File

advertisement
STUDY KASUS
PANCASILA sebagai PARADIGMA EKONOMI
“KRISIS YANG MENYADARKAN”
H
OLEH
HANDIA FAHRURROZI
NIM A1C011050
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDY AKUNTANSI
UNIVERSITAS MATARAM
2011
1|Krisis yang menyadarkan
Study Kasus
TAHUN 1998 menjadi saksi bagi
tragedi
perekonomian
Keadaannya
berlangsung
bangsa.
sangat
tragis dan tercatat sebagai periode
paling
suram
dalam
sejarah
perekonomian Indonesia. Mungkin
dia akan selalu diingat, sebagaimana
kita selalu mengingat black Tuesday
yang menandai awal resesi ekonomi
dunia tanggal 29 Oktober yang juga disebut sebagai malaise.
Hanya dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi yang dicapai
dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus membalikkan semua
bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong milenium ketiga.
Selama periode sembilan bulan pertama 1998, tak pelak lagi merupakan periode paling
hiruk pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam bulan selama tahun
1997,berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak krisis pun mulai dirasakan
secara nyata oleh masyarakat, dunia usaha.
Dana Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997, namun terbukti
tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Bahkan situasi seperti lepas
kendali, bagai layang-layang yang putus talinya. Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat
sebagai yang terparah di Asia Tenggara.
2|Krisis yang menyadarkan
Analisis Kasus
ABSTRACT
Perkembangan ekonomi Indonesia dewasa ini tidak lepas dari peran perekonomian zaman
sebelumnya. Jika kita melakukan pembagian berdasarkan zaman kekuasaan –era
kekuasaan– maka kita akan menemukan beberapa era pemerintahan yaitu: Orde Lama,
Orde Baru, Reformasi, dan setelah reformasi. Masing-masing masa kepemimpinan
memiliki cara-cara tersendiri dalam membangun ekonomi, paradigma perekonomian yang
di gunakan pun memiliki varisasi yang tidak sama.
Sebenarnya penentuan paradigma pembangunan, di setiap bidang kehidupan pada masa
awal pemerintahan kita telah di rumuskan oleh para founding father. Dimana rumusan
tersebut kita kenal dengan nama Pancasila. Penentuan pedoman pembangunan ini tidak
langsung di dapatkan oleh founding father kita karena perumusannya saja membuntuhkan
waktu, pemikiran, perenungan, yang akhirnya dibawa pada suatu musyawarah yang
berdasarkan pada nurani dan keinginan tulus untuk membangun bangsa, sehingga
terbentuklah suatu rumusan yang dinamakan Pancasila.
Nilai-nilai dalam pancasila di gali dari nilai-nilai luhur bangsa yang di sinergikan dengan
kebudayaan, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Keberadaan pancasila
dapat kita terjemahkan sebagai karakter masyarakat Indonesia yang sebenarnya. Pada
akhirnya para founding father menggariskan bahwa jalur ekonomi kita berdasarkan
pancasila, karena hanya itu pola yang paling cocok untuk di gunakan. Maka, ketika setiap
era pemerintahan tidak menggunakan Pancasila sebagai pedoman maka siaplah dengan
kehancuran yang di dapatkan.
3|Krisis yang menyadarkan
Hasil Analisis Study Kasus
Salah satu contohnya adalah krisis ekonomi (multidimensi) pada 1998, ekonomi Indonesia
yang telah berkembang sangat pesat selama hampir dua dekade, terjun bebas ke jurang
krisis dalam waktu yang sangat cepat, bukan dalam hitungan tahun. Namun, hanya
beberapa bulan! Yang lebih menyedihkan lagi, ekonomi kita terjun bebas akibat dari
jatuhnya ekonomi Negara lain! Bukan karena kesalahan ekonomi yang kita buat sendiri.
Dalam benak setiap masyarakat dulunya mungkin tidak akan mempercayai hal tersebut,
kenapa? Karena tidak mungkin sebuah Negara yang di kenal dengan sebutan Macan Asia
tidak mampu survive ketika ekonomi Negara lain resesi. Padahal menurut hemat kita
sebagai Macan Asia tentunya kita mempunyai pengaruh ekonomi yang besar terhadap
Negara lain, bukannya kita yang terpengaruh oleh kondisi Negara lain. Namun, jika kita
menilik fakta yang terjadi maka seperti itulah adanya. Negara dengan sebutan Macan Asia
tidak mempunyai gigi dan tidak bisa survive dari akibat pergerakan ekonomi “seekor
kelinci”.
Ketimpangan yang seperti ini terjadi tidak lain disebabkan oleh adanya kesalahan yang
sistemik di lakukan bangsa ini. Adanya kegagalan survive pada 1998 yang berujung pada
terjadinya distorsi kekuasaan di sebabkan karena tidak patuhnya pengusaha zaman
tersebut pada garis ekonomi yang di tetapkan oleh founding father kita. Kebijakankebijakan ekonomi yang di buat banyak yang bertentangan dengan paradigma ekonomi
yang kita anut seperti: tidak adanya mekanisme pengawasan yang pasti terhadap hutanghutang yang dilakukan oleh pihak swasta yang berbanding terbalik dengan apa yang
dilakukan ke pihak dalam negeri. Pembenaran terhadap hal tersebut dapat kita lihat dari
beberapa fakta di bawah ini:
“Antara tahun 1992 sampai dengan bulan Juli 1997, 85% dari penambahan hutang
luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman swasta (World Bank, 1998)”
Wikipedia.com
“Liberalisasi system perbankan yang diberlakukan pada tahun 1980-an, yang
berimbas pada mekanisme pengendalian dan pengawasan yagn tidak efektif dan
4|Krisis yang menyadarkan
tidak mampuan pemerintah dalam mengikuti perkembagan dari system
perbankan” Wikipedia.com
“adanya system crony capitalism” Wikipedia.com
Selain itu, kebijakan perekonomian yang di bangun pada masa orde baru cendrung
“menggadaikan” apapun yang kita miliki asalkan kita mampu makan enak. Salah satu
kebijakan yang menyebabkan krisis 1998 adalah ketergantungan pemerintah terhadap
hutang luar negeri – IMF – dan yang lebih parahnya lagi hutang-hutang tersebut di
gunakan untuk menutupi anggaran yang defisit, sehingga ekonomi kita seolah-olah stabil,
padahal pada kenyataanya berkebalikan. Kesalahan yang paling besar yang dilakukan oleh
pemerintahan orde baru dan pada akhirnya karena kesalahan itulah rezim ini berakhir,
kesalahan tersebut adalah pemerintah tidak menggunakan pancasila sebagai pedoman –
paradigma– dalam perekonomian.
Pancasila dalam penjabarannya telah jelas mengatakan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia, pasal 33 (1) “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asa kekeluargaan”. Rumusan dalam pasal di atas memiliki kentuan bahwa
dalam menyelenggarakan perekonomian pemerintah berprinsip pada kebersamaan,
efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Ketentuan-ketentuan dalam prinsip ekonomi yang dijabarkan tadi dimaksudkan agar
terbentuknya suatu demokrasi ekonomi yang memanfaatkan sumber daya ekonomi dan di
alokasikan untuk se-efien mungkin untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional
yang sehat dan dapat tercapai keadilan.
5|Krisis yang menyadarkan
Gbr. Perbandingan kondisi usaha kecil dan swasta
ketika terjadi krisis
Rumusan dan penjabaran prinsip yang jelas dalam konstitusi kita terhadap paradigma
ekonomi inilah yang tidak di indahkan oleh pemerintah era orde baru. Kegiatan-kegiatan
usaha kecil dan menengah yang sejatinya merupakan tulang punggung dari perekonomian
nasional tidak diberdayakan. Ini dapat kita buktikan dengan tidak adanya payung hukum
dan ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang keberpihakan pemerintah
terhadap usaha kecil. Malah yang banyak kita temui adalah Undang-Undang dan segala
macam bentuk payung hukum yang mengatur tentang kebebasan swasta asing dalam
melakukan kegiatan perekonomian di negeri kita yang di dukung dengan segala macam
kebijakan ekonomi makro yang lebih mementingkan “data” stabilitas ekonomi tanpa
menghiraukan kondisi yang riil terjadi. Sehingga yang terjadi dahulu adalah kita terbuai
dengan grafik stabilitas dalam tataran makro, padahal yang terjadi sebenarnya adalah
kesenjangan yang lebar antara kekayaan dan kemiskinan.
Krisis multidimensi yang di awali dengan krisis ekonomi pada pertengahan 1997, telah
menyadarkan bangsa ini dari mimpi indahnya bahwa ekonomi kita dalam keadaan stabil
bahkan cendrung meningkat dari segi pertumbuhan ekonomi. Krisis ekonomi 1997 telah
6|Krisis yang menyadarkan
membuat bangsa kita bangun dan melihat kondisi yang sebenarnya terjadi, kondisi
dimana segala sendi-sendi ekonomi makro terjun bebas dari kedigdayaan menjadi miskin,
namun disaat yang sama kondisi usaha kecil dan mikro tetap berjalan apa adanya, malah
cendrung meningkat. Seolah-olah mereka tidak menyadari bahwa Negara dengan makro
ekonominya sedang ambruk.
Dari sinilah pemerintah mulai sadar akan pentingnya mikro ekonomi khususnya usaha
kecil. Usaha yang di pandang sebelah mata, namun di saat genting menjadi penyalamat
Negara ini dari kehancuran ekonomi. Dalam sebuah jurnal ekonomi Frans Seda
mengatakan:
“Maka para pakar/pengamat yang selama ini meragukan berfungsinya asas kekeluargaan
seperti yang tercantum dalam Pasal 33 UUD-45, itu perlu “pulang kampung” untuk melihat
dan mengalami bahwa asas kekeluargaan itu betul-betul hidup di kalangan masyarakat dan
sungguh-sungguh merupakan asas solidaritas yang berfungsi dalam kehidupan ekonomi
rakyat.”
Dari siniliah dimulainya tonggak reformasi dalam bidang ekonomi dengan di terbitkannya
TAP MPR RI No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi
Ekonomi yang mengamanatkan “Pemerintah berkewajiban mendorong keberpihakan
politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan dukungan dan pengembangan
ekonomi, usaha kecil menengah, dan koperasi sebgai pilar ekonomi dalam
membangkitkan terlakasannya pembangunan nasional dalam rangka demokrasi ekonomi
sesuai dengan yang di amanatkan pasal 33 (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Ketetapan MPR RI ini seolah merubah kiblat ekonomi Indonesia dari
dulunya yang sifatnya liberal dan hanya mementingkan tataran makro menjadi ekonomi
yang berbasis pada kerakyatan. Setelah terbitnya ketetapan MPR RI tentang politik
ekonomi ini, barulah muncul peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
keberpihakan pemerintah terhadap usaha kecil menengah dengan menerbitkan beberapa
perturan di antaranya :
7|Krisis yang menyadarkan

PP No. 32 tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha kecil.

Inpres No. 10 tahun 1999 Pemberdayaan Usaha Menengah.

Keppres No. 99 Tahun 1998 junto Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang
Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha
Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan.

Keppres No. 56 tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan
Menengah.

Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Sebelum reformasi 1998 peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang usaha
kecil hanya beberapa yaitu : UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Ini sekali lagi
membuktikan bahwa “Krisis telah menyadarkan kita akan pentingnya usaha kecil”.
8|Krisis yang menyadarkan
Problem Solving dari Study Kasus
Inilah fakta yang terjadi sebuah pengalaman pahit yang harus dijalani oleh bangsa ini,
untuk mengcegah terjadinya hal-hal serupa di masa yang akan datang pemerintah sudah
seharusnya melakukan langkah-langkah yang strategis untuk menjaga agar pengusaha
kecil terus berkembang. Hal-hal yang dapat menjadi solusi pemerintah adalah sebagai
berikut:

Memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah UKM dan/atau Usaha Mikro Kecil
Menengah.
Perbandingan antara masyarakat kelas atas, menengah dan miskin di negeri sangat
jauh jenjang perbedaannya. Hampir 80% masyarakat Indonesia berada pada
kondisi keuangan kelas menengah ke bawah. Dan 35% jadi jumlah tersebut
merupakan orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Jika kita menghitung
secara matematis dari lebih dari 200 juta masyarakat Indonesia, maka lebih dari 70
juta masyarakat merupakan masyarakat yang miskin. Masyarakat menengah ke
bawah notabenanya tidak terlalu memikirkan untuk memilki mobil, rumah mewah,
perhiasan, dll. Namun, yang di pikirkan adalah bagaimana mereka agar bisa makan
untuk saat tersebut, dan sebagian besar profesi yang mereka jalani adalah profesi
yang sifatnya musiman. Pemberdayaan melalui usaha mikro kecil dan menengah
akan sangat membantu masyarakat. Dimana usaha mikro disini menjadi wadah
untuk mengubah garis kehidupan mereka. Sebagai contoh untuk seorang petani
misalnya, dengan menggandeng usaha mikro mereka dapat membentuk kelompok
tani, sehingga hasil panen yang mereka proses pengolahan dan distribusinya bisa
jadi lebih professional, sehingga tidak ada kemungkinan mereka akan di perdaya
oleh para makelar. Ketentuan pasal 21 UU No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro,
kecil dan menengah sangat membantu masyarakat sebagaimana dikatakan bahwa
pembiayaan untuk usaha kan di bantu pemerintah pusat, pemerintah daerah,
BUMN, dll.
9|Krisis yang menyadarkan

Memberdayakan KUR dan mereformasi pola dari Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat juga bisa menjadi solusi untuk membuat bangkit ekonomi
kita. Pemberian kredit usaha rakyat dengan system bagi hasil akan membuat
masyarakat menjadi orang yang giat berusaha dan tidak hanya mengandalkan
bantuan orang lain. Namun, pemberian modal usaha ini juga harus dibarengi
dengan pelatihan tentang bagaimana menjadi orang yang mandiri dalam usaha,
tidak hanya memberikan bantuan begitu saja tanpa adanya pelatihan karena ini
sama saja tidak berarti apa-apa.

Memperkuat Badan Usaha khususnya Koperasi
Koperasi merupakan perpanjangan tangan dari amanat pasal 33 (1), dimana
koperasi juga menggunakan asas kekeluargaan. Koperasi bisa menjadi alternative
bagi masyarakat kecil yang tidak mampu untuk membayar angsuran di bank kalau
seandainya meminjam uang untuk tambahan modal. Ini berbeda dengan apa yang
akan di dapatkan di koperasi, dimana semua yang di berikan oleh masyarakat akan
kembali ke masyarakat itu sendiri.

Memperketat Sistem Pajak dan bea cukai
Pajak dan bea cukai merukan retibusi dari masyarakat Indonesia maupun orang
asing (lembaga/perseorangan) yang melakukan kegiatan di Indonesia dan
mendapatkan keuntungan dari apa yang dikerjakannya tersebut. Pajak dan bea
cukai ini jika kita optimalkan akan membuat anggran Negara naik sangat signifikan,
karena sebelum reformasi tempat inilah paling rawan untuk terjadi korupsi.
Sehingga apabila ini di optimalkan kemudian di salurkan untuk kemakmuran rakyat
maka kondisi ekonomi kita bisa bangkit kembali.

Memberdayakan pendidikan
Pendidikan merupakan faktor utama yang menyebabkan kita tidak pernah bisa
bangkit dari keterpurukan ini. Sejatinya dengan pendidikan yang baik masyarakat
akan menjadi cerdas dan tentunya tidak mudah terkena tipu daya. Selain itu,
pendidikan juga merupakan amanat dari Pancasila yang di jabarkan dalam UUD
10 | K r i s i s y a n g m e n y a d a r k a n
NRI 1945 pasal 31 ayat (1) sampai (5). Bahkan pada ayat (4) secara jelas disebutkan
bahwa anggaran untuk pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN yang ini
berarti pemerintah memiliki harapan besar dari pendidikan untuk mencerdaskan
bangsa.

Memberdayakan Zakat
Kita tahu bahwa 80% masyarakat Indonesia merupakan muslim. Mayoritas yang
sangat besar ini seharusnya di kelola juga oleh pemerintah, dimana setiap muslim
memiliki kewajiban untuk membayar zakat, baik itu untuk perniagaan, pertanian,
profesi, dll. Jika ini benar-benar di berdayakan maka masyarakat miskin tidak aka
nada lagi, karena hasil dari zakat tersebut nantinya akan di berikan kepada mereka
yang kurang mampu. Kondisi seperti ini telah kita di ajarkan oleh para pemimpin
besar seperti Nabi Muhammad SAW, dan juga Umar bin Abdul Aziz.

Kembali kepada nilai-nilai luhur pancasila
Ketika kita kembali kepada nilai-nilai luhur pancasila maka tidak akan ada lagi kita
temukan orang yang akan memperkaya diri sendiri. Karena seperti kita ketahui
para founding father kita yang merumuskan pancasila ini tidak pernah menjadi
kaya materi dengan gagasan yang mereka buat, ini karena nilai-nilai yang mereka
tanamkan bukan atas kepentingan pribadi maupun golongan.
Inilah beberapa hal yang menurut penulis dapat dilakukan pemerintah untuk membuat
ekonomi kita bangkit lagi dari keterpurukan ini. Dan tentunya juga kita harus berterima
kasih kepada founding father, Pemerintah Orde Lama, dan Pemerintah Orde Baru. Karena
perjalanan ekonomi pada masa mereka dapat kita jadikan pelajaran untuk masa yang akan
datang. Karena tidak bisa kita pungkiri krisis ini murapakan kesalahan yang kecil jika di
bandingkan dengan apa yang telah mereka perbuat untuk bangsa ini. Namun, sekali lagi
“Krisis ini telah menyadarkan kita”.
11 | K r i s i s y a n g m e n y a d a r k a n
Download