BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Jilbab, telah menjadi

advertisement
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jilbab, telah menjadi fenomena yang menyatu dan menjadi bagian dalam
kehidupan sehari-hari. Meski tidak semua remaja perempuan berjilbab, namun
turut membentuk pandangan masyarakat bahwa jilbab juga menjadi bagian dari
pencitraan remaja perempuan. Citra tersebut dalam tampak dalam identitas yang
tidak hanya diartikan sebagai pribadi dalam interaksi sosial, melainkan juga
terkait dengan semua atribut yang melekat pada remaja perempuan beserta
komunitasnya.
Kebanyakan kaum Muslim, walau agama mereka Islam, memang awam
dengan penampakan penutup aurat yang syar'i, yang benar menurut pandangan
dalil-dalil Islam. Karena itu, sedikit sekali yang memperhatikan masalah menutup
aurat ini. Adapun yang sudah mengetahui, rupanya belum sempurna dalam
memahami dalil, merancukan antara jilbab dan kerudung, bahkan menyamakan
keduanya. Atau mengenakan penutup aurat, namun belumlah sempurna.
Buku Yuk Berhijab! mengupas tentang penutup aurat, khususnya bagi
Muslimah. Dalam Al-Quran ada dua pakaian yang disyariatkan sebagai penutup
aurat yaitu kerudung (Khimar) dan Jilbab. Penutup aurat bagi muslim inilah yang
disebut Hijab.
Dari buku Yuk, Berhijab!, diketahui bawha muslimah yang mengenakan
hijab bukanlah malaikat, dan memang tidak harus menunggu bagaikan malaikat
yang tak diberikan kesempatan Allah untuk bermaksiat. Malah, bila berhijab harus
menunggu laksana malaikat, tentu tiada satupun Muslimah yang layak
mengenakannya. Justru sebaliknya, hijab adalah sebuah usaha Muslimah untuk
menjahui maksiat. Hijab memberikan sebuah pengingat bagi diri untuk senantiasa
menjahui dosa. Bahkan berhijab itu sendiri sudah menghindarkan muslimah dari
dosa berkelanjutan, dosa mengumbar aurat.
Kenyataannya
memang
menunjukkan
bahwa
penggunaan
jilbab
memiliki keragaman dalam bentuk, corak, warna maupun model, sehingga jilbab
sebagai bagian dari pakaian perempuan muslim merupakan media penutup aurat
84
yang sesuai dengan keberadaan fungsi pakaian, yaitu sebagai pelindung, sebagai
perhiasan (penampilan) maupun identitas diri. Oleh karena itu, jilbab memiliki
makna sebagai pencitraan, identitas religius dan identitas sosial yang bernuansa
budaya dan dipengaruhi oleh peradaban manusia, sehingga saat ini jilbab memiliki
berbagai fungsi yang dapat melahirkan berbagai pemaknaan.
B. Saran
Cara berjilbab muslimah memang dipengaruh tren jilbab dan kini lebih
banyak ditentukan oleh tren dan semakin jauh dari konsepsi jilbab yang ka’fah. Di
harapkan muslimah dapat lebih bijak dalam menyikapi perkembangan tren jilbab.
Tidak semua tren jilbab sesuai dengan kaidah yang ditentukan oleh Islam.
Akibatnya, mengikuti tren tanpa adanya filter atau kontrol diri sangat riskan
adanya penyimpangan makna. Oleh karena itu, seorang muslimah yang telah
mengenakan jilbab, ia dituntut untuk memaknai, memahami, dan berkomitmen
terhadap nilai-nilai yang ada di balik jilbab. Muslimah harus konsekuen terhadap
cara pemakaiannya atau yang biasa disebut sebagai jilbab materi atau jilbab fisik.
Muslimah juga harus dapat menunjukan sikap, ucapan, dan perbuatan yang
memang dibangun dari falsafah Islam atau disebut sebagai jilbab rohani atau
jilbab hati. Hal ini karena muslimah dengan jilbabnya membawa nama baik
agama, sehingga baik buruknya agama, salah satunya terletak pada bagaimana
ucapan, sikap dan perilaku muslimah.
Bagi penulis buku, hendaknya lebih digali lagi nilai-nilai Islami dalam
kehidupan sehari-hari sehingga remaja-remaja muslim tidak terjerumus ke dalam
trend yang tidak sesuai dengan kaidah yang ditentukan oleh Islam.
85
Download