Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII

advertisement
Keanekaragaman Arthropoda Tanah di Perkebunan Teh PTPN XII Bantaran
Blitar
Mariatul Qiptiyah (10620075)
Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang
PENDAHULUAN
Arthropoda merupakan filum yang paling besar dalam dunia hewan dan
mencakup serangga, laba-laba, kutu, lipan dan hewan sejenis lainnya (Soemarno,
2010). arthropoda memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan khususnya
sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat mendaur
ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai pemangsa bagi
predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan arthropoda yang lain.
Sebagai konsekuensi struktur komunitas arthropoda akan mencerminkan faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap tanah, termasuk aktivitas manusia.
Identifikasi kelimpahan serta keanekaragaman jenis merupakan hal yang penting,
sehingga dapat diketahui peran organisme terhadap lingkungan (Samudra, 2013).
Arthropoda tanah merupakan salah satu komponen tanah. Kehidupan
arthropoda tanah sangat tergantung pada
habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di
suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan perkataan lain
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis arthropoda tanah di suatu daerah
sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan
abiotik (Suin, 1997).
Lokasi yang dijadikan penelitian di perkebunan teh PTPN XII yang
merupakan salah satu produksi teh Jawa Timur tepatnya di Kebun Bantaran, Desa
Ngadirejo Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, memiliki pemanfaatan lahan jenis
tanah regosol, adanya perbedaan umur pemangkasan teh dengan perawatan yang
berbeda sehingga mempengaruhi arthropoda tanah baik dalam tanah maupun di
dalam tanah, maka dari itu perlu dilakukan penelitian dengan judul keanekaragaman
arthropoda tanah di perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan
data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel
langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah
indeks keanekaragaman (H’) dari Shannon, indeks dominansi (C) dari simpson.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar.
Identifikasi arthropoda tanah dilakukan di Laboratorium Ekologi dan laboraorium
optik Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dan
Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang untuk analisis tanah,
penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Agustus 2014.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: termometer tanah,
hand sortir, cetok, pisau, pinset, kamera, mikroskop binokuler, saringan, cawan petri,
gelas aqua, botol gelas, penampan, penggaris, kantung plastik, termohigrometer,
kertas label, mikroskop komputer, alat-alat tulis, peralatan identifikasi arthropoda
tanah (kunci identifikasi Borror dkk, 1996, Suin, 1997, Siwi, 1991 dan Bugguide.
Net, 2014). Bahan-bahan yang digunakan penelitian adalah: alkohol 70%, deterjen,
dan sampel tanah.
Prosedur Kerja
Observasi
Dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian yaitu di perkebunan
teh PTPN XII Bantaran Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. yang nantinya dapat
dipakai sebagai dasar dalam penentuan metode dan teknik dasar pengambilan sampel.
Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Berdasarkan observasi, maka lokasi pengambilan sampel dilakukan secara
acak. Yang kemubian dibagi menjadi 3 stasiun pengamatan, antara lain
a) Stasiun 1: Lahan perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar TP 1 dengan tinggi
tanaman teh ±50 cm dan luas lahan 21,52 Ha dan naungan pohon sengon dan
cengkeh.
b) Stasiun 2: Lahan perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar TP 2 dengan tinggi
tanaman ± 80 cm dan luas lahan 20,62 Ha dan naungan pohon sengon dan
cengkeh.
c) Stasiun 3: Lahan perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar TP 3 dengan tunggi
tanaman ±120 cm luas lahan 24,86 Ha dan naungan pohon sengon dan cengkeh.
Teknik Pengambilan Sampel
Analisis Data
Analisis data untuk mengetahui indeks keanekaragaman dan indeks
dominansi arthropoda tanah menggunakan aplikasi PAST 3.01 (paleontological
statistics).
Hasil dan Pembahasan
Hasil identifikasi arthropoda tanah yang dilakukan diketahui secara
keseluruhan terdapat 16 ordo dan 61 famili (Tabel 1). Pada pengamatan langsung
arthropoda dalam tanah yang ditemukan jumlah total individu sebanyak 1910 yang
terdiri dari 15 ordo seperti disajikan pada tabel (Tabel 1) diantaranya: Blattaria,
Coleoptera, Hymenoptera, Diptera, Polixenida, Hemiptera, Setrtigerella, Isopoda,
Araneae, Scolopendromorpha, Dermaptera, Isoptera, Collembola, Acarina,
Orthoptera dan 45 famili (Tabel 1). Pada metode relatif arthropoda permukaan tanah
ditemukan sebanyak 1896 individu yang terdiri dari 12 ordo (Tabel 1) diantaranya:
Blattaria, Coleoptera, Hymenoptera, Diptera, Hemiptera, Isopoda, Araneae,
Dermaptera, Collembola, Acarina, Orthoptera, Homoptera dan 29 famili (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah individu arthropoda dalam tanah dan permukaan tanah yang
ditemukan di perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar
Jumlah Arthropoda
NO
Famili
Dalam
Permukaan
Tanah
Tanah
1
Blaberidae
16
7
Blattidae 1
38
0
Blattidae 2
13
0
Blattidae 3
6
0
2
3
3
4
5
6
7
8
9
Corydiidae
Blattidae 4
Blattellidae
Elateridae
Carabidae 1
Staphylinidae
Chrysomelidae
Dermestidae
Nitidulidae
Scarabaeidae 1
Scarabaeidae 2
Carabidae 2
Scarabaeidae 3
Silphidae
Ichneumonidae
Formicidae 1
Formicidae 2
Formicidae 3
Formicidae 4
Formicidae 5
Chalcidoidea
Formicidae 6
Formicidae 7
Formicidae 8
Sphecidae
Formicidae 9
Anthomylidae
Muscidae
Polyxenidae
Enicocephallidae
Largidae
Pyrrhocoridae
Reduviidae
Centipidae
Liqiidae
Dysderadae
2
6
1
3
2
2
15
1
20
94
2
1
0
0
10
72
165
125
220
1
1
2
0
0
0
0
4
0
28
5
4
1
0
36
137
6
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
4
236
396
48
286
0
0
0
40
24
4
1
0
32
0
0
0
3
2
0
11
0
10
11
12
13
14
15
16
Thromisidae 1
Araneidae
Linyphiidae
Thomisidae 2
Agelenidae
Salticidae
Lycosidae 1
Oxyopidae
Lycosidae 2
Scolopendrellidae
Carcinophoridae
Termitidae
Entomobrydae 1
Entomobryidae 2
Onychiuridae
Entomobrydae 3
Acariformes
opiliocariformes
Gryllacrididae
Glyllidae
Cercopidae
Jumlah Total
10
6
3
5
2
4
0
0
0
48
54
465
82
176
0
0
8
0
8
0
0
1910
0
50
0
0
35
0
77
1
2
0
25
0
452
0
18
90
0
5
0
31
2
1896
Pada perkebunan teh dengan metode pengamatan langsung hand sortir
diperoleh individu arthropoda dalam tanah sebanyak 1910 yang mencakup 15 ordo 45
famili (Tabel 1). Famili yang paling banyak ditemukan adalah Termitidae (Tabel 1).
Pada metode relatif menggunakan perangkap pitfall trap diperoleh individu
arthropoda permukaan tanah sebanyak 1896 yang terdiri dari 12 ordo dan 29 famili
(Tabel 1).
Pembahasan
Peranan Ekologi Arthropoda
Berdasarkan peranan ekologi arthropoda tanah baik dalam tanah maupun
permukaan tanah secara keseluruhan didapatkan predator 28 famili, herbivor 14
famili, detritivor 13 famili, dekomposer 4 famili, parasit 1 famili, dan parasitoid 1
famili.
Pada perkebunan teh arthropoda dalam tanah ditemukan 19 famili sebagai
predator, detritivor12 famili, dekomposer 2 famili, parasit 1 famili, parasitoid 1
famili, dan 10 famili sebagai herbivor. Pada arthropoda permukaan tanah ditemukan
predator 16 famili, 1 famili parasitoid, 5 famili herbivor, dekomposer 3 famili, dan 4
famili bertindak sebagai detritivor.
Gambar 1 diagram jumlah arthropoda tanah berdasarkan peranan ekologi
Berdasarkan hasil dari gambar diagram 1 dapat diketahui bahwa komposisi
arthropoda tanah yang ada dalam tanah lebih tinggi dibandingkan dengan arthropoda
permukaan tanah. Komponen arthopoda tanah diantaranya predator, detritivor,
herbivor, dekomposer, parasit, dan parasitoid. Hal ini menunjukkan beragamnya
komunitas akan membentuk jaring-jaring makanan. Seperti yang dijelaskan Oka
(2004), semakin banyak jenis yang membentuk kominitas maka semakin beragam
komunitas tersebut. Jenis-jenis arthropoda tanah dalam populasi akan berinteraksi
satu dengan yang lain membentuk jaring-jaring makanan.
Proporsi Arthropoda Tanah Menurut Taksonomi
Gambar 2 Diagram taksonomi famili arthropoda tanah
Berdasarkan hasil identifikasi arthropoda tanah menurut taksonomi pada
perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar. Menunjukkan bahwa arthropoda tanah
yang ditemukan di dalam tanah dan permukaan tanah terdiri dari 16 ordo. Pada
arthropoda dalam tanah jenis arthropoda yang paling banyak ditemukan adalah dari
famili coleoptera dengan jumlah 9 famili. Arthropoda permukaan tanah yang
menempati tempat tertinggi adalah famili hymenoptera, dengan jumlah 9 famili. Ordo
hymenoptera berperan sebagai predator, sebagian besar ordo hymenoptera yang
menguasai permukaan tanah adalah famili formicidae. Famili formicidae merupakan
arthropoda sosial yang pada umumnya tidak merusak tanaman teh. Simanjutak
(2002), di perkebunan teh, formicidae merupakan musuh alami karena menyerang
ulat dan beberapa macam hama lain.
Indeks Keanekaragaman dan Dominansi Arthropoda Tanah pada Perkebuan
Teh PTPN XII Bantaran Blitar
Tabel 2 Indeks Keanekaragaman dan Dominasi Arthropoda Tanah
Peubah
Indeks
Hand sortir
pitfall trap
Stasiun 1
H'
C
H'
C
H'
C
H'
C
2,189
0,2271
2,523
0,1176
2,577
0,1054
2,697
0,1065
2,012
0,177
1,952
0,2008
2,332
0,139
2,301
0,1458
Stasiun 2
Stasiun 3
Kumulatif
Berdasarkan hasil analisa data, secara kumulatif diperoleh indeks
keanekaragaman (H’) pada arthropoda dalam tanah di perkebunan teh sebesar 2,7
dengan indeks dominansi (C) 0,11 dan pada arthropoda permukaann tanah indeks
keanekaragaman (H’) sebesar 2,3 dengan indeks dominansi (C) sebesar 0,14,
sehingga dapat diketahui perbandingannya bahwa indeks keanekaragaman (H’)
arthropoda dalam tanah lebih tinggi dari pada arthropoda permukaan tanah (Tabel
4.5). Indeks keanekaragaman (H’) arthropoda tanah di perkebunan teh tersebut
memiliki nilai keanekaragaman sedang disebabkan nilai indeks keanekaragaman (H’)
diantara 1 sampai 3 dengan penyebaran sejumlah arthopoda sedang. sebagaimana
menurut Sugianto (1994), sebagai berikut: jika ′ <1 menunjukkan keanekaragaman
rendah, ′ 1 <1 ′ < 3 dikategorikan keanekaragaman sedang, dan ′ >3
menunjukkan keanekaragaman tinggi.
Sifat Fisik Tanah
Tabel 3. Rata-rata perbandingan kelembapan suhu dalam tanah pada 3 stasiun
perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar
Dalam Tanah
Permukaan Tanah
Lahan
Kelembaban
Suhu
Kelembaban
Suhu
Stasiun 1
71,77
30,44
73,95
28,78
Stasiun 2
74,64
31,62
75,21
29,10
Stasiun 3
73,44
30,43
74,72
30,69
Indeks keanekaragaman yang tinggi (Tabel 2) pada stasiun 3 berkorelasi
dengan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman yaitu kelembaban. Nilai ratarata kelembaban dalam tanah 73,44 dan kelembaban di permukaan tanah 74,72. nilai
suhu ketiga stasiun tidak terdapat perbedaan yang signifikan. lahan stasiun 3
mempunyai nilai rata-rata suhu dalam tanah 30,43 o C dan suhu di permukaan tanah
30,69 o C. Besarnya suhu yang hampir sama mempengaruri kesamaan jenis
arthropoda seperti formicidae dan Carcinophoridae yang menguntungkan berpotesi
sebagai predator. Hanafiah (2005) menyatakan bahwa Temperatur tanah sangat
mempengaruhi aktivitas biota tanah. Aktivitas ini sangat terbatas pada temperatur di
bawah 10o C, laju optimum aktivitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada
temperatur 18-30o C.
Tabel 4. Rata-rata perbandingan kadar air dalam tanah pada 3 stasiun perkebunan teh
PTPN XII Bantaran Blitar
Tanah
Kadar Air (%)
Stasiun 1
33
Stasiun 2
34
Stasiun 3
28
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kadar air rata-rata pada
perkebunan teh di (stasiun 1) 33%, (stasiun 2) 34%, dan (stasiun 3) 28%, kadar air
tersebut tergolong rendah. Menurut Adianto (1979), kadar air tanah tergolong rendah
bila kurang dari 50%. Rendahnya kadar air tanah pada stasiun tersebut disebabkan
jenis tanah regosol yang memiliki kemampuan rendah untuk menyimpan air dalam
tanah sebagaimana menurut Helmi (2012) menyatakan bahwa tekstur tanah Regosol
dengan lempung berpasir, tipe struktur granular dan konsistensi tidak melekat
mempunyai lebih banyak pori makro dibandingkan dengan pori mikro. Dimana
distribusi ruang pori tanah menggambarkan aerasi tanah yang baik, melalukan air
dengan cepat, tetapi kemampuan menyimpan air yang rendah.
Sifat Kimia Tanah
Tabel 5. Rata-rata perbandingan kandungan tanah pada 3 stasiun perkebunan teh
PTPN XII bantaran Blitar
Kisaran Nilai
No
Parameter
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Abiotik
1
pH
4,73
4,93
5,03
2
Bahan Organik
2,73
2,66
2,51
(%)
3
C-organik (%)
1,43
1,54
1,46
4
N Total (%)
0,21
0,20
0,19
5
C/N Rasio
7,33
8
7,67
Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa untuk pH rata-rata di perkebunan teh
(stasiun 1) 4,73, di (Stasiun 2) 4,93, dan di (Stasiun 3) 5,03. Hardjowigeno (2007)
menyatakan bahwa pH tanah nilai terendah dibawah pH 4,5 bersifat sangat masam,
pH 4,5-5,5 bersifat masam, pH netral 66,-7,5, dan pH alkalis <7,5.
Kandungan bahan organik dalam tanah pada perkebunan teh di (stasiun 1)
sebesar 2,73 %, di (stasiun 2) 2,66%, dan di (stasiun 3) 2,51%. Prosentase bahan
organik dari ke tiga stasiun ini tergolong sedang. Menurut Hazelton (2007), jika
bahan organik tanah berkisar antara 1,7-3 (%) maka tergolong bahan organik.
Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa kriteria penilaian sifat-sifat kimia
tanah sebagai berikut:
Tabel 6 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah
Sifat Tanah
C-organik (%)
N-total (%)
C/N rasio
Sangat
rendah
<1,00
<0,1
<5
Rendah
1,00-2,00
0,1-0,2
0,5-10
Sedang
2,01-3,00
0,21-0,5
11-15
Tinggi
3,01-5,00
0,51-0,75
16-25
C-organik pada perkebunan teh (stasiun 1) sebesar 1,43%, di (stasiun 2)
1,54, dan di (stasiun 3) sebesar 1,46 (tabel 4.7), maka bedarasarkan tabel 4.8 di lokasi
penelitian ke 3 stasiun tergolong rendah.
C/N rasio di (stasiun 1) sebesar 7,33, di (stasiun 2) sebesar 8, dan di (stasiun
3) 7,67 semua nilai C/N rasio tersebut tergolong rendah. Hanafiah (2005)
menyatakan bahwa nisbah C/N merupakan indikator proses mineralisasi-immobilisasi N oleh mikrobia dekomposer bahan organik. Apabila nisbah C/N lebih
kecil dari 20 menunjukkan terjadinya mineralisasi N, apabila lebih besar dari 30
berarti terjadi immobilisasi N, sedangkan jika diantara 20-30 mineralisasi seimbang
dengan immobilisasi.
Kesimpulan
1. Artrhopoda tanah yang ditemukan pada perkebunan teh PTPN XII Bantaran Blitar
terdiri dari 5 kelas 16 ordo yang terdiri dari 61 famili yaitu Blaberidae, Blattidae 1,
Blattidae 2, Blattidae 3, Blattidae 4, Corydiidae, Blattellidae, Elateridae, Carabidae
1, Staphylinidae, Chrysomelidae, Dermestidae, Nitidulidae, Scarabaeidae 1,
Scarabaeidae 2, Carabidae 2, Scarabaeidae 3, Silphidae, Ichneumonidae,
Formicidae 1, Formicidae 2, Formicidae 3, Formicidae 4, Formicidae 5,
Chalcidoidea, Formicidae 6, Formicidae 7, Formicidae 8, Sphecidae, Formicidae
9, Anthomylidae, Muscidae, Polyxenidae, Enicocephallidae, Largidae,
Pyrrhocoridae, Reduviidae, Centipidae, Liqiidae, Dysderadae, Thromisidae 1,
Araneidae, Linyphiidae, Thomisidae 2, Agelenidae, Salticidae, Lycosidae 1,
Oxyopidae, Lycosidae 2, Scolopendrellidae, Carcinophoridae, Termitidae,
Entomobrydae 1, Entomobryidae 2, Onychiuridae, Entomobrydae 3, Acariformes,
opiliocariformes, Gryllacrididae, Glyllidae, Cercopidae.
2. Indeks keanekaragaman (H”) secara kumulatif pada arthropoda dalam tanah 2,70
lebih tinggi dari pada arthropoda permukaan tanah 2,30.
DAFTAR PUSTAKA
Adianto. 1979. Biologi Pertanian. Bandung: ITB
Hanafiah, A.K. 2005. Biologi Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hazelton, P. Murphy, B. 2007. Interpreting Soil Test Results. Australia: CSIRO
Publishing
Helmi. 2012. Perubahan beberapa Sifat Fisika Regosol dan Hasil Kacang Tanah
akibat Pemberian Bahan Organik dan Pupuk Fosfat. Jurnal Tanah.
Oka, I.D. 2000. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya Di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Samudra, B.F. Izzati. M. Purnaweni, H. 2013. Kelimpahan dan Keanekaragaman
Arthropoda Tanah di Lahan Sayuran Organik “Urban Farming”. Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan”. ISBN 978602-17001-1-2.
Simanjutak, H. 2002. Musuh Alami Hama dan Penyakit Tanaman Teh. Jakarta:
Direktorat Perlindungan Perkebunan Derektorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan Departemen Pertanian.
Soemarno. 2010. Manajemen Agroekosistem. Malang :Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya
Sugianto,A.1994. Ekologi Kuanttatif. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Suin, M.N. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bandung: Bumi Aksara.
Download