Implementasi Pancasila (Sila Ke 4 dan 5)

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PANCASILA
IMPLEMENTASI PANCASILA
SILA KE-4 DAN KE-5
ga
Fakultas
Program Studi
Psikologi, dll
Psikologi, dll
On Line
14
Kode MK
Disusun Oleh
90037
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Abstract
Kompetensi
Penjelasan dalam materi ini meliputi
tentang pengertian pancasila dan lebih
menekankan implementasi dari nilainilai sila ke 4 dan ke 5
Mahasiswa diharapkan dapat mengkaji
pancasila
dan
memahaminya,
khususnya terkait dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam sila ke 4 dan 5,
dan nilai-nilai semua sila pada
umumnya
dalam
implementasinya
dalam berbagai aspek kehidupan.
Implementasi Pancasila (Sila Ke 4 dan 5)
IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT 1
Memahami implemnetasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat sangat penting dilakukan
agar setiap warga negara dalam berpikir, dan bertindak berdasarkan etika yang bersumber
dari Pancasila. Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan pandangan hidup dan dasar
negara. Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai arti setiap warga negara dalam
kehidupan sehari-hari menggunakan Pancasila sebagai petunjuk hidup dalam rangka
mencapai daya saing bangsa, kesejahteraan, dan keadilan, baik lahir maupun batin.
Pemahaman implementasi Pancasila diharapkan akan adanya tata kehidupan yang serasi
dan harmonis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
A. Implementasi
Sila
Keempat:
Kerakyatan
yang
Dipimpin
oleh
Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, dan dalam
melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem perwakilan (rakyat memilih
wakil-wakilnya), dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan jalan
musyawarah yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih, logis, serta penuh
tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Butir
implementasi sila keempat sebagai berikut:
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Ini menghendaki masyarakat
harus mengawal wakil rakyat yang dipilih lewat pemilu, agar setiap keputusan wakil
rakyat mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Keputusan penting
seperti penjualan aset negara, perjanjian imbal dagang antar negara, impor beras,
kenaikan BBM dan listrik dll, harus berdasarkan kepentingan rakyat, bukan
kepentingan pejabat. Rakyat harus berperan aktif dalam memberikan koreksi yang
membangun dengan cara santun, dan memberi sanksi setiap pelanggaran pada
pemilu selanjutnya.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Artinya menghormati setiap
perbedaan, dan dengan akal sehat melakukan kompromi demi kebaikan
masyarakat dan negara.
1
Srijanti dkk, Pendisikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, Cet. Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009
hal 20 dan26.
2015
2
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama. Oleh sebab itu, dalam mengambil keputusan mengenai suatu masalah
harus melibatkan pihak-pihak lain yang berkepentingan, dan memecahkan secara
bersama. Musyawarah dapat dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat dan
negara.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. Butir ini
menghendaki agar pengambilan keputusan secara bersama-sama didasrkan
semangat kekeluargaan, yaitu hubungan kekerabatan yang sangat erat dan
mendasar di masyarakat. Dengan menampilkan rasa kekerabatan yang erat, maka
musyawarah akan berjalan dengan baik, tidak saling menang-menangan, tapi
semua akan merasa menang, terakomodasi, serta mementingkan kepentingan
bersama.
5. Dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah. Oleh sebab itu sangat tidak demokratis apabila ada
yang menolak, atau merasa kalah dalam musyawarah, kemudian tidak mau
melaksanakan keputusan bersama. Penolakan hasil pemilu atau pemilukada yang
sudah dilakukan dengan baik, ini wujud tidak bertanggung jawab sebagai
masyarakat.
6. Musyawarah dilakukann dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur. Butir ini menghendaki bahwa prinsip musyawarah dalam memecahkan
masalah bukan menang kalah, serta kepentingan golongan, tetapi dengan
menggunakan akal sehat, tidak mabuk dan anarki, sesuai dengan hati nurani.
Kejujuran dan akal sehat merupakan cermin sikap takwa kepada Tuhan. Sehingga
segala
keputusan
tidak
akan
bertentangan
dengan
hukum
Tuhan
dan
kemaslahatan umat manusia.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat martabat manusia, serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.
B. Pengambilan Keputusan oleh Para Pekerja dalam Perusahaan Berkaitan dengan
Sila Keempat.
Sebelum membahas materi pengambilan keputusan oleh para pekerja di dalam sebuah
perusahaan, baik menyangkut status hukum orang seorang pekerja, organisasi pekerja
dalam perusahaan maupun perusahaan itu sendiri sepanjang hubungan perusahaan
dengan pekerja dan/atau para pekerja, maka perlu untuk dapat diketahui dan dipahami
tentang hubungan industrial dalam sebuah perusahaan.
2015
3
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Pengertian Hubungan Industrial. Menurut Payaman J. Simanjuntak (2009),
2
Hubungan
industial
adalah
Hubungan
semua
pihak
yang
terkait
atau
berkepentingan atas proses produksi barang atau jasa di suatu perusahaan. Pihak
yang berkepentingan dalam setiap perusahaan (Stakeholders):
a.
Pengusaha atau pemegang saham yang sehari-hari diwakili oleh pihak
manajemen;
b.
Para pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh;
c.
Supplier atau perusahaan pemasok;
d.
Konsumen atau para pengguna produk/jasa;
e.
Perusahaan Pengguna;
f.
Masyarakat sekitar;
g.
Pemerintah.
Disamping para stakeholders tersebut di atas, para pelaku hubungan industrial juga
melibatkan beberapa pihak sebagai berikut:
a. Para konsultan hubungan industrial dan/atau pengacara;
b. Para Arbitrator, konsiliator, mediator, dan akademisi;
c. Hakim-Hakim Pengadilan hubungan industrial
Abdul Khakim (2009)3 menjelaskan, istilah hubungan industrial merupakan
terjemahan dari "labour relation" atau hubungan perburuhan. Istilah ini pada awalnya
menganggap bahwa hubungan perburuhan hanya membahas masalah-masalah
hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha. Seiring dengan perkembangan dan
kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa masalah hubungan kerja antara
pekerja/buruh dan pengusaha ternyata juga menyangkut aspek-aspek lain yang luas.
Dengan demikian, Abdul Khakim (2009) menyatakan hubungan perburuhan tidaklah
terbatas hanya pada hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha, tetapi perlu
adanya campur tangan pemerintah.
2.
Prinsip-Prinsip Hubungan Industrial.
Payaman J. Simanjuntak (2009) menjelaskan beberapa prinsip dari Hubungan
industrial, yaitu :
a. Kepentingan Bersama: Pengusaha, pekerja/buruh, masyarakat, dan pemerintah;
b. Kemitraan yang saling menguntungan: Pekerja/buruh dan pengusaha sebagai
mitra yang saling tergantung dan membutuhkan;
c. Hubungan fungsional dan pembagian tugas;
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_hubungan_industrial 2014
3
Ibid.
2015
4
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Kekeluargaan;
e. Penciptaan ketenangan berusaha dan ketentraman bekerja;
f.
Peningkatan produktivitas;
g. Peningkatan kesejahteraan bersama
3. Sarana Pendukung Hubungan Industrial.
Payaman J.
Simanjuntak
(2009)4 menyebutkan sarana-sarana pendukung
Hubungan industrial, sebagai berikut :
a. Serikat Pekerja/Buruh;
b. Organisasi Pengusaha;
c. Lembaga Kerjasama bipartit (LKS Bipartit);
d. Lembaga Kerjasama tripartit (LKS Tripartit);
e. Peraturan Perusahaan;
f.
Perjanjian Kerja Bersama (PKB);
g. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaaan;
h. Lembaga penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial.
4. Perundingan Kerja Bersama (PKB).
Perjanjian Kerja Bersama atau disingkat PKB merupakan pijakan karyawan dalam
menorehkan prestasi yang pada gilirannya akan berujung kepada kinerja koorporat
dan kesejahteraan karyawan. Jadi, PKB memang penting bagi perusahaan
manapun. Hubungan kerja senantiasa terjadi di masyarakat, baik secara formal
maupun informal, dan semakin intensif di dalam masyarakat modern. Di dalam
hubungan kerja memiliki potensi timbulnya perbedaan pendapat atau bahkan
konflik. Untuk mencegah timbulnya akibat yang lebih buruk, maka perlu adanya
pengaturan di dalam hubungan kerja ini dalam bentuk PKB. Dalam prakteknya,
persyaratan kerja diatur dalam bentuk perjanjian kerja yang sifatnya perorangan.
Perjanjian kerja Bersama ini dibuat atas persetujuan pemberi kerja dan Karyawan
yang bersifat individual. Pengaturan persyaratan kerja yang bersifat kolektif dapat
dalam bentuk Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama
(PKB).Perjanjian Kerja Bersama atau PKB sebelumnya dikenal juga dengan istilah
KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) / CLA (Collective Labour Agreement) adalah
merupakan perjanjian yang berisikan sekumpulan syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban para pihak yang merupakan hasil perundingan antara Pengusaha, dalam
hal ini diwakili oleh Managemen Perusahaan dan Karyawan yang dalam hal ini
diwakili oleh Serikat Karyawan, serta tercatat pada instansi yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan. Hal ini juga tertuang dalam Pasal 1 UU No.13
4
Ibid.
2015
5
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tahun 2003 Point 21.PKB dibuat dengan melalui perundingan antara managemen
dan serikat karyawan.
Kesemua itu untuk menjamin adanya kepastian dan perlindungan di dalam
hubungan kerja, sehingga dapat tercipta ketenangan kerja dan berusaha. Lebih dari
itu,
dengan
partisipasi
ini
juga
merupakan
cara
untuk
bersama-sama
memperkirakan dan menetapkan nasib perusahaan untuk masa depan.Masa
berlakunya PKB paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang masa
berlakunya paling lama 1 (satu) tahun. PKB juga merupakan suatu instrumen yang
digunakan untuk untuk menjalankan hubungan industrial, dimana sarana yang lain
adalah serikat karyawan, organisasi pengusaha, lembaga kerjasama bipartit,
lembaga kerjasama tripartit, peraturan perusahaan, peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan, lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Menurut ketentuan, Perundingan pembuatan PKB berikutnya dapat dimulai paling
cepat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku. Dalam hal
perundingan tidak mencapai kesepakatan, maka PKB yang sedang berlaku tetap
berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun. Sehingga dengan demikian proses
pembuatan PKB tidak memakan waktu lama dan berlarut-larut sampai terjadi
kebuntuan (dead lock) yang mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum.
5. Penyelesaian Hubungan Industrial.5
Landasan
Hukum
penyelesaian
Perselisihan
Hubungan
Industrial
(PPHI)
didasarkan pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 Tanggal 14 Januari 2004
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4356).
6. Jenis Perselisihan.6
a.
Perselisihan Hak.
Perselisihan ini timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan
pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan perundang-undangan,
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
b.
Perselisihan Kepentingan.
Perselisihan ini timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang
ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama.
c.
Perselisihan Karena PHK.
5
D. Machdum Fuady, Diktat Mata Kuliah Ilmu Hukum, Modul Penyelesaian Perselisiahn Perburuhan, 2008.
6
Ibid.
2015
6
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perselisihan ini timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang diakukan oleh salah satu pihak.
7. Tata Cara Penyelesaian Perselisihan.7
a.
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) di Luar Pengadilan.
1)
Penyelesaian melalui Bipartit, yaitu perundingan yang dilakukan oleh dua
pihak (pengusaha dengan pekerja/buruh) untuk mencari penyelesaian
secara
musyawarah
mufakat/negosiasi
tentang
perselisihan.
Hasil
musyawarah dibuat perjanjian bersama dan ditandatangani oleh para
pihak;
2)
Perjanjian bersama wajib didaftarkan ke Pengadilan Hubungan Industrial di
Pengadilan Negeri yang berwenang untuk mendapatkan akta bukti
pendaftaran;
3)
Jika salah satu pihak ingkar janji, maka pihak lain dapat mengajukan
permhonan kepada Pengadilan Hubungan Industrial di Pengadilan Negeri
yang berwenang;
b.
Penyelesaian
melalui
Mediasi,
yaitu
penyelesaian
perselisihan
hak,
perselisihan kepentingan, PHK, dan perselisihan antarserikat pekerja dalam 1
(satu) perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
mediator yang netral. Mediator dari PNS di bidang ketenagakerjaan yang
memenuhi syarat di wilayah kabupaten/kota.
Perjanjian bersama wajib didaftarkan ke Pengadilan Hubungan Industrial di
Pengadilan
Negeri
yang
berwenang
untuk
mendapatkan
akta
bukti
pendaftaran;
c.
Penyelesaian melalui Konsiliasi, yaitu penyelesaian perselisihan seperti
huruf b di atas (tidak termasuk perselisihan hak), yang ditengahi oleh
Konsiliator
di
setiap
instansi
yang
bertanggung
jawab
di
bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota atau yang ditunjuk oleh Menteri terkait;
d.
Penyelesaian melalui Arbitrase, yaitu penyelesaian perselisihan kepentingan
dan perselisihan antara serikat pekerja/buruh dalam satu perusahaan, yang
disepakati para pihak yang berselisih secara tertulis dan menyerahkan
penyelesaiannya kepada Arbiter, di mana putusannya mengikat dan final.
Putusan arbitrase didaftarkan di pengadilan hubungan industrial pada
pengadilan negeri di wilayah arbiter menetapkan putusan.
7
Ibid.
2015
7
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih
dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh menteri untuk memberikan putusan
tentang perselisihan kepentingan. Putusan arbitrase dapat dimohonkan
pembatalan kepada Mahkamah Agung dalam tempo 30 hari kerja setelah
penetapan, namun tidak dapat diajukan ke pengadilan hubungan industrial.
e.
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Melalui Pengadilan.
Dalam hal tidak tercapai penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi, maka
salah satu pihak atau para pihak dapat mengajukan kepada pengadilan
hubungan industrial. Pengadilan Hubungan Industrial, merupakan Pengadilan
Khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum, ia mempunyai
kewenangan mutlak dalam melaksanakan tugas, memeriksa dan memutus:
C. Implementasi Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.8
Sila ini mempunyai makna bahwa seluruh rakyat Indonesia mendapatkan perlakuan
yang adil dalam bidang hukum, politik, ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan spritual
rohani, sehingga tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Butir-butir implementasi
sila kelima adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. (berbuat baik apa yang diperintah
Tuhan dan menjauhi apa yang dilarang). Perbuatan baik tersebut dilaksanakan
dengan cara saling membantu, bergotong royong, merasa sebagai bagian keluarga
yang dekat layak dibantu, sehingga kehidupan setiap manusia layak dan terhormat.
2. Bersikap adil. Melaksanakan kegiatan antarmanusia untuk tidak pilih kasih.
Pengertian adil juga sesuai dengan kebutuhan manusia untuk hidup layak, dan
tidak diskriminatif terhadap sesama manusia yang akan ditolong.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jangan mendahulukan hak, tapi
mengabaikan kewajiban. Kewajiban yang harus dilakukan adalah berhubungan
baik dengan sesama manusia, membantu sesama manusia, membela yang
teraniaya, memberikan nasehat yang benar dan menghormati kebebasan
beragama. Apabila kewajiban dan hak berjalan seiring, maka hidup damai dan
rukun akan tercipta.
4. Menghormati hak-hak orang lain. Butir ini menghendaki setiap manusia menghormati
hak orang lain dan memberikan peluang orang lain dalam mencapai hak dan tidak
menghalanginya. Perbuatan seperti mencuri, pelit/kikir bersedekah, merusak
8
Srijanti dkk, Pendisikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, Cet. Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009
hal 28
2015
8
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tempat peribadatan agama lain adalah perbuatan tidak menghormati hak orang
lain.
5. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain. Mengembangkan sikap dan
budaya tolong menolong, gotong royong, menjauhkan diri dari sikap egois dan
individualistis. Perbuatan seperti membantu orang buta menyebrang jalan, memberi
makan para fakir miskin, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok di
sembarang tempat, adalah contoh suka memberikan pertolongan kepada orang
lain.
6. Menjauhi sikap pemerasaan terhadap orang lain. (manusia Indonesia bukan Homo
Hominilupus). Pemerasan seperti merampok, menarik bunga pinjaman terlalu
tinggi, tidak memberikan upah yang layak kepada buruh dan pembantu rumah
tangga.
7. Tidak bersikap boros. Sikap ini seperti tidak memakai atau menggunakan uang,
barang, dan sumber daya secara berlebihan.
8. Tidak bergaya hidup mewah. Hidup secukupnya sesuai dengan kebutuhan.
Perbuatan membuang makanan, makan berlebihan, memakai pakaian, perumahan
dan kendaraan yang berlebihan, juga wujud kehidupan mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. Menjaga
kepentingan dan prasarana umum, tidak merusak tellepon umum, rambu lalu lintas,
mencuri kabel kereta api aatau berkelahi antar warga, siswa dengan mahasiswa,
perbuatan itu merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras. Berusaha bekerja secara keras dan maksimal, tidak pasrah
terhadap nasib, berusaha dan berdoa. Tindakan seperti bolos kuliah, suka
mencontek, meminta-minta merupakan contoh perbuatan yang tidak suka bekerja
keras.
11. Menghargai karya orang lain. Tindakan pembajakan program seperti VCD/DVD,
memfotokopi buku atau membeli buku bajakan adalah contoh perbuatan tidak
menghargai karya orang lain.
12. Secara bersama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial. Tindakan ini adalah adanya usaha bersama antar warga negara untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Mengembangkan kerja sama tim,
dan belajar berorganisasi merupakan contoh mengembangkan usaha bersama.
Usaha bersama akan menjamin pencapaian keberhasilan, dan memperkecil risiko
kegagalan.
D. Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Yang Berkepentingan Dalam Perusahaan.
2015
9
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Pengertian Perusahaan.9
Organisasi adalah system/sekumpulan orang – orang yang berkerjasama antara
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah struktur
pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang
pemegang posisi yang berkerjasama secara tertentu untuk bersama – sama
mencapai tujuan tertentu. Dalam aktivitas organisasi, kepemimpinan merupakan
konsep dan praktek yang tidak dapat ditinggalkan. Kepemimpinan yang efektif
dalam mengelola (manajemen) aktivitas organisasi dapat mempengaruhi :
a.
Moral dan kepuasan anggota;
b.
Keamanan, kualitas kehidupan kerja dan
c.
Prestasi organisasi
Dalam kepemimpinan yang efektif dapat menggerakan seluruh anggota organisasi
untuk menjalankan tanggung jawabnya masing – masing. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sangat
dipengaruhi
oleh
proses
kepemimpinan
yang
efektif.
Untuk
membantu
mempermudah dalam memahami konsep kepemimpinan, berikut ini beberapa
pendapat para ahli yang telah mengkaji kepemimpinan dalam aktivitas organisasi :
a.
Organisasi menurut Stoner, bahwa Organisasi adalah suatu pola hubungan –
hubungan yang melalui mana orang – orang dibawah pengarahan atasan
mengejar tujuan bersama.
b.
Organisasi menurut James D. Mooney (1974), mengemukakan bahwa
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama.
c.
Organisasi menurut Chester I. Bernard, berpendapat bahwa Organisasi adalah
merupakan suatu system aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih.
d.
Organisasi menurut Stephen P. Robbins, menyatakan bahwa Organisasi
adalah kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan secara sadar dengan
sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi.
e.
Organisasi menurut Kotter (Robbins, 2003:40), Kepemimpinan pada dasarnya
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kea rah tercapainya tujuan.
9
http://mystorywithmila.blogspot.com/2013/10/difinisi-organisasi.html 2014
2015
10
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Organisasi menurut Joseph C Rost (Safaria, 2005:3), Kepemimpinan adalah
sebuah hubungan saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut
(bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan
bersama.Dari berbagai pendapat diatas secara garis besar kita dapat
memperoleh gambaran tentang kepemimpinan dalam konteks organisasi.
2. Mengapa pentingnya Teori organisasi.10
Dari definisinya, organisasi merupakan wadah bagi sekelompok individu untuk
berinteraksi dalam wewenang tertentu. Manusia sebagai makhluk sosial tak urung
untuk menciptakan kelompok-kelompok yang mengusung pada pengorganisasian
demi mencapai tujuan tertentu. Dengan mempelajari teori organisasi umum,
seseorang akan lebih memahami bagaimana ia harus menempatkan diri ketika
berkecimpung dalam suatu ikatan organisasi. Karena di dalam organisasi tersebut
terdapat beberapa aspek pendukung guna memenuhi tujuan bersama sekumpulan
orang yang terikat di dalamnya. Dengan kata lain, teori organisasi umum
membimbing sekumpulan orang dalam suatu organisasi untuk berpendapat,
menciptakan visi, misi, sistem, dan program, juga untuk menganalisa dan
mengevaluasinya kembali demi keberhasilan pencapaian tujuan dibentuknya
organisasi tersebut.
3. Tujuan Organisasi Perusahaan.11
Suatu perusahaan atau organisasi yang baik dan bertanggungjawab serta ingin
memelihara kesinambungan bisnis dalam jangka panjang, harus sudah memikirkan
kepeduliannya pada saat awal pendirian perusahaan, yaitu dengan cara menetapkan
visi, misi dan tujuan perusahaan. Dalam perkembangannya, budaya organisasi dan
perubahan global akan mempengaruhi tiga hal tersebut: Visi merupakan suatu
pernyataan ringkas tentang cita-cita organisasi yang berisikan arahan yang jelas dan
apa yang akan diperbuat oleh perusahaan di masa yang akan datang. Untuk
mengujudkan visi tersebut maka perusahaan melakukan pengembangan misi yang
akan dijalani dalam tiap aktivitas; Misi merupakan penetapan tujuan dan sasaran
perusahaan yang mencakup kegiatan jangka panjang tertentu dan jangka pendek
yang akan dilakukan, dalam upaya mencapai visi yang telah ditetapkan; Tujuan
perusahan adalah mencapai keuntungan maksimum.
E. Hal-Hal Yang Harus Dihindari dalam Mencapai Tujuan Perusahaan.12
10
Ibid.
11
Ibid.
2015
11
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Praktek monopoli;
Monopoli adalah penguasaan atas produksi/pemasaran barang/penggunaan jasa
tertentu oleh satu pelaku atau kelompok usaha.
2. Persaingan usaha yang tidak sehat;
Persaingan usaha antar pelaku usaha dlm menjalankan kegiatan produksi
/pemasaran barang/jasa yg dilakukan tidak jujur/melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.
3. Perjanjian yg terjadi mengakibatkan praktik monopoli & persaingan usaha tidak
sehat, meliputi Oligopoli, Penetapan Harga, Diskriminasi harga, Janji Pembagian
Wilayah, Kartel dsb yang akan diurai pada paparan berikut:
4. Kegiatan
yang
Penguasaan
Kecurangan
dilarang
Pasar,
dlm
Jual
meliputi
Rugi
monopoli,
(Predatory
menetapkan
Monopsoni
Pricing),
biaya
(pembeli
tunggal),
u/mematikan
pesaing;
produksi;Persekongkolan
(Conspiracy/Collucion), tender, menghambat perdagangan, membocorkan rahasia.
Sumber Materi :
1.
Srijanti, A. Rahman H.I. dan Purwanto S.K., Pendidikan Kewarganegaraan untuk
mahasiswa edisi pertama cetakan pertama , 2009. Penerbit Graha Ilmu kerjasama
dengan Universitas Mercu Buana;
2.
3.
Dr. H. Syahrial Syarbaini, MA. (Dosen Koord. Pendidikan Pancasila)
4.
D. Machdum Fuady, Diktat Mata Kuliah Sistem Hukum Indonesia, Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Mercubuana 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_hubungan_industrial 2014.
---oOo---
12
Arus Akbar Silondae dan Wirawan B Ilyas, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Salemba Empat, Jakarta,
2011, hal 153
2015
12
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download