Building the Microeconomic

advertisement
Building the Microeconomic Foundations of Prosperity:
Findings from the Microeconomic Competitiveness Index
MICHAEL E. PORTER, Harvard University
Diringkas oleh:
AGUS TRI PRASETYO, Padjajaran University
PENDAHULUAN
Dayasaing menjadi perhatian utama negara-negara dalam ekonomi dunia yang makin terbuka
dan terintegrasi. Banyak diskusi tentang dayasaing dan pembangunan ekonomi hanya
berfokus pada makroekonomi, politik, hukum, dan kondisi-kondisi sosial yang menentukan
kesuksesan suatu perekonomian. Memang kondisi-kondisi makro tersebut diperlukan oleh
perekonomian, tetapi hal-hal tersebut bukanlah pencipta kemakmuran. Kemakmuran,
sebenarnya, tercipta pada tingkat mikroekonomi, berakar pada kecanggihan strategi dan
operasi perusahaan-perusahaan, juga pada kualitas lingkungan bisnis mikroekonomi.
Microeconomic Competitiveness Index memberikan suatu kerangka kerja konseptual dan
pendekatan yang data-rich untuk mengukur dan menganalisis dayasaing fundamental dari
sejumlah besar negara secara komparatif.
MEMBANGUN FONDASI MIKROEKONOMI UNTUK KEMAKMURAN
MICI mengevaluasi landasan mikroekonomi kemakmuran suatu negara yang diukur dengan
tingkat GDP per kapitanya. Fokusnya pada apakah kemakmuran saat ini akan berlanjut
(sustainable) dan pada area-area tertentu harus menentukan apakah tingkat GDP per kapita
yang lebih tinggi dapat tercapai di masa mendatang. Artikel ini membahas temuan-temuan
tentang dayasaing tiap negara, perbedaan tantangan yang dihadapi negara-negara pada
tahap pembangunan ekonomi yang berbeda, dan pola perubahan dalam kondisi mikroekonomi
di semua negara. Temuan-temuan ini menekankan pentingnya mengakomodasi dayasaing
mikroekonomi dalam usaha menstimulasi pertumbuhan ekonomi.
Di negara-negara maju, dimana kebijakan makroekonominya sudah mantap, reformasi
mikroekonomilah yang memegang peran dalam mengatasi masalah pengangguran,
pertumbuhan eksport, dan untuk merubah pertumbuhan ekonomi menjadi peningkatan kualitas
hidup. Contoh: UK setelah konsolidasi makro mereform mikronya.
Sementara itu negara-negara berkembang tetap terpaku pada kegagalan-kegagalan
mikroekonomi. Meskipun kebanjiran modal dan bertumbuhnya gedung-gedung pencakar
langit, tanpa reformasi mikroekonomi, pertumbuhan dan ekspor akan terpuruk, pekerjaan
sedikit tercipta, dan produktivitas tumbuh dengan lambat. Argentina adalah salah satu
contohnya. Mem-pegging pesso terhadap US Dollar akan menciptakan stabilitas makro, tetapi
tanpa peningkatan produktivitas, keruntuhan perekonomian akan terjadi.
Pembangunan ekonomi yang berhasil membutuhkan kemajuan di berbagai bidang secara
simultan. Saat ekonomi berkembang, hambatan-hambatan yang dihadapinya berubah,
sehingga, keseluruhan basis dayasaing nasional juga harus diubah.
APAKAH DAYASAING ITU?
Definisi paling mudah dari dayasaing adalah pangsa pasar produk di pasar dunia. Definisi ini
menjadikan dayasaing sebagai sebuah zero-sum game, yang mengakibatkan banyaknya
intervensi pemerintah untuk menguasai pasar, menahan kenaikan upah, dan mendevaluasi
nilai mata uang suatu negara. Hal-hal ini tentu akan menghambat pencapaian kemakmuran
negara dan tidak meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Untuk memahami daya saing, titik awalnya haruslah sumber-sumber kemakmuran suatu
negara. Kualitas hidup suatu negara ditentukan oleh produktivitas ekonominya, yang diukur
dengan nilai barang dan jasa yang diproduksi per unit input (tenaga kerja, modal, dan
sumberdaya alam). Produktivitas tergantung pada nilai barang dan jasa negara tersebut di
pasar dunia, dan efisiensi produksinya. Jadi dayasaing sejati diukur dengan produktivitas.
Produktivitaslah yang memungkinkan suatu negara untuk mendukung upah tinggi, mata uang
yang kuat, ROI yang tinggi, dan puncaknya standar hidup yang tinggi.
Banyak negara dapat meningkatkan kemakmurannya dengan meningkatkan produktivitasnya.
Jadi tantangan utama dalam pembangunan ekonomi adalah menciptakan kondisi untuk
pertumbuhan produktivitas yang tinggi dan berkelanjutan.
FONDASI MIKROEKONOMI UNTUK PRODUKTIVITAS
Fondasi mikroekonomi untuk produktivitas bertumpu pada 2 area yang terkait yaitu:(1)
Kecanggihan strategi dan operasi perusahaan yang berkompetisi di suatu negara, dan (2)
kualitas lingkungan bisnis mikroekonomi.
Produktivitas negara adalah sangat ditentukan oleh produktivitas perusahaan-perusahaan di
negara tersebut, baik perusahaan domestik maupun asing. Produktivitas perusahaanperusahaan tersebut ditentukan oleh kecanggihan strategi dan operasi mereka. Semakin
canggih strategi dan operasi perusahaan-perusahaan, makin dibutuhkan tenaga kerja,
informasi, infrastruktur, pemasok, riset yang berkualitas tinggi dan tekanan persaingan yang
makin berat.
Perusahaan-perusahaan harus meng-up grade cara-cara mereka berkompetisi jika ingin
keberhasilan pembangunan ekonomi terjadi. Mereka harus bergeser dari kompetisi
berdasarkan keunggulan komparatif menjadi kompetisi berbasis keunikan produk dan proses.
Mereka juga harus mengembangkan sendiri distribusi produknya di pasar dunia.
Beberapa
transisi
dalam
pembangunan yang berhasil.
strategi
dan
operasi
perusahaan
yang
diperlukan
untuk
Transisi tersebut diperlukan, karena apa yang menjadi kekuatan di tingkat sebelumnya
menjadi kelemahan di tingkat berikutnya. Contoh: meng-copy teknologi negara lain, semula
menjadi kekuatan, tetapi menjadi kelemahan utama di tingkatan ekonomi berikutnya.
Bergerak ke tingkat yang lebih canggih dalam berkompetisi tergantung pada perubahan paralel
dalam lingkungan mikroekonomi usaha. Lingkungan bisnis dapat dipahami dari 4 area
terkaitnya, yaitu: (1) kualitas kondisi-kondisi input, (2) konteks strategi dan persaingan, (3)
kualitas kondisi-kondisi permintaan lokal, dan (4) keberadaan industri-industri terkait dan
penunjang.
Pemerintah berperan besar dalam pembangunan ekonomi, karena dapat mempengaruhi
banyak aspek dari lingkungan bisnis.
Di samping pemerintah, lembaga-lembaga lain juga mempunyai peran dalam meningkatkan
kualitas lingkungan bisnis, seperti universitas, sekolah, LSM dan lembaga profesi. Lembagalembaga tersebut tidak hanya harus meningkatkan kapabilitasnya tetapi juga harus makin
terkait dengan dunia usaha.
KLASTER DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Peningkatan lingkungan bisnis meningkatkan pembentukan klaster-klaster. Klaster adalah
kelompok perusahaan terkait yang berdekatan secara geografis. Contoh: kota industri digital
dan kota industri mobil.
Klaster mempengaruhi dayasaing dalam 3 cara: (1) meningkatkan produktivitas perusahaanperusahaan konstituen, (2) meningkatkan kapasitas inovasi dan pertumbuhan produktivitas,
dan (3) menstimulasi dan memberdayakan pembentukan bisnis-bisnis baru yang menunjang
inovasi dan memperluas klaster.
Ekonomi negara-negara cenderung untuk berspesialisasi pada kalster tertentu, yang
mempertimbangkan kontribusi pada output dan ekspor mereka. Bentuk atau ukuran klaster
bervariasi sesuai tingkat pembangunan ekonomi.
TINGKATAN PENGEMBANGAN DAYASAING
Pembangunan ekonomi yang berhasil adalah proses peningkatan lingkungan bisnis yang terus
berkembang untuk menunjang dan mendorong perusahaan-perusahaan di negara tersebut
berkompetisi dengan canggih dan produktif. Negara dengan tahapan pembangunan yang
berbeda menghadapi tantangan yang berbeda.
Saat negara membangun, mereka berkembang pada karakteristik keunggulan kompetitif dan
pola-pola bersaingnya.
Pada tahap Factor-Driven, kondisi-kondisi faktor dasar seperti upah rendah, dan akses ke
sumberdaya alam adalah sumber keunggulan kompetitif yang dominan.
Pada tahap Investment-Driven, efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa standar menjadi
sumber keunggulan kompetitif yang dominan.
Akhirnya pada tahap Innovation-Driven, kemampuan memproduksi barang dan jasa inovatif
menggunakan metode-metode paling maju, menjadi sumber keunggulan kompetitif yang
dominan.
Melihat pembangunan ekonomi sebagai proses berurutan dalam membangun kapabilitas
mikroekonomi
yang
saling
mempengaruhi,
menggeser
strategi-strategi
perusahaan,
memperbaiki insentif, dan meningkatkan persaingan, memberikan perubahan-perubahan yang
penting dalam kebijakan ekonomi.
Analisis MICI memperjelas fakta mengapa suatu negara mengalami kesulitan untuk berpindah
ke tahap pembangunan berikutnya. Titik tanjakan tersebut membutuhkan trnsformasi besarbesaran pada banyak dimensi kompetisi yang saling terkait. Contoh: pembangunan di Asia.
HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DENGAN MIKROEKONOMI
Analisis MICI memperjelas pendapat mengapa fokus kepada kebijakan makroekonomi
semata, tidak cukup. Kebijakan moneter dan fiskal yang baik, serta penghapusan gangguan
exchange rates dan tingkat harga, akan menhilangkan hambatan produktivitas, tetapi fondasi
mikroekonomi harus diletakkan agar peningkatan produktivitas terjadi. Contoh: pembukaan
pasar (market opening).
Fokus yang lebih besar pada reformasi ekonomi akan menghasilkan benefit-benefit yang
tangible dan yang intagible bagi penduduk. Pemecahan kartel dan monopoli lokal, akan
menurunkan biaya makan, perumahan, listrik, telepon dan jasa hidup lainnya. Reformasi
peraturan akan menghapus inefisiensi, menurunkan polusi, meningkatkan kualitas barang dan
jasa, dan memperbaiki praktek-praktek yang tidak aman.
MENGUKUR DAYASAING
Microeconomic Competitiveness Index (MICI) disusun pengukuran-pengukuran yang terutama
diambil dari survey kepada 4.700 pimpinan usaha senior di 80 negara.
Variabel dependent yang digunakan untuk membangun MICI adalah tingkat GDP per kapita
yang disesuaikan (di-adjust) dengan purchasing power parity. Untuk mengekplorasi perbedaan
dalam sumber dayasaing antar negara pada tahap pembangunan yang berbeda, negaranegara di kelompokkan kedalam tiga kelompok berdasarkan pendapatannya, yaitu 31 negara
low-income, 26 negara middle-income, dan 23 negara high-income.
MENGUKUR SUMBER-SUMBER DAYASAING
Untuk membentuk keseluruhan indeks dayasaing, dilaksanakan validasi hubungan statistik
atas berbagai variabel pengukuran dayasaing mikroekonomi dengan GDP per kapita. Tabel 2
menyajikan variabel-variabel yang signifikan secara statistik. Variabel-variabel tersebut
dikelompokkan untuk mengukur kecanggihan operasi dan strategi perusahaan dan mengukur
kualitas lingkungan bisnis.
Di antara variabel-variabel perusahaan, (1) kecanggihan proses produksi, (2) sifat keunggulan
kompetitif perusahaan di suatu negara, (3) peningkatan pelatihan dan (4) peningkatan
pemasaran, adalah variabel-variabel yang memiliki asosiasi bilateral terkuat dengan GDP per
kapita. Empat variabel tersebut menjelaskan 65% variasi dalam GDP per kapita.
Di antara variabel-variabel kondisi, (1) kualitas infrastruktur, (2) kualitas suplai listrik, (3)
ketersediaan modal usaha, (4) kualitas sekolah, dan (5) kolaborasi riset universitas dan
industri, adalah variabel-variabel yang memiliki asosiasi bilateral terkuat dengan GDP per
kapita.
Banyak pengaruh paling penting terhadap GDP per kapita berkaitan dengan kebijakan dan
kelembagaan. Pengukuran kondisi permintaan lokal, kebutuhan standar-standar yang bersifat
mengatur, dan kepuasan pembeli sangat mempengaruhi variasi dalam GDP per kapita. Hal ini
membantah anggapan bahwa permintaan dan pasar lokal menjadi tidak penting saat
berhadapan dengan pasar dunia.
Keterkaitan kluster, terutama kualitas pemasok lokal dan keberadaan penyedia lokal jasa
penelitian dan pelatihan
yang terspesialisasi, juga terbukti signifikan dan mengisyaratkan
peran kuat kluster dalam dayasaing.
DAYASAING DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Praktek strategi dan operasi yang sesuai, dan pengaruh elemen-elemen tertentu dari
lingkungan bisnis, akan berbeda antar negara dengan tingkatan pembangunan. Untuk menguji
masalah ini, dieksplorasi dampak ukuran-ukuran dayasaing mikroekonomi dalam 3 kelompok
negara yang berbeda tingkatan pembangunannya. Hasilnya, semua variabel signifikan secara
statistik dan mampu membedakan antar kelompok negara. Artinya, variabel-variabel tersebut
berbeda pengaruhnya antara kelompok negara yang satu dengan kelompok negara yang lain.
Low-income Countries
Low-income countries berada pada tingkat Factor-Driven. Kemampuan untuk meninggalkan
persaingan berdasarkan sumberdaya alam dan tenaga kerja yang murah menjadi tantangan
utama. Pada tingkat perusahaan, peningkatan kecanggihan proses produksi, menjadi makin
berorientasi kepada pelanggan dan memulai mempraktekkan pemasaran adalah hal-hal yang
terlihat signifikan untuk meningkatkan dayasaing. Pada tingkatan ini, kemajuan ke arah
dimensi-dimensi lain dari strategi dan operasi perusahaan, terutama terkait teknologi, adalah
hal prematur untuk dilaksanakan.
Low-income countries memiliki skore rendah pada banyak pengukuran lingkungan bisnis,
terutama pengembangan klaster, teknologi, dan inovasi. Prioritas untuk peningkatan adalah
meng-up-grade kualitas infrastruktur, menyusun peraturan yang sehat, mengurangi hambatan
kompetisi dan memperkuat kebijakan antitrust. Variabel-variabel seperti pembiayaan, modal
ventura, dan menyediakan lebih banyak ilmuwan dan rekayasawan, belum menjadi prioritas.
Medium-income Countries
Medium-income countries berada pada tingkat Investment-Driven. Perusahaan-perusahaan
harus memprioritaskan pengembangan merek, lisensi teknologi asing, pengeluaran R & D, dan
perluasan kehadiran value chain.
Untuk lingkungan bisnis, peningkatan daya saing harus diprioritaskan pada kolaborasi riset
universitas dengan dunia usaha dan peningkatan kualitas lembaga riset. Kualitas pasar uang
dan modal juga harus ditingkatkan. Permintaan lokal dan pengembangan klaster juga menjadi
hal yang esensial untuk dilaksanakan. Midle-income countries harus mulai beroperasi dan
menggunakan teknologi perusahaan-perusahaan kelas dunia.
High-income Countries
Untuk mencapai status high-income, penngkatan dalam kualitas dan efisiensi tidak lagi
mencukupi. High-income countries berada pada tahap Innovation-Driven. Pada tahap ini,
prioritas
untuk
meningkatkan
daya
saing
adalah
perusahaan-perusahaan
harus
mengembangkan kemampuan inovasi pada garis depan teknologi dunia, menciptakan desain
produk yang unik, dan menjual produk mereka secara global.
Lingkungan bisnis High-income Countries kuat pada banyak aspeknya, seperti, ketersediaan
ilmuwan dan rekayasawan, kualitas lembaga penelitian, dan ketersediaan modal ventura.
TREND DAYASAING DALAM EKONOMI DUNIA
Secara umum, terjadi perubahan yang mendasar dan absolut baik pada praktek-praktek
perusahaan maupun kualitas lingkungan bisnis.
Pemerintahan di seluruh dunia terus meningkatkan kualitas infrastruktur, lembaga keuangan,
menurunkan tarif, dan mengurangi hambatan birokratik.
Data tahun ini mengungkap tren baru, ekonomi yang sedang berkembang kurang berhasil
dalam memperbaiki lingkungan bisnis mereka dibanding ekonomi maju. Jadi, kesenjangan
dayasaing makin meningkat antar negara dengan tingkat pembangunan yang berbeda. Kondisi
perekonomian saat ini dan debat globalisasi menyebabkan negara sedang berkembang sulit
untuk melanjutkan investasi dan kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing
mereka.
Tren global antar perusahaan memperlihatkan bahwa perusahaan-perusahaan mulai
memprofesionalkan manajemen mereka. Kesenjangan terjadi antara lain dalam hal orientasi
kepada pasar dan pelanggan, serta pelatihan staf.
Disamping perbaikan, terdapat juga kendala-kendala berupa sulitnya menguasai rantai nilai
secara total, mengembangkan merek, dan kemampuan untuk berinovasi di tingkat teknologi
mutakhir.
PERINGKAT DAYASAING
Untuk menderivasi overall MICI, digunakan analisis common factor disamping regresi
berganda. Rata-rata tertimbang untuk lingkungan bisnis adalah 0.63 dan untuk operasi dan
strategi perusahaan adalah 0.37. Jika diperhitungkan, nilai interaction term adalah positif dan
signifikan. Hal ini berarti bahwa perbaikan lingkungan bisnis akan lebih besar dampaknya jika
terdapat interaksi dengan perbaikan pada operasi dan strategi perusahaan, juga sebaliknya.
Figure 6 mem-plot MICI terhadap GDP per kapita 2001 tiap negara. Garis regresi diperlihatkan
bersamaan dengan batasan interval keyakinan 95%. Hanya 2 negara yang berada di luar
batasan tersebut yaitu, Norway dan India.
Dayasaing bukan zero-sum game. Banyak negara-negara yang dapat meningkatkan
produktivitas dan kemakmurannya. MICI merekam adanya kemajuan absolut dan relatif
negara-negara dalam membangun ekonomi mereka.
Tabel 1 menyajikan peringkat overall MICI tahun 2002 dan peringkat 4 tahun lalu.
United States mengambil posisi memimpin dari Finland setelah 2 tahun di posisi kedua.
Negara-negara maju yang meningkat peringkatnya adalah UK, Canada, Belgium, Taiwan dan
Ireland. UK membuat kemajuan drastis dari peringkat 7 menjadi 3. Kemajuan ini merefleksikan
perbaikan-perbaikan yang patut dicatat dalam ketersediaan modal ventura, perlindungan
HAKI, efektifitas kebijakan antitrust, dan perlindungan pembeli (buyer sophistication).
Negara-negara maju yang turun peringkat adalah Netherlands,France,dan New Zealand.
Netherlands mengalami penurunan terbesar dari peringkat 3 ke 7, terutama disebabkan
memburuknya lingkungan bisnis. Penurunnya yang terlihat adalah pada kecanggihan pasar
finansial, konteks untuk strategi dan persaingan perusahaan, dan efektifitas administrasi
publik. Kecanggihan perusahaan di Netherlands juga menurun, seperti, pengendalian distribusi
internasional, pengeluaran R&D, dan pemasaran.
Negara-negara berkembang yang meningkat peringkat MICInya antara lain adalah Malaysia,
Slovenia, Lithuania, the Dominican Republic, dan Sri Lanka. Malaysia melompat 11 peringkat
sebagai hasil dari perbaikan-perbaikan pada vitalitas klaster, peraturan pengatur kompetisi,
dan operasi dan strategi perusahaan.
Negara-negara berkembang yang mengalami penurunan peringkat antara lain adalah Turkey,
Argentina, the Philippines, dan Indonesia. Turkey turun 19 peringkat disebabkan oleh
penurunan kualitas faktor dan konteks untuk strategi dan persaingan. Krisis ekonomi Argentina
adalah contoh pentingnya kebijakan mikroekonomi. Secara makro, Argentina membuat
kemajuan dalam stabilisasi, pembukaan pasar, dan investasi-investasi infrastruktur. Tetapi
tanpa reformasi mikroekonomi, pengangguran tidak terserap banyak. Melakukan pegging
terhadap peso terhadap US dollar, dalam jangka pendek menjaga inflasi dan menstabilkan
makroekonomi. Tetapi dalam jangka menengah, kesenjangan produktivitas antara Argentina
dengan US menyebabkan penurunan cadangan devisa, akhirnya tahun 2002, Argentina
mengalami keuangan publik yang buruk dan krisis keseimbangan eksternal.
NEGARA-NEGARA YANG OVERPERFORMANCE AND UNDERPERFORMANCE
Untuk menilai kesinambungan kemakmuran negara-negara, dilakukan pembandingan antara
dayasaing mikroekonomi dengan pendapatannya. Figure 6 mem-plot GDP per capita dengan
MICI factor. Negara-negara di atas garis regresi adalah negara-negara overperformance,
sedangkan di bawah garis regresi adalah negara-negara underperformance.
Kondisi overperformance berbahaya karena pendapatan per kapita suatu negara kemungkinan
tidak berkelanjutan. Alasan terjadinya overperformance beragam dan bisa jadi bersifat stabil.
Sebagai contoh, Norway, Bolivia dan Canada mengalami overperformance yang stabil
disebabkan kandungan sumberdaya alamnya. Selama kandungan sumberdaya alam tersebut
belum habis dan harga di pasar dunia tetap tinggi, maka mereka akan tetap dalam kondisi
overperformance. Arus bantuan asing yang persisten juga dapat mempertahankan kondisi
overperformance seperti dialami Bangladesh.
Negara-negara
di
bawah
garis
regresi
adalah
negara-negara
yang
dayasaing
mikroekonominya lebih kuat dari GDP per kapita saat ini. Kondisi underperformance
mendorong perbaikan di masa mendatang karena fondasi untuk mendukung GDP per kapita
yang lebih tinggi jika hambatan makro, politis dan lainnya dapat dihilangkan.
DAYASAING PERUSAHAAN VERSUS KUALITAS LINGKUNGAN BISNIS
Figure 7 mem-plot kecanggihan perusahaan dengan kualitas lingkungan bisnis. Negaranegara dekat dengan garis mengalami interaksi positif kedua faktor. Negara-negara di atas
garis 45O adalah negara-negara yang perusahaan-perusahaannya lebih maju dibanding
lingkungan bisnisnya. Negara-negara di bawah garis adalah negara-negara yang lingkungan
bisnisnya lebih maju dari perusahaan-perusahaan mereka.
Negara-negara yang kemajuan perusahaannya melebihi kemajuan lingkungan bisnisnya
antara lain adalah Japan, Germany, France, Sweden,Italy,Argentina,the Dominican Republic,
dan Indonesia. Perubahan signifikan pada kebijakan publik diperlukan untuk meningkatkan
dayasaingnya. Jika lingkungan bisnis tidak membaik, maka perusahaan-perusahaan akan
memindahkan operasinya atau membuat investasi baru di luar negeri.
Negara-negara yang lingkungan bisnisnya lebih maju dari kecanggihan perusahaannya antara
lain adalah Portugal, New Zealand, Australia, Tunisia, Botswana, Hong Kong, Estonia, dan
Singapore. Usaha untuk meningkatkan kewirausahaan, pemikiran stratejik, praktek-praktek
manajemen, dan pendidikan bisnis adalah prioritas bagi negara-negara ini.
PERUBAHAN DALAM DAYASAING MIKROEKONOMI DAN PERTUMBUHAN
KEMAKMURAN
Bagian akhir analisis adalah mengevaluasi apakah peningkatan atau penurunan peringkat
berkorespondensi dengan pertumbuhan GDP per kapita.
Regresi pertumbuhan GDP per kapita tahun 1998 dan 2001 terhadap peringkat MICI tahun
1999 dan 2002, memperlihatkan hubungan yang signifikan secara statistik, sekitar 25% dari
total variasi di dalam pertumbuhan GDP per kapita dijelaskan oleh hubungan tersebut.
Dengan mengeluarkan 2 outliers yaitu Ireland dan Zimbabwe serta memberikan variable
dummy untuk negara yang berperingkat tinggi dan negara berperingkat rendah membuat nilai
R-square meningkat menjadi lebih dari 35%, signifikansi koefisien meningkat, dan
mengimplikasikan bahwa 1.9 % peningkatan GDP per kapita berasosiasi dengan peningkatan
10 peringkat dalam periode 4 tahun.
KESIMPULAN
Kemakmuran negara sangat besar dipengaruhi oleh dayasaing, yaitu produktivitas dalam
penggunaan sumberdaya manusia, modal dan alam. Dayasaing mengakar di dalam
fundamental mikroekonomi suatu negara, yang termanifestasi dalam kecanggihan perusahaan
dan lingkungan bisnis. Stabilitas politik, kebijakan makroekonomi yang memadai, pembukaan
pasar dan privatisasi adalah hal-hal penting bagi pembangunan eknomi, tetapi hal-hal tersebut
perlu tapi tidak cukup. Ditemukan bukti kuat bahwa peningkatan mikroekonomi adalah proses
sekuensial, dimana negara-negara yang berbeda tingkat pembangunannya menghadapi
tantangan yang berbeda. Tanpa reformasi mikroekonomi, hasil-hasil kebijakan makro tidak
akan berkelanjutan atau tidak akan membuat peningkatan dalam GDP per kapita. Reformasi
mikroekonomi
akan
meningkatan
poduktivitas
dan
peningkatan
produktivitas
akan
menghapuskan tantangan-tantangan dan distorsi dalam kebijakan makro.
Reformasi mikroekonomi juga menghilangkan tekanan politis dalam stabilisasi ekonomi dan
pembukaan pasar. Penduduk yang melihat pihak monopolis kehilangan pengaruh, bisnisbisnis mereformasi diri, dan peluang kerja dan wirausaha meningkat akan lebih mudah
menerima intervensi pemerintah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika kebijakan makroekonomi bagus, secara otomatis
akan terjadi peningkatan mikroekonomi. Peningkatan dayasaing mikroekonomi dapat
dipengaruhi dengan tindakan-tindakan yang bertujuan (purposeful) baik oleh pemerintah
maupun pihak swasta. Kondisi mikroekonomi dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari GDP per
kapita saat ini, dan perubahan dalam peringkat berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Pemerintah memiliki banyak peran dalam menciptakan kemakmuran secara fundamental
seperti berinvestasi dalam SDM, menstimulasi permintaan yang lebih canggih melalui
pengaturan standar, dan mengembangkan kapasitas inovasi. Pihak swasta juga punya banyak
peran, misalnya melalui kegiatan kelompok dan inisatif pengembangan klaster. Usaha untuk
membagun dan meningkatkan klaster di seluruh dunia sangat didorong.
Terakhir,
hasil
penilitian
menjelaskan
perbedaan-perbedaan
tantangan
pada
level
pembangunan yang berbeda, dan kesulitan untuk melakukan transisi ke tingkatan
pembangunan berikutnya. Negara-negara yang telah sangat sukses berkompetisi di suatu
level pembangunan harus mengenali penyesuaian-penyesuaian multi aspek yang diperlukan
untuk mengelola transisi ke tingkat pembangunan berikutnya.
Negara-negara berkonvergensi dalam stabilisasi makroekonomi, pembukaan perdagangan,
privatisasi, dan pasar finansial. Tantangan utama bagi ekonomi dunia adalah reformasi
mikroekonomi. Kemajuan dalam kecanggihan perusahaan dan kualiats lingkungan bisnis
adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan produktivitas yaitu peningkatan dalam efisiensi,
kualitas produk dan kesempatan usaha baru yang menunjang peningkatan kualitas hidup
masyarakat.
Download