Bangun Konektivitas Perdagangan Intra-ASEAN

advertisement
SIARAN PERS
Biro Hubungan Masyarakat
Gd. I Lt. 2, Jl. M.I RidwanRais No. 5, Jakarta 10110
Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711
www.kemendag.go.id
Pertemuan AEM Retreat ke-23:
Bangun Konektivitas Perdagangan Intra-ASEAN
Metro Manila, 9 Maret 2017 – Negara-negara anggota ASEAN berkomitmen meningkatkan
perdagangan intra-ASEAN, salah satunya dengan membuka konektivitas perdagangan laut
Indonesia-Filipina melalui pelayaran kapal RoRo Bitung-General Santos-Davao City. Komitmen ini
dikukuhkan pada Pertemuan ASEAN Economic Ministerial (AEM) Retreat ke-23 dan pertemuan
lainnya dimulai pagi ini di Manila, Filipina.
Hal ini ditegaskan Direktur Jenderal Perdagangan Perundingan Internasional Iman Pambagyo di
sela-sela pertemuan ke-23 AEM Retreat dan pertemuan ke-15 AEM-European Union Trade
Comissioner Consultations hari ini, Kamis (9/3) di Metro Manila, Filipina. Rangkaian pertemuan
tersebut berlangsung pada 8-10 Maret 2017.
“Pembangunan konektivitas ini, selain meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, juga akan
meningkatkan perdagangan di kawasan timur Indonesia. Konektivitas Indonesia-Filipina,
khususnya antara Sulawesi Utara untuk wilayah Timur Indonesia, dengan Filipina bagian Selatan
melalui pelayaran kapal RoRo direncanakan diresmikan pada April mendatang,” jelas Iman.
Sejarah perdagangan antara Indonesia-Filipina sudah terjalin sejak lama. Saat ini juga sudah
banyak produk Indonesia yang dapat dengan mudah ditemukan di pasar Filipina, seperti minuman
kemasan, sabun, pasta gigi, kopi instan, minuman berenergi, tas, bahkan busana muslim. Namun
produk-produk tersebut kebanyakan masih masuk Filipina lewat dari negara ketiga.
“Banyak masyarakat Filipina di bagian selatan yang sudah menggunakan produk-produk dari
Indonesia, tapi tidak mengetahui asal produk tersebut. Hal ini salah satunya dikarenakan barangbarang tersebut masuk dari negara ketiga,” jelas Iman.
Berdasarkan data dari Philippine Statistics Authority (PSA) Filipina yang diolah Atase Perdagangan
Manila, nilai ekspor produk Indonesia ke Filipina pada tahun 2016 mencapai USD 80,83 miliar.
Jumlah ini meningkat sebesar 21,22% dibandingkan tahun 2015 yang mencapai USD 66,68 miliar.
Dengan pembukaan konektivitas laut ini, lanjut Iman, kedua negara akan memperoleh manfaat
yang besar. “Bagi Indonesia, salah satunya akan menjadikan harga produk-produk yang diekspor
ke Filipina lebih bersaing karena tidak perlu melalui negara ketiga,” imbuhnya.
Menurut Iman, konektivitas bagi Indonesia tidak hanya dibangun di dalam negeri tetapi juga
dengan wilayah-wilayah di luar Indonesia “Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, kita perlu
mendorong wilayah-wilayah lain di Indonesia, seperti Ambon dan Maluku untuk memanfaatkan
konektivitas ini,” katanya.
Menuju ASEAN 2025
AEC Blueprint 2025 atau ASEAN Economic Community (AEC) Consolidated Strategic Action Plan
(CSAP) 2025 yang diluncurkan tahun lalu menjadi salah satu isu utama pada pertemuan kali ini.
Salah satu sektor yang diangkat adalah akses pembiayaan/modal bagi usaha kecil dan menengah
(UKM). “Indonesia menaruh perhatian pada pengembangan UKM dan ingin memastikan bahwa
UKM akan mendapatkan manfaat yang optimal dari AEC,” tegas Iman.
AEC Blueprint 2025 diluncurkan guna mencapai agenda integrasi ekonomi ASEAN dari tahun 2016
ke tahun 2025. AEC Blueprint 2025 menjadi tolak ukur dalam memastikan bahwa seluruh negara
anggota ASEAN mendapat manfaat yang optimal dari AEC.
“Dampak dan manfaat dari AEC Blueprint 2025 dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masingmasing anggotanya dipastikan akan dievaluasi secara berkala agar ASEAN dapat terus melakukan
penyesuaian dan mitigasi sehingga apa yang dicita-citakan ASEAN pada tahun 2025 dapat
tercapai,” imbuhnya.
Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) juga merupakan isu utama lainnya yang
dibahas pada pertemuan kali ini. “RCEP mendapat perhatian dunia di tengah-tengah
ketidakjelasan masa depan perjanjian internasional seperti TPP. Perundingan RCEP diharapkan
dapat selesai tahun ini karena dinilai dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi
dunia,” pungkas Iman.
RCEP digagas pertama kali oleh Indonesia dan pertemuannya dipimpin Indonesia sejak 2012.
Sedangkan negosiasinya telah dimulai sejak 2013. Hingga saat ini Indonesia masih memimpin
dengan Trade Negotiating Comittee-nya. Negara-negara anggota RCEP yaitu 10 negara ASEAN
(Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand,
Vietnam) dan 6 negara mitra FTA (China, Australia, New Zealand, Jepang, Korea, dan India).
--selesai-Informasi lebih lanjut hubungi:
Luther Palimbong
Kepala Biro Humas
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711
Email: [email protected]
Donna Gultom
Direktur Perundingan ASEAN
Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-23528463, 021-3858203
Email: [email protected]
Download