Kebijakan Ekonomi dan Perdagangan_1

advertisement
KEBIJAKAN EKONOMI DAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
 Kebijakan
ekonomi internasional dalam arti
luas  semua kegiatan ekonomi pemerintah
suatu negara yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi komposisi,
arah dan kegiatan ekspor impor barang dan
jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah
tersebut
 Kebijakan
ekonomi internasional dalam arti
sempit meliputi kebijakan yang langsung
mempengaruhi ekspor dan impor.
 Kebijakan internasional dalam arti sempit ini
berkaitan dengan ekspor barang dan jasa,
yitu barang konsumsi, produksi dan tenaga
kerja.
 Kebijakan
ekonomi internasional adalah
keseluruhan tindakan pemerintah suatu
negara yang bertujuan untuk meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
pendapatan negaranya dengan melalui
kegiatan yang mendorong ekspor dan
mengatur/mengendalikan impor.
 Keseluruhan tindakan tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung akan
memperoleh komposisi, arah serta bentuk
dari perdagangan dan pembayaran
internasional.
1.
Kebijakan perdagangan internasional
mencakup tindakan/kebijakan pemerintah
terhadap perdagangan luar negerinya,
khususnya mengenai ekspor dan impor
barang/jasa, misalnya pengenaan tarif
terhadap barang impor, bilateral, trade
agreement, pengenaan kuota impor dan
ekspor, dll.
2.
Kebijakan pembayaran internasional adalah
mencakup tindakan pemerintah terhadap
pembayaran internasional, misalnya
pengawasan terhadap lalu lintas devisa,
pengaturan lalu lintas modal jangka
panjang.
3.
Kebijakan bantuan luar negeri adalah
tindakan pemerintah yang berhubungan
dengan bantuan (grants), pinjaman/hutang
(loans), bantuan untuk rehabilitasi serta
pembangunan, dll.
1.
2.
Autarki, menghindari pengaruh-pengaruh
negara lain baik pengaruh ekonomi, politik
atau militer.
Kesejahteraan (welfare), tujuan ini
bertentangan dengan autarki di atas. Dengan
mengadakan perdagangan internasional suatu
negara akan memperoleh keuntungan dari
adanya spesialisasi dan kesejahteraan
meningkat. Maka untuk mendorong
perdagangan internasional, hambatan/restriksi
dalam perdagangan internasional seperti tarif,
kuota, dsb akan dihilangkan atau paling tidak
dikurangi. Hal ini berarti mengarah ke
perdagangan bebas.
3.
4.
Proteksi, tujuannya untuk melindungi industri
dalam negeri dari persaingan barang impor.
Kebijakan dapat berupa tarif atau kuota impor.
Keseimbangan neraca pembayaran, terutama
bagi negara yang mengalami defisit dalam
neraca pembayarannya, posisi cadangan valuta
asingnya lemah. Maka diperlukan kebijakan
ekonomi internasional guna menyeimbangkan
neraca pembayaran internasionalnya. Kebijakan
ini ummnya berbentuk pengawasan devisa
(exchange control). Pengawasan devisa tidak
hanya mengatur/mengawasi lalu lintas tapi
juga modal.
Pembangunan ekonomi untuk
menunjang pembangunan ekonomi suatu
negara dan mendorong impor barangbarang pemerintah dapat mengarahkan
perdagangan internasionalnya dengan
kebijakan seperti:
5.



Perlindungan terhadap industri dalam negeri
yang baru tumbuh (infant-industries).
Mengurangi impor barang-barang yang nonesensial
Mendorong ekspor
1.
2.
Hambatan perdagangan berupa tarif
Hambatan perdagangan berupa non tarif
 Kebijakan
proteksionis terhadap barang–
barang produksi dalam negeri dari ancaman
membanjirnya barang-barang sejenis yang
diimpor dari luar negeri, dengan cara
menarik/mengenakan pungutan bea masuk
kepada setiap barang impor yang masuk
untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam
negeri.
 Tarif: pajak atau cukai yang dikenakan untuk
suatu komoditi yang diperdagangkan lintas
batas teritorial.
Alasan pemberlakuan tarif:
1. melindungi industri domestik yang bersaing
dengan produkproduk impor
2. meningkatkan pendapatan pemerintah
1.
2.
3.
tingkat kesejahteraan (welfare) lebih
rendah jika diterapkan kebijakan tarif
dibanding perdagangan bebas
tarif impor menyebabkan pergerakan level
produksi kembali ke titik autarki
penurunan impor yang disebabkan oleh
diterapkannya kebijakan tarif impor
mendorong penurunan pada volume ekspor
 Sebelum
adanya pembebanan tarif, OP1
merupakan harga konstan yang ditetapkan oleh
produsen pengimpor, sehingga produsen di
dalam negeri pun harus menjual pada harga
yang sama sebagai akibat persaingan dengan
produsen pengimpor.
 Produksi dalam negeri OQ1 dan konsumsi OQ4
sehingga Q1Q4 adalah impornya. Terhadap
impornya ini kemudian negara A membebani
tarif sebesar P1-P2, maka efeknya adalah :

harga barang tersebut di dalam negeri naik dari OP1
menjadi OP2.



jumlah barang yang diminta berkurang dari OQ4 menjadi
OQ3 (consumption effect).
adanya pendapatan yang diterima oleh pemerintah dari
tarif tersebut sebesar BCEF (revenue effect).
adanya ekstra pendapatna yang dibayarkan oleh
konsumen di dalam negeri kepada produsen di dalam
negeri sebesar ABP1P2.
Ditinjau dari aspek komoditi:
1. Tarif impor: pungutan bea masuk yang
dikenakan atas barang impor yang masuk
untuk dipakai atau dikonsumsi habis di
dalam negeri
2. Tarif ekspor: pungutan bea yang dikenakan
atas barang ekspor
Ditinjau dari mekanisme penghitungan:
1. Tarif ad valorem: tarif yang dikenakan
berdasarkan angka prosentase tertentu dari
nilai barang yang diimpor
2. Tarif spesifik: tarif yang dikenakan sebagai
beban tetap unit barang yang diimpor
3. Tarif campuran: merupakan gabungan dari
keduanya
Sistem tarif yang umum dilakukan oleh tiap negara
dan sudah disepakati dalam pengenaan tarif adalah
(Amir 2003):
1. Tarif Tunggal (Singgle column tarif), yaitu suatu
tarif untuk satu jenis komoditi yang besarnya
(prosentasenya) berlaku sama untuk impor
komoditi tersebut dari negara mana saja, tanpa
kecuali.
2. Tarif Umum/Konvensional (General/Conventional
Tarif), yaitu satu tarif untuk satu komoditi yang
besar persentase tarifnya berbeda antara satu
negara dengan negara lain, lazim juga dekenal
sebagai tarif berkolom-ganda (two-column tarif).
3.
Tarif Preferensi (Preferential Tarif), yaitu salahs
atu tarif yang merupakan pengecualian dari
prinsip non-diskriminatif. Yang dimaksud dengan
tarif preferensi adalah tarif GATT yang
persentasinya diturunkan, bahkan untuk beberapa
komoditi sampai menjadi nol persen (zero) yang
idberlalukan olehh negara terhadap komoditi yang
diimpor dari negara-negara lain tertentu karena
adanya hubungan khusus antara negara pengimpor
dengan negara pengekspor.
Kebijakan tarif barrier dalam bentuk bea masuk
adalah sebagai berikut:
1. Tarif rendah antara 0%-5%. Tarif ini dikenakan
untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti
beras, mesin-mesin vital, dan alat-alat militer;
2. Tarif sedang antara 5%-20%. Tarif ini dikenakan
untuk barang setngah jadi dan barang-barang lain
yang belum cukup produksi di dalam negeri; dan
3. Tarif tinggi di atas 20%. Tarif ini dikenakan untuk
barang-barang mewah dan barang-barang lain
yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan
bukan barang kebutuhan pokok.
 Kebijakan
hambatan non-tarif (non-tarif
barrier) adalah berbagai kebijakan
perdagangan selain bea masuk yang dapat
menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi
potensi manfaat perdagangan internasional.
1.
2.
3.
Kouta
Hambatan lainnya (PP)
Contingent Protection (antidumping,
countervailing duties, dan safeguards)
 Kuota:
sebuah hambatan perdagangan dalam
bentuk penetapan maksimal kuantitas barang
impor
 Adanya
peraturan pemerintah yang secara
langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi volume perdagangan.
 Sebagai contoh, pemerintah menetapkan
standar teknis dan keselamatan untuk produk
tertentu.
 Ketentuan ini dapat mengurangi impor
produk yang bersangkutan dari negaranegara
yang belum memenuhi standar.
 Selain
itu, peraturan pengadaan pemerintah yang
mengharuskan setiap pengadaan barang oleh
pemerintah menggunakan produk domestik juga
sering digunakan sebagai upaya untuk menghambat
impor.
 Bentuk hambatan lainnya adalah melalui
persyaratan konten domestik pada produk tertentu
(domestic content requirement). Ketentuan ini
mengharuskan para importir mengimpor barang
yang mengandung sekian persen komponen
domestik.
 Contigent
Protection: pengenaan pajak atas
impor tersebut sebagai bentuk kebijakan
proteksi yang dilakukan oleh suatu negara
yang dipicu oleh faktor harga dan
kemungkinan terjadinya kerugian serius pada
industri domestik
 Dumping:


praktik penjualan suatu barang pada tingkat
harga di pasar ekspor yang lebih rendah dari
tingkat harga domestik,
praktik penjualan suatu barang pada tingkat
harga di pasar ekspor yang lebih rendah dari
biaya rata-rata produksi barang tersebut
 Sporadic
dumping: turunnya permintaan di
pasar domestik akibat terjadinya siklus
bisnis, membuat perusahaan menjual
kelebihan produksinya ke pasar ekspor
dengan harga yang lebih murah untuk
mendorong penjualan
 Predatory dumping: perusahaan menjual
produknya dengan harga yang lebih rendah di
pasar ekspor dengan tujuan untuk menekan
perusahaan domestik atau mencegah
masuknya pesaing baru
 Anti
dumping: tindakan yang diambil
pemerintah berupa pengenaan bea masuk
antidumping terhadap barang dumping.
 Bea masuk antidumping ditetapkan sebesar
marjin dumping, selisih antara nilai normal
dan harga ekspor dari barang dumping, dan
dikenakan hingga dumping berhenti.
 Subsidi
dapat diberikan oleh suatu negara
kepada industri dalam negeri, kelompok
industri, perusahaan, atau eksportir baik
secara langsung maupun tidak langsung
dalam bentuk bantuan keuangan ataupun
bentuk dukungan terhadap pendapatan dan
harga, sehingga dapat meningkatkan ekspor
atau menurunkan impor.
 Sama
seperti tindakan antidumping,
pemerintah suatu negara dapat mengenakan
tindakan imbalan (countervailing duty atau
CVD) terhadap barang impor yang
mengandung subsidi, berupa pengenaan bea
masuk imbalan.
 Tindakan
pengamanan (safeguard) adalah
tindakan yang diambil pemerintah untuk
memulihkan kerugian serius dan/atau
mencegah ancaman kerugian serius yang
diderita oleh industri dalam negeri sebagai
akibat dari lonjakan jumlah barang impor,
baik absolut maupun relatif, terhadap barang
sejenis atau barang yang secara langsung
bersaing degan hasil industri dalam negeri.
 Tindakan
tersebut dapat berupa pengenaan bea
masuk tindakan pengamanan atau kuota dengan
tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami
kerugian serius dan/atau mencegah ancaman
kerugian serius dapat melakukan penyesuaian
struktural. Selain itu, terdapat tindakan sementara,
yakni tindakan yang diambil untuk mencegah
terjadinya kerugian dalam masa penyelidikan
berupa pengenaan bea masuk tindakan pengamanan
sementara.
Download