BABII LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Perilaku Konsumen Perilaku

advertisement
BABII LANDASAN
TEORI
2.1
Konsep Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh
perusahaan
perlu
dicari
informasinya
semaksimal
mungkin.
Banyak pengertian
mengenai konsep perilaku konsumen yang dikemukakan oleh banyak ahli. Berikut ini
adalah beberapa pendapat mengenai perilaku konsumen.
Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005, p9), perilaku konsumen adalah studi
tentang bagaimana pembuat keputusan (decision units), baik individu, kelompok,
ataupun organisasi, membuat keputusan - keputusan beli atau melakukan transaksi
pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya.
Menurut
Mowen dan Minor (2002, p6), perilaku konsumen adalah studi
tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi,
dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide- ide.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004, p6), studi perilaku konsumen terpusat
· pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka
yang tersedia
(waktu, uang, usaha) guna
membeli
barang - barang yang
berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa
mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana mereka membeli, seberapa sering
mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya. Perilaku konsumen
adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan bertidak
pasca konsumsi produk, jasa, maupun ide yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya.
5
Menurut Adiputra, Hendraarso, dan Atriza (2004, p126), perilaku konsumen
sebagai tindakan yang dilakukan individu dalam mendapatkan dan memakai barang
dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan
tersebut.
Menurut Engel et al yang dikutip oleh Simamora (2008, pl)
konsumen
adalah
tindakan
yang
langsung
terlibat
untuk
perilaku
mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Menurut Loudon dan Bitta yang dikutip oleh Simamora (2008, p2) perilaku
konsumen lebih menekankan sebagai suatu proses pengambilan keputusan, yaitu
proses
pengambilan
keputusan
yang
mensyaratkan
aktivitas
individu
untuk
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
Menurut
The American Marketing Association yang dikutip oleh Setiadi
(2003, p3), perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan
kognisi,
perilaku,
dan
lingkungannya
dimana
manusia
melakukan
kegiatan
pertukaran dalam hidup mereka. Dari definisi tersebut terdapat tiga ide penting,
yaitu : (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut melibatkan interaksi
antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar; serta (3) hal tersebut
melibatkan pertukaran.
Perilaku konsumen adalah dinamis. Itu berarti bahwa perilaku seorang
konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen,
demikian pula pada pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal studi perilaku
konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen
biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu.
6
Dalam
hal pengembangan
strategi
pemasaran,
sifat
dinamis
perilaku
konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi
pemasaran yang sama dapat memberikan
hasil yang sama disepanjang waktu,
pasar, dan industri.
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran. Itu merupakan hal terakhir yang
ditekankan dalam definisi perilaku konsumen yaitu pertukaran diantara individu. Hal
ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran
yang sejauh
ini juga
menekankan pertukaran.
Kenyataannya, peran pemasaran
adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan
penerapan strategi pemasaran.
Perilaku konsumen terbagi dua bagian, yang pertama adalah perilaku yang
tampak,
misalnya jumlah
pembelian, waktu,
karena siapa, dengan siapa, dan
bagaimana konsumen melakukan pembelian. Sedangkan yang kedua adalah perilaku
yang tak tampak,
misalnya persepsi, ingatan terhadap informasi, dan perasaan
kepemilikan oleh konsumen.
2.2
Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kotler (2005, pp202·203), titik tolak untuk memahami perilaku
pembeli adalah model rangsangan tanggapan (stimulus - respond modeseperti
yang ditunjukkan oleh gambar berikut :
7
R,lngs31l9c111
RanQsangan
Orl-clrl
Prosf?s kP.putusan
pemas... r,·m
lain
pemlleli
pembell
Kepul:l.Jsan pembell
Produk
Ekonomi
Harga
Teknologl
Saluran
Politlk
pemasaran
-
Budaya
Budaya
Pemahanwn masalah
Pernilihan produk
Soslal
Pencarlan lnformasi
Pemll!han merek
Prlbadi
Pemlilhan alternatlf
Pslkologl
Keputusan pembelian
-+
Pe1ilaku pasc -
Promosi
pembelian
Pem!llhan saluran
pembeiJan
Penentuan waktu
pembellan
Jumlah pembelia<j
Gambar 2.1 Model Perilaku Pembeli
Sumber : Kotler (2005, p203)
Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke kesadaran pembeli.
Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya akan menimbulkan
keputusan pembelian tertentu. Tugas pemasar adalah memahami apa yang teJjadi
pada kesadaran pembeli sejak masuknya rangsangan dari luar hingga munculnya
keputusan
pembelian.
Menurut Kotler (2005,
pp203-218),
perilaku
pembelian
konsumen ini dipengaruhi oleh :
•
Faktor budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian.
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Masing masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan
identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup
kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.
8
•
Faktor sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor- faktor sosial :
Kelompok acuan
Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki
pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung
terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok
keanggotaan
merupakan
kelompok
primer,
seperti
keluarga,
ternan,
tetangga, dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus
- menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder,
seperti kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang
cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.
Orang sangat dipengaruhi
oleh kelompok
acuan mereka sekurang -
kurangnya melalui tiga cara. Kelompok acuan membuat seseorang menjalani
perilaku dan gaya hidup baru, dan mempengaruhi
pribadi seseorang, kelompok acuan menuntut
perilaku serta konsep
orang supaya mengikuti
kebiasaan kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan
produk dan merek aktual. Orang juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok
diluar kelompok mereka. Kelompok aspirasi adalah kelompok yang ingin
dimasuki seseorang; kelompok dissosiasi adalah kelompok yang nilai atau
perilakunya ditolak oleh seseorang.
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan para pelanggan
mereka. Namun, tingkat pengaruh kelompok acuan terhadap produk dan
merek adalah berbeda - beda. Pemimpin opini (Opinion
Leadef) adalah
orang yang komunikasi informalnya atas produk dapat memberikan saran
. atau informasi tentang produk atau jenis produk tertentu, seperti merek apa
9
yang terbaik atau apa manfaat produk tertentu.
menjangkau
para pemimpin
opini
dengan
Para pemasar berusaha
mengidentifikasi
ciri - ciri
demografis dan psikografis yang berkaitan dengan kepemimpinan opini,
mengidentifikasi media yang dibaca oleh pemimpin opini, dan mengarahkan
pesan iklan kepada pemimpin opini.
Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan
primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan dua keluarga
dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan
saudara kandung seseorang. Dari orientasi seseorang mendapatkan orientasi
atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri, dan cinta.
Walaupun pembeli tersebut tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan
orang tuanya, pengaruh orang tua terhadap perilaku pembeli dapat tetap
signifikan. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari
- hari adalah keluarga prokreasi, yaitu pasangan dan sejumlah anak
seseorang.
Para pemasar tertarik pada peran dan pengaruh relatif suami, istri, dan anak
- anak pada pembelian beragam produk dan jasa. Peran itu sangat beragam
untuk Negara dan kelas sosial yang berbeda.
Peran dan status social
Seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya
keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang itu dimasing- masing kelompok
dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan
yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing - masing peran
menghasilkan status.
10
•
Faktor pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi. Karakteristik
tersebut meliputi :
Usia dan tahap siklus hidup
Orang membeli barang dan jasa berbeda - beda sepanjang hidupnya.
Kebutuhan dan selera orang terhadap barang atau jasa berhubungan
dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Para
pemasar sering memilih
sejumlah
kelompok
berdasarkan
siklus hidup
sebagai pasar sasaran mereka. Para pemasar memberikan perhatian yang
besar pada perubahan situasi hidup (bercerai, menduda/menjanda, kawin
lagi) dan dampak situasi itu pada perilaku konsumsi.
Pekerjaan dan lingkungan ekonomi
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar
berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat diatas
rata - rata atas produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat
mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu.
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang :
penghasilan yang dapat dibelanjakan (level, kestabilan, pola waktunya),
tabungan dan aktiva (termasuk persentase aktiva yang lancer dan liquid),
utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap belanja atau
menabung. Para pemasar barang yang peka terhadap harga terus- menerus
memperhatikan kecenderungan penghasilan pribadi, tabungan, dan tingkat
suku bunga.
Gaya hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri
11
seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar mencari
hubungan antara produk mereka dengan kelompok gaya hidup.
Kepribadian dan konsep diri
Masing - masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang
mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang dimaksud kepribadian adalah
ciri bawaan psikologi manusia (human psychologic! traits) yang terbedakan
yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian dapat menjadi variabel
yang
sangat
berguna
dalam
menganalisis
pilihan
merek
konsumen.
Gagasannya adalah bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan bahwa
konsumen mungkin memilih merek yang kepribadiannya cocok dengan
kepribadian dirinya.
•
Faktor psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama :
Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu.
kebutuhan
bersifat biogenis; kebutuhan tersebut
Beberapa
muncul dari tekanan
biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang lain bersifat
psikogenis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan
akan
pengakuan,
penghargaan,
atau
rasa
Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong
keanggotaan
kelompok.
hingga mencapai level
intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang memadai untuk
mendorong seseorang bertindak.
Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap bertindak. Bagaimana tindakan sebenarnya
seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap
12
situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk
memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi dapat sangat
beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas
yang sama.
Pembelajaran
Pembelajaran meliputi
perubahan
perilaku seseorang yang timbul
dari
pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Ahli
teori pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan
kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan, dan
penguatan.
Keyakinan dan sikap
Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.
Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian mereka.
2.3
Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Supranto dan Limakrisna (2007, p211), semua aspek dari afeksi dan
kognisi terlibat dalam pembuatan keputusan konsumen, termasuk pengetahuan,
makna, dan kepercayaan yang digerakkan dari memori dan atensi serta proses
komprehensi yang terlibat didalam interprestasi informasi baru dilingkungan. Proses
kunci didalam pembuatan keputusan ialah proses integrasi dengan pengetahuan
dikombinasikan untuk mengevaluasi dua atau lebih alternatif perilaku kemudian pilih
salah satu. Hasil dari proses integrasi adalah suatu pilihan, secara kognitif terwakili
sebagai intensi perilaku. Intensi perilaku disebut rencana keputusan.
13
v
Pcngetahuan, ati dan
kt'Percayaan yarg bar.1
Pengetahuan, arti dan
kepercataan \'ang tersiml)'ln
I
v
Prose; integ1asi
I
I
v
Sfkap da·1 kein;. imHl
pengamJ)tl,jn keputusan
I
r:----
v
Pe-Uaku
Gambar 2.2 Model Proses Kognitif dalam Pembuatan Keputusan Konsumen
Sumber : Peter & Olson dalam Supranto dan Limakrisna (2007, p212)
Berdasarkan faktor yang dipertimbangkan, menurut Hawkins et al. yang
dikutip oleh Simamora (2003, pB), pengambilan keputusan pembelian dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
1.
Pengambilan keputusan berdasarkan atribut produk (atribut-based choice)
Pada pengambilan keputusan ini memerlukan pengetahuan tentang apa atribut
suatu
diambil
produk dan bagaimana kualitas atribut tersebut. Asumsinya,
secara
dipertimbangkan.
rasional
dengan
mengevaluasi atribut
-
keputusan
atribut
yang
14
2.
Pengambilan keputusan berdasarkan sikap (attitude-based choice)
Pengambilan keputusan ini diambil berdasarkan kesan umum, intuisi maupun
perasaan. Pengambilan keputusan seperti ini dapat terjadi pada produk yang
belum dikenal atau tidak sempat dievaluasi oleh konsumen.
Menurut Philip Kotler yang kemudian di kutip oleh Usmara (2008, p126)
konsumen membentuk keputusan pembelian atas dasar faktor- faktor seperti harga
yang diharapkan, manfaat pelayanan yang diharapkan, dan pendapatan keluarga.
Keputusan pembelian dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
1. Sikap dan pendirian orang lain
Semakin kuat sikap negatif orang lain, dan semakin dekat orang lain tersebut
dengan
konsumen,
konsumen
akan
semakin
menyesuaikan
keputusan
pembeliannya.
2. Situasi yang tidak diantisipasi
Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor - faktor
seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan
manfaat produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi
yang tidak diantisipasi mungkln terjadi untuk mengubah keputusan pembelian
tersebut. Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan. Apabila daya guna produk tersebut berada
dibawah harapan pelanggan, pelanggan tersebut akan merasa dikecewakan, jika
memenuhi
harapan
pelanggan akan merasa puas, jika
melebihi
harapan
pelanggan akan merasa sangat puas. Perasaan - perasaan ini mempunyai arti
dalam hal apakah pelanggan tersebut akan membeli produk itu lagi. Kepuasan
atau
ketidakpuasan
konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi
perilaku selanjutnya. Jika konsumen merasa puas, dia akan menunjukkan
probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi.
15
Sikap
r>" orang lain
-
-
Penilaian terMaksud
hadap berbagai f----+ \ffituk Ialtematif
membeli
"+
i
Keputusani
membeli
Faktor-faktor
situasi yang [takterduga
Gambar 2.3 Tahap Evaluasi Berbagai Alterbatif Keputusan Pembelian
Sumber : Usi Usmara (2008, p126)
2.4
Jenis Perilaku Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen berbeda - beda, tergantung pada jenis
keputusan pembelian. Kotler (2005, p221-222) mengungkapkan bahwa Henry Assael
membedakan
empat jenis
perilaku
pembelian
konsumen
berdasarkan tingkat
keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antar merek.
•
Perilaku pembelian yang rumit
Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga Jangkah. Pertama, pembeli
mengembangkan keyakinan tentang produk tertentu. Kedua, ia membangun
sikap
tentang produk tersebut. J<etiga, ia membuat pilihan pembelian yang
cermat. I<onsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka
sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan besar antar
merek. Perilaku pembelian yang rumit itu Jazim terjadi bila produknya mahal,
jarang
dibeli, beresiko, dan sangat mengekspresikan diri. Pemasar produk
dengan keterlibatan tinggi harus memahami pengumpulan informasi dan evaluasi
perilaku konsumen. Pemasar perlu menyusun strategi yang dapat membentu
pembeli mempelajari atribut - atribut produk dan tingkat kepentingan relatif
16
atribut
tersebut, serta dapat menarik perhatian konsumen terhadap reputasi
merek perusahaan tersebut dalam memberikan atribut - atribut yang lebih
penting.
•
Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan
Kadang - kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian namun melihat
sedikit perbedaan antar merek. Keterlibatan yang tinggi didasari oleh fakta
bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan, dan berisiko. Dalam kasus
itu, pembeli akan berbelanja dengan berkeliling untuk mempelajari merek yang
tersedia. Jika konsumen menemukan perbedaan mutu antar merek tersebut, dia
mungkin akan lebih memilih harga yang lebih tinggi. Jika konsumen menemukan
perbedaan kecil, dia mungkin akan membeli semata - mata berdasarkan harga
dan kenyamanan.
•
Perilaku pembelian karena kebiasaan
Banyak produk dibeli pada kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak
adanya perbedaan antar merek yang signifikan. Para konsumen memiliki sedikit
keterlibatan pada jenis produk itu. Mereka pergi ke toko dan mengambil merek
tertentu.
Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena
kebiasaan, bukan karena kesetiaan yang
kuat terhadap
merek. Perilaku
konsumen dalam kasus produk dengan keterlibatan rendah tidak melalui urutan
umum keyakinan, sikap, dan perilaku. Konsumen tidak secara luas mencari
informasi tentang merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan memutuskan
merek apa yang akan dibeli. Melainkan, konsumen menjadi penerima informasi
pasif melalui menonton televisi atau melihat iklan di media cetak. Pengulangan
iklan menciptakan keakraban merek, bukannya keyakinan merek.
17
•
Perilaku pembelian yang mencari variasi
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah
tetapi perbedaan antar merek signifikan. Dalam situasi itu,
konsumen sering
melakukan peralihan merek. Peralhian merek terjadi karena mencari variasi dan
bukannya karena ketidakpuasan.
Tabel 2.1EmpatJenis Perilaku Pembelian
Kategori
Keterlibatan Tinggi
Keterlibatan Rendah
Perbedaan Besar
Perilaku pembelian yang
Perilaku pembelian yang
Antar Merek
rumit
mencari variasi
Perbedaan Kecil
Perilaku pembelian yang
Perilaku pembelian yang
Antar Merek
mengurangi
rutin
I
biasa
ketidaknyamanan
Sumber: Kotler (2005, p221)
2.5
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Lima tahap keputusan pembelian menurut Kotler dan keller (2007, p235),
yaitu :
1.
Pengenalan masalah (problem opportunity recognition)
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal.
Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan umum seseorang dapat dipicu oleh
rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang mencapai
ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong, misalnya rasa lapar dan
haus. Dalam kasus kedua, kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan eksternal.
18
Misalnya seseorang menonton
iklan televisi tentang
liburan di Hawai yang
memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian.
Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu,
dengan mengumpulkan
informasi dari sejumlah konsumen. Mereka kemudian
dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen.
Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan
pertimbangan yang serius.
2.
Pencarian informasi (search)
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong
untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan
dinamakan penguatan perhatian. Pada level penguatan perhatian, orang hanya
sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu
mungkin mulai aktif mencari informasi, misalnya dengan mencari bahan bacaan,
menelpon ternan, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
3.
Evaluasi alternatif (alternative evaluation)
Orang pemasaran perlu untuk mengetahui tentang evaluasi berbagai alternatif
yaitu bagaimana memproses informasi untuk mencapai pilihan merek. Konsumen
tidak menggunakan satu proses evaluasi yang sederhana dalam semua situasi
pembelian. Sebaliknya, beberapa proses evaluasi digunakan sekaligus.
Konsep dasar tertentu
membantu
menjelaskan
proses evaluasi konsumen.
Pertama, kita berasumsi bahwa setiap konsumen melihat suatu produk sebagai
satu
paket
kepentingan
atribut
produk.
Kedua, konsumen
yang berbeda pada atribut
kebutuhan dan keinginannya
akan
- atribut
memberikan
yang
tingkat
berbeda menurut
yang unik. Ketiga, konsumen mungkin akan
mengembangkan satu susunan keyakinan merek mengenai posisi setiap merek
pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan
-------------- ---------- -
19
bervariasi terhadap tingkat - tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen
mencapai suatu sikap terhadap merek yang berbeda lewat prosedur evaluasi.
Konsumen didapati
menggunakan
satu atau
lebih dari
beberapa prosedur
evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembeliannya.
Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif
pembelian tergantung
pada
konsumen individu dan situasi pembelian tertentu. Kadang - kadang konsumen
sangat cermat dalam mempertimbangkan
kalanya
mereka
dorongan
sesaat
hanya
mengevaluasi
tergatung
pada
pembelian suatu produk tetapi ada
sedikit
intuisi.
bahkan
Kadang
hanya
konsumen
berdasarkan
mengambil
keputusan sendiri, kadangkala mereka bertanya kepada orang lain, misalnya
saudara, teman, dan penjual.
Orang pemasaran harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana
mereka mengevaluasi alternatif merek. Jika mereka tahu bahwa proses evaluasi
sedang bejalan, orang pemasaran dapat mengambil langkah - langkah untuk
mempengaruhi keputusan pembeli.
4.
Keputusan pembelian (purchase decision)
Keputusan pembelian merupakan saat dimana konsumen memutuskan untuk
membeli
atau tidak
pemesanan
pembelian
yang
produk yang bersangkutan dan membuat
berhubungan
dapat diartikan juga
dengan
pembelian.
sebagai tingkatan
Selain itu
keputusan
keputusan
dari proses keputusan
pembelian dimana konsumen sebenarnya melakukan pembelian. Pemilihan ini
dilakukan atas dasar hasil evaluasi ditahap sebelumnya. Dalam tahap evaluasi,
para konsumen membentuk preferensi atas merek - merek yang ada didalam
kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek
yang paling disukai.
20
5.
Perilaku pasca pembelian (post- purchase evaluation)
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena
memperhatikan fitur - fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap
informasi
yang
mendukung
keputusannya.
Komunikasi
pemasaran
harus
memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan
membantu dia merasa nyaman dengan merek.
2.6
Model Sikap dan Perilaku
Untuk mengukur sukap dan perilaku konsumen dapat dilakukan dengan
model multiatribut. Menurut Umar (2005, p57), salah satu model sikap yang dapat
digunakan adalah model sikap multiatribut dari Fishbein. Model sikap Fishbein ini
berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap objek tertentu.
Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama untuk memprediksi sikap. Faktor
pertama, keyakinan seseorang terhadap atribut yang menonjol dari objek. Faktor
kedua, kekuatan keyakinan seseorang bahwa atribut memiliki atribut khas. Faktor
ketiga adalah evaluasi dari masing - masing keyakinan akan atribut yang menonjol,
dimana diukur seberapa baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut atribut itu.
Berikut hubungan antara komponen dalam model perilaku dan sikap
Fishbein.
21
Keyakinan akan
atribut yang
menonjol
.I
I
Sikop
Evaluasi atribut
I
Maksud perilaku
I
IPerilaku
I
Norma subyektif
Keyakinan
normatif
I
Faktor lain
Motivasi
Gambar 2.4 Hubungan antara Komponen dalam Model Perilaku
dan Sikap Fishbein
Sumber : Umar (2005, p58)
Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap
dan
perilakunya,
sehingga
model Fishbein ini memiliki
dua komponen, yaitu
komponen sikap dan komponen norma subyektif.
1. Komponen sikap
Komponen ini bersifat internal individu, ia akan berkaitan langsung dengan objek
penelitian dan atribut- atribut langsungnya yang memiliki peranan yang penting
dalam pengukuran perilaku, karena akan menentukan tindakan apa yang akan
dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
22
2.
Komponen norma subyektif
Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap
perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengalikan antara
nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi bersetuju
terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu
kuatnya keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam
mempengaruhi
perilakunya terhadap objek.
Sedangkan motivasi bersetuju
merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan
sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.
2.7
Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Sciffman dan Kanuk (2007, pp491-507), menggambarkan model
sederhana dalam pengambilan keputusan konsumen menjadi tiga komponen utama,
yaitu :
1. Input
Komponen input
terdiri
dari
berbagai pengaruh
sumber informasi mengenai produk tertentu
luar yang berlaku sebagai
dan mempengaruhi nilai - nilai,
sikap dan perilaku yang berkaitan dengan produk. Yang paling utama dalam
komponen input ini adalah berbagai kegiatan bauran pemasaran dan pengaruh
sosial budaya.
Input pemasaran
Kegiatan pemasaran perusahaan yang merupakan usaha langsung untuk
mencapai, memberikan informasi, dan membujuk konsumen untuk membeli
dan menggunakan produknya. Usaha - usaha tersebut meliputi berbagai
strategi bauran pemasaran, yaitu produk, promosi, harga dan saluran
distribusi.
23
Input sosial budaya
Input sosial budaya ini terdiri dari berbagai macam pengaruh nonkomersial
seperti pengaruh dari keluarga, sumber informasi nonkomersial, kelas sosial,
budaya dan subbudaya.
2.
Proses
Komponen proses berhubungan dengan cara konsumen mengambil keputusan.
Untuk memahami proses ini, maka harus dipertimbangkan pengaruh berbagai
konsep psikologis yang merupakan pengaruh dari dalam diri. Pengaruh pengaruh tersebut adalah motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan
sikap. Proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap, yaitu
pengenalan kebutuhan, penilaian sebelum penelitian, dan penilaian berbagai
alternatif.
Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan suatu
masalah. Di kalangan konsumen, tampaknya ada dua gaya pengenalan
kebutuhan atau masalah yang berbeda. Pertama, merupakan tipe keadaan
yang sebenarnya, yang merasa bahwa mereka mempunyai masalah ketika
sebuah produk tidak dapat berfungsi secara memuaskan. Kedua, tipe
keadaan yang diinginkan,
dimana
bagi konsumen keinginan terhadap
sesuatu yang baru dapat menggerakkan proses keputusan.
Penelitian sebelum pembelian
Penelitian ini dimulai ketika konsumen merasakan adanya kebutuhan yang
dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Ingatan
pada pengalaman yang lalu dapat memberikan
informasi yang memadai
kepada konsurnen untuk melakukan pilihan sekarang ini. Jika tidak memiliki
pengalaman sebelumnya, mungkin konsumen harus melakukan penelitian
24
lebih mengenai keadaan diluar dirinya untuk memperoleh
berguna
sebagai dasar pemilihan.
Banyak keputusan
informasi yang
konsumen yang
didasarkan kepada gabungan pengalaman yang lalu (sumber internal) dan
informasi pemasaran dan nonkomersial (sumber eksternal). Tingkat risiko
yang
dirasakan juga
dapat
mempengaruhi
tahap
proses pengambilan
keputusan.
Penilaian alternatif
Ketika
menilai
berbagai
alternatif
potensial,
konsumen
cenderung
menggunakan dua tipe informasi, yaitu daftar merek yang akan konsumen
rencanakan untuk dipilih dan kriteria yang akan mereka gunakan untuk
menilai setiap merek.
3.
Output
Komponen output menyangkut kegiatan pasca pembelian yang berhubungan
erat, yaitu perilaku pembelian dan penilaian pasca pembelian. Tujuan dari kedua
kegiatan
itu
adalah
untuk
meningkatkan
kepuasan
konsumen
terhadap
pembeliannya.
Perilaku pembelian
Konsumen melakukan dua tipe pembelian, yang pertama adalah pembelian
percobaan, yang bersifat sebagai penjajakan konsumen untuk menilai suatu
produk melalui pemakaian langsung. Yang kedua adalah pembelian ulang,
biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan konsumen dan
konsumen bersedia memakainya lagi dalam jumlah yang lebih besar.
Penilaian pasca pembelian
Unsur terpenting
ketidakpastian
dari eveluasi pasca pembelian
adalah pengurangan
atau keragu - raguan yang dirasakan oleh konsumen
terhadap pilihannya. Tingkat analisis pasca pembelian yang dilakukan para
25
konsumen tergantung pada pentingnya keputusan produk dan pengalaman
yang diperoleh dalam memakai produk tersebut. Jika kinerja produk sesuai
harapan, maka mungkin konsumen akan membelinya lagi. Sebaliknya, jika
tidak sesuai harapan maka konsumen akan mencari berbagai macam
alternatif lain yang lebih sesuai.
26
Pengaruh Eksternal
Usaha Pemas ran
Lln kungan Sosiobcdaya
PerU!Xl[1oDn
1.
2.
!. Produk
2. Promosi
3. Harqa
Input
4.
Saluran di!;trlbu!;i
Ke[.Ji;lf9D
Sumber informal
3.
Sumber no1komer5ial l in
4.
Kelas S· Sia
5.
Subbucaya dar budaya
!; : : :: :r: :::: :: :: :: :: :1
:
Pengenalan
1
Oidang Psikoogi
1.
>.ebutuhan
2.
1
P•·oses
:
:
Pt:..">tle:Htian se:>elum
pembellan
l otivasi
Perrepsi
3.
Pembelajaran
4.
5.
Kepribadian
•
i
:
Slkao
I
:
I
:
: =:: : : :---r- ---- -, - - -·
·>1
EvoluDsi Dlternotif
-·--
Pengali:ln1a·1
_j
r--------------------Pe'Yibelian
1.
Pt.:r'Cobaar
2.
Ptmb litJil uiCJ11!:;1
Output
Evall.asi pasca
pembe.ian
·---------------------Gambar 2.5 Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen
Sumber : Schiffman dan Kanuk (2007, p493)
2.8
Tingkat Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p487) tingkat pengambilan keputusan
konsumen dibedakan kedalam 3 tingkat, yaitu :
27
1.
Pemecahan masalah yang luas
Jika konsumen tidak mempunyai kriteria yang mapan untuk menilai kategori
produk atau merek tertentu dalam kategori tersebut atau tidak membatasi
jumlah merek yang akan mereka pertimbangkan menjadi rangakaian kecil yang
dapat dikuasai, usaha pengambilan keputusan mereka dapat diklasifikasikan
sebagai pemecahan masalah yang luas.
2.
Pemecahan masalah yang terbatas
Pacta tingkat pemecahan masalah, konsumen telah menetapkan kriteria dasar
untuk menilai kategori produk dan berbagai merek dalam kategori tersebut.
Tetapi,
mereka
belum sepenuhnya menetapkan
pilihan terhadap kelompok
merek tertentu. Pencarian informasi tambahan yang mereka lakukan lebih
merupakan
"penyesuaian
sedikit
- sedikit",
mereka
harus mengumpulkan
informasi merek tambahan untuk melihat perbedaan diantara berbagai merek.
3. Perilaku sebagai respon yang rutin
Pada tingkat ini, konsumen sudah mempunyai beberapa pengalaman mengenai
kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk
menilai berbagai merek yang sedang mereka pertimbangkan.
2.9
Dimensi Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Philip Kotler yang telah dikutip oleh Usmara (2008, p106) dimensi
keputusan pembelian meliputi :
28
Tabel 2.2 Dimensi Keputusan Pembelian
Dimensi/Faktor/Variabel
Indikator
Pilihan Produk
Pilihan Pemasok
Keputusan Pembelian
Pilihan Merek
Penentuan Saat Pembelian
Jumlah Pembelian
Sumber : Usi Usmara (2008, p106)
2.10
Peran Keputusan Pembelian
Peran keputusan pembelian merupakan hal yang penting bagi pembeli dan
penjual itu sendiri. Bagi perusahaan adalah penting untuk mengetahui faktor- faktor
yang mempengaruhi perilaku pembelian, namun terdapat hal lain yang harus juga
diperhatikan perusahaan yaitu pemegang peranan dalam pembelian dan keputusan
untuk membeli .
Menurut Simamora (2004, p15) terdapat lima peran yang terjadi dalam
keputusan pembelian, yaitu :
1.
Pemrakarsa (initiatof), orang yang pertama kali menyarankan untuk membeli
suatu produk.
2.
Memberi
pengaruh
(influence!'),
orang
yang
pandangan
atau
nasihatnya
memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.
3.
Mengambil keputusan (decide!'), orang yang sangat menentukan sebagian atau
keseluruhan
keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan
hendak membeli, dan bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli.
4.
Pembeli (buyef), orang yang melakukan pembelian nyata.
29
5.
2.11
Pemakai ( usef), orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk/jasa.
Ketidakpuasan Dalam Keputusan Pembelian
Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian,
pembelian, penggunaan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu.
Seringkali
konsumen
merasa tidak
puas telah
memutuskan
untuk
melakukan
pembelian disuatu perusahaan, konsumen seringkali mengajukan komplein terhadap
ketidakpuasan Tjiptono (2004, p21), antara lain :
1.
Voice response
Kategori
ini meliputi
usaha menyampaikan
keluhan secara langsung atau
meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan.
2.
Private response
Tindakan yang dilakukan antara lain memperingatkan atau memberitahu teman
atau
keluarga
mengenai
pengalamannya
dengan
perusahaan
yang
bersangkutan. Tindakan ini berdampak pada citra perusahaan.
3.
Third- party response
Tindakan yang dilakukan meliputi meminta ganti rugi secara hukum, mengadu
lewat media massa, atau mendatangi langsung lembaga konsumen atau instansi
hukum. Tindakan
seperti
ini ditakuti
oleh sebagian perusahaan yang tidak
memiliki prosedur penanganan yang baik. Umumnya konsumen lebih memilih
untuk menyebarluaskan keluhan kepada masyarakat luas.
2.12
Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2001, p7) pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang
30
mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbale balik
produk dan nilai dengan orang lain.
2.13
Bauran Pemasaran
Menurut Nicolino (2007, p52) bauran pemasaran adalah sebuah istilah
berkenaan dengan komponen dasar tentang bagaimana sebuah entitas akan
dipasarkan. Ini untuk mengingatkan bahwa hal tersebut membutuhkan aktivitas
gabungan untuk membuat entitas ini "hidup" dipasar. Ada SP didalam bauran
pemasaran, yaitu product, price, place, promotion, dan person.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001, p71) bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran teknis (produk, harga, promosi, distribusi) yang
dipadukan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran.
Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan
perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Bauran pemasaran
dikelompokkan menjadi 4P, yaitu product, price, place, promotion (produk, harga,
distribusi, promosi)
a. Produk
Kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar
sasaran.
b. Harga
Sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk memperoleh
produk.
c. Distribusi
Aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan konsumen sasarannya.
31
d.
Promosi
Aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pelanggan
sasaran untuk membeli produk kita.
Dengan melihat penjelasan mengenai bauran pemasaran diatas, dapat
disimpulkan
bahwa program
pemasaran yang efektif
harus memadukan seluruh
elemen pemasaran ke dalam suatu program koordinasi yang dirancang untuk meraih
tujuan pemasaran perusahaan dengan mempersembahkan nilai kepada konsumen.
2.14
Harga
Menurut Usi Usmara dibukunya yang berjudul "Pemikiran Kreatif Pemasaran"
(2008, p96) harga merupakan keselmbangan antara penjual dan pembeli sehingga
memungkinkan transaksi dapat berjalan. Penjual bisa memberikan harga yang lebih
rendah jika
dibebaskan
dari
persyaratam - persyaratan
yang
berat.
Pembeli
sebaliknya mau membayar dengan harga yang lebih tinggi jika diberikan sesuatu
produk yang mempunyai karakteristik yang unik dan berbeda dari produk lainnya.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001, p439) harga adalah sejumlah uang
yang dibebankan atas suatu produk atau jasa , atau jumlah dari nilai yang ditukar
konsumen atas manfaat - manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau
jasa tersebut
Harga adalah satu - satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan atau volume penjualan, semua elemen lainnya hanya mewakili harga.
Harga juga
merupakan salah satu elemen yang paling fleksibel dari bauran
pemasaran. Tidak seperti sifat - sifat produk dan komitmen jalur distribusi, harga
dapat
berubah dengan cepat. Pada saat yang sama, penetapan harga dan
persaingan harga adalah masalah utama yang dihadapi banyak eksekutif pemasaran.
Banyak perusahaan yang tidak menangani harga dengan baik. Kesalahan -
32
kesalahan yang biasa terjadi diantaranya penetapan harga terlalu berorientasi pada
biaya, harga tidak cukup di revisi untuk merefleksikan perubahan pasar,
penetapan
harga yang tidak memperhitungkan elemen bauran pemasaran lainnya, dan harga
yang tidak bervariasi untuk produk - produk, segmen pasar, dan tujuan pembelian
yang berbeda.
Harga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pemasaran suatu
produk
dan
keberhasilan
kelangsungan
suatu
produk
hidup
suatu
perusahaan.
dan kelangsungan
hidup
Peranan
perusahaan
harga
dalam
berdasarkan
pendapat Sutojo (2001, p64-69) adalah sebagai berikut :
1.
Harga adalah salah satu faktor penentu jumlah permintaan produk di pasar.
Dalam kehidupan sehari - hari permintaan produk dapat bersifat elastis atau
tidak elastis terhadap perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastis
terhadap harga apabila permintaan berubah setiap kali harga turun atau naik.
Sedangkan harga dikatakan tidak elastis apabila permintaan tidak atau tidak
banyak berubah karena perubahan harga. Termasuk dalam kategori produk yang
elastis terhadap perubahan harga adalah barang atau jasa yang dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan sekunder, misalnya barang atau jasa rekreasi atau
barang atau jasa kebutuhan rumah tangga. Oleh karena sifat kebutuhan akan
barang atau jasa tersebut tidak mendesak apabila terjadi kenaikan harga maka
banyak konsumen akan menunda, mengurangi jumlah
atau menghentikan
pemakaiannya.
2.
Harga menentukan jumlah hasil penjualan dan keuntungan.
Hasil penjualan produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama
dengan jumlah satuan yang terjual kali harga persatuan produk. Seangkan
keuntungan yang diperoleh setiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan
dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang sama.
33
3. Harga dalam strategi harga mempengaruhi keberhasllan distribusi produk.
Harga per satuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran
mempunyai peranan penting terhadap kesediaan distributor mendistribusikan
produk. Dimana harga tersbut harus kompetitif dalam arti tidak terlalu besar
bedanya dengan harga produk saingan yang setaraf. Apabila perbandingan
harga
tersebut
terlalu
besar
maka
kelancaran
penjualan
produk
yang
bersangkutan dapat terhambat. Akibatnya resiko yang ditanggung distributor
menjadi lebih besar dibandingkan dengan apabila mereka mendistribusikan
produk lain yang lebih laku. Hal itu dapat menimbulkan keseganan distributor
mendistribusikan
produk yang bersangkutan, apalagi jika syarat penjualan
adalah kredit penjualan.
4.
Harga dapat mempengaruhi segmen pasar yang dapat ditembus perusahaan.
Melebarkan sayap pemasaran produk dengan memasuki segmen pasar yang lain
yang belum digarap sebelumnya dapat menambah jumlah keuntungan. Salah
satu segmen pasar dibanyak negara yang dipergunakan
sebagai sasaran
melebarkan jangkauan pemasaran produk adalah segmen pasar tingkat bawah.
2.15
Strategi Penyesuaian Harga
Perusahaan
biasanya
menyesuaikan
harga
dasar
mereka
untuk
memperhitungkan perbedaan dan perubahan situasi. Menurut Kotler dan Armstrong
(2001, p486) strategi penyesuaian harga dikelompokkan menjadi 6 strategi, yaitu
penetapan harga diskon dan pengurangan harga, penetapan harga tersegmentasi,
penetapan harga psikologis, penetapan harga promosi, penetapan harga geografis,
dan penetapan harga internasional.
34
Tabel 2.3 Strategi Penyesuaian Harga
Strategi
Penetapan
harga
diskon
Penjelasan
dan
pengurangan harga
Mengurangi
harga
memberikan
untuk
penghargaan
kepada
pelanggan
memberikan
tanggapan
seperti
yang
membayar
lebih awal atau mempromosikan produk.
Penetapan harga tersegmentasi
Menyesuaikan
pembedaan
harga
untuk
diantara
pelanggan,
membuat
produk,
ataupun lokasi.
Penetapan harga psikologis
Menyesuaikan harga
untuk
mempengaruhi
secara psikologis.
Penetapan harga promosi
Sewaktu - waktu mengurangi harga untuk
meningkatkan
penjualan
dalam
jangka
pendek.
Penetapan harga geografis
Menyesuaikan harga untuk memperhitungkan
lokasi geografis pelanggan.
Penetapan harga internasional
Menyesuaikan
harga
untuk
pasar
internasional.
Sumber : Kotler dan Armstrong (2001, p486)
2.16
Hubungan Harga dengan Kualitas Produk
Menurut Lichtenstein, Ridgway
dan Netemeyer yang dikutip oleh Usmara
(2008, p91) bagi sebagian konsumen, isyarat
harga barangkali dirasakan dalam
peran positif karena kesimpulan bahwa tingkat isyarat harga berkaitan secara positif
dengan tingkat kualitas produk. Pada tingkat dimana konsumen merasakan harga
dalam cara ini, mereka memandang harga yang lebih tinggi dengan lebih baik karena
35
persepsi peningkatan dalam kualitas produk untuk pengeluaran uang tambahan.
Pada kenyataannya, karena konsumen yang merasakan harga dalam cara ini
sebenarnya lebih senang membayar dengan harga lebih tinggi, perilaku mereka telah
dirujuk sebagai "mencari harga".
Telah diketahui bahwa ada kecenderungan pada pelanggan prospektlf untuk
menggunakan harga produk sebagai indikator kualitas. Perlu diperhatikan bahwa
menetapkan harga secara tepat amat penting, dalam kondisi dimana ada cukup
alasan untuk mengharapkan kualitas produk yang berbeda dari satu pemasok ke
pemasok lainya, dan dimana ada resiko personal yang cukup tinggi jika membeli
produk dengan kualitas yang lebih rendah. Pendek kata, sebuah harga dapat
membangun kepercayaan, dan harga merupakan sebuah petunjuk.
2.17
Kualitas
Membicarakan tentang pengertian atau definisi kualitas dapat berbeda bagi
setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada
konteksnya. Banyak pakar dibidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan
kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing - masing. Beberapa diantaranya
yang paling popular adalah yang dikembangkan oleh tiga pakar kualitas tingkat
internasional, yaitu W.Edwards Deming, Philip B.Crosby, dan Joseph M.Juran.
Menurut Deming yang dikutip oleh Yamit (2005, p7) mendefinisikan kualitas
sebagai apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Crosby yang dikutip oleh Yamit (2005, p7) mendefinisikan kualitas
sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.
Menurut Juran yang dikutip oleh Yamit (2005, p7) mendefinisikan kualitas
sebagai mutu kesesuaian terhadap spesifikasi.
36
Menurut
Kotler dan Armstrong
(2001,
p354)
kualitas
produk
adalah
kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan,
keandalan, ketepatan, kemudahan operas! dan perbaikan, serta atribut bernilai
lainnya. Dalam pengembangan suatu produk, pemasar awalnya harus memilih
tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Disini, kualitas
produk berarti kualitas kinerja yaitu kemampuan produk untuk melaksanakan
fungsinya. Perusahaan jarang mencoba untuk menawarkan tingkat kualitas kinerja
tertinggi yang mungkin hanya sedikit pelanggan yang mau atau mampu membeli
kualitas tingkat tinggi dari produk yang ditawarkan. Sebaliknya perusahaan memilih
tingkat kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran dan tingkat kualitas
produk pesaing. Selain menawarkan tingkat kualitas kinerja yang tinggi, perusahaan
juga
menawarkan
kualitas kesesuaian (conformance qualitY!
yang bebas dari
kerusakan, serta konsisten dalam memberikan tingkat kinerja yang ditargetkan,
karena perusahaan apapun harus mengejar tingkat kesesuaian kualitas yang tinggi.
Adapun definisi kualitas menurut Goetsch Davis yang dikutip oleh Yamit
(2005, pB) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan
yang
memenuhi atau
melebihi harapan.
Menurut Garvin, lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan
didalam bisnis, yaitu :
1.
Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit
didefinisikan
dan dioperasionalkan
pelayanan,
perusahaan
dapat
maupun
diukur.
mempromosikan
Untuk
produk dan jasa
dengan
menggunakan
pernyataan - pernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi),
kecantikan wajah (kosmetik), pelayanan prima (bank), dan tempat berbelanja
-----------
37
yang nyaman (mall). Definisi ini sangat sulit untuk dijadikan sebagai dasar
perencanaan dalam manajemen kualitas.
2.
Product- based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat
diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki
produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan
dalam selera dan preferensi individual.
3.
User- based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran
tergantung
pada
orang
yang
memandangnya,
dan
bahwa kualitas
produk
yang
paling
memuasl<an preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitness for used)
merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini
mengakibatkan konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang
berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum
yang dapat dirasakannya.
4. Manufacturing -based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply - based atau dari sudut
pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai
dengan persyaratannya (conformance
berfokus
pada
quality) dan prosedur. Pendekatan ini
kesesuaian spesifikasi yang
ditetapkan
perusahaan secara
internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar - standar
yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya.
5.
Value based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan
harga. Kualitas didefinisikan sebagai "affordable excellence'. Oleh karena itu
kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki
38
kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang
paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli.
2.18
Persepsi Pelanggan Terhadap Kualitas
Kemampuan menciptakan nilai bagi pelanggan akan sangat tergantung dari
komitmen perusahaan terhadap kualitas. Produk yang dipersepsikan memiliki kualitas
adalah produk yang memiliki kesesuaian dengan yang dibutuhkan atau diinginkan
oleh konsumen, dan secara konstan dapat memenuhi kepuasan konsumen, Kisser
yang dikutip oleh Hasan (2008, p146). Dengan dasar itulah, maka perusahaan dalam
menciptakan kualitas harus :
o
Dirancang berdasarkan apa yang dipersepsikan oleh konsumen.
o
Direfleksikan dalam setiap aktivitas perusahaan.
o
Didukung oleh komitmen secara total oleh semua anggota organisasi, serta
memerlukan partner yang berkualitas.
2.19
o
Selalu dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan konsumen.
o
Disadari bahwa kualitas tidak dapat menyelamatkan produk yang "cacat".
Jenis- Jenis Kualitas
Menurut Hasan (2008, p147) jenis- jenis kualitas terdiri dari :
o
Kualitas pencarian (search quality) adalah karakteristik yang dapat lebih mudah
dikenali nilainya sebelum pembelian.
o
Kualitas pengalaman (experience quality) adalah karakteristik yang hanya dapat
dinilai setelah menggunakannya.
o
Kualitas kepercayaan (credence quality) adalah karakteristik di mana konsumen
sulit menilai karena keterbataan pengetahuan dan pengalaman pelanggan.
39
2.20
Desain (Rancangan)
Dalam pasar yang cepat berubah mengikuti jaman, harga dan teknologi
tidaklah cukup. Rancangan merupakan faktor yang akan sering menjadi keunggulan
perusahaan. Menurut Kotler (2001, p353) definisi rancangan adalah totalitas fitur
yang
mempengaruhi
penampilan
dan fungsi
produk
tertentu
menurut
yang
diisyaratkan oleh pelanggan.
Rancangan sangat penting dalam membuat dan memasarkan jasa eceran
(retail service), pakaian, barang - barang kemasan dan peralatan tahan lama.
Perancang harus memikirkan berapa besar yang perlu diinvestasikan dalam gaya,
daya tahan, keandalan, dan kemudahan perbaikan. Adapun parameter rancangan
yang didefinisikan menurut Kotler (2001, p353) adalah sebagai berikut :
1. Gaya (style), menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh
produk itu bagi pembeli.
2. Daya tahan (durabilitY!, ukuran usia yang diharapkan atas beroprasinya produk
dalam kondisi normal atau berat merupakan atribut yang berharga untuk produk
- produk tertentu.
3.
Keandalan (reliability), ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan
rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu.
4.
Mudah diperbaiki (repairability), ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk
ketika produk tersebut rusak atau gagal.
Bagi perusahaan, produk yang dirancang dengan baik adalah produk yang
akan mudah diproduksi dan didistribusikan. Bagi pelanggan, produk yang dirancang
dengan baik adalah produk yang menyenangkan untuk dilihat dan mudah dibuka,
dipasang, digunakan, diperbaiki, serta dibuang.
Desain diterjemahkan
sebagai seni terapan,
arsitektur,
dan berbagai
pencapaian kreatif lainnya. Proses desain pada umumnya mempertimbangkan aspek
40
fungsi,
estetik,
dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya
didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada
sebelumnya.
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu
objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi.
Bentuknya dapat
berupa model fisik, model citra
(gambar
rancangan, citra
komputer), atau rumusan matematis.
2.21
Keamanan (Safety)
Menurut Said Deep dalam jurnal (www.proquest.com) mengatakan bahwa
minat konsumen terhadap faktor keamanan mobil muncul pada akhir periode tahun
1980-an dan awal 1990-an, yaitu ketika pabrik- pabrik gencar teknologi baru seperti
rem cakram dan air bag (bantalan kantong udara). Sejak saat itu sampai sekarang
semua pabrik mobil mempunyai standar keamanan untuk setiap mobil.
fadl)rl' dfivlnpurc}ta5in'f Qi"(i ion>
Ovc< hall <>1 v<li!IGie s ""Y
sarecy leatureys "'"'llf"'(L1nt
\- j ErwtJ M>rttat ilnpacl
, . --.. ·T-i':'·';'•-· :·· ·-·
ti :->i'<'( ,_:.-,
'"$3·'"''''''
''"'''t:;· ·-·•$}
H_,;.w t.\1.»-k: S:: 1!"
Gambar 2.6 Faktor Driving Purchasing Decisions
Sumber : Jurnal Proquest
http:/lproquest.umi.comlpqdweb?did-52713801&sid-17&Fmt-4&clientid-68814&R
QT-309&VName-POD
41
Tiga kategori skala prioritas kebutuhan :
•
Kebutuhan pokok (essential)
alasan dasar kebutuhan: butuh (need, require) mesti, harus, mutlak, absolut,
terpaksa, terdesak.
•
Kebutuhan tambahan (additional)
alasan dasar kebutuhan: perlu (necessarj) boleh, bisa, dapat.
•
Kebutuhan pilihan (optional)
alasan dasar kebutuhan: ingin (want) mungkin, dengan salah-satu dari 9 alasan
pendorong:
a.
kesukaan, kesenangan, kegemaran, koleksi.
b.
kesehatan, kenyamanan, kenikmatan.
c.
keamanan, keselamatan, perlindungan, persiapan.
d.
takut kehilangan kesempatan
e.
prestise, pencapaian, kebanggaan.
f.
status, simbol, citra, kehormatan.
g.
ambisi, hasrat, kehendak, harapan, cita-cita.
h.
ego, jati-diri, kepentingan diri sendiri.
I peluang, tak
ada waktu lain.
Dengan memahami tiga kategori kebutuhan ini, semestinya kita dapat
mengidentifikasi dan mengklasifikasi apa sebenarnya yang kita atau seseorang lain
butuhkan.
Apakah seseorang hendak memiliki
sesuatu karena alasan bahwa ia
memang membutuhkannnya atau hanya memerlukannya
atau hanya sekedar
menginginkannya.
Kebanyakan
orang
gaga! dalam
mengidentifikasi dan
mengklasifikasi
kebutuhannya, dimana jika keperluan menjadi kebutuhan, apalagi keinginan menjadi
kebutuhan, maka hal terebut secara psikologis dan ekonomis akan menjadi beban
bagi dirinya.
---------
42
Kegagalan menentukan
skala
prioritas
kebutuhan
ini
terjadi
karena
kebanyakan orang pada umumnya tak bisa membedakan mana kebutuhan, mana
keperluan, dan mana keinginan. Sebagai contoh, kendaraan: mobil atau motor, bagi
sebagian orang adalah kebutuhan, sementara bagi sebagian orang lain adalah
keperluan, dan bagi sebagian yang lain lagi hanyalah keinginan.
http:1/bmwcourier.forum-express.com/minat-dan-motivasi-f27/motivasi-skalaprioritas-kebutuhan-t37.htm
2.22
Faktor Desain, Kenyamanan, Performa, dan After Sales Service
Menurut Dr. Darrel Edwards dalam jurnal
konsumen atau
(www.proguest.com) semua
pelanggan mencari kendaraan yang dapat
mereka percayai.
Mayoritas pelanggan juga memiliki prioritas kendaraan seperti style atau desain,
kapasitas, kenyamanan, kemampuan atau performa, dan harga. Pada intinya,
sebagian besar konsumen mencari kendaraan sesuai dengan ekspresi hubungan
emosional di dalam diri mereka.
http://proguest.umi.com/pgdweb?did=1569669581&sid=l&Fmt=3&clientid=68814&
ROT=309&VName=POD
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendratno dalam Simamora (2008,
pl37) terdapat 25 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli
mobil, yaitu :
1.
Ketersediaan suku cadang
2. Tingkat jarang rusak
3. Kemudahan perawatan
4.
Kemudahan perbaikan kalau rusak
5.
Garansi suku cadang dan perbaikan
6.
Ketersediaan bengkel resmi
43
7. Teknologi mesin
8.
Keawetan mesin
9.
Kehalusan mesin
10. Kekuatan mesin
11. Teknologi stir
12. Teknologi rem
13. Teknologi suspensi
14. Ketersediaan airbag
15. Desain body
16. Kekuatan body
17. Kehalusan body
18. Warna
19. Pemandangan ruang dalam
20. Desain panel depan (dashboard)
21. Desain jok
22. Bahan jok
23. Stabilitas di jalan
24. Kecepatan maksimal
25. Responsivitas
Dalam penelitian kali ini, peneliti tidak menggunakan semua faktor - faktor
diatas. Peneliti mengelompokkan faktor - faktor menjadi tujuh faktor utama, yaitu
faktor kualitas mobil, harga, desain, kenyamanan, performa, keamanan, dan after
sales service.
merupakan
Peneliti menambahkan
salah satu faktor
faktor
harga disebabkan
yang dapat juga
mempengaruhi
konsumen dalam melakukan keputusan pembelian mobil.
karena harga
pertimbangan
44
Menurut Simamora (2008, p79) atribut objek perilaku konsumen dapat
dijelaskan melalui dua pengertian. Pertama, atribut
sebagai karakteristk yang
membedakan merek atau produk dari yang lain. Kedua, faktor - faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian suatu
merek ataupun kategori produk, yang melekat pada produk atau menjadi bagian
produk itu sendiri.
2.23
Analytical Hierarchy Process(AHP)
Metode Analytical
pengambilan
Hierarchy
Process (AHP)
merupakan
salah satu teori
keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli
matematika yang bekerja pada University of Pitsburgh di Amerika Serikat, pada awal
tahun 1970-an.
Model ini hingga kini sudah mengalami berbagal pengembangan. Beberapa
sifat atau karakter dari model AHP ini adalah :
•
Pembobotan kriteria dilakukan dengan cara membandingkan sepasang kriteria
(pairwise). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan yang tegas antara
dua buah kriteria yang diperbandingkan.
•
Hubungan antara dua buah kriteria yang diperbandingkan kemudian diberi nilai
bobot. Nilai bobot antara 2 hingga 9 menunjukkan nilai kriteria satu lebih penting
daripada nilai kriteria yang diperbandingkan.
Salah satu kesulitan terhadap metode ini adalah kesulitas responden dalam
menetapkan nilai bobot angka terhadap hubungan antar kriteria. Salah satu teknik
pengambilan
kebijaksanaan.
keputusan
I
optimasi multivariat
yang digunakan dalam analisis
Pada hakekatnya AHP merupakan
suatu
model
pengambilan
keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal - hal yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada
45
dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model - model sebelumnya.
AHP juga
memungkinkan
ke struktur
suatu
sistem
dan lingkungan
kedalam
komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur
dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem.
Menurut
bekerjanya
Saaty (1991,
menggunakan
p4) AHP merupakan
pikiran yang teratur
suatu
model yang cara
atau sekelompok pikiran untuk
menghadapi kompleksitas yang ditangkapnya. Ini merupakan filosofi untuk mengatur
kompleksitas tersebut
dan menggunakan
peraturan
tersebut- untuk membuat
keputusan mengenai alternatif yang terbaik untuk dipilih, bagaimana mengalokasikan
sumber
daya
langka,
menyelesaikan
konflik,
melakukan
perencanaan
dan
menganalisis biaya dan manfaat.
Kekuatan AHP terletak pada struktur hierarkinya sendiri yang memungkinkan
seseorang memasukkan semua faktor penting, nyata dan mengaturnya dari atas ke
bawah mulai dengan yang paling
dipilih
mana yang terbaik.
penting ke tingkat yang berisi alternatif, untuk
Setiap masalah dapat dirumuskan
sebagai masalah
keputusan berbentuk hierarki, kadang - kadang dengan loop ketergantungan untuk
menunjukkan bahwa beberapa elemen bergantung pada yang lain dan pada suatu
saat yang lama yang lain bergantung padanya. Elemen - elemen dalam setiap
tingkat digunakan sebagai sifat bersama untuk membandingkan elemen yang berada
setingkat dibawahnya.
AHP dikembangkan
perencanaan
planning)
militer
Amerika
rencana transportasi
untuk
pada musim semi 1970 untuk
menghadapi
Serikat. AHP kemudian
berbagai
menghadapi masalah
kemungkinan
diaplikasikan
untuk Sudan. Segera sesudah itu,
dalam
(contingency
pengembangan
aplikasi AHP meluas ke
pemerintah dan perusahaan baik di Amerika Serikat maupun diluar negeri. Proses ini
diikuti dengan negosiasi strategi dan trade off . Penggunaannya sering dapat
----------
---------
46
memberikan pelajaran dan tambahan pengetahuan untuk mengendalikan suasana
secara efektif.
Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode untuk memecahkan suatu
situasi yang kompleks tidak terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam susunan
yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel
secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi
guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Proses pengambilan
keputusan pada dasarnya
adalah
memilih
suatu
alternatif
yang terbaik. Seperti melakukan penstrukturan persoalan, penentuan
alternatif
-
alternatif,
penetapan
nilai kemungkinan
untuk
variabel
aleatori,
penetapan nilai, pernyataan preferensi terhadap waktu, dan spesifikasi preferensi
atas resiko. Betapapun melebarnya alternatif
yang dapat ditetapkan
maupun
terperincinya penjajagan nilai kemungkinan, keterbatasan yang tetap melingkupi
adalah
dasar
pembandingan
berbentuk
suatu
kriteria
yang
tunggal.
Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah memilih sebuah hirarki
fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah
kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok - kelompoknya.
Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
http://e-je.blogspot.coml2009104lanalytical-hierarchy-process-ahp.html
2.24
Manfaat AHP
Menurut Saaty (1991, p23) AHP merupakan sebuah model luwes untuk
membantu dalam pengambilan keputusan. Pengamatan mendasar ini tentang sifat
manusia, pemikiran analitis, dan pengukuran membawa pada pengembangan suatu
model yang berguna untuk memecahkan persoalan secara kuantitatif. Proses hierarki
analisisi ini adalah suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi
47
perorangan
atau
kelompok
untuk
membangun
gagasan
-
gagasan
dan
mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing - masing
dan memperoleh pecahan yang diinginkan darinya.
Proses ini juga memungkinkan orang menguji kepekaan hasilnya terhadap
perubahan informasi. Dirancang untuk lebih menampung sifat alamiah manusia
ketimbang memaksa kita ke cara berfikir yang mungkin justru berlawanan dengan
hati nurani, AHP merupakan proses uang ampuh untuk menanggulangi berbagai
persoalan politik dan social ekonomi yang kompleks. AHP harus memasukkan
pertimbangan dan nilai - nilai pribadi yang logis, karena hal tersebut merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi hasil keputusan. Proses ini bergantung pada
imajinasi,
pengalaman, dan pengetahuan untuk
menunjukkan
memberi
pertimbangan.
AHP
bagaimana menghubungkan elemen - elemen dari satu bagian
masalah dengan elemen - elemen dari bagian lain untuk memperoleh
hasil
gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami dan menilai interaksi dari
suatu sistem sebagai suatu keseluruhan.
Untuk
mendefinisikan
suatu
masalah kompleks
dan
mengembangkan
pertimbangan sehat, AHP harus dicoba, diulang-ulang sepanjang waktu. Kita sulit
mengharapkan pemecahan yang segera atas persoalan rumit yang telah kita pikirkan
begitu lama. Untuk itu AHP cukup luwes utnuk memungkinkan revisi. Para pengambil
keputusan dapat memperbanyak elemen-elemen
suatu persoalan hierarki dan
mengubah beberapa pertimbangan mereka. Mereka dapat pula memeriksa kepekaan
hasil terhadap aneka macam perubahan yang dapat diantisipasi. Setiap pengulangan
AHP adalah seperti membuat hipotesis dan mengujinya, penghalusan hipotesis
secara berangsur-angsur menambah pemahaman terhadap sistem.
Segi lain dari AHP adalah bahwa proses ini member suatu kerangka bagi
partisipasi kelompok dalam mengambil keputusan atau pemecahan persoalan. Telah
48
kita lihat bahwa gagasan dan pertimbangan dapat di pertanyakan dan diperkuat atau
diperlemah oleh bukti yang dikeluarkan orang lain. Cara menangani realitas yang tak
terstruktur
adalah melaui partisipasi, tawar menawar, dan kompromi. Memang,
konseptualisasisetiap persoalan dengan
AHP menuntut orang untuk menganggap
gagasan, pertimbangan, serta fakta yang diterima oleh orang lain sebagai aspek
esensial dari masalah itu. Partisipasi kelompok dapat berkontribusi pada validitas
hasil keseluruhan,
meski
barangkali
tidak
memudahkan
pelaksanaan,
kalau
pandangan saling berbeda jauh. Jadi, orang dapat memasukkan ke dalam proses itu
setiap informasi yang diperoleh baik secara ilmiah maupun secra intuitif.
Proses ini dapat diterapkan pada banyak persoalan nyata dan terutama
berguna
untuk
pengalokasian
sumber
daya,
perencanaan,
analisis pengaruh
kebijakan dan penyelesaian konflik. Para ilmuwan sosial dan fisika, insinyur, pembuat
kebijakan dan bahkan orang awam dapat memakai metode ini tanpa campur tangan
para "pakar". Orang yang mempunyai persoalan biasanya juga yang paling banyak
tahu tentang persoalan tersebut. Sekarang ini AHP digunakan secara luas dalam
perencanaan perusahaan, pemilihan portofolio, dan analisis manfaat/biaya oleh
berbagai instansi pemerintah
untuk tujuan
pengalokasian sumber daya. Dan
sekarang digunakan lebih luas lagi pada skala internasioanl utnuk merencanakan
prasaranadalam Negara berkembang untuk mengevaluasi sumber daya alam bagi
penanam modal.
2.25
Kelebihan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Terdapat
beberapa kelebihan dari Analytical Hierarchy
Process (AHP),
diantaranya yaitu :
1.
Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada subsubkriteria yang paling dalam.
49
2.
Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3.
Memperhitungkan
daya
tahan
atau
ketahanan
output
analisis
sensitivitas
pengambilan keputusan.
4.
AHP rnempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-obyektif
dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap
elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan
keputusan yang komprehensif.
http:/le-ie.blogspot.com/2009/04/analvtical-hierarchy-process-ahp.html
2.26
Prinsip- Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process(AHP)
Skala ukuran panjang (meter), temperatur (derajat), waktu (detik) dan uang
(rupiah) telah digunakan dalam kehidupan sehari- hari untuk mengukur bermacam
- macam kejadian yang sifatnya fisik. Kita tahu bahwa penerapan seperti itu dapat
diterima secara umum. Pertanyaannya adalah apakah kita dapat memperluas dan
membenarkan penggunaan skala tersebut secara beralasan dan mudah dipahami
untuk mencerminkan perasaan - perasaan kita pada bermacam - macam persoalan
social, ekonomi, dan politik ? Sulit dibayangkan, sebab disini lebih cocok bila
digunakan suatu ukuran lain yang lebih sederhana, misalnya persentase. Namun,
variabel - variabel social, ekonomi, dan politik tidak jarang yang sulit diukur, seperti
misalnya bagaimana mengukur produk yang berupa rasa aman karena tidak adanya
serangan dari Negara lain yang dihasilkan karena pengeluaran pemerintah dibidang
pertahanan,
bermacam
bagaimana mengukur
- macam
kerugian yang diderita
polusi dan kerusakan lingkungan
masyarakat karena
akibat
industrialisasi,
bagaimana mengkuantufikasi kesenangan karena dapat menikmati waktu senggang,
50
dan sebagainya. Dari sekian banyak penentuan prioritas diatas, dengan begitulah
AHP dapat diterapkan.
Menurut Mulyono (2004, p335) dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP,
terdapat prinsip - prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah : decomposition,
comparative judgement, synthesis of priority, dan logical consistency.
1.
Decomposition
Setelah
persoalan
memecah
didefinisikan, maka
persoalan
yang
utuh
perlu
dilakukan decomposition yaitu
menjadi unsur
- unsurnya.
Jika
ingin
mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur unsur
sampai
tidak
mungkin dilakukan pemecahan lebih
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi.
lanjut, sehingga
Karena alasan ini, maka
proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki, yaitu lengkap dan tak
lengkap.
Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki
semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan
hirarki tak lengkap.
2. Comparativejudgement
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap
prioritas elemen - elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila
disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks paiJWise comparison. Agar
diperoleh skala yang bermanfaat ketika membendingkan dua elemen,
seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang
elemen - elemen yang dibandingkan dan relvansinya terhadap kriteria atau
tujuan yang dipelajari.
51
3.
Synthesis of priority
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigenvector- nya untuk
mendapatkan local priority.
Karena matriks
pairwise comparison terdapat pada
setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa
di antara
hirarki.
local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda
Pengurutan elemen
- elemen
menurut bentuk
menurut kepentingan relatif
melalui
prosedur sintesa dinamakan priority setting.
4.
Local consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek - objek yang
serupa
dapat
dikelompokkan sesuai
dengan
keseragaman dan
relevansi.
Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan dalam himpunan yang
seragam jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tidak dapat jika rasa sebagai
kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek objek yang didasarkan pada criteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan
kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih manis dibanding gula, dan gula 2 kali lebih
manis dibanding sirop, maka seharusnya
madu dinilai
10 kali lebih manis
dibanding sirop. Jika madu hanya dinilai 4 kali manisnya dlbanding sirop, maka
penilaian tak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian
yang lebih tepat.
2.27
Tahap- Tahap Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam metode AHP dilakukan langkah - langkah sebagai berikut :
1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini
kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail
dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang
mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah
52
lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam
tahap berikutnya.
2.
Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun
tujuan
utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di
bawahnya yaitu
kriteria-kriteria
yang cocok untuk
mempertimbangkan
atau
menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap
kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan
subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3.
Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat
di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat
untuk
kerangka
dibutuhkan
konsistensi,
dengan
menganalisis
semua
kepekaan
mendapatkan
informasi
perbandingan
yang
prioritas
secara
lain yang
mungkin
keseluruhan
mungkin
dan
untuk
mampu
perubahan
pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam
prioritas
yaitu
mendominasi
berdasarkan judgment
dari
dan
didominasi.
Perbandingan
pengambil keputusan dengan
dilakukan
menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses
perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki
misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan
dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,ES.
4.
Melakukan perbandingan
berpasangan sehingga diperoleh jumlah
penilaian
seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen
yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa
angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan
suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya
53
sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat
diterima
dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan
tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan.
Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya dapat dilihat di
bawah.
Intensitas Kepentingan :
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya,
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan
elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan
penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang
lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu
elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek
9
=
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang
mendukung
penegasan
2,4,6,8
elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat
tertinggi
yang
mungkin
menguatkan
= Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang
berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan
Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan
aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
5.
Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
54
7.
Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang
merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada
tingkat hirarki terendah sampal mencapal tujuan. Penghitungan dilakukan Jewat
cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari
kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi
matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mensdapatkan rata-rata.
B. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi
dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang
mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid.
Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan
kurang dari atau sama dengan 10 %.
http:1/republikbm.blogspot.coml2007I lOitahapan-ahp.html
2.28
Struktur Hirarki Analytical Hierarchy Process(AHP)
Dibawah ini merupakan susunan struktur yang akan diterapkan dengan
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) :
Objt. ct ive:.;
----------
7 , -,
&u::r
O jectives
l
l
I I
I
IT
Gambar 2.7 Struktur Hirarki AHP
Sumber : http://fi2desiani.files.wordpress.coml2008/04lahpl.jpg
55
2.29
Kerangka Pikiran
Industri
Market
l
Demand
Responsiveness
Keputusan
l
Menarik untuk diteliti
Pembelian
karena city carmempunyai
Mobil
keunikan tersendiri
dibandingkan dengan tipe
mobil lainnya
1
l
City Car
Segment
Isu - isu yang
l
bekembang dimasyarakat
mengenai city car:
•
Faktor- Faktor
City carsangat
hemat BBM
Pertimbangan Keputusan
•
Memiliki ukuran
Pembelian Mobil :
mobil yang kecil dan
•
•
•
•
lincah
•
•
•
Kualitas
Harga
•
dijalan raya dan
Desain
mudah pula untuk
Kenyamanan
Performa
Keamanan
After Sales Service
Mudah dikendarai
parkir (praktis)
•
Citycar
diperuntukkan untuk
kaum wanita
Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran
Sumber : Analisa Peneliti
56
2.30
Model Optimasi AHP
Membuat faktor - faktor atau kriteria
yang menjadi pertimbangan konsumen
dalam membeli mobil city car
1
Membuat alternatif pilihan konsumen
dalam melakukan keputusan pembelian
city car(Suzuki, KIA, Cherry, Proton)
1
Melakukan pemberian bobot untuk
masing- masing kriteria dan alternatif
pilihan konsumen yang berdasarkan
analisa deskriptif dan pengisian kuesioner
penelitian
Gambar 2.9 Model Optimasi AHP
Sumber : Analisa Penulis
Download