Agama Budha Pertemuan 13

advertisement
BUDAYA
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
BUDAYA
•Budaya berarti pikiran, akal budi
•Berbudaya berarti mempunyai budaya,
mempunyai pikiran dan akal budi yang sudah maju
Budaya merupakan bentuk perwujudan dari sikap batin manusia yang
berasal dari perbuatannya yang sering dilakukan terus-menerus
sehingga menjadi wataknya
Hal-hal yang perlu dibudayakan sesuai
ajaran Buddha:
1.Keyakinan
2.Perhatian murni
3.Malu berbuat jahat
4.Takut akibat perbuatan jahat
5.Tidak serakah
6.Tidak benci
7. Keseimbangan batin
8. Ketenangan dari bentuk-bentuk batin
9. Ketenangan pikiran
10.Kegembiraan dari bentuk-bentuk batin
11.Kegembiraan pikiran
12.Sifat menurut dari bentuk-bentuk batin
13.Sifat menurut dari pikiran
14.Sifat menyesuaikan diri dari bentuk-bentuk batin
15.Sifat menyesuaikan diri dari pikiran
16.Kemampuan dari bentuk-bentuk batin
17.Kemampuan dari pikiran
18.Ketulusan/kejujuran dari bentuk-bentuk batin
19.Ketulusan/kejujuran dari pikiran
20.Bicara benar
21.Perbuatan benar
22.Pencaharian benar
23.Belas kasihan
24.Simpati
25.Kebijaksanaan
Etos Kerja:
Pengertian Etos kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas terkait dengan keyakinan seseorang
atau sekelompok orang
Etos kerja dalam agama Buddha adalah
menyempurnakan diri dengan memperbaiki karma
secara produktif dan membuang egoisme
Setiap makhluk bertanggung jawab atas perbuatannya
sendiri. Perbuatannya yang menentukan bagaimana
nasibnya, bahkan kelahirannya di kemudian hari
(Anguttara Nikaya. V, 288).
Makna Bekerja:
Apa yang disebut kerja tak lain dari melakukan
karma atau perbuatan agar seseorang dapat
berkembang
Bekerja adalah sebuah kebutuhan, bukan
persoalan mengabdi pada orang lain. Kalaupun
terkandung maksud untuk mengabdi, bukan
karena ada yang mengharuskan, melainkan
sepantasnya karena dorongan hati sendiri.
Analogi kegiatan Buddha dengan petani:
Usaha mempraktikkan Dharma yang dianalogikan
dengan kegiatan yang dilakukan oleh para petani,
membajak dan menabur benih:
1. Benih yang ditabur atau bibit yang ditanam
adalah
keyakinan
2. Keyakinan sebagai bibit memerlukan disiplin
yang
disamakan dengan siraman air hujan.
3. Adanya pandangan terang diumpamakan sebagai
bajak yang serasi dengan kuknya
4. Tahu malu merupakan tangkai bajak dan Akal sehat
menjadi tali pengikat
5.
6.
Kesadaran atau pikiran terkonsentrasi disamakan
lengan mata bajak dan gandar
Kewaspadaan ditunjukkan dengan berhati-hati
dalam tindakan dan ucapan, begitu pun makan
sewajarnya. Apa yang buruk seperti rumput liar
disingkirkan dengan Kebenaran. Menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya yang menjadi
dambaan. Ditunjang daya upaya yang tekun, selalu
menjadi lebih maju, aman, tiada lagi penderitaan
(Samyutta Nikaya. I, 172-173).
Fungsi Kerja: E.F. Schumacher mencatat sedikitnya
terdapat tiga fungsi bekerja dalam pandangan Buddha,
yakni:
1.
2.
3.
Memberi kesempatan kepada orang untuk
menggunakan dan mengembangkan bakatnya;
Agar orang bisa mengatasi egoismenya dengan
jalan bergabung melaksanakan tugas bersamasama orang lain;
Menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk
kehidupan yang layak.
Mentalitas Kerja:
Bagaimana orang bekerja, sedikit atau banyak
terpengaruh oleh keyakinan keagamaan yang
dianutnya.
Bekerja bisa seraya berdoa, atau bekerja
sendiri dipandang sebagai ibadah, membuat
orang merasa senang mengerjakannya.
Sebagai kebutuhan untuk menyempurnakan diri
bekerja seharusnya bukanlah beban. Karena
orang melakukannya dengan bebas tanpa
tekanan, bukan tanpa pilihan, ia akan merasa
senang.
Memprakktikan ajaran agama untuk
memperoleh rezeki berarti bekerja, jangan
tersesatkan oleh berbagai bentuk praktik mistis
Lima Kekuatan:
Ketika melakukan pekerjaan seseorang hendaknya
mengembangkan lima kekuatan yaitu kekuatan:
1. keyakinan
2. usaha yang penuh semangat
3. kesadaran dalam arti ingatan yang penuh
perhatian,
4. konsentrasi
5. kebijaksanaan (Anguttara Nikaya. III, 10).
Keseimbangan dalam bekerja:
Kepada Bhikkhu Sona, Buddha mengajarkan
bagaimana bekerja dengan baik dan benar itu
menghindari usaha yang terlalu keras, yang
menimbulkan kesibukan berlebihan sehingga
membingungkan. Begitu juga menghindari
ekstrem terlalu longgar atau kemalasan.
Memelihara keseimbangan bekerja, seperti juga
keseimbangan semua indra, dapat dibandingkan
dengan menyetel senar kecapi, tidak boleh
terlalu kencang ataupun terlalu longgar
(Anguttara Nikaya. III, 373-374).
Jalan Benar:
Kerja yang benar bertujuan mengakhiri
penderitaan. Karena hanya ada satu Jalan
Mulia untuk mengakhiri penderitaan
(Dhammapada. 274-275), kerja yang benar
berarti memenuhi kedelapan unsur jalan
tersebut, yakni pengertian, pikiran,
ucapan, perbuatan, mata pencaharian,
daya upaya, perhatian dan konsentrasi
yang benar.
Menghargai Waktu:
Buddha mencela kebiasaan bermalas-malasan.
Sigalovada Sutta mengemukakan bagaimana
orang tidak bekerja dengan alasan masih terlalu
dingin, atau masih terlalu panas. Begitu pula
karena masih terlalu pagi, atau terlalu siang;
masih terlalu lapar, atau terlalu kenyang. Dengan
alasan-alasan semacam itu orang membiarkan
kesempatan berlalu. Karena malas, ia tidak
sukses atau mendapatkan kekayaan; sebaliknya
yang terjadi adalah kemerosotan (Digha Nikaya.
III, 184).
Saat yang tepat untuk bekerja keras,
mumpung masih:
1. Muda atau belum semakin tua
2. Sehat
3. Bukan musim paceklik atau tidak
ada bencana kelaparan
4. Aman dan damai
5. Bersatu
(Anguttara Nikaya.III, 103-105).
Referensi:





Mukti, Krishanda W. 2003. Wacana Buddha Dharma.
Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan
Piyadassi, Mahathera. 2003. Spektrum Ajaran Buddha.
Diterjemahkan oleh Hetih Rusli, Vivi, dan Titin Negsi.
Jakarta: Yayasan Pendidikan Buddhis Tri Ratna
Sri Dhammananda. 2002. Keyakinan Umat Buddha. Pustaka
Karaniya.
http://www.dhammacakka.or.id/mahasati/diskusidhamma/dd
-020928.htm
http://www.freelists.org/archives/mahasathi/062007/msg00050.html
KUIS:
1.
2.
3.
4.
5.
Jelaskan pengertian budaya dan kebudayaan!
Mengapa kita perlu membudayakan malu berbuat
jahat dan takut akibatnya dalam kehidupan seharihari?
Apakah seseorang yang sering membunuh,.
mencuri, berbuat zina, berdusta, dan mabukmabukan adalah orang yang berbudaya?
Bagaimana pandangan agama Buddha tentang etos
kerja!
Mengapa kita perlu mengahargai waktu dengan
sebaik-baiknya? Apa saja waktu yang tepat bagi
seseorang untuk bekerja keras!
Download