BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA
KOMODITI, INVESTASI DAN PENANAMAN MODAL
1.1.
Pengertian Perdagangan Berjangka Komoditi
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang no. 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi,
Pasal 1 angka (1) dan (2) berturut-turut dijelaskan:
Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Perdagangan
berjangka adalah segala seseuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi
dengan penarikan margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan
kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah, dan atau kontrak derivatif
lainnya; sedangkan komoditi adalah semua barang, jasa, hak dan
kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari komoditi, yang dapat
diperdagangkan dan derivatif syariah, dan atau kontrak derivatif lainnya.
Saham adalah hanya salah satu “komoditi”, masih banyak komoditi lain
yang harus diketahui selain saham lebih menguntungkan.
Sebenarnya bnayak sekali komoditi (dalam pengertian abstrak) yang bisa
diperdagangkan di pasar modal, yang semuanya dapat di wakili oleh satu
istilah : surat berharga atau sering juga dikatakan efek atau sekuritas. Yang
termasuk surat berharga antara lain : saham, obligasi, sekuritas kredit,
sekuritas penyertaan dana, klaim bukti right (right issue), waran, dan
option. Ini belum termasuk surat-surat berharga yang diterbitkan oleh
pemerintah pusat (treasury bills) atau daerah (municipal bonds)1
Surat-surat berharga yang sudah yang sudah disebut di atas, juga
mempunyai variasi yang sangat banyak. Saham misalnya, ada saham biasa dan
saham preferen. Preferensi ini pun mempunyai bermacam-macam bentuk, ada
saham preferen yang memiliki preferensi didahulukan saat pembayaran dividen.
Ada pula saham preferen yang memiliki preferensi pembayaran sejumlah dividen
1
Sawidji Widoatmodjo, 2012, Cara Sehat Investasi Di Pasar Modal Pengantar Menjadi
Investor Profesional, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia, Jakarta, h.52
yang tetap setiap tahun dan masih banyak lagi. Obligasi lebih banyak memiliki
variasi, seperti obligasi konvensi, obligasi subordinasi, dan yang lainnya.
Untuk mempermudah pemahaman, berikut disajikan bagan pembagian
surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal (lihat Tabel 1).
Selanjutnya akan dibahas secara singkat beberapa komoditi. Pada prinsipnya,
surat berharga yang bisa dijual di pasar modal adalah modal perusahaan. Modal
perusahaan ini terdiri atas dua sumber, yaitu modal sendiri yang dalam buku-buku
manajemen keuangan disebut saham, dan modal asing yang biasa disebut utang
(dalam hal ini utang jangka panjang atau obligasi). Kedua komoditi ini sering
disebut sebagai instrument investasi induk. Sebab dari keduanya bisa diturunkan
banyak sekali komoditi lain yang disebut instrument investasi derivatif, seperti
yang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Komoditi (Instrumen Investasi) yang diperdagangkan di Pasar
Modal
Underlying
Instrumen Induk
Instrumen Derivatif
Right Issue
Saham Biasa
Waran
Reksadana
Equitas
Opsi Saham
Saham Preferen
Stock Index Future
Opsi Stock Index Furure
Utang
Obligasi Pemerintah
Obligasi Konversi
Obligasi Korporasi
Opsi Obligasi
Reksadana
Sumber : Cara Benar Mencapai Puncak Kemakmuran Finansial, 2007
Jadi dengan membahas beberapa komoditi, diharapkan bisa memberikan
informasi yang lengkap mengenai komoditi lain. Sekuritas kredit misalnya,
hampir sama dengan obligasi, hanya saja prinsipnya adalah penyertaan seseorang
dalam suatu investasi di pasar modal yang dikelola oleh fund manager (manajer
investasi). Kalau diambil contoh, yang paling mendekati sekuritas penyertaan
dana, di pasar modal Indonesia adalah reksadana yang banyak diterbitkan oleh
perusahaan manajer adalah investasi. Right issue dan waran memiliki persamaan.
Kalau right issue memberi kesempatan pertama, atau mendahulukan pemegang
saham lama untuk membeli saham lama untuk membeli saham baru yang akan
ditertibkan oleh perusahaan penerbit. Sedangkan waran, tidak terbatas pada
pemegang saham lama. Semua investor bisa mempunyai kesempatan yang sama
untuk memiliki waran, dengan jalan membelinya pada saat diterbitkan.
Bagi investor di Indonesia belum semua komoditi yang disebut di atas
sudah diperdagangkan. Jadi belum dikenal luas di kalangan masyarakat. Surat
berharga yang ditertibkan oleh pemerintah daerah misalnya, hingga saat ini belum
tersedia di pasar modal. Memang ada usulan, agar untuk menggali dana dari
masyarakat sebagai dana pembangunan, pemerintah daerah bersedia menerbitkan
obligasi. Namun tampaknya, masih sukar untuk direalisasikan usul tersebut.
1.2.
Pengertian Investasi
Investasi
berasal
dari
kata
invest yang berarti
menanam
atau
menginvestasikan uang atau modal.2 Istilah investasi atau penanaman modal
merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam
bahasa perundangan-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang populer
dalam dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam
2
HAsan Shadily, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Jakarta, h. 330
perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, sehingga kadangkala digunakan secara interchangeable.3
Investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik
investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portofolio
investment), sedangkan penanaman modal lebih memiliki konotasi kepada
investasi langsung. 4
Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person)
maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan
dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik tidak bergerak, hak atas
kekayaan intelektual, maupun keahlian.5
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik unsur-unsur terpenting dari
kegiatan investasi atau penanaman modal, yaitu :
1. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan
nilai modalnya;
2. Bahwa “modal” tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat
mata dan dapat diraba (tangible), tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat
tidak kasat mata dan tidak dapat diraba (intangible). Intangible mencakup
keahlian, pengetahuan jaringan, dan sebagainya yang dalam berbagai kontrak
kerja sama (joint venture agreement) biasanya disebut valuable services6.
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal menyebutkan bahwa penanaman modal diartikan sebagai
segala bentuk kegiatan penanaman modal baik oleh penanaman modal dalam
3
Ida Bagus Racmadi Supancana, 2006, Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi
Langsung di Indonesia, Ghalia Indoensia, Jakarta, h. 1
4
Dhaniswara K. Harjono, 2007, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan terhadap UndanUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Raja grafindo Persada, Jakarta, h. 10
5
Ana Rokhmatussa’dyah, 2011, Hukum investasi & Pasar Modal, penerbit Sinar Grafika,
Jakarta, h 3
6
Ida Bagus Rachamadi Supancana, op.cit., h. 2
negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indoensia.
1.3.
Jenis Dan Bentuk Penanaman Modal
1. Penanaman Modal Langsung (Direct Invesment) Atau Yang Dikenal Juga
Sebagai Penanaman Modal Jangka Panjang
Dalam
konteks
ketentuan
perundang-undangan
di
bidang
penanaman modal di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, pengertian penanaman modal hanya
mencakup penanaman modal secara langsung. Pengertian penanaman
modal langsung ini seringkali dikaitkan dengan keterlibatan pemilik modal
secara langsung dalam kegiatan pengelolaan modal.
Penanaman modal langsung ini dilakukan baik berupa mendirikan
perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra local,
membentuk perusahaan baru, dengan mengkonversikan pinjaman menajdi
penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal, dengan memberikan
bantuan teknis dan manajerial (technical and management assistance),
dengan memberikan lisensi, dan lain-lain.
2. Penanaman Modal Tidak Langsung (Indirect Invesment) Yang Lebih
Dikenal Sebagai Portofolio Invesment Yang Pada Umumnya Merupakan
Penanaman Modal Jangka Pendek
Yang termasuk dalam penanaman modal tidak langsung ini
mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman
modal disebut sebagai penanaman modal jangka pendek, karena pada
umumnya mereka melakukan jual beli saham dan/atau mata uang dalam
jangka waktu yang relatif singkat, tergantung kepada fkultuasi nilai saham
dan/atau mata uang yang hendak mereka perjual belikan.
2.4.
Faktor-Faktor Yang
Penanaman Modal
Dalam setiap kegiatan
Menjadi
Pertimbangan
Dalam
Rangka
penanaman modal selalu terkait dengan
kemungkinan atau bahkan hilanya nilai modal. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika sebelum melakukan
kegiatan
penanaman modal perlu
dipertimbangkan faktor-faktor tertentu, sehingga di samping diharapkan dapat
menghasilkan keuntungan yang optimal juga dapat meminimalkan kerugian.
Apabila seorang usahanya baik usahawan asing maupun usahawan dalam
negeri akan menanamkan modalnya, maka bukan hukumnya atau perundangundangan yang pertama-tama dilihatnya. Banyak faktor lain yang akan dipelajari
terlebih dahulu untuk menentukan sikapnya dalam menanamkan modalnya
tersebut. Setiap penanaman modal asing terutama akan dipengaruhi oleh7 :
1. Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan;
2. Sikap rakyat dan pemerintahannya terhadap orang asing dan modal asing;
3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi, dan stabilitas keuangan;
4. Jumlah dan daya beli penduduk sebagai calon konsumennya;
7
Soedjono Dirdjosisworo, 1999, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di
Indonesia, Mandar Maju, Bandung, h. 226
5. Adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam
perbuatan hasil produksi;
6. Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk produksi;
7. Tanah utnuk tempat usaha;
8. Struktur perpajakan, pabean dan cukai
9. Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan
usaha.
Beberapa faktor yang dipertimbangkan sebelum melakukan kegiatan
penanaman modal, yaitu sebagai berikut.
1. Masalah Risiko Menanam Modal (Country Risk)
Masalah country risk merupakan faktor yang cukup dominan yang
menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan kegiatan inverstasi. Salah
satu aspek dari country risk yang sangat diperhatikan oleh calon investor
adalah aspek stabilitas politik dan keamanan. Hal ini sangat lumrah
mengingat tanpa adanya stabilitas politik dan jaminan keamanan pada
negara di mana investasi dilakukan, risiko kegagalan yang akan dihadapi
akan semakin besar. Aspek stabilitas politik ini dalam kenyataannya
seringkali tidak dapat diramalkan (unpredictable), yang mencakup
keadaan-keadaan seperti perang, pendudukan oleh kekuatan asing, perang
saudara, revolusi, pemberontakan, kekacauan, kudeta, dan lain-lain.
Di samping aspek stabilitas politik dan keamanan, aspek-aspek lain
yang sangat diperhatikan, antara lain:
-
Aspek kebijaksanaan, misalnya: perubahan unilateral dalam syaratsyarat utang, keadaan alam yang buruk;
-
Aspek ekonomi, misalnya : salah urus perekonomian, depresi atau
resesi berkepanjangan, pertumbuhan ekonomi yang terus menurun,
ongkos produksi yang terus meningkat, terjadinya depresiasi mata
uang yang sangat tajam, dan lain-lain;
-
Aspek neraca pembayaran dan utang luar negeri, misalnya: dan
energy secara tiba-tiba, over extension (perpanjangan) utang luar
negeri, keadaan memburuk di neraca pembayaran, dan lain-lain.
2.
Masalah Jalur Birokrasi
Birokrasi yang terlalu panjang biasanya dapat menciptakan situasi
yang kurang kondusif bagi kegiatan penanaman modal, sehingga dapat
mengurungkan niat para pemodal untuk melakukan investasi. Birokrasi
yang panjang seringkali juga berarti adanya biaya tambahan, yang akan
memberatkan para calon pemodal karena dapat mengakibatkan usaha yang
akan dilakukan menjadi tidak flexible.
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa salah satu satu keluhan
yang paling sering dilontarkan oleh para investor asing selama ini adalah
begitu banyaknya jenis perizinan yang harus diperoleh, yang secara
langsung menjadikan membengkaknya initial cost yang harus dikeluarkan
sebelum perusahaan tersebut beroperasi. Salah satu contoh dari masalah
birokrasi yang dikeluhkan birokrasi pengurusan izin di kawasan berikat,
dimana dalam salah satu Keputusan Menteri Keuangan dinyatakan bahwa
calon investor yang telah mendapatkan persetujuan dari Penyelenggaraan
Kawasan Berikat (BKB) wajib memberitahukan kepada Dirjen Bea dan
Cukai melalui PKB dalam waktu 14 hari sebelum memulai kegiatannya.
Dalam praktiknya, jawaban dari pihak Bea dan Cukai memakan waktu
yang lebih panjang, dan selama itu investor tidak diperkenankan
melaksanakan proyek. Hal ini tentu saja telah menghambat realisasi
Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN).
Upaya penyederhanaan proses birokrasi (debirokratisasi) kiranya akan
dapat menjadi salah satu faktor yang akan mendorong para investor
kembali menanamkan modalnya di Indonesia. Langkah-langkah kearah itu
tampaknya sudah mulai dialkukan, antara lain dengan :
-
Memberikan kewenangan kepada Kedutaan Besar atau Perwakilan RI
di luar negeri untuk memberikan izin (sementara investasi);
-
Mempersingkat waktu proses perizinan dari maksimal 10 hari menjadi
kurang dari 1 minggu dengan melalui pengurusan perizinan di bawah
satu atap;
-
Perluasan pelimpahan wewenang dari BKPM ke BKPMD;
-
Penghapusan diharuskan adanya izin prinsip dari instansi terkait, dan
lain-lain.
3.
Masalah Transparansi dan Kepastian Hukum
Bagi calon investor, adanya transparansi dalam proses dan tata cara
penanaman modal akan menciptakan suatu kepastian hukum serta
menjadikan segala sesuatunya menjadi mudah diperkirakan (predictable).
Sebaliknya, tidak adanya transparansi dan kepastian hukum akan
membingungkan calon investor yang seringkali mengakibatkan biaya yang
cukup mahal. Salah contoh dari permasalahan ini adalah berubahnya daftar
skala prioritas serta negative list di bidang penanaman modal.
4.
Masalah Alih Teknologi
Adanya peraturan yang terlampu ketat menyangkut kewajiban alih
teknologi dari negara tuan rumah (host country) dapat mengurangi minat
penanam modal yang sangat berharga dalam mengembangkan usahanya.
Dalam menghasilkan teknologi tersebut kadang-kadang membutuhkan
biaya penelitian dan pengembangan yang sangat besar serta jangka waktu
yang cukup panjang.
5.
Masalah Jaminan Investasi
Salah satu faktor yang sangat dipertimbangkanoleh para pemodal
sebelum melakukan kegiatan penanaman modal adalah adanya jaminan
dari negera tuan rumah (host country) terhadap kepentingan pemodal
dalam hal terjadinya hal-hal seperti kerusuhan, huru-hara, penyitaan
(confiscation). Di samping itu, jaminan investasi juga mencakup masalah
repatriasi modal (capital repatriation) serta penarikan keuntungan (profit
remmitance).
6.
Masalah Ketenagakerjaan
Adanya tenaga kerja yang terlatih dan terampil dalam jumlah yang
memadai serta upah yang tidak terlalu tinggi akan menjadi faktor yang
sangat dipertimbangkan oleh para calon investor sebelum melakukan
kegiatan penanaman modalnya.
Sebagaimana disadari, antara masalah penanaman modal dengan
masalah ketenagakerjaan terdapat hubungan timbale balik yang sangat
erat, di mana penanaman modal di satu pihak memberikan implikasi
terciptanya lapangan kerja yang menyerap sejumlah besar tenaga kerja di
berbagai sektor, sementara di lain pihak kondisi sumber daya manusia
yang tersedia dan situasi ketenagakerjaan yang melingkupinya akan
memberikan pengaruh yang besar pula bagi kemungkinan peningkatan
atau penurunan penanaman modal.
Dari hasil inventarisasi terhadap permasalahan ketenaga kerjaan pada
kegaitan PMA dapat dikemukakan beberapa permasalahan antara lain :
-
Proses pengalihan teknologi dan keterampilan seringkali berjalan
lambat dan tersendat-sendat;
-
Adanya pelanggaran terhadap izin kerja tenaga kerja asing (TKA);
-
Keterampilan dan produktivitas tenaga kerja Indonesia (TKI) dianggap
masih rendah;
-
Upah TKI yang sangat rendah sering disalahgunakan oleh pihak asing;
-
Kuantitas TKI yang sangat besar yang tidak sesuai dengan lapangan
kerja yang tersedia.
Untuk mengatasi permasalah-permasalahan ketenagakerjaan di atas,
kiranya dapat ditempuh kebijakan-kebijakan sebagai berikut :
-
Dari segi pilihan teknik produksi sepatutnya dipertimbangkan proyekproyek yang bersifat low capital labour ratio sebagai prioritas pilihan
dengan kombinasi secara proporsionalitas padat modal (high ratio of
capital to labour).
-
Perlu ada terobosan baru di bidang peningkatan pendidikan kejuruan
dan keterampilan melalui Balai Latihan Kerja dan Pendidikan Luar
Sekolah, yang diarahkan secara nyata bagi peningkatan produktivitas
kerja TKI.
-
Strategi upah buruh yang murah harus digantikan dengan keunggulan
komperatif berupa tenaga kerja terampil.
7.
Masalah Infrastruktur
Tersedianya jaringan infrastruktur yang memadai akan sangat berperan
dalam menunjang keberhasilan suatu kegiatan penanaman modal. Oleh
karena itu, tersedianya jaringan infrastruktur pokok seperti perhubungan
(darat, laut, dan udara), serta sarana komunikasi, merupakan faktor penting
yang sangat diperhatikan oelh calon investor.
8.
Masalah Keberadaan Sumber Daya Alam
Di samping masalah modal, tenaga kerja, keahlian dan keberadaan
infrastruktur, masalah keberadaan sumber daya alam merupakan salah satu
daya tarik utama dalam melakukan kegaitan investasi. Negara-negara yang
kaya akan sumber daya alam sebagai bahan baku atau komodati dalam
industri, telah menjadi sasaran utama para pemilik modal untuk
menanamkan modalnya. Sebagai negara yang mempunyai sumber daya
alam yang melimpah, baik di bidang kehutanan, pertambangan, pertanian,
dan lain-lain, tidak dapat disangkal bahwa Indonesia merupakan tempat
untuk menanamkan modal yang sangat menarik. Meskipun demikian,
kekayaan alam yang begitu melimpah tersebut harus didukung oleh
kebijakan investasi yang tepat, di mana di satu pihak dapat memberikan
jaminan kepastianhukum bagi investor atas kontrak-kontrak yang
ditandatangani dalam rangka eksplorasi sumber daya alam, serta di lain
pihak
kegiatan
penanaman
modal
tersebut
dapat
meningkatkan
kesejahteraan rakyat banyak.
9.
Masalah Akses Pasar
Akses terhadap pasar yang besar juga menjadi sasaran utama para
pemilik modal untuk menanamkan modalnya. Hal ini sangat mudah untuk
dipahami mengingat terbukanya akses pasar akan mampu menyerap
produk yang dihasilkan dari suatu kegaitan penanaman modal (misalnya di
bidang industri). Dilihat dari potensinya, Indonesia yang berpenduduk
lebih dari 200 juta orang merupakan pasar yang sangat besar setelah Cina,
India dan Amerika Serikat, hanya saja daya belinya yang belum tinggi.
10.
Masalah Insentif Perpajakan
Mengingat kegiatan penanaman modal merupakan kegiatan yang
berorientasi mencari keuntungan (profit oriented), diberikan beberapa
insentif di bidang perpajakan akan sangat membantu menyehatkan cash
flow serta mengurangi secara substansial biaya produksi (production cost),
yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan profit margin dari suatu
kegiatan penanaman modal.
Sesuai dengan Letter of Intent yang ditandatangani Indonesia dengan
IMF pada tanggal 14 Mei 1999, terdapat beberapa jenis insentif yang
diberikan mencakup, antara lain :
-
Percepatan periode amortisasi;
-
Perpanjangan periode untuk mengkompensasi kerugian pada
kinerja dalam tahun-tahun berikutnya;
-
Pengurangan pengenaan pajak atas dividen;
-
Reformasi perpajakan di bidang pajak pertambahan nilai, cukai
rokok, perbaikan pada pengenaan tarif impor di kepabeanan untuk
menghindari korupsi serta manipulasi, dan lain-lain.
Pemberlakuan berbagai insetif di bidang perpajakan sebagaimana di
atas, diharapkan akan mampu mendorong dan mengenbalikan iklim
investasi di Indonesia.
11.
Mekanisme penyelesaian Sengketa yang Efektif
Adanya
mekanisme penyelesaian sengketa
yang efektif juga
merupakan salah satu faktor yang diperhitungan sebelum memutuskan
untuk melakuakn kegiatan penanaman modal.
Mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif tersebut mencakup :
-
Forum penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan nasional, badan
peradilan atau arbitase internasional, atau forum penyelesian sengketa
alternatif lainnya;
-
Efektivitas keberlakuan dari hukum yang diterapkan dalam sengketa
tersebut;
-
Proses pengambilan keputusan yang cepat dengan baiya yang wajar;
-
Netralisasi dan profesionalisme hakim atau arbiter dalam proses
pengambilan keputusan;
-
Efektivitas pelaksanaan/implementasi keputusan pengadilan, arbitrase,
dan badan-badan penyelesaian sengketa lainnya;
-
Kepatuhan para pihak terhadap keputusan yang dihasilkan.
Sebaliknya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak efektif dan
tidak adil akan mengurungkan niat para penanam modal.
Download