bab iv kondisi umum lokasi penelitian

advertisement
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
1.1 Letak Geofrafis dan Batas Wilayah
Berdasarkan data statistik (Mamuju Utara dalam Angka 2007), Kabupaten
Mamuju Utara, yang terdiri atas 12 kecamatan dan 63 desa/kelurahan, meliputi
wilayah seluas 304.375 ha. Secara geografis Kabupaten Mamuju Utara terletak antara
119°25’ 26”−119° 50’ 20” BT dan 0° 40’ 10”−1° 50’ 12” LS. Secara fisik, batasbatas Kabupaten Mamuju Utara adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mamuju
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Kecamatan Baras memiliki wilayah yang paling luas berdasarkan data statistik
(sekitar 14,24 % dari total luas wilayah kabupaten) sebelum dimekarkan menjadi dua
kecamatan sedangkan Kecamatan yang terluas berdasarkan analisis peta adalah
Kecamatan Dapurang (sekitar 30,71% dari total luas wilayah kabupaten). Posisi
kedua, ketiga dan keempat berdasarkan data statistik secara berturut-turut ditempati
oleh Kecamatan Sarudu, Bulutaba dan Kecamatan Lariang, sedangkan Posisi kedua,
ketiga dan keempat
Berdasarkan analisis peta masing-masing ditempati oleh Kecamatan Baras,
Bulutaba dan Pasangkayu. Kecamatan yang memiliki luas wilayah yang paling kecil
adalah Kecamatan Bambaira (hanya sekitar 1,21% dari total luas wilayah kabupaten).
4.2 Keadaan Iklim
Iklim di wilayah Kabupaten Mamuju Utara digambarkan dengan data curah
hujan yang tecatat di Stasiun Pasangkayu dan Stasiun Karossa yang menunjukkan
pola distribusi curah hujan di wilayah pantai utara dan selatan. Pola ini mengikuti
pola iklim pantai barat Sulawesi yang posisi geografi wilayahnya terletak di pantai
Selat Makassar barat Sulawesi. Antara bulan September sampai bulan Maret
28
dipengaruhi oleh musim barat karena adanya angin barat laut yang membawa hujan
dengan puncak curah hujan pada bulan Desember dan Januari. Sedangkan pada bulan
Maret sampai September bertiup angin tenggara yang merupakan angin timur yang
kering sehingga terjadi musim kemarau.
Curah hujan bulanan yang tercatat pada stasiun Karossa juga menunjukkan
terjadinya puncak musim pada bulan April disamping yang terjadi pada bulan-bulan
Desember dan bulan Januari. Pola seperti ini juga terjadi di bagian tengah wilayah
kabupaten. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya pola bimodial atau dua
puncak musim hujan dimana puncak musim hujan yang kedua terjadi karena adanya
uap air dari tenggara yang terbawa oleh angin timur. Dikaitkan dengan data curah
hujan yang tersedia tersebut maka berdasarkan pembagian wilayah iklim dari
Oldeman, wilayah bagian selatan lebih basah dibandingkan dengan bagian utara.
Iklim di bagian selatan diklasifikasikan sebagai wilayah iklim B1, dimana bulan basah
(curah hujan bulanan rata-rata di atas 200 mm) mencapai tujuh sampai sembilan
bulan dan bulan kering (curah hujan bulanan rata-rata kurang dari 100 mm) kurang
dari dua bulan. Total curah hujan tahunan lebih besar dibagian selatan dibandingkan
dengan di bagian utara yang wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Donggala,
Provinsi Sulawesi Tengah. Bulan kering dengan curah hujan kurang dari 100 mm
terjadi pada bulan Agustus di bagian utara. Sedangkan pada bulan yang sama di
bagian selatan curah hujan masih di atas 100 mm. Distribusi curah hujan bulanan
yang demikian ini memungkinkan terbentuknya vegetasi berupa formasi hutan hujan
dataran rendah yang selalu hijau sepanjang tahun. Tanaman komoditas seperti kelapa
sawit dan kakao pertumbuhannya sesuai dengan kondisi iklim seperti ini.
4.3
Geologi dan Tanah
4.3.1
Aspek Geologi
Lembar Pasangkayu terletak pada Mandala Geologi Sulawesi Barat, yang
perkembangan tektonik dan sejarah pengendapan sedimennya mempunyai hubungan
yang erat dengan tektonik Sulawesi secara keseluruhan. Tektonik Pulau Sulawesi
secara umum sangat dipengaruhi oleh beberapa pergerakan yaitu pergerakan
29
mendatar oleh Palu-Koro, Walanae Fault, pergerakan menghunjam oleh subduksi
Laut Sulawesi dan beberapa patahan lainnya (Bergman 1996) (Gambar 4).
Gambar 4 Kerangka struktur geologi Pulau Sulawesi (Bergman et al. 1996)
4.3.2
Aspek Tanah
Terdapat enam sebaran kelompok utama (Great group) tanah yang di
Kabupaten Mamuju Utara yakni, dystropept, tropaquept, tropohemists, troposaprists,
troposamments, dan tropudults. Dystropept umumnya dijumpai pada relief atau
bentuk wilayah bergelombang, berbukit dan bergunung pada kisaran kemiringan
lereng 16–25 %, 41–60 % dan > 60%. Tanah ini baru dalam stadia perkembangan
awal dan mempunyai harkat kesuburan tergolong tinggi pada kondisi alamiah yang
tidak terganggu. Apabila terjadi konversi keperuntukan lain, dystropept mudah
tererosi karena lithologinya terbentuk dari persilangan konglomerat, batuan pasir,
batuan lempung dan tufa. Luasan tanah dystropept di Kabupaten Mamuju Utara
meliputi areal seluas 175.207 ha yang setara dengan 42,12% dari luas kabupaten.
30
4.4 Sosial Ekonomi
Sebagai daerah pemekaran, perekonomian Kabupaten Mamuju Utara telah
digenjot seiring dengan perbaikan sarana dan prasarana dan insentif layanan publik
yang meningkat. Mata pecaharian masyarakat Mamuju Utara cukup beragam mulai
dari bidang pertanian sampai jasa-jasa di bidang perdagangan dan perhotelan.
Download