cvr dpn UBM - Bank Indonesia

advertisement
USAHA BENGKEL MOBIL
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
BANK INDONESIA
95
USAHA BENGKEL MOBIL
KATA PENGANTAR
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional
memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki
kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan
usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,
misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya
keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku
UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk
komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi
tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi
perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan
informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan
usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan
untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas
(lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola
pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan
konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan
lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah
dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK)
yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses
melalui internet di alamat www.bi.go.id.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan
BANK INDONESIA
i
buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan
bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku
ini dapat menghubungi:
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Biro Pengembangan UMKM
Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM
Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat
Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794
Fax. (021) 351.8951
Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola
pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi
pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.
Jakarta, Desember 2008
ii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BENGKEL MOBIL
SKENARIO 1
No
Unsur Pembiayaan
Uraian
1
Jenis usaha
Usaha Bengkel Mobil (UBM)
2
Lokasi usaha
Jakarta Utara
3
Dana yang digunakan
Investasi :
Rp.1.259.000.000
Modal Kerja :
Rp. 440.200.000
Total :
Rp.1.699.200.000
Rp. 1.549.200.000
Rp. 150.000.000
Suku Bunga :
26,5%
Jangka Waktu :
5 tahun
4
Sumber dana
a. Modal Sendiri
b. Kredit Modal Kerja:
5
Periode pembayaran kredit
6
Kelayakan usaha
7
Angsuran bunga dibayarkan setiap bulan, angsuran
pokok pada akhir tahun ke 5, tetapi dievaluasi
setiap tahun
A
Periode proyek
5 tahun
B
Produk
Pelayanan jasa bengkel
C
Skala proyek
Pendapatan kotor per tahun : Rp 1.010.700.000
D
Teknologi
Bengkel dengan peralatan standard yang mutakhir
E
Pemasaran Produk
Konsumen langsung, perusahaan swasta dan
perkantoran pemerintah
Kriteria kelayakan usaha
NPV
IRR
Net B/C Ratio
Pay Back Period
BEP Penjualan rata-rata
Penilaian
Rp. 718.629.458
34,02%
1,57
3,19 tahun (39 bulan)
Rp. 683.598.100
Layak dilaksanakan
BANK INDONESIA
iii
No
8
Unsur Pembiayaan
Analisis sensitivitas
(1)
a
b
(2)
a
b
iv
Uraian
Biaya variabel
Biaya variabel naik 5% - Tidak peka
NPV
Rp. 715.652.977 (-0,4%)
IRR
33,94% (-0,2%)
Net B/C Ratio
1,57(tetap)
Pay Back Period
39 bulan (tetap)
Penilaian
Layak
Biaya variabel naik 10% - Tidak peka
NPV
Rp. 712.676.495 (-0,8%)
IRR
33,86% (-0,5%)
Net B/C Ratio
1,57(tetap)
Pay Back Period
39 bulan (tetap)
Penilaian
Layak
Pendapatan
Pendapatan turun 5% - Peka
NPV
Rp. 545.38.711 (-23,7%)
IRR
29,34% (-13,7%)
Net B/C Ratio
1,43 (-8,9%)
Pay Back Period
44 (lebih lama 5 bulan)
Penilaian
Masih Layak
Pendapatan turun 20% - Ambang kritis
NPV
Rp. 24.666.470
IRR
Net B/C Ratio
Pay Back Period
14,72
1,02
60
Penilaian
Tidak Layak
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
No
Unsur Pembiayaan
(3)
Uraian
Biaya variabel dan pendapatan
Biaya variabel naik 5% dan pendapatan turun 5% - Peka
NPV
Rp. 542.162.223 (-24,6%)
IRR
29,26% (-14,0%)
Net B/C Ratio
1,43 (-8,9%)
Pay Back Period
44 (lebih lama 5 bulan)
Penilaian
Masih Layak
Biaya variabel naik 10% dan pendapatan turun 5% - Peka
NPV
Rp. 539.185.748 (-25,0%)
IRR
29,18% (-14,2%)
Net B/C Ratio
1,43 (-8,9%)
Pay Back Period
44 (lebih lama 5 bulan)
Penilaian
Masih Layak
BANK INDONESIA
v
SKENARIO 2
No
Uraian
1
Jenis Usaha
Usaha Bengkel Mobil (UBM)
2
Lokasi Usaha
DKI Jakarta Utara
3
Dana yang digunakan
Investasi awal :
Rp.1.259.000.000
Investasi perluasan
usaha (thn 3)
Rp.1.250.000.000
Modal Kerja :
Rp. 440.200.000
Total :
Rp.2.949.200.000
4
Sumber dana
a. Modal Sendiri
Rp. 2.449.200.000
b. Kredit Investasi:
Rp.
5
Periode pembayaran kredit
6
Kelayakan usaha
7
vi
Unsur Pembiayaan
500.000.000
Suku Bunga :
18%
Jangka Waktu :
5 tahun
Angsuran bunga dibayarkan setiap bulan,
angsuran pokok dibayarkan setelah masa grasi 6
bulan
A
Periode proyek
7 tahun
B
Produk
C
Skala proyek
D
Teknologi
Pelayanan jasa bengkel
Pendapatan kotor per tahun : Rp. 1.010.700.000
tahun 1, berkembang menjadi Rp. 2.021.400.000
tahun 7
Bengkel dengan peralatan standard yang mutakhir
E
Pemasaran Produk
Konsumen langsung, perusahaan swasta dan
perkantoran pemerintah
Kriteria kelayakan usaha
NPV
IRR
Net B/C Ratio
Pay Back Period
BEP Penjualan rata-rata
Rp. 867.507.061
29,32%
1,69
61 bulan
Rp. 1.003.042.857
Penilaian
Layak dilaksanakan
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
No
8
Unsur Pembiayaan
Uraian
Analisis sensitivitas
(1)
a
b
(2)
a
b
Biaya variabel
Biaya variabel naik 5% - Tidak peka
NPV
Rp. 858.078.719 (-1,1%)
IRR
29,16% (-0,5%)
Net B/C Ratio
1,68 (-0,6%)
Pay Back Period
62 bulan (lebih lama 1 bulan)
Penilaian
Layak
Biaya variabel naik 10% - Tidak peka
NPV
Rp. 853.364.548 (-1,6%)
IRR
29,08% (-0,8%)
Net B/C Ratio
1,68(-0,6%)
Pay Back Period
62 bulan(lebih lama 1 bulan)
Penilaian
Layak
Pendapatan
Pendapatan turun 10% - Peka
NPV
Rp. 317.955.463 (-63,3%)
IRR
19,79% (-32,5%)
Net B/C Ratio
1,25 (-26,0%)
Pay Back Period
75 bulan (lebih lama 14 bulan)
Penilaian
Masih Layak
Pendapatan turun 15% - Ambang kritis
NPV
Rp. 43.179.664
IRR
14,8%
Net B/C Ratio
1,03
Pay Back Period
82 bulan
Penilaian
Tidak layak
BANK INDONESIA
vii
No
Unsur Pembiayaan
(3)
Uraian
Biaya variabel dan pendapatan
Biaya variabel naik 5% dan pendapatan turun 10% - Peka
NPV
Rp. 308.527.122 (-64,4%)
IRR
19,62% (-33,1%)
Net B/C Ratio
1,25 (-26,0%)
Pay Back Period
76 bulan (lebih lama 15 bulan)
Penilaian
Masih Layak
Biaya variabel naik 10% dan pendapatan turun 10% - Peka
viii
NPV
Rp. 303.812.951 (-64,9%)
IRR
19,54% (-33,4%)
Net B/C Ratio
1,24 (-26,6%)
Pay Back Period
76 bulan (lebih lama 15 bulan)
Penilaian
Masih Layak
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ………………………………………………….........
i
RINGKASAN ………………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
viii
DAFTAR GAMBAR ……………………..................................................
xi
DAFTAR PHOTO ……………………....................................................
xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………...............
xii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………..............
15
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
19
2.1
Profil Usaha ………………………………......…….......
19
2.2
Pola Pembiayaan Bank ……………………......….........
20
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
23
3.1
Aspek Pasar …………………………………….............
23
3.1.1 Permintaan ……………………………......…......
23
3.1.2 Penawaran ……………………………......…......
25
3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ..............
25
Aspek Pemasaran …………………………......….........
27
3.2.1 Harga ………………………………......…….......
27
3.2.2 Jalur Pemasaran dan Promosi ..……...................
28
3.2.3 Kendala Pemasaran ……………......………........
29
3.2
BAB IV
ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL
4.1
Lokasi Usaha …………………………………...............
31
4.2
Fasilitas dan Peralatan Pelayanan Jasa ………….....….
31
BANK INDONESIA
ix
BAB V
4.3
Bahan Penunjang dan Suku Cadang ……………............
34
4.4
Tenaga Kerja …………………………………..................
34
4.5.
Teknologi …………………………………………............
36
4.6
Proses Pelayanan Jasa .……………………......................
36
4.7
Jumlah, Jenis dan Mutu Pelayanan Jasa .........................
36
4.8
Produksi Optimum …………………………….................
38
4.9
Kendala Pelayanan Jasa ………………………….............
38
ASPEK KEUANGAN
5.1
Pemilihan Pola Usaha …………………………................
41
5.2
Skenario 1: Kredit Modal Kerja ………………….............
41
5.2.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ..
41
5.2.2 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya
Operasional …………………................................
42
5.2.3 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja .........
44
5.2.4 Produksi Jasa dan Pendapatan ……......................
46
5.2.5 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point ...
47
5.2.6 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek .............
48
5.2.7 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha…….............
49
5.2.8 Hambatan dan Kendala ……..............................
52
Skenario 2: Kredit Investasi untuk Perluasan Usaha ........
52
5.3.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ..
52
5.3.2 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya
Operasional ………………………........................
53
5.3.3 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja .........
54
5.3.4 Produksi Jasa dan Pendapatan ……......................
55
5.3
x
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB VI
BAB VII
5.3.5 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point….
56
5.3.6 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ...............
57
5.3.7 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha …............
58
5.3.8 Hambatan dan Kendala ……...........................
60
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
6.1
Aspek Ekonomi dan Sosial ……………….......…….....
61
6.2
Aspek Dampak Lingkungan ……………......……........
62
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan …………………………………….............
65
7.2
Saran ……………………………........….....................
67
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………......................
69
BANK INDONESIA
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
4.1
Tata letak bangunan bengkel mobil ...............................................
35
4.2
Diagram alir pelayanan jasa bengkel mobil .....................................
37
6.1
Skema penanganan limbah air pencucian mobil .............................
62
DAFTAR PHOTO
Photo
Hal
1.1
Usaha Bengkel Mobil skala kecil menengah …………………....……
15
3.1
Dua UBM bersebelahan tidak mendatangkan dampak pendapatan
yang buruk bagi UBM ………………………………..........................
27
4.1
Jalur kerja untuk spooring ...............................................................
32
4.2
Lift cuci (kiri) dan reparasi (kanan) untuk mengangkat mobil ...........
32
4.3
Ruang penjualan suku cadang ........................................................
33
6.1
Bak pengendapan pasir dan pasir yang telah dikarungkan ............
62
6.2
Bak perlakuan 1 dan 2 untuk pemisahan minyak dan oli bekas dari air
pencucian mobil …………………………………...............................
63
xii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
3.1
Pertumbuhan jumlah mobil penumpang di Indonesia ......................
23
3.2
Jenis dan frekuensi kebutuhan pelayanan jasa UBM oleh konsumen
24
3.3
Pertumbuhan jumlah unit UBM di DKI Jakarta Utara .......................
25
3.4
Jenis dan harga pelayanan jasa UBM …………………......................
28
4.1
Jenis peralatan standar yang diperlukan UBM .................................
33
4.2
Jumlah dan jenis tenaga kerja serta pendidikannya …………...........
35
4.3
Rincian luasan komposisi bangunan bengkel ………...................….
36
4.4
Jumlah dan jenis pelayanan jasa UBM .............................................
38
5.1
Asumsi untuk Analisis Keuangan : Skenario 1 ………………............
42
5.2
Komposisi Biaya Investasi : Skenario 1 ………………………….........
43
5.3
Komponen Biaya Operasional (Rp) : Skenario 1 ...............................
44
5.4
Komponen dan Struktur Biaya Proyek : Skenario 1 ..........................
45
5.5
Perhitungan Angsuran Bunga dan Kredit : Skenario 1 .....................
45
5.6
Proyeksi Produksi Jasa dan Pendapatan : Skenario 1 ……………......
46
5.7
Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (juta Rp) : Skenario 1 .....
47
5.8
Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha : Skenario 1 ………...……….....
48
5.9
Kelayakan UBM : Skenario 1 ...........................................................
48
5.10
Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik : Skenario 1 ........................
49
5.11
Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun : Skenario 1 ..……….............
50
5.12
Analisis Sensitivitas Kombinasi : Skenario 1 …………………............
51
5.13
Asumsi untuk Analisis Keuangan : Skenario 2 .................................
53
5.14
Komposisi Biaya Investasi : Skenario 2 .............................................
53
5.15
Komponen dan Struktur Biaya Proyek : Skenario 2 ..........................
55
BANK INDONESIA
xiii
Tabel
Hal
5.16
Perhitungan Angsuran Bunga dan Kredit : Skenario 2 .....................
55
5.17
Proyeksi Pendapatan : Skenario 2 ...................................................
56
5.18
Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Isaha (Rp Juta) : Skenario 2.......
56
5.19
Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha : Skenario 2 ………………........
57
5.20
Kelayakan UBM : Skenario 2 ...........................................................
57
5.21
Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik : Skenario 2 ........................
58
5.22
Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun : Skenario 2 .........................
59
5.23
Analisis Sensitivitas Kombinasi : Skenario 2 .....................................
59
xiv
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB I
PENDAHULUAN
Pola pembiayaan usaha bengkel mobil (UBM) ditujukan untuk bengkel mobil
penumpang (passenger car) dan tidak termasuk bengkel kendaraan umum seperti
bus dan angkutan kota, serta tidak termasuk pula bengkel kendaraan angkutan
barang seperti mobil boks, truk dan truk gandengan. Ditinjau dari aspek pengelolaan,
UBM yang dikaji untuk pola pembiayaan ini adalah UBM perorangan (individual) dan
tidak termasuk UBM dealer merk kendaraan tertentu seperti Auto 2000, Honda dan
BMW.
Skala usaha yang diliput oleh kajian pola pembiayaan UBM adalah skala kecil
dan menengah yang merupakan bengkel dengan aneka pelayanan seperti pencucian
mobil, ganti oli, tune-up, penambalan dan ganti ban, serta perbaikan ringan, dan
pengecatan mobil (Photo 1.1). Pola pembiayaan UBM ini tidak ditujukan untuk
bengkel skala mikro yang membatasi pelayanan untuk satu jenis saja misalnya tambal
ban atau dua jenis saja seperti pencucian mobil dan ganti aki.
Photo 1.1. Usaha Bengkel Mobil Skala Kecil Menengah.
BANK INDONESIA
1
UBM perlu pula dibedakan dari toko suku cadang yang terkadang memasangkan
suku cadang yang ringan seperti penyapu kaca depan (windshield wiper), dealer
aki yang melakukan pula ganti aki dan oli, atau toko asesori yang memasangkan
asesori mobil dan terkadang mengerjakan pula pekerjaan bengkel ringan. Sebaliknya,
UBM pada umumnya memiliki pula persediaan suku cadang yang sering dibutuhkan
konsumen, seperti penyapu kaca depan, saringan bahan bakar, saringan udara, tali
kipas, dan aki untuk menunjang pelayanannya sekaligus meningkatkan pendapatan.
Di samping itu, biasanya UBM mempunyai jejaring dengan toko suku cadang untuk
mendapatkan akses yang lancar apabila membutuhkan suku cadang yang tidak terlalu
sering diperlukan konsumen.
Jumlah mobil penumpang di Indonesia terus meningkat dari 3.261.807 buah
dalam tahun 2001 menjadi 6.228.772 buah dalam tahun 2007 (BPS, 2008) atau
dengan tingkat pertumbuhan sebesar rata-rata 13% per tahun. Di Jakarta, jumlah
mobil penumpang adalah sekitar 40% dari populasi mobil di Indonesia atau berkisar
2.400.000 buah dalam tahun 2008. Jumlah mobil penumpang di wilayah Jakarta
Utara tidak diketahui, tetapi jumlah UBM menurut keterangan data dari Suku Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Utara (2008) tumbuh dari 100 unit dalam
tahun 2004 menjadi 180 unit dalam tahun 2008.
Apabila diperkirakan jumlah mobil penumpang di Jakarta Utara seperlima
dari jumlah mobil penumpang di DKI Jakarta yang terbagi ke dalam lima wilayah
yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat,
maka jumlah mobil di Jakarta Utara diduga 480.000 buah. Dengan demikian secara
teoretis, setiap UBM di Jakarta Utara mempunyai peluang untuk melayani kebutuhan
2.600 buah mobil.
UBM dapat disimpulkan merupakan usaha yang menarik ditinjau dari pasar
dan permintaan pasar. UBM akan terus berkembang selama terjadi peningkatan
jumlah penjualan mobil penumpang dan jumlah populasi mobil penumpang yang
masih beroperasi di jalan. Apabila UBM difokuskan pada mobil penumpang, maka
tingkat prospek UBM mobil penumpang lebih tinggi dari UBM kendaraan umum dan
angkutan karena UBM mobil penumpang melayani golongan menengah ke atas yang
mampu membeli mobil pribadi, dan konsekuensinya akan membutuhkan perawatan
2
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
dan perbaikan mobil milik pribadi mereka secara periodik selama mobil tersebut masih
digunakan. Peningkatan jumlah pembelian mobil penumpang dan jumlah populasi
mobil penumpang yang beroperasi di jalan akan mendorong pula peningkatan
volume penjualan jasa tiap-tiap UBM, namun perlu disadari bahwa hal tersebut
mendorong pula tumbuhnya UBM baru. Selama jumlah mobil yang membutuhkan
jasa pelayanan melebihi kapasitas total dari jumlah UBM yang beroperasi maka UBM
masih merupakan usaha yang layak.
BANK INDONESIA
3
PENDAHULUAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
4
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha
Usaha Bengkel Mobil (UBM) adalah usaha yang melayani jasa untuk perawatan
dan perbaikan (maintenance and repair) mobil penumpang. Jasa perawatan dan
perbaikan termasuk antara lain pencucian, ganti oli, ganti suku cadang, penambalan
dan ganti ban, pemeriksaan dan ganti aki, serta perbaikan dan pengecatan badan
mobil. Skala UBM adalah usaha kecil dengan omzet lebih kecil atau sama dengan Rp
2,5 milyar/tahun.
Lokasi UBM umumnya di kawasan bisnis atau di kompleks perumahan (real
estate) dengan tidak mengganggu ketentraman lingkungan terutama tetangga yang
bersebelahan.
Konsumen adalah pemilik mobil penumpang, perusahaan dan kantor
dinas pemerintah yang pada umumnya berlangganan dengan UBM. Pemilik mobil
penumpang yang merawat dan memperbaiki mobil secara periodik biasanya termasuk
golongan ekonomi menengah atas. Di wilayah Jakarta Utara pertumbuhan Usaha
Bengkel Mobil (UBM) selama 5 tahun terakhir dapat digambarkan sebagai berikut
100 UBM pada tahun 2004, 110 UBM tahun 2005, 120 UBM tahun 2006, 140 UBM
tahun 2007 dan 180 UBM tahun 2008 (Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Jakarta Utara, 2008).
Usaha Bengkel Mobil di wilayah Jakarta Utara umumnya merupakan usaha
milik perorangan berbentuk PT atau CV yang dapat merupakan cabang usaha dari
usaha induk seperti cabang usaha dari pengecer suku cadang, usaha baru yang berdiri
sendiri, atau usaha lama warisan keluarga. Mesin dan peralatan bengkel tersedia di
pasar di Jakarta. Pemasok mesin dan peralatan biasanya dapat pula menyediakan jasa
untuk memasang mesin dan peralatan tersebut di UBM yang bersangkutan misalnya
mesin dan peralatan untuk pencucian mobil. Teknologi utama yang dibutuhkan
UBM adalah keterampilan karyawan UBM yang diperoleh dari pengalaman SDM dari
BANK INDONESIA
5
pekerjaan sebelumnya serta pelatihan pendidikan berjenjang yang banyak diberikan
melalui ASBEKINDO (Asosiasi Bengkel Kendaraan Indonesia) oleh perusahaan suku
cadang, agen (dealer) mobil, serta agen (dealer) oli dan pelumas.
Kepemilikan lahan untuk tempat usaha atau bangunan bengkel yang
representatif merupakan modal awal, walaupun beberapa UBM mengawali
usaha dengan penyewaan tempat usaha. Penyewaan tempat usaha untuk UBM
memperhatikan kriteria seperti lokasi di kawasan bisnis, lokasi perumahan yang tidak
mengganggu lingkungan, ijin untuk memasang mesin dan peralatan yang berpeluang
mengubah fondasi bangunan, serta keamanan lingkungan.
2.2. Pola Pembiayaan
Pola pembiayaan UBM untuk investasi awal dalam bentuk pembelian tanah,
pendirian bangunan dan pengadaan peralatan bengkel pada saat ini berasal dari
pengusaha sendiri atau keluarga pengusaha. Pola pembiayaan dari bank terdiri dari
dua skenario yaitu Skenario 1 Kredit Modal Kerja, dan Skenario 2 Kredit Investasi
untuk Perluasan Usaha.
2.2.1. Skenario 1 : Kredit Modal Kerja
Kredit Modal Kerja diberikan dalam bentuk plafon dana yang ditempatkan di
rekening giro nasabah dan dievaluasi tiap tahun berdasarkan arus uang di rekening
giro tersebut. Selama arus uang dianggap layak, kredit dapat diteruskan ke tahun
berikutnya. Jumlah kredit berkisar antara Rp 150 – Rp 300 juta dan ditentukan juga
berdasarkan arus uang di rekening giro tersebut.
UBM membayar bunga bulanan pada tingkat bunga sebesar 26,5%/tahun.
Pinjaman pokok dikembalikan sekaligus pada tahun terakhir sesuai perjanjian misalnya
akhir tahun ke 5, dengan syarat hasil evaluasi tahunan UBM menunjukkan kinerja
keuangan yang baik. Semua transaksi UBM diwajibkan melalui rekening giro di bank
yang memberikan kredit.
6
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
2.2.2. Skenario 2 : Kredit Investasi untuk Perluasan Usaha
Kredit Investasi untuk Perluasan Usaha diberikan berdasarkan evaluasi rencana
pengembangan usaha yang akan dilakukan dan nilai agunan yang akan diberikan.
Umumnya bank memberikan batas maksimum kredit investasi senilai 70-75% harga
taksiran aset (tanah dan bangunan) yang dijadikan agunan oleh nasabah. Jumlah
kredit yang diberikan dapat berkisar antara Rp 500 juta – Rp 1 milyar melalui skema
kredit yang tersedia di bank pemberi kredit. Tingkat suku bunga yang dikenakan
adalah 18%/tahun. Pembayaran kredit berlangsung secara konvensional yaitu
angsuran bunga dan angsuran pokok (setelah masa grasi/grace period) setiap bulan.
Kedua kredit ini hanya diberikan kepada UBM yang telah beroperasi dua
tahun, dinilai layak (feasible) dan bankable, serta memenuhi syarat 5K yang umum
diterapkan oleh bank yaitu karakter, kapital, kapasitas, kondisi, dan kolateral
(agunan). Nilai agunan dapat diperoleh dari hasil evaluasi lembaga appraisal yang
diakui bank atau berdasarkan evaluasi oleh bank sendiri. Meskipun persyaratan
yang dikemukakan merupakan prosedur standar, kelonggaran dapat diperoleh oleh
calon nasabah apabila sejarah hubungan nasabah dengan bank seperti kepemilikan
deposito, kepemilikan rekening giro dan keadaan arus uang di rekening giro tersebut
berjalan dengan baik.
BANK INDONESIA
7
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
8
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1. Aspek Pasar
3.1.1. Permintaan
Permintaan pelayanan jasa UBM terkait dengan jumlah mobil penumpang
yang ada. Data yang diperoleh adalah data mobil penumpang di Indonesia (Tabel 3.1),
meskipun demikian diketahui bahwa dari jumlah tersebut 40% berada di Jakarta.
Tabel 3.1. Pertumbuhan Jumlah Mobil Penumpang di Indonesia
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Jumlah Mobil Penumpang
3.261.807
3.403.433
3.885.228
4.464.281
5.494.034
5.813.014
6.228.772
Jumlah penjualan mobil penumpang meningkat 48%
dalam Januari – Agustus 2008 (411 984) dibandingkan
Januari – Agustus 2007 (277 272)
Sumber : BPS (2008)
Jumlah mobil penumpang selalu tumbuh dengan peningkatan rata-rata
sebesar 13% per tahun dalam kurun waktu dari tahun 2001 – 2007. Meskipun
demikian pertumbuhan meningkat lebih tinggi dari 13% per tahun mulai tahun
2003 sampai 2005 yaitu berturut-turut 14%, 15% dan 23% per tahun. Kemudian
turun menjadi 6% per tahun dalam tahun 2006 tetapi naik lagi sejak tahun 2007.
Kenaikan dalam tahun 2008 dalam bentuk penjualan mobil penumpang diduga lebih
tinggi 50% dari kenaikan 2007.
BANK INDONESIA
9
Dari hasil pendapatan dan jumlah klien yang memakai jasa UBM ternyata
bahwa kenaikan harga energi tidak berimbas pada penurunan permintaan jasa
perawatan dan perbaikan mobil,
Tabel 3.2. Jenis dan Frekuensi Kebutuhan Pelayanan Jasa UBM Oleh Konsumen
No
Jenis Pelayanan
Jumlah Pelayanan Berkala Minimal
1
Pencucian mobil
2 minggu sekali
2
Spooring dan balancing
Tiap 5000 km atau 3 bulan
3
Ganti oli
Tiap 5000 km atau 3 bulan
4
Ganti saringan oli
Tiap 10.000 km atau 6 bulan
5
Busi
Tiap 20.000 km atau 12 bulan
6
Ganti saringan bensin
Tiap 80.000 km atau 24 bulan
7
Ganti saringan solar
Tiap ketika lampu peringatan menyala atau
12 bulan
8
Ganti saringan udara
Mobil bensin tiap 40.000 km atau 24 bulan,
mobil diesel tiap 30.000 km atau 18 bulan
9
Pemeriksaan aki dan ganti aki
Pemeriksaan tiap bulan, ganti aki paling
lambat 70.000 km atau 42 bulan
10
Ganti oli gigi differensial, ganti oli transmisi
manual
Tiap 40.000 km atau 24 bulan
11
Tune-up chasis dan bodi: pedal rem dan rem
parkir, pelapis sepatu rem dan tromol rem, pad
rem dan piringan rem, minyak rem, minyak
kopling, minyak power steering, roda kemudi,
tekanan ban, lampu dan wiper, sedimenter air
Tiap 10.000 km atau 6 bulan
12
Tune-up 2: tali kipas, sistem pendingin dan
pemanas, cairan pendingin mesin, pipa
gas buang, refrigeran, suspensi depan dan
belakang
Tiap 20.000 km atau 12 bulan
13
Pengujian emisi gas buang
Tiap 6 bulan untuk mobil tua (ketentuan
pemerintah)
14
Jasa insidental : las ketok, cat duko
Tiap terjadi kecelakaan ringan atau berat
Sebaliknya peningkatan penjualan modil penumpang mendorong peningkatan
permintaan jasa perawatan dan perbaikan mobil penumpang. Di samping jumlah
mobil, penawaran dalam hal UBM perlu dianalisis dari sisi jenis dan jumlah pelayanan
10
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
jasa berkala yang dibutuhkan oleh konsumen. Tabel 3.2 menggambarkan jenis dan
jumlah pelayanan jasa berkala UBM yang dibutuhkan oleh konsumen.
3.1.2. Penawaran
Data dari Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Utara (Tabel
3.3) pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kapasitas 180 unit UBM dengan jumlah
tenaga kerja 1.500 orang mampu melayani 360.000 buah mobil penumpang.
Tabel 3.3. Pertumbuhan Jumlah Unit UBM di Jakarta Utara
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah unit
UBM
100
110
120
140
180
Kapasitas pelayanan, x
1000 buah mobil
200
220
240
280
360
Sumber : Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Utara
Peningkatan jumlah unit UBM terjadi rata-rata 10% per tahun dari tahun
2004 – 2006, kemudian melonjak menjadi 20% pada tahun 2007 dan 30% pada
tahun 2008. Hal ini didorong oleh pertumbuhan jumlah mobil penumpang yang
mempunyai kecenderungan terus meningkat rata-rata 13% per tahun dari tahun
2001 sampai tahun 2007 (Tabel 3.1).
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan yang terjadi antara UBM terutama dalam hal memuaskan
pelanggan, karena para UBM umumnya telah mempunyai pelanggan tetap.
Upaya yang dilakukan pengusaha adalah menjaga mutu pelayanan jasa
sehingga pelanggan puas dan tidak pindah ke UBM lain. Ketersediaan ruang
yang nyaman untuk pelanggan yang menunggu perawatan dan perbaikan
mobil mereka merupakan model yang akhir-akhir ini dikembangkan untuk
memuaskan pelanggan.
BANK INDONESIA
11
Usaha yang dilakukan UBM untuk menjaga mutu pelayanan adalah
dengan mendidik keterampilan karyawan dan staf manajemen mereka
melalui pelatihan berjenjang yang sering ditawarkan oleh konsultan otomotif
(Hanindo), dan dalam jumlah terbatas oleh dealer merk kendaraan tertentu
serta dinas pemerintah. Jenis pelatihan yang diberikan lembaga-lembaga
tersebut antara lain adalah kepemimpinan, customer services, bengkel
berkualitas, emisi gas buang, teknis dasar bengkel. Di samping itu sudah
merupakan hal yang umum bahwa UBM melakukan komputerisasi pada
pelayanan jasa yang membantu usaha dalam kepemilikan data base yang
menunjang: sejarah perawatan dan perbaikan setiap mobil agar konsumen
tidak merasa dicurangi (ganti suku cadang yang sama berkali-kali sebelum
waktunya), inventori stok, rekaman data pemasukan pendapatan dan
pengeluaran bahan penunjang serta suku cadang.
Peluang pasar masih terbuka karena jumlah kapasitas mobil
penumpang yang membutuhkan pelayanan jasa diduga 2.660 buah per
UBM di DKI Jakarta (1/5 dari 40% dari 6 juta mobil penumpang di Indonesia
dibagi dengan 180 UBM), sedangkan rata-rata kapasitas pelayanan UBM di
DKI Jakara adalah 2.000 buah mobil penumpang. Di samping itu pelanggan
dapat pula berasal dari daerah lain di luar Jakarta Utara, seperti Jakarta Pusat,
Jakarta Timur, Jakarta Barat dan wilayah sekitar Jakarta seperti Tangerang
dan Bekasi.
Antar UBM tidak selalu terjadi persaingan, sebaliknya dapat pula
bekerjasama terutama dalam hal UBM tidak memiliki semua fasilitas dan
mesin bengkel yang lengkap. Sebagai contoh untuk spooring UBM yang
tidak memiliki fasilitas tersebut dapat mengirimkan ke UBM lain yang
memiliki dengan mendapatkan pembagian keuntungan. Keberadaan UBM
lain dengan lokasi bersebelahan (Photo 3.1) tidak mendatangkan dampak
yang buruk bagi UBM bersangkutan karena masing-masing UBM memiliki
pelanggan tetap. Di samping itu seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
kapasitas dari jumlah bengkel yang ada di DKI Jakarta masih berada di
bawah kapasitas jumlah mobil penumpang yang perlu dilayani.
12
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
USAHA BENGKEL MOBIL
Photo 3.1. Dua UBM Bersebelahan Tidak Mendatangkan
Dampak Pendapatan yang Buruk Bagi UBM
3.2. Aspek Pemasaran
3.2.1. Harga
Penentuan harga pelayanan jasa terutama memperhatikan harga standar
yang umum di pasaran seperti harga pencucian mobil, jumlah waktu pengerjaan
seperti untuk pemeriksaan dan penggantian suku cadang, mutu bahan penunjang
(oli) dan merk suku cadang (saringan oli, saringan udara, wiper, aki) yang diminta
konsumen, serta jasa tambahan yang diminta konsumen (pemakaian shampoo dalam
pencucian mobil). Bengkel yang telah lama beroperasi dan memiliki tenaga teknisi
yang terampil serta diakui konsumen dapat mengenakan harga pelayanan jasa di atas
harga pasar, namun harga bahan penunjang dan suku cadang biasanya dipasang
serendah mungkin untuk menarik pelanggan.
Jenis dan harga pelayanan jasa diuraikan dalam Tabel 3.4. Harga suku cadang
dan bahan penunjang mengikuti daftar harga dari agen dan distributor. Keuntungan
rata-rata yang diambil UBM adalah sebesar 15% dari harga barang.
BANK INDONESIA
13
Tabel 3.4. Jenis dan Harga Pelayanan Jasa UBM
No
Jenis Pelayanan Jasa
Satuan
Harga Rp/satuan
1
Spooring
Unit
125,000
2
Balancing
Unit
80,000
3
Pencucian mobil
Unit
25,000
4
Perawatan mobil
Unit
100,000
5
Perbaikan mobil
Unit
100,000
6
Ganti oli
Unit
15,000
7
Uji emisi
Unit
350,000
8
Pendapatan dari penjualan
bahan penunjang dan suku
cadang
15% dari nilai
penjualan rata-rata :
Rp 900 juta/tahun
3.2.2. Jalur Pemasaran dan Promosi
Pemasaran umumnya dilakukan ke perusahaan swasta dan kantor pemerintah
dengan memberikan diskon sebesar 10% untuk semua pelayanan, di samping
menunggu pelanggan perorangan. Pada bulan-bulan tertentu, misalnya bulan
yang dianggap kurang pengunjung yang jauh dari hari raya dan hari libur sekolah
dilakukan diskon untuk pelayanan jasa tertentu bagi pelanggan perorangan yang
besarnya dapat mencapai 50% seperti diskon tune-up komponen dasar mesin 50%
dalam bulan April, dan diskon servis rem 50% dalam bulan Mei. UBM mencetak pula
brosur sampai berjumlah 3.000 lembar per tahun yang disebarkan dalam kesempatan
pameran otomotif, di plaza dan di lingkungan perumahan.
Komposisi pelanggan UBM pada saat ini adalah pelanggan perorangan sebesar
50%, pelanggan perusahaan swasta sebesar 40%, dan pelanggan kantor pemerintah
sebesar 10%.
14
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
USAHA BENGKEL MOBIL
3.2.3. Kendala Pemasaran
Secara umum, UBM tidak menghadapi kendala pemasaran yang nyata
walaupun terjadi peningkatan harga bahan bakar minyak dan suku cadang. Hal ini
disebabkan mobil penumpang membutuhkan perawatan dan perbaikan berkala agar
tidak menimbulkan kerusakan dengan biaya yang lebih besar, sedangkan pemilik
mobil penumpang adalah golongan menengah atas atau perusahaan dan perkantoran
pemerintah yang mampu membiayai jasa perawatan dan perbaikan mobil.
Apabila pelanggan memilih menggunakan suku cadang yang lebih murah
karena memperhitungkan keadaan keuangan mereka, hal ini bahkan akan menambah
frekuensi kedatangan pelanggan tersebut akibat mutu suku cadang dengan harga
murah lebih cepat aus. Pembayaran dilakukan secara tunai untuk pelanggan
perorangan dan bulanan untuk perusahaan dan perkantoran pemerintah. Selama
ini, tidak ada permasalahan pembayaran perusahaan dan perkantoran pemerintah,
karena mereka membutuhkan pelayanan kendaraan mereka setiap bulan. Penundaan
pembayaran dapat mengakibatkan penghentian pelayanan jasa oleh UBM, dan
berakibat pada biaya yang lebih besar bagi pelanggan sebab tertundanya perawatan
dan perbaikan akan meningkatkan biaya di kemudian hari.
BANK INDONESIA
15
16
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BAB IV
ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL
4.1. Lokasi Usaha
Lokasi UBM berorientasi pada pelanggan sehingga kawasan bisnis dan
kawasan perumahan golongan menengah atas merupakan kawasan yang ideal
karena mempunyai populasi sasaran pelanggan UBM yang tinggi. Bengkel UBM perlu
mudah dijangkau dan berada di tepi jalan raya agar mudah terlihat dan mobil dapat
masuk ke area kerja UBM dengan lancar (Photo 1.1 dan 3.1). Kawasan bisnis dan
kawasan golongan menengah atas pada umumnya menyediakan akses jalan raya,
listrik, air dan jaringan telkom yang diperlukan oleh UBM. Persyaratan lain adalah
tidak mengganggu tetangga sekitar baik untuk polusi suara, maupun polusi limbah
bengkel padat, cair maupun gas.
Lokasi usaha yang berdekatan dengan UBM lain tidak merupakan masalah
selama UBM dapat memberikan jasa pelayanan teknis bengkel yang memuaskan
pelanggan (Gambar 3.1). Pelanggan akan lari ke UBM lain walaupun sarana dan
akses lengkap apabila pelayanan teknis bengkel tidak memuaskan.
4.2. Fasilitas Dan Peralatan Pelayanan Jasa
Ruangan bengkel perlu memenuhi persyaratan standar bengkel kerja seperti
pencahayaan yang cukup, lantai dibuat dari beton yang mampu menahan beban
kendaraan dan tidak mudah licin apabila terkena minyak dan oli. Di samping itu, perlu
dibuat jalur kerja khusus untuk spooring (Photo 4.1), atau jalur kerja dengan saluran
bawah lantai untuk perbaikan bagian bawah mobil atau sebagai pilihan memiliki lift
cuci dan reparasi untuk mengangkat mobil (Photo 4.2).
BANK INDONESIA
17
Photo 4.1. Jalur Kerja untuk Spooring
Ruangan bengkel terbagi menjadi bagian administrasi dan keuangan tempat
penerimaan pelanggan dan pembuatan data base pelanggan, jalur kerja perawatan
dan perbaikan termasuk spooring dan balancing, jalur pencucian mobil, ruangan
penyimpan dan penjualan suku cadang (Photo 4.3), ruangan penyimpan dan penjualan
bahan penunjang seperti minyak dan oli, ruang tunggu pelanggan, serta toilet dan
loker karyawan.
Photo 4.2. Lift Cuci (kiri) dan Reparasi (kanan) untuk Mengangkat Mobil
18
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
Photo 4.3. Ruang Penjualan Suku Cadang
Peralatan standar yang banyak digunakan oleh UBM dirinci dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jenis Peralatan Standar yang Diperlukan UBM
No
Jenis Peralatan
1
Lift cuci
2
Mesin semprot
3
Lift reparasi
4
Mesin balancing
5
Lift spooring
6
Mesin spooring
7
ATF changer
8
Tyre changer
9
Scanner engine
10
Injector cleaner
11
Kompresor
12
Tool kit
13
Genset
BANK INDONESIA
19
4.3. Bahan Penunjang Dan Suku Cadang
Bahan penunjang UBM adalah berbagai jenis oli yaitu oli transmisi manual dan
oli gigi differential dari berbagai merk, berbagai jenis minyak yaitu minyak kopling,
minyak rem, dan minyak power steering, dan refrigeran pengisi AC. Di samping itu
terdapat pula bahan penunjang habis pakai seperti rinso dan shampoo untuk bahan
pencucian mobil, timah balancing untuk balancing, serta amplas untuk pengerjaan
bengkel.
Suku cadang disediakan pula oleh bengkel. Penjualan suku cadang dapat
membantu mendatangkan pendapatan bengkel karena menghasilkan keuntungan
yang berkisar antara 10 – 20%. Suku cadang yang khas adalah antara lain velg ban
dan ban mobil (Gambar 4.1). Suku cadang yang umum adalah windshield wiper, tali
kipas, kanvas rem, sepatu rem, kopling, kaca spion, dan aki.
4.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan dalam UBM sebanyak 17 orang dengan upah di
tambah bonus Rp 1.200.000 – Rp 3.300.000 per bulan (Tabel 4.2), terdiri dari 1 orang
manager dengan upah dan bonus sebesar Rp 3.300.000 per bulan, 2 orang service
adviser masing-masing Rp 2.800.000 per bulan, 2 orang foreman masing-masing
Rp 1.900.000 per bulan, 8 orang mekanik masing-masing Rp 1.350.000 per bulan,
2 orang tenaga administrasi untuk mengawasi dan bertanggung jawab terhadap
keuangan umum dan data base dengan upah Rp 1.650.000 per bulan dan 2 orang
customer service untuk menerima pelanggan dengan upah Rp 1.200.000 per bulan.
Atas dasar pertimbangan gaji yang diterima, pada umumnya tenaga kerja tersebut
disarankan berasal dari daerah sekitar lokasi usaha dan tidak mempunyai hubungan
keluarga dengan pemilik.
20
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL
3m
4m
Toilet
dan
Loker
5m
Ruang
Tunggu
3m
Ruang
Kantor
3m
3m
3m
Kasir
Toko
Suku
Cadang
Gudang
Jalur kerja (termasuk
spooring dan balancing)
11 m
Bak penanganan
limbah (2 m x 6 m)
20 m
Jalan Raya
Gambar 4.1. Tata Letak Bengkel Mobil
Tabel 4.2. Jumlah dan Jenis Tenaga Kerja Serta Pendidikannya
No
1
2
3
4
5
6
Jenis
Manager
Service Adviser
Foreman
Mekanik
Administrasi
Customer Service
Jumlah
1
2
2
8
2
2
Pendidikan
STM
STM
STM
STM
Akademi, SMEA
SMA, SMEA
Upah + Bonus, (Rp/
bln)
3.000.000 + 300.000
2.500.000 + 300.000
1.700.000 + 200.000
1.200.000 + 150.000
1.500.000 + 150.000
1.200.000
Semua
karyawan
kecuali
tenaga
administrasi
dan
customer
service
diikutkan
pelatihan
yang
diselenggarakan
oleh
konsultan
otomotif
untuk
bengkel
otomotif
seperti
pelatihan
kepemimpinan
khusus untuk manager, bengkel berkualitas dan teknik dasar bengkel.
BANK INDONESIA
21
4.5. Teknologi
Teknologi untuk bengkel adalah pengetahuan teknik bengkel mobil seperti
sistem mesin mobil penumpang, teknik bongkar pasang, perawatan dan perbaikan,
penggantian oli mesin, mesin AC, spooring dan balancing, penggantian dan
penambalan ban mobil, pengujian emisi gas buang dan pencucian mobil.
Tata letak bengkel diuraikan dalam Tabel 4.3 dan Gambar 4.4. Bangunan
bengkel dibuat secara terbuka di sisi depan tempat jalur kerja perbaikan dan perawatan
mobil. Dengan demikian biaya konstruksi bangunan per m2 lebih murah dari biaya
bangunan kantor atau perumahan.
Tabel 4.3. Rincian Luasan Komposisi Bangunan Bengkel
No
Ruangan
Luasan (m2)
1
2
Kantor
Ruang Kasir
12
12
3
Toko Suku Cadang
12
4
Gudang
12
5
Ruang Tunggu Pelanggan
20
6
Toilet dan Loker
12
7
Jalur kerja perawatan dan perbaikan
Jumlah
220
300
4.6. Proses Pelayanan Jasa
Mobil pelanggan yang datang untuk mendapatkan perawatan dan perbaikan
mengikuti jalur pelayanan jasa seperti pada Gambar 4.5.
4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Pelayanan Jasa
Jumlah dan jenis pelayanan jasa dirinci dalam Tabel 4.4. Jumlah pelayanan
jasa yang diberikan sebenarnya berfluktuasi dari bulan ke bulan, tetapi dalam hal
ini diambil jumlah rata-rata untuk per bulan. Jenis pelayanan terdiri dari 7 kegiatan
22
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL
USAHA BENGKEL MOBIL
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Mutu pelayanan diusahakan standar untuk semua
pelanggan. Tetapi bahan pendukung seperti minyak dan oli, serta suku cadang seperti
ban mobil, dan pelat kopling dipilih oleh pelanggan sesuai dengan kemampuan
keuangan mereka dan bukan ditentukan oleh UBM. Pelanggan yang memiliki
kemampuan keuangan yang tinggi akan selalu memilih bahan pendukung yang lebih
mahal serta suku cadang asli sesuai dengan merk mobil mereka.
M obil P ela nggan
T awar
Cu stomer Serv ice
Servi ce A dvis er membuat
WO ( Wor ki ng O rder)
For eman M engatur
pembagian ker ja
Mek anik
Servi ce A dvis er
A dmi nistrasi
M obil selesai
dilayani
Gambar 4.2. Diagram Alir Pelayanan Jasa Bengkel Mobil
BANK INDONESIA
23
Tabel 4.4. Jumlah dan Jenis Pelayanan Jasa UBM
No
Jenis Pelayanan Jasa
Satuan
Jumlah
1
Spooring
Unit/bulan
65
2
Balancing
Unit/bulan
250
3
Pencucian mobil
Unit/bulan
300
4
Perawatan mobil
Unit/bulan
150
5
Perbaikan mobil
Unit/bulan
150
6
Ganti oli
Unit/bulan
140
7
Uji emisi
Unit/bulan
15
8
Penjualan bahan pendukung
dan suku cadang
Rata-rata Rp
900 juta/tahun
4.8. Produksi Optimum
Produksi optimum dianggap tercapai bila UBM dapat melayani 70% dari
kapasitas terpasang 1.500 mobil pelanggan per bulan atau 1.050 mobil per bulan.
UBM adalah usaha pelayanan jasa sehingga jumlah pelanggan yang datang akan
menentukan volume pendapatan. Disamping itu, kembalinya seorang pelanggan
untuk merawat mobilnya secara berkala tergantung pada banyak faktor seperti
jumlah pemakaian mobil yang berubah-ubah sepanjang tahun dan keadaan keuangan
pelanggan. Oleh karena itu, UBM sebaiknya berusaha memperoleh pelanggan tetap
dari perusahaan dan perkantoran yang mencapai 50% volume pelayanan jasa.
Namun kebijakan mempunyai langganan perusahaan dan perkantoran menyebabkan
pendapatan UBM berkurang 10% dibandingkan dengan pelanggan perorangan.
24
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL
USAHA BENGKEL MOBIL
4.9. Kendala Pelayanan Jasa
Tidak ada kendala yang berarti untuk UBM kecuali kendala umum yang
terjadi pada semua jenis usaha seperti pemasokan listrik PLN yang tidak stabil,
tetapi UBM telah menyediakan genset sebagai cadangan energi listrik apabila terjadi
pemutusan arus tiba-tiba oleh PLN. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah
keterampilan mekanik yang telah dibahas sebelumnya. Untuk meningkatkan keahlian
dan keterampilan mekanik agar pelanggan merasa puas, UBM telah mengikutsertakan
karyawan pada pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan.
BANK INDONESIA
25
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
26
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
ASPEK TEKNIS PELAYANAN JASA BENGKEL
USAHA BENGKEL MOBIL
BAB V
ASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari
sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang
diperoleh dari bank. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam
perencanaan dan pengelolaan UBM.
5.1. Pemilihan Pola Usaha
Pola usaha yang dipilih adalah UBM untuk bengkel mobil penumpang dengan
aneka jenis pelayanan jasa untuk perawatan dan perbaikan mobil termasuk pencucian,
spooring dan balancing, serta mengikuti program pemerintah sebagai bengkel untuk
uji emisi gas buang. Skala usaha UBM adalah usaha kecil dengan omzet lebih kecil
atau sama dengan Rp 2,5 Milyar/tahun.
Kapasitas terpasang UBM yang dinilai cukup adalah apabila UBM dapat
melayani 1.500 mobil penumpang per bulan. Produksi dianggap optimum apabila
UBM melayani 70% dari kapasitas terpasang yaitu sekitar 1.050 mobil penumpang
per bulan.
Di samping itu UBM menjual bahan penunjang dan suku cadang yang
dibutuhkan pelanggan. Bahan penunjang dan suku cadang diambil dari dealer dan
agen distributor, sedangkan promosi usaha dilakukan sendiri melalui penyebaran
brosur dan pencarian pelanggan ke perusahaan swasta dan kantor pemerintah.
5.2. Skenario 1 : Kredit Modal Kerja
BANK INDONESIA
27
5.2.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
Untuk analisis kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai
parameter proses pelayanan jasa maupun biaya operasional, sebagaimana terinci
dalam Tabel 5.1. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap UBM di Jakarta
Utara dalam bulan Juli- Agustus 2008.
Penentuan usia proyek selama 5 tahun didasarkan atas pertimbangan investasi
peralatan yang digunakan UBM, selain tanah, bangunan dan kendaraan, yang paling
sedikit memiliki umur ekonomis selama 5 tahun, sehingga pada saat proyek selesai
maka peralatan tersebut mungkin perlu ditambah atau diperbarui. Lampiran 1
memuat rincian asumsi dan parameter analisis keuangan.
Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan : Skenario 1
No
Asumsi
Satuan
Nilai/jumlah
1
Periode proyek
tahun
5
2
Bulan kerja tahun
bulan
12
3
Spooring
Rp/bulan
8.125.000
4
Balancing
Rp/bulan
20.000.000
5
Pencucian mobil
Rp/bulan
7.500.000
6
Perawatan mobil
Rp/bulan
15.000.000
7
Perbaikan mobil
Rp/bulan
15.000.000
8
Ganti oli
Rp/bulan
2.100.000
9
Uji emisi
Rp/bulan
5.250.000
10
Pendapatan dari penjualan suku cadang
(15% total nilai penjualan)
Rp/tahun
135.000.000
11
Suku Bunga per Tahun
%
26,5
12
Jumlah Kredit Modal Kerja
Rp
150.000.000
13
Jangka Waktu Kredit
(dievaluasi setiap tahun)
tahun
5.2.2. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional
28
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
5
USAHA BENGKEL MOBIL
Komponen biaya dalam analisis kelayakan UBM dibedakan menjadi dua yaitu
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi
lahan/areal usaha, bangunan, peralatan dan sarana pengangkutan. Biaya operasional
adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses pelayanan jasa.
a. Biaya Investasi
Biaya investasi di luar tanah yang dibutuhkan pada tahap awal UBM (Tabel
5.2) adalah bangunan, peralatan dan prasarana angkutan, dengan total biaya sebesar
Rp. 1.259.000.000. Komponen terbesar adalah peralatan bengkel (60,5%) yang terdiri
dari lift cuci, mesin semprot, lift reparasi, mesin balancing, lift dan mesin spooring, ATF
dan tyre changer, scanner engine, injector cleaner, kompresor, tool kit dan genset.
Investasi yang juga besar adalah pendirian bangunan (35,7%). Pembelian
kendaraan berupa 3 buah motor hanya mencapai 3,5% dari jumlah biaya investasi.
Rincian biaya investasi dimuat dalam Lampiran 2.
Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi : Skenario 1
No
Komponen Biaya
1
Perijinan
2
3
Jumlah Nilai (Rp)
Persentase
2.500.000
0,3
Bangunan (300 m )
450.000.000
35,7
Peralatan bengkel (masing-masing 1 unit)
762.400.000
60,5
2
a. Lift cuci
35.000.000
b. Mesin semprot
c. Lift reparasi
d. Mesin balancing
60.000.000
e. Lift spooring *
75.000.000
f. Mesin spooring *
g. ATF changer
8.400.000
120.000.000
125.000.000
30.000.000
BANK INDONESIA
29
h. Tyre changer
60.000.000
i. Scanner engine
60.000.000
j. Injector cleaner
45.000.000
k. Kompesor
20.000.000
l. Tool kit
64.000.000
m. Genset
25.000.000
n. Komputer + jaringan
25.000.000
o. Lain-lain (alat pemadam kebakaran dll)
10.000.000
Kendaraan motor 3 buah
44.100.000
3,5
1.259.000.000
100,0
4
Jumlah
* Lift dan mesin spooring tidak perlu dibeli pada tahap awal usaha, tetapi perlu tetap direncanakan karena
keberadaannya dapat menarik pelanggan. Kerjasama pelayanan jasa spooring dengan UBM lain dapat mendorong
pelanggan pindah ke UBM lain.
b. Biaya Operasional
Biaya operasional UBM meliput biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya
operasional pertahun sebesar Rp 451.900.000 dengan asumsi bahwa pada dua tahun
pertama usaha ini sudah dapat beroperasi dengan volume penjualan yang sama
dengan ketiga tahun berikutnya. Biaya operasional tersebut terdiri dari biaya tetap
Rp 434.560.000 dan biaya variabel Rp 17.340.000. Selengkapnya rincian kebutuhan
biaya tetap dan biaya variabel ditampilkan pada Lampiran 3 dan 4.
Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional (Rp) : Skenario 1
No
Komponen Biaya
1
Biaya Variabel
2
Biaya Tetap*
Jumlah Biaya Operasional
Perbulan
Pertahun
1.445.000
17.340.000.
32.760.000
422.860.000
440.200.000
* Jumlah biaya tetap per tahun tidak sama dengan 12 x biaya per Bulan karena dalam biaya tetap terkandung
upah karyawan yang memperoleh THR satu bulan gaji.
5.2.3. Kebutuhan Dana Modal Kerja
30
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK KEUANGAN
Total kebutuhan biaya proyek (untuk investasi dan modal kerja) adalah
sebesar Rp 1.699.200.000. Sebesar 8,8% dari total biaya proyek (atau 35,6% dari
total biaya operasional) yaitu sebesar Rp 150.000.000 diproyeksikan dapat diperoleh
dari bank dalam bentuk kredit modal kerja (Tabel 5.4) dan selebihnya 91,2% baik
berupa biaya investasi sebesar Rp 1.259.000.000 maupun biaya operasional sebesar
Rp 440.200.000 datang dari modal sendiri.
Modal kerja yang dibutuhkan untuk produksi dan penjualan UBM adalah
sebesar Rp 440.200.000 per tahun. Sebesar Rp 150.000.000 (35,6%) diperoleh dari
kredit bank dengan jangka waktu pinjaman selama 5 tahun dan suku bunga 26,5%
pertahun. Kebutuhan modal kerja tersebut dihitung dari kebutuhan biaya variabel dan
biaya tetap selama sekitar 4 bulan yaitu Rp 150.633.333. Penetapan jangka waktu
tersebut didasarkan atas perhitungan bahwa pendapatan bersih UBM setelah 4 bulan
akan menghasilkan jumlah yang setara yaitu Rp 144.089.167.
Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek : Skenario 1
No
1
2
3
Komponen Biaya Proyek
Biaya Investasi
a. Kredit
b. Modal Sendiri
Biaya Modal Kerja
a. Kredit
b. Modal Sendiri
Total Biaya Proyek
a. Kredit
b. Modal Sendiri
Persentase
0%
100%
35,6%
64,4%
8,8%
91,2%
Total Biaya (Rp)
1.259.000.000
1.259.000.000
440.200.000
150.000.000
250.200.000
1.699.200.000
150.000.000
1.549.200.000
Kewajiban pengusaha dalam melakukan angsuran bunga sebesar 26,5%
setahun dilakukan setiap bulan selama jangka waktu kredit. Angsuran pokok dilakukan
pada tahun terakhir (tahun ke-5) dengan asumsi hasil evaluasi bank setiap tahun
selama 5 tahun memberikan rekomendasi perpanjangan waktu kredit untuk tahun
berikutnya. Rekapitulasi jumlah angsuran bunga dan kredit pertahun disajikan pada
Tabel 5.5, sedangkan perhitungan jumlah angsuran bunga perbulan dan angsuran
BANK INDONESIA
31
pokok selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 5.
Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Bunga dan Kredit : Skenario 1
Tahun
Angsuran
Pokok
1
Angsuran
Bunga
Total Angsuran
Saldo Awal
Saldo Akhir
-
-
-
150.000.000
150.000.000
0
39.750.000
39.750.000
150.000.000
150.000.000
2
0
39.750.000
39.750.000
150.000.000
150.000.000
3
0
39.750.000
39.750.000
150.000.000
150.000.000
4
0
39.750.000
39.750.000
150.000.000
150.000.000
5
150.000.000
39.750.000
189.750.000
150.000.000
0
5.2.4. Produksi Jasa dan Pendapatan
Berdasarkan kapasitas yang ada, produksi jasa UBM per bulan dirinci dalam
Tabel 5.6 terdiri dari 7 jenis pelayanan jasa dengan volume pekerjaan yang berbedabeda. Dalam model ini diasumsikan jumlah volume pekerjaan tiap bulan adalah sama,
walaupun sebenarnya berfluktuasi, yaitu rata-rata kegiatan bulanan dari rentang
waktu satu tahun. Usaha ini diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal
mulai tahun pertama hingga akhir tahun kelima (sesuai umur proyek). Pendapatan
per bulan dan per tahun diuraikan untuk masing-masing jenis pelayanan jasa.
Tabel 5.6. Proyeksi Produksi Jasa dan Pendapatan : Skenario 1
Produk
Jasa
No
Volume
pekerjaan,
unit per bln
Biaya per
satuan
(Rp)
Pendapatan
per bulan
(Rp)
Pendapatan
per tahun (Rp)
1
Spooring
65
125.000
8.125.000
97.500.000
2
Balancing
250
80.000
20.000.000
240.000.000
3
Pencucian mobil
300
25.000
7.500.000
90.000.000
4
Perawatan mobil
150
100.000
15.000.000
180.000.000
5
Perbaikan mobil
150
100.000
15.000.000
180.000.000
6
7
Ganti oli
Uji emisi
140
15
15.000
350.000
2.100.000
5.250.000
25.200.000
63.000.000
32
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK KEUANGAN
Pendapatan dari penjualan
barang (15% total penjualan
Rp 900 juta/thn)
8
135.000.000
Jumlah
1.010.700.000
Di samping ke 7 jenis pelayanan jasa, UBM memperoleh pendapatan yang
nyata dari keuntungan penjualan barang yaitu oli dan suku cadang. Jumlah rata-rata
penjualan barang dari 3 tahun terakir adalah Rp 900 juta per tahun, sedangkan UBM
memperoleh keuntungan sebesar 10 – 20%. Oleh karena itu dalam perhitungan ini
diambil nilai 15% dari hasil penjualan barang. Proyeksi produksi jasa dan pendapatan
usaha secara lebih rinci dimuat dalam Lampiran 6.
5.2.5. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point
Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan UBM telah menghasilkan laba
(setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas 100%) sebesar Rp 298.766.500
dengan nilai profit on sales 29,56% dengan jumlah laba pada tahun kedua, ketiga dan
keempat yang tetap sama seperti tahun pertama, tetapi menurun pada tahun kelima
yaitu sebesar Rp 171.266.500 pada waktu UBM membayarkan kembali angsuran
pokok sebesar Rp 150.000.000 secara sekaligus (Tabel 5.7).
Tabel 5.7. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp 000) : Skenario 1
No
Tahun
Uraian
1
2
3
4
5
1
Total Penerimaan
1.010.700
1.010.700
1.010.700
1.010.700
1.010.700
2
Total Pengeluaran
659.210
659.210
659.210
659.210
809.210
3
Laba/Rugi Sebelum
Pajak
351.490
351.490
351.490
351.490
201.490
4
Pajak (15%)
52.723,5
52.723,5
52.723,5
52.723,5
30.223,5
5
Laba Setelah Pajak
298.766,5
298.766,5
298.766,5
298.766,5
171.266,5
6
Profit on Sales,%
29,56
29,56
29,56
29,56
16,95
7
BEP (Rp)
653.074,4
653.074,4
653.074,4
653.074,4
805.692,8
BANK INDONESIA
33
Tabel 5.8 menunjukkan UBM akan menghasilkan keuntungan bersih ratarata selama kurun waktu 5 tahun proyek sebesar Rp 273.266.500 per tahun dan
profit margin rata-rata 27,04%. Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya
tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan, maka BEP usaha ini terjadi pada
penjualan senilai Rp 653.074.423 pada tahun ke-1 hingga tahun ke-4 dan sebesar
Rp 805.692.809 pada tahun ke-5, dengan BEP rata-rata sebesar Rp. 683.598.100.
Proyeksi rugi laba usaha ditampilkan secara lengkap pada Lampiran 7.
Tabel 5.8. Rata-Rata Laba Rugi dan BEP Usaha : Skenario 1
Uraian
Nilai
Laba setelah pajak per tahun
Rp 273.266.500
Profit Margin
BEP : Rupiah
27,04%
Rp 683.598.100
5.2.6. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran,
yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh
dari pendapatan jasa UBM selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya
investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok, angsuran bunga dan
pajak penghasilan.
Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria
investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net Present
Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio). Dengan
menggunakan asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya, UBM menghasilkan NPV
Rp 718.629.458 pada tingkat bunga 14% dengan nilai IRR adalah 34,02% dan Net
B/C Ratio 1,57. Berdasarkan kriteria dan asumsi yang telah ditetapkan ternyata UBM
ini layak untuk dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 3 tahun 3 bulan.
Proyeksi arus kas untuk kelayakan industri UBM ditampilkan secara lengkap pada
Lampiran 8.
Tabel 5.9. Kelayakan UBM : Skenario 1
34
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK KEUANGAN
No
Kriteria
1.
2.
3.
NPV (Rp)
IRR
Net B/C Ratio
4.
Pay Back Period
Nilai
718.629.458
34,02
1,57
3,19 tahun
(39 bulan)
Justifikasi
Kelayakan
>0
> 14%
> 1,00
< 5 tahun
5.2.7. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha
Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan
biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal
tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa
komponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi dan proyeksi
sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk mengurangi
resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji tingkat
sensitivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun output. Dalam pola
pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:
(1). Kemungkinan 1
Sensitivitas kenaikan biaya variabel dimungkinkan dengan melihat
perkembangan ekonomi saat ini dan kenaikan harga BBM sehingga memunculkan
asumsi peningkatan biaya produksi/variabel, sedangkan pendapatan dianggap
tetap/konstan. Kenaikan biaya operasional terjadi antara lain karena bahan
penunjang dan suku cadang maupun upah tenaga kerja mengalami kenaikan.
Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel ditampilkan pada Tabel
5.10 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran
9 dan 10.
Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik : Skenario 1
No
1.
Kriteria
NPV (Rp)
Naik 5%
715.652.977
Naik 10%
712.676.495
BANK INDONESIA
35
2.
3.
4.
IRR (%)
Net B/C Ratio
Pay Back Period (bulan)
33,94
1,57
39
33,86
1,57
39
Analisis sensitivitas Kemungkinan 1 dilakukan berdasarkan biaya variabel
mengalami kenaikan 5% dan 10% dengan asumsi pendapatan tetap. Ternyata
bahwa kenaikan biaya variabel 5% untuk UBM tidak sensitif dan tidak memberikan
dampak penurunan yang berarti bagi nilai NPV yaitu 0,4%, sedangkan nilai IRR,
B/C ratio dan PBP tidak berubah dibandingkan dengan sebelum kenaikan (Tabel
5.9). Kenaikan biaya variabel 10% juga tidak memberikan dampak nyata dengan
hanya menurunkan NPV sebesar 0,8% dan IRR 0,2%, sedangkan B/C Ratio dan
PBP tidak berubah. Dengan demikian keduanya tetap menunjukkan bahwa proyek
ini masih layak dilaksanakan. Batas toleransi adalah kenaikan biaya variabel 20%
yang masih menunjukkan kelayakan usaha.
(2). Kemungkinan 2
Sensitivitas penurunan pendapatan dimungkinkan karena penurunan
jumlah pelanggan yang datang dan jenis permintaan jasa dari UBM, sedangkan
biaya pengeluaran dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas akibat
penurunan pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.11 serta perhitungan arus kas
untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 12 dan 13.
Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun : Skenario 1
No
1.
2.
3.
4.
Kriteria
NPV (Rp)
IRR (%)
Net B/C Ratio
Pay Back Period (bulan)
Turun 5%
545.138.711
29,34
1,43
44
Turun 20%
24.666.470
14,72
1,02
60
Analisis sensitivitas berdasarkan Kemungkinan 2 menunjukkan bahwa
36
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK KEUANGAN
UBM peka terhadap penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan sebesar
5% akan menurunkan NPV, IRR dan B/C Ratio berturut-turut sebesar 23,7%,
13,7% dan 8,9% sedangkan PBP menjadi lebih lama 5 bulan. Pada penurunan
pendapatan 20% projek ini menjadi tidak layak dengan nilai NPV hanya mencapai
Rp 24.666.470, IRR 14,71%, B/C Ratio 1,02 dan PBP 60 bulan.
(3). Kemungkinan 3
Sensitivitas ini dengan melakukan kombinasi terhadap sensitivitas pada
skenario I dan II, yaitu peningkatan biaya variabel dan penurunan pendapatan.
Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan
secara bersamaan ditampilkan pada Tabel 5.12 serta perhitungan arus kas untuk
sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 14 dan 15.
Analisis sensitivitas menurut Kemungkinan 3 dilakukan dengan asumsi
terjadi penurunan pendapatan 5% dan kenaikan biaya variabel 5% serta 10%.
Hasil analisis menunjukkan bahwa keadaan kombinasi memberikan pengaruh
yang nyata akibat penurunan pendapatan meskipun kenaikan biaya variabel
tidak memberikan dampak yang nyata. Nilai NPV, IRR, berturut-turut turun dalam
kisaran 24,6 – 25,0% dan 14,0 – 14,2% untuk kenaikan biaya variabel 5 dan
10%, sedangkan B/C Ratio dan PBP sama yaitu turun 8,9% dan lebih lama 5 bulan
(Tabel 5.12). Walaupun demikian, proyek ini masih dapat dianggap layak untuk
kedua keadaan kombinasi tersebut. Batas toleransi untuk kombinasi kenaikan
biaya variabel dan penurunan pendapatan 5% adalah kenaikan biaya variabel
20% dan penurunan pendapatan 5% yang masih menunjukkan kelayakan
usaha.
Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Kombinasi : Skenario 1
No
Kriteria
Biaya Variabel
Naik 5% dan
Pendapatan
Turun 5%
Biaya Variabel
Naik 10% dan
Pendapatan
Turun 5%
BANK INDONESIA
37
1.
NPV (Rp)
2.
3.
4.
IRR (%)
Net B/C Ratio
Pay Back Period (bulan)
542.162.223
539.185.748
29,26
1,43
44
29,18
1,43
44
5.2.8. Hambatan dan Kendala
Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha UBM adalah kebutuhan
modal investasi awal yang cukup besar sekitar Rp 1,7 milyar. Sedangkan bank baru
berani memberikan kredit apabila UBM telah beroperasi minimal 2 tahun. Dalam
kasus yang dipelajari selama penulisan model ini, pengusaha UBM tidak sekaligus
mengeluarkan modal investasi pada tahun ke nol, tetapi menambah modal investasi
sedikit demi sedikit sampai tahun kedua. Setelah investasi mencapai puncak pada
tahun kedua, UBM memperoleh kredit modal kerja dari bank dalam tahun ketiga.
5.3. Skenario 2: Kredit Investasi Untuk Perluasan Usaha
UBM yang telah beroperasi beberapa tahun dan ingin memperbesar volume
usaha dan bengkelnya akan membutuhkan kredit investasi untuk membeli tanah,
memperluas bangunan atau menambah peralatan yang baru. Besar permintaan kredit
investasi dapat mencapai jumlah Rp 500 juta sampai Rp 1 milyar rupiah tergantung
dari kebutuhan UBM. Hal ini sesuai dengan investasi UBM pada keadaan awal yang
mencapai nilai sebesar Rp 1,7 milyar rupiah seperti yang diuraikan dalam Tabel 5.2.
Analisis keuangan skenario 2 menggunakan dasar-dasar yang sama dengan
skenario 1 kecuali hal-hal yang diuraikan dalam sub-sub-bab berikut.
5.3.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
Asumsi dan parameter pada umumnya sama dengan Skenario 1 kecuali
38
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK KEUANGAN
periode proyek 7 tahun dan tingkat suku bunga 18%/tahun (Tabel 5.13). Penentuan
usia proyek selama 7 tahun didasarkan atas pertimbangan perluasan usaha baru
dilakukan pada tahun ke 3. Kredit investasi yang diambil dari bank (Rp 500 juta) pada
awal tahun ke 3 dianggap membutuhkan waktu untuk berkembang selama 5 tahun,
sehingga total lama proyek adalah 7 tahun sejak usaha UBM didirikan. Lampiran 15
memuat rincian asumsi dan parameter analisis keuangan.
Tabel 5.13. Asumsi Untuk Analisis Keuangan : Skenario 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Asumsi
Periode proyek
Bulan kerja tahun
Spooring
Balancing
Pencucian mobil
Perawatan mobil
Perbaikan mobil
Ganti oli
Uji emisi
Satuan
tahun
bulan
Rp/bulan
Rp/bulan
Rp/bulan
Rp/bulan
Rp/bulan
Rp/bulan
Rp/bulan
10
Pendapatan dari penjualan suku
cadang (15% total nilai penjualan)
Rp/tahun
135.000.000
%
Rp
18
500.000.000
11
12
13
Suku Bunga per Tahun
Jumlah Kredit Investasi
Jangka Waktu Kredit
(dievaluasi setiap tahun)
Nilai/jumlah
7
12
8.125.000
20.000.000
7.500.000
15.000.000
15.000.000
2.100.000
5.250.000
tahun
5
5.3.2. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional
Biaya investasi (Tabel 5.14 dan Lampiran 16) yang dibutuhkan UBM untuk
perluasan usaha adalah sebesar Rp 1.500.000.000. Komponen terbagi rata antara
pembelian tanah, pendirian bangunan dan pengadaan peralatan tambahan yang
masing-masing besarnya Rp 500 juta.
Tabel 5.14. Komposisi Biaya Investasi : Skenario 2
BANK INDONESIA
39
No
Komponen biaya
Jumlah Biaya
(Rp)
Penyusutan Rp
(5 tahun)
Nilai sisa
1
Beli tanah (400 m2)
500.000.000
500.000.000
0
2
Bangunan (200 m )
300.000.000
200.000.000
100.000.000
3
Peralatan bengkel
450.000.000
337.500.000
112.500.000
2
a. Lift cuci
35.000.000
b. Mesin semprot
10.000.000
c. Lift reparasi
120.000.000
g. ATF changer
30.000.000
h. Tyre changer
60.000.000
j.
45.000.000
k. Kompessor
20.000.000
l. Tool kit
70.000.000
m. Genset
30.000.000
n. Komputer + jaringan
30.000.000
Jumlah
Injector cleaner
1.250.000.000
1.037.500.000
212.500.000
Biaya Operasional
Biaya operasional UBM meningkat setelah perluasan usaha (tahun ke 4)
yaitu menjadi 125% dari tahun-tahun sebelumnya (tahun ke 1 s/d 3) dan kemudian
menjadi 150% pada tahun ke 5, 175% pada tahun ke 6 dan 200% pada tahun ke 7
(Lampiran 17).
5.3.3. Kebutuhan Dana
Total kebutuhan biaya perluasan usaha (untuk investasi dan modal kerja)
adalah sebesar Rp 1.690.200.000 pada tahun ke 4, yang terdiri dari biaya investasi
Rp 1.250.000.000 dan biaya operasional sebesar Rp 440.200.000. Sebesar 40%
dari total biaya investasi yaitu sebesar Rp 500.000.000 diproyeksikan diperoleh dari
bank dalam bentuk kredit investasi (Tabel 5.15) dan selebihnya Rp 1.190.200.000
berupa biaya investasi sebesar Rp 750.000.000 ditambah biaya operasional sebesar
40
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK KEUANGAN
Rp 440.200.000 datang dari modal sendiri. Biaya operasional pada tahun ke 5 dan
seterusnya akan meningkat lagi menjadi 125 - 200% dari biaya tahun ke 1 - 3 yaitu
sebesar Rp 550.250.000 – 880.400.000.
Tabel 5.15. Komponen dan Struktur Biaya Proyek : Skenario 2
No
1
2
3
Komponen Biaya Proyek
Biaya Investasi
a. Kredit
b. Modal Sendiri
Biaya Modal Kerja (thn 4)
a. Kredit
b. Modal Sendiri
Total Biaya Proyek
a. Kredit
b. Modal Sendiri
Persentase
Total Biaya (Rp)
40%
60%
1.250.000.000
500.000.000
750.000.000
440.200.000
0%
100%
29,6%
70,4%
440.200.000
1.690.200.000
500.000.000
1.190.200.000
Kewajiban pengusaha dalam melakukan angsuran pokok dan bunga sebesar
18% setahun dilakukan setiap bulan selama jangka waktu kredit (tahun 3 – 7) sesudah
masa grasi 6 bulan. Rekapitulasi jumlah angsuran pokok ditambah bunga pertahun
disajikan pada Tabel 5.16, sedangkan perhitungan jumlah angsuran bunga perbulan
dan angsuran pokok selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 19.
Tabel 5.16. Perhitungan Angsuran Bunga dan Kredit : Skenario 2
Tahun
3
4
5
6
Angsuran
Pokok
Angsuran
Bunga
Total
Angsuran
Saldo Awal
Saldo Akhir
.
55.555.556
111.111.111
111.111.111
111.111.111
.
90.000.000
90.000.000
90.000.000
90.000.000
.
145.555.556
201.111.111
201.111.111
201.111.111
500.000.000
500.000.000
444.444.444
333.333.333
222.222.222
500.000.000
444.444.444
333.333.333
222.222.222
111.111.111
BANK INDONESIA
41
7
111.111.111
90.000.000
201.111.111
111.111.111
0
5.3.4. Produksi Jasa dan Pendapatan
Produksi jasa dan pendapatan meningkat pada tahun ke 4 sebesar 125%
produksi jasa dan pendapatan dari tahun-tahun 1- 3, dan kemudian meningkat 25%
setiap tahun sampai tahun ke 4 mencapai 200% dari pendapatan tahun-tahun 1- 3
(Tabel 5.17 dan Lampiran 18).
Tabel 5.17. Proyeksi Pendapatan : Skenario 2
Tahun
1*
2*
3*
4
5
6
7
Pendapatan, Rp
1.010.700.000
1.010.700.000
1.010.700.000
1.263.375.000
1.516.050.000
1.768.725.000
2.021.400.000
* Sama dengan skenario 1
5.3.5. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point
Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan UBM telah menghasilkan laba
(setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas 100%) sebesar Rp 332.554.000 dengan
nilai profit on sales 32.9% dengan jumlah laba sama pada tahun kedua, menurun
pada tahun ketiga dan keempat karena perluasan investasi usaha, tetapi meningkat
lagi pada tahun ke 5 – 7, walaupun profit on sales masih lebih rendah yaitu sekitar
28 - 30% karena UBM baru melunasi kredit pada akhir tahun ke 7 (Tabel 5.18).
Tabel 5.19 menunjukkan UBM akan menghasilkan keuntungan bersih ratarata selama kurun waktu 5 tahun proyek sebesar Rp 378.200.000 per tahun dan
profit margin rata-rata 21,7%. Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya
tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan, maka BEP usaha ini terjadi pada
42
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK KEUANGAN
penjualan senilai Rp 612,6 juta pada tahun ke-1 dan 2, Rp 971,8 juta pada tahun ke
3, Rp 1.135,9 juta, Rp 1.243,5 juta, Rp 1.168,7 juta, dan Rp 1.276,2 juta pada tahun
ke 4 -7. Proyeksi rugi laba usaha ditampilkan secara lengkap pada Lampiran 20.
Tabel 5.18. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp Juta) : Skenario 2
Tahun
Uraian
1
2
3
4
5
6
7
Total Penerimaan
1.010,7
1.010,7
1.010,7
1.263,4
1.561,1
1.768,7
2.021,4
Total Pengeluaran
619,5
619,5
972,5
1.138,1
1.248,1,
1.179,0
1.289,0
Laba/Rugi
Sebelum Pajak
391,2
391,2
381,8
125,3
267,9
589,8
932,4
Pajak (15%)
58,7
58,7
57,3
18,8
40,2
64,6
109,9
Laba Setelah Pajak
332,5
332,5
324,5
106,5
227,7
501,2
822,5
Profit on Sales,%
32,9
32,9
3,21
8,43
15,02
28,34
30,8
Tabel 5.19. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha : Skenario 2
Uraian
Laba setelah pajak per tahun
Profit Margin
BEP: Rupiah
Nilai
Rp 378.200.000
21,7%
Rp 1.003.042.857
5.3.6. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria
investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net Present
Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio). Dengan
menggunakan asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya, UBM menghasilkan NPV
Rp 867.507.061 pada tingkat bunga 14% dengan nilai IRR adalah 29,32% dan Net
B/C Ratio 1,69 (Tabel 5.20). Berdasarkan kriteria dan asumsi yang telah ditetapkan
ternyata UBM ini layak untuk dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 5,1
tahun. Proyeksi arus kas untuk kelayakan industri UBM ditampilkan secara lengkap
pada Lampiran 21.
BANK INDONESIA
43
Tabel 5.20. Kelayakan UBM : Skenario 2
No
1.
2.
3.
4.
Kriteria
NPV (Rp)
IRR
Net B/C Ratio
Pay Back Period
Nilai
Justifikasi
Kelayakan
867.507.061
29,32
1,69
5.1 thn (61 bulan)
>0
> 14%
> 1,00
< 7 tahun
5.3.7. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha
(1). Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik
Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dengan pendapatan
tetap ditampilkan pada Tabel 5.21, sedangkan perhitungan arus kas untuk
sensitivitas ini selengkapnya dimuat pada Lampiran 22 dan 23.
Tabel 5.21. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik : Skenario 2
No
Kriteria
1.
NPV (Rp)
2.
IRR (%)
3.
Net B/C Ratio
4.
Pay Back Period (bulan)
Naik 5%
Naik 10%
858.078 .719
853.364.548
29,16
29,08
1,68
1,68
62
62
Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kenaikan biaya variabel 5 dan
10% untuk UBM tidak sensitif dan tidak memberikan dampak yang berarti
dibandingkan dengan sebelum kenaikan (Tabel 5.20). Penurunan nilai NPV, IRR,
B/C ratio hanya berkisar masing-masing antara 1,1 -1,6%, 0,5 – 0,8% dan 0,6%
sedangkan PBP bertambah 1 bulan baik untuk kenaikan biaya 5% maupun
10%. Keduanya tetap menunjukkan bahwa proyek ini masih layak dilaksanakan.
Batas toleransi adalah kenaikan biaya variabel 20 % yang masih menunjukkan
kelayakan usaha.
44
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK KEUANGAN
(2). Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun
Sensitivitas penurunan pendapatan dimungkinkan karena penurunan jumlah
pelanggan yang datang dan jenis permintaan jasa dari UBM, sedangkan biaya
pengeluaran dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan
pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.22 serta perhitungan arus kas untuk
sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 24 dan 25.
Tabel 5.22. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun : Skenario 2
No
Kriteria
1.
NPV (Rp)
2.
IRR (%)
3.
Net B/C Ratio
4.
Pay Back Period (bulan)
Turun 10%
Turun 15%
317.955.463
43.179.664
19,79
14,8
1,25
1,03
75
82
Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa pada saat pendapatan turun
sebesar 10% proyek masih layak dilaksanakan tetapi NPV, IRR dan B/C Ratio
memperlihatkan penurunan yang nyata sedangkan PBP menjadi lebih lama. Nilai
masing-masing adalah Rp 317.955.463, 19,79%, 1,25 dan 75 bulan. Sedangkan
pada saat pendapatan turun 15%, proyek ini menjadi kritis untuk dilaksanakan,
seperti terlihat bahwa NPV menjadi Rp 43,2 juta, IRR 14,8%, B/C ratio 1,03 dan
PBP 82 bulan mendekati umur projek 84 bulan dan 63 bulan.
(3). Analisis Sensitivitas Kombinasi
Analisis sensitivitas ini dengan melakukan kombinasi terhadap peningkatan
biaya variabel dan penurunan pendapatan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan
biaya variabel dan penurunan pendapatan secara bersamaan ditampilkan pada
Tabel 5.23 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada
Lampiran 26 dan 27.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan biaya variabel tidak memberikan
BANK INDONESIA
45
pengaruh yang nyata meskipun pada tingkat penurunan pendapatan 10%.
Nilai NPV, IRR, B/C Ratio dan PBP tidak berbeda nyata dengan nilai penurunan
pendapatan 10% tanpa adanya kenaikan biaya variabel (Tabel 5.22). Batas
toleransi untuk kombinasi kenaikan biaya variabel dan pendapatan rurun 10%
adalah kenaikan biaya variabel 20% dan pendapatan turun 10% yang masih
menunjukkan kelayakan usaha.
Tabel 5.23. Analisis Sensitivitas Kombinasi : Skenario 2
No
1.
2.
3.
4.
Kriteria
NPV (Rp)
IRR (%)
Net B/C Ratio
Pay Back Period (bulan)
Biaya Variabel
Naik 5% dan
Pendapatan
Turun 10%
308.527.122
19,62
1,25
76
Biaya Variabel
Naik 10% dan
Pendapatan
Turun 10%
303.812.951
19,54
1,24
76
5.3.8. Hambatan dan Kendala
Bagi UBM yang berhasil tidak ada hambatan dan kendala yang berarti.
Disarankan bank dapat memberikan kredit investasi yang lebih besar dari Rp 500 juta
apabila nilai agunan UBM memenuhi syarat. Hal ini mengingat bahwa besar investasi
yang diperlukan UBM adalah Rp 1.690.200.000.
46
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
ASPEK KEUANGAN
BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN
DAMPAK LINGKUNGAN
6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial
UBM memberikan kesempatan pekerjaan bagi tenaga lulusan kejuruan
walaupun jumlah karyawan yang ditampung relatif terbatas (17 orang) karena
teknologi yang digunakan bukan teknologi padat karya. Meskipun demikian, jumlah
upah yang dibayarkan oleh UBM cukup besar yaitu Rp 348.600.000 per tahun atau
77,1% dari biaya operasional UBM. Kesempatan lapangan kerja ini membantu
kehidupan masyarakat di Jakarta Utara, apalagi kehidupan di DKI Jakarta sebagai ibu
kota negara dikenal dengan persaingan yang keras.
UBM membantu menggerakkan barang produksi dari industri perminyakan
dan suku cadang dengan menjadi salah satu outlet mereka. Jumlah total penjualan
barang suku cadang dan oli mencapai rata-rata Rp 900 juta per tahun. Secara
tidak langsung, UBM membantu kehidupan karyawan industri suku cadang dan
perminyakan domestik yang biasanya memiliki jumlah karyawan yang besar.
Di samping itu, UBM secara tidak langsung pula membantu mengurangi
dampak polusi lingkungan akibat emisi gas buang mobil penumpang dengan
memberikan jasa pelayanan perawatan dan perbaikan. Mobil penumpang yang tidak
dirawat dan dalam keadaan rusak akan mengeluarkan emisi gas buang yang lebih
berbahaya untuk masyarakat. Dengan mengikuti program pemerintah untuk uji
emisi gas buang yang merupakan kewajiban bagi pemilik mobil penumpang untuk
memperbarui STNK di DKI Jakarta, maka UBM telah membantu menjaga kelestarian
lingkungan dari emisi gas buang.
BANK INDONESIA
47
6.2. Aspek Dampak Lingkungan
Pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi dari bengkel mobil adalah
polusi suara sehingga UBM sebaiknya berada di kawasan bisnis atau perlu berada
cukup jauh dari tetangga bila berada di lokasi perumahan, serta memperoleh ijin kerja
dari lingkungan pemukinan. Selain polusi suara, pencemaran terjadi terutama pada
air pencucian mobil dan tumpahan oli, serta oli dan minyak sisa yang perlu dibuang.
Berikut adalah sistem penanganan limbah yang dilakukan oleh salah satu responden
dan dapat dijadikan model bagi UBM lain.
1. Limbah sisa minyak dan oli bekas dari mobil pelanggan langsung ditampung
ke dalam drum dan dibuang ke tempat pembuangan minyak dan oli sesuai
Peraturan Daerah.
2. Penanganan limbah air pencucian mobil dan bengkel yang mengandung pasir
dan oli bekas dilakukan melalui tiga bak perlakuan dengan skema seperti dalam
Gambar 6.1.
A ir cuci an m obil
B ak p engendapan
P asi r
B ak p erlakuan 1
Li mbah oli dan
mi ny ak 1
B ak p erlakuan 2
Li mbah oli dan
mi ny ak 2
A ir hasil perla kuan
Gambar 6.1. Skema Penanganan Limbah Air Pencucian Mobil.
48
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
ASPEK KEUANGAN
USAHA BENGKEL MOBIL
3. Air cucian mobil masuk ke bak pengendapan untuk memisahkan pasir dari air.
Pasir akan dikuras sebulan sekali dan dikumpulkan dalam karung (Photo 6.1).
4. Air yang melimpah dari bak pengendapan kemudian ditampung dalam bak
perlakuan 1 di mana limbah minyak dan oli akan terpisah (Photo 6.2).
5. Air yang melimpah dari bak perlakuan 1 akan ditampung dalam bak perlakuan
2 yang berfungsi sama dengan bak perlakuan 1 (Photo 6.2).
6. Air yang keluar dari bak perlakuan 2 sudah merupakan air hasil perlakuan dan
dapat dibuang ke saluran pembuangan air.
7. Ketiga bak akan dikuras sebulan sekali mulai dari belakang yaitu bak perlakuan
2, kemudian bak perlakuan 1, dan bak pengendapan. Cemaran minyak dan oli
akan ditampung ke dalam drum.
Photo 6.1. Bak Pengendapan Pasir dan Pasir yang Telah Dikarungkan
BANK INDONESIA
49
Photo 6.2. Bak Perlakuan 1 dan 2 untuk Pemisahan Minyak dan Oli Bekas dari Air
Pencucian Mobil.
50
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
a. UBM model adalah usaha jasa pelayanan aneka perawatan dan perbaikan
mobil penumpang skala kecil menengah yang merupakan usaha individual
dan tidak terkait dengan lisensi dari merk mobil atau dealer komponen mobil
tertentu.
b. Pola usaha yang dipilih adalah UBM untuk aneka jenis pelayanan jasa
perawatan dan perbaikan mobil penumpang termasuk pencucian, spooring
dan balancing, serta mengikuti program pemerintah sebagai bengkel uji emisi
gas buang. Skala usaha UBM adalah usaha kecil dengan omzet lebih kecil
atau sama dengan Rp 2,5 milyar/ tahun. Kapasitas terpasang yang disarankan
adalah 1.500 mobil per bulan dengan produksi optimum 70% atau sekitar
1.050 mobil per bulan. Di samping itu UBM menjual bahan penunjang dan
suku cadang yang dibutuhkan pelanggan.
c. Faktor penting bagi keberhasilan UBM adalah investasi awal terutama
peralatan bengkel yang akan mendatangkan pendapatan yang semakin
tinggi apabila semakin lengkap dan keterampilan mekanik yang melakukan
pelayanan jasa. Mekanik dan manajer bengkel perlu dilatih terus menerus
secara berjenjang.
d. Total biaya investasi yang dibutuhkan UBM pemula (start up), dengan tidak
memperhitungkan tanah adalah Rp 1.259.000.000, ditambah dengan biaya
modal kerja sebesar Rp 440.200.000.
e. Untuk analisis keuangan Skenario 1, UBM memperoleh kredit modal kerja
dari bank sebesar Rp 150.000.000, 32,7% dari total modal kerja, yang
selebihnya dibiayai sendiri. Bunga pinjaman 26,5% per tahun dan masa
pinjaman kredit adalah 5 tahun.
BANK INDONESIA
51
f. Analisis keuangan dan kelayakan Skenario 1 dari UBM, sesuai asumsi yang
digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV Rp 718.629.458
pada tingkat bunga 26,5%, IRR 34,02%, Net B/C 1,57 dan PBP 39 bulan
atau 3,19 tahun. UBM juga mampu melunasi kewajiban angsuran bunga
dan pembayaran pokok kredit kepada bank.
g. Untuk analisis keuangan Skenario 2, UBM memperoleh kredit investasi untuk
perluasan usaha sebesar Rp 500.000.000 pada tahun ke 3 dengan tingkat
bunga 18% per tahun selama 5 tahun. Dengan demikian umur proyek
menjadi 7 tahun.
h. Analisis keuangan dan kelayakan Skenario 2 dari UBM, menunjukkan usaha
ini layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV Rp 867.507.061 pada tingkat
bunga 18%, IRR 29,32%, Net B/C 1,69 dan PBP 61 bulan atau 5,1 tahun.
i. UBM tidak sensitif terhadap kenaikan biaya variabel tetapi sensitif untuk
penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan akan memperkecil
keuntungan dan mengakibatkan Pay Back Period menjadi lebih lama.
Penurunan pendapatan 20% untuk Skenario 1 dan 15% untuk Skenario 2
menunjukkan keadaan usaha yang tidak layak lagi.
j. UBM mempunyai peranan penting dalam rangka melayani jasa perawatan
dan perbaikan mobil penumpang. Secara tidak langsung UBM membantu
mengurangi polusi udara dari emisi gas buang di DKI Jakarta dengan menjaga
kondisi kendaraan mobil penumpang tetap terawat baik.
k. Pengembangan UBM memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial
ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja walaupun terbatas, serta
peningkatan pendapatan masyarakat. UBM juga membantu perdagangan
suku cadang dan minyak serta oli sehingga secara tidak langsung membantu
kesempatan kerja untuk industri yang bersangkutan.
l. UBM disarankan agar berperan dalam mengendalikan dampak lingkungan,
termasuk menangani limbah air pencucian mobil misalnya dengan model
yang diuraikan dalam tulisan ini.
52
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
USAHA BENGKEL MOBIL
7.2. Saran
a. Berdasarkan potensi SDM untuk mekanik bengkel, prospek pasar, tingkat
teknologi pelayanan jasa dan aspek keuangan, UBM layak untuk dibiayai.
b. Untuk menjamin kelancaran pengembalian kredit, pihak perbankan
seyogyanya juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya
pada aspek keuangan dan pelatihan mekanik bengkel.
BANK INDONESIA
53
54
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
KESIMPULAN DAN SARAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
55
56
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
LAMPIRAN
BANK INDONESIA
57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal
1
Asumsi Untuk Analisis Keuangan .......................................................
71
2
Biaya Investasi …………………………………………………………….
72
3
Biaya Variabel …………………………………………………………….
73
4
Biaya Tetap ……………………………………………………………….
74
5
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor ...........................................
75
6
Angsuran Kredit Modal Kerja …………………………………………...
76
7
Proyeksi Rugi Laba Usaha ……………………………………………..…
79
8
Proyeksi Arus Kas ………………………………………………………...
80
9
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 5% ………………….......
81
10
11
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 10% ……………….........
Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 5% …………………........
82
83
12
13
Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 20% …………………......
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 5% dan Penurunan
Pendapatan 5% ………………….......................................................
84
85
14
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 10% dan Penurunan
Pendapatan 5% ………………….......................................................
86
15
Asumsi Untuk Analisis Keuangan Skenario 2 ......................................
87
16
Biaya Investasi untuk Skenario 2 ………………………………………...
88
17
Biaya Operasional (Rp/tahun) Skenario 2 ……………………………....
89
18
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Skenario 2 ....................................
89
19
Angsuran Kredit Investasi ………………………………………………..
90
20
Proyeksi Rugi Laba Usaha Skenario 2 …………………………………...
93
21
Proyeksi Arus Kas Skenario 2 …………………….......…………………
94
22
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 5% Skenario 2 ……........
95
23
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 10% Skenario 2 …..........
96
58
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
Lampiran
Hal
24
Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 10% Skenario 2 …….......
97
25
26
Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 15% Skenario 2 …….......
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 5% dan Penurunan
Pendapatan 10% Skenario 2 …………………....................................
98
99
27
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 0% dan Penurunan
Pendapatan 10% Skenario 2 ………….......……….............................
100
28
Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Kelayakan Usaha ...........
101
BANK INDONESIA
59
Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan
No
Satuan
Jumlah
1
Periode projek
Tahun
2
Waktu kerja efektif
Bulan/tahun
3
Pendapatan jasa
a. Spooring
b. Balancing
c. Pencucian mobil
d. Perawatan mobil
e. Perbaikan mobil
f. Ganti oli
g. Uji emisi
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
4
Jumlah usaha
a. Spooring
Unit/bulan
65
b. Balancing
c. Pencucian mobil
d. Perawatan mobil
e. Perbaikan mobil
f. Ganti oli
g. Uji emisi
Unit/bulan
Unit/bulan
Unit/bulan
Unit/bulan
Unit/bulan
Unit/bulan
250
300
150
150
140
15
5
Tenaga kerja
a. Manajer
b. Service adviser
c. Forman
Orang
Orang
Orang
1
2
2
d. Mekanik dan teknisi
Orang
8
6
e. Administrasi
f. Servis (termasuk satpam)
Kredit
a. Tingkat bunga modal
Orang
Orang
%/tahun
2
2
7
b. Kedit modal kerja
Rp/tahun
150.000.000
c. Jangka waktu kredit
Penjualan barang
Pendapatan dari penjualan
barang
Tahun
Rp/tahun
5
900.000.000
8
60
Parameter
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
%
5
13
125.000
80.000
25.000
100.000
100.000
15.000
350.000
26,5
15
USAHA BENGKEL MOBIL
LAMPIRAN
Lampiran 2. Biaya Investasi
No
1
Perijinan
2
Penyusutan, Rp
(5 tahun)
Nilai sisa
2,500,000
2,500,000
0
Bangunan (300 m2)
450,000,000
300,000,000
150,000,000
3
Peralatan bengkel
(masing-masing satu unit)
762,400,000
571,800,000
190,600,000
a. Lift cuci
b. Mesin semprot
c. Lift reparasi
f. Mesin spooring
g. ATF changer
35,000,000
8,400,000
120,000,000
d. Mesin balancing
60,000,000
e. Lift spooring
75,000,000
125,000,000
30,000,000
h. Tyre changer
60,000,000
i. Scanner engine
60,000,000
j. Injector cleaner
45,000,000
k. Kompessor
20,000,000
l. Tool kit
64,000,000
m. Genset
25,000,000
n. Komputer + jaringan
o. Lain-lain (alat pemadam
kebakaran, dll)
Kendaraan motor
(3 unit @ Rp. 14.700.000)
25,000,000
10,000,000
4
Jumlah biaya,
Rp
Komponen biaya
Jumlah
Sumber investasi dari:
Kredit 0%
44,100,000
22,000,000
22,100,000
1,259,000,000
896,300,000
362,700,000
0
Sendiri 100%
1,259,000,000
Total
1,259,000,000
BANK INDONESIA
61
Lampiran 3. Biaya Variabel
(untuk melayani jasa 1.050 mobil per bulan)
No
Satuan
Jumlah/bulan
Rp/bulan
Rp/tahun
Bahan penunjang
1.445.000
17.340.000
1
Timah balancing
75.000
900.000
2
Shampoo mobil
160.000
1.920.000
3
Servis ban
360.000
4.320.000
4
Minyak tanah
350.000
4.200.000
5
Lain-lain
500.000
6.000.000
Jumlah
1.445.000
17.340.000
62
Uraian
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
LAMPIRAN
Lampiran 4. Biaya Tetap
No
Uraian
Jumlah
Unit
Rp/orang
bulan
Tenaga kerja
a. Manajer
1
orang
3.300.000
3.300.000
42.900.000
b. Servis adv
2
orang
2.800.000
5.600.000
72.800.000
c. Foreman
2
orang
1.900.000
3.800.000
49.400.000
d. Mekanik dan teknisi
8
orang
1.350.000
10.800.000
140.400.000
e. Administrasi
2
orang
1.200.000
2.400.000
31.200.000
f. Servis (+satpam)
2
orang
1.200.000
2.400.000
31.200.000
2
Utiliti
3.000.000
36.000.000
3
ATK
600.000
7.200.000
4
Perawatan kendaraan
60.000
2.160.000
5
Biaya lain-lain
a. Overhead
800.000
9.600.000
Jumlah
32.760.000
422.860.000
Total biaya produksi
34.205.000
440.200.000
Sumber modal kerja
Rp/tahun
1
3
Rp/bulan
Kredit
150.000.000
Sendiri
290.200.000
Total
440.200.000
BANK INDONESIA
63
Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor
No
64
Uraian
Rp/bulan
Rp/tahun
1
Spooring
8.125.000
97.500.000
2
Balancing
20.000.000
240.000.000
3
Pencucian mobil
7.500.000
90.000.000
4
Perawatan mobil
15.000.000
180.000.000
5
Perbaikan mobil
15.000.000
180.000.000
6
Ganti oli
2.100.000
25.200.000
7
Uji emisi
5.250.000
63.000.000
8
Pendapatan dari penjualan
Jumlah
72.975.000
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
135.000.000
1.010.700.000
USAHA BENGKEL MOBIL
LAMPIRAN
Lampiran 6. Angsuran Kredit Modal Kerja (Suku Bunga 26,5%)
Periode
Kredit
Tahun-0
150.000.000
Angsuran
Tetap
Bunga
Total
Saldo Awal
Saldo Akhir
150.000.000
150.000.000
Bulan -1
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -2
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -3
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -4
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -5
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -6
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -7
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -8
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -9
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -10
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -11
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -12
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Tahun-1
-
39.750.000
39.750.000
Bulan -1
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -2
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -3
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -4
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -5
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -6
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -7
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -8
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -9
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -10
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -11
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -12
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Tahun-2
-
39.750.000
39.750.000
Bulan -1
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -2
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
BANK INDONESIA
65
Periode
Kredit
Angsuran
Tetap
Bunga
Total
Saldo Awal
Saldo Akhir
Bulan -3
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -4
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -5
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -6
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -7
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -8
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -9
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -10
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -11
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -12
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Tahun-3
-
39.750.000
39.750.000
Bulan -1
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -2
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -3
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -4
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -5
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -6
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -7
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -8
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -9
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -10
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -11
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -12
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Tahun-4
-
39.750.000
39.750.000
Bulan -1
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -2
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -3
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -4
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -5
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -6
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -7
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
66
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
LAMPIRAN
Periode
Kredit
Angsuran
Tetap
Bunga
Total
Saldo Awal
Saldo Akhir
Bulan -8
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -9
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -10
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -11
-
3.312.500
3.312.500
150.000.000
150.000.000
Bulan -12
150.000.000
3.312.500
153.312.500
150.000.000
-
Tahun-5
150.000.000
39.750.000
189.750.000
BANK INDONESIA
67
68
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Laba Setelah Pajak
Profit on Sales
BEP:
E
F
I
Rupiah
Pajak (15%)
D
Total Pengeluaran
v. Pengembalian kredit
R/L Sebelum Pajak
iv. Bunga
659,210,000
iii. Depresiasi
C
659,210,000
ii. Biaya Tetap
653,074,423
29.56%
298,766,500
52,723,500
351,490,000
39,750,000
179,260,000
422,860,000
17,340,000
653,074,423
29.56%
298,766,500
52,723,500
351,490,000
39,750,000
179,260,000
422,860,000
17,340,000
i. Biaya Variabel
Pengeluaran
1,010,700,000
1,010,700,000
Total Penerimaan
2
B
1
Penerimaan
Uraian
A
No
1,010,700,000
653,074,423
29.56%
298,766,500
52,723,500
351,490,000
659,210,000
39,750,000
179,260,000
422,860,000
17,340,000
3
Tahun
Lampiran 7. Proyeksi Laba Rugi Usaha (Rp)
653,074,423
29.56%
298,766,500
52,723,500
351,490,000
659,210,000
39,750,000
179,260,000
422,860,000
17,340,000
1,010,700,000
4
422,860,000
17,340,000
171,266,500
30,223,500
201,490,000
805,692,809
16.95%
809,210,000
150,000,000
39,750,000
179,260,000
1,010,700,000
5
Rp718,629,457.78
34.02%
1.57
3.186 tahun
440,200,000
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
Arus Bersih (NCF)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
1,259,000,000
1,259,000,000
1,259,000,000
1,699,200,000
-
1,259,000,000
290,200,000
150,000,000
0
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar unt Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk unt Menghitung IRR
Uraian
478,026,500
517,776,500
0.8772
454,189,912
(804,810,088)
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
17,340,000
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
1
Tahun
478,026,500
517,776,500
0.7695
398,412,204
(406,397,884)
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
17,340,000
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
2
Lampiran 8. Proyeksi Arus Kas
478,026,500
517,776,500
0.6750
349,484,389
(56,913,495)
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
17,340,000
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
3
478,026,500
517,776,500
0.5921
306,565,254
249,651,759
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
17,340,000
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
4
713,226,500
902,976,500
0.5194
468,977,699
718,629,458
422,860,000
150,000,000
39,750,000
30,223,500
660,173,500
470,423,500
17,340,000
362,700,000
1,373,400,000
1,373,400,000
1,010,700,000
5
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
69
70
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar unt Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
B
C
D
F
E
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk unt Menghitung IRR
Uraian
A
No
1
477,159,500
516,909,500
0.8772
453,429,386
(805,570,614)
18,207,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
533,540,500
493,790,500
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
Rp715,652,977
33.94%
1.57
3.193 tahun
440,200,000
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
1,259,000,000
1,699,200,000
-
1,259,000,000
290,200,000
150,000,000
0
Tahun
477,159,500
516,909,500
0.7695
397,745,075
(407,825,539)
18,207,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
533,540,500
493,790,500
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
2
477,159,500
516,909,500
0.6750
348,899,189
(58,926,350)
18,207,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
533,540,500
493,790,500
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
3
Lampiran 9. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 5%
477,159,500
516,909,500
0.5921
306,051,920
247,125,570
18,207,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
533,540,500
493,790,500
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
4
712,359,500
902,109,500
0.5194
468,527,406
715,652,977
18,207,000
422,860,000
150,000,000
39,750,000
30,223,500
661,040,500
471,290,500
362,700,000
1,373,400,000
1,373,400,000
1,010,700,000
5
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar unt Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
B
C
D
F
E
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk unt Menghitung IRR
Uraian
A
No
1
476,292,500
516,042,500
0.8772
452,668,860
(806,331,140)
19,074,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
534,407,500
494,657,500
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
Rp712,676,495.38
33.86%
1.57
3.199 tahun
440,200,000
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
1,259,000,000
1,699,200,000
-
1,259,000,000
290,200,000
150,000,000
0
Tahun
476,292,500
516,042,500
0.7695
397,077,947
(409,253,193)
19,074,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
534,407,500
494,657,500
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
2
476,292,500
516,042,500
0.6750
348,313,989
(60,939,205)
19,074,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
534,407,500
494,657,500
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
3
Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 10%
476,292,500
516,042,500
0.5921
305,538,587
244,599,382
19,074,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
534,407,500
494,657,500
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
4
711,492,500
901,242,500
0.5194
468,077,113
712,676,495
19,074,000
422,860,000
150,000,000
39,750,000
30,223,500
661,907,500
472,157,500
362,700,000
1,373,400,000
1,373,400,000
1,010,700,000
5
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
71
72
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar unt Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
B
C
D
F
E
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk unt Menghitung IRR
Uraian
A
No
1
427,491,500
467,241,500
0.8772
409,860,965
(849,139,035)
17,340,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
Rp545,138,711.02
29.34%
1.43
3.630 tahun
440,200,000
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
1,259,000,000
1,699,200,000
-
1,259,000,000
290,200,000
150,000,000
0
Tahun
427,491,500
467,241,500
0.7695
359,527,162
(489,611,873)
17,340,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
2
427,491,500
467,241,500
0.6750
315,374,704
(174,237,169)
17,340,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
3
Lampiran 11. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 5%
427,491,500
467,241,500
0.5921
276,644,477
102,407,308
17,340,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
4
662,691,500
852,441,500
0.5194
442,731,403
545,138,711
17,340,000
422,860,000
150,000,000
39,750,000
30,223,500
660,173,500
470,423,500
362,700,000
1,322,865,000
1,322,865,000
960,165,000
5
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar unt Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
B
C
D
F
E
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk unt Menghitung IRR
Uraian
A
No
1
275,886,500
315,636,500
0.8772
276,874,123
(982,125,877)
17,340,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
808,560,000
808,560,000
808,560,000
Rp24,666,470.74
14.72%
1.02
4.932 tahun
440,200,000
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
1,259,000,000
1,699,200,000
-
1,259,000,000
290,200,000
150,000,000
0
Tahun
275,886,500
315,636,500
0.7695
242,872,038
(739,253,840)
17,340,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
808,560,000
808,560,000
808,560,000
2
275,886,500
315,636,500
0.6750
213,045,647
(526,208,193)
17,340,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
808,560,000
808,560,000
808,560,000
3
Lampiran 12. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 20%
275,886,500
315,636,500
0.5921
186,882,146
(339,326,046)
17,340,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
532,673,500
492,923,500
808,560,000
808,560,000
808,560,000
4
511,086,500
700,836,500
0.5194
363,992,517
24,666,471
17,340,000
422,860,000
150,000,000
39,750,000
30,223,500
660,173,500
470,423,500
362,700,000
1,171,260,000
1,171,260,000
808,560,000
5
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
73
74
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar unt Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
B
C
D
F
E
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk unt Menghitung IRR
Uraian
A
No
1
426,624,500
466,374,500
0.8772
409,100,439
(849,899,561)
18,207,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
533,540,500
493,790,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
Rp542,162,229.82
29.26%
1.43
3.638 tahun
440,200,000
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
1,259,000,000
1,699,200,000
-
1,259,000,000
290,200,000
150,000,000
0
Tahun
426,624,500
466,374,500
0.7695
358,860,034
(491,039,528)
18,207,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
533,540,500
493,790,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
2
426,624,500
466,374,500
0.6750
314,789,503
(176,250,024)
18,207,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
533,540,500
493,790,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
3
426,624,500
466,374,500
0.5921
276,131,143
99,881,119
18,207,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
533,540,500
493,790,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
4
960,165,000
5
661,824,500
851,574,500
0.5194
442,281,111
542,162,230
18,207,000
422,860,000
150,000,000
39,750,000
30,223,500
661,040,500
471,290,500
362,700,000
1,322,865,000
1,322,865,000
Lampiran 13. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 5% dan Penurunan Pendapatan 5%
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar unt Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
B
C
D
F
E
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk unt Menghitung IRR
Uraian
A
No
1
425,757,500
465,507,500
0.8772
408,339,912
(850,660,088)
19,074,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
534,407,500
494,657,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
Rp539,185,748.62
29.18%
1.43
3.647 tahun
440,200,000
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
1,259,000,000
1,699,200,000
-
1,259,000,000
290,200,000
150,000,000
0
Tahun
425,757,500
465,507,500
0.7695
358,192,906
(492,467,182)
19,074,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
534,407,500
494,657,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
2
425,757,500
465,507,500
0.6750
314,204,303
(178,262,879)
19,074,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
534,407,500
494,657,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
3
425,757,500
465,507,500
0.5921
275,617,810
97,354,931
19,074,000
422,860,000
39,750,000
52,723,500
534,407,500
494,657,500
960,165,000
960,165,000
960,165,000
4
5
660,957,500
850,707,500
0.5194
441,830,818
539,185,749
19,074,000
422,860,000
150,000,000
39,750,000
30,223,500
661,907,500
472,157,500
362,700,000
1,322,865,000
1,322,865,000
960,165,000
Lampiran 14. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 10% dan Penurunan Pendapatan 5%
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
75
Lampiran 15. Asumsi Untuk Analisis Keuangan Skenario 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
76
Parameter
Periode projek
Waktu kerja efektif
Pendapatan jasa
a. Spooring
b. Balancing
c. Pencucian mobil
d. Perawatan mobil
e. Perbaikan mobil
f. Ganti oli
g. Uji emisi
Jumlah usaha
a. Spooring
b. Balancing
c. Pencucian mobil
d. Perawatan mobil
e. Perbaikan mobil
f. Ganti oli
g. Uji emisi
Tenaga kerja
a. Manajer
b. Service adviser
c. Forman
d. Mekanik dan teknisi
e. Administrasi
f. Servis
Kredit
a. Tingkat bunga modal
b. Kedit modal investasi
c. Jangka waktu kredit
Penjualan barang
Pendapatan dari penjualan barang
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Satuan
Tahun
Bulan/tahun
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Rupiah/unit
Unit/bulan
Unit/bulan
Unit/bulan
Unit/bulan
Unit/bulan
Unit/bulan
Unit/bulan
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
%/tahun
Rp/tahun
Tahun
Rp/tahun
%
Jumlah
7
13
125.000
80.000
25.000
100.000
100.000
15.000
350.000
65
250
300
150
150
140
15
1
2
2
8
2
2
18
500.000.000
5
900.000.000
15
USAHA BENGKEL MOBIL
LAMPIRAN
Lampiran 16. Biaya Investasi Tahun ke-3 untuk Skenario 2
No
Komponen biaya
Jumlah biaya,
Rp
Penyusutan, Rp
(5 tahun)
Nilai sisa
(Rp)
1
Beli tanah (400 m2)
500.000.000
500.000.000
0
2
Bangunan (200 m )
300.000.000
200.000.000
100.000.000
3
Peralatan bengkel
450.000.000
337.500.000
112.500.000
a. Lift cuci
35.000.000
b. Mesin semprot
10.000.000
c. Lift reparasi
120.000.000
g. ATF changer
30.000.000
h. Tyre changer
60.000.000
j. Injector cleaner
45.000.000
k. Kompessor
20.000.000
l. Tool kit
70.000.000
m. Genset
30.000.000
n. Komputer + jaringan
20.000.000
o. Lain-lain (alat pemadam
kebakaran, dll)
10.000.000
Jumlah
1.250.000.000
Sumber investasi dari:
2
Kredit 40%%
500.000.000
Sendiri 60%
750.000.000
Total
1.037.500.000
212.500.000
1.250.000.000
BANK INDONESIA
77
78
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
1.010.700.000
Pendapatan
440.200.000
440.200.000
422.860.000
17.340.000
3
660.300.000
660.300.000
634.290.000
26.010.000
4 (150%)
Tahun
1.010.700.000
2*
1.010.700.000
3*
1.516.050.000
4 (150%)
* Dari Lampiran 16: Jumlah usaha x Pendapatan jasa + 15 % jumlah penjualan barang.
1*
Tahun
440.200.000
440.200.000
422.860.000
17.340.000
2
880.400.000
880.400.000
845.720.000
34.680.000
5 (200%)
2.021.400.000
5 (200%)
6 (200%)
880.400.000
880.400.000
845.720.000
34.680.000
6 (200%)
2.021.400.000
Lampiran 18. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Skenario 2
440.200.000
440.200.000
Sumber
modal kerja
(sendiri)
Jumlah
3
422.860.000
Tetap
2
17.340.000
1
Variabel
Biaya
1
No
Lampiran 17. Biaya Operasional (Rp/tahun)untuk Skenario 2
2.021.400.000
7 (200%
880.400.000
880.400.000
845.720.000
34.680.000
7 (200%)
7.500.000
9.259.259
9.259.259
9.259.259
9.259.259
Bulan -6
Bulan -7
Bulan -8
Bulan -9
9.259.259
Bulan -5
9.259.259
9.259.259
Bulan -3
Bulan -4
9.259.259
9.259.259
Bulan -1
Bulan -2
55.555.556
9.259.259
Akhir tahun-3
Bulan -12
7.500.000
9.259.259
9.259.259
Bulan -10
Bulan -11
7.500.000
BANK INDONESIA
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
90.000.000
7.500.000
7.500.000
9.259.259
9.259.259
Bulan -8
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
Bunga
Bulan -9
9.259.259
Bulan -6
-
Bulan -5
Bulan -7
-
Bulan -3
Bulan -4
-
Angsuran
Tetap
Bulan -1
500.000.000
Kredit
Bulan -2
Tahun-3
Periode
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
145.555.556
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
Total
370.370.370
379.629.630
388.888.889
398.148.148
407.407.407
416.666.667
425.925.926
435.185.185
444.444.444
453.703.704
462.962.963
472.222.222
481.481.481
490.740.741
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
Saldo Awal
Lampiran 19. Angsuran Kredit Investasi (Suku Bunga 18%)
361.111.111
370.370.370
379.629.630
388.888.889
398.148.148
407.407.407
416.666.667
425.925.926
435.185.185
444.444.444
453.703.704
462.962.963
472.222.222
481.481.481
490.740.741
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
Saldo Akhir
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
79
80
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
7.500.000
7.500.000
9.259.259
9.259.259
Bulan -7
Bulan -8
7.500.000
7.500.000
9.259.259
9.259.259
9.259.259
9.259.259
Bulan -5
Bulan -6
Bulan -7
Bulan -8
9.259.259
9.259.259
Bulan -3
Bulan -4
9.259.259
9.259.259
Bulan -1
Bulan -2
111.111.111
9.259.259
Akhir tahun-5
Bulan -12
7.500.000
9.259.259
Bulan -11
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
90.000.000
7.500.000
9.259.259
9.259.259
Bulan -9
Bulan -10
7.500.000
7.500.000
9.259.259
9.259.259
Bulan -5
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
90.000.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
Bunga
Bulan -6
9.259.259
9.259.259
Bulan -3
Bulan -4
9.259.259
9.259.259
Bulan -1
111.111.111
Bulan -2
Akhir tahun-4
9.259.259
9.259.259
Bulan -11
Bulan -12
Angsuran
Tetap
9.259.259
Kredit
Bulan -10
Periode
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
201.111.111
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
201.111.111
16.759.259
16.759.259
16.759.259
Total
157.407.407
166.666.667
175.925.926
185.185.185
194.444.444
203.703.704
212.962.963
222.222.222
231.481.481
240.740.741
250.000.000
259.259.259
268.518.519
277.777.778
287.037.037
296.296.296
305.555.556
314.814.815
324.074.074
333.333.333
342.592.593
351.851.852
361.111.111
Saldo Awal
148.148.148
157.407.407
166.666.667
175.925.926
185.185.185
194.444.444
203.703.704
212.962.963
222.222.222
231.481.481
240.740.741
250.000.000
259.259.259
268.518.519
277.777.778
287.037.037
296.296.296
305.555.556
314.814.815
324.074.074
333.333.333
342.592.593
351.851.852
Saldo Akhir
Angsuran
Tetap
9.259.259
9.259.259
Bulan -11
Bulan -12
111.111.111
9.259.259
Bulan -10
Akhir tahun-7
9.259.259
9.259.259
Bulan -8
Bulan -9
90.000.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
9.259.259
9.259.259
Bulan -6
Bulan -7
7.500.000
7.500.000
9.259.259
9.259.259
Bulan -4
7.500.000
7.500.000
7.500.000
90.000.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
Bunga
Bulan -5
9.259.259
9.259.259
Bulan -2
Bulan -3
9.259.259
Bulan -1
111.111.111
9.259.259
Bulan -12
Akhir tahun-6
9.259.259
9.259.259
Bulan -10
Bulan -11
9.259.259
Kredit
Bulan -9
Periode
201.111.111
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
201.111.111
16.759.259
16.759.259
16.759.259
16.759.259
Total
9.259.259
18.518.519
27.777.778
37.037.037
46.296.296
55.555.556
64.814.815
74.074.074
83.333.333
92.592.593
101.851.852
111.111.111
120.370.370
129.629.630
138.888.889
148.148.148
Saldo Awal
-
9.259.259
18.518.519
27.777.778
37.037.037
46.296.296
55.555.556
64.814.815
74.074.074
83.333.333
92.592.593
101.851.852
111.111.111
120.370.370
129.629.630
138.888.889
Saldo Akhir
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
81
82
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Uraian
Penerimaan
Total Penerimaan
Pengeluaran
i. Biaya Variabel
ii. Biaya Tetap
iii. Depresiasi
iv. Bunga
v. Pengembalian kredit
Total Pengeluaran
R/L Sebelum Pajak
Pajak (15%)
Laba Setelah Pajak
Profit on Sales
BEP: Rupiah
No
A
B
C
F
G
H
I
612,630,551
391,240,000
58,686,000
332,554,000
32.90%
17,340,000
422,860,000
179,260,000
619,460,000
1,010,700,000
1
612,630,551
391,240,000
58,686,000
332,554,000
32.90%
17,340,000
422,860,000
179,260,000
619,460,000
1,010,700,000
2
971,849,011
38,184,444
5,727,667
32,456,778
3.21%
17,340,000
422,860,000
386,760,000
90,000,000
55,555,556
972,515,556
1,010,700,000
3
1,135,934,691
125,253,889
18,788,083
106,465,806
8.43%
21,675,000
528,575,000
386,760,000
90,000,000
111,111,111
1,138,121,111
1,263,375,000
Tahun
4
1,243,495,042
267,878,889
40,181,833
227,697,056
15.02%
26,010,000
634,290,000
386,760,000
90,000,000
111,111,111
1,248,171,111
1,516,050,000
5
Lampiran 20. Proyeksi laba Rugi Usaha (Rp) Skenario 2
1,168,666,247
589,763,889
88,464,583
501,299,306
28.34%
30,345,000
740,005,000
207,500,000
90,000,000
111,111,111
1,178,961,111
1,768,725,000
6
1,276,226,599
732,388,889
109,858,333
622,530,556
30.80%
34,680,000
845,720,000
207,500,000
90,000,000
111,111,111
1,289,011,111
2,021,400,000
7
E
F
D
C
B
A
No
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
Uraian
511,814,000
0.8772
448,959,649
(810,040,351)
17,340,000
422,860,000
58,686,000
498,886,000
498,886,000
511,814,000
867,507,061
29.32%
1.69
5.106 tahun
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
440,200,000
1,259,000,000
511,814,000
0.7695
393,824,254
(416,216,097)
17,340,000
422,860,000
58,686,000
498,886,000
498,886,000
511,814,000
1,010,700,000
1,010,700,000
500,000,000
(685,227,667)
0.6750
(462,509,157)
(878,725,254)
1,250,000,000
17,340,000
422,860,000
55,555,556
90,000,000
5,727,667
1,841,483,222
1,695,927,667
419,216,778
2,260,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
Tahun
1,010,700,000
3
1,699,200,000
-
1,010,700,000
2
750,000,000
1,010,700,000
1
1,259,000,000
440,200,000
0
694,336,917
0.5921
411,103,194
(467,622,060)
21,675,000
528,575,000
111,111,111
90,000,000
18,788,083
770,149,194
569,038,083
493,225,806
1,263,375,000
1,263,375,000
1,263,375,000
4
Lampiran 21. Proyeksi Arus Kas Skenario 2
815,568,167
0.5194
423,580,549
(44,041,511)
26,010,000
634,290,000
111,111,111
90,000,000
40,181,833
901,592,944
700,481,833
614,457,056
1,516,050,000
1,516,050,000
1,516,050,000
5
909,910,417
0.4556
414,542,945
370,501,435
30,345,000
740,005,000
111,111,111
90,000,000
88,464,583
1,059,925,694
858,814,583
708,799,306
1,768,725,000
1,768,725,000
1,768,725,000
6
1,243,641,667
0.3996
497,005,626
867,507,061
34,680,000
845,720,000
111,111,111
90,000,000
109,858,333
1,191,369,444
990,258,333
1,042,530,556
212,500,000
2,233,900,000
2,233,900,000
2,021,400,000
7
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
83
84
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
E
F
D
C
B
A
No
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
Uraian
510,080,000
0.8772
447,438,596
(811,561,404)
19,074,000
422,860,000
58,686,000
500,620,000
500,620,000
510,080,000
858,078,719
29.16%
1.68
5.123 tahun
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
440,200,000
1,259,000,000
510,080,000
0.7695
392,489,997
(419,071,407)
19,074,000
422,860,000
58,686,000
500,620,000
500,620,000
510,080,000
1,010,700,000
1,010,700,000
500,000,000
(686,961,667)
0.6750
(463,679,558)
(882,750,964)
1,250,000,000
19,074,000
422,860,000
55,555,556
90,000,000
5,727,667
1,843,217,222
1,697,661,667
667,482,778
2,510,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
Tahun
1,010,700,000
3
1,699,200,000
-
1,010,700,000
2
1,000,000,000
1,010,700,000
1
1,259,000,000
440,200,000
0
692,169,417
0.5921
409,819,860
(472,931,104)
23,842,500
528,575,000
111,111,111
90,000,000
18,788,083
772,316,694
571,205,583
491,058,306
1,263,375,000
1,263,375,000
1,263,375,000
4
812,967,167
0.5194
422,229,672
(50,701,433)
28,611,000
634,290,000
111,111,111
90,000,000
40,181,833
904,193,944
703,082,833
611,856,056
1,516,050,000
1,516,050,000
1,516,050,000
5
6
906,875,917
0.4556
413,160,468
362,459,035
33,379,500
740,005,000
111,111,111
90,000,000
88,464,583
1,062,960,194
861,849,083
705,764,806
1,768,725,000
1,768,725,000
1,768,725,000
Lampiran 22. Analisis Sensitivitas kenaikan Biaya Variabel 10% Skenario 2
1,240,173,667
0.3996
495,619,684
858,078,719
38,148,000
845,720,000
111,111,111
90,000,000
109,858,333
1,194,837,444
993,726,333
1,039,062,556
212,500,000
2,233,900,000
2,233,900,000
2,021,400,000
7
E
F
D
C
B
A
No
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
Uraian
509,213,000
0.8772
446,678,070
(812,321,930)
19,941,000
422,860,000
58,686,000
501,487,000
501,487,000
509,213,000
853,364,548
29.08%
1.68
5.131 tahun
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
440,200,000
1,259,000,000
509,213,000
0.7695
391,822,869
(420,499,061)
19,941,000
422,860,000
58,686,000
501,487,000
501,487,000
509,213,000
1,010,700,000
1,010,700,000
500,000,000
(687,828,667)
0.6750
(464,264,758)
(884,763,819)
1,250,000,000
19,941,000
422,860,000
55,555,556
90,000,000
5,727,667
1,844,084,222
1,698,528,667
666,615,778
2,510,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
1,010,700,000
Tahun
1,010,700,000
3
1,699,200,000
-
1,010,700,000
2
1,000,000,000
1,010,700,000
1
1,259,000,000
440,200,000
0
691,085,667
0.5921
409,178,193
(475,585,626)
24,926,250
528,575,000
111,111,111
90,000,000
18,788,083
773,400,444
572,289,333
489,974,556
1,263,375,000
1,263,375,000
1,263,375,000
4
811,666,667
0.5194
421,554,233
(54,031,393)
29,911,500
634,290,000
111,111,111
90,000,000
40,181,833
905,494,444
704,383,333
610,555,556
1,516,050,000
1,516,050,000
1,516,050,000
5
Lampiran 23. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 15% Skenario 2
905,358,667
0.4556
412,469,229
358,437,836
34,896,750
740,005,000
111,111,111
90,000,000
88,464,583
1,064,477,444
863,366,333
704,247,556
1,768,725,000
1,768,725,000
1,768,725,000
6
1,238,439,667
0.3996
494,926,713
853,364,548
39,882,000
845,720,000
111,111,111
90,000,000
109,858,333
1,196,571,444
995,460,333
1,037,328,556
212,500,000
2,233,900,000
2,233,900,000
2,021,400,000
7
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
85
86
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
E
F
D
C
B
A
No
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
Uraian
410,744,000
0.8772
360,301,754
(898,698,246)
17,340,000
422,860,000
58,686,000
498,886,000
498,886,000
410,744,000
317,955,463
19.79%
1.25
6.236 tahun
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
440,200,000
1,259,000,000
410,744,000
0.7695
316,054,171
(582,644,075)
17,340,000
422,860,000
58,686,000
498,886,000
498,886,000
410,744,000
909,630,000
909,630,000
500,000,000
(786,297,667)
0.6750
(530,728,528)
(1,113,372,603)
1,250,000,000
17,340,000
422,860,000
55,555,556
90,000,000
5,727,667
1,841,483,222
1,695,927,667
568,146,778
2,409,630,000
909,630,000
909,630,000
909,630,000
Tahun
909,630,000
3
1,699,200,000
-
909,630,000
2
1,000,000,000
909,630,000
1
1,259,000,000
440,200,000
0
567,999,417
0.5921
336,301,252
(777,071,351)
21,675,000
528,575,000
111,111,111
90,000,000
18,788,083
770,149,194
569,038,083
366,888,306
1,137,037,500
1,137,037,500
1,137,037,500
4
663,963,167
0.5194
344,841,663
(432,229,688)
26,010,000
634,290,000
111,111,111
90,000,000
40,181,833
901,592,944
700,481,833
462,852,056
1,364,445,000
1,364,445,000
1,364,445,000
5
Lampiran 24. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 10% Skenario 2
733,037,917
0.4556
333,962,214
(98,267,474)
30,345,000
740,005,000
111,111,111
90,000,000
88,464,583
1,059,925,694
858,814,583
531,926,806
1,591,852,500
1,591,852,500
1,591,852,500
6
1,041,501,667
0.3996
416,222,937
317,955,463
34,680,000
845,720,000
111,111,111
90,000,000
109,858,333
1,191,369,444
990,258,333
840,390,556
212,500,000
2,031,760,000
2,031,760,000
1,819,260,000
7
E
F
D
C
B
A
No
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
Uraian
360,209,000
0.8772
315,972,807
(943,027,193)
17,340,000
422,860,000
58,686,000
498,886,000
498,886,000
360,209,000
43,179,664
14.80%
1.03
6.885 tahun
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
440,200,000
1,259,000,000
360,209,000
0.7695
277,169,129
(665,858,064)
17,340,000
422,860,000
58,686,000
498,886,000
498,886,000
360,209,000
859,095,000
859,095,000
500,000,000
(836,832,667)
0.6750
(564,838,214)
(1,230,696,278)
1,250,000,000
17,340,000
422,860,000
55,555,556
90,000,000
5,727,667
1,841,483,222
1,695,927,667
517,611,778
2,359,095,000
859,095,000
859,095,000
859,095,000
Tahun
859,095,000
3
1,699,200,000
-
859,095,000
2
1,000,000,000
859,095,000
1
1,259,000,000
440,200,000
0
504,830,667
0.5921
298,900,281
(931,795,997)
21,675,000
528,575,000
111,111,111
90,000,000
18,788,083
770,149,194
569,038,083
303,719,556
1,073,868,750
1,073,868,750
1,073,868,750
4
588,160,667
0.5194
305,472,220
(626,323,777)
26,010,000
634,290,000
111,111,111
90,000,000
40,181,833
901,592,944
700,481,833
387,049,556
1,288,642,500
1,288,642,500
1,288,642,500
5
6
644,601,667
0.4556
293,671,848
(332,651,929)
30,345,000
740,005,000
111,111,111
90,000,000
88,464,583
1,059,925,694
858,814,583
443,490,556
1,503,416,250
1,503,416,250
1,503,416,250
Lampiran 25. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 15% Skenario 2
940,431,667
0.3996
375,831,593
43,179,664
34,680,000
845,720,000
111,111,111
90,000,000
109,858,333
1,191,369,444
990,258,333
739,320,556
212,500,000
1,930,690,000
1,930,690,000
1,718,190,000
7
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
87
88
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
E
F
D
C
B
A
No
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
Uraian
409,010,000
0.8772
358,780,702
(900,219,298)
19,074,000
422,860,000
58,686,000
500,620,000
500,620,000
409,010,000
308,527,122
19.62%
1.25
6.256 tahun
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
440,200,000
1,259,000,000
409,010,000
0.7695
314,719,914
(585,499,384)
19,074,000
422,860,000
58,686,000
500,620,000
500,620,000
409,010,000
909,630,000
909,630,000
500,000,000
(788,031,667)
0.6750
(531,898,929)
(1,117,398,313)
1,250,000,000
19,074,000
422,860,000
55,555,556
90,000,000
5,727,667
1,843,217,222
1,697,661,667
566,412,778
2,409,630,000
909,630,000
909,630,000
909,630,000
Tahun
909,630,000
3
1,699,200,000
-
909,630,000
2
1,000,000,000
909,630,000
1
1,259,000,000
440,200,000
0
565,831,917
0.5921
335,017,918
(782,380,395)
23,842,500
528,575,000
111,111,111
90,000,000
18,788,083
772,316,694
571,205,583
364,720,806
1,137,037,500
1,137,037,500
1,137,037,500
4
661,362,167
0.5194
343,490,785
(438,889,610)
28,611,000
634,290,000
111,111,111
90,000,000
40,181,833
904,193,944
703,082,833
460,251,056
1,364,445,000
1,364,445,000
1,364,445,000
5
730,003,417
0.4556
332,579,736
(106,309,874)
33,379,500
740,005,000
111,111,111
90,000,000
88,464,583
1,062,960,194
861,849,083
528,892,306
1,591,852,500
1,591,852,500
1,591,852,500
6
1,038,033,667
0.3996
414,836,995
308,527,122
38,148,000
845,720,000
111,111,111
90,000,000
109,858,333
1,194,837,444
993,726,333
836,922,556
212,500,000
2,031,760,000
2,031,760,000
1,819,260,000
7
Lampiran 26. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 10% dan Penurunan Pendapatan 10% Skenario 2
E
F
D
C
B
A
No
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%)
Present Value
CUMMULATIVE
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
3. Modal Sendiri
a. Investasi
b. Modal Kerja
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel
3. Biaya Tetap
4. Angsuran Pokok
5. Angsuran Bunga
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
Arus Bersih (NCF)
Uraian
408,143,000
0.8772
358,020,175
(900,979,825)
19,941,000
422,860,000
58,686,000
501,487,000
501,487,000
408,143,000
303,812,951
19.54%
1.24
6.266 tahun
(1,259,000,000)
1.0000
(1,259,000,000)
(1,259,000,000)
1,259,000,000
1,259,000,000
440,200,000
1,259,000,000
408,143,000
0.7695
314,052,785
(586,927,039)
19,941,000
422,860,000
58,686,000
501,487,000
501,487,000
408,143,000
909,630,000
909,630,000
500,000,000
(788,898,667)
0.6750
(532,484,129)
(1,119,411,168)
1,250,000,000
19,941,000
422,860,000
55,555,556
90,000,000
5,727,667
1,844,084,222
1,698,528,667
565,545,778
2,409,630,000
909,630,000
909,630,000
909,630,000
Tahun
909,630,000
3
1,699,200,000
-
909,630,000
2
1,000,000,000
909,630,000
1
1,259,000,000
440,200,000
0
564,748,167
0.5921
334,376,251
(785,034,917)
24,926,250
528,575,000
111,111,111
90,000,000
18,788,083
773,400,444
572,289,333
363,637,056
1,137,037,500
1,137,037,500
1,137,037,500
4
660,061,667
0.5194
342,815,346
(442,219,571)
29,911,500
634,290,000
111,111,111
90,000,000
40,181,833
905,494,444
704,383,333
458,950,556
1,364,445,000
1,364,445,000
1,364,445,000
5
728,486,167
0.4556
331,888,498
(110,331,073)
34,896,750
740,005,000
111,111,111
90,000,000
88,464,583
1,064,477,444
863,366,333
527,375,056
1,591,852,500
1,591,852,500
1,591,852,500
6
1,036,299,667
0.3996
414,144,024
303,812,951
39,882,000
845,720,000
111,111,111
90,000,000
109,858,333
1,196,571,444
995,460,333
835,188,556
212,500,000
2,031,760,000
2,031,760,000
1,819,260,000
7
Lampiran 27. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 15% dan Penurunan Pendapatan 10% Skenario 2
LAMPIRAN
USAHA BENGKEL MOBIL
BANK INDONESIA
89
Lampiran 28. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan
1. Menghitung Jumlah Angsuran.
Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan pembayaran bunga
pada periode angsuran. Jumlah angsuran pokok tetap setiap bulannya. Periode
angsuran (n) adalah selama 36 bulan untuk kredit investasi dan 12 bulan untuk
kredit modal kerja.
Cicilan pokok = Jumlah Pinjaman dibagi periode angsuran (n).
Bunga = i% x jumlah (sisa) pinjaman.
Jumlah angsuran = Cicilan Pokok + Bunga.
2. Menghitung Jumlah Penyusutan/Depresiasi dengan Metode Garis Lurus
dengan Nilai Sisa 0 (nol).
Penyusutan = Nilai Investasi /Umur Ekonomis.
3. Menghitung Net Present Value (NPV).
NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari
biaya. Adapun rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:
n
B1 – Ct
NPV = ∑ –––––––––
t = 1
(1 + i)t
Keterangan :
Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh pada tahun
ke-t.
Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek pada tahun ke-t,
tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap merupakan modal atau
dana rutin/operasional.
i
= Tingkat suku bunga atau merupakan social opportunity cost of capital.
n = Umur Proyek.
90
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
LAMPIRAN
Untuk menginterpretasikan kelayakan suatu proyek, dapat dilihat dari hasil
perhitungan NPV sebagai berikut:
a. Apabila NPV > 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan secara finansial;
b. Apabila NPV = nol berarti proyek mengembalikan dananya persis sama besar
dengan tingkat suku bunganya (Social Opportunity of Capital-nya).
c. Apabila NPV < 0 berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena proyek
tidak dapat menutupi social opportunity cost of capital yang digunakan.
4. Menghitung Internal Rate of Return (IRR).
IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan
0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi
bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap benefit bersih yang diperoleh secara
otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat
keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Cara
perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus dibawah ini :
NPV1
IRR = i1 + (i2 – i1) X –––––––––––––
(NPV1 – NPV2)
Keterangan :
IRR
= Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %.
NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil.
NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar.
i1
= Tingkat suku bunga /discount rate pertama.
i2
= Tingkat suku bunga /discount rate kedua.
Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR
sebagai berikut:
a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.
BANK INDONESIA
91
5. Menghitung Net B/C.
Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek
adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present
value total dari enefit bersih dalam tahun di mana benefit bersih itu bersifat
positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih
dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif.
Cara menghitung Net B/C dapat menggunakan rumus dibawah ini:
NPV B-C Positif
Net B/C = ––––––––––
NPV B-C Negatif
Keterangan :
Net BC = Nilai benefit-cost ratio.
NPV B-C Positif = Net present value positif.
NPV B-C Negatif = Net present value negatif.
Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai Net B/C > 1 maka proyek layak dilaksanakan.
b. Apabila nilai Net B/C < 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
6. Menghitung Titik Impas (Break Even Point).
Titik impas atau titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) adalah suatu
keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan
besarnya pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut
proyek tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang dapat dipilih,
namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf a, b dan c di bawah ini :
92
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
USAHA BENGKEL MOBIL
LAMPIRAN
Biaya Tetap.
a. Titik Impas (Rp.) = ————————————-————
Total Biaya Variabel
1 - —————————————
Hasil Penjualan
b. Titik Impas (satuan) =
Titik Impas (Rp)
——–———————
Harga satuan Produk
c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian titik
impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total pengeluaran.
Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan.
Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek.
Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran.
d.
Titik Impas (n)
Titik Impas (Rp.)
= ——————————---------- x Total Produksi
Hasil Penjualan (Rp.)
7. Menghitung PBP (Pay Back Period atau Lama Pengembalian Modal)
PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan proyek untuk
mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam.
Cara menterjemahkan PBP untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah
sebagai berikut:
BANK INDONESIA
93
a. Apabila nilai PBP lebih pendek dari jangka waktu proyek yang ditetapkan
maka suatu proyek dinyatakan layak.
b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka suatu proyek
dinyatakan tidak layak.
8. Menghitung Discount Factor (DF).
DF dapat didefinisikan sebagai: “Faktor yang dipergunakan untuk
memperhitungkan nilai sekarang dari suatu jumlah yang diterima di masa dengan
mempertimbangkan tingkat bunga yang berlaku atau disebut juga faktor nilai
sekarang (present worth factors)” DF diperhitungkan apabila suatu proyek
bersifat multi-period atau periode lebih dari satu kali. Dalam hal ini periode lazim
diperhitungkan dengan semester atau tahun. Nilai dari DF berkisar dari 0 sampai
dengan 1.
Cara memperhitungkan DF adalah dengan rumus sebagai berikut :
1
Rumus DF per tahun =
———— , dimana (1+ r) n
r = suku bunga
n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek
94
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Download