7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pengetahuan 1

advertisement
7
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan
1.
Pengertian Pengetahuan
Manusia menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang
nantinya akan mempengaruhi kualitas kehidupannya. Terciptanya
manusia tidak semata-mata terjadi begitu saja. Untuk memahami itu
semua memerlukan proses bertingkat dari pengetahuan, ilmu dan filsafat
(Dewanti, 2012).
Menurut Amsal Bahtiar, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu. Adapun menurut Maufur, pengetahuan adalah
sesuatu atau semua yang diketahui dan dipahami atas dasar kemampuan
kita berpikir, merasa, maupun mengindera, baik diperoleh secara sengaja
maupun tidak sengaja (Susanto, 2011).
Selain itu M.J. Langeveld dalam (Salam, 2003), mengungkapkan bahwa
pengetahuan ialah kesatuan subyek yang mengetahui dan obyek yang
diketahui. Suatu kesatuan dalam mana obyek itu dipandang oleh subyek
sebagai diketahuinya.
8
Sedangkan Soerjono Soekanto, berpendapat bahwa pengetahuan adalah
kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul
(superstitions),
dan
penerangan-penerangan
yang
keliru
(mis-
tersebut
dapat
informations) (Soekanto, 2010).
Berdasarkan
beberapa
pengertian
pengetahuan
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil usaha seseorang untuk
mengetahui suatu hal atau obyek dalam kehidupan sehari-harinya
melalui panca indera.
Dalam penelitian ini pengetahuan yang dimaksud adalah bagaimana
individu mengetahui semua hal yang berkaitan dengan jilbab menurut
ajaran agama Islam.
2.
Alat Untuk Memperoleh Pengetahuan
Menurut John Hospers dalam (Surajiyo, 2005) mengemukakan ada 6 alat
untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :
a. Pengalaman Indera (Sense Experience)
Pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diinderai.
Pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan berupa alat-alat
untuk menangkap objek dari dari luar diri manusia melalui kekuatan
indera.
9
b. Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua
pemikiran
atau
lebih
dengan
maksud
untuk
mendapatkan
pengetahuan baru.
c. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan
diakui
kelompoknya.
Otoritas
menjadi
salah
satu
sumber
pengetahuan, karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui
seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas biasanya tanpa diuji
lagi karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai
kewibawaan tertentu. Jadi, pengetahuan karena adanya otoritas
terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai
pengetahuan.
d. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui
proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk
membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan yang
diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui
kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan
lebih dahulu. Dengan demikian, peran intuisi sebagai sumber
pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia yang
dapat melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.
10
e. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada NabiNya untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan
melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang
disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui
wahyu secara dogmatic (ajaran yang tidak dapat dibantah/
kepercayaan) akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat
dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita
mengenal sesuatu melalui kepercayaan kita.
f. Keyakinan (faith)
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang
diperoleh melalui kepercayaan. Antara wahyu dan keyakinan sangat
sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya menetapkan
bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.
Perbedaannya jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatic
(ajaran yang tidak dapat dibantah/kepercayaan) diikutinya adalah
peraturan
yang
berupa
agama.
Adapun
keyakinan
melalui
kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation)
dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu
menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan
keyakinan itu sangat statik, kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat
dan cocok buat kepercayaannya.
11
3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu dasar terbentuknya suatu perilaku atau
tindakan seseorang. Seseorang dikatakan memiliki pengetahuan yang
kurang apabila orang tersebut tidak mampu mengenal, menjelaskan dan
menganalisis suatu keadaan. Ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai
dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo dalam (Dewanti, 2012),
yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya atau rangsangan yang telah diterima.
Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menarik
kesimpulan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur yang sama dan masih berkaitan satu sama lain.
12
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis
adalah
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya
dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah
ada.
B. Tinjauan Tentang Jilbab
1.
Pengertian Jilbab
Secara bahasa, istilah jilbab berasal dari bahasa Arab, yaitu “jalbaba,
yujalbibu, jilbaabah”, artinya baju kurung yang panjang. Jadi, jilbab
adalah pakaian yang luas atau lapang, maksudnya adalah pakaian yang
dapat menutupi anggota tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan
(Afgandi dan Iis, 2011).
13
Berbagai ahli (baik ahli bahasa, hadis, maupun Al-Qur’an) menyumbangkan pikirannya dalam menerjemahkan makna jilbab (Afifah, 2013).
Diantaranya adalah:
1. Imam Roqhib, Ahli kamus Al-Qur’an yang terkenal, mengartikan
jilbab sebagai pakaian longgar yang terdiri atas baju panjang, dan
kerudung yang menutup badan kecuali muka dan telapak tangan.
2. Imam Al-Fahyumi, salah satu penyusun kamus Arab mengatakan,
bahwa jilbab adalah pakaian yang lebih longgar dari kerudung, tetapi
tidak seperti selendang.
3. Ibnu Mansur juga mengatakan jilbab adalah selendang atau pakaian
lebar yang dipakai perempuan, untuk menutup kepala, pungung, dan
dada.
4. Hassan Ahli Tafsir mengatakan bahwa jilbab adalah pakaian yang
menutup segenap badan atau sebagian badan sebelah atas.
5. H.B Jasssin salah satu tokoh intelektual, menuturkan, jilbab adalah
baju kurung yang menutup kepala, muka, dan dada.
Untuk Indonesia sendiri, jilbab memiliki makna sebagai sesuatu yang
menutupi kepala yaitu rambut dan leher dan dipadu dengan pakaian yang
menutupi seluruh aurat perempuan kecuali wajah dan telapak tangan.
Jika dilhat dari keberadaannya di Indonesia, jilbab semula lebih dikenal
sebagai kerudung, tetapi di awal tahun 1980-an kemudian lebih popular
dengan jilbab. Jilbab menjadi bagian dari cara seseorang berpakaian
dengan memiliki fungsi-fungsi tertentu. Namun dengan pakaian tidak
14
secara langsung menjadi seseorang menjadi santri atau bukan santri,
melainkan mampu mendorong pemakainya untuk berperilaku terhormat,
karena tidak jarang pula melalui pakaian mampu membedakan status
sosial seseorang (Budiastuti, 2012).
2. Hukum Memakai Jilbab
Allah menciptakan manusia dalam dua bentuk, yaitu laki-laki dan
perempuan. Salah satu perbedaan syariat yang dimiliki oleh laki-laki dan
perempuan adalah dalam hal aurat. Batasan aurat bagi laki-laki adalah
sebatas perut sampai lutut. Sementara, bagi perempuan, aurat mereka
adalah seluruh anggota tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Keadaan
ini memberikan dampak perbedaan terhadap cara berpakaian mereka.
Oleh karenanya, Allah memberikan kewajiban berjilbab bagi perempuan
sebagai satu-satunya cara untuk menutup aurat secara benar (FSLDK
Indonesia, 2014).
3.
Dalil-dalil Tentang Jilbab
Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang berisikan tentang
perintah Allah untuk mengharuskan perempuan muslim menutup
auratnya :
         
              
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan
15
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-Ahzab : 59).
            
        
Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan
pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
selalu ingat (Q.S. Al-A’raaf : 26).
         
             
          
              
           
              
     
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah
mereka
menutupkan
kain
kudung
kedadanya,
dan
janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
16
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung
(Q.S. An-Nur : 31).
Dari beberapa dalil Al-Qur’an tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa
Allah telah menegaskan wanita muslim untuk menutup auratnya, bukan
hanya untuk istri para Nabi dan Rasul melainkan untuk seluruh wanita
muslim tanpa terkecuali.
4. Golongan yang Diperbolehkan Melihat Aurat Wanita
Sebagai seorang wanita muslim diwajibkan untuk menutup aurat, namun
tidak selamanya wanita muslim dituntut untuk selalu menutup auratnya.
Ada saat-saat tertentu atau dihadapan orang-orang tertentu seorang muslim
diperbolehkan untuk tidak memakai jilbab atau tidak menutup auratnya.
Seorang perempuan boleh menampakkan atau memperlihatkan auratnya
kepada segolongan orang berikut ini, yaitu suami mereka, ayah mereka,
ayah suami mereka, putera-putera mereka, putera-putera suami mereka,
saudara laki-laki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, puteraputera saudara perempuan mereka, wanita-wanita muslim, budak-budak
yang mereka miliki, pelayan laki-laki yang tidak memiliki hasrat kepada
wanita, dan anak kecil yang belum paham tentang aurat wanita (Afgandi
dan Iis, 2011).
17
Orang-orang tersebut adalah orang-orang yang diperbolehkan untuk
melihat aurat seorang perempuan, selain dari orang-orang tersebut maka
diwajibkan untuk perempuan menutup auratnya.
Adapun bagi wanita tua dan anak kecil tidak diwajibkan untuk memakai
jilbab. Untuk wanita yang telah lanjut usia, tidak memiliki keinginan untuk
menikah lagi dan dan wanita yang telah berhenti haid, atau bagi anak-anak
yang belum baligh yang masih di bawah umur 7 tahun, tidaklah
ditekankan untuk memakai jilbab. Namun, apabila mereka menginginkan
untuk memakai jilbab hal ini lebih terhormat dan lebih baik bagi mereka
dan menjadi hak bagi Allah SWT untuk membalas ketaatan mereka
(Afgandi dan Iis, 2011).
5. Manfaat atau Hikmah Memakai Jilbab
Semua yang telah diperintahkan oleh Allah pasti ada hikmah dibaliknya,
begitu juga dengan perintah untuk memakai jilbab. Jika ditinjau dari sisi
agama Islam, maka orang yang memakai jilbab akan memperoleh manfaat
terbebas dari azab Allah atau terhindar dari siksa api neraka. Hal itu
dikarenankan seseorang yang telah memakai jilbab secara benar, berarti
telah
melaksanakan perintah
Allah dengan
benar.
Orang
yang
melaksanakan perintah Allah dengan benar, sudah tentu akan terhindar
dari siksa Allah SWT di akhirat kelak (FSLDK Indonesia, 2014).
18
Selain itu, jilbab juga memiliki manfaat manjauhkan wanita dari laki-laki
jahil, mencegah timbulnya fitnah birahi pada kaum laki-laki, serta
memelihara kesucian agama perempuan tersebut, yaitu agama Islam
(Afifah, 2013).
C. Tinjauan Tentang Tingkat Pengetahuan Jilbab
Pengetahuan tentang jilbab yaitu seseorang yang mengetahui, memahami dan
mengaplikasikan hal-hal yang berkaitan dengan jilbab. Pada penelitian ini
pengetahuan tentang jilbab berdasarkan 3 tingkat pengetahuan yaitu :
1. Tahu, yang meliputi :
a. Mengetahui tentang pengertian jilbab
b. Mengetahui hukum memakai jilbab
c. Mengetahui dalil-dalil Al-Qur’an tentang jilbab
d. Mengetahui siapa saja yang diperbolehkan untuk melihat aurat perempuan
e. Mengetahui hikmah memakai jilbab
2. Memahami, yang meliputi :
a. Memahami tentang pengertian jilbab
b. Memahami dalil-dalil Al-Qur’an tentang jilbab
c. Memahami siapa saja yang diperbolehkan untuk melihat aurat perempuan
d. Memahami hikmah memakai jilbab
3. Aplikasi, merupakan bagaimana para siswi menerapkan pemakaian jilbab itu
sendiri pada kehidupan sehari-harinya, yaitu: memakai jilbab di luar
lingkungan sekolah.
19
D. Tinjauan Tentang Jejaring Sosial
1.
Pengertian Jejaring Sosial
Jejaring sosial (social network) adalah serangkaian hubungan sosial yang
menghubungkan seseorang dengan orang lain secara langsung, dan tidak
langsung. Jejaring sosial terjadi hampir pada segala aktivitas seperti
berbagi informasi pekerjaan, berita dan lain sebagainya (http://sosbud.
kompasiana.com/2014/10/07/gemeinshaft-dan-gessellschaft-dalamsosiologi--683859.html).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat
mampu melakukan jejaring sosial melalui elektronik dan online tanpa
harus bertatap muka. Dengan begitu ada penjelasan lain dari jejaring
sosial yang dilakuakn secara online.
Jejaring sosial adalah sebuah struktur sosial yang dibentuk dari simpulsimpul yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. Jejaring
sosial bisa diartikan sebagai sarana pemersatu antara individu satu
dengan individu yang lain sehingga menjadi sebuah sosial yang saling
berkaitan (berinteraksi) satu sama lain.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, dengan kata
lain manusia selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena
tanpa interaksi sosial, tak akan ada kehidupan bersama (Soekanto, 2010).
Oleh karena itu jejaring sosial dibuat untuk mempermudah interaksi
antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
20
2. Macam-macam Jejaring Sosial
Jejaring sosial sangat banyak macamnya, berikut ini adalah beberapa
jejaring sosial yang banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia, yaitu :
a. Facebook
Facebook adalah sebuah situs jejaring sosial yang dipakai manusia
untuk berinteraksi dengan manusia lain. Facebook merupakan salah
satu layanan jejaring sosial yang sangat popular di kehidupan
masyarakat di dunia saat ini. Jejaring sosial ini mampu membuat
orang berinteraksi atau berkomunikasi kepada orang lain walaupun
jaraknya jauh.
Facebook
dibuat
untuk
mempermudah
kehidupan
manusia
khususnya untuk berkomunikasi dengan orang lain lewat dunia yang
tidak nyata (maya).
b. Twitter
Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh
Twitter,inc dan merupakan salah satu layanan jejaring sosial yang
memungkinkan para penggunanya untuk mengirim, menerima dan
membaca pesan berbasis teks yang jumlah karakternya mencapai 140
karakter, yang dikenal dengan sebutan kicauan (tweet). Twitter
adalah salah satu jejaring sosial yang banyak diminati oleh penduduk
dunia. Sebagian besar penduduk dunia menganggap bahwa twitter
adalah salah satu jejaring sosial yang mudah digunakan dan efisien.
21
c. Instagram
Instagram merupakan salah satu jejaring sosial populer saat ini.
Instagram adalah suatu jejaring sosial yang di dalamnya fokus
kepada berbagi foto penggunanya. Nama instagram terdiri dari dua
kata yaitu "insta" dan "gram". Insta berasal dari kata instan, yang
dapat diartikan dengan kemudahan dalam mengambil dan melihat
foto. Gram berasal dari kata telegram, yang dapat diartikan dengan
mengirimkan sesuatu (foto) kepada orang lain.
d. Path
Path
adalah
sebuah
jejaring
sosial
dimana
orang
yang
menggunakannya bisa update tentang aktifitas mereka. Jejaring
sosial ini memiliki fitur yang sangat unik, salah satunya yaitu update
aktifitas. Pengguna dapat membagi tentang segala aktifitas yang
sedang lakukan seperti mendengarkan musik, bangun tidur,
berkunjung ke suatu tempat dan lain sebagainya. Inilah merupakan
salah satu faktor terpenting mengapa jejaring sosial ini sangat
populer di kalangan remaja saat ini (Putra, 2014).
22
E. Tinjauan Tentang Foto Profil
Jejaring sosial dapat digunakan oleh semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Pada jejaring sosial terdapat sebuah fitur profil. Fitur ini memungkinkan orang
lain untuk melihat profil pengguna lain. Di dalam fitur itu sendiri terdapat
informasi-informasi yang berkaitan dengan pengguna lain. Selain itu, profil juga
menampilkan foto pengguna, hal ini bertujuan agar sesama pengguna bisa lebih
mengenal (Putra, 2014).
Profil pada penelitian ini lebih menekankan tentang pemasangan foto profil yang
dilakukan oleh siswi berjilbab. Apakah remaja tersebut memasang foto profil
dengan memakai jilbab atau memasang foto profil yang tidak memakai jilbab.
F. Kerangka Pikir
Tingkat Pengetahuan
Tentang Jilbab
Pengetahuan Tentang
Jilbab (X1)
Pemahaman Tentang
Jilbab (X2)
Aplikasi/Penerapan
Pemakaian Jilbab (X3)
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Pemasangan Foto Profil
Jejaring Sosial (Y)
23
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu taksiran, keterangan atau jawaban sementara tentang
suatu fakta yang sedang diamati. Pada penelitian ini, hipotesis yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang
jilbab terhadap pemasangan foto profil jejaring sosial.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang jilbab
terhadap pemasangan foto profil jejaring sosial.
Download