariwisata tidak
hanya untuk mengeksploitasi segala potensi yang dimiliki oleh suatu daerah
untuk dijadikan produk ataupun daya tarik wisata, namun kita juga wajib untuk
menjaga kelestarian alam dan budaya tersebut. Selain itu, keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata perlu ditingkatkan, hal ini
bertujuan agar masyarakat Desa Penglipuran dapat meningkatkan rasa
memiliki untuk menjaga segala potensi yang mereka miliki.
Analisis
Penelitian ini menjelaskan mengenai dampak yang timbulkan dari
perkembangan pariwisata terhadap objek wisata. Penelitian ini menunjukkan
bahwa setiap aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan memiliki dampak positif
dan dampak negatif bagi kehidupan dan lingkungan masyarakat setempat.
Secara substantif, penelitian ini sangat jelas menjelaskan bagaimana proses
perkembangan suatu wilayah yang awalnya bukan kawasan wisata kini
menjadi kawasan wisata, serta aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi dan
dipengaruhi dari perkembangan suatu kawasan wisata. Penelitian ini juga
memberikan solusi apa saja yang harus dilakukan untuk menanggulangi
dampak negatif bagi masyarakat, agar kawasan wisata bisa tetap mempunyai
daya tarik wisata.
8
3
3.
Judul
:
Tahun
:
Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Masyarakat di Gili Trawangan Kecamatan Pemenang
Kabupaten Lombok Utara
2011
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
Irianto
Nama Jurnal
:
Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan
Volume (edisi)
halaman
:
Vol. 7 No. 3 November 2011
Alamat URL
:
suryo.webs.com/proposal%20seminar.docx
Tanggal
diunduh
:
24 November 2014
dff
R
Ringkasan
Pulau Lombok merupakan pulau yang memiliki banyak daerah wisata
yang banyak dikunjungi oleh para wisatwan baik itu wisatawan lokal maupun
wisatwan asing. Pulau Lombok dikenal sebagai daerah yang memiliki keindahan
pantainya dan pulau kecilnya oleh para wisatawan, keberadaan daerah wisata ini
memberikan pengaruh bagi masyarakat sekitar baik itu pengaruh positf maupun
negatif. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif melalui wawancara bertahap dan
mendalam serta observasi partisipasi.
Masyarakat yang ada di sekitar kawasan Gili Trawangan sebagian besar
penganut agama Islam, sebagian besar mata pencaharian masyarakat yang
dulunya sebgai nelayan sekarang beralih menjadi pedagang dengan membuka
warung kecil dipinggir pantai. Disekeliling pantai Gili Trawangan hampir seluruh
kawasan di pinggir pantai dibangun hotel, cafe, tempat hiburan dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan secara langsung, kondisi sosial masyarakat disana telah
9
terjadi akulturasi budaya lokal dengan budaya asing, misalnya dari yang awalnya
masyarakat sekitar menggunakan sarung sebagai pakaian sehari-hari mereka kini
sudah menggunakan pakaian layaknya para turis. Merosotnya nilai-nilai
kegotongroyongan masyarakat sekitar, dengan adanya kegiatan pariwisata ini
membuat penduduk menjadi egois sehingga nilai-nilai kekeluargaan antara
penduduk sekitar berkurang.
Gili Trawangan yang dijadikan sebagai salah satu daerah wisata di
Lombok Utara ini menjadikan penghasilan Pemda setempat meningkat. Tidak
hanya Pemda yang diuntungkan, tetapi pendapatan masyarakat setempat juga
meningkat. Hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa,
keuntungan yang diperoleh dari seorang pedagang juice rata-rata sebesar Rp.
500.000,00 per hari dari modal sebesar Rp. 100.000,00. Bahkan pada tahun baru
bisa mencapai Rp. 2.500.000,00, pendapatan ini bisa dikatakan cukup tinggi
sehingga dari pendapatan yang diperoleh dia katakan bisa untuk membuat rumah
yang layak dan bisa menabung.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah, kegiatan pariwisata ini
memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar, pengaruh positif dapat dilihat
dari meningkatnya pendapatan masyarakat setempat dan membuat pendapatan
PEMDA meningkat sehingga daerah wisata ini perlu dijaga kelestarian dan
keindahannya untuk lebih menarik para wisatawan khususnya para wisatawan
asing. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah melunturnya nilai-nilai budaya
masyarakat yang cenderung meniru perilaku wisatawan asing yang sebenarnya
tidak sesuai nilai-nilai budaya setempat.
Analisis
Penelitian ini menjelaskan mengenai dampak yang ditimbulkan dari
sebuah kawasan wisata terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Dijelaskan bahwa dengan adanya kawasan wisata di daerah Gili Trawangan,
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat banyak mengalami perubahan, seperti;
meningkatkan pendapatan masyarakat, melunturnya nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat sejak datangnya wisatawan asing. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara dan observasi sudah dijelaskan secara rinci dan
terdapat bukti hasil wawancara dari responden.
10
4. Judul
:
Tahun
:
Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu di Kepulauan
Seribu
2013
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
Abdul Razak
Nama Jurnal
:
Jurnal Teknik POMITS
Volume (edisi)
halaman
:
Vol. 2 No. 2
Alamat URL
:
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/2461/0
Tanggal
:
23 November 2014
diunduh
Ringkasan
Kepulauan Seribu memiliki tiga jenis wisata yang menjadi daya tarik
dalam merespon motivasi wisatawan untuk datang. Ketiga jenis wisata ini adalah
wisata pantai (pulau wisata umum) berjumlah 45 pulau, wisata cagar alam
berjumlah dua pulau dan wisata sejarah berjumlah empat pulau. Pelupessy
menyatakan pengembangan wisata terpadu ialah pengembangan kawasan wisata
yang memperhitungkan pusat-pusat kegiatan wisatawan, karakteristik dari objek
wisata dan mempunyai keterkaitan dengan sirkuit atau jalur wisata, dalam hal ini
bila dikaitkan dengan potensi wisata di Kepulauan Seribu memiliki kesamaan
yaitu beragamnya potensi wisata yang ada dan letaknya yang tersebar dpat
dikembangkan dengan konsep pengembangan wisata terpadu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
rasionalisme yang bersumber pada teori dan kebenaran empirik, menggunakan
pendekatan deskriptif dan prekristif.
Berikut potensi yang dapat dimanfaatkan di Kepulauan Seribu:
A. Pulau Wisata Alam (Bahari)
Pulau wisata yang memiliki potensi wisata bahari terletak pada seluruh
pulau di Kepulauan Seribu, pada masing-masing pulau memiliki potensi
yang berbeda-beda karena lokasinya yang berbeda. Potensi dari pulau-
11
pulau yang memiliki potensi wisata bahari menjadikan kawasan ini
menjadi kegiatan wisata utama dalam pengembangan kawasan wisata
terpadu di Kepualau Seribu. Diantaranya; Pulau Untung Jawa, Pulau
Pramuka, Pulau Tidung, Pulau Harapan.
B. Pulau Wisata Sejarah dan Arkeologi
Daya tarik wisata budaya ini dilihat dari peninggalan-peninggalan Belanda
pada saat kemerdakaan Indonesia. Potensi dari pulau-pulau yang memiliki
potensi wisata sejaran dan pendidikan menjadikan kawasan ini menjadi
kegiatan wisata pendukung dalam pengembangan kawasan wisata terpadu
di Kepulauan Seribu. Diantaranya; Pulau Ornust, Pulau Cipir, Pulau Kelor,
Pulau Bidadari.
C. Pulau Cagar Alam
Penggunaan pulau ini sebagai pulau konservasi menjadikan kegiatan di
pulau ini menjadi wisata terbatas, sehingga harus memiliki ijin apabila
ingin menuju pulau ini. Diantaranya; Pulau Rambut, Pulau Bokor.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata
terpadu agar faktor-faktor ini dapat digunakan dalam proses pengembangan
pariwisata di Kepulaaun Seribu. yaitu, (a) kemudahan aksesibilitas, (b)
peningkatan kelengkapan fasilitas pendukung pariwisata, (c) penentuan kawasan
yang dijadikan zona pendukung pariwisata, (d) penentuan kegiatan wisata
andalan, wisata pendukung dan wisata penunjang, (e) menjadikan pulau-pulau
pemukiman menjadi kawasan inti dalam pengembangan pariwisata di Kepulauan
Seribu.
Berdasarkan hasil analisa, pengembangan pariwisata terpadu di Kepulauan
Seribu sangat terkait dengan pembagian pusat-pusat kegiatan. Terdapat beberapa
pembagian zona, yaitu zona inti yang terdiri dari pulau-pulau dengan kegiatan
wisata alam (snorkeling, diving) serta kegiatan rekreasi yang menjadi kegiatan
wisata utama dan pendukung, sedangkan kegiatan wisata konservasi merupakan
wisata penunjang. Zona pendukung yang merupakan pusat akomodasi terletak
pada Pulau Untung Jawa dan Pulau Pramuka.
Analisis
Penelitian ini sudah menjelaskan dengan rinci mengenai potensi apa saja
yang dapat dimanfaatkan di Kepulauan Seribu. Metode analisis yang digunakan
sudah mencukupi, melalui pendekatan rasionalisme dengan menggunakan metode
pendekatan deskriptif dan perspektif, sehingga memungkinkan untuk kemudahan
dalam pelaksanannya. Namun, belum dijelaskan lebih rinci terkait pola
pengembangan kawasan wisata yang sesuai untuk diterapkan di Kepulauan
Seribu, hanya disebutkan faktor-faktor yang dapat digunakan untuk
mengembangkan suatu kawasan wisata.
12
5. Judul
:
Tahun
:
Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap
Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung
2013
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
Achadiat Dritasto
Nama Jurnal
:
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
Volume (edisi)
halaman
:
Vol. XX, No. X
Alamat URL
:
http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaloka/article/view/102
Tanggal
diunduh
:
24 November 2014
Ringkasan
Salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang berkembang ke arah pariwisata
bahari adalah Pulau Tidung. Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang setiap
tahunnya mendorong masyarakat lokal yang berada di Pulau Tidung untuk terkait
dalam kegiatan wisata. Wisatawan yang datang sangat berpengaruh terhadap
pendapatan masyarakat sekitar lokasi wisata. Seiring berkembangnya kegiatan
wisata yang ada di Pulau Tidung, banyak wisatawan domestik dan mancanegara
yang datang untuk menikmati keindahan panorama laut yang ada.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang diolah secara
kuantitatif maupun kualitatif, yang diperoleh dengan cara pengamatan dan
wawancara langsung kepada responden. Karakteristik sosial ekonomi wisatawan
dilihat dari umur, pendidikan terakhir, jensi pekerjaan, pendapatan per bulan, asal
daerah, cara kedatangan wisatawan, dan jumlah rombongan. Sebanyak 98% unit
usaha yang ada di Pulau Tidung merupakan penduduk asli yang ikut
memanfaatkan peluang usaha seiring berkembangnya kegiatan wisata di Pulau
Tidung. Jenis usaha yang dimiliki masyarakat yang ada di Pulau Tidung,
diantaranya adalah sebanyak 64% memiliki usaha jasa penginapan, 11% memiliki
13
usaha kios warung, 6% memiliki usaha jasa catering, 5% memiliki usaha warung
makan, 4% memiliki usaha penyewaan alat, 3% memiliki usaha pemandu wisata,
2% memiliki usaha transportasi kapal, dan 1% memiliki usaha souvenir.
Pulau Tidung adalah salah satu pulau yang dalam mengembangkan daerah
wisatanya hanya melibatkan masyarakat dan pemerintah hanya bertugas sebagai
pengawas. Seluruh tenaga kerja yang terkait dalam kegaiatn wisata ini adalah
penduduk atau warga asli Pulau Tidung. Manfaat yang dapat dirasakan oleh
tenaga kerja lokal dengan semakin berkembangnya kegiatan wisata di Pulau
Tidung adalah peningkatan pendapatan dan peningkatan lapangan pekerjaan.
Dampak yang muncul yaitu dampak ekonomi yang bersifat langsung dan tidak
langsung.

Dampak Ekonomi Langsung
Berasal dari aktivitas ekonomi yang terjadi antara wisatawan dengan
masyarakat lokal yang memiliki unit usaha di lokasi wistaa tersebut.
Keberadaan unit usaha di suatu lokasi wisata membantu para wistawan
untuk memenuhi kebutuhan mereka selama melakukan kegiatan wisata.

Dampak Ekonomi Tidak Langsung
Berasal dari tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di
Pulau Tidung. Sebagian besar pengeluaran unit usaha digunakan untuk
biaya operasional unit usaha yaitu untuk pembelian bahan baku,
pemeliharaan alat, upah tenaga kerja dan lainnya.

Dampak Ekonomi Lanjutan
Dampak ekonomi yang diperoleh berdasarkan pengeluaran yang
dikeluarkan oleh tenaga kerja lokal yang berada di Pulau Tidung. Jenis
pengeluaran yang dikeluarkan antara lain digunakan untuk biaya
konsumsi, biaya sekolah anak, biaya listrik. biaya kebutuhan sehari-hari,
biaya transportasi, dan lainnya.
Kesimpulannya, secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung
telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang
dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya
perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin
banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa
pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha.
Analisis
Penelitian ini menjelaskan mengenai dampak ekonomi yang diberikan dari
kawasan wisata Pulau Tidung kepada masyarakat. Penelitian ini menunjukkan
korelasi positif, ditunjukkan melalui data yang dicantumkan bahwa dengan
14
semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak
peningkatan ekonomi yang lebih banyak kepada masyarakat.
6. Judul
:
Tahun
:
Dampak Negatif Perkembangan Pariwisata Terhadap
Lingkungan Fisik Pesisir. Studi Kasus: Pantai Pangandaran
2010
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
Renna Lestyono
Nama Jurnal
:
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK
Volume (edisi)
halaman
:
Vol. 2, No. 2
Alamat URL
:
http://sappk.itb.ac.id/jpwk2/wpcontent/uploads/2013/07/V2N2-Dampak-NegatifPerkembangan-Pariwisata-Terhadap-Lingkungan-FisikPesisir.pdf
Tanggal
:
24 November 2014
diunduh
Ringkasan
Secara global pariwisata dipandang sebagai salah satu sektor yang terus
meningkat kontribusinya terhadap pendapatan negara. Seiring dengan terus
berkembangnya pariwisata, terjadilah perubahan pada komponen lingkungan
sebagai penyangganya. Menurut Inskeep (1991) pengembangan pariwisata
menimbulkan 2 tipe dampak, dampak tersebut dapat berupa dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak positif dapat berupa konservasi kawasan alam,
konservasi lokasi sejarah dan arkeologi serta bentukan khas, peningkatan kualitas
lingkungan, peningkatan infrastruktur, peningkatan kesadaran lingkungan.
Sedangkan dampak negatifnya dapat berupa polusi air, polusi udara, polusi suara,
15
polusi pemandangan, masalah pengolahan limbah, penurunan ekologi, bencana
lingkungan, serta permasalahan guna lahan.
Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus.
Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui pengamatan dan
pencatatan langsung yaitu berupa observasi lapangan dan wawancara. Sedangkan
data sekunder yang digunakan diperoleh melalui data pendukung penelitian
berupa hasil laporan kegiatan, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, dan data
penunjang lainnya.
Perkembangan pariwisata yang ada di Kawasan Wisata Pangandaran dapat
dilihat dari data komponen-komponen pariwisata, yaitu jumlah kedatangan
wisatawan, jumlah akomodasi, dan jumlah rumah makan yang ada. Dilihat dari 3
komponennya, perkembangan pariwisata di Pangandaran mengalami kemunduran
akibat adanya bencana alam berupa tsunami. Seiring dengan meningkatnya
jumlah wisatawan setelah tsunami sebesar 38,89% pada tahun 2006,
pembangunan fasilitas pendukung pariwisata pun ikut berkembang.
Kawasan wisata Pangandaran saat ini memiliki kondisi visual yang kurang
baik, sebagai sebuah kawasan wisata hal ini sangat merugikan karena dapat
mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung. Pertambahan jumlah perahu yang
bersandar di pantai barat sangat menggangu, menyebabkan pantai terlihat jorok.
Pemandangan kumuh yang disebabkan oleh sampah karena kurangnya kesadaran
akan kebersihan. Semakin tinggi tingkat kunjungan khusus pada hari libur
sekolah, sampah-sampah yang berserakan di sepanjang pantai barat Pangandaran
sangat banyak. Tempat sampah yang tersedia di sepanjang jalan Kawasan Wisata
Pangandaran tidak cukup membantu menanggulangi sampah yang berserakan di
pantai maupun di jalanan yang menjadikan lingkungan pantai barat terlihat tidak
terawat dan terpelihara.
Kondisi vegetasi yang ada di Kawasan Wisata Pangandaran mengalami
penurunan jumlah vegetasi, terlihat dari pantai timur Pangandaran yang terlihat
gersang tanpa ada pepohonan tinggi yang menaunginya. Sedangkan di pantai
barat lebih baik dibandingkan dengan pantai timur. Kondisi saat ini, area pada
pantai barat ditumbuhi pohon-pohon berukuran sedang yang berjejer sepanjang
jalan, sedangkan di pantai timur kondisinya masih gersang, tidak ada pohonpohon sedang maupun besar yang tumbuh dan menaungi area tersebut.
Kondisi terumbu karang di Kawasan Wisata Pangandaran sangat buruk.
Hal ini dikarenakan eksploitasi terumbu karang oleh penduduk. Penurunan jumlah
serta luasan tidak serta merta mengurangi jumlah kedatangan wisatawan, akan
tetapi sebaliknya semakin banyak wisatawan yang datang sehingga kondisi
terumbu karang semakin rusak.
Secara keseluruhan perkembangan pariwisata memiliki andil dalam
perubahan kondisi lingkungan di Kawasan Wisata Pangandaran. Hal tersebut
tidak lepas dari pembangunan saran dan prasarana serta jumlah kunjungan
wisatawan yang cukup besar ke Kawasan Wisata Pangandaran ini. Kondisi
lingkungan yang ada di Kawasan Pangandaran dapat dibedakan berdasarkan
wilayahnya. Wilayah yang terbangun perubahan lingkungan mengarah pada
16
penurunan yang dirasakan cukup besar karena semua faktor lingkungan yang ada
tertekan oleh pembangunan wisata. Sedangkan di wilayah yang tidak terbangun
atau di bagian kawasan cagar alam kondisinya cenderung terjaga, tetapi terjadi
penurunan disebabkan karena adanya bencana alam, sehingga dampak negatif dari
perkembangan wisata terhadap fauna cukup besar.
Analisis
Penelitian ini menjelaskan mengenai damapak negatif yang ditimbulkan
dari pengembangan suatu kawasan wisata pantai. Penulis menjelaskan kondisi
fisik lingkungan apa saja yang sudah mengalami perubahan sejak kawasan wisata
tersebut mulai berkembang. Hanya saja, penulis tidak mencantumkan berapa daya
dukung lingkungan kawasan pariwisata tersebut. Menurut Soemarwoto,
perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan dayadukung
berdasar atas tujuan wisata. Hal ini menjadikan hasil penelitian kurang menjawab
rumusan masalah yang dituliskan diawal. Menurut saya itu sangat diperlukan
untuk menunjang hasil penelitian yang sudah didapat.
7. Judul
:
Tahun
:
Model Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif Pembangunan
Berkelanjutan
2012
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
Hendro Wahyudi
Nama Jurnal
:
Jurnal Ilmiah Pariwisata
Volume (edisi)
halaman
:
Vol.17, No.3
Alamat URL
:
http://jurnal.triatmamulya.ac.id/index.php/JMPII/article/downl
oad/11/11
Tanggal
:
23 November 2014
diunduh
17
Ringkasan
Pembangunan secara konseptual sering dirumuskan sebagai proses
perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional
lain yang dinilai lebih baik. (Katz, dalam Tjokrowinoto, 1987:3). Secara makro,
perkembangan industri pariwisata internasional juga memperlihatkan fenomena
yang menarik. Dalam hal inilah pariwisata pedesaan dianggap memiliki kaitan
dengan strategi pembangunan yang dapat terus berlangsung di banyak negara
berkembang. Oleh karena sifatnya yang khas, pariwisata pedesaan masuk kedalam
kategori atau jenis industri kecil (Gannon, 1993).
Penelitian ini menggunakan pendekatan sistematik, melalui identifikasi
dan analisa sosial holistik, wawancara mendalam, dan observasi terlibat. Penilitian
ini mengambil lokasi beberapa pedesaan di wilayah Kabupaten Banyuwangi,
Propinsi Jawa Timur. Penentuan sampel dilakukan dengan metode acak
bertingkat.
Potensi pariwisata pedesaan di Banyuwangi sebagai berikut:
1. Desa Kemiren
a) Kebudayaan
Masyarakat Osing Desa Kemiren memiliki budaya yang aspek
religiusnya tinggi. Wisatawan akan banyak menemukan masjid,
musholla di sepanjang jalan menuju obyek Wisata Budaya Masyarakat
Osing. Masyarakat desa Kemiren dengan budaya khas Osingnya
sangat kuat dalam menjalankan nilai-nilai keagamaan seperti; Mocoan
Lontar, Tahlil, Istigosah, Nyekar, dan lainnya.
b) Kesenian, Tradisi, dan Adat yang berkembang di masyarakat
Terdapat 12 macam kesenian dan adat yang berkembang di masyarakat
desa Kemiren, seperti Kesenian barong, Gandrong, Kuda Lumping,
Orkes Kendang Kempul, Kentulan, Samroh, Angklung Carok,
Angklung Pagelak.
2. Desa Tamansari
a) Kebudayaan Osing
Merupakan budaya asli kabupaten Banyuwangi yang menjadi day
atarik wisata dan menunjang promosi kepariwisataan
b) Mepe Kasur Abyang Ambi Cemeng
Tradisi super langka juga berlangsung di desa ini, selurug masyarakat
desa mengeluarkan kasut untuk dijemur. Kalu sedang dilaksanakan
tradisi maka penonton akan tumpah dijalan baik berasal dari desa
Tamansari ataupun luar daerah termasuk peneliti dan turis.
c) Kesenian Hadrah atau Kuntulan
Merupakan tarian yang bernuansa Islami dengan memadukan gerakan
beladiri silat.
d) Agrowisata Kalibendo
18
Agrowisata ini dapat dijumpai di perkebunan karet, kopi dan cengkeh.
Di agrowisata ini juga terdapat bangunan kuno yang merupakan
peninggalan zaman Belanda, disini juga dilaksanakan tradisi memtik
kopi sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e) Seblang Tamansari
Berupa selamatan desa sebagai upaya memohon keselamatan dan
ketenangan hidup kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Desa Olehsari
a) Seblang Olehsari
Kesenian adat Desa Olehsari yang berada di lembah gunung ijen yang
kawahnya dikagumi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan
domestik.
Sebagai salah satu produk wisata, pada dasarnya pariwisata pedesaan
masih dikategorikan sebagai model pariwisata baru, yang dikenal dengan
pariwisata minat khusus. Wujud obyek dan daya tarik dari model wisata ini lebih
mengedepankan derajat keunikan dan kekhasan dari suatu daerah, baik dalam hal
kondisi alam, lingkungan sosial maupun budaya.
Analisis
Menurut pandangan saya, penelitian ini hanya menjelaskan potensi desa
wisata saja, belum masuk pada tahap dampak dan implementasi suatu kawasan
wisata. Mengacu pada judul penelitian, penulis ingin mengetahui seperti apa
bentuk dan potensi yang relevan sehingga dapat digunakan sebgaai alternatif
pengembangan kawasan wisata.
8. Judul
:
Tahun
:
Dampak Pariwisata Terhadap Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Pelaku Usaha di Kawasan Wisata Pantai
Natsepa, Pulau Ambon
2013
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
Lilian Sarah Hiariey
Nama Jurnal
:
Jurnal Organisasi dan Manajemen
Volume (edisi)
halaman
:
Vol. 9 No. 1 Maret 2013
Alamat URL
:
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&id=277770
19
&src=a
Tanggal
:
24 November 2014
diunduh
Ringkasan
Salah satu kawasan wisata di Maluku yang memiliki potensi dan sering
dikunjungi oleh para wisatawan adala Pantai Natsepa. Pantai Natsepa terletak di
kawasan Negeri Suli Kabupaten Maluku Tengah. Kawasan wisata ini merupakan
salah satu kawasan wisata yang memiliki potensi diantaranya lokasi yang luasi,
keindahan laut dan pasir putih serta rujak khas Natsepa yang sudah terkenal
kelezatannya. Disamping itu, pantai ini memilki berbagai fasilitas maupun sarana
dan prasarana yang menunjang sebagai kawasan wisata.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode survei
melalui observasi lapangan dan wawancara. Sampel atau responden dalam
penelitian ini adalah unit usaha rumah tangga yang aktif dan kontinu melakukan
kegiatan pemanfaatan jasa kawasan wisata Pantai Natsepa.
Pada kawasan wisata Pantai Natsepa di Negeri Suli, terlihat bahwa
masyarakat sekitar memanfaatkan kawasan wisata tersebut dengan berbagai
macam bentuk usaha pemanfaatan. Diantaranya; usaha penjualan rujak, usaha es
kelapa muda, usaha jasa perahu, usaha jasa pelampung, usaha rumah makan, dan
usaha jajanan dmakan dan minuman. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
tingkat pendapatan per kapita responden yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah
anggota keluarga, tingkat pengeluaran/konsumsi, jarak dari kawasan pariwisata,
curahan waktu kerja dan jumlah pengunjung di tempat usaha.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pemanfaatan jasa
pariwisata di kawasan wisata Pantai Natsepa mempunyai tingkat kesejahteraan
sedang yaitu sebanyak 49 rumah tangga (75,38%) dan diikuti oleh tingkat
kesejahteraan rendah yaitu sebanyak 2 rumah tangga (3,08%). Artinya bahwa
tingkat kesejahteraan rumah tangga yang tinggal di sekitar kawasan wisata Pantai
Natsepa sebagian besar berdasarkan kriteria indikator kesejahteraan dari BPS
adalah tergolong dalam kategori tingkat kesejahteraan sedang.
Analisis
Penelitian ini menjelaskan mengenai dampak pariwisata terhadap tingkat
kesejahteraan pelaku usaha di Maluku. Sama seperti penelitian sebelumnya yang
membahas mengenai dampak ekonomi yang ditimbulkan dari berkembangnya
suatu kawasan ekonomi, terdapat dampak positif bagi para pelaku usaha, yaitu
meningkatnya pendapatan masyarakat sebagai pelaku usaha di sekitar kawasan
wisata. Hanya saja pada penelitian ini penulis tidak menjelaskan bagaimana
20
proses perubahan pola nafkah sejak sebelum adanya kegiatan pariwista dan
setelah berkembangnya kegiatan pariwisata.
9. Judul
:
Tahun
:
Dampak Event Pariwisata di Taman Nasional Kepulauan
Seribu DKI Jakarta
2013
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
Agus Riyadi dan Bindan Pambudi
Nama Jurnal
:
Jurnal Ilmiah Pariwisata
Volume (edisi)
halaman
:
Vol. 18, No. 1, Hal 14-28
Alamat URL
:
http://www.stptrisakti.ac.id/puslit/jurnal/JI-PariwisataVol%2018%20No%201-Maret2013.pdf
Tanggal
diunduh
:
26 November 2014
dff
R
Ringkasan
Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada tahun 2012
menargetkan, sebanyak 1 juta wisatawan akan mengunjungi wilayah kepulauan di
Provinsi DKI Jakarta tersebut. Salah satu potensi unggulan wisata bahari yang
dimilki pulau-pulau wisata di Kepulauan Seribu, seperti Jembatan Cinta di Pulau
Tidung, Pantai Pasir Perawan di Pulau Pari.
Metode penilitian menggunakan survey, sedangkan pengumpulan data
menggunakan observasi. kuisioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian,
wisatawan yang berkunjung di Kepulauan Seribu diperoleh dari dua titik yaitu
Pelabuhan Marina Ancol dan Pelabuhan Muara Angke. Tujuan utama wisatawan
adalah menyelam, snorkeling dan menikmati suasana panorama laut.
Semakin berkembangnya kawasan wisata di Kepulauan Seribu mendorong
tumbuhnya lapangan kerja baru bagi masyarakat yang memungkinkan berubahnya
jenis pekerjaan pokok dari pekerjaan tertentu (nelayan) ke jenis pekerjaan lain
21
(Sidarta 2002). Alasan yang menjadikan pertimbangan tersebut adalah untuk
meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Tingkat
partisipasi masyarakat lokal di Kawasan Kepulauan Seribu memiliki
kecenderungan tinggi. Hal ini karena ada beberapa hal yang membuat mereka
berminat terhadap usaha indsutri pariwisata. Peningkatan kontribusi dari kegiatan
aktivitas pariwisata ternyata mampu menambah penghasilan selain dari
pendapatan pertanian atau peternakan masyarakat sekitar Kawasan Kepulauan
Seribu sehingga dapat memacu motivasi masyarakat dalam industri pariwisata.
Kenaikan pendapatan selama musim liburan ternyata mampu meningkatkan lebih
dari 10-20%.
Berdasarkan data hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa
wisatawan yang datang ke Taman Nasional Kepulauan Seribu hampir 78% persen
dari pengunjung berasal dari Jakarta atau domestik dan sisanya berasal atau
berwarganegara asing. Dampak event pariwisata bagi masyarakat Kepulauan
Seribu menunjukkan bahwa persepsi masyarakat menyatakan secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi bagi masyarakat lokal yaitu
bertambahnya pendapatan masyarakat. Kesempatan kerja yang tercipta bersifat
musiman (hanya hari libur dan akhir pekan), namun dampaknya pada penyerapan
tenaga kerja lokal sangat besar. Terutama pada musim-musim kunjungan wisata.
Peningkatan jumlah wisatawan membuka kesempatan kerja baru terutama di jasa
sewa hotel, rumah makan, sewa kapal, dan sewa peralatan selam.
Dalam pengelolaan event wisata di Kepulauan Seribu menunjukkan
kealamian alam, sosial budaya masyarakat setempat, penerapan lokal manajemen,
kerjasama dengan investor, dan keterlibatan masyarakat lebih dominan perlu
dijaga dan ditingkatkan. Hal ini dikarenakan program pembangunan pariwisata
berkelanjutan pada intinya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah wisata bukan investor ataupun pemerintah sehingga konflik sosial dapat
diminimalisir. Karena konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan lebih
menekankan pada perlindungan alam atau lingkungan hidup, peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.
Analisis
Penelitian ini menjelaskan mengenai dampak pariwisata di Taman
Nasional Kepulauan Seribu. Namun kurang menjabarkan dampak negatif dan
dampak positif dari perkembangan kawasan pariwisata. Peneliti tidak
mencantumkan hasil atau kutipan wawancara sehingga penelitian terkesan kurang
valid.
22
10.
Judul
:
Tahun
:
Dampak
Fisik, Ekonomi, Sosial Budaya terhadap
Pembangunan Pariwisata di Desa Serangan Denpasar Bali
2011
Jenis Pustaka
:
Jurnal
Bentuk Pustaka
:
Elektronik
Nama Penulis
:
Made Sudiarta
Nama Jurnal
:
Volume (edisi)
halaman
:
Alamat URL
:
http://jurnal.triatmamulya.ac.id/index.php/JMP/article/view/6
Tanggal
:
26 November 2014
diunduh
Ringkasan
Pada awal perkembangannya, pariwisata belum mendapat perhatian yang
terlalu besar, perkembangan kepariwisataan merupakan suatu kebijakan alternatif
bagi beberapa negara berkembang untuk membantu perkembangan ekonomi.
Salah satu dari sekian banyak wilayah Pulau Bali yang dikembangkan baik
sebagai kawasan wisata maupun sebagai obyek atau daya tarik wisata adalah
Pulau Serangan.
Desa Serangan jika dilihat secara fisik sebelum adanya proyek
pengembangan Pulau Serangan memiliki luas 112 hektar. Sejak adanya proyek
pengembangan Pulau Serangan oleh PT. Bali Turtle Island Development (BTID)
maka ada perubahan yang sangat jelas, hal ini disebabkan adanya penambahan
luas daratan melalui reklamasi sebanyak 379 hektar. Sebelum adanya proyek
tersebut, Pulau Serangan dengan jelas masih terpisah dari Pulau Bali. Sejak
adanya pengembangan, maka Pulau Serangan benar-benar telah terhubung
menjadi satu dengan Pulau Bali. Dampak fisik dari pengembangan Pulau
Serangan adalah memberikan peluang kepada penduduk untuk memperluas areal
pemukiman, memperluas prasarana pariwisata, memperluas areal pariwisata,
pelestarian benda cagar budaya dan memperluas pembangunan sarana keagamaan.
Dampak negatif yang ditimbulkan secara fisik dari pengembangan Pulau
Serangan yaitu terjadinya perubahan alur ombak laut pada pesisir pantai di
kawasan selatan, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada daerah pantai
sekitar Sanur. Dampak terhadap biota air laut juga terjadi akibat menurunnya
23
pasokan aliran air laut yang biasanya menggenangi secara normal terhadap biota
laut tersebut.
Dampak terhadap ekonomi masyarakat juga bisa dilihat dari kehidupan
masyarakat Desa Serangan menjadi semakin maju karena akses menuju wilayah
perkotaan menjadi semakin maju karena akses menuju wilayah perkotaan menjadi
semakin lancar dan biaya yang ditimbulkan semakin murah. Kegiatan ekonomi
Desa Serangan menjadi lancar dalam menyalurkan hasil-hasil produksi
masyarakat desa. Kegiatan pelestarian penyu, pembudidayaan rumput laut juga
menambah keuntungan bagi warga desa. Kondisi masyarakat desa yang sudah
terangkat secara ekonomi mengakibatkan perubahan pada kehidupan sosial
mereka. Seperti gaya hidup glamour yang tak terhindarkan. Secara positif
masyarakat desa menjadi lebih maju, dibuktikan dengan mulai adanya sejumlah
masyarakat yang termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang sarjana.
Contoh lain dari sisi soisal bahwa masyarakat desa telah tergerak secara positif
untuk ikut bersaing di dunia yang semakin modern. Budaya masyarakat yang
awalnya mengandalkan hasil dari potensi laut telah berubah pada beberapa potensi
lainnya seperti pengoptimalan sarana-sarana kegiatan olahraga laut dan kegiatan
ekonomi perdagangan lainnya.
Analisis
Penelitian ini menjelaskan mengenai dampak fisik, ekonomi, sosial, dan
budaya dari proses perkembangan kawasan wisata. Penulis cukup lengkap
menceritakan awal mula perkembangan Desa sebelum dan sesudah menjadi
kawasan wisata. Menurut saya penulis sudah lengkap menjabarkan dampak yang
terjadi pada kondisi lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya.
24
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Merunut dari 10 literatur yang dikumpulkan, diperoleh enam konsep
penting mengenai dampak pengembangan kawasan pariwisata bahari terhadap
kondisi lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat. Berikut konsep terkait
dengan judul yang diambil.
Pariwisata
Pariwisata dan Wisatawan
Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan
tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tenpat kediamannya.
Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas
dibuat untuk memenuhi kebutuhannya (Marpaung, 2002). Mathieson dan Wail
(1982) diacu dalam Cooper et al. (1996) menyebutkan pengertian pariwisata yaitu
perpindahan yang bersifat sementara menuju ke suatu tujuan yang berada di luar
rumah dan tempat kerja yang normal, aktivitas dan fasilitas yang disediakan
selama tinggal di tempat wisata dibuat untuk memenuhi kebutuhan dari wisatawan
Menurut Burkart dan Medik (1981), wisatawan memiliki empat ciri utama.
Keempat ciri ini adalah:
1. Wisatawan adalah orang yang melakukann perjalanan ke dan tinggal di
berbagai tempat tujuan
2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya
sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan
penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan
3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan,
karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek
4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tenpat tinggal
untuk menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah
Wisata adalah perjalanan dimana si pelaku kembali ke tempat awalnya;
perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk tujuan bisnis, bersenang-senang, atau
pendidikan, pada mana berbagai tempat dikunjungi dan biasanya menggunakan
jadwal perjalanan yang terencana (Murphy 1985: 4-5 diacu dalam Pitana dan
Gayatri 2004). Wisatawan menurut Cohen (1974:533) adalah seorang pelancong
yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk waktu sementara saja,
dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang
dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang.
.
25
Pariwisata Bahari
Konsep pariwisata pesisir (coastal tourism) atau pariwisata bahari (marine
tourism) meliputi hal-hal yang terkait dengan kegiatan wisata, leisure, dan
rekreasi yang dilakukan di wilayah pesisir dan perairan laut (Hall 2001 diacu
dalam Dewa 2007). Orams (1999) diacu dalam Dewa (2007) memberikan definisi
marine tourism sebagai aktivitas rekreasi yang berupa perjalanan dari kediaman
wisatawan menuju daerah yang berfokus pada lingkungan bahari.
Pariwisata pesisir dan laut secara umum dapat dikategorikan kedalam dua
kegiatan utama berdasarkan lokasi kegiatan yaitu (1) aktivitas daratan (pesisir)
seperti pariwisata pantai, berjalan-jalan dan (2) aktivitas di laut seperti menyelam,
berenang, dan snorkeling (Adrianto 2006).
Dampak Pariwisata
Dampak Ekonomi
Menurut Prayogi (2011), Riyadi (2013), Sidarta (2002), dan Sudiarta
(2011) menyatakan bahwa dampak ekonomi yang dihasilkan dari suatu kawasan
pariwisata yaitu:
1.
2.
3.
4.
dampak terhadap peluang usaha bagi masyarakat
dampak terhadap pendapatan masyarakat
dampak terhadap partisipasi masyarakat lokal di kawasan wisata
dampak terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga
Dampak Sosial
Sudiarta (2011) dalam penelitiannya pada studi kasus Pembangunan
Pariwisata di Desa Serangan, Bali menjelaskan bahwa kondisi masyarakat desa
yang sudah terangkat secara ekonomi mengakibatkan perubahan pada kehidupan
sosial mereka. Seperti gaya hidup glamour yang tak terhindarkan. Secara positif
masyarakat desa menjadi lebih maju, dibuktikan dengan mulai adanya sejumlah
masyarakat yang termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang sarjana.
Contoh lain dari sisi soisal bahwa masyarakat desa telah tergerak secara positif
untuk ikut bersaing di dunia yang semakin modern. Budaya masyarakat yang
awalnya mengandalkan hasil dari potensi laut telah berubah pada beberapa potensi
lainnya seperti pengoptimalan sarana-sarana kegiatan olahraga laut dan kegiatan
ekonomi perdagangan lainnya.
26
Secara teoritis, Cohen (1984) mengelompokkan dampak sosial budaya
pariwisata ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu:
1. dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat
setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat
otonomi atau ketergantungannya
2. dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat
3. dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial
4. dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata
5. dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat
6. dampak terhadap pola pembagian kerja
7. dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial
8. dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan
9. dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial
10. dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat
`
Dampak Lingkungan Fisik
Menurut Sudiarta (2011), Lestyono (2010), dan Soemarwoto (2001)
menyebutkan dampak fisik dari perkembangan suatu kawasan pariwisata
diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
memperluas areal pemukiman penduduk
memperluas sarana pariwisata
memperluas areal pariwisata
pelestarian benda cagar budaya
memperluas pembangunan sarana keagamaan
kerusakan pada daerah pantai
dampak terhadap biota laut akibat menurunnya pasokan aliran air laut
yang biasanya menggenangi secara normal terhadap biota laut tersebut
8. kondisi pantai yang terlihat kotor dan kumuh akibat sampah yang
berserakan
9. eksploitasi terumbu karang
10. vandalisme
11. pencemaran
Daya Tarik Wisata
Faktor Pendorong dan Penarik
Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor
pendorong umumnya bersifat sosial-psikologis, atau merupakan person spesific
motivation, sedangkan faktor penarik merupakan destination spesific atributes.
Ryan (1991), dari kajian literaturnya menemukan berbagai faktor pendorong bagi
seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti di bawah ini.
27
1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan
menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
2. Relaxation. Keinginan untuk rekuperasi/penyegaran, yang juga
berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas.
3. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang
merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan, dan
melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.
4. Strengthening family bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan,
khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations).
Keakraban hubungan kekerabatan ini juga terjadi di antara anggota
keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama, karena kebersamaan
sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari di negara industri.
5. Prestige. Untuk menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang
menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk
meningkatkan status atau derajat sosial. Bagi berbagai masyarakat,
perjalanan keluar merupakan salah satu bentuk ‘inisiasi”.
6. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman
sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.
7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa
memberikan suasana romantis, atau untuk memenuhi kebutuhan seksual,
khususnya dalam pariwisata seks.
8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru,
mempelajari orang lain dan/atau daerah lain, atau mengetahui kebudayaan
dan etnis lain. Ini merupakan pendorong yang dominan di dalam
pariwisata.
9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri (self-discovery),
karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan
daerah atau orang yang baru.
10. Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama
dicita-citakan, smapai mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa
melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata
religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam
diri.
Jackson (1989) telah mengidentifikasi dari sisi faktor penarik, yaitu : (1)
location climate, (2), national promotion, (3) retail advertising, (4) wholesale
marketing, (5) special events, (6) incentive schemes, (7) visiting friends, (8)
visiting relatives, (9) tourist attractions, (10) culture, dan (11) natural
environment man-made environment
Tingkat Kesejahteraan
Menurut Hiariey (2013) dalam penelitiannya di Kawasan Wisata Pantai
Natsepa, Pulau Ambon menunjukkan bahwa sebagian besar pemanfaatan jasa
pariwisata di kawasan wisata Pantai Natsepa mempunyai tingkat kesejahteraan
rumah tangga sedang yaitu sebanyak 49 rumah tangga (75,38%) dan diikuti oleh
28
tingkat kesejahteraan rumah tangga rendah yaitu sebanyak 2 rumah tangga
(3,08%). Artinya bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga yang tinggal di
sekitar kawasan wisata Pantai Natsepa sebagian besar berdasarkan kriteria
indikator kesejahteraan dari BPS adalah tergolong dalam kategori tingkat
kesejahteraan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kawasan
pariwisata, kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Masyarakat secara
maksimal memanfaatkan kawasan wisata tersebut dengan berbagai macam bentuk
usaha pemanfaatan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Potensi Keberlanjutan Pariwisata
Menurut Lestyono (2010) pada studi kasus Pantai Pangandaran,
menyebutkan bahwa perkembangan pariwisata memiliki andil dalam perubahan
kondisi lingkungan di Kawasan Wisata Pangandaran. Hal tersebut tidak lepas dari
pembangunan saran dan prasarana serta jumlah kunjungan wisatawan yang cukup
besar ke Kawasan Wisata Pangandaran ini. Kondisi lingkungan yang ada di
Kawasan Pangandaran dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya. Wilayah yang
terbangun perubahan lingkungan mengarah pada penurunan yang dirasakan cukup
besar karena semua faktor lingkungan yang ada tertekan oleh pembangunan
wisata. Sedangkan di wilayah yang tidak terbangun atau di bagian kawasan cagar
alam kondisinya cenderung terjaga, tetapi terjadi penurunan disebabkan karena
adanya bencana alam, sehingga dampak negatif dari perkembangan wisata
terhadap fauna cukup besar.
29
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Pariwisata merupakan perpindahan secara temporer dari tempat mereka
biasa bekerja atau menetap ke tempat luar untuk mendapat kenikmatan dalam
perjalanan atau tempat tujuan. Kegiatan pariwisata saat ini banyak menarik
perhatian masyarakat, salah satunya adalah pariwisata bahari. Pariwisata juga
merupakan sektor besar dalam kegiatan pembangunan.
Suatu kawasan pariwisata memiliki faktor yang mempengaruhi
perkembangan pariwisata, faktor tersebut dapat dilihat dari segi faktor penarik dan
pendorong kunjungan wisatawan. Razak (2013) menyatakan daya tarik wisata
bisa dilihat dari sisi budaya, yang berupa peninggalan-peninggalan Belanda pada
saat kemerdakaan Indonesia di lokasi wisata. Selain itu, kondisi keindahan alam
juga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Dampak yang dihasilkan dari meningkatnya jumlah pengunjung kawasan
pariwisata sangat beragam. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun
negatif, baik yang dirasakan oleh pengunjung ataupun masyarakat lokal. Dampak
pariwisata ini dapat digolongkan menjadi dampak terhadap kondisi sosial, kondisi
ekonomi, dan lingkungan fisik. Secara garis besar, dampak ekonomi menurut
Prayogi (2011) dan Riyadi (2013) menyatakan bahwa semakin berkembangnya
kawasan pariwisata mendorong tumbuhnya lapangan kerja baru bagi masyarakat
yang memungkinkan berubahnya jenis pekerjaan pokok dari pekerjaan tertentu
(nelayan) ke jenis pekerjaan lain.
Sudiarta (2011), menyatakan mengenai dampak sosial yang ditimbulkan dari
kawasan pariwisata yaitu kondisi masyarakat desa yang sudah terangkat secara
ekonomi mengakibatkan perubahan pada kehidupan sosial mereka. Seperti gaya
hidup glamour yang tak terhindarkan. Secara positif masyarakat menjadi lebih
maju, dibuktikan dengan mulai adanya sejumlah masyarakat yang termotivasi
untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang sarjana. Contoh lain dari sisi soisal
bahwa masyarakat desa telah tergerak secara positif untuk ikut bersaing di dunia
yang semakin modern. Budaya masyarakat yang awalnya mengandalkan hasil dari
potensi laut telah berubah pada beberapa potensi lainnya seperti pengoptimalan
sarana-sarana kegiatan olahraga laut dan kegiatan ekonomi perdagangan lainnya.
Lestyono (2010) dan Sudiarta (2011) menyatakan dengan adanya kawasan
wisata menyebabkan kondisi pantai menjadi terlihat kotor dan kumuh. Hal ini
disebabkan oleh sampah yang berserakan karena kurangnya kesadaran dari
pengunjung, menjadikan lingkungan pantai terlihat tidak terawat dan terpelihara.
Kondisi terumbu karang juga terlihat sangat buruk karena eksploitasi terumbu
karang oleh pengunjung dan penduduk sekitar.
Untuk memahami fenomena pariwisata dan hubungannya dengan kondisi
lingkungan, sosial dan ekonomi, dibutuhkan bentuk penelitian-penelitian yang
lebih mendalam untuk menelaah konsep dampak-dampak pariwisata secara lebih
spesifik. Selain itu, penelitian juga dapat dilakukan dengan cara melakukan
30
identifikasi pengunjung kawasan pariwisata. Kedua hal ini sangat berpengaruh
untuk menghasilkan data yang lebih akurat dan lebih objektif.
Usulan Kerangka Analisis Baru
Aktivitas wisatawan di kawasan pariwisata dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain daya tarik kawasan wisata yang meliputi faktor penarik dan pendorong
atas keberadaan mereka di kawasan pariwisata tersebut. Faktor penarik bisa dilihat
dari lingkungan seperti melihat kondisi alam dari kawasan pariwisata yang
menarik minat kunjungan wisata. Sementara faktor pendorong bisa dilihat dari
minat kunjungan wisata dan motivasi wisata. Daya tarik wisata juga dikaitkan
dengan tingkat kunjungan wisatawan dan masyarakat lokal di suatu kawasan
pariwisata.
Keberadaan kawasan pariwisata juga memberikan dampak terhadap
masyarkat lokal. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa dampak sosial, dampak
ekonomi, dan dampak lingkungan fisik. Dampak sosial dan dampak ekonomi
dapat berakibat pada tingkat kesejahteraan masyarakat lokal, sedangkan dampak
lingkungan fisik berakibat pada kerusakan sumberdaya perairan. Ketiga aspek
dampak tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat menjadi tiga
hal yang terpisah. Ketiga aspek dampak juga akan mencerminkan bagaimana
potensi keberlanjutan kawasan pariwisata.
31
-
Daya Tarik Wisata
Kunjungan Wisata
Kondisi Obyek Wisata
Faktor Penarik
-
Faktor
Pendorong
Aktivitas Wisatawan di
Obyek Wisata
Dampak Sosial dan
Ekonomi
Dampak Lingkungan
Fisik
Tingkat Kesejahteraan
Kerusakan
Sumberdaya Perairan
Potensi Keberlanjutan Pariwisata
Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Baru
Keterangan:
: Garis Pengaruh
32
Pertanyaan penelitian:
1. Seberapa besar dampak pariwisata terhadap kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat serta lingkungan hidup di sekitarnya?
2. Bagaimana dan seberapa jauh pengaruh dampak sosial dan ekonomi
terhadap kesejahteraan masyarakat?
3. Seberapa jauh dan bagaimana perubahan kondisi lingkungan, sosial,
dan ekonomi yang ditimbulkan dari dampak pariwisata mempengaruhi
keberlanjutan pariwisata?
33
DAFTAR PUSTAKA
Subadra, Nengah. 2006. Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Lingkungan
Pengembangan Desa Wisata Jatiluwih Tabanan. [internet]. (diunduh pada tanggal
23
November
2014).
Dapat
diunduh
dari:
http://jurnal.triatmamulya.ac.id/index.php/JMPII/article/view/11
Agus Prayogi, Putu. 2014. Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata
Penglipuran. [internet]. (diunduh pada tanggal 23 November 2014. Dapat diunduh
dari: www.triatmajaya.triatma-mapindo.ac.id/.../journals/
Irianto. 2011. Dampak Pariwisata terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Masyarakat di Gili Trawangan. [internet]. (diunduh pada tanggal 24 November
2014). Dapat diunduh dari: suryo.webs.com/proposal%20seminar.docx
Razak, Abdul. 2014. Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu di Kepulauan
Seribu. [internet]. (diunduh pada tanggal 23 November 2014). Dapat diunduh dari
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/2461/0
Dritasto, Achadiat. 2013. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap
Pendapatan Masyarakat di Pulau Tidung. [internet]. (diunduh pada tanggal 24
November
2014).
Dapat
diunduh
dari:
http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaloka/article/view/102
Lestyono, Renna. 2010. Dampak Negatif Perkembangan Pariwisata terhadap
Lingkungan Fisik Pesisir. [internet]. (diunduh pada tanggal 24 November 2014).
Dapat
diunduh
dari:
http://sappk.itb.ac.id/jpwk2/wpcontent/uploads/2013/07/V2N2-Dampak-Negatif-Perkembangan-PariwisataTerhadap-Lingkungan-Fisik-Pesisir.pdf
Wahyudi, Hendro. 2012. Model Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif
Pembangunan Berkelanjutan.[internet]. (diunduh pada tanggal 23 November
2014).
Dapat
diunduh
dari:
http://jurnal.triatmamulya.ac.id/index.php/JMPII/article/download/11/11 16
Sarah Hiariey, Lilian. 2013. Dampak Pariwisata terhadap Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan Pelaku Usaha di Kawasan Wisata Pantai Natsepa.
[internet], (diunduh pada tanggal 24 November 2014). Dapat diunduh dari:
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&id=277770&src=a
Riyadi, Agus. 2013. Dampak Event Pariwisata di Taman Nasional Kepulauan
Seribu DKI Jakarta. [internet]. (diunduh pada tanggal 26 November 2014). Dapat
diunduh
dari:
http://www.stptrisakti.ac.id/puslit/jurnal/JI-PariwisataVol%2018%20No%201-Maret2013.pdf20
Sudiarta, Made. 2011. Dampak fisik, Ekonomi, Sosial Budaya terhadap
Pembangunan Pariwisata di Desa Serangan Denpasar Bali. [internet]. (diunduh
pada
tanggal
26
November
2014).
Dapat
diunduh
dari:
http://jurnal.triatmamulya.ac.id/index.php/JMP/article/view/6
34
LAMPIRAN
Riwayat Hidup
Afiefah Muthahharah dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1993,
dari pasangan Abdul Rosyid dan Restu Senayangsih. Penulis tumbuh dan
berkembang di Jakarta. Pendidikan formal yang pernah dijalaninya dimulai dari
Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Bina Insan Kamil pada tahun 1997,
SD Al-Kautsar pada tahun 1998, MTs PERSIS 69 pada tahun 2004, MA Husnul
Khotimah pada tahun 2007, dan pada tahun 2011 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor (IPB) Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat melalui jalur SNMPTN Tulis. Selain aktif dalam perkuliah di Tingkat
Persiapan Bersama (TPB), penulis juga mengikuti Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM TPB) pada departemen Budaya Olahraga dan Seni. Organisasi yang diikuti
oleh penulis adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM
IPB) 2013 dan BEM FEMA IPB 2014. Selain organisasi, penulis juga aktif di
berbagai kepanitiaan seperti acara Indonesia Ecology Expo (INDEX), ISHARE
dan lain lain. Hingga kini penulis masih menjadi mahasiswa aktif di IPB.
Download