mengenal epilepsi pada anak - PPDS

advertisement
MENGENAL EPILEPSI PADA ANAK
Epilepsi merupakan bangkitan kejang berulang 2 kali atau lebih tanpa provokasi dengan
interval serangan lebih dari 24 jam, akibat pelepasan muatan listrik berlebihan di sel-sel otak.
Epilepsi merupakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas atau kecacatan di bidang
neurologi anak, yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti gangguan belajar,
gangguan tumbuh kembang dan penurunan kualitas hidup anak. Kejadian epilepsi pada anak
sekitar 20-70 per 100.000 anak per tahun. Di Indonesia terdapat paling sedikit 700.0001.400.000 kasus epilepsi dengan pertambahan sekitar 70.000 kasus baru setiap tahun dan
diperkirakan 40%-50% terjadi pada anak-anak.
Penyebab Epilepsi
Epilepsi ditimbulkan akibat cetusan muatan listrik yang terjadi di sel-sel otak yang dapat
disebabkan oleh proses di dalam otak (intrakranial) ataupun di luar otak (ekstrakranial). Sebagian
besar kasus epilepsi tidak dapat ditemukan penyebab yang pasti atau yang lebih sering kita kenal
dengan kelainan idiopatik.
Jenis Kejang Epilepsi
1. Kejang Parsial
Kejang parsial merupakan kejang yang terjadi hanya pada sebagian sisi tubuh, kejang ini
dapat dibedakan menjadi :
a. Parsial sederhana, dimana tidak didapatkan gangguan kesadaran
b. Parsial kompleks, dimana didapatkan gangguan kesadaran
c. Kejang parsial dengan generalisasi sekunder
2. Kejang Umum
Kejang umum merupakan kejang yang terjadi pada seluruh tubuh, dimana dapat berupa
kaku pada seluruh tubuh terutama tangan dan kaki, tangan dan kaki menghentak-hentak,
dan lain-lain.
3. Kejang yang tidak dapat diklasifikasikan
Gejala Klinis Epilepsi
Gejala epilepsi yang paling sering kita temukan adalah kejang. Kita harus dapat
memastikan apakah anak benar-benar kejang atau tidak. Berikut merupakan beberapa hal yang
dapat kita gunakan untuk membedakan antara kejang dan bukan kejang.
Kejang
Terjadi tiba-tiba
Bukan kejang
Terjadi bertahap/gradual
Biasanya terdapat kebiruan pada bibir atau kulit Jarang ditemukan adanya kebiruan (sianosis)
(sianosis) saat terjadi kejang
Terdapat gerakan bola mata yang abnormal Tidak terdapat gerakan abnormal bola mata
(mata mendelik ke atas)
Gerakan tangan dan kaki berulang yang sinkron
Gerakan Tidak sinkron
Kesadaran terganggu (tidak sadar)
Kesadaran tidak terganggu (sadar)
Jarang dapat diprovokasi atau dicetuskan
Biasanya dapat diprovokasi
Pada pemeriksaan EEG (Electroencephalograpy) Tidak ditemukan iktal abnormal.
ditemukan ictal abnormal.
Beberapa informasi penting yang perlu diketahui oleh orangtua mengenai kejang yang terjadi
pada anak, yaitu:

Tipe kejang (apakah kejang selurung tubuh atau hanya pada sebagian tubuh?).

Kesadaran penderita selama kejang dan ingatan pasien akan kejadian kejang.

Lamanya kejang berlangsung.

Frekuensi atau jumlah kejang dan riwayat kejang sebelumnya.

Faktor pencetus kejang bila ada (biasanya kejang pada epilepsi tidak ada faktor
pencetusnya.

Adanya gejala awal sebelum kejang, seperti: rasa takut, mual, rasa berputar, kesemutan
atau mati rasa pada jari, dll.

Riwayat kelahiran, tumbuh kembang anak, dan prestasi di sekolah.

Gejala lain yang menyertai kejang.

Riwayat epilepsi dalam keluarga.
Tatalaksana
Apabila terjadi kejang, berikut adalah beberapa tips sebagai penanganan awal yang dapat
dilakukan oleh orangtua di rumah :
1. Tenang dan jangan panik.
2. Longgarkan pakaian anak.
3. Berikan obat anti kejang lewat lubang pantat sesuai dengan berat badan anak.
Untuk anak dengan berat badan < 10 kg dapat diberikan obat diazepam 1 tube dan untuk
anak dengan berat badan > 10 kg dapat diberikan obat diazepam 2 tube.
4. Segera bawa anak ke sarana kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
Pengobatan epilepsi tergantung dari jenis epilepsi yang diderita. Pengobatan ini biasanya
diberikan hingga 2 tahun bebas kejang. Penghentian obat dilakukan secara bertahap dalam waktu
2-3 bulan. Prinsip pengobatan epilepsi :
-
Pengobatan awal epilepsi biasanya menggunakan 1 jenis obat anti kejang. Pengobatan
awal ini sangat menentukan keberhasilan terapi epilepsi.
-
Jika pengobatan dengan 1 jenis obat anti kejang hingga dosis maksimal gagal mengontrol
kejang (masih terjadi kejang), maka dapat ditambahkan obat anti kejang kedua.
-
Jika kejang masih tetap tidak terkontrol dengan 2-3 macam obat anti kejang, maka dapat
dipikirkan pembedahan bila didapatkan indikasi.
Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kepatuhan minum obat
dan respon terhadap obat yang diberikan. Pengobatan epilepsi diberikan dalam jangka waktu
yang panjang sehingga dapat menimbulkan efek samping tergantung dari jenis obat anti kejang
yang diberikan. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan darah dan fungsi hati secara berkala
(biasanya setiap 3 bulan) untuk memantau apabila didapatkan efek samping akibat obat yang
diberikan.
(dikutip dan dimodifikasi dari : Pedoman Pelayanan Medis Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP
Sanglah tahun 2011)
Download