4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Informasi Obat Pelayanan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Informasi Obat
Pelayanan
Informasi
Obat
(PIO)
merupakan
kegiatan
penyediaan
dan
pemberian informasi obat, rekomendasi obat yang independen, akurat,
.
4
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
komprehensif, terkini, oleh apoteker kepada pasien, masyarakat, profesional
kesehatan lain, dan pihak-pihak yang memerlukan (Menkes, 2014). Pelayanan
ini meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian, dan pengawasan mutu
data/informasi obat dan keputusan profesional.
Tujuan dari PIO antara lain (Kurniawan dan Chabib, 2010) adalah :
1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi
kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain.
2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan pihak lain.
3. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat.
PIO bagi profesional kesehatan akan meningkatkan peran apoteker dalam
perawatan kesehatan, antara lain :
a. Pengetahuan apoteker tentang obat terpakai.
b. Apoteker menjadi lebih aktif dalam pelayanan kesehatan.
c. Peran apoteker dapat membuka fungsi klinis lain, misal kunjungan pasien.
d. Peningkatan terapi rasional dapat tercapai.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam informasi obat, yaitu metode
tertulis dan metode tidak tertulis. Informasi tertulis yang sudah biasa diberikan
adalah penulisan etiket pada kemasan obat. Informasi ini biasanya diikuti
dengan informasi lisan yang disampaikan pada saat penyerahan obat kepada
pasien.
Informasi obat terkait dengan edukasi dan konseling, sehingga keduanya
harus diperhatikan agar apoteker secara efektif mampu memotivasi pasien
untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam regimen terapinya. Konseling
adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan
pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan
dengan obat dan pengobatan (Menkes, 2004). Apoteker berkewajiban
memastikan bahwa pasien mengerti maksud dari terapi obat dan cara
penggunaan
yang
tepat.
Untuk
itu
diperlukan
keterampilan
dalam
berkomunikasi agar pasien termotivasi dan taat pada regimen terapinya.
5
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
Komunikasi yang tidak baik dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien.
Apabila komunikasi yang telah diberikan belum dapat memberikan hasil yang
diharapkan yaitu kepatuhan, maka apoteker perlu mencari upaya lain untuk
meningkatkan kepatuhan pasien. Misalnya dengan menggunakan media yang
lebih menarik agar dapat meningkatkan pengetahuan pasien, sehingga pasien
dapat meningkatkan kepatuhannya dan tujuan terapi tercapai dengan baik.
Informasi obat yang baik sangat diperlukan pada terapi jangka panjang,
antara lain pada pasien epilepsi, DM, TBC dan penyakit kronis lainnya.
Informasi obat ini biasanya dilakukan pada saat penyerahan obat kepada
pasien. Informasi obat yang diberikan pada pasien sekurang-kurangnya
meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Pada
terapi jangka panjang perlu juga disampaikan untuk kontrol ke dokter sebelum
obatnya habis karena terapi harus dilakukan terus-menerus secara rutin untuk
jangka waktu lama agar terapinya berhasil baik. Konseling bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien atau agar yang bersangkutan terhindar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau alat
kesehatan lain. Edukasi dilakukan oleh apoteker untuk meningkatkan
pengetahuan
pasien,
informasi
yang
diberikan
dapat
berupa
lisan,
leaflet/brosur, atau media lain yang cocok sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap pengobatannya.
Leaflet atau brosur adalah media tertulis yang berisi berbagai informasi
obat, antara lain informasi tentang jadwal pengobatan, cara pemakaian obat,
cara pengukuran obat untuk obat cair, dosis obat yang harus dikonsumsi dan
cara penyimpanan obat. Komik adalah media bergambar yang berisikan
gambar-gambar yang berisi cerita tentang informasi obat seperti yang tertulis
dalam leaflet.
B. Kepatuhan
6
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
Kepatuhan merupakan tingkat ketepatan perilaku individu/pasien dengan
nasihat medis/kesehatan. Ketidakpatuhan dapat diartikan sebagai kesalahan
pasien dalam menerima informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Pada kasus pengobatan anak, anak perlu dilibatkan dalam proses
penyuluhan/edukasi. Hal ini sebaiknya dimulai waktu anak berumur 8 sampai
10 tahun (Aslam et al, 2003). Kepatuhan anak terhadap pengobatan tergantung
pada orang tua/pengasuhnya. Kepatuhan meningkat beriringan dengan
meningkatnya pemahaman tingkat keparahan kondisi penyakit anak oleh orang
tua. Peran farmasis dalam hal ini sangat diperlukan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kerjasama anak dan orang tua dalam pengobatan adalah
formulasi, penampilan obat, cara penggunaan obat. Waktu dalam pemberian
obat pada anak juga dapat jadi masalah karena anak waktu tidurnya lebih lama
dan ada waktu anak di sekolah. Penyebab ketidakpatuhan penggunaan obat
juga dapat disebabkan penyakit, terapi dan komunikasi antara pasien dan
apoteker/tenaga kesehatan (Menkes, 2007). Kepatuhan penderita epilepsi
dalam mengkonsumsi obat sangat diperlukan karena ketidakpatuhan dapat
memperparah penyakit (RSDK, 2013).
C. Epilepsi
Epilepsi adalah suatu kondisi yang diakibatkan lepasnya muatan listrik
yang berlebihan pada sel-sel otak yang menyebabkan timbulnya kejang
berulang (Retnaningsih, 2013). Manifestasi kejang meliputi pandangan kosong,
otot kaku, pergerakan tidak terkontrol, penurunan kesadaran, perasaan ganjil
atau kejang seluruh badan. Terjadinya kejang biasanya dipicu oleh kelalaian
minum obat, kurang tidur, makan tidak tepat waktu, stres, kegembiraan dan
kesedihan berlebih, perubahan hormonal, sakit/demam, konsumsi obat selain
obat epilepsi, mengkonsumsi alkohol atau narkoba. Epilepsi pada anak sulit
dideteksi karena anak belum bisa mengungkapkan sesuatu yang dirasakan.
Terdapat dua jenis epilepsi, yaitu epilepsi umum dan epilepsi parsial.
Epilepsi umum biasanya berupa hilangnya kesadaran, kejang seluruh tubuh
hingga mengeluarkan air liur berbusa, nafas mengorok, serta terjadi kontraksi
7
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
otot yang mengakibatkan pasien mendadak jatuh atau melemparkan benda
yang dipegangnya. Epilepsi parsial biasanya disertai rasa kesemutan, atau tidak
kenal pada satu tempat yang berlangsung beberapa menit atau jam, rasa seperti
bermimpi, daya ingat terganggu, halusinasi, atau pikiran kosong, diikuti
mengulang-ulang ucapan dan berlari tanpa tujuan. Epilepsi biasanya terjadi
karena keturunan, kelainan bentukan otak, infeksi penyakit yang menyebabkan
radang otak, tumor otak, step berulang, gangguan metabolisme dan ada juga
yang tidak diketahui penyebabnya.
Obat yang diberikan pada pasien epilepsi tidak langsung menyembuhkan
tetapi
hanya
mengendalikan
serangan,
menjarangkan
atau
bahkan
menghilangkan serangan. Tujuan dari pengobatan epilepsi adalah bebas kejang.
Setelah dua tahun pengobatan biasanya akan dievaluasi, bila sudah baik dosis
obatnya diturunkan secara perlahan karena apabila mendadak dapat
menyebabkan fatal terutama pada anak bisa menyebabkan kejang yang hebat.
Ketidakpatuhan dalam pengobatan pada pasien epilepsi dapat menyebabkan
status epileptikus, yaitu keadaan terjadi serangan beruntun lebih dari 30 menit
yang berdampak kematian (RSDK, 2013).
Epilepsi pada anak sulit dideteksi karena gejala yang muncul bervariasi
dan tergantung jenis epilepsi yang diderita, beberapa gejala epilepsi yang
biasanya muncul pada anak, yaitu :
1. Tatapan mata kosong.
Tatapan mata kosong seperti orang melamun, kejang ini disebut kejang petit
mal (petit mal seizure). Lengan atau kepala anak kelihatan lunglai, kejang
ini biasanya berlangsung 30 detik sampai 1 menit.
2. Kejang total (total convulsions).
Merupakan kejang yang paling serius, menyebabkan anak jatuh dan
kehilangan kesadaran, biasa disebut kejang grand mal (grand mal seizure).
Kejang biasanya berlangsung antara 2 sampai 5 menit. Selama kejang tubuh
anak kaku dan bergetar tak terkendali, bisa disertai kencing, keluar busa dan
8
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
bola mata memutar ke belakang. Setelah kejang berakhir, anak akan
bingung beberapa menit, otot sakit dan akan tertidur dalam waktu lama.
3. Kedutan (twitching).
Kedutan dapat muncul pada berbagai jenis epilepsi, namun lebih jelas
terlihat pada epilepsi fokal. Kedutan sifatnya lokal, dimulai pada satu jari
atau telapak tangan, kemudian semakin memburuk dan akan menjalar ke
lengan dan menyebar sampai sebagian atau seluruh tubuh. Sebagian anak
tetap sadar, sebagian lagi kehilangan kesadaran.
4. Aura.
Aura terjadi sesaat sebelum kejang berlangsung. Aura dapat menyebabkan
anak tiba-tiba sakit tanpa sebab, mendengar suara yang tidak nyata atau
mencium bau yang tidak ada sumbernya. Anak juga mengalami masalah
pandangan atau perasaan aneh pada satu bagian tubuhnya.
Jenis epilepsi pada anak beragam, diantaranya disebabkan oleh gangguan
otak karena kelainan bawaan, trauma otak, infeksi, hingga kekurangan oksigen
saat persalinan. Seorang anak dikatakan epilepsi bila mengalami kejang
spontan dua kali atau lebih tanpa sebab. Pada dasarnya epilepsi tidak menular
dan tidak mengganggu kecerdasan anak, namun bila kejang lebih dari 15 menit
bisa merusak otak.
Epilepsi pada anak 70% sampai 80% bisa disembuhkan dengan obat
(RSDK, 2013). Beberapa faktor yang memicu kejang antara lain perubahan
konsentrasi listrik, iregular interneuron koneksi, eksitatori asam amino
(aspartat) dan asam glutamat, inhibitori GABA (gamma amino butiric acid).
Selain itu ada faktor luar sebagai pencetusnya antara lain kelelahan, kurang
tidur, terlalu panas/dingin, stres. Diagnosis epilepsi selain gejala juga
menggunakan alat diagnostik antara lain EEG (Electro Encephalo Grafi), CT
Scan (Computed Tomography), dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Sasaran terapi pada epilepsi adalah mengontrol supaya tidak terjadi
kejang dan meminimalisasi efek obat yang tidak diinginkan. Strategi terapi
pada epilepsi adalah untuk mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
saraf yang berlebihan sehingga mengurangi terjadinya kejang.
9
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
Prinsip umum terapi epilepsi adalah
1. Menetapkan tujuan terapi, menilai tipe dan frekuensi bangkitan.
2. Menetapkan tipe bangkitan dan sindroma epilepsi.
3. Menetapkan faktor resiko dari bangkitan yang berikutnya.
4. Menetapkan penggunaan Obat Anti Epilepsi (OAE), harus dimulai dengan
monoterapi.
5. Bila tidak berhasil dengan monoterapi pikirkan terapi kombinasi.
6. Merencanakan waktu penghentian obat.
(Depkes, 2009).
Terapi non farmakologi adalah dengan mengamati faktor pemicu, dan
menghindarinya bila ada, misal stres, olah raga, konsumsi kopi/alkohol,
perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dan lain-lain. Pemilihan obat
antiepilepsi tergantung dari jenis epilepsinya.
Tabel 1. Pemilihan obat antiepilepsi menurut farmakologi terapi (Depkes, 2009)
Jenis Bangkitan
1. Bangkitan Parsial
a. Parsial sederhana
Obat Pilihan Utama
Obat Alternatif
Karbamazepin, fenitoin,
valproat.
Fenobarbital, lamotrigin, primidon,
gabapentin, levetirasetam, tiagabin,
topiramat, zonisamid.
Lamotrigin, primidon, gabapentin,
levetirasetam, tiagabin, topiramat,
zonisamid.
Gabapentin, lamotrigin,
levetirasetam, tiagabin, topiramat,
zonisamid.
b. Parsial kompleks
Karbamazepin, fenitoin,
valproat
c. Parsial yang menjadi
umum
Karbamazepin, fenitoin,
valproat, fenobarbital,
primidon.
Tabel 1. (lanjutan)
Jenis Bangkitan
2. Bangkitan Umum
a. Bangkitan tonik- klonik
(grand mal)
b. Bangkitan lena (petit
mal/absence)
c. Bangkitan lena yang
Obat Pilihan Utama
Obat Alternatif
Karbamazepin, fenitoin,
valproat, fenobarbital,
primidon
Lamotrigin, valproat
Lamotrigin, topiramat, zonisamid,
felbamat
Valproat, klonazepam
Lamotrigin, felbamat, topiramat
Lamotrigin, klonazepam
10
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
tidak khas
3. Obat-obat untuk keadaan konvulsi khusus
a. Kejang demam pada
anak
b. Status epileptikus tipe
grand mal
Fenobarbital
c. Status epileptikus tipe
absence
Diazepam, fenitoin,
fosfenitoin
Benzodiazepam
Primidon
Fenobarbital, lidokain
Valproat IV
D. Pasien Anak/Pediatri
Klasifikasi pasien anak/pediatri menurut The British Paediatric
Association (BPA) berdasarkan saat terjadinya perubahan biologis adalah :
Tabel 2. Klasifikasi pediatri berdasarkan saat terjadinya perubahan biologis (Depkes,
2009)
Kelompok
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Usia
Awal kelahiran – 1 bulan
1 bulan – 2 tahun
2 tahun – 12 tahun
12 tahun – 18 tahun
E. Hipotesis
Media informasi obat berpengaruh terhadap keterlibatan pasien anak
epilepsi dalam kepatuhan minum obat di RSUD Banyumas.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan adalah secara analitik eksperimental
dengan desain cross-sectional. Eksperimental karena ada intervensi terhadap
subyek penelitian. Metode yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi
eksperimental) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah
dalam pengontrolan variabel. Pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu
11
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
Download