Pekerja Anak

advertisement
Pekerja Anak
Sonny Harry B. Harmadi
Staf Pengajar Program S2 KK
Universitas Indonesia
Gambaran Umum Pekerja Anak
 ILO memperkirakan terdapat sekitar 70.9 juta pekerja
anak di dunia pada tahun 1993. Ini
merepresentasikan tingkat partisipasi sebesar 13.7%.
 Pada tahun 2002, terdapat 210 juta pekerja anak di
dunia, dimana separuh diantaranya bekerja full time.
 Artinya 10% anak-anak di dunia bekerja full time.
Wilayah Asia-Pasifik memiliki proporsi terbesar,
dimana pekerja anak illegal yang berusia antara 5
sampai 14 tahun mencapai 127 juta anak atau 60%
dari seluruh dunia. Afrika menjadi yang terbesar
kedua dengan angka 48 juta anak atau 23%.
 Terjadi kenaikan hampir 79% jumlah pekerja anak
selama 10 tahun.
Gambaran Umum Pekerja Anak
 “Anak-anak ini tersebar dimana-mana tetapi tidak
nampak”.
 Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat sekitar 700
ribu pekerja anak. Menurut ILO, di Indonesia
diperkirakan sebanyak 2,6 juta (2007) dan sedikit
turun dibanding tahun 2004 yang berjumlah 2,8 juta
anak. 40% diantaranya bekerja di sektor pertanian.
Perkembangan sektor informal (terutama pada saat
dan setelah krisis) menjadi pemicu penting pekerja
anak di Indonesia. Jenis pekerjaan pekerja anak
selain pertanian yang dominan ialah “domestic work”
dan ini menjadi masalah besar.
Gambaran Umum Pekerja Anak
 Pekerja anak dibayar lebih murah, sehingga
biaya produksi murah, harga barang
murah, dan mampu bersaing di pasar
internasional. Ada kesalahpahaman
terhadap “labor competitiveness”.
 Pekerja anak merupakan substitusi pekerja
dewasa yang dapat melakukan kerja lebih
baik untuk beberapa jenis pekerjaan. Di
Paraguay, pekerja anak bahkan
menghasilkan 25% dari total pendapatan
keluarga.
Definisi Pekerja Anak
 Definisi pekerja anak = anak berusia di
bawah usia kerja (5-14 tahun) yang
melakukan aktifitas ekonomi (menerima
bayaran) dan non-market production (tidak
dibayar).
 Idealnya, anak belajar dan bermain,
sedangkan orang dewasa bekerja. Anak
membutuhkan waktu istirahat yang lebih
lama dibanding orang dewasa.
Pengembangan diri secara sosial (dalam
masyarakat) dan pembentukan karakter
justru terjadi pada usia muda.
Lokasi dan Sektor Pekerja Anak
 Pekerja anak lebih banyak ditemui di
perdesaan ketimbang perkotaan.
 Proporsi anak perempuan yang
bekerja menjadi PRT lebih banyak
dibanding anak laki-laki.
 Di sebagian besar negara
berkembang, pekerja anak paling
banyak bekerja di sektor pertanian,
diikuti jasa dan manufaktur
Bentuk Pekerjaan Terburuk
Bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk
anak:
 Perdagangan anak: anak yang
diperjualbelikan untuk dipekerjakan di
bawah kekuasaan dan kasihan.
 Pembantu rumah tangga yang diperlakukan
tidak layak.
 Pekerja anak di sektor pertanian: di
Indonesia sekitar 70% pekerja anak
bekerja di sektor pertanian.
Bentuk Pekerjaan Terburuk
 Eksploitasi anak dalam pelacuran dan
pornografi: sekitar 5% pekerja anak
Indonesia bekerja sebagai pekerja seks.
 “Kerja berat bukanlah jenis pekerjaan yang
pantas untuk anak. Pekerjaan tersebut
adalah bentuk kesewenang-wenangan dan
pengeksploitasian generasi muda yang naif,
lugu, lemah, rapuh, dan labil demi
keuntungan pribadi orang dewasa”, Juan
Somavia.
Pekerja Anak di Indonesia
 Di Indonesia ada Komite Aksi Nasional
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan
Terburuk Untuk Anak. Komite ini dibentuk
tahun 2001 dan mempunyai dua program
utama dalam menanggulangi pekerja anak.
 Pertama, perbaikan pendidikan; kedua,
perbaikan kehidupan ekonomi masyarakat.
 Perbaikan pendidikan difokuskan untuk
pekerja anak. Sedangkan, perbaikan
kehidupan ekonomi lebih ditekankan
kepada orang tua.
Pekerja Anak di Indonesia
 Perhatian terhadap masalah pekerja anak di
Indonesia mulai muncul sejak tahun 1974, pada
saat mulai berlakunya Undang-undang
Kesejahteraan Anak. Mulai ada usaha
pencegahan meningkatnya jumlah dan
penghapusan pekerja anak di Indonesia.
 Tahun 1990, pemerintah Indonesia meratifikasi
Konvensi Hak Anak yang dibuat oleh PBB.
 Penelitian ILO tahun 2006 di Indonesia
menunjukkan bahwa kurangnya sosialisasi
mengenai pekerja anak menjadi penyebab yang
signifikan. Banyak keluarga tidak tahu program
penghapusan pekerja anak.
Pekerja Anak di Asia Selatan
 Di negara-negara Asia Selatan,
mempekerjakan pekerja anak justru
dianggap sebagai bentuk “charity” karena
membantu mereka yang miskin. Tetapi,
jarang employer yang menyekolahkan
pekerja anak, dengan alasan mereka harus
bekerja penuh. Ada sedikit employer di
Bangladesh yang memberikan pendidikan
khusus (ketrampilan). Dampaknya ialah
bargaining power pekerja anak meningkat.
 Di Bangladesh, sekitar 20% pekerja anak
berusia 5 hingga 10 tahun.
Penyebab Munculnya Pekerja Anak
 Penyebab munculnya pekerja anak bukan
hanya karena masalah kemiskinan saja,
meskipun kemiskinan tetap menjadi faktor
utama.
 Jarang sekali ditemukan pekerja anak yang
berasal dari keluarga tidak miskin. Menurut
Basu (1991), bagi keluarga miskin anak
dianggap sebagai aset, dan
mempekerjakan mereka bukan berarti
sebuah perlakuan buruk terhadap anak.
Penyebab Munculnya Pekerja Anak
 Rate of return yang tidak jauh berbeda antara
kelompok berpendidikan dasar dengan yang
berpendidikan menengah. Ini men”discourage”
orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke
pendidikan menengah, jika memang tidak
mampu menyekolahkan hingga pendidikan
tinggi.
 Di negara berkembang yang mengandalkan
sektor primer dan lebih banyak tenaga kerja di
sektor pertanian, memiliki keterbatasan akses
kredit dan suku bunga yang tinggi, cenderung
tinggi jumlah pekerja anaknya.
Penyebab Munculnya Pekerja Anak
 Negara berkembang cenderung memiliki
tingkat fertilitas dan mortalitas yang tinggi,
dimana masyarakatnya lebih menekankan
pada kuantitas dan bukan kualitas. Dengan
demikian mereka kurang memikirkan
pendidikan dan lebih memilih
mempekerjakan anak mereka.
 Larangan pekerja anak cenderung parsial,
sehingga pekerja anak akan berpindah ke
sektor yang tidak dilarang dan akibatnya
jumlah pekerja anak tidak berkurang.
Penyebab Munculnya Pekerja Anak
 Apa reaksi negara maju? Melarang pekerja
anak. Namun demikian, belum ada aksi
bersama dunia internasional. Amerika
Serikat melarang impor barang yang
diproduksi pekerja anak.
 Kebijakan larangan impor bagi produk yang
dihasilkan oleh pekerja anak memiliki
kelemahan. Pertama, sulit dideteksi;
kedua, justru mengakibatkan kemiskinan
yang lebih buruk, karena pekerja anak
sebenarnya tidak punya alternatif lain.
Penyebab Munculnya Pekerja Anak
 Peraturan yang berlaku cenderung hanya
menjangkau sektor formal, padahal pekerja
anak justru hampir seluruhnya di sektor
informal. Beberapa negara memberlakukan
tingkat upah yang berbeda untuk kelompok
pekerja anak.
 Namun, ada dualisme efek yang muncul. Di
satu sisi ingin men”discourage” pekerja
anak, namun di sisi lain justru
meng”encourage” employer untuk
mempekerjakan anak.
Kebijakan di Brasil
 Apa kebijakan yang efektif? Di Brasil,
pemerintah memberikan insentif uang
sebagai kompensasi jika orang tua memilih
menyekolahkan anaknya ketimbang
menyuruh bekerja.
 Anak-anak di Brasil umumnya tinggal
dengan kakek/neneknya, sehingga
pemerintah Brasil membuat kebijakan
dengan melipatgandakan uang pensiun
para pekerja.
Aksioma Ekonomi
 Menurut ILO, jika pekerja anak berhasil
dihilangkan pada tahun 2020, biaya yang
ditimbulkan sebesar $760 milyar, sedangkan
manfaatnya mencapai 7 kali lipat, yaitu $5.1
triliun.
 Aksioma ekonomi dalam menganalisis pekerja
anak: pertama, sebuah keluarga akan mengirim
anak mereka ke pasar kerja hanya jika
sumberdaya non-pekerja anak yang dimiliki
keluarga sangat rendah; kedua, pekerja anak
dan pekerja dewasa merupakan substitusi,
terutama untuk sektor tradisional.
Alasan Mempekerjakan Anak






Mengapa banyak employer memilih pekerja
anak? Ada beberapa alasan:
Pekerja anak lebih mudah diatur dan
mudah belajar;
Tingkat upahnya rendah;
Anak lebih dapat dipercaya ketimbang
orang dewasa;
Pekerja anak cenderung disiplin dan loyal;
Jumlah tenaga kerja dewasa yang terbatas
untuk jenis pekerjaan tertentu;
Anak cenderung sedikit tuntutannya.
Bukti Empiris
 Ada korelasi negatif antara standar hidup
dengan jumlah pekerja anak.
 Semakin miskin suatu negara, semakin
banyak proporsi pekerja anaknya.
 Pekerja anak mengurangi jumlah anak
yang bersekolah
 Manfaat pendapatan yang diperoleh
pekerja anak lebih rendah dibanding
kerugian akibat tidak sekolah.
 Pekerja anak yang bekerja di sektor
pertanian akan menghadapi dampak buruk
kesehatan 5 tahun kemudian. Tingkat
kesakitannya tergantung durasi bekerja.
Upaya Kebijakan
Upaya yang perlu dilakukan:
 Mengidentifikasi penyebab utama
munculnya pekerja anak;
 Ada sistem registrasi pekerja anak yang
akan mempermudah monitoring dan
evaluasi pelanggaran hak pekerja anak;
 Ada peraturan khusus yang mengatur hak
dan kewajiban employer dan pekerja anak.
Intinya ada perlindungan terhadap pekerja
anak, termasuk jenis pekerjaan yang
dilarang dilakukan oleh anak-anak;
Upaya Kebijakan
 Mengurangi jumlah pekerja anak dilakukan
dengan kebijakan “indirect”. Atasi dulu
masalah orang tua mereka, baru
menghapus pekerja anak secara bertahap;
 Vocational training untuk pekerja anak
sehingga dapat meningkatkan bargaining
position mereka dalam pasar kerja. Intinya
menciptakan alternatif pilihan bagi anak
yang termasuk dalam keluarga miskin;
Upaya Kebijakan
 Meningkatkan “rate of return” pendidikan
melalui mekanisme pasar, dengan
mendorong investasi yang sesuai;
 Meningkatkan sosialisasi dan advokasi
tentang penghapusan pekerja anak;
 Menciptakan insentif bagi orang tua untuk
menyekolahkan anak mereka ketimbang
mempekerjakan anak.
Download