Pencegahan Banjir dengan Teknologi Resapan Oleh : Hary Pradiko

advertisement
Pencegahan Banjir dengan Teknologi Resapan
Oleh : Hary Pradiko, ST. MT.
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Unpas
Pendahuluan
Banjir dan kekeringan merupakan dua hal yang berlawanan yang dapat terjadi di sekitar kita.
Akan tetapi kedua hal ini akan sangat berkaitan satu dengan yang lain. Banjir dapat terjadi karena
beberapa hal seperti hujan yang lebat, kemiringan lahan yang besar, kemampuan tanah yang
terbatas dalam meresapkan air, dan alih guna lahan menjadi lahan budidaya. Besarnya banjir sangat
ditentukan oleh banyaknya air hujan yang melimpas di permukaan tanah. Air hujan akan melimpas
di permukaan tanah jika permukaan tanah tersebut telah tertutup oleh rumah, jalan, dan bangunan
lain. Selain itu, penutupan permukaan tanah oleh bangunan akan menyebabkan jumlah air yang
dapat meresap ke dalam air menjadi berkurang. Padahal air yang ada dalam tanah merupakan
cadangan air yang diperlukan untuk keperluan manusia pada musim kemarau.
Dengan
berkurangnya jumlah air yang masuk ke dalam tanah, akan semakin sedikit jumlah air tanah yang
dapat dimanfaatkan dan semakin sedikit pula debit air mata air yang muncul ke permukaan tanah.
Air mata air merupakan salah satu sumber pengisi air sungai. Dengan berkurangnya debit air mata
air maka akan semakin sedikit pula debit air sungai. Dan pada musim kemarau terjadilah kekeringan
yang disebabkan karena sumber-sumber air seperti mata air dan sungai yang tidak ada airnya. Oleh
karena itu diperlukan upaya untuk mengembalikan kondisi air terutama air dalam tanah dengan
suatu upaya konservasi sumber daya air tanah.
Drainase berwawasan lingkungan dimaksudkan sebagai upaya konservasi sumber daya air
yang berprinsip mengendalikan kelebihan limpasan permukaan sedemikian rupa sehingga sebanyak
mungkin mendapat kesempatan untuk meresap ke dalam tanah.
Ada beberapa kaidah penting yang perlu diperhatikan agar tujuan dari drainase berwawasan
lingkungan dapat tercapai. Kaidah – kaidah tersebut diantaranya sebagai berikut :

Limpasan air hujan dari awal saluran (tributary) secepat mungkin dihambat dan diresapkan, agar
ada kesempatan untuk berinfiltrasi sebesar-besarnya, sehingga dapat mengurangi debit
limpasan di daerah hilir dan mengendalikan besarnya profil saluran.

Kecepatan aliran tidak diperkenankan terlalu besar agar tidak terjadi penggerusan dan tidak
boleh terlalu rendah agar tidak terjadi pengendapan yang menyebabkan berkurangnya luas
efektif penampang saluran.

Kemiringan dasar saluran pada daerah dengan kemiringan kecil diusahakan mengikuti
permukaan tanahnya. Sedangkan untuk daerah yang kemiringannya terjal, didasarkan atas
kecepatan maksimum yang diijinkan. Pada daerah yang relatif datar, kemiringan dasar saluran di
dasarkan atas kecepatan minimum yang diijinkan.

Arah pengaliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada, sehingga diharapkan
pengaliran terjadi secara gravitasi dan pemompaan dapat dihindari.
Salah satu cara untuk mengurangi besarnya arus limpasan dan aliran permukaan yang dapat
menyebabkan erosi maupun banjir di bagian hilir adalah menghambat limpasan air hujan tersebut
sebesar mungkin dan diresapkan sebagai sumber daya air tanah atau ditampung dalam kolam
tampungan penahan (detention storage).
Teknologi konservasi air dalam kehidupan sehari – hari, misalnya sumur resapan,
keberadaannya cukup penting, diantaranya yaitu sebagai pengendali banjir dan memperbaiki
konservasi air tanah. Terjadinya perubahan lingkungan sebagai akibat dari aktifitas manusia, seperti
penambangan hutan, pembangunan permukiman, pembukaan lahan, industri disinyalir dapat
menyebabkan penurunan muka air tanah pada musim kemarau dan pada musim hujan dapat
menimbulkan banjir.
Kondisi demikian tidak menguntungkan bagi perkembangan perekonomian dan kehidupan
kita, dimana negara kita sedang giat – giatnya mambangun. Oleh karena itu, diperlukan perhatian
yang besar dari semua pihak dalam upaya pengendalian banjir serta perbaikan yang besar dari
semua pihak dalam upaya pengendalian banjir serta perbaikan dan perlindungan air (konservasi air).
Banyak strategi atau cara pengendalian air untuk mengatasi banjir atau kekeringan yaitu dengan
sumur resapan, parit resapan, kolam resapan, bidang resapan dan lain – lain. Strategi – strategi ini
merupakan upaya untuk memperbesar resapan air hujan kedalam tanah dan memperkecil aliran
permukaan sebagai penyebab banjir.
Dengan adanya peresapan buatan tersebut, beberapa keuntungan yang dapat diperoleh
diantaranya :

Dimensi saluran drainase dapat diperkecil karena sebagian air akan meresap ke dalam tanah
sebelum masuk ke saluran drainase kota.

Memperkecil debit puncak banjir karena sistem ini menghambat air masuk ke sungai.

Menambah volume air tanah untuk menahan peresapan air laut bagi daerah yang
berdekatan dengan wilayah pantai.

Mampu mempertahankan tinggi muka air tanah yang semakin hari semakin menurun.

Mengurangi penurunan permukaan air tanah

Melindungi atau mengurangi vegetasi alami

Mengurangi beban cemaran ke badan sungai

Mengurangi debit puncak aliran hilir

Mengurangi beban saluran limpasan air hujan

Menambah volume air tanah untuk menahan peresapan air laut bagi daerah yang
berdekatan dengan daerah pantai.
Berikut ini beberapa teknologi resapan yang dapat diterapkan.
Sumur Resapan
Sumur resapan merupakan bangunan resapan air hujan. Sumur resapan dapat diartikan juga
lubang atau sumur pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat
meresap ke dalam tanah.
Sumur resapan dapat dibedakan menjadi 2 bagian, antara lain :

Sumur resapan tanpa media

Sumur resapan dengan media
Syarat yang harus dipenuhi :
 Air yang dialirkan bukan berasal dari limbah domestik ataupun non domestik
 Air tidak mengandung lempung
 Letaknya dipilih pada daerah yang memiliki muka air tanah dalam
 Dinding diusahakan tidak mudah runtuh, tidak mudah tergerus oleh kecepatan air yang masuk
 Mempunyai tutup yang relatif mudah dibuka tutup untuk perawatan
 Tidak menyebabkan perubahan kekuatan tanah di sekitar wilayah sumur
Sumur resapan berdasarkan penggunaannya dapat dibagi menjadi:
Sumur Resapan Individual
Adalah sumur resapan yang dibuat secara pribadi untuk masing – masing rumah. Biaya
pembuatan dan pemeliharaan diserahkan kepada pemiliknya.
Letak sumur resapan harus memperhatikan keadaan lingkungan setempat/ keadaan sekitar
rumah yang akan dibuat sumur resapan baik itu lahan, bangunan sanitasi dan persyaratan lainnya.
Dengan demikian sumur resapan akan berfungsi dengan baik tanpa menimbulkan dampak baru bagi
kepentingan lainnya, seperti septic tank, sumur air minum, rumah dan jalan umum.
Sumur Resapan Kolektif
Adalah resapan yang dibangun secara bersama – sama dalam satu kawasan tertentu. Sumur
resapan ini dapat dibuat persepuluh rumah, per blok, satu RT atau satu kawasan permukiman.
Sumur kolektif ini biaya pembuatan dan pemeliharaannya dapat biaya dari pemerintah, developer
atau swadaya masyarakat. Model – model sumur resapan dapat diterapakan tergantung pada
keadaan lingkungan dan ketersediaan tanah di kawasan tersebut.
Bidang Resapan
Pada bidang resapan air hujan diutamakan untuk daerah dengan permeabilitas tinggi. Dalam
perencanaan pembuatan bidang resapan dapat dilakukan dengan cara menggali bangunan atasnya.
Syarat pembangunan bidang resapan :

Diutamakan untuk daerah dengan permeabilitas tanah yang cukup tinggi

Pembuatan bidang resapan dengan cara menggali bagian atasnya dan ditutup dengan tanah
urug tidak dianjurkan
Kecepatan meresapnya air hujan pada bidang resapan ke dalam lapisan akuifer sebagai
pembawa air, umumnya jauh lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan aliran air permukaan.
Upaya konservasi ini ditujukan untuk rekayasa memperlambat aliran permukaan dan mempercepat
resapan air ke dalam tanah. Bidang resapan berbetuk kotak (empat persegi panjang), kedalamannya
dangkal cocok untuk daerah dengan topografi datar dengan muka air tanah dangkal.
Kolam Resapan
Kolam resapan merupakan kolam terbuka di perkotaan yang khusus dibuat untuk
menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Model resapan ini cocok untuk lahan
dengan permukaan air tanah dangkal dan tersedia lahan yang luas. Model ini dapat dipadukan
dengan konsep pertamanan atau konsep hutan kota yang sekarang sedang digalakan pemerintah
dalam rangka penataan lingkungan. Melalui konsep penataan pemukiman ini kolam resap akan
dapat berfungsi ganda, disamping memiliki nilai estetika juga berfungsi dalam konservasi air.
Macam dari kolam resapan misalnya cek dam atau embong, fasilitas ini digunakan bila lokasi
dalam kondisi bergelombang atau ada lembah – lembah yaitu dengan cara membendung lembah
menggunakan tanah. Untuk daerah datar juga dapat dibuat kolam resapan di lokasi yang paling
rendah tempat air terakhir mengalir dan berkumpul. Dilihat dari segi konstruksi, kolam resapan
dapat dibuat dari pelapisan pasangan bata, patok kayu maupun bambu.
Parit Resapan
Instalasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

Parit Resapan Tanpa media
Merupakan saluran terbuka, dimana air hujan yang ada di dalam saluran dibiarkan meresap
dan menguap. Air yang menggenang terbuka dalam parit biasanya mengandung benda suspensi
dimana dari karakternya mempunyai berat jenis yang berbeda, sebelum meresap habis akan
mengalami pengendapan. Keadaan ini dapat menyumbat pori – pori tanah bagian atas.

Parit Resapan Dengan Menggunakan Media
Parit resapan dengan menggunakan media merupakan saluran terbuka yang diisi dengan
media batu, koral ataupun kerikil.

Tanpa pipa poros penghubung

Dengan pipa poros penghubung
Media merupakan saringan dan dapat juga berfungsi sebagai tempat pertumbuhan melekat
bagi mikroba pada media itu sendiri. Untuk itu keadaan harus aerobik, sehingga penampang saluran
dianjurkan tidak terlalu dalam. Air yang diresapkan harus dapat secepat mungkin diresapkan dengan
perkiraan paling lama durasi satu hari. Di samping itu karena banyaknya binatang yang hidup akan
membuat porositas tanah untuk dapat meresapkan air hujan terjamin.
Biopori
Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas
organisma di dalamnya, seperti cacing , perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubanglubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.
Bila lubang-lubang seperti ini dapat dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan dari
sebidang tanah untuk meresapkan air akan diharapkan semakin meningkat. Peningkatan jumlah
biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal ke dalam tanah. Lubang resapan
biopori ini berupa lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal,
tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan
organik, seperti sampah-sampah organik rumah tangga, potongan rumput atau vegetasi lainnya, dan
sejenisnya. Bahan organik ini nantinya akan dijadikan sumber energi bagi organisme di dalam tanah.
Peningkatan aktifitas organisme akan memperbanyak biopori yang terbentuk.
Daftar Pustaka
Asdak, C., (2001), “Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta
Suripin (2003), “Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan”, ANDI, Yogyakarta.
Download