Renungan Harian – Tgl 11 Februari 2017

advertisement
11 Februari
Bacaan Alkitab : Kel. 28 - 29
(Kurun waktu : diperkirakan 1.446 – 1.444 S.M.)
“Dedikasi Pelayanan”
Dalam dunia sehari-hari, kita melakukan peresmian kapal yang baru
dengan membaptiskannya dan juga membaktikan gedung dan bendabenda lainnya untuk pelayanan. Di gereja, tempat usaha dan bahkan
dalam dunia kemiliteran, kita memberi penghargaan kepada orangorang. Upacara dedikasi seperti ini biasanya dilakukan secara publik.
Untuk mempromosikan seseorang, misalnya, kita mengumpulkan
orang di dalam pertemuan ataupun event khusus untuk menjelaskan
tentang jabatan , posisi dan kewenangan yang baru yang diberikan
kepada orang-orang yang hendak kita hormati. Mungkin kita juga
memberikan pakaian ataupun aksesoris yang khusus untuk dikenakan
oleh orang yang diberi penghormatan tersebut. Kita mungkin juga
akan memberikan ruangan khusus bagi orang tersebut dengan nama
mereka di depan pintu, serta memberikan meja kerja tersendiri bagi
mereka, dan bahkan mungkin juga memberi sekretaris bagi mereka.
Dengan melakukan hal tersebut, kita bermaksud meningkatkan harkat
dan martabat orang tersebut atas kedudukannya yang baru.
Meskipun mungkin kita memperoleh penghormatan khusus dan hak
kepemimpinan yang baru tersebut, namun bagaimana cara kita
memimpin, akan menentukan bertambah atau berkurangnya rasa
hormat dari para pengikut kita.
Di dalam masa penulisan Alkitab, mengurapi seseorang ataupun
sesuatu
benda,
merupakan
sebuah
cara
untuk
memisahkan/mengkhususkan seseorang ataupun sesuatu hal untuk
sebuah pelayanan tertentu.
Di dalam jaman Perjanjian Lama,
upacara pengurapan dilakukan atas para imam, nabi, raja-raja
ataupun benda-benda tertentu yang dikuduskan untuk digunakan
sebagai bagian upacara penyembahan.
Seringkali upacara
pengurapan atas seseorang ataupun benda yang dikuduskan,
dilakukan secara terbuka di depan umum, dilakukan dengan cara
menuangkan minyak urapan di atas kepala, mengoleskan ataupun
memercikkan sedikit darah sapi di atas kepala si penerima urapan
tersebut sebagai tanda untuk memisahkan orang ataupun benda
tersebut untuk tujuan pelayanan yang khusus. Di dalam jaman
Perjanjian Baru, secara rohani, Yesus Kristus adalah pribadi “Yang
Diurapi Allah” (atau kata Kristus dalam bahasa Yunani). Yesus itu
diurapi dan dipilih Allah untuk tujuan khusus – untuk melayani dan
memberikan nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak orang (Mat. 20 :
28). Ini berarti secara spiritual, darah Yesus itulah yang menyucikan
kita bagi pelayanan yang memuliakan nama TUHAN (I Petr. 2 : 9 dan
Ibr. 9 : 14).
Musa berada di Gunung Sinai ketika ia mendapat segala perintah dari
Allah mengenai tata cara pengenaan jubah bagi para imam besar,
dan bagaimana mereka kemudian dikuduskan/ dipisahkan untuk
tugas pelayanan khusus dengan cara diurapi. Jubah-jubah yang
khusus diberikan kepada mereka untuk dikenakan, agar menambah
martabat dan penghormatan bagi para imam besar tersebut, dan juga
sebagai tanda untuk mengkhususkan mereka bagi pelayanan sebagai
imam kepada Allah (Kel. 28: 2, 39 – 41). Suatu lapisan kecil penutup
dada berbentuk empat persegi panjang, baju efod (seperti baju
pelapis), jubah, tenunan kain gamis, serban, selempang dan pakaian
linen (untuk mengurangi keringat) harus dibuat dan dikenakan oleh
imam-imam besar dan anak laki-laki mereka ( keturunan Harun, kakak
Musa). Pada kedua penutup bahu baju efod tersebut harus
dipasangi dua batu permata krisopras, masing-masing dengan tulisan
6 nama, dari 12 suku Israel menurut urutan kelahirannya dan dililit
dengan ikat emas. Lapisan kecil penutup dada yan gdikenakan di
atas baju efod tersebut harus dipasangi 12 permata yang
melambangkan 12 suku Israel. Para imam besar tersebut harus
mengenakan serban di kepala mereka dengan dengan suatu plat
emas kecil bertuliskan “Kudus Bagi Tuhan”. Para imam besar ini
diwajibkan memimpin upacara penyembahan dengan sikap dan halhal yang kudus (didedikasikan dan dikuduskan) dan mencerminkan
kekudusan di hadapan jemaat. Para imam besar ini tidak hanya
menjadi wakil Allah yang kudus, tetapi juga melayani sebagai wakil
bagi orang Israel dan bertanggung-jawab kepada mereka.
Bagaimana kita menilai kepemimpinan yang kita lakukan? Entah kita
sebagai kepala rumah tangga, kepala usaha, gereja ataupun
organisasi lainnya, apakah kita sadar bahwa karakter kita dan hal-hal
yang kita yakini, semuanya merupakan hal yang penting? Rasul
Petrus menulis : “(1:15) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di
dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah
memanggil kamu. (1:16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab
Aku kudus. (I Petr. 1 : 15-16). Apakah kita sadar bahwa kita juga
mewakili kepentingan orang-orang yang berada dalam pengawasan
kita? Apakah kita mengerti bahwa kitapun bertanggung-jawab kepada
mereka? Permata dan batu-batu berharga yang dikenakan para imam
besar tersebut merupakan alat pengingat visual bahwa mereka
mewakili kepentingan orang-orang Israel. Adakah alat pengingat
visual yang mungkin dapat kita gunakan untuk membantu kita
mengingat tentang orang-orang yang kita wakili? Meskipun mungkin
kita mendapat rasa hormat dan keuntungan khusus sebagai seorang
pemimpin, namun bagaimana cara kita memimpin, akan menentukan
bertambah atau berkurangnya rasa hormat dari para pengikut kita.
Seperti imam-iman pada jaman Perjanjian Lama dan para rasul pada
jaman Perjanjian Baru, sebagai orang Kristen, kitapun adalah wakilwakil Allah. Rasul Paulus di dalam surat 2 Korintus 5 : 20 berkata :
“Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah
menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami
meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” Sama
seperti para imam dan rasul yang berperanan di dalam tugas
rekonsiliasi dengan Allah, kita pun perlu terlibat didalamnya. Kita
perlu berusaha agar terjadi pendamaian antara manusia dengan Sang
Penciptanya, entah apakah mereka masih belum percaya kepada
pengorbanan darah Kristus, maupun orang percaya yang masih
belum memiliki hubungan persekutuan yang erat dengan Allah. Jika
Anda memerlukan pengampuan dan ingin berdamai dengan Allah,
Anda dapat menemukannya melalui imam besar kita, Yesus Kristus.
Untuk Direnungkan dan Dilakukan :

Secara rohani kita mengerti bahwa darah Kristus menyucikan dan
memisahkan kita untuk tugas pelayanan bagi Allah ;

Meskipun mungkin kita memperoleh penghargaan khusus
maupun hak keuntungan sebagai pimpinan, namun bagaimana
cara kita memimpin, akan berakibat pada meningkat atau
menurunnya rasa hormat dari para pengikut kita ;

Kita perlu mengupayakan pendamaian antara manusia dengan
Sang Penciptanya, entah apakah mereka bukan orang percaya,
ataupun orang yang telah percaya.
Pertanyaan Untuk Diskusi :

Rasul Petrus di dalam surat I Petr. 2 : 5 mengingatkan kita
bahwa setelah kita menerima pengorbanan darah Yesus di kayu
salib untuk menebus dosa-dosa dan menyucikan kita dari segala
kejahatan, maka kita pun diberi tugas untuk menjadi batu yang
hidup bagi pembangunan suatu rumah rohani, dan imam yang
kudus bagi Allah, yang dapat memimpin dan melayani orang lain
untuk mengenal kasih Yesus. Jelaskanlah, seberapa besar kita
telah melakukan tugas mulia dan kudus dari Tuhan sebagai
imamNya yang kudus?

Kitab Kel. 28 : 36-38 mengatakan tentang konsep kekudusan
saat para imam besar menghadap Allah Yang Maha Kudus, di
mana sebagai perantara bagi ummat Israel, mereka juga wajib
mohon Allah memberi pengampunan atas dosa yang dilakukan
mereka dan ummatNya, sehingga Allah berkenan menerimanya.
Didalam Perjanjian Baru di kitab Ibrani 12 : 14, antara lain
disebutkan bahwa kita harus mengejar kekudusan, atau kuasa
dari hidup yang dipisahkan dan dikhususkan bagi Allah. Setelah
mengevaluasi hidup keimanan kita sendiri selama ini, seberapa
besarkah kadar kekudusan yang telah kita usahakan di hadapan
Allah Yang Maha Kudus?
perbaiki?
Hal-hal apa saja yang perlu kita
Ayat Hafalan Hari Ini :

I Petr 1 : 15-16
“(1:15) tetapi hendaklah kamu menjadi
kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus,
yang telah memanggil kamu. (1:16) sebab ada tertulis: Kuduslah
kamu, sebab Aku kudus.
Download