BAB I - Nawasis

advertisement
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini
merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan
terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik
sinkronisasi
dan
koordinasi
pada
tingkat
kabupaten,
Provinsi
maupun
Kementerian/Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran,
dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk
implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat kabupaten,
Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya.
Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen
dalam dokumen ini akan menjadi acuan tindak lanjut melalui proses
penganggaran formal tahunan.
Beberapa pokok utama yang telah dicapai melalui penyusunan dokumen ini antara
lain:

Proses Penganggaran telah mempertimbangkan komitmen bersama antara
kemampuan APBD pemerintah kabupaten dan pendanaan Pemerintah Pusat
maupun partisipasi dari sektor pendanan lain yang peduli sanitasi.

Program dan anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga
perencanaan lebih optimal dan matang.

Memorandum
program
investasi
pemerintah
kabupaten
merupakan
rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun
dengan mempertimbangkan kemampuan kabupaten dari aspek teknis, biaya
dan waktu.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 1
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)

Memorandum
program
investasi
ini dilengkapi
2015
dengan kesepakatan
pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan yang ditanda tangan oleh
Bupati/Gubernur selaku kepala daerah.

Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas
menurut kebutuhan pemerintah kabupaten untuk memenuhi sasaran dan
rencana pembangunan kabupaten.

Proses penyusunan rencana program investasi ini telah ditekankan aspek
keterpaduan antara pengembangan wilayah/ kawasan dengan pengembangan
sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup: Koordinasi
Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan
Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan yang paling sesuai dalam rangka
menjawab tantangan pembangunan.
Memorandum program ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi
program, rencana pelaksanaannya sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, peta-peta
pokok yang dapat menjelaskan arah pengembangan dan struktur ruang kotanya.
1.2. Maksud dan Tujuan
Memorandum
Program Sanitasi
(MPS)
merupakan terminal seluruh
program dan kegiatan pembangunan sektor sanitasi di daerah yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kabupaten, Provinsi, Pusat dan masyarakat setempat dalam
kurun waktu 5 tahun, yang pendanaannya berasal dari berbagai sumber: APBN,
APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, Bantuan Luar
Negeri
(pinjaman
maupun hibah), swasta maupun masyarakat, dan sebagainya.
Sebagai suatu pusat kegiatan, Memorandum Program Sanitasi (MPS)
merangkum masukan dari Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), Rencana Program
Investasi Jangka Menengah (RPIJM), sejalan dengan itu (MPS) telah disusun pula
dokumen-dokumen perencanaan sebagai berikut : RTRWK, RPJMD, Renstra
Kabupaten, RKA KL, dan lain-lain.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 2
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Memorandum Program merupakan justifikasi dan komitmen pendanaan dari
Pemerintah
Kabupaten, Provinsi, Pusat, atau dari lembaga lainnya untuk
program/kegiatan yang telah teridentifikasi. Memorandum Program merupakan
landasan bagi Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan strategi
pembangunan sektor sanitasi dalam jangka menengah (5 tahun).
Adapun
maksud dan tujuan dari penyusunan Memorandum Program ini
adalah sebagai berikut.
1.2.1. Maksud
1. Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh
pemerintah Kabupaten dan pihak terkait untuk implementasi pembangunan
sanitasi yang komprehensif Jangka Menengah. Secara spesifik MPS bersifat
sebagai “Expenditure Plan” – khususnya untuk program pembangunan
sanitasi.
2. Mendorong para stakeholders melaksanakan kebijakan pengembangan sanitasi
yang lebih efektif, partisipatif, dan berkelanjutan.
1.2.1. Tujuan
1. MPS diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran pendanaan
untuk implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 2014
sampai dengan tahun 2019 yang telah tercantum dalam dokumen Strategi
Sanitasi Kabupaten.
2. Memberikan gambaran tentang kebijakan pendanaan untuk implementasi
pembangunan Sanitasi Kabupaten Dairi selama 5 tahun yaitu tahun 2014
sampai dengan tahun 2018 baik pendanaan yang dialokasikan dari APBD
Kabupaten, Propinsi, Pemerintah Pusat maupun sumber pendanaan lain non
pemerintah.
3. Sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan
sanitasi.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 3
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
4. Sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak
swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam
pembangunan sanitasi daerah Kabupaten Dairi
5. Sebagai dasar masukan dalam memberikan umpan balik (feed-back) RPJMD
pada periode selanjutnya.
Gambar I.1 – Skema Proses Perencanaan PPSP
1.3.
Wilayah Perencanaan
1.3.1. Gambaran Umum
Kabupaten Dairi terletak di sebelah Barat Daya Provinsi Sumatera Utara dan
merupakan gerbang pintu keluar-masuk dari/ke Provinsi Aceh dari arah sebelah
Barat, secara geografis berada pada koordinat 9800’ - 9830’ BT dan 215’ 00’’300’00’’ LU, berbatasan dengan:

Sebelah Utara
:
Kabupeten Karo dan Provinsi Aceh

Sebelah Selatan
:
Kabupaten Pakpak Bharat

Sebelah Timur
:
Kabupaten Samosir

Sebelah Barat
:
Provinsi Aceh
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 4
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Kabupaten Dairi berada di dataran tinggi Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar
400 - 1.700 meter diatas permukaan laut (dpl), memiliki karakter topografi yang
spesifik dan bervariasi dengan curah (ceruk) yang cukup dalam dimana pada
musim hujan berfungsi sebagai saluran drainase alami. Secara ekologis,
Kabupaten Dairi merupakan penyangga ekosistem Danau Toba dan menyumbang
sebagian besar input air ke Danau Toba melalui belasan sungai-sungainya.
Letak Kabupaten Dairi cukup strategis dengan jarak sekitar 153 km dari Kota
Medan membuat tingkat aksessibilitas keluar/masuk Kabupaten Dairi relatif
tinggi, baik dari/ke Kota Medan sebagai primary city Provinsi Sumatera Utara
maupun secondary city lainnya, bahkan lintas Provinsi Aceh.
Luas wilayah Kabupaten Dairi kurang lebih 192.780 Ha atau sekitar 2,69% dari
luas Provinsi Sumatera Utara dengan Ibukota Kabupaten adalah Sidikalang,
meliputi 15 (lima belas) kecamatan, 169 desa/kelurahan sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel I.1 dan Gambar I.2.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 5
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Tabel I.1.
Wilayah Administrasi Kabupaten Dairi
No.
Kecamatan
Ibukota
Kecamatan
Jumlah
Luas
Desa/
Wilayah
(Ha)
Kelurahan
1. Sidikalang
Sidikalang
2. Sitinjo
Persentase Luas
Kabupaten
(%)
11
7.317
3,80
Sitinjo
4
5.315
2,76
3. Berampu
Berampu
5
3.168
1,64
4. Parbuluan
Sigalingging
11
22.700
11,76
5. Sumbul
Sumbul
19
14.900
7,73
6. Silahisabungan
Silalahi
5
11.920
6,18
7. Silima Punggapungga
Parongil
16
10.168
5,27
8. Lae Parira
Lae Parira
9
4.272
2,22
9. Siempat Nempu
Bunturaja
13
6.030
3,13
10. Siempat Nempu Hulu
Silumboyah
12
9.360
4,86
11. Siempat Nempu Hilir
Sopobutar
10
10.450
5,42
12. Tigalingga
Tigalingga
14
20.187
10,47
13. Gunung Sitember
G. Sitember
8
7.520
3,90
14. Pegagan Hilir
Tiga Baru
13
15.533
8,06
15. Tanah Pinem
Kuta Buluh
19
43.940
22,79
169
192.780
100,00
Kabupaten Dairi
Sumber: Dairi Dalam Angka, Tahun 2014
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 6
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Gambar I.2 – Peta Administrasi Kabupaten Dairi
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 7
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
1.3.2. Kebijakan dan Strategi Penetapan Struktur Ruang Kabupaten Dairi
Sistem Perkotaan Nasional di Kabupaten Dairi didasari Peraturan Pemerintah Nomor
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, menetapkan
Kota Sidikalang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan fungsi mendorong
pengembangan kota-kota sentra produksi.
Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Kabupaten Dairi meliputi 3 (tiga) kawasan,
yaitu :

Kawasan Danau Toba dan sekitarnya di Kecamatan Silahisabungan;

Kawasan Ekosistem Leuser di Kecamatan Tanah Pinem, Gunung Sitember,
Silima Punggapungga dan Siempat Nempu Hilir;

Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Kecamatan Tanah Pinem.
Wilayah Sungai (WS) Strategis Nasional di Kabupaten Dairi terdiri dari 2 (dua) WS,
yaitu:

WS Toba – Asahan (Sumatera Utara – Strategis Nasional) dengan tahapan
pengembangan I-IV/A/1;
WS Toba – Asahan di Kabupaten Dairi terdiri dari 11 (sebelas) anak sungai yang
dialirkan ke Danau Toba melalui Waduk PLTA Renun di Kecamatan Sumbul
telah dimanfaatkan untuk PLTA Renun dengan kapasitas tenaga 2 x 41 MW atau
setara dengan 82 MW.

WS Alas – Singkil termasuk DAS Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam dan
Sumatera Utara - Lintas Provinsi) dengan tahapan pengembangan I-IV/A/1.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 8
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
1.3.3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten
Dairi
Kabupaten Dairi termasuk dalam pengembangan kawasan andalan Provinsi Sumatera
Utara, merupakan bagian dari pengembangan kawasan Tapanuli dan sekitarnya dengan
fokus pengembangan pada sektor perkebunan, pertambangan, perikanan laut,
pertanian, industri dan pariwisata.
Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara di
Kabupaten Dairi menetapkan Kota Sidikalang sebagai PKW dengan fungsi utama
sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Dairi, Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan
Perdagangan.
Selain itu, kebijakan struktur ruang wilayah Kabupaten Dairi yang ditetapkan dalam
RTRW Provinsi Sumatera Utara, yaitu:

Menetapkan pengembangan jaringan jalan strategis keruangan, yaitu jaringan
jalan Lintas Tengah menghubungkan Batas Aceh – Lau Pakam – Sidikalang –
Panji – Tele – Dolok Sanggul – Siborong-borong – Tarutung – Sipirok – Padang
Sidempuan – Siabu – Jembatan Merah – Ranjau Batu – batas Sumatera Barat (ke
arah Lubuk Sikaping)

Pengembangan jaringan jalan Kolektor Primer menghubungkan:
Medan – Kabanjahe – Kutabuluh – Lau Pakam – batas Aceh
Sidikalang - Kutabuluh – ke arah Tapak Tuan (batas Aceh)
Kabanjahe – Merek – Sumbul – Sidikalang
Panji – Tele – Dolok Sanggul – Siborong-borong

Pemantapan Terminal Penumpang tipe B di Sitinjo Kabupaten Dairi;

Peningkatan kapasitas pembangkit listrik PLTA Renun;

Pengembangan pengelolaan Wilayah Sungai, meliputi:
Wilayah Sungai Strategis Nasional, yaitu WS Toba – Asahan;
Wilayah Sungai Lintas Provinsi, yaitu WS Alas - Singkil

Pengembangan pola pengelolaan Cekungan Air Tanah (CAT).
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 9
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
1.3.4. Rencana Sistem Perkotaan
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara, dan dengan memperhatikan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota yang berbatasan, sistem perkotaan di Kabupaten
Dairi adalah sebagai berikut:
A. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kota Sidikalang (meliputi Kecamatan
Sidikalang dan Sitinjo)
Fungsi utama, yaitu:

Ibukota Kabupaten;

Ibukota Kecamatan;

Pusat pelayanan pemerintahan kabupaten;

Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan;

Pusat pendidikan kabupaten dan dengan kabupaten/kota yang berbatasan;

Pusat pelayanan kesehatan kabupaten dan dengan kabupaten/kota yang
berbatasan;

Pusat kawasan agropolitan;

Pusat Stasiun Terminal Agribisnis.
B. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) Kota Sumbul, Parongil dan Tigalingga
Fungsi utama, yaitu:

Ibukota kecamatan;

Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan;

Pusat distrik agropolitan Kabupaten Dairi;

Pusat pengembangan agribisnis perikanan.
C. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

PPK Kota Bunturaja, dengan fungsi utama, yaitu:
Ibukota kecamatan;
Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan;
Pusat distrik agropolitan Kabupaten Dairi.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 10
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
D. Pusat Pelayanan Lokal (PPL)
Pusat Pelayanan Lokal (PPL) dengan fungsi utama sebagai pusat kegiatan antar desa,
meliputi:

Kutabuluh

Silalahi

Berampu

Sigalingging

Lae Parira

Silumboyah

Tiga Baru

Sopobutar

Gunung Sitember
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 11
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Gambar I.3 – Peta Rencana Struktur Wilayah Kabupaten Dairi
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 12
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
1.3.5. Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:

Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial-ekonomi
masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah
kabupaten;

Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah
lima tahunan untuk dua puluh tahun;

Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah
kabupaten.
Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola
ruang Nasional dan Provinsi Sumatera Utara, kebijakan pembangunan
daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang
untuk masa mendatang, maka rencana pola ruang Kabupaten Dairi
sebagaimana dipaparkan di bawah ini.
1.3.5.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
A. Kawasan Hutan Lindung
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kehutanan
Nomor
44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Pebruari 2005 tentang Penunjukan
Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Utara, luas kawasan hutan
lindung di Kabupaten Dairi ditetapkan seluas 60.463,89 Ha yang
tersebar di Kecamatan Sidikalang, Sitinjo, Berampu, Parbuluan,
Sumbul, Silahisabungan, Silima Punggapungga, Lae Parira,
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 13
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir
dan Tanah Pinem.
B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
memiliki fungsi hidrorologis untuk pencegahan banjir, menahan
erosi, sedimentasi, serta
mempertahankan fungsi peresapan air
tanah dan perlindungan ekosistem. Kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Dairi
adalah kawasan resapan air. Kawasan resapan air adalah daerah
yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan
sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang
berguna sebagai sumber air.
C. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk melestarikan
fungsi badan perairan dan kerusakan oleh kegiatan budidaya.
Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Dairi, meliputi:

Sempadan Sungai
Sempadan sungai di Kabupaten Dairi meliputi sungai Lae
Renun, Lae Simbelin, Lae Simuhur, Lae Luhung, Lae
Manalsal, Lau Belulus, Lae Lobe, Lau Gunung, Lae
Panginuman, Lae Pangoroan, Lae Kentara, Lae Panencoh, Lae
Silobi, Lae Pandaroh, Lae Nuaha, Lae Patulen, Lae Longki,
dan sungai-sungai lainnya.

Kawasan Sekitar Mata Air
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan
untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 14
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.
Kriteria kawasan sekitar mata air, yaitu:

Daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat
untuk mempertahankan fungsi mata air; dan

Wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter
dari mata air.
D. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di
Kabupaten Dairi meliputi kawasan suaka alam, taman nasional,
dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Kawasan Suaka Alam
Kawasan suaka alam di Kabupaten Dairi berada di kawasan
hutan Adian Tinjoan (Register 67) terletak di sebelah
Selatan Kabupaten Dairi dan berbatasan dengan Kabupaten
Pakpak Bharat.
Luas kawasan hutan Adian Tinjoan di Kabupaten Dairi
seluas kurang lebih 7.912 Ha sedangkan sisanya seluas
kurang lebih 11.868 Ha berada di Kabupaten Pakpak Bharat.
Kawasan hutan Adian Tinjoan berfungsi sebagai Hutan
Produksi Tetap, di dalam kawasan hutan terdapat hutan
konservasi dalam bentuk Hutan Wisata Alam (HWA)
Sicike-cike seluas 575 Ha yang penetapannya didasarkan
pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 78/KptsII/1989, tanggal 7 Pebruari 1989.
Potensi sumber daya alam hayati kawasan hutan Adian
Tinjoan meliputi keanekaragaman flora dan fauna. Berbagai
jenis flora seperti sampinur tali, sampinur bunga, hoting,
turi-turi, haun dolok, medang dan berbagai jenis rotan.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 15
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Sedangkan jenis fauna/satwa terdiri dari mawas, siamang,
serudung, imbo, kijang, kancil, harimau serta berbagai jenis
burung seperti elang, ayam hutan, belibis, murai, patia raja,
enggang dan lain-lain.

Taman Nasional
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang RTRW Nasional, kawasan hutan Delleng Simbelin
Register 69 seluas 33.910 Ha termasuk bagian dari Taman
Nasional Gunung Leuser, terletak di Kecamatan Siempat
Nempu Hilir, Siempat Nempu, Gunung Sitember dan Tanah
Pinem.
Fungsi hutan adalah Hutan Lindung (HL) seluas kurang
lebih 11.910 Ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas
22.000 Ha. Kawasan hutan merupakan daerah penyangga
(buffer-zone) Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1998
ditetapkan sebagai bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser
(KEL).
Potensi sumber daya sangat potensial dan kaya berbagai
jenis satwa liar seperti harimau, kambing hutan, kijang,
siamang, rusa, beruk, orang utan, kera ekor panjang dan
lain-lain. Pada Tahun 1999 masih dijumpai adanya kawanan
gajah disekitar Gunung Air, terdapat berbagai jenis burung
seperti rangkong, sri gunting, berbagai jenis elang, kuau raja,
gagak hutan dan lain-lain. Kawasan hutan juga ditumbuhi
berbagai jenis pohon seperti damar dan meranti. Selain
kekayaan flora dan satwa, kawasan ini juga kaya akan bahan
tambang. Sejak Tahun 1960 telah terjadi perubahan fungsi
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 16
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
hutan menjadi lahan perkebunan rakyat dengan berbagai
jenis komoditi seperti nilam, kopi, kemiri dan tanaman
semusim. Kawasan hutan diperkirakan telah rusak seluas
11.700 Ha, lahan kritis sekitar 6.363 Ha.

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya
bangsa
peninggalan-peninggalan
sejarah,
bangunan
arkeologi dan monument nasional dan keragaman bentukan
geologi,
yang
berguna
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh
kegiatan alam maupun manusia. Kriteria kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan, yaitu:
Kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil
budaya
manusia
yang
bernilai
tinggi
maupun
bentukan geologi alami yang khas.
Benda buatan manusia, atau benda bergerak atau tidak
bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok yang
berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili
masa gaya yang khas.
Benda/bangunan yang memiliki nilai penting bagi
sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
E. Kawasan Lindung Geologi
Kriteria kawasan lindung geologi, yaitu adanya patahan/sesar
sehingga berpotensi timbul gempa tektonik. Kabupaten Dairi
termasuk wilayah rawan terhadap bencana alam geologi yang
didasari letaknya berada pada Cekungan Air Tanah (CAT)
Kabupaten Dairi dan patahan/sesar sungai Lae Renun. Kecamatan
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 17
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
yang berpotensi
2015
terhadap bencana alam geologi
meliputi
Kecamatan Sidikalang, Parbuluan, Sumbul, Silima Punggapungga,
Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Tigalingga, Pegagan Hilir
dan Tanah Pinem.
F. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Dairi berupa gempa
bumi, tanah longsor, amblesan dan angin puting beliung.
Berdasarkan karakter topografi, jenis tanah, hidrologi, pola
drainase alami dan klimatologi, bahwa delineasi kawasan lindung
bencana alam seluas kurang lebih 29.229,12 Ha atau sekitar
14,69% dari luas Kabupaten Dairi, terletak di seluruh kecamatan.
G. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
RTH di Kabupaten Dairi diarahkan di Kawasan Perkotaan
Sidikalang
(Kecamatan
Sidikalang
dan
Sitinjo),
Sumbul,
Tigalingga dan Parongil berupa taman kota dan kawasan pertanian.
Dari segi pemanfaatannya, RTH berfungsi sebagai penyejuk dan
elemen estetika lingkungan serta sebagian dimanfaatkan untuk
sarana rekreasi dan olahraga baik pada skala lingkungan maupun
kota, disamping itu ada juga yang bersifat privat seperti jalur hijau
dan fasilitas taman yang ada disepanjang perumahan (pola
perumahan linier) disepanjang jalan atau yang ada di tempat
rekreasi, seperti Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo. Kriteria Ruang
Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan, yaitu:

Memiliki fungsi sebagai mitigasi bencana, sosial dan
ekologis;

Penyediaan RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik (milik
pemerintah dan terbuka untuk umum) dan RTH privat (milik
perorangan atau institusi);
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 18
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)

2015
Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar
minimal 30% yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10%
RTH privat;

Lokasi sasaran RTH kawasan perkotaan termasuk di
dalamnya hutan kota antara lain di kawasan permukiman,
industri, tepi sungai/jalan yang berada di kawasan perkotaan;

Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah
perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat.
1.3.5.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Dengan
memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang
Nasional dalam RTRW Nasional dan RTRW Provinsi Sumatera Utara,
kondisi eksisting Kabupaten Dairi, kebutuhan ruang dan daya tampung
wilayah pada masa mendatang, maka rencana pola ruang kawasan
budidaya Kabupaten Dairi meliputi kawasan peruntukan hutan
produksi, hutan rakyat, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan,
pertambangan, industri, pariwisata, permukiman, perdagangan dan jasa
serta kawasan peruntukan lainnya.
Berdasarkan kebijaksanaan Nasional tentang konversi hutan saat ini,
yaitu menghentikan sementara pelepasan kawasan hutan untuk
perkebunan sampai tersusunnya national forestry program yang
tertuang dalam Surat Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor
603/Menhutbun-VIII/2000 tanggal 22 Mei 2000 kepada seluruh
Gubernur dan Bupati di Indonesia.
Surat tersebut telah mendapat tindak lanjut Gubernur Sumatera Utara
melalui Surat Nomor 522/8352/Binekda/2000 yang ditujukan kepada
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 19
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Bupati/Walikota serta instansi terkait lainnya se-Sumatera Utara yang
pada intinya menekankan tidak ada lagi penerbitan rekomendasi.
A. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi merupakan kawasan yang
diperuntukkan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan, meliputi kawasan hutan produksi
tetap dan hutan produksi terbatas.
Penetapan Hutan Produksi mengacu pada Surat Keputusan Menteri
Kehutanan
Nomor
44/Menhut-II/2005
tentang
Penunjukan
Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Tetap (HP) di Kabupaten Dairi seluas 3.902,83
(tiga ribu sembilan ratus dua koma delapan puluh tiga) hektar atau
sekitar 6,64% dari luas Kabupaten Dairi, terletak di Kecamatan
Sidikalang, Sitinjo, Parbuluan dan Siempat Nempu Hulu.
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Kabupaten Dairi seluas
50.901,31 (lima puluh ribu sembilan ratus satu koma tiga puluh
satu)
hektar,
terletak
di
Kecamatan
Parbuluan,
Sumbul,
Silahisabungan, Silima Punggapungga, Siempat Nempu Hulu,
Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir
dan Tanah Pinem.
B. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Hutan rakyat merupakan hutan milik rakyat dengan tegakan berupa
tanaman tahunan. Kawasan hutan rakyat merupakan kawasan hutan
yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi
keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk
pembangunan, mendukung pengembangan industri dan ekspor.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 20
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Potensi hutan rakyat di Kabupaten Dairi seluas kurang lebih sekitar
12.439 Ha yang tersebar di seluruh kecamatan
C. Kawasan Peruntukan Pertanian
Peruntukan Pertanian Lahan Basah
Peruntukan pertanian lahan basah ditentukan menurut kesesuaian
lahan serta dukungan sarana dan prasarananya, seperti jalan usaha
tani, sistem pengairan (irigasi) dan lain-lain.
Peruntukan pertanian lahan basah di Kabupaten Dairi adalah sawah
dengan luas kurang lebih 10.225 Ha atau setara dengan sekitar
5,31% dari luas wilayah Kabupaten Dairi yang tersebar di seluruh
kecamatan, kecuali Kecamatan Gunung Sitember. Dalam rangka
meningkatkan produktifitas sawah didukung dengan jaringan
irigasi. Luas Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Dairi berdasarkan
aspek fungsional seluas kurang lebih 10.225 Ha, sedangkan dari
aspek potensial seluas kurang lebih 21.167 Ha.
Berdasarkan pola jaringan irigasi, luasan Daerah Irigasi setengah
teknis seluas kurang lebih 6.059 Ha, irigasi sederhana seluas
kurang lebih 3.257 Ha dan irigasi non PU seluas kurang lebih 909
Ha dengan volume rata-rata pemakaian air sekitar 14.104 liter/detik
sebagaimana dapat dilihat pada
Peruntukan Pertanian Lahan Kering
Kawasan pertanian tanaman lahan kering merupakan kawasan yang
diperuntukkan bagi budidaya tanaman palawija, hortikultura
ataupun tanaman pangan lainnya. Pengembangan pertanian lahan
kering diorientasikan sesuai dengan kebutuhan pasar, pemenuhan
kebutuhan infrastruktur, dan peningkatan komoditas unggulan.
Luas pertanian lahan kering di Kabupaten Dairi kurang lebih seluas
28.839 Ha tersebar diseluruh kecamatan.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 21
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Peruntukan Hortikultura
Prospek hortikultura akan semakin baik, selain itu tanaman ini
dapat ditanam baik di lahan basah maupun lahan kering. Luas
lahan peruntukan hortikultura seluas 19.500 Ha tersebar diseluruh
kecamatan, meliputi tanaman jenis sayuran dan buah-buahan untuk
tujuan konsumsi lokal, regional maupun ekspor.
D. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Komoditi perkebunan di Kabupaten Dairi terdiri dari kopi, jeruk,
kakao, kulit manis, kemenyan, nilam,
gambir, aren, cengkeh,
kemiri, karet, kelapa, tembakau, jahe, tebu, vanili, lada, pinang dan
lain-lain. Luas kawasan peruntukan perkebunan seluas 32.779 Ha
yang tersebar di seluruh kecamatan.
E.
Kawasan Peruntukan Peternakan
Dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara, pengembangan sektor
peternakan di Kabupaten Dairi diarahkan untuk pengembangan
jenis ternak besar, selain itu, pengembangan ternak jenis unggas
diarahkan di seluruh kecamatan. Dalam pengembangan ternak
besar, daya tampung ruang sangat dipengaruhi oleh kualitas
rumput dan teknologi budidaya ternak.
Dalam pemenuhan kebutuhan ternak di Kabupaten Dairi,
pengembangan
peternakan
tetap
dipertahankan,
bahkan
ditingkatkan, utamanya jenis komoditas ternak kerbau, lembu,
kambing, babi dan ayam. Hal ini terkait dengan kearifan lokal di
Kabupaten Dairi, dimana dalam pemenuhan jenis ternak
sebagaimana disebutkan diatas digunakan sebagai media dalam
hubungan sosial kemasyarakatan/adat istiadat.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 22
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
F. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Dairi meliputi
perikanan darat dan danau. Perikanan darat meliputi kolam air
tenang, kolam air deras, mina padi, sedangkan perikanan danau
diarahkan
di
Danau
Toba
Kecamatan
Silahisabungan.
Pengembangan perikanan didasarkan pada pendekatan konsep
kompleks wilayah, yaitu kombinasi antara analisis keruangan dan
ekologi perikanan. Setiap wilayah mempunyai interaksi dengan
wilayah lain yang timbul karena adanya perbedaan antar wilayah.
Artinya bahwa fenomena wilayah didasarkan pada analisis
keruangan, sedangkan interaksi manusia dengan lingkungan
dipelajari keterkaitannya dalam analisis ekologi. Suatu wilayah
merupakan satu kesatuan wilayah sosial ekonomi dan sumber daya
hayati perikanan.
Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Dairi meliputi:

Perikanan
tangkap
di
Danau
Toba
(Kecamatan
Silahisabungan) dan sungai-sungai di Kabupaten Dairi

Budidaya perikanan di Kecamatan Silahisabungan, Sumbul,
Silima Punggapungga, Pegagan Hilir dan Lae Parira, meliputi
ikan mas, nila, mujahir, ikan jurung (ihan batak), pora-pora,
lele, gabus, belut dan sebagainya.
G. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Sumber daya mineral sangat potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Dairi, hal ini didasarkan pada hasil penyelidikan umum
dan eksplorasi bahwa adanya bahan tambang mineral logam pada
prospek anjing hitam, seperti timah hitam, seng dan perak di Desa
Longkotan Sopokomil Kecamatan Silima Punggappungga; Desa
Sinar Pagi, Desa Pamah dan Desa Bululaga Kecamatan Tanah
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 23
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Pinem; Desa Lubuk Raya Kecamatan Gunung Sitember dan
Kecamatan Siempat Nempu Hilir.
H. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Dairi meliputi industri
besar, industri sedang dan industri rumah tangga dengan
pengembangan sebagai berikut:

Kecamatan Sidikalang, jenis industri sedang/menengah dan
kecil/rumah
tangga,
seperti
pengolahan
kopi,
kerajinan/anyam-anyaman, kentang, pembuatan saos tomat,
industri pembuatan detergen, pengolahan hasil tambang
Galian C, dan lain-lain;

Kecamatan Sumbul, jenis industri sedang/menengah dan
kecil/rumah tangga, seperti kilang padi, pengepakan beras,
pengalengan ikan dan lain-lain;

Kecamatan Sitinjo dan Tigalingga, jenis industri besar (ramah
lingkungan), sedang/menengah dan kecil/rumah tangga seperti
agroindustri, pembibitan jagung, pengolahan ketela pohon dan
lain-lain;

Kecamatan Silima Punggapungga, jenis industri besar,
sedang/menengah dan kecil/rumah tangga, seperti industri
pengolah hasil tambang, penyulingan nilam, kerajinan/anyamanyaman dan lain-lain.
I.
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Dairi terdiri dari
pariwisata alam dan pariwisata budaya.
Pariwisata Alam
Pariwisata alam adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan
potensi sumber daya alam sebagai obyek wisata baik berupa
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 24
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
keindahan alam, panorama alam, pemandian alam, hutan wisata,
taman wisata alam, suaka alam, maupun suaka marga satwa.
Obyek wisata alam di Kabupaten Dairi bervariasi sehingga
potensial untuk dikembangkan.
Pariwisata Budaya
Dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya ditetapkan kawasan,
lingkungan dan atau bangunan sebagai lingkungan dan bangunan
cagar budaya sebagai kawasan pariwisata budaya.
J.
Kawasan Peruntukan Permukiman
Permukiman Perkotaan
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Kawasan
permukiman
perkotaan
di
Kabupaten
Dairi
dikembangkan di kawasan perkotaan Sidikalang, Sitinjo, Sumbul,
Tigalingga dan Parongil.
Permukiman Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
Mengingat desa-desa di Kabupaten Dairi jumlahnya relatif banyak,
mencapai 169 desa/kelurahan, maka sistem perdesaan diarahkan
sebagai berikut:

Sistem dusun memiliki pusat dusun;

Terdapat satu pusat bagi setiap desa;
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 25
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)

Beberapa
desa
memiliki
pusat
2015
pelayanan/Desa
Pusat
Pertumbuhan (DPP);

Perdesaan yang lokasinya strategis, langsung berhubungan
dengan ibukota kecamatan (IKK);

Perdesaan
yang
membentuk
sistem
keterkaitan,
diorientasikan berhubungan langsung dengan pusat kota.
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten
Dairi diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D). Selain KTP2D, pengembangan
permukiman perdesaan diarahkan pada pengembangan kawasan
agropolitan dan menetapkan Sitinjo sebagai pusat kawasan.
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten
Dairi diarahkan di Kecamatan Silahisabungan, Pegagan Hilir,
Parbuluan, Berampu, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Hulu,
Siempat Hilir, Gunung Sitember dan Tanah Pinem.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 26
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
Gambar I.4 – Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Dairi
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 27
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
2015
1.4. Metodologi
1.4.1. Metodologi Penyusunan Dokumen
Metode penyusunan MPS adalah sebagai berikut:
1.
Review SSK
2.
Internalisasi
3.
Konsultasi dengan pokja provinsi dan satker terkait di provinsi
4.
Akses sumber pendanaan non pemerintah
5.
Pengawalan program dan kegiatan kedalam mekanisme penganggaran
Proses penyusunan MPS terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat
terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan review SSK khususnya untuk Kerangka Logis, Program, Kegiatan
dan Penganggaran serta prioritas program
2. Melakukan konsultasi kepada SKPD terkait di kabupaten
3. Melakukan konsultasi teknis kepada pokja provinsi dan satker terkait
4. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif non pemerintah
ditingkat kabupaten
5. Melakukan pengawalan kepada mekanisme penganggaran
1.4.2. Sistematika Penyajian
Sistematika dokumen MPS terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut:
1.
Bab Pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar
belakang, maksud dan tujuan penyusunan MPS, metode penyusunan dan
sistematika dokumen.
2.
Bab Kedua berisi hasil review SSK yang menyangkut kondisi eksisting
sanitasi, Prioritasi Program, kerangka logis.
3.
Bab Ketiga berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan,
perhitungan volume kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 28
Memorandum Program Sanitasi Tahun
(MPS)
4.
2015
Bab Keempat berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi
dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan. Disamping itu dalam
bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap.
5.
Bab Kelima berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing
kegiatan, langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi
kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana Monev.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kab. Dairi
I- 29
Download