Mendag: Penyelesaian RCEP Bawa Dampak Positif Pada Ekonomi

advertisement
SIARAN PERS
Biro Hubungan Masyarakat
Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711
www.kemendag.go.id
Mendag: Penyelesaian RCEP Bawa Dampak Positif Pada Ekonomi Global
Tangerang, 6 Desember 2016  Menteri Perdagangan Republik Indonesia Enggartiasto Lukita
menegaskan penyelesaian perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
akan membawa dampak positif pada ekonomi regional maupun ekonomi global. Indonesia
berharap perundingan RCEP bisa diselesaikan pada tahun 2017 mengingat saat ini terjadi
penangguhan beberapa inisiatif perdagangan regional seperti Trans-Pacific Partnership dan TransAtlantic Trade and Investment Partnership.
Demikian pernyataan Mendag Enggar saat membuka rangkaian perundingan RCEP Trade
Negotiating Committee (RCEP TNC) ke-16 dan Pertemuan Terkait Lainnya di Indonesia Convention
Exhibition Bumi Serpong Damai (ICE BSD), Tangerang, hari ini, Selasa (6/12).
“Sebagai koordinator dan Ketua Komite Perundingan, Indonesia berperan penting memajukan
perundingan RCEP, terutama karena terjadinya penangguhan beberapa inisiatif perdagangan
regional, seperti Trans-Pacific Partnership dan Trans-Atlantic Trade and Investment Partnership.
Hal tersebut telah memberikan dampak yang kurang positif bagi sistem perdagangan. Fenomena
Brexit dan beberapa pemilihan umum di negara-negara Eropa turut menciptakan ketidakpastian
bagi Uni Eropa dan berdampak pada perdagangan dan investasi global,” jelas Mendag.
Mendag melihat kekuatan ekonomi yang dimiliki negara-negara anggota RCEP akan berkontribusi
besar pada perbaikan ekonomi di kawasan.
“RCEP memiliki populasi sebesar 45% populasi dunia; kombinasi GDP hingga USD 22,4 triliun;
mencakup 30% dari total perdagangan dunia; serta pertumbuhan negara besar seperti RRT, India,
dan Indonesia yang akan mencapai nilai USD 100 triliun pada 2050. Indonesia berharap hasil
perundingan RCEP akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia karena dampak yang
diakibatkannya terhadap kawasan regional dan ekonomi global,” tegas Mendag.
Lebih lanjut, Mendag menjelaskan bahwa RCEP akan memberikan manfaat bagi Indonesia untuk
memperoleh akses pasar yang lebih baik dibandingkan dengan yang didapat dari Free Trade
Agreement (FTA) antara ASEAN dan para negara mitra. Melalui perundingan ini, hal-hal yang
belum didapat Indonesia dari berbagai FTA dalam format ASEAN+1, bisa diperbaiki seperti akses
pasar produk pertanian ke India dan RRT.
Bagi Indonesia, 15 negara anggota RCEP mewakili 56,2% ekspor Indonesia ke dunia dan 70% impor
Indonesia dari dunia. RCEP juga merupakan 48,21% sumber investasi asing (Foreign Direct
Investment/FDI) bagi Indonesia.
Sampai saat ini, para perunding masih kesulitan menyepakati modalitas perundingan barang, jasa,
dan investasi. Satu-satunya bidang perundingan yang telah berhasil diselesaikan adalah bab
perundingan tentang Kerja Sama Ekonomi dan Teknis. Diharapkan pada putaran perundingan ke16 ini, dapat diselesaikan bab tentang UKM.
RCEP digagas Indonesia saat menjadi Ketua ASEAN 2011 untuk mengkonsolidasikan lima perjanjian
ASEAN+1 (ASEAN dengan Australia-Selandia Baru, RRT, India, Korea, dan Jepang). Perundingan
diluncurkan pada November 2012 oleh 16 Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN dan enam negara
mitranya.
Sejak perundingan putaran pertama RCEP pada Mei 2013, Menteri Ekonomi ASEAN menunjuk
Indonesia sebagai koordinator posisi ASEAN dan Ketua Perundingan RCEP atas kesepakatan
menteri dari 16 negara peserta perundingan RCEP. Putaran perundingan RCEP-TNC selanjutnya
akan diselenggarakan pada Februari 2017 di Kobe, Jepang.
--selesai-Informasi lebih lanjut hubungi:
Luther Palimbong
Kepala Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711
Email: [email protected]
Donna Gultom
Direktur Perundingan ASEAN
Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021- 3858203/021- 3858203
Email: [email protected]
Download