BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep lansia
1. Pengertian Lanjut usia
Teori Genetik dan Mutasi menyebutkan bahwa menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul atau DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Menua ini terjadi akibat
hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah dipakai (Nugroho 2008).
Berdasarkan UU Nomor 4 tahun 1965 seseorang dinyatakan sebagai orang
jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun,
tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Nugroho (2000)
menyebutkan bahwa semua orang akan mengalami masa tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dn sosial sedikit demi sedikit sampai tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi.
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di
mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di
ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan
reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,
kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan
diri dengan kondisi lingkunganya (Martono dan Darmojo, 2006).
5
6
2. Batasan Lanjut Usia
Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 tahun 1998 mneyebutkan
bahwa lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia 60 sampai 74 tahun, Lanjut usia
tua (old) ialah kelompok usia 75 sampai 90 tahun, Usia sangat tua (very old)
ialah usia di atas 90 tahun (Bandiyah, 2009). Sedangkan menurut pendapat
Sumiati (dalam Bandiyah, 2009) membagi periodisasi biologis perkembangan
manusia sebagai berikut: Umur 40 – 65 tahun : masa setengah umur
(prasenium), 65 tahun ke atas : masa lanjut usia (senium).
3. Masalah yang sering dihadapi oleh lansia
Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang disebutnya sebagai a
series of I’s, yang meliputi immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan
jatuh), incontinence (inkontinensia),
intellectual
impairment
(gangguan
intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan
penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi),
insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan
tubuh) (Nugroho, 2008).
Berdasarkan The National Old People’s Welfare Council di Inggris (dalam
Nugroho, 2008) menyebutkan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut
usia meliputi depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan
pada tungkai/sikap berjalan, gangguan pada koksa/sendi panggul, anemia,
demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan, dekompensasi kordis,
diabetes mellitus, osteomalasia, hipotiroidisme dan gangguan defekasi.
4. Teori Penuaan
Gerontologis tidak setuju tentang adaptasi penuaan. Tidak ada satu
teoripun dapat memasukan semua variabel yang menyebabkan penuaan dan
respon individu terhadap hal itu. Secara garis besar teori penuaan dibagi
menjadi teori biologis, teori psikologis, dan teori sosiokultural (Stanley dan
Beare, 2007).
7
a. Teori Biologis
Teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,
termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan
kematia. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekuler
dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk
berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
1) Teori genetika
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode
genetik. Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan
yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur
jaringan.
2) Wear and Tear Theory
Teori wear and tear ini menyatakan bahwa perubahan struktur dan
fungsi terjadi akibat akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi yang
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekuler
dan
akhirnya
malfungsi
organ
tubuh.
Konsep
penuaan
ini
memperlihatkan penerimaan terhadap mitos dan stereotif penuaan.
3) Riwayat lingkungan
Faktor-faktor di dalam lingkungan dapat membawa perubahan
dalam proses penuaan, walaupun faktor-faktor ini dapat mempercepat
penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder
dan bukan merupakan faktor utama terhadap terjadinya penuaan.
4) Teori imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem
imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua,
pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan,
sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti
kanker dan infeksi.
8
5) Teori neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti
yang telah terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan
sel.
b. Teori psikososiologis
Teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi bilogi pada
kerusakan anatomis
1) Teori kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Tahap akhir
kehidupan sebagai waktu ketika orang mengambil suatu inventaris dari
hidup mereka, suatu waktu untuk melihat kebelakang dari pada melihat ke
depan. Selama proses refleksi ini lansia harus mengahadpi kenyataan
hidupya secara retrospektif.
2). Teori tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi
oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai
penuaan yang sukses.
3). Teori disengagement
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Penarikan diri ini dapat diprediksi,
sistematis, tidak dapat dihindari dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat yang sedang tumbuh.
4). Teori aktivtas
Teori ini merupakan jalan menuju penuaan yang sukses yaitu dengan cara
tetap aktif.
5). Teori kontinuitas
Teori kontibuitas ini juga dikenal sebagai teori perkembangan yang
merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba
9
untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kabutuhan untuk tetap aktif
atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya
kebutuhan di masa tua.
B. Kemampuan Aktifitas Sehari-hari Pada lansia
1. Pengertian Kemampuan Aktifitas
Menurut kamus bahasa Indonesia kemampuan adalah kesanggupan untuk
melakukan sesuatu. Aktifitas adalah suatu usaha energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, Aktifitas
didefinisikan suatu aksi energetik atau keadaan bergerak semua manusia
memerlukan kemampuan untuk bergerak (Potter, 2005).
Aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah aktifitas yang biasanya
dilakukan dalam sepanjang hari normal. Aktifitas tersebut mencakup ambulasi,
makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi dan berhias (Potter, 2005).
Aktifitas merupakan salah satu penilaian dalam kehidupan sehari-hari
orang tua dalam melakukan tindakan yang perlu dilakukan secara benar.
Aktifitas dan kegiatan produktif dapat meningkatkan kualitas dan usia hidup
seseorang. Mereka yang lebih aktif secara social taryata lebih sedikit yang
meninggal lebih dini ketimbang mereka yang kurang aktif (Miller,1995).
2. Manfaat Kemampuan Aktifitas Sehari-hari Pada Lansia
a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia
b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan
c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah
d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi
e. kecepatan penurunan kekuatan otot (Darmojo, 2004).
3. Macam-macam Aktifitas Sehari-hari Pada Lansia
a. Mandi (spon, pancuran, atau bak)
Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi sendiri jika mandi
dengan menjadi kebiasaan), menerima bantuan untuk mandi hanya satu
bagian tubuh (seperti punggung atau kaki), menerima bantuan mandi lebih
dari satu bagian tubuh (atau tidak dimandikan)
10
b. Berpakaian
Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan,
mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan kecuali
mengikat sepatu, menerima bantuan dalam memakai baju, atau membiarkan
sebagian tetap tidak berpakaian.
c. Ke kamar kecil
Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa bantuan
(dapat mengunakan objek untuk menyokong seperti tongkat, walker, atau
kursi roda, dan dapat mengatur bedpan malam hari atau bedpan
pengosongan
pada
pagi
hari,
menerima
bantuan
kekamar
kecil
membersihkan diri, atau dalam merapikan pakaian setelah eliminasi, atau
mengunakan bedpan atau pispot pada malam hari, tidak ke kamar kecil
untuk proses eliminasi.
d. Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari kursi tanpa
bantuan (mungkin mengunakan alat/objek untuk mendukung seperti tempat
atau alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur atau kursi dengan
bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
e. Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri,
kadang-kadang mengalami ketidak mampuan untuk mengontrol perkemihan
dan defekasi, pengawasan membantu mempertahankan control urin atau
defekasi, kateter digunakan atau kontnensa.
f. Makan
Makan sendiri tanpa bantuan, Makan sendiri kecuali mendapatkan bantuan
dalam mengambil makanan sendiri, menerima bantuan dalam makan
11
sebagian atau sepenuhnya dengan menggunakan selang atau cairan
intravena.
4. Tingkat aktifitas sehari-hari pada lanjut usia
Tingkatan 1 : Mandiri, berarti tanpa pengawasan , pengarahan, atau bantuan
pribadi secara aktif kecuali jika disebutkan secara spesifik sebelumnya. Seseorang
yang menolak untuk melaksanakan suatu fungsi dicatat sebagai tidak melakukan fungsi
tersebut walaupun dianggap mampu.
Tingkatan 2 : Memerlukan bantuan ketergantungan terhadap lebih dari satu
bagian tubuhnya. Dari kemampuan melaksanakan 18 aktifitas dasar tersebut,
kemudian diklasifikasikan menjadi 6 tahapan yang didasarkan pada Bartel Index
adalah sebagai berikut :
Skor 5:
Aktivitas Mandiri
Skor 4:
Aktivitas dengan menggunakan bantuan alat
Skor 3:
Aktivitas dengan bantuan sebagian
Skor 2:
Aktivitas dengan bantuan 1 orang
Skor 1:
Aktivitas dengan bantuan 2 orang
Skor 0:
Aktivitas dengan bantuan total
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari pada lansia
Kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari pada
lansia adalah sebagian berikut :
a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri
1) Umur
Kemampuan aktifitas sehari-hari pada lanjut usia dipengaruhi
dengan umur lanjut usia itu sendiri. Semakin tua ketergantungannya
semakin besar. Umur seseorang menunjukkan tanda kemauan dan
kemampuan, ataupun bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidak
mampuan melaksanakan aktifitas sehari-hari (Potter, 2005).
2) Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh sistem nervous
12
menggumpulkan dan menghantarkan, dan mengelola informasi dari
lingkungan. Sistem muskuluskoletal mengkoordinasikan dengan sistem
nervous sehingga seseorang dapat merespon sensori yang masuk dengan
cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena
penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan aktifitas
sehari-hari. Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam
mengontrol kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh
sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin terganggu
(resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya. DM disebut
sebagai penyakit kronis sebab DM dapat menimbulkan perubahan yang
permanen bagi kehidupan seseorang. Penyakit kronis tersebut memiliki
implikasi yang luas bagi lansia maupun keluarganya, terutama
munculnya keluhan yang menyertai, penurunan kemandirian lansia
dalam melakukan aktivitas keseharian, dan menurunnya partisipasi
sosial lansia Dikatakan paling sedikit separuh dari populasi lanjut usia
tidak tahu bahwa mereka terkena DM. Keluhan tradisional dari
hiperglikemia seperti polidipsi dan poliuria sering tidak jelas, karena
penurunan respon haus dan peningkatan nilai ambang ginjal untuk
pengeluaran glukosa urin. Penurunan berat badan, kelelahan dan
kencing malam hari dianggap hal yang biasa pada lanjut usia, berakibat
tertundanya deteksi adanya DM. Penampilan klinis seperti dehidrasi,
konfusio, inkontinentia dan komplikasi-komplikasi yang berkaitan DM
merupakan gejala-gejala yang tampak.
Komplikasi mikrovaskuler seperti neuropati dapat berupa
kesulitan untuk bangkit dari kursi atau menaiki tangga. Pandangan yang
kabur atau diplopia juga dapat dikeluhkan, akibat mononeuropati yang
mengenai syaraf kranialis yang mengatur okulomotorik. Proteinuria
tanpa adanya infeksi, harus dicari kemungkinan adanya DM.
13
Infeksi khusus yang sering berkaitan dengan DM, lebih banyak
dijumpai pada lanjut usia antara lain otitis eksterna maligna dan
kandidiasis urogenital. Sebaliknya adanya penyakit-penyakit akut seperti
bronkopneumoni, infark miokard atau stroke dapat meningkatkan kadar
glukosa sehingga berakibat tercapainya kriteria diagnosis DM, pada
mereka yang telah ada peningkatan kadar intoleransi glukosa. Beberapa
gejala unik yang dapat terjadi pada penderita lanjut usia antara lain
adalah: neuropati diabetika dengan kaheksia, neuropati diabetic akut,
amiotropi, otitis eksterna maligna, nekrosis papilaris dari ginjal dan
osteoporosis.
Secara garis besar DM dikelompokkan menjadi 2 tipe2 macam
diabetes, DM tipe 1 yaitu Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
dan DM tipe 2 yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM).Pada diabetes mellitus tipe 1 terdapat ketidak mampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel sel beta pancreas telah dihancurkan oleh
proses auto imun/ hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sudah makan ) jika
kosentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan kedalam urin mekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elekrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan dieresis osmotik. Sebagai akibat kehilangan cairan yang
berlebihan. Sedangkan pada diabetes mellitus tipe 2, pankreas masih
bisa membuat insulin tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat
berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukan glukosa dalam
sel. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat, Kemungkinan lain
terjadinya diabetes tipe II adalah bahwa sel sel jaringan tubuh otot si
14
pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin ( insulin resisten)
sehingga glukosa tidak masuk dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam
peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien gemuk dan
mengalami obesitas.
3) Fungsi kognitif
Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional,
termasuk
proses
memperhatikan
mengingat,
menilai,
orientasi,
(Keliat,1995).
Tingkat
fungsi
persepsi
kognitif
dan
dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas seharihari. Fungi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan
dan
menginterpestasikan
sensor
stimulus
untuk
berfikir
dan
menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada
fungsi kognitif yang meliputi perhatian memori, dan kecerdasan.
Gangguan pada aspek-aspek dari fungsi kognitif dapat mengganggu
dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan
aktifitas sehari-hari.
4) Fungsi psikologis
Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu
cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang komplek antara
perilaku
interpersonal
dan
interpersonal.
Kebutuhan
berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang.
psikologis
Meskipun
seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan
psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya
merasa tidak senang dengan kehidupanya, sehingga kebutuhan psikologi
harus terpenuhi agar kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Tamher,
2009).
5) Tingkat stres
Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai
macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut stressor,
15
dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat mengganggu
keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Stres dapat mempunyai efek negatif atau positif pada
kemampuan seseorang memenuhi aktifitas sehari-hari (Miller, 1995).
b. Faktor-faktor dari luar meliputi :
1) Lingkungan keluarga
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling
disukai para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia yang
rentan masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, kesehatan
maupun psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap sehat, sejahtera dan
bermanfaat, perlu didukug oleh lingkungan yang konduktif seperti
keluarga
2) Lingkungan tempat kerja
Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka bekerja,
karena setiaap kali seseorang bekerja maka ia memasuki situasi
lingkungan tempat yang ia kerjakan. Tempat yang nyaman akan
membawa seseorang mendorong untuk bekerja dengan senang dan giat.
3) Ritme biologi
Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang
mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu mahluk
hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya. Beberapa faktor yang
ikut berperan pada irama sakardia diantaranya faktor lingkungan seperti
hari terang dan gelap. Serta cuaca yang mempengaruhi aktifitas seharhari. Faktor-faktor ini menetapkan jatah perkiraan untuk makan, bekerja.
C. Kesehatan Fisiologi
Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua di definisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu,bersifat universal, intrinsic, progresif dan
detrimental. Keadaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan dan kemampuan bertahan hidup berkurang, proses menua setiap
16
individu dan setiap organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi gaya hidup,
lingkungan, dan penyakit degenerative (setiati,2000)
Akibat proses menua terdapat perubahan dalam tatacara pelayanan
kesehatannya, yang penyebabnya dapat diakibatkan oleh berbagai hal,yakni (Kane
dalam Darmojo, 2006):
1. Perubahan-perubahan anatomik/fisiologik akibat proses menua.
2. Berbagai penyakit atau keadaan patologik sebagai akibat penuaan
3. Pengaruh psiko-sosial pada fungsi organ.
Kenyataannya memang sulit untuk membedakan apakah suatu abnormalitas
disebabkan oleh proses menua ataukah diakibatkan oleh proses penyakit. Namun
demikian perbedaan ini sangat penting guna memberikan pelayanan kesehatan yang
tepat pada usia lanjut, karenanya perlu dihindari pemberian obat pada abnormalitas
yang diakibatkan oleh proses menua normal.
Penurunan anatomik dan fumgsional dari organ-organ tubuh pada lansia
menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Batas antara
penurunan fungsional da penyakit seringkali tidak begitu nyata, sehingga seringkali
para ahli lebih suka menyebutnya sebagai suatu perburukan gradual yang
manifestasinya pada organ tergantung pada ambang batas tertentu dari organ
tersebut dan pada dasarnya tergantung atas derajat kecepatan terjadinya perubahan
atau deteriorisasi dan tingkat tampilan organ yang dibutuhkan (Darmojo, 2006).
Perubahan-perubahan fisik tersebut meliputi :
1. Sisitem panca indera
Terjadi berbagai macam perubahan morfologik pada lanjut usia pada mata,
telinga, hidung, syaraf perasa di lidah serta kulit. Perubahan yang bersifat
degeneratif ini yang bersifat anatomik fungsional, memberi manifestasi pada
morfologi berbagai organ panca indera tersebut baik pada fungsi melihat,
mendengar, keseimbangan ataupun perasa dan perabaan.
2. Sistem gastro-intestinal
17
Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degenaratif, antara
lain perubahan atrofik pada rahang, sehingga gigi lebih mudah tanggal.
Perubahan atrofik juga terjadi pada mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan.
Berbagai macam perubahan morfologik akan menyebabkan perubahan
fungsional samapi perubahan patologik, diantaranya gangguan mengunyah dan
menelan, perubahan nafsu makan sampai pada berbagai penyakit seperti
disfagia, hiatus
hernia, peruabhan sekresi
lambung, ulkus
peptikum,
divertikulosis, pankreatitis, sindroma malabsorbsi dan sebagainya.
3. Sisitem kardiovaskuler
Walaupun tanpa adanya penyakit, pada usia lanjut jantung sudah menunjukkan
penurunan kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi dan isi sekuncup. Terjadi
pula penurunan yang signifikan dari cadangan jantung dan kemampuan untuk
meningkatkan kekuatan curah jantung. Bila gejala anggina timbul pada usia
lanjut, hal ini sudah terjadi pada tingkat latihan yang rendah dan seringkali
menandakan penyakit koroner yag cukup berat. Golongan lanjut usia seringkali
kurang merasakan nyeri dibandingkan usia muda dan gejala pertama infark
miokard akut seringkali adalah gagal jatung, embolus, hipotensi atau konfusio.
Angka kematian akibat infark miokard meningkat pada usia lanjut, dari sekitar
25% pada usia 70-an menjad sekitar 40% pada usia 90-an.
4. Sistem respirasi
Sistem respirasi sudah mencapai kematangan pertumbuhan pada usia 20-25
tahun, setelah itu mulai menurun fungsinya. Elastisitas paru menurun, kekakuan
dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun. Semua ini berakibat
menurunnya rasio ventilasi perfusi dibagian paru yang tak bebas dan pelebaran
gradient alveolar arteri untk oksigen. Keadaan ini tidak oleh disalahartikan
sebagai adanya penyakit paru.
5. Sistem endokrinologik
a. Metabolisme karbohidrat
18
Pada sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar
gula puasa yang normal. Disamping faktor diet, obesitas dan kurangnya olah
raga serta penuaan menyebabkan terjadinya penurunan toleransi glukosa.
b. Tiroid
Frekuensi hipertiroid tinggi pada usia lanjut (25% hipertiroid terjadi pada
lansia). Hipertiroid merupakan penyakit yang terutama terjadi antara usia
50-70 tahun. Gejala dan tandanya sering tidak mencolok sehingga sering
tiddak terdiagnosis.
c. Osteoporosis
Sering terdapat pada usia lanjut baik jenis perimer atau sekunder, terutama
terjadi pada wanita pasca menopause oleh karena penurunan mendadak
hormon estrogen. Pada usia lebih tua, kejadian pada pria juga meningkat,
karena faktor-faktor inaktivitas, asupan kalsium dan juga faktor hormonal.
6. Sistem persendian
Penyakit rematik merupakan salah satu penyebab utama terjadinya distabilitas
pada usia lanjut, disamping stroke dan kardiovaskuler.
7. Sistem urogenital dan tekanan darah
Usia lanjut ginjal mengalami perubahan, antara lain terjadi penebalan kapsula
Bouwman dan gangguan permeabilitas terhadap solut yang akan difiltrasi.
Nefron secara keseluruhan mengalami penurunan dalam jumlah dan mulai
terlihat atrofi. Aliran darah ke ginjal pada usia 75 tahun tinggal sekitar 50%
dibandingkan usia muda, namun fungsi ginjal secara keseluruhan dalam keadaan
istirahat tidak terlihat menurun. Barulah setelah stres fisik ginjal tidak dapat
mengatasi peningkatan kebutuhan tersebut dan mudah terjadi gagal ginjal.
Secara umum pembuluh darah sedang sampai besar pada usia lanjut sudah
mengalami berbagai perubahan. Terjadi penenalan intima atau tunika media
yang pada akhirnya menyebabkan kelenturan pembuluh darah tepi meningkat.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah walaupun tekanan
diastolik sering meningkat sebagai akibat banyak faktor lain termasuk genetik.
19
Pemeriksaan fisik pada lanjut usia ini dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi system
tubuh. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah head to toe
(dari ujung kepala sampai ujung kaki) dan system tubuh (Nugroho, 2008).
D. Kerangka teori
Umur
Kesehatan fisiologis
Fungsi kognitif
Fungsi psikologis
Aktivitas dasar
sehari-hari lansia
Tingkat stress
Lingkungan keluarga
Lingkungan tempat
kerja
Ritme biologi
Bagan 2.1 Kerangka teori
Sumber : Potter (2005) dan Nugroho (2008)
20
E. Kerangka konsep
Usia
Aktivitas dasar
sehari-hari lansia
Kesehatan
fisiologis
Bagam 2.2 Kerangka konsep
F. Variabel penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia dan kesehatan fisiologis
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas dasar sehari-hari lansia
G. Hipotesis
1. Ada perbedaan kemampuan aktivitas sehari-hari berdasarkan usia pada lansia di
Desa Sidogemah Sayung Demak.
2. Ada perbedaan kemampuan aktivitas sehari-hari berdasarkan kesehatan
fisiologis pada lansia di Desa Sidogemah Sayung Demak
Download