makalah islam

advertisement
MAKALAH ISLAM
Renungan, Saatnya Manusia
Menyadari Kelemahannya
3 Maret 2014
Makalah Islam
Renungan, Saatnya Manusia Menyadari Kelemahannya
Asfan Shabri
(Penulis Lepas, Pelaksana Pada Subag Data dan Sistem
Informasi Ditjen Bimas Islam)
Dalam beberapa waktu terakhir, bencana alam
datang silih berganti. Banjir, gempa bumi, gunung
meletus, dan sebagainya. Banyak analisis kenapa hal ini
terjadi. Mulai dari pendekatan ilmiah, hingga cocokologi,
yaitu ilmu nyocok-nyocokin dengan berbagai dalil agama.
Ada yang percaya, ada yang menolak, ada juga yang
senyum-senyum karena geli.
Ya, mungkin usia alam ini sudah mulai menua.
Kondisi alam semakin menurun. Plus perbuatan manusia
yang cenderung kurang bersahabat dengan alam. Tapi,
banyak manusia yang berpikir untuk merubah alam. Pada
satu sisi, itu baik. Ada keinginan untuk menjadikan alam
bisa mengikuti kebutuhan manusia. Namun, banyak dari
kita yang lupa, bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan
segala kelemahannya.
Memang benar, manusia dikaruniai Tuhan berupa
akal pikiran. Fungsinya jelas, untuk berfikir, mengolah
otak sebagai alat pemikir. Hanya saja, kadang ada diantara
kita yang mencoba berfikir di luar batas kemampuannya.
Akibatnya jadi aneh, melampuai titah kewajaran manusia.
Berdasarkan riset mutakhir, sebenarnya manusia
hebat, seperti Einstein, itu baru menggunakan potensi
akalnya 10% saja. Itu orang sangat hebat lho. Bagaimana
dengan kita yang biasa-biasa aja? Pastinya tidak sampai
segitu bukan?
Ingat, sehebat apapun orang tidak akan mampu
memahami seluruh apa yang terjadi di alam ini. Apalagi
sampai pada hakikat Tuhan. Jadi, kemampuan pikiran
manusia jelas ada batasnya.
Dalam sejarah masa lalu, keinginan manusia
untuk melihat Sang Maha Kuasa, Allah SWT, dengan
diperlihatkan Cahaya-Nya saja manusia sudah tidak
sanggup. Apalagi melihat hakikat Tuhan itu sendiri.
Kita
pernah
mendengar,
bahwa
manusia
melakukan make-up dan operasi wajah dengan merubah
wajah sesuai keinginan. Muka cantik, hidung mancung,
leher jenjang, pipi halus, mata sangat indah, dan
sebagainya. Bahkan ada juga upaya rekayasa genetik
(kloning) yang ingin menjadikan seseorang seperti
manusia pujaannya, baik wajah, postur, maupun
mentalnya. Tapi itu baru khayalan, karena hampir semua
agama menolaknya.
Pada saat yang lain, kita juga mendengar, manusia
ingin merubah iklim hujan agar tidak lagi ada hujan.
Seperti yang kita saksikan di Jakarta baru-baru ini.
Dengan modal milyaran rupiah, para petugas dan ahlinya
menyebar garam di udara dengan harapan hujan dapat
berkurang, sehingga Jakarta tidak terjadi banjir. Upaya
telah dilakukan, tapi banjir pun tetap terjadi. Jadi? Iya,
proses rekayasa iklim, tentu menguntungkan manusia.
Tapi apakah kita lupa bahwa Allah SWT adalah Maha
Segalanya.
Tuhan menjalankan alam ini sesuai dengan
kehendak-Nya. Seluruhnya tidak bisa serta merta dapat
dicegah atau direkayasa. Jika hujan terjadi, maka
terjadilah. Karena setiap gerak alam, pasti ada tujuannya.
Maka ketika terjadi banjir karena hujan, maka itulah ujian
bagi manusia.
Jadi, sebagai makhluk yang memiliki banyak
kelemahan, tidak bisa menolak kehendak Tuhan. Mati,
hidup, menikah, turunnya hujan, gunung meletus, banjir,
dan lain sebagainya adalah titah Tuhan.
Sebagaimana banjir terjadi, tentu bukan karena
iklim. Banjir terjadi karena seluruh saluran air mampet
karena ulah manusia. Hutan gundul karena ada tangantangan yang tidak bertanggung jawab. Bisa juga karena
manusia tidak disiplin membuang sampah.
Demikian juga gunung meletus. Ada analisis
bahwa gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi
akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma
adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi
dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih
dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai
700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa
batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18
km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai
sejauh radius 90 km.
Itu adalah analisis ilmiah. Tapi mungkin Sang
Penguasa Alam mencoba ingin menyejukkan alam kita
yang panas dengan debu yang diletuskan beberapa
gunung berapi. Yang jelas, kita tidak mengetahui persis
apa tujuan dari kehendak Allah SWT ini.
Tapi, tahukah kita bahwa seluruh alam ini
bergerak semua atas kehendak-Nya. Tidak ada benda
sekecilpun tanpa dikatahui dan dikehendaki oleh-Nya.
Tugas kita adalah agar bagaimana dapat bersikap dan
berperilaku sebaik mungkin, baik dengan sesama, kepada
alam, dan juga kepada Tuhan.
Yang lebih penting dari itu adalah kita menyadari
bahwa manusia banyak kelemahan. Bagi orang yang tidak
menyadari kelemahannya, berati tergolong orang-orang
yang sombong. Dan sombong terbangun karena ego yang
tak terkontrol.
Mari kita introspeksi, kenapa bencana selalu
datang silih berganti. Kita memilikikelemahan bukan
untuk kita sesali sepanjang hidup, tetapi kita jadikan
alasan untuk selalu bersimpuh di hadapan Tuhan. La
haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim. Wallahu
a’lam.
Sumber : bimasislam.kemanag.go.id/informasi/opini
Download