MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

advertisement
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
PERTEMUAN 1
MODUL
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS )
Oleh : Ira Purwitasari
POKOK BAHASAN
Gambaran Umum Komunikasi Antarbudaya
DESKRIPSI
Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan dan membahas gambaran secara
umum dari Komunikasi Antarbudaya, mulai dari pengertian komunikasi, pengertian
kebudayaan serta mengetahui pentingnya atau alasan mempelajari Komunikasi
Antarbudaya.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah membaca modul dan mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa :
•
Mengetahui gambaran secara umum mata kuliah komunikasi antarbudaya
•
Memahami pengertian dari komunikasi dan kebudayaan
•
Mengetahui dan memahami alasan mempelajari komunikasi antarbudaya yang
akan
bermanfaat
baik
dalam
lingkup
antarpribadi,
antarkelompok,
antarorganisasi dan bahkan antarbangsa.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Ira Purwitasari
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Gambaran Umum Komunikasi Antarbudaya
Kepustakaan :
1. Beer, Jennifer, Intercultural Communication at Work, Washington, 1997.
2. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2003.
3. Rumondor, Alex dkk, Komunikasi Antarbudaya, Universitas Terbuka, Jakarta,
1996.
4. Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif; Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2004.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Ira Purwitasari
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
STUDI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Dewasa ini kemajuan teknologi komunikasi dan perkembangan sarana
transportasi telah memungkinkan manusia di seluruh dunia untuk berinteraksi secara
intensif. Dunia seakan-akan semakin menyempit, karena manusia bertambah mudah
untuk pergi ke tempat-tempat yang semula asing. Di sana ia bertemu, bergaul dan
bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin sekali berlainan cara berpikir dan
kebiasaannya. Ibaratnya orang sekarang sudah sangat sulit untuk menghindari
pertemuan dengan orang lain. Perpaduan dari mobilitas yang tinggi, teknologi
komunikasi yang modern dan kesadaran akan masalah-masalah dunia yang harus
ditangani bersama nampaknya secara radikal meningkatkan hubungan-hubungan
antarbudaya. Komunikasi Antarbudaya (KAB) pun tak terelakkan.
Berkat kemajuan teknologi transportasi dan teknologi komunikasi, peradaban
manusia kini sampai pada tahap yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan
berbagai budaya lain. Sebagian interaksi budaya itu bersifat tatap muka, sebagian
lewat media massa; sebagian interaksi bersifat selintas atau berjangka pendek,
sebagian lagi berjangka panjang atau permanent. Melancong ke mancanegara,
belajar di luar negeri, melobi pengusaha asing, meyakinkan wakil Negara sahabat
akan kebijakan politik negara sendiri, konferensi lintasagama untuk perdamaian
dunia, penayangan elenovela asing melalui televise, penayangan berita melalui
televise asing tentang invasi suatu Negara atas Negara lain, semua itu adalah
fenomena komunikasi bernuansa perbedaan budaya.
Tanpa harus meninggalkan negeri sendiri, fenomena komunikasi antarbudaya
tersebut tampaknya akan kita alami setiap saat, baik kita sengaja ataupun tidak,
apalagi jika kita berpendapat bahwa berbeda budaya tidak selalu berarti berbeda
Negara.
Perkenalan dengan seorang tunanetra di kota yang sama, pergaulan
seorang mahasiwa Jawa dengan mahasiswa dari luar Jawa, diskusi antara LSM
pembela kaum perempuan dengan wakil pemerintah daerah, pengarahan atasan
kepada bawahan, konsultasi seorang pasien dengan dokternya, atau bahkan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Ira Purwitasari
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
perdebatan antara seorang pria dengan putrinya yang remaja mengenai gaya hidup
masa kini, pada dasarnya merupakan komunikasi antara orang-orang berbeda
budaya, seberapa kecil pun kadar perbedaan budaya tersebut. Fenomenafenomena komunikasi antar komunitas-komunitas berbeda budaya tampaknya
semakin rumit sejalan dengan semakin beraneka-ragamnya konsep diri, minat,
kepentingan, gaya hidup, kelompok rujukan, system kepercayaan, dan nilai-nilai
yang yang berkembang.
KAB ini tidak dengan sendirinya berjalan mulus, karena adanya perbedaanperbedaan antara orang-orang yang berinteraksi tersebut. Perbedaan ini tidak hanya
menyangkut nilai-nilai budaya saja, tetapi juga aspek-aspek social, ekonomi, politik,
ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai aspek lainnya. Selanjutnya dampak
perbedaan tersebut seringkali mempersulit komunikasi yang berlangsung antara
orang-orang yang berbeda budaya atau bangsa tersebut.
Komunikasi dan Budaya
Sebagai makhluk social kita sering berinteraksi dengan sesama. Mula-mula
interaksi tersebut kita lakukan dalam keluarga. Kemudian berkembang ke system
social yang lebih besar lagi, misalnya tetangga sebelah rumah, tetangga
sekampung, se erte, dan sebagainya. Dalam setiap system social itu terdapat
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma yang tidak lain adalah unsureunsur budaya masyarakat yang bersangkutan.
Ketika para anggota system social tersebut berinteraksi, saat itulah kebiasaan,
nilai, norma tersebut dibagikan (sharing) dikalangan mereka sendiri. Lama kelamaan
kebiasaan, nilai, dan norma itu menjadi bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan
lagi dari para anggota system social
tersebut. Mereka menjadi pemangku
kebudayaan masyarakatnya. Sewaktu mereka berkomunikasi satu sama lain,
kebiasaan, nilai, dan norma itu menjadi acuan. Mereka berkomunikasi dengan
memakai cara-cara yang berlaku di dalam budaya masyarakatnya.
Komunikasi akan berjalan lancar jika para pelaku yang terlibat di dalam
komunikasi itu mempunyai latar belakang budaya yang sama. Orang Jawa tentu
akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang Jawa, dari pada dengan orang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Ira Purwitasari
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Aceh, Batak, Sunda, Ambon dan lain-lain. Orang timur biasanya lebih mudah
berkomunikasi dengan orang timur pula dibandingkan dengan orang barat.
Dengan kata lain, perbedaan latar belakang budaya cenderung mengganggu
komunikasi. Mengapa? Karena ada perbedaan kebiasaan, nilai, norma yang dipakai
ketika komunikasi berlangsung. Maka makna pesan yang diterima pun kemungkinan
besar tidak sepenuhnya, bahkan boleh jadi tidak ada sama sekali dapat dipahami
oleh komunikan. Padahal hampir setiap saat kita berkomunikasi dengan orang-orang
yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Apalagi dalam era globalisasi
seperti sekarang ini kemungkinan untuk berkomunikasi dengan orang asing semakin
terbuka lebar. Alhasil pengetahuan mengenai konteks budaya dalam komunikasi
menjadi sangat penting agar hubungan kita dengan orang asing itu berhasil guna.
Para ilmuwan social mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai
hubungan timbale balik, seperti dua mata sisi uang. Budaya menjadi bagian dari
perilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan,
memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Seperti kata Edward T. Hall
(1959) “culture is communication” dan “communication is culture”.
Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan
karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda. Cara kita berkomunikasi
sangat tergantung pada budaya kita; bahasa, aturan,, dan norma kita masingmasing. Seperti yang dikatakan oleh Edward Sapir seorang ahli linguistic terkemuka
(1929), bahwa bahasa-bahasa yang berlainan memengaruhi cara berpikir. Sebagai
ilustrasi, fakta bahwa orang Eskimo mempunyai sekitar 20 kata untuk melukiskan
salju, menunjukkan betapa berbeda kelompok tersebut dalam memikirkan salju.
Kategori salju begitu penting bagi mereka karena memenagruhi hidup dan bahkan
keselamatan hidup mereka. Tingkatan-tingkatan dalam bahasa Jawa menunjukkan
alam pikiran (status social) yang berbeda pula pada pihak-pihak yang menggunakan
bahasa tersebut. Penggunaan tenses dalam bahasa Inggris mengisyaratkan bahwa
orang-orang Inggris sangat sadar akan waktu dan menekankan pentingnya waktu.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Ira Purwitasari
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Download